• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Feminisme Tokoh Rie Dalam Novel The Scent Of Sake Karya Joyce Lebra Joyce Lebra No Shousetsu No “The Scent Of Sake” No Feminizumu No Bunseki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Feminisme Tokoh Rie Dalam Novel The Scent Of Sake Karya Joyce Lebra Joyce Lebra No Shousetsu No “The Scent Of Sake” No Feminizumu No Bunseki"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah

imitasi (Luxemburg dkk,1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan

kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk

mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada

umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.

Kata novel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: karangan prosa yang

panjang mengabungkan rangkaian cerita kehidupan sesorang dengan orang lain di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Novel pada umumnya terdiri dari beberapa bab, disetiap babnya memiliki alur cerita

yang berbeda-beda sehingga hubungan antar bab memiliki hubungan yang erat. Apabila

membaca sebuah novel hanya satu bab saja, maka tidak akan menghasilkan keutuhan cerita

dari novel tersebut, karena keutuhan sebuah cerita dalam sebuah novel meliputi keseluruhan

bab. ”suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada disekitar kita, tidak

mendalam, tidak banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai

sesuatu episode”.

Novel dalam sejarah kemunculannya di Indonesia, telah lama dikenal oleh masyarakat

Indonesia sejak dahulu sebagai karangan fiksi yang mengandung daya imajinatif yang sangat

kreatif dari pengarangnya, baik dari unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya. Novel dalam

bentuk penyajiannya mengungkapkan segala sesuatunya secara bebas dan sangat rinci dan

lebih banyak menghadirkan berbagai masalah yang lebih banyak dan lebih kompleks, hal ini

(2)

Jadi, novel dalam keberadaannya sangatlah dekat dengan masyarakat, dan bukan hal

yang baru bagi masyarakat Indonesia saat ini. Kekreatifan seorang pengarang akan lebih

terlihat dari cara ia menjelaskan segala sesuatunya secara rinci disetiap cerita yang ia

sampaikan dalam karyanya. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya

sastra itu sendiri (Nurgiyantoro,2010:23). Adapun unsur-unsur intriksik yang berkaitan

dengan penelitian analisis feminisme adalah tema,tokoh,penokohan dan amanat

Menurut Nurgiyantoro (2010:25) tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita.

Tema selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan,seperti masalah

cinta,kasih,rindu,takut,maut,relegius,dan sebagainya. Tema adalah sesuatu yang menjadi

pikiran,sesuatu yang menjadi persoalan pengarang. Tema merupakan persoalan yang

diungkapkan dalam sebuah karya sastra.

Menurut Aminudin (1995:79) Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa

dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Menurut Jones (dalam

Nurgiyantoro,2000:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

yang di tampilkan dalam sebuah cerita. Berdasarkan pendapat para ahli, penokohan memilki

pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan tokoh.penokohan mencakup masalah siapa

tokoh cerita, bagaimana perwatakan,dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam

suatu cerita.

Gender adalah perbedaan prilaku antara laki-laki dan perempuan yang di konstruksikan

secara sosial, yakni perbedaan yang di ciptakan manusia melalui proses social dan cultural

yang panjang, (Sugihastuti 2010:23). Fakih (2010:8) berpendapat bahwa konsep gender

merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang

(3)

Pada dasarnya tujuan dari feminisme adalah menyamakan kedudukan atau derajat

perempuan dan laki-laki. Feminisme memperjuangkan kemanusiaan kaum perempuan,

memperjuangkan perempuan sebagai manusia merdeka secara utuh. Nilai-nilai yang

terkandung dalam feminisme yaitu pengetahuan dan pengalaman personal, misalnya antara

perempuan berkulit putih dan hitam tentu saja akan berbeda.

Kemudian rumusan tentang diri sendiri, yaitu perempuan berhak merumuskan tentang

dirinya. Dan selanjutnya adalah kekuasaan personal, yaitu perempuan memiliki kekuasaan

atas dirinya dan segala yang ia punya baik pikiran, perasaan, dan tubuhnya. Berikutnya

bahwa feminisme menghormati keadilan. Sedangkan kreatifitas berarti bahwa feminisme

adalah proses mengusung nilai-nilai perjuangan baru yang luas dan terbuka. Dan yang

terakhir politik pribadi apabila kita memahami antara sosialitas dan subyektifitas politik

situasi perempuan, maka juga akan memahami penulisan, tema, genre, dan struktiur penulis

wanita. Selain itu ada pula kritik sastra feminis psikoanalitik yang biasanya ditempatkan pada

tulisan wanita karena tokoh wanita biasanya merupakan cerminan penciptanya.

Menurut Sofia (2009:52-59) dalam (http://junaedijuju.blogspot.com)sikap dan tindakan

yang dilakukan oleh perempuan untuk melepaskan diri dari dominasi patriaki adalah dengan

cara memberikan pemahaman dan mengutarakan pendapat.Teori feminisme yang

dipersembahkan untuk menciptakan kultur perempuan yang radikal dan terpisah.

Beberapa feminis radikal berpikir bahwa patriakhi merupakan kultur yang

trans-historis dan meliputi semua dan oleh karnanya mereka percaya bahwa perempuan hanya akan

bebas dalam suatu kultur perempuan alternative. Hegemoni Patriakhi mendorong beberapa

feminis untuk menarik diri dari aksi politik tradisional dan malah membelok untuk

menciptakan duni perempuan yang terpisah. Mary Dary khususnya mendeskripsikan banyak

strategis feminis cultural untuk melakuakan perubahan sosial. Dalam Gyn / ecologi , dia

(4)

“ membalikan ujung jarum kosmis” perempuan akan menciptakan kultur baru dengan ritual,

symbol, dan bahasa feminis yang baru feminis. Para kritikus menyatakan bahwa feminisme

cultural masih mengabaikan persoalan sampai sejauh mana keperempuanan itu berfungsi

sebagai pelengkap bagi laki- laki.

Feminisme radikal mendeskripsikan kultur perempuan sebagai masyarakat yang

penuh dengan nilai-nilai keseluruhan, kepercayaan, dan pengasuhan. Menurut feminis radikal

pemisahan antara pengalaman laki-laki dan perempuan berarti bahwa setiap masyarakat

sebagai akibatnya, mempunyai dua kultur-yang terlihat, yaitu yang laki-laki dan tidak terlihat,

adalah perempuan. Misalnya Susan Griffin menyatakan bahwa dualisme buatan masyarakat

antara kultur dan natur, intelek dan emosi berasal dari ketakutan akan tubuh dan membawa

pada pembagian kerja yang menjangkau semua. Audre Laurde menyatakan bahwa definisi

kultur masyarakat dan pada saat yang sama ketakutan terhadap kaitan puisi dengan wilayah

pikiran tidak dikenal yang tergabung dalam ketakutan patriakis akan perempuan, akan

kegelapan, dan nilai-nilai hitam yang menunjukkan rahasia pengetahuan yang lebih tua.

Pada awalnya antara pria dan wanita terdapat kesetaraan jender pembagian kerja di

antara mereka dilakukan berdasarkan fungsi biologis (kodrat) masing-masing. Namun dalam

perkembangannya kemudian muncul perbedaan jenis pekerjaan yaitu pekerjaan luar (publik)

yang umum dilakukan oleh pria dan pekerjaan dalam/rumah tangga (domestik) yang

umumnya dikerjakan oleh wanita.

Di dalam novel The Scent of sake karya Joyce Lebra terlihat bahwa kehidupan

seorang tokoh utama Rie yang mengalami tekanan dalam keluarganya.hak-haknya telah di

batasi dan tak dianggap kehadirannya,serta sistem budaya yang menghimpit kehidupan tokoh

(5)

Berdasarkan pada uraian di atas, penulis tertarik membahas penelitian dengan memilih judul

“ANALISIS FEMINISME TOKOH RIE DALAM NOVEL THE SCENT OF SAKE

karya JOYCE LEBRA”.

C.Rumusan Masalah

Pada dasarnya gerakan feminisme ini muncul karena adanya dorongan ingin

menyetarakan hak antara pria dan wanita yang selama ini seolah-olah wanita tidak

dihargai dalam pengambilan kesempatan dan keputusan dalam hidup. Wanita filerasa

terkekang karena superioritas pria dan wanita hanya dianggap sebagai "burnbu

penyedap" dalam hidup pria. Adanya pemikiran tersebut tampaknya sudah membudaya

sehingga wanita harus berjuang keras untuk menunjukkan eksistensi dirinya di mata

dunia.

Berdasarkan Uraian di atas penulis dapat menarik beberapa ,yaitu:

1.Bagaimanakah kedudukan dan peran wanita dalam novel the scent of sake karya

Joyce Lebra ?

2.Bagaimanakah perjuangan tokoh wanita dalam mewujudkan feminisme dalam novel

The Scent Of Sake karya Joyce Lebra ?

D.Ruang lingkup penelitian

Untuk mencegah agar masalah tidak berkembang terlalu luas dan penelitian menjadi

terarah sesuai dengan tujuan yang ingin di capai di perlukan pembatasan masalah.

Data yang di gunakan pada penelitian adalah novel The scent of sake dengan kajian

feminisme,edisi pertama,tahun terbit 2013 dan berjumlah 548 halaman.

Menurut Moleong (2002:63) mengatakan bahwa pembatasan masalah adalah

(6)

dengan masalah penelitian.Didalam novel The Scent of sake karya Joyce Lebra peneliti

membatasi kajian pada pada kedudukan dan peran tokoh Rie dalam novel The scent of sake

karya Joyce Lebra di tinjau dari aspek feminisme.

E.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.Tinjauan Pustaka

Menurut Mursal Esten (1978 : 9)Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari

fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui

bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia

(kemanusiaan).

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,

perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat

membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Jakop

Sumardjo dalam bukunya yang berjudul "Apresiasi Kesusastraan" mengatakan bahwa karya

sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat

bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang

lain.

Pada dasarnya, karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra

dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup, walaupun

dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan

batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat

dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan

(7)

Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang

termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun,

sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi

dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah

novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan

lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin

untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita

yang terkandung dalam novel tersebut.

Menurut khasanah kesusastraan Indonesia modern, novel berbeda dengan roman.

Sebuah roman menyajikan alur cerita yang lebih kompleks dan jumlah pemeran (tokoh cerita)

juga lebih banyak. Hal ini sangat berbeda dengan novel yang lebih sederhana dalam

penyajian alur cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan dalam cerita tidak terlalu

banyak.Dalam ilmu sastra, feminisme ini berhubungan dengan konsep kritik sastra feminis,

yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisis kepada wanita. Kritik sastra feminis

bukan berarti pengeritik wanita, atau kritik tentang wanita, atau kritik tentang pengarang

wanita. Arti sederhana yang dikandung adalah pengeritik memandang sastra dengan kesadaran khusus;

kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan

kehidupan. Membaca sebagai wanita berarti membaca dengan kesadaran membongkar

praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki yang androsentris atau patrialkal, yang sampai

sekarang masih menguasai penulisan dan pembacaan sastra. Perbedaan jenis kelamin pada

diri penyair, pembaca, unsur karya dan faktor luar itulah yang mempengaruhi situasi sistem

komunikasi sastra. Endraswara (2003: 146) mengungkapkan bahwa dalam menganalisis karya

(8)

a. Kedudukan dan peran tokoh perempuan dalam sastra,

b. Ketertinggalan kaum perempuan dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan

dan aktivitas kemasyarakatan,

c. Memperhatikan faktor pembaca sastra, bagaimana tanggapan pembaca terhadap emansipasi

wanita dalam sastra..

Menurut Kolodny dalam Djajanegara (2000: 20-30) menjelaskan beberapa tujuan dari

kritik sastra feminis yaitu:

a. Dengan kritik sastra feminis kita mampu menafsirkan kembali serta menilaikembali

seluruh karya sastra yang dihasilkan di abad silam;

b. Membantu kita memahami, menafsirkan, serta menilai cerita-cerita rekaan penulis

perempuan.

Menurut Kuiper dalam Sugihastuti dan Suharto (2002:68) juga mengungkapkan

tujuan penelitian feminissastra sebagai berikut:

a. Untuk mengkritik karya sastra kanon dan untuk menyoroti hal-hal yang bersifat standar

yang didasarkan pada patriakhar;

b.Untuk menampilkan teks -teks yang diremehkan yang dibuat perempuan;

c. Untuk mengokohkan gynocritic, yaitu studi teks-teks yang dipusatkan pada perempuan,

dan untuk mengokohkan kanon perempuan;

d. Untuk mengeksplorasi konstruksi kultural dari gender dan identitas.

Sasaran penting dalam analisis feminism sastra sedapat mungkin berhubungan dengan hal-hal

sebagai berikut:

a. Mengungkap karya-karya penulis wanita masa lalu dan masa kini agar jelas citra

wanita yang merasa tertekan oleh tradisi. Dominasi budaya partikal harus terungkap

(9)

b. Mengungkap tekanan pada tokoh wanita dalam karya sastra yang ditulis oleh

pengarang pria.

c. Mengungkapkan ideologi pengarang wanita dan pria, bagaimana mereka memandang diri

sendiri dalam kehidupan nyata..

d. Mengkaji dari aspek ginokritik, yakni memahami bagaimana proses kreatif

kaumfeminis. Apakah penulis wanita akan memiliki kekhasan dalam gaya dan ekspresi

atau tidak.

e. Mengungkap aspek psikoanalisa feminis, yaitu mengapa wanita, baik tokoh maupun

pengarang, lebih suka pada hal-hal yang halus, emosional, penuh kasih sayang dan

sebagainya.

Menurut Selden dalam Pradopo (1991:137) menggolongkan lima fokus sasaran

pengkajian sastra feminis:

a. Biologi, yang sering menempatkan perempuan lebih inferior, lembut, lemah, dan

rendah;

b. Pengalaman, sering kali wanita dipandang hanya memiliki pengalaman

terbatas,masalah menstruasi, melahirkan, menyusui dan seterusnya;

c. Wacana, biasanya wanita lebih rendah penguasaan bahasa sedangkan laki-lakimemilki

“tuntutan kuat”. Akibat dari semua ini akan menimbulkan stereotip yangnegatif pada diri

wanita, wanita sekedar kanca wingking

d. Proses ketidaksadaran, secara diam-diam penulis feminis telah meruntuhkanotoritas

laki-laki. Seksualitas wanita besifat revolusioner, subversif, beragam, danterbuka. Namun

demikian, hal ini masih kurang disadari oleh laki-laki.

e. Pengarang feminis biasanya sering menghadirkan tuntutan sosial dan ekonomi yang

(10)

2.Kerangka Teori

Kerangka teori adalah suatu uraian yang memuat pokok-pokok pikiran yang

mengambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan di soroti. Dengan demikian adanya

kerangka teori maka penulis akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah

penelitiannya (Nawawi,1995:40).Dalam menilai karya sastra, cara yang sering dipakai adalah

analisa secara tekstual. Salah satu bentuk yang lain yang juga digunakan dalam memahami

karya sastra adalah analisis tekstual feminis.

Menjadi kritisi feminis berarti mampu membaca dengan kesadaran atas dominasi

ideologi patriarki dan wacana laki-laki, dan dengan kesadaran serta keinginan untuk

mendobrak dominasi tersebut. Seorang feminis dalam karya sastra-nya dapat saja merupakan

seorang yang pluralistik dalam pilihan metode serta teori sastra yang dipergunakannya,

karena pada dasarnya pendekatan apapun yang dimanfaatkan, selama itu sesuai dengan tujuan

politisnya. Ada beberapa macam pendekatan analisis sastra (teks) yaitu:

1. Kritisisme dengan perskriptif (perscriptive criticism) menawarkan sebuah cara untuk

menentukan peran pembebasan yang dapat dimainkan kesusasteraan dan

kritikfeminis.

MenurutCheriRegister(1975)dalam(http://junaedijuju.blogspot.com) untuk menjadi

feminis, sebuah teks atau karya sastra/tekstual harus memenuhi satu atau lebih fungsi

di bawah ini :

a. Sebagai suatu forum bagi perempuan. Artinya perempuan dibiarkan

bebasberbicara danmenceritakan pengalamannya dan perasaannya tanpa harus

berusaha untukmemenuhi standaryang ditetapkan oleh laki-laki.

(11)

perempuan yangselama ini tidakcukup dihargai. Penciptaan karakter perempuan yang

terlalu macho atau kejam danmengagungkan kekuatan fisik tidaklah berarti feminis

karena hal ini berarti masihberangkat darisifat kemaskulinan.

c. Menyediakan metode contoh teks yang feminis menyediakan ruang bagi

perempuanuntukmelakukan eksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru dan

mengevaluasi alternatif yang terbukabagi dirinya, dan pada saat yang sama

menunjukkan bahwa pembebasanmerupakanpengetahuan yang berat, yang dimulai

dari diri sendiri dan diakhiri dari diri sendiri.

d. Mempromosikan persaudaraan perempuan (sisterhood) teks, atau kritik

feminism harus memungkinkan perempuan untuk menyadari perbedaan dirinya dengan

perempuan lain, dan daripada saat yang sama menghargai persaman pengalaman dengan

perempuan lain dan untuk memutuskan suatu tindakan „politis‟.

2. Kritik sastra gynocritics adalah mengkonstruksi suatu suatu bingkai kerja yang

akanmenganalisa perempuan dalam karya sastra (atau teks) berdasarkan pengalaman

perempuan, dan bukan mengadaptasi model serta teori laki-laki. Cara ini dimulai dengan

membebaskan diridari carapandang laki-laki, menggantikannya dengan cara pandang

perempuan dan mengartikulasikannya dalam budaya perempuan. Tokoh yang

memperkenalkan ini adalah Elaine Showalter. Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa

laki-laki lah yang selama ini berusahamendefinisikan perempuandalam budaya..

3. Kritik sastra feminis sosial atau kritik sastra marxis: kritik sastra feminis yang

menelititokoh-tokohpertempuan dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat.

4. Kritik sastra gynesis, teori ini dilandaskan pada pemikiran bahwa perempuan bisa sangat patriarchal

(12)

bahwapengalamanperempuan adalah milik perempuan namun seorang laki-laki sebenarnya

dapatmenginternalisasikan suara perempuan dan bersimpati terhadap perempuan..

5. Kritik sastra feminis psikoanalisis: kritik sastra yang cenderung diterapkan pada

tulisan-tulisan perempuan yang menampilkan tokoh-tokoh perempuan, karena para feminis percaya

bahwa pembaca perempuan biasanya mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh

perempuan yang dibacanya, kritik sastra feminis ini berbeda dengan kritik-kritik yang lain;

masalah kritik sastra feminis berkembang dari berbagai sumber. Untuk menerapkan diperlukan

pandangan luas dalam bacaan-bacaan tentang wanita. Bantuan ilmu lain seperti sejarah,

psikologi, dan antropologi misalnya sangat diperlukan, disamping perlu dikuasai teori kritik

yang sudah dimiliki sejak awal oleh kritikus feminis itu.

Menurut Ratna (2005: 226) gerakan feminis secara khusus menyediakan konsep dan

teori dalam kaitannya dengan analisis kaum perempuan. Sedangkan Ritzer dalam Ratna

(2005:231) feminis termasuk teori sosial kritis, teori yang melibatkan diri dalam persoalan

pokok dalam konteks sosial, politik, ekonomi, dan sejarah, yang sedang dihadapi oleh

kelompok-kelompok yang berada dalam kondisi tertindas. Paling tidak ada empat landasan

yang bisa digunakan dalam kritik sastra dengan perspektif feminisme.

a. Kelompok feminis yang berusaha menjadi kritikus sastra dengan melihat

ideologinya.Mereka ini umumnya akan menyoroti persoalan stereotipperempuan.

b. Genokritik yang mencari jawaban apakah penulis perempuan itumerupakan kelompok

khusus sehingga tulisannya bisa dibedakan dengan penulis laki-laki.

c. Kelompok feminis yang menggunakan konsep sosialis dan marxis. Logikanya, bahwa

perempuan itu faktanya tertindas karena tidak memiliki alat-alat produksi yang bisa

digunakan untuk bisa menghasilkan uang. Akibatnya, perempuan tidak memiliki

(13)

d. Menggunakan psiko-analisis yang diambil dariSigmund Freud. Bagi kelompok feminis

ini, perempuan iri terhadap laki-laki karena kekuasaan yang dimilikinya.

F.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan figure tokoh wanita dalam novel The Scent Of Sake karya

Joyce Lebra.

2. Untuk mendeskripsikan perjuangan tokoh wanita dalam mewujudkan feminisme

dalam novel The Scent Of Sake karya Joyce Lebra.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini yaitu:

1. Menambah pengetahuan tentang teori-teori feminisme dan teori sastra.

2. Menjadi titik tolak dalam memahami karya sastra pada umumnya dan novel The

Scent Of Sake karya Joyce Lebra.

G.Metode Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif.Sukmadinata (2006:72) menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,

aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dari peserta merasa keberatan atas Pengumuman Pemilihan Langsung Umum ini, dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE kepada

Kepada peserta yang berkeberatan atas hasil Seleksi Umum tersebut, maka berdasarkan ketentuan pada Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran VCT Percontohan pada mata pelajaran PKn materi Berperilaku Mulia Sesuai Pancasila dapat

Pada hari ini kamis, tanggal dua belas bulan mei tahun dua ribu sebelas, bertempat di Sekretariat DPRD Kota Tangerang, kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat DPRD

Using the linear fine and linear production function in an intertemporal optimisation framework leads to similar conclusions as those for the open access model at long-run

[r]

[r]

GADING PERMATA dinyatakan memenuhi persyaratan dan ditetapkan sebagai penyedia barang paket pekerjaan Penggandaan Formulir Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015