• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelatihan dan Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PLN Provinsi Sumatera Utara Kantor Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelatihan dan Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PLN Provinsi Sumatera Utara Kantor Cabang Medan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia mencakup perencanaan untuk mencegah

penggunaan tenaga kerja secara berlebihan atau dibawah pendayagunaan, guna mendapat

hasil kerja yang optimal dan menjamin cadangan tenaga kerja yang cukup terampil, serta

mewujudkan manajemen partisipatif dan pendayagunaan tenaga kerja yang semi terlatih.

Dalam suatu organisasi atau perusahaan, perananan manajemen sumber daya manusia (SDM)

sangatlah penting. Hal ini dapat kita mengerti, karena tanpa SDM suatu organisasi tidak

mungkin berjalan. Manusia merupakan penggerak dan pengolah faktor-faktor produksi

lainnya seperti modal, bahan mentah, peralatan dan lain-lain.

Mangkuprawira (2004:166) mengatakan bahwa manajemen sumber daya manusia

merupakan penerapan pendekatan SDM dimana secara bersama-sama terdapat dua tujuan

yang ingin dicapai, yaitu (1) tujuan untuk perusahaan dan (2) untuk karyawan, keduanya

adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia tidak boleh diperlakukan hanya

sebagai faktor produksi melainkan harus diperlakukan dengan emosi dan perasaan. Menurut

Wayne (2008:4) menjelaskan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan

sejumlah individu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

(2)

Dalam menjalankan pekerjaan seharusnya organisasi memperhatikan fungsi-fungsi

manajemen dan fungsi operasional.

1. Fungsi manajemen, fungsi ini terdiri dari :

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan mempunyai arti penentuan mengenai program tenaga

kerja yang akan mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

b. Pengorganisasian (organizing)

Organisasi dibentuk dengan merancang struktur hubungan yang mengaitkan antara

pekerjaan, karyawan dan faktor-faktor fisik sehingga dapat terjalin kerjasama satu

dengan yang lainnya.

c. Pengarahan (directing)

Pengarahan terdiri dari fungsi staffing dan leading. Fungsi staffing adalah

menempatkan orang-orang dalam struktur organisasi, sedangkan fungsi leading

dilakukan pengarahan SDM agar karyawan bekerja sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan.

d. Pengawasan (controlling)

Adanya fungsi manajerial yang mengatur aktifitas-aktifitas agar sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan organisasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, bila terjadi

penyimpangan dapat diketahui dan segera dilakukan perbaikan.

2. Fungsi Operasional, fungsi ini terdiri dari :

(3)

Usaha untuk memperoleh sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan,

terutama yang berhubungan dengan penentuan kebutuhan tenaga kerja, penarikan,

seleksi, orientasi dan penempatan.

b. Pengembangan

Usaha untuk meningkatkan keahlian karyawan melalui program pendidikan dan

pelatihan yang tepat agar karyawan atau pegawai dapat melakukan tugasnya dengan

baik. Aktivitas ini penting dan akan trus berkembang karena adanya perubahan

teknologi, penyesuain dan meningkatnya kesulitan tugas manajer.

c. Kompensasi

Fungsi kompensasi diartikan sebagai usaha untuk memberikan balas jasa atau imbalan

kepada karyawan sesuai dengan kontribusi yang telah disumbangkan kepada

perusahaan atau organisasi.

d. Integrasi

Merupakan usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu, organisasi,perusahaan,

maupun masyarakat. Oleh sebab itu harus dipahami sikap prinsip-prinsip karyawan.

e. Pemeliharaan

Setelah keempat fungsi dijalankan dengan baik, maka diharapkan organisasi atau

perusahaan mendapatkan karyawan yang baik, maka fungsi pemeliharaan adalah

dengan memelihara sikap-sikap karyawan yang menguntungkan perusahaan.

(4)

Usaha terakhir dari fungsi operasional ini adalah tanggung jawab perusahaan untuk

mengembalikan karyawannya ke lingkungan masyarakat dalam keadaan sebaik

mungkin, bila organisasi atau perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja.

Jadi fungsi SDM menurut uraian di atas terdiri dari fungsi manajemen dan fungsi

operaasi. Fungsi manajemen terdiri dari mengatur, merencanakan, pengorganisasian,

memimpin serta mengendalikan manusia merupakan aset penting bagi perusahaan.

Sedangkan sebagai fungsi operasinal SDM, yaitu pengadaan, pengembangan, kompensasi,

integrasi, pemelihaaraan, dan pemutusan hubungan kerja.

2.2 Pengertian Pelatihan

Program pelatihan dalam suatu perusahaan berpengaruh dalam peningkatan

produktivitas karyawan, sebab dengan adanya pelatihan maka akan dapat memberikan

keterampilan manajerial kepada karyawan yang terlibat langsung dalam menangani pekerjaan

yang dikerjakan oleh karyawan. Dalam menangani pelatihan maka dapat dibagi menjadi dua

bagian yakni pada saat pekerjaan yang ditangani dan berkaitan dengan keahlian, pengetahuan

dan skill.

Istilah pelatihan disamakan dengan pengembangan, dimana istilah pelatihan ini

diarahkan untuk dapat melakukan pengembangan sumber daya manusia yang menuju kepada

perbaikan kinerja. Jadi dapat dikatakan bahwa pelatihan lebih diarahkan untuk dapat

meningkatkan kinerja karyawan yang dicapai oleh masing-masing karyawan. Berikut

beberapa pendapat tentang pengertian pelatihan dari para Ahli :

Pengertian pelatihan secara sederhana didefenisikan oleh Pramudyo (2007:16) sebagai

: “Proses pembelajaran yang dirancang untuk mengubah kinerja orang dalam melakukan

(5)

mengacu pada suatu perubahan yang harus terjadi pada peserta pelatihan. Sofyandi (2008 :

113) mengemukakan bahwa : “Pelatihan adalah suatu usaha untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya lebih efektif dan

efisien. Program pelatihan adalah serangkaian program yang dirancang untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam hubungannya dan pekerjaan”.

Proses kegiatan pelatihan sering dilaksanakan oleh suatu perusahaan setelah terjadi

penerimaan karyawan sebab latihan hanya diberikan kepada karyawandari perusahaan yang

bersangkutan. Latihan adakalanya diberikan setelah karyawan tersebut ditempatkan dan

ditugaskan sesuai bidangnya masing-masing. Secara garis besar pelatihan merupakan suatu

usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan karyawan agar

dapat melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya secara efektif

dan efisien.

Dari beberapa pengertian mengenai pelatihan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pelatihan membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan

penerapannya dalam dunia kerja pada perusahaan demi meningkatkan produktivitas dan

kemampuan kerja dalam mencapai tujuan yang diingingak suatu organisasi perusahaan.

Pelatihan juga merupakan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik dan terarah serta

membantu karyawan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan

lingkungan kerja dan organisasi. Pelatihan harus diadakan sebagai salah satu upaya untuk

peningkatan kinerja sumber daya manusia, yang merupakan suatu siklus yang harus

dilakukan secara terus menerus.

2.2.1 Jenis-Jenis Pelatihan

Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu

(6)

berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara

terbatas, pelatihan menyediakan para karyawan dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat

diketahui serta keterampilan yabg digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.

Menurut Mathis (2006 : 8) jenis-jenis pelatihan dapat dibagi menjadi 2 (dua)

yaitu :

1. Pelatihan Internal

2. Pelatihan Eksternal

Untuk lebih jelasakan diuraikan satu persatu definisi tersebut diatas sebagai berikut :

1.Pelatihan Internal

Pelatihan dilokasi kerja cenderung dipandang sebagai hal yang sangat aplikatif

untuk pekerjaan, menghemat biaya untuk mengirim karyawan untuk pelatihan, dan

terkadang dapat terhindar dari biaya untuk pelatihan dari luar. Meskipun demikian,

para peserta pelatihan yang belajar sambil bekerja dapat menimbulkan biaya dalam

bentuk kehilangan pelanggan dan rusaknya peralatan, dan mereka bisa menjadi

frustasi bila keadaan tidak kunjung membaik.

Sering kali, pelatihan teknis dilaksanakan didalam organisasi. Pelatihan teknis

biasanya bersifat keterampilan, misalnya pelatihan untuk menjalankan

mesin-mesin yang dikendalikan secara pasti oleh komputer. Sehubungan dengan

perubahan yang cepat didalam teknologi, pembangunan dan pembaruan.

2. Pelatihan Eksternal

Pelatihan eksternal muncul karena beberapa alasan :

(7)

luar untuk menyelenggarakan pelatihan ditempat dimana saran pelatihan

internal terbatas.

b. Mungkin waktunya tidak memadai untuk persiapan pengadaan materi

pelatihan internal.

c. Staf sumber daya manusia mungkin tidak memiliki tingkat keahlian yang

dibutuhkan untuk materi dimana pelatihan diperlakukan.

d. Ada beberapakeuntungan dimana para karyawan berinteraksi dengan para

manajer dan rekan-rekan kerja dari perusahaan lain dalam program pelatihan

yang dilaksanakan diluar.

Simamora (2001 : 349-351), menjelaskan terdapat benyak pendekatan untuk

pelatihan. Jenis- jenis pelatihan yang didapat digunakan dalam organisasi yaitu :

1.Pelatihan keahlian-keahlian

Pelatihan keahlian-keahlian merupakan pelatihan yang kerap dijumpai didalam

organisasi-organisasi. Program pelatihannya relatif sederhana. Kebutuhan atau

kekurangan diidentifikasi melalui penilaian yang jeli. Kriteria penilaian efektifitas

pelatihan juga didasarkan pada sasaran-sasaran yang diidentifikasi dalam tahap

penilaian.

2. Pelatihan ulang

Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian-keahlian. Pelatihan ulang berupaya

memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

mengejar tuntutan-tuntutan yang berubah dari pekerjaan-pekerjaan mereka.

3. Pelatihan fungsional silang

Pada dasarnya, organisasi telah mengembangkan fungsi-fungsi kerja yang

terspesialisasi dan deskripsi-deskripsi pekerjaan yang rinci. Walaupun demikian,

(8)

spesialisasi. Melatih karyawan dalam bermacam-macam fungsi dan ini semakin

menjadi semakin populer.

4.Pelatihan Tim

Banyak terdapat tekanan yang menguat terhadap kinerja tim. Tim manajemen, tim

riset dan satuan tugas temporer merupakan karakteristik yang lazim dalam banyak

organisasi. Tim adalah sekelompok individuyang bekerja sama demi tujuan bersama.

Tujuan bersama inilah yang sesungguhnya menentukan sebuah tim, dan jika ada

anggota tim mempunyai tujuan yang bertentangan, efisiensi keseluruhan unit

kemungkinan akan terganggu.

5. Pelatihan Kreativitas.

Pelatihan kreativitas adalah didasarkanpada asumsi bahwakreativitas dapat

dipelajari. Terdapat beberapa cara untuk mengajarkan kreativitas, yang semuanya

berusaha membantu orang-orang memecahkan masalah-masalah dengan kiat-kiat

baru. Salah satu ancaman yang lazim dipakai ialah brainstorming gagasan-gagasan

sebebas mungkin. Setelah memberikan penilaian secara rasional dari segi biaya dan

kelayakan program pelatihan.

2.2.2 Materi Pelatihan

Dalam merancang program pelatihan yang penting untuk diperhatikan adalah isi dari

materi pelatihan, hal ini berarti mengidentifikasikan tugas-tugas yang harus diberikan dan

pengetahuan konseptual yang harus diajarkan.

Race (2005 : 11) menyatakan ciri-ciri model pelatihan yang aktif adalah memiliki

aktifitas, keanekaragaman dan terarah. Selain itu dalam materi pelatihannya mencakup :

(9)

2. Keseimbangan antara aspek-aspek afektif, kognitif dan tingkah laku

3. Partisipasi kelompok

4. Pemanfaatan keahlian dan pengalaman peserta

5. Pengkajian ulang

6. Pemecahan masalah nyata

Proses pengembangan dan proses pelatihan memerlukan koordinasi dan integrasi dari

media, peralatan, metode dan personil yang diperlukan untuk mengarahkan pelatihan pada

tujuan yang dinyatakan secara eksplitif, yaitu untuk melatih seseorang menempati jabatan

dan pekerjaan. Sedangkan semua materi pelajaran dan metode pengajaran yang telah diuji

dipersiapkan dan merupakan suatu sistem instrusional untuk mencapai tujuan pelatihan.

Bedasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan adalah kegiatan yang

bertujuan untuk menyiapkan pesertanya untuk menghadapi pekerjaannya nanti, karena

dengan adanya pelatihan karyawan dapat mengantisipasi adanya kemajuan teknologi,

meningkatkan penguasaan pengetahuan dalam ketatnya persaingan agar mampu

memecahkan persoalan yang timbul. Dalam pengertian tersebut tersirat makna bahwa

sasaran program pelatihan adalah meningkatkan kinerja, baik dari perspektif individu

peserta pelatihan maupun perspektif organisasi dimana peserta bekerja nantinya.

2.2.3 Tahapan Pelatihan

Tahapan pelaksanaan pelatihan meliputi tahapan sebagai berikut :

1. Kegiatan Pra-pelatihan (Pre-class Activities)

Identifikasi dan analisis kebutuhan pembelajaran, pencalonan peserta sesuai

persyaratan dan disertai justifikasi atau rencana pengembangan karir, seleksi calon

peserta.

(10)

Pelaksanaan proses belajar-mengajar sesuai dengan program, penyampaian

konsepsi tentang rencana penerapan/ aplikasi hasil pelatihan di lingkungan

kerja oleh peserta, pemberian sertifikat pada akhir program pelatihan kepada

peserta pelatihan yang telah mengikuti program secara keseluruhan.

3. Kegiatan Pascapelatihan (Post-Class Activities)

Pembuatan laporan tertulis atau presentasi materi dan rencana penerapan

hasil pelatihan oleh peserta, implementasi pengetahuan dan keterampilan yang

telah dipelajari dilingkungan kerja oleh peserta dan dalam jangka waktu 3-6 bulan,

informasi efektivitas implementasi hasil pelatihan diberikan oleh atasan

yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar pengembangan pelatihan.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa program pelatihan

harus dilakukan dengan tahapan yang memang dipersiapkan dengan baik dan sesuai

kebutuhan yang ada, supaya dampak dari suatu pelatihan itu dapat dirasakan manfaatnya,

serta memberikan manfaat bagi karyawan dan perusahaan pada umumnya.

2.2.4 Tujuan Pelatihan

Banyak alasan yang menjadi landasan rasional mengapa program pelatihan karyawan

hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan pada metode ilmiah serta berpedoman pada

keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun untuk masa yang akan datang.

Pelatihan harus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan

moral karyawan supaya kinerjanya baik dan mencapai hasil yang optimal.

Sementara bentuk-bentuk tujuan pelatihan itu sendiri dapat diperinci sebagai berikut :

1. Peningkatan Produktivitas

Pelaksanaan pelatihan sumber daya dilaksanakan bukan hanya kepada karyawan baru

(11)

kinerjanya dalamn pelaksanaan tugas. Karena peningkatan kinerja dengan sendirinya

akan mendorong peningkatan produktivitas kerja karyawan yang berimbas pada

peningkatan produksi dan laba perusahaan. Selain itu juga untuk meningkatkan

semangat kerja, dengan program promosi jabatan yang berkaitan dengan

pengembangan karier karyawan. Oleh karenanya pelatihan sumber daya manusia

sebaiknya juga mencakup persiapan karyawan untuk memperoleh promosijabatan,

mengingat para peserta pelatihan berharap seiring bertambahnya keterampilan

bertambah pula peluang kenaikan jabatan.

2. Peningkatan Mutu

Pelatihan yang tepat bukan hanya meningkatkan jumlah keluaran tapi biasanya juga

meningkatkan mutu keluaran tersebut. Karyawan yang memperoleh informasi lebih

baik akan mengurangi kesalahan-kesalahandalam pelaksanaan tugasnya. Sesuai

dengan perkembangan persaingan usaha dimasa datang, program pengembangan dan

pelatihan sumber daya manusia perlu menetapkan program peningkatan mutu dalam

kurikulumnya.

3. Perencanaan Sumber Daya Manusia yang Lebih Baik

Pengembangan manajemen dan pelatihan tenaga kerja yang tepat akan membantu

perusahaan untuk memnuhi kebutuhan dan persyaratan personalia di waktu yang akan

datang. Organisasi-organisasi yang mempunyai program pendidikan intern yang baik

akan mengalami lebih sedikit turn over karyawan.

4. Meningkatkan Pengembangan Pribadi

Salah satu tujuan pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan pengalaman

pribadinya dalam pendidikan. Program pengembangan manajemen secara khusus

memberikan kepada para partisipasi ruang lingkup pengetahuan yang lebih luas,

(12)

5. Mencegah ketertinggalan teknologi dan informasi

Dampak pelatihan sumber daya manusia yang berkesinambungan dibutuhkan agar

para karyawan dapat mengikuti kemajuan yang sedang berlangsung dalam bidang

kerjanya masing-masing. Pelatihan juga dapat meningkatkan keahlian dan

keterampilan para karyawan agar dapat beradaptasi dengan perubahan sosial dan

teknologi, karena keterbelakangan keterampilan dan gagasan akan merugikan

perusahaan dalam persaingan usaha. Program pengembangan dan pelatihan sumber

daya manusia mendorong munculnya inisiatif dan kreatifitas karyawan.

Tujuan pelatihan menurut Mangkunegara (2006 :52) antara lain :

1. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi

2. Meningkatkan produktivitas kerja

3. Meningkatkan kualitas kerja

4. Meningkatkan perencanaan sumber daya manusia

5. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja

6. Meningkatkan rangsangan agar karyawan mampu berprestasi secara maksimal

7. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan

8. Menghindarkan keseragaman

9. Meningkatkan perkembangan pribadi karyawan

Dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi perlu melibatkan sumber daya manusianya

pada aktivitas pelatihan hanya jika hal itu merupakan keputusan yang terbaik dari manajer.

Pelatihan diharapkan dapat mencapai hasil lain dari memodifikasi perilaku karyawan. Hal ini

juga mendukung organisasi dan tujuan organisasi, seperti keefektifan produksi distribusi

barang dan pelayanan lebihnefisien, menekan biaya operasi, meningkatkan kualitas, dan

menyelaraskan hubungan pribadi yang lebih efektif.

(13)

Evaluasi pelatihan tidak harus dilakukan pada saat akhir program pelatihan, tetapi

juga dapat dilakukan ditengah-tengah program yang tujuannya untuk mengantusipasi adanya

ketidaksesuaian dari perencanaan dan adanya perubahan-perubahan yang dihadapi agar dapat

dilakukan langkah-langkah perbaikan. Tujuan umum evaluasi meliputi a) tujuan pembuktian,

b) tujuan peningkatan, c) tujuan belajar, d) tujuan pengawasan.

Tujuan pembuktian dalam evaluasi umtuk melihat apakah pelaksanaan pelatihan telah

sesuai dengan rencana, sedangkan tujuan peningkatan untuk memastikan apakah program dan

kegiatan pelatihan yang akan datang menjadi lebih baik dari yang sekarang. Dengan demikian

evaluasi diharapkan menjadi umpan balik untuk merancang program berikutnya. Sementara

itu tujuan belajar menunjukkan bahwa evaluasi tidak dapat dipisahkan dari proses yang

sedang berjalan, dengan kata lain evaluasi merupakan bagian integral dari belajar dan proses

pengembangan itu sendiri. Tujuan pengawasan merupakan kegiatan yang umum dalam suatu

evaluasi untuk memastikan bahwa kegiatan pelatihan telah sesuai dengan standar melalui

penilaian terhadap data-data evaluasi.

Manfaat evaluasi bagi individu yang terlibat dalam pelatihan adalah bagi peserta

pelatih evaluasi merupakan langkah akhir dari proses belajar berkelanjutan, bagi instruktur

sasaran utama evaluasi adalah untuk memperbaiki metode pelatihan, bagi mereka yang

terlibat dalam pengawasan dan manajemen pelatihan untuk menunjukkan kelemahan yang

ada dalam program pelatihan serta bagaimana penilaian terhadapinstruktur dan peserta

pelatihan, bagi para pengambil keputusan, sebagai pencapaian sasaran melalui pelatihan dan

mengarah pada alokasi karyawan, waktu dan dana, bagi ilmuwan dan evaluator profesional,

diharapkan mendapatkan suatu perubahan yang dinamis yang mendasari efektifitas program

(14)

Manfaat evaluasi pelatihan bagi organisasi penyelenggara pelatihan adalah

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program yang telah dijalankan dengan melihat

pada hasil penerapannya dilapangan, memutuskan apakah isi pelatihan dan administrasi

pelatihan termasuk jadwal, akomodasi, pelatih dan materi pelatihan yang telah dijalankan

memberikan konstribusi terhadap pekerjaan, memperhitungkan keuntungan dari pelatihan dan

biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan, membandingkan keuntungan dan kerugian investasi

dengan pelatihan dan tanpa pelatihan, dan membandingkan keuntungan dan kerugian dari

berbagai program pelatihan yang ada untuk mendapatkan program yang terbaik.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam proses evaluasi adalah komunikasi. Oleh

karena itu peserta pelatihan harus diberitahu tentang pelaksanaan evaluasi, tujuan evaluasi,

proes dan skala waktu, prinsip dari skema evaluasi dan hasil pelaksanaan evaluasi. Selain itu

dalam evaluasi juga harus dapat dinilai sejauh mana pengaruh pelatihan yang didapat

terhadap peningkatan kinerja peserta pelatihan.

2.3 Pengertian Penempatan

Seleksi dan penempatan kerja merupakan langkah yang diambil segera setelah

terlaksananya fungsi rekruitmen. Seperti halnya fungsi rekruitmen, proses seleksi dan

penempatan merupakan salah satu fungsi terpenting dalam manajemen sumber daya manusia,

karena tersedia / tidaknya pekerja dalam jumlah dan kualitas yang sesuai kebutuhan

organisasi, diterima / tidaknya penempatan seseorang pada posisi tertentu, sangat di tentukan

oleh fungsi seleksi dan penempatan ini. Jika fungsi ini tidak dilaksanakan dengan baik maka

dengan sendirinya akan berakibat fatal terhadap pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Seleksi dan penempatan merupakan serangkaian langkah kegiatan yang dilaksanakan

untuk memutuskan apakah seseorang pelamar diterima/ditolak, tetapi / tidaknya seseorang

(15)

262) menyebutkan penempatan (placement) adalah penempatan seseorang keposisi pekerjaan

yang tepat, hal ini difokuskan dengan kesesuaian dan pencocokan antara keterampilan, dan

pengetahuan orang-orang dengan karakteristik-karakteristik pekerjaan. Penempatan

adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pimpinan suatu instansi, atau bagian personalia

untuk menentukanseseorang pegawai masih tetap atau tidak ditempatkan pada suatu posisi

atau jabatan tertentu berdasarkan pertimbangan keahlian, keterampilan, atau kualifikasi

tertentu. Penempatan karyawan berkaiatan dengan pencocokan seseorang dengan jabatan

yang akan dipegangnya berdasarkan pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan, keterampilan,

kemampuan, dan kepribadian karyawan tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa penempatan

karyawan merupakan suatu usaha untuk menyalurkan kemampuan karyawan sebaik-baiknya

dengan jalan menpatkan karyawan pada posisi atau jabatan yang paling sesuai untuk

memperoleh kinerja yang optimal.

2.3.1 Faktor-Faktor Penempatan

Faktor kesesuaian dalam penempatan diantaranya adalah :

1. Kesesuaian Pengetahuan

Sedarmayanti (2000 : 39) mengemukankan bahwa penempatan seseorang ke

posisi yang tepat adalah dengan adanya kesesuaian orang dengan pekerjaan, yaitu

mencocokkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan orang dengan

karakteristik pekerjaan.

Mulyasa (2002 : 38) mengungkapkan bahwa “ Pengetahuan adalah suatu

kesadaran dalam bidang kognitif”’ artinya seseorang mengetahui metode

penyelesaian tugas dengan baik, dan lebih lanjut Mulyasa mengemukakan bahwa

(16)

individu untuk mengerjakan suatu pekerja yang menjadi tugasnya. Kesesuaian

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang karyawan/i dengan

kualifikasi pekerjaan yang ditempati paling tidak dapat dilihat dari indikator-indikator seperti

:

a. Pendidikan formal

b. Pengalaman kerja

c. Pengetahuan teknis terhadap pekerjaan

2. Kesesuaian Keterampilan

Keterampilan (skill) merupakan suatu kompensasi yang diperlihatkan dalam kinerja melalui

perilaku yang dapat diamati atau seluruh perilaku yang mengarah pada suatu hasil yang

diamati. Sehubungan dengan itu Mulyasa (2002 : 38) mengungkapkan bahwa : Keterampilan

adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas pekerjaan yang

dibebankan kepadanya. Keterampilan merupakan kedalaman psikomotorik yang dimiliki oleh

seseorang dalam menyelesaikan tugasnya, misalnya dengan keterampilan memanfaatkan alat

bantu, karyawan mampu menyelesaikan yang diberikan secara efektif dan efisien.

Apabila pekerjaan itu bersifat fisik, diperlukan kekuatan otot, kesehatan badan dan

sebagainya. Keragaman menimbulkan perasaan kompeten yang lebih besar bagi karyawan,

karena meraka dapat melakukan jenis pekerjaan yang berlainan dan dengan cara yang

berbeda. Lebih lanjut Mulyasa menjelaskan bahwa keterampilan seseorang dapat diperoleh

melalui diklat-diklat kepemimpinan, diklat teknis / fungsional dan kursus-kursus atau

berdasarkan pengalaman kerja.

Kesesuaian keterampilan yang dimiliki karyawan dengan kualifikasi pekerjaan yang

(17)

a. Penguasaan dalam penggunaan teknologi

b. Diklat - diklat yang pernah diikuti

c. Kemampuan konseptual yang dimiliki

3. Kesesuaian Sikap

Sikap adalah bagian hakiki dari kepribadian seseorang namun sejumlah teori mencoba

memperhitungkan pembentuka dan perubahan sikap, seperti yang dikemukakan oleh Ndraha

(2002 : 86) sebagai berikut : “Sikap terhadap kerja bisa berubah, mengingat sikap berada

didalam ruang kognitif, maka sikap terhadap pekerjaan dipengaruhi dua faktor :

1). Pengetahuan dan informasi kerja

2). Kesadaran dan kepentingan

Faktor yang pertama biasanya berpengaruh terhadap faktor yang kedua, jika kepentingan

berubah, sikap juga bisa berubah, sikap ini mungkin lahir tidak bersumber dari keyakinan,

pendirian atau anggapan dasar, tetapi oleh pengaruh dari luar.

2.3.2 Prosedur Penempatan Kerja

Dalam setiap kegiatan diperlukan adanya suatu tahap atau prosedur yang harus

dilalui. Flippo (2004 : 150) mengatakan bahwa untuk memulai prosedur penempatan

personalia, harus memenuhi tiga persyaratan pendahuluan, yaitu :

1. Harus ada wewenang untuk penempatan personalia yang datang dari daftar

permintaan personalia, yang dikembangkan melalui analisis bebas kerja dan

(18)

2. Harus mempunyai suatu standar personalia yang digunakan untuk

membandingkan calon pekerja, standar ini dikemukakan oleh spesifikasi jabatan

yang dikembangkan melalui analisis jabatan

3. Mesti mempunyai pelamar pekerjaan yang akan ditempatkan

Prosedur penempatan karyawan merupakan suatu urutan kronologis untuk

menempatkan karyawan yang tepat pada posisi yang tepat pula. Prosedur penempatan

karyawan yang diambil merupakan output pengambilan keputusan yang dilakukan

berdasarkan pertimbangan rasional maupun berdasarkan pertimbangan objektif ilmiah.

Pertimbangan rasional merupakan output pengambilan keputusan yang didasarkan

atas fakta, keterangan dan data yang dianggap representatif. Maksudnya pengambilan

keputusan dalam penempatan karyawan tersebut atas dasar hasil seleksi yang telah dilakukan

manajer personalia. Pertimbangan obyektif ilmiah merupakan keputusan yang didasrkan atas

keterangan tentang diri

karyawan, baik atas dasar referensi dari seseorang maupun atas dasar hasil seleksi karyawan

yang pelaksanaannya tanpa mengesampingkan metode-metode ilmiah.

2.3.3 Sistem Penempatan

Sistem penempatan tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai rangkaian komponen

ketenagakerjaan, khususnya dalam menempatkan tenaga kerja yang tepat pada posisi yang

tepat, dan dirancang dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem penempatan tenaga kerja harus

dirancang, yaitu komponen ketenaga kerjaan harus diatur dalam beberapa perpaduan atau

kombinasi guna mencapai tujuan yang diharapkan. Instruksi rinci harus disiapkan untuk

(19)

telah dirancang, maka akan siaplah tenaga kerja dipekerjakan. Masukan informasi tenaga

kerja dan materil digunakan dalam pengelolahan keluaran.

Sistem penempatan tenaga kerja didesain untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan

tertentu. Apabila tugas dan pekerjaan tersebut dianggap ruwet, system penempatan tenaga

kerja tersebut dimodifikasi. Sistem penempatan tenaga kerja menekankan bahwa penyediaan

tenaga kerja sebagai sarana untuk mendapatkan fleksibilitas yang lebih besar dalam operasi

dan sebagai cara guna menghilangkan operasi perencanaan tenaga kerja apabila variabel tidak

diketahui. Pendekatan/ rancangan yang terbaik adalah manyoroti pengecualian dan perubahan

yang berarti (Siswanto, 2005 :166-167)

2.3.4 Bentuk-Bentuk Penempatan Kerja

Penempatan karyawan bukan hanya diperuntukkan bagi mereka yang baru masuk

menjadi karyawan tetapi juga karyawan lama dalam posisi dan jabatan baru. Teori

sumber daya manusia menekankan bahwa penempatan tidak hanya berlaku bagi

karyawan lama yang mengalami alih tugas dan mutasi (Siswanto, 2005 : 258-259).

Menurut pengertian tersebut dikatakan bahwa penempatan dapat berbentuk seperti :

1. Promosi

Promosi memiliki makna yang penting bagi perusahaan, sebab dengan kegiatan

promosi berarti kelangsungan perusahaan terjaga. Promosi dapat diartikan sebagai

proses perubahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam hirearki wewenang

dan tanggung jawab yang lebih tinggi dari pada dengan wewenang dan tanggung

jawab yang telah diberikan kepada tenaga kerja pada waktu sebelumnya.

Promosi adalah proses menaikkan tenaga kerja kepada kedudukan yang lebih

(20)

tetapi mencakup setiap penugasan kepada pekerjaan yang lebih berat atau kebasan

beroperasi tanpa kurang penyedian. Promosi biasanya diimbangi dengan kenaikan

kompensasi bagi tenag kerja yang bersangkutan.

2. Mutasi

Mutasi adalah memindahkan tenaga kerja dari suatu tempat kerja ke tempat kerja

lain. Akan tetapi, mutasi tidak selamanya sama dengan pemindahan. Mutasi meliputi kegiatan

memindahkan tenaga kerja, pengoperan tanggung jawab, pemindahan status ketenagakerjaan

sejenisnya. Adapun pemindahan hanya terbatas pada mengalihkan tenaga kerja dari suatu

tempat ke tempat lain. Jadi, mutasi lebih luas ruang lingkupnya ketimbang pemindahan.

Salah satu perwujudan kegiatan mutasi adalah pemindahan tenaga kerja dari suatu tempat ke

tempat kerja lain.

Berdasarkan uraian diatas, mutasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan ketenaga

kerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status

ketenaga kerjaan tenaga kerja ke situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang

bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan kinerja

yang semaksimal mungkinkepada perusahaan.

3. Demosi

Menurut Hasibuan demosi yaitu pemindahan karyawan dari satu jabatan ke jabatan

yang lebih rendah didalam suatu organisasi, wewenang, tanggung jawab, pendapat, serta

statusnya semakin rendah (Hasibuan, 2001 : 115).

2.3.5 Pengaruh Pelatihan dengan Kinerja Karyawan

Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang dimaksud untuk memperbaiki

(21)

sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan. Pelatihan bermanfaat dalam

situasi dimana para karyawan kekurangan kecakapan dan pengetahuan. Pelatihan tidak

dimaksudkan untuk menggantikan kriteria seleksi yang tidak memadai, ketidaktepatan

rancangan pekerjaan, atau imbalan organisasi yang tidak memadai. Pelatihan lebih sebagai

sarana yang ditunjukkan pada upaya untuk mengaktifkan kerja para anggota organisasi yang

kurang aktif sebelumnya, mengurangi dampak negatif yang dikarenakan kurangnya

pendidikan, pengalaman yang terbatas atau kurangnya percaya diri dari anggota atau

kelompok anggota tertentu (Gomes, 2003 :198). Program pengembangan karyawan

hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode ilmiah serta berpedoman

pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun masa depan. Tidak semua

karyawan yang melalui proses rekrutmen mempunyai keahlian sesuai dengan pekerjaan yang

menjadi tanggung jawabnya, oleh karena itu dibutuhkan pelatihan agar dapat membentuk

karyawan yang mempunyai keahlian tinggi sehingga kinerja karyawan akan meningkat

kualitas dan kuantitas output akan semakin baik karena rechnicalskill, human skill dan

magerial skill karyawan yang semakin baik.

2.3.6 Pengaruh Penempatan Terhadap Kinerja Karyawan

Gomes (2009 : 117) menyebutkan bahwa proses seleksi dan penempatan merupakan

salah satu fungsi terpenting dalam manajemen SDM, karena tersedia atau tidaknya pekeja

dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, diterima atau tidaknya

pelamar yang telah lulus proses rekrutment, tepat atau tidaknyapenempatan seseorang pekerja

pada posisi tertentu, sangat ditentukan oleh fungsi seleksi dan penempatan ini. Jika fungsi ini

tidak dilaksanakan dengan baik, maka dengan sendirinya akan berakibat fatal terhadap

pencapaian tujuan organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa penempatan pada posisi pekerjaan

(22)

2.4 Kinerja Karyawan

2.4.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara tertentu

dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang

ditetapkan (Mangkunegara, 2005:43). Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job

performance yang diartikan sebagai hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai karyawan

dalam melaksanakan tugasnya persatuan periode waktu sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Kinerja karyawan mengacu pada presentasi seseorang yang diukur berdasarkan

standar dan kinerja yang ditetapkan oleh perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai kinerja

sumber daya manusia tinggi dimaksudkan guna meningkatkan perusahaan secara

keseluruhan. Kinerja merupakan gabungan perilaku dengan presentasi dari apa yang

diharapkan dan pilihannya atau bagian syarat-syarat tugas yang ada pada masing-masing

individu dalam organisasi. Kinerja juga merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan

tugas tertentu. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia kinerja seorang pegawai

dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja bagi pegawai itu sendiri

dan juga untuk keberhasilan perusahaan.

Arti penting dari kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi, sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan

sesuai dengan moral maupun etika. (Serdamayanti, 2007: 260).

Bedasarkan definisi kinerja bahwa suatu konsep yang strategis dalam rangka menjalin

(23)

yang baik, unsur yang paling dominan adalah sumber daya manusia, walaupun perencanaan

telah tersusun baik dan rapi tetapi apabila orang atau personil yang melaksanakan tidak

berkualitas dengan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, maka perencanaan yang telah

disusun tersebut akan sia-sia.

2.4.2 Penilaian Kinerja

Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja perusahaan akan menghasilkan informasi

yang bergun bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari penilaian kinerja ini akan dijadikan

sebagai umpan balik (feedback) bagi formulasi atau implementasi strategi. Jika terjadi

penyimpangan, maka untuk menghindari agar tidak terjadi penyimpangan lagi perlu

dilakukan perubahan misalnya perubahan rencana atau kegiatannya termasuk

pengendaliannya.

Menurut Rudianto (2006:311) “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik

efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan pegawainya berdasarkan

sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses

untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai

bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah

ada selisih diantara keduanya dan bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. Jadi

tampak jelas untuk melakukan evaluasi dibutuhkan tolok ukur tertentu sebagai acuan, seperti

yang terdapat dalam program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan dilaksanakan dan

(24)

Suatu proses dalam program harus dimulai dari suatu perencanaan. Oleh karena itu

proses pelaksanaan suatu evaluasi harus didasarkan atas rencana Pelaporan hasil evaluasi.

Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak

evaluasi yang disebut dengan prosedur atau tahapan evaluasi. Adapun tahapan evaluasi yang

bersifat umum menurut Umar (2002 : 40) adalah sebagai berikut :

a. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Dalam bisnis, apa saja yang dapat

dievaluasi, dapat mengacu pada perogram kerja perusahaan. Disana banyak

terdapat aspek-aspek yang kiranya dapat dan perlu dievaluasi. Tetapi, biasanya

yang diprioritaskan untuk di evaluasi adalah hal-hal yang menjadi key-succes

factors-nya.

b. Merancang (desain) kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan

terlebih dahulu desain evaluasinya agar data apa saja yang dilalui, siapa saja yang

dibutuhkan, tahapan-tahapankerja apa saja yang dilalui, siapa saja yang akan

dilibatkan, serta apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.

c. Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data

dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah

ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

d. Pengelolah dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk

dikelompokkan agar lebih mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat

analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya.

Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan

gap. Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu sebagai hasil

(25)

yang berkepentingan, hendaknya hasil yang terjadi evaluasi didokumentasikan secara tertulis

dan diinformasikan baik secara lisan maupun tulisan.

e. Tindak lanjut evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen.

Oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk

mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat

strategi maupun ditingkat implementasi strategi.

Evaluasi kinerja dapat dilakukan pada berbagai pekerjaan, termasuk diantaranya

dalam bidang organisasi baik organisasi nirlaba maupun organisasi laba (perusahaan). Dalam

skripsi ini evalusai akan diarahkan pada organisasi laba.

Ada beberapa aspek penting dalam mengevaluasi kinerja dalam suatu perusahaan.

Evaluasi kinerja yang dilakukan dalam suatu perusahaan dapat digolongkan kepada dua

aspek yaitu evaluasi kinerja terhadap aspek non keuangan. Evaluasi terhadap keuangan ini

didasarkan pada laporan keuangan, sedangkan evaluasi terhadap aspek non keuangan

tergantung pada bidang apa yang akan dianalisa misalkan aspek strategi perusahaan, aspek

pemasaran, aspek operasional dan aspek sumber daya manusia.

2.4.3 Tujuan Pengukuran Kinerja

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam

melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasiatau perusahaan.

Kemungkinan yang lain adalah digunakannya informasi akutansi bersamaan dengan

informasi non akutansi untuk menilai kinerja manajer atau pimpinan perusahaan.

Adapun tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi pegawai dalam mencapai

(26)

aagar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa

kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Penilaian kinerja dilakukan untukdilakukan untuk menekan perilaku yang tidak

semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan

melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat intrinsik

maupun ekstrinsik. Untuk itu penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal

sebagai berikut :

a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian pegawai

secara maksimum.

b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan pegawai seperti

promosi, transfer dan pemberhentian

Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan pegawai dan untuk menyediakan

kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

c. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

d. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.4.4 Tujuan dan Sasaran Kinerja

Menurut Wibowo (2009 : 41) tujuan dan sasaran kinerja disusun bersumber pada visi,

misi dan rencana strategis suatu organisasi. Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

(27)

Unit sumber daya manusia dalam suatu organisasi seharusnya berperan untuk

menganalisis dan membantu memperbaiki masalah-masalah dalam pencapaian kinerja. Apa

yang sesungguhnya menjadi peranan unit sumber daya manusia dalam suatu organisasi ini

seharusnya tergantung pada apa yang diharapkan manajemen tingkat atas, seperti fungsi

manajemen maupun, kegiatan manajemen sumber daya manusia harus dievaluasi dan

direkayasa sedemikian sehingga mereka dapat memberikan kontribusi untuk kinerja yang

kompetitif dari organisasi dan individu pada pekerjaan.

Hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai juga haruslah dapat memberikan

kontribusi yang penting bagi perusahaan yang dilihat dari segi kualitas yang dirasakan oleh

perusahaan dan sangat besar manfaatnya dimasa yang akan datang.

2.4.5 Indikator Kinerja

Indikator kinerja menurut Mangkumanegara, (2007 : 75), antara lain :

a. Kualitas Kerja

Kualitas kerja adalah ketelitian, kerapian dan keterikatan hasil kerja yang dilakukan

dengan baik agar dapat menghindari kesalahan didalam menyelesaikan suatu

pekerjaan. Indikatornya adalah :

1. Pelaksanaan pekerjaan tepat

2. Minimalisasi tingkat kesalahan dalam bekerja

b. Kuantitas Kerja

Dalam hal ini output perlu diperhatikan juga, bukan hanya output rutin, tetapi juga

seberapa cepat bisa menyelesaikan kerja ekstra. Kuantitas kerja adalah volume kerja

yang dihasilkan dibawah kondisi normal. Kuantitas juga menunjukkan banyaknya

jenis pekerjaan yang dilakukan dalam satu waktu sehingga efektivitas kinerja dapat

(28)

1. Target kerja

2. Volume pekerjaan.

2.4.6 Pengaruh Sikap dan Komunikasi terhadap Kinerja

Dalam aktivitas sehari-hari tidak terlepas dari sikap dan komunikasi yang diciptakan.

Sikap dan komunikasi tercipta oleh karyawan yang bersangkutan, baik dalam keluarga,

organisasi, bisnis. Sikap dan komunikasi seseorang dibedakan antara yang satu dengan yang

lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Seinring dengan

bergulirnya waktu, sikap dan komunikasi pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula

dirasakan manfaatnya dalam memberi konstribusi bagi efektivitas organisasi secara

keseluruhan.

Oleh karena itu, adanya keterkaitan hubungan antara sikap dan komunikasi dengan

kinerja karena jika semakin baik kualitas yang terdapat dalam sikap dan komunikasi makin

baik kinerja organisasi tersebut (Djokosantoso, 2003:42). Karyawan yang sudah memahami

konsep berkomunikasi yang baik dan efektif akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai

suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku

keseharian mereka dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual. Didukung

dengan sumber daya manusia yang ada, sistem dan teknologi, strategi perusahaan dan

logistik, masing-masing kinerja individu yang baik akan menimbulkan kinerja organisasi

(29)

2.5 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah tabel 2.1 ringkasan hasil penelitian terdahulu :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian Independen Dependen

Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi antara pelatihan terhadap peningkatan prestasi karyawan maka di peroleh hasil regresi bernilai positif dan signifikan dimana dengan meningkatkan pelatihan maka akan berpengaruh terhadap peningkatan perstasi kerja dan berdasarkan hasikoefisien korelasi maka diperoleh nilai R=0,773, hal inin berarti antara pelatihan dan prestasi karyawan mempunyai hubungan yang simultan atau disebut juga (nyata).

Hasil penelitian menggambarkan hubungan bersifat positif dan signifikan antara penempatan karyawan dengan kinerja karyawan PT. Boma Bisma Indra Pasuruan. Semakin tinggi penempatan karyawan maka akan semakin tinggi pula kinerja karyawan. Melalui analisis data yang dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment, diperoleh hasil rxy= 0,998 dan rtabel=0,487 p=0,001 yang berarti terdapat hubungan penempatan karyawan dengan kinerja karyawan PT. Boma Bisma Indra Pasuruan dengan taraf koefisiensi 0,001

Secara keseluruhan pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan PT. POS Indonesia mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan.

(30)

Atkhan

Terdapat pengaruh /hubungan yang positif antara penempatan pegawai yang tepat terhadap kinerja pegawai pada Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

Secara serempak maupun parsial, pelaksanaan parsial, pelaksanaan pelatihan serta promosi jabatan pegawai berpengaruh signifikan positif terhadap prestasi kerja

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi peneliti, maka disimpulkan bahwa hasil perhitungan hubungan atau korelasi secara parsial yaitu antara seleksi (X1) terhadap produktivitas kerja karyawan (Y) ialah sebesar 0,25 yaitu dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang rendahtapi pasti. Sedangkan hubungan atau korelasi secara parsial antara penempatan karyawan (X2) terhadap produktivitas kerja karyawan (Y) ialah diketahui sebesar 0,367 yaitu dinyatakan terdapat hubungan rendah tapi pasti.

(31)

Widiyanto

pengaruh positif dan signifikan variabel seleksi (X1) dan variabel penempatan (X2) terhadap Produktivitas Kerja Pada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Sumatera Utara

Berdasarkan pengujian secara parsial didapat bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat. Terbukti dari hasil perhitungan diperoleh t-hitung X1 = 4,309 dengan sig (1.000 ; t-hitung X2 = 7,969 dengan sig. 0.000, ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-samavariabel bebas mempengaruhi produktivitas kerja. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Fhitung > Ftabelyaitu

55.150 > 3,20, sehingga H0 ditolak. Hasil

pengujian secara parsial menunjukkan bahwa nilai thitung variabel seleksi (X1)

sebesar (2,595) lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel variabel penempatan

(X2) sebesar 5,213 lebih besar dibandingkan nili ttabel (2,014). Maka

dalam hal ini secara parsial bahwa variabel seleksi dan penempatan berpengaruh terhadap produktifitas kerja

Sumber : Berbagai skripsi (Data diolah)

Jurnal Internasional dengan judul “Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

Pemerintah di Negara Malaysia” dilakukan oleh Salleh, Universitas Sultan Zainal Abidin,

Malaysia (2011). Penelitian ini menguji hubungan motivasi terhadap kinerja. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa motovasi secara positif berpengaruh terhadap kinerja. Orang yang

menpunyai tingkat motivasi yang tinggi dan cenderung membangun hubungan interpersonal

dengan orang lain akan menghasilkan kinerja yang bagus.

(32)

penelitian, pertama adalah penting bahwa kompetensi dimasukkan dalam deskripsi pekerjaan

karena daftar tanggung jawab pekerjaan dan hasil tugas pekerjaan saja tidak cukup untuk

memastikan keberhasilan. Kedua, menganalisis kebutuhan pelatihan dan merekomendasikan

pelatihan. Ketiga, membangun kemampuan kerja karyawan dalam satu organisasi, selain

pelatihan dan pengembanagn, model kompetensi dapat digunakan oleh sebuah organisasi

dalam berbagai cara. Sebagai contoh, model ini dapat digunakan untuk seleksi, manajemen

kinerja, kompensasi, pengembangan karir, perencanaan dan pengelolaan sukesi sistem

informasi.

2.6 Pengaruh Pelatihan dengan Kinerja Karyawan

Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang dimaksud untuk memperbaiki

dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan

sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan. Pelatihan bermanfaat dalam

situasi dimana para karyawan kekurangan kecakapan dan pengetahuan. Pelatihan tidak

dimaksudkan untuk menggantikan kriteria seleksi yang tidak memadai, ketidaktepatan

rancangan pekerjaan, atau imbalan organisasi yang tidak memadai. Program pengembangan

karyawan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode ilmiah serta

berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun masa depan.

Tidak semua karyawan yang melalui proses rekrutmen mempunyai keahlian sesuai dengan

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, oleh karena

itu dibutuhkan pelatihan agar dapat membentuk karyawan yang mempunyai keahlian tinggi

sehingga kinerja karyawan akan meningkat kualitas dan kuantitas output akan semakin baik

(33)

2.6 .1 Pengaruh Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Gomes (2009 : 117) menyebutkan bahwa proses seleksi dan penempatan merupakan

salah satu fungsi terpenting dalam manajemen SDM, karena tersedia atau tidaknya pekeja

dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, diterima atau tidaknya

pelamar yang telah lulus proses rekrutment, tepat atau tidaknya penempatan seseorang

pekerja pada posisi tertentu, sangat ditentukan oleh fungsi seleksi dan penempatan ini. Jika

fungsi ini tidak dilaksanakan dengan baik, maka dengan sendirinya akan berakibat fatal

terhadap pencapaian tujuan organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa penempatan pada posisi

pekerjaan tertentu yang sesuai dengan keahlian atau pengalaman kerja yang telah ada sangat

mempengaruhi kinerjanya.

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan

suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam masalah tertentu.

Pengaruh Pelatihan dengan Kinerja Karyawan :

Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang dimaksud untuk memperbaiki

dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan

sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan. Pelatihan bermanfaat dalam

situasi dimana para karyawan kekurangan kecakapan dan pengetahuan.

Pengaruh Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan :

Gomes (2009 : 117) menyebutkan bahwa proses seleksi dan penempatan merupakan

salah satu fungsi terpenting dalam manajemen SDM, karena tersedia atau tidaknya pekeja

(34)

pelamar yang telah lulus proses rekrutment, tepat atau tidaknya penempatan seseorang

pekerja pada posisi tertentu, sangat ditentukan oleh fungsi seleksi dan penempatan ini.

Dalam upaya menghadapi persaingan yang sangat tinggi di era globalisasi ini perusahaan

harus mampu menciptakan serta mempertahankan karyawan yang mempunyai kemampuan

untuk memenangkan perasaingan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar

perusahaan dapat menciptakan dan memertahankan orang yang tepat pada posisi yang tepat

dan melakukan pelatihan sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Sofyandi (2008:113) mengemukakan bahwa : Pelatihan adalah suatu usaha untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kayawan dalam melaksanakan pekerjaannya

lebih efektif dan efisien. Program pelatihan adalah serangkaian program yang dirancang

untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam hubungannya dengan

pekerjaan. Dalam proses pelatian ini memperbaiki kinerja karyawan yang biasanya masih

kurang baik agar menjadi lebih baik kedepannya dan melatih karyawan agar terbiasa dan

mampu beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi.

Penempatan tenaga kerja merupakan suatu usaha untuk menyalurkan kemampuan

sumber daya manusia sebaik-baiknya dengan jalan menempatkan karyawan yang tepat atau

jabatan yang paling sesuai. Mathis (2011 : 262) menyebutkan penempatan (placement) adalah

penempatan seseorang ke posisi pekerjaan yang tepat, hal ini difokuskan dengan kesesuaian

dan pencocokan antara keterampilan, dan pengetahuan orang-orang dengan

karakteristik-karakteristik pekerjaan.

Mangkumanegara (2005 : 43) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil yang

dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber

(35)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka model kerangka konseptual dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pelatihan (X1)

Sumber : Mathis (2011:262) dan Sofyandi (2008:113)

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban sementara tentang hubungan antara

variabel-variabel dalam penelitian, dan merupakan pernyataan paling spesifik. Berdasarkan

perumusan masalah dalam kerangka konseptual maka peneliti menetapkan hipotesis di dalam

penelitian ini yaitu :

1. Pelatihan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.

PLN Provinsi Sumatera Utara Kantor Cabang Medan

2. Penempatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.

PLN Provinsi Sumatera Utara Kantor Cabang Medan

3. Pelatihan dan penempatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan PT. PLN Provinsi Sumatera Utara Kantor Cabang Medan

Kinerja Karyawan (Y)

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Indonesian EFL Teachers in the Swing of Curricula_Beyond Words High stakes testing and teacher access_JEP 2016. Creating a standardized test School

Armsey, J.W. An Inquiry into the Uses of Instructional Technology. New York: the Ford Foundation. The use of media in language teaching. In Teaching English as a second

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Lokasi Konsolidasi Tanah Swadaya di

hipokalsemia hiperurisemia Kelebihan cairan intravaskulair Edema MK: Kelebihan volume cairan MK: -Gangguan keseimbangan elektrolit -Penurunan curah jantung -Resiko Aritmia

Tiang Penyesuai Ketinggian ini di rancang dengan ukuran ujung tiang yang lebih kecil berdiameter 0,75 inch (1,9 cm) dan panjang 2 cm, pemberian ujung tiang yang lebih kecil

• Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengurutkan dan menuliskan urutan peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta

Hubungan antara orang baik sendiri-sendiri dan badan hukum dengan BARA+K yang terkandung di dalamnya.Yang dimaksud dengan hak atas tanah ialah: “Hak yang memberikan wewenang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan umur, paritas, pengetahuan, sikap, jarak puskesmas dan bimbingan tenaga kesehatan dengan perilaku penggunaan