BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah
imitasi (Luxemburg dkk,1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan
kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk
mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada
umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Kata novel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: karangan prosa yang
panjang mengabungkan rangkaian cerita kehidupan sesorang dengan orang lain di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Novel pada umumnya terdiri dari beberapa bab, disetiap babnya memiliki alur cerita
yang berbeda-beda sehingga hubungan antar bab memiliki hubungan yang erat. Apabila
membaca sebuah novel hanya satu bab saja, maka tidak akan menghasilkan keutuhan cerita
dari novel tersebut, karena keutuhan sebuah cerita dalam sebuah novel meliputi keseluruhan
bab. ”suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada disekitar kita, tidak
mendalam, tidak banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai
sesuatu episode”.
Novel dalam sejarah kemunculannya di Indonesia, telah lama dikenal oleh masyarakat
Indonesia sejak dahulu sebagai karangan fiksi yang mengandung daya imajinatif yang sangat
kreatif dari pengarangnya, baik dari unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya. Novel dalam
bentuk penyajiannya mengungkapkan segala sesuatunya secara bebas dan sangat rinci dan
lebih banyak menghadirkan berbagai masalah yang lebih banyak dan lebih kompleks, hal ini
Jadi, novel dalam keberadaannya sangatlah dekat dengan masyarakat, dan bukan hal
yang baru bagi masyarakat Indonesia saat ini. Kekreatifan seorang pengarang akan lebih
terlihat dari cara ia menjelaskan segala sesuatunya secara rinci disetiap cerita yang ia
sampaikan dalam karyanya. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya
sastra itu sendiri (Nurgiyantoro,2010:23). Adapun unsur-unsur intriksik yang berkaitan
dengan penelitian analisis feminisme adalah tema,tokoh,penokohan dan amanat
Menurut Nurgiyantoro (2010:25) tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita.
Tema selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan,seperti masalah
cinta,kasih,rindu,takut,maut,relegius,dan sebagainya. Tema adalah sesuatu yang menjadi
pikiran,sesuatu yang menjadi persoalan pengarang. Tema merupakan persoalan yang
diungkapkan dalam sebuah karya sastra.
Menurut Aminudin (1995:79) Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa
dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Menurut Jones (dalam
Nurgiyantoro,2000:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang di tampilkan dalam sebuah cerita. Berdasarkan pendapat para ahli, penokohan memilki
pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan tokoh.penokohan mencakup masalah siapa
tokoh cerita, bagaimana perwatakan,dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam
suatu cerita.
Gender adalah perbedaan prilaku antara laki-laki dan perempuan yang di konstruksikan
secara sosial, yakni perbedaan yang di ciptakan manusia melalui proses social dan cultural
yang panjang, (Sugihastuti 2010:23). Fakih (2010:8) berpendapat bahwa konsep gender
merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang
Pada dasarnya tujuan dari feminisme adalah menyamakan kedudukan atau derajat
perempuan dan laki-laki. Feminisme memperjuangkan kemanusiaan kaum perempuan,
memperjuangkan perempuan sebagai manusia merdeka secara utuh. Nilai-nilai yang
terkandung dalam feminisme yaitu pengetahuan dan pengalaman personal, misalnya antara
perempuan berkulit putih dan hitam tentu saja akan berbeda.
Kemudian rumusan tentang diri sendiri, yaitu perempuan berhak merumuskan tentang
dirinya. Dan selanjutnya adalah kekuasaan personal, yaitu perempuan memiliki kekuasaan
atas dirinya dan segala yang ia punya baik pikiran, perasaan, dan tubuhnya. Berikutnya
bahwa feminisme menghormati keadilan. Sedangkan kreatifitas berarti bahwa feminisme
adalah proses mengusung nilai-nilai perjuangan baru yang luas dan terbuka. Dan yang
terakhir politik pribadi apabila kita memahami antara sosialitas dan subyektifitas politik
situasi perempuan, maka juga akan memahami penulisan, tema, genre, dan struktiur penulis
wanita. Selain itu ada pula kritik sastra feminis psikoanalitik yang biasanya ditempatkan pada
tulisan wanita karena tokoh wanita biasanya merupakan cerminan penciptanya.
Menurut Sofia (2009:52-59) dalam (http://junaedijuju.blogspot.com)sikap dan tindakan
yang dilakukan oleh perempuan untuk melepaskan diri dari dominasi patriaki adalah dengan
cara memberikan pemahaman dan mengutarakan pendapat.Teori feminisme yang
dipersembahkan untuk menciptakan kultur perempuan yang radikal dan terpisah.
Beberapa feminis radikal berpikir bahwa patriakhi merupakan kultur yang
trans-historis dan meliputi semua dan oleh karnanya mereka percaya bahwa perempuan hanya akan
bebas dalam suatu kultur perempuan alternative. Hegemoni Patriakhi mendorong beberapa
feminis untuk menarik diri dari aksi politik tradisional dan malah membelok untuk
menciptakan duni perempuan yang terpisah. Mary Dary khususnya mendeskripsikan banyak
strategis feminis cultural untuk melakuakan perubahan sosial. Dalam Gyn / ecologi , dia
“ membalikan ujung jarum kosmis” perempuan akan menciptakan kultur baru dengan ritual,
symbol, dan bahasa feminis yang baru feminis. Para kritikus menyatakan bahwa feminisme
cultural masih mengabaikan persoalan sampai sejauh mana keperempuanan itu berfungsi
sebagai pelengkap bagi laki- laki.
Feminisme radikal mendeskripsikan kultur perempuan sebagai masyarakat yang
penuh dengan nilai-nilai keseluruhan, kepercayaan, dan pengasuhan. Menurut feminis radikal
pemisahan antara pengalaman laki-laki dan perempuan berarti bahwa setiap masyarakat
sebagai akibatnya, mempunyai dua kultur-yang terlihat, yaitu yang laki-laki dan tidak terlihat,
adalah perempuan. Misalnya Susan Griffin menyatakan bahwa dualisme buatan masyarakat
antara kultur dan natur, intelek dan emosi berasal dari ketakutan akan tubuh dan membawa
pada pembagian kerja yang menjangkau semua. Audre Laurde menyatakan bahwa definisi
kultur masyarakat dan pada saat yang sama ketakutan terhadap kaitan puisi dengan wilayah
pikiran tidak dikenal yang tergabung dalam ketakutan patriakis akan perempuan, akan
kegelapan, dan nilai-nilai hitam yang menunjukkan rahasia pengetahuan yang lebih tua.
Pada awalnya antara pria dan wanita terdapat kesetaraan jender pembagian kerja di
antara mereka dilakukan berdasarkan fungsi biologis (kodrat) masing-masing. Namun dalam
perkembangannya kemudian muncul perbedaan jenis pekerjaan yaitu pekerjaan luar (publik)
yang umum dilakukan oleh pria dan pekerjaan dalam/rumah tangga (domestik) yang
umumnya dikerjakan oleh wanita.
Di dalam novel The Scent of sake karya Joyce Lebra terlihat bahwa kehidupan
seorang tokoh utama Rie yang mengalami tekanan dalam keluarganya.hak-haknya telah di
batasi dan tak dianggap kehadirannya,serta sistem budaya yang menghimpit kehidupan tokoh
Berdasarkan pada uraian di atas, penulis tertarik membahas penelitian dengan memilih judul
“ANALISIS FEMINISME TOKOH RIE DALAM NOVEL THE SCENT OF SAKE
karya JOYCE LEBRA”.
C.Rumusan Masalah
Pada dasarnya gerakan feminisme ini muncul karena adanya dorongan ingin
menyetarakan hak antara pria dan wanita yang selama ini seolah-olah wanita tidak
dihargai dalam pengambilan kesempatan dan keputusan dalam hidup. Wanita filerasa
terkekang karena superioritas pria dan wanita hanya dianggap sebagai "burnbu
penyedap" dalam hidup pria. Adanya pemikiran tersebut tampaknya sudah membudaya
sehingga wanita harus berjuang keras untuk menunjukkan eksistensi dirinya di mata
dunia.
Berdasarkan Uraian di atas penulis dapat menarik beberapa ,yaitu:
1.Bagaimanakah kedudukan dan peran wanita dalam novel the scent of sake karya
Joyce Lebra ?
2.Bagaimanakah perjuangan tokoh wanita dalam mewujudkan feminisme dalam novel
The Scent Of Sake karya Joyce Lebra ?
D.Ruang lingkup penelitian
Untuk mencegah agar masalah tidak berkembang terlalu luas dan penelitian menjadi
terarah sesuai dengan tujuan yang ingin di capai di perlukan pembatasan masalah.
Data yang di gunakan pada penelitian adalah novel The scent of sake dengan kajian
feminisme,edisi pertama,tahun terbit 2013 dan berjumlah 548 halaman.
Menurut Moleong (2002:63) mengatakan bahwa pembatasan masalah adalah
dengan masalah penelitian.Didalam novel The Scent of sake karya Joyce Lebra peneliti
membatasi kajian pada pada kedudukan dan peran tokoh Rie dalam novel The scent of sake
karya Joyce Lebra di tinjau dari aspek feminisme.
E.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.Tinjauan Pustaka
Menurut Mursal Esten (1978 : 9)Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari
fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui
bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
(kemanusiaan).
Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat
membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Jakop
Sumardjo dalam bukunya yang berjudul "Apresiasi Kesusastraan" mengatakan bahwa karya
sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat
bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang
lain.
Pada dasarnya, karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra
dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup, walaupun
dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan
batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat
dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang
termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun,
sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi
dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah
novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin
untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita
yang terkandung dalam novel tersebut.
Menurut khasanah kesusastraan Indonesia modern, novel berbeda dengan roman.
Sebuah roman menyajikan alur cerita yang lebih kompleks dan jumlah pemeran (tokoh cerita)
juga lebih banyak. Hal ini sangat berbeda dengan novel yang lebih sederhana dalam
penyajian alur cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan dalam cerita tidak terlalu
banyak.Dalam ilmu sastra, feminisme ini berhubungan dengan konsep kritik sastra feminis,
yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisis kepada wanita. Kritik sastra feminis
bukan berarti pengeritik wanita, atau kritik tentang wanita, atau kritik tentang pengarang
wanita. Arti sederhana yang dikandung adalah pengeritik memandang sastra dengan kesadaran khusus;
kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan
kehidupan. Membaca sebagai wanita berarti membaca dengan kesadaran membongkar
praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki yang androsentris atau patrialkal, yang sampai
sekarang masih menguasai penulisan dan pembacaan sastra. Perbedaan jenis kelamin pada
diri penyair, pembaca, unsur karya dan faktor luar itulah yang mempengaruhi situasi sistem
komunikasi sastra. Endraswara (2003: 146) mengungkapkan bahwa dalam menganalisis karya
a. Kedudukan dan peran tokoh perempuan dalam sastra,
b. Ketertinggalan kaum perempuan dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan
dan aktivitas kemasyarakatan,
c. Memperhatikan faktor pembaca sastra, bagaimana tanggapan pembaca terhadap emansipasi
wanita dalam sastra..
Menurut Kolodny dalam Djajanegara (2000: 20-30) menjelaskan beberapa tujuan dari
kritik sastra feminis yaitu:
a. Dengan kritik sastra feminis kita mampu menafsirkan kembali serta menilaikembali
seluruh karya sastra yang dihasilkan di abad silam;
b. Membantu kita memahami, menafsirkan, serta menilai cerita-cerita rekaan penulis
perempuan.
Menurut Kuiper dalam Sugihastuti dan Suharto (2002:68) juga mengungkapkan
tujuan penelitian feminissastra sebagai berikut:
a. Untuk mengkritik karya sastra kanon dan untuk menyoroti hal-hal yang bersifat standar
yang didasarkan pada patriakhar;
b.Untuk menampilkan teks -teks yang diremehkan yang dibuat perempuan;
c. Untuk mengokohkan gynocritic, yaitu studi teks-teks yang dipusatkan pada perempuan,
dan untuk mengokohkan kanon perempuan;
d. Untuk mengeksplorasi konstruksi kultural dari gender dan identitas.
Sasaran penting dalam analisis feminism sastra sedapat mungkin berhubungan dengan hal-hal
sebagai berikut:
a. Mengungkap karya-karya penulis wanita masa lalu dan masa kini agar jelas citra
wanita yang merasa tertekan oleh tradisi. Dominasi budaya partikal harus terungkap
b. Mengungkap tekanan pada tokoh wanita dalam karya sastra yang ditulis oleh
pengarang pria.
c. Mengungkapkan ideologi pengarang wanita dan pria, bagaimana mereka memandang diri
sendiri dalam kehidupan nyata..
d. Mengkaji dari aspek ginokritik, yakni memahami bagaimana proses kreatif
kaumfeminis. Apakah penulis wanita akan memiliki kekhasan dalam gaya dan ekspresi
atau tidak.
e. Mengungkap aspek psikoanalisa feminis, yaitu mengapa wanita, baik tokoh maupun
pengarang, lebih suka pada hal-hal yang halus, emosional, penuh kasih sayang dan
sebagainya.
Menurut Selden dalam Pradopo (1991:137) menggolongkan lima fokus sasaran
pengkajian sastra feminis:
a. Biologi, yang sering menempatkan perempuan lebih inferior, lembut, lemah, dan
rendah;
b. Pengalaman, sering kali wanita dipandang hanya memiliki pengalaman
terbatas,masalah menstruasi, melahirkan, menyusui dan seterusnya;
c. Wacana, biasanya wanita lebih rendah penguasaan bahasa sedangkan laki-lakimemilki
“tuntutan kuat”. Akibat dari semua ini akan menimbulkan stereotip yangnegatif pada diri
wanita, wanita sekedar kanca wingking
d. Proses ketidaksadaran, secara diam-diam penulis feminis telah meruntuhkanotoritas
laki-laki. Seksualitas wanita besifat revolusioner, subversif, beragam, danterbuka. Namun
demikian, hal ini masih kurang disadari oleh laki-laki.
e. Pengarang feminis biasanya sering menghadirkan tuntutan sosial dan ekonomi yang
2.Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu uraian yang memuat pokok-pokok pikiran yang
mengambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan di soroti. Dengan demikian adanya
kerangka teori maka penulis akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah
penelitiannya (Nawawi,1995:40).Dalam menilai karya sastra, cara yang sering dipakai adalah
analisa secara tekstual. Salah satu bentuk yang lain yang juga digunakan dalam memahami
karya sastra adalah analisis tekstual feminis.
Menjadi kritisi feminis berarti mampu membaca dengan kesadaran atas dominasi
ideologi patriarki dan wacana laki-laki, dan dengan kesadaran serta keinginan untuk
mendobrak dominasi tersebut. Seorang feminis dalam karya sastra-nya dapat saja merupakan
seorang yang pluralistik dalam pilihan metode serta teori sastra yang dipergunakannya,
karena pada dasarnya pendekatan apapun yang dimanfaatkan, selama itu sesuai dengan tujuan
politisnya. Ada beberapa macam pendekatan analisis sastra (teks) yaitu:
1. Kritisisme dengan perskriptif (perscriptive criticism) menawarkan sebuah cara untuk
menentukan peran pembebasan yang dapat dimainkan kesusasteraan dan
kritikfeminis.
MenurutCheriRegister(1975)dalam(http://junaedijuju.blogspot.com) untuk menjadi
feminis, sebuah teks atau karya sastra/tekstual harus memenuhi satu atau lebih fungsi
di bawah ini :
a. Sebagai suatu forum bagi perempuan. Artinya perempuan dibiarkan
bebasberbicara danmenceritakan pengalamannya dan perasaannya tanpa harus
berusaha untukmemenuhi standaryang ditetapkan oleh laki-laki.
perempuan yangselama ini tidakcukup dihargai. Penciptaan karakter perempuan yang
terlalu macho atau kejam danmengagungkan kekuatan fisik tidaklah berarti feminis
karena hal ini berarti masihberangkat darisifat kemaskulinan.
c. Menyediakan metode contoh teks yang feminis menyediakan ruang bagi
perempuanuntukmelakukan eksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru dan
mengevaluasi alternatif yang terbukabagi dirinya, dan pada saat yang sama
menunjukkan bahwa pembebasanmerupakanpengetahuan yang berat, yang dimulai
dari diri sendiri dan diakhiri dari diri sendiri.
d. Mempromosikan persaudaraan perempuan (sisterhood) teks, atau kritik
feminism harus memungkinkan perempuan untuk menyadari perbedaan dirinya dengan
perempuan lain, dan daripada saat yang sama menghargai persaman pengalaman dengan
perempuan lain dan untuk memutuskan suatu tindakan „politis‟.
2. Kritik sastra gynocritics adalah mengkonstruksi suatu suatu bingkai kerja yang
akanmenganalisa perempuan dalam karya sastra (atau teks) berdasarkan pengalaman
perempuan, dan bukan mengadaptasi model serta teori laki-laki. Cara ini dimulai dengan
membebaskan diridari carapandang laki-laki, menggantikannya dengan cara pandang
perempuan dan mengartikulasikannya dalam budaya perempuan. Tokoh yang
memperkenalkan ini adalah Elaine Showalter. Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa
laki-laki lah yang selama ini berusahamendefinisikan perempuandalam budaya..
3. Kritik sastra feminis sosial atau kritik sastra marxis: kritik sastra feminis yang
menelititokoh-tokohpertempuan dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat.
4. Kritik sastra gynesis, teori ini dilandaskan pada pemikiran bahwa perempuan bisa sangat patriarchal
bahwapengalamanperempuan adalah milik perempuan namun seorang laki-laki sebenarnya
dapatmenginternalisasikan suara perempuan dan bersimpati terhadap perempuan..
5. Kritik sastra feminis psikoanalisis: kritik sastra yang cenderung diterapkan pada
tulisan-tulisan perempuan yang menampilkan tokoh-tokoh perempuan, karena para feminis percaya
bahwa pembaca perempuan biasanya mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh
perempuan yang dibacanya, kritik sastra feminis ini berbeda dengan kritik-kritik yang lain;
masalah kritik sastra feminis berkembang dari berbagai sumber. Untuk menerapkan diperlukan
pandangan luas dalam bacaan-bacaan tentang wanita. Bantuan ilmu lain seperti sejarah,
psikologi, dan antropologi misalnya sangat diperlukan, disamping perlu dikuasai teori kritik
yang sudah dimiliki sejak awal oleh kritikus feminis itu.
Menurut Ratna (2005: 226) gerakan feminis secara khusus menyediakan konsep dan
teori dalam kaitannya dengan analisis kaum perempuan. Sedangkan Ritzer dalam Ratna
(2005:231) feminis termasuk teori sosial kritis, teori yang melibatkan diri dalam persoalan
pokok dalam konteks sosial, politik, ekonomi, dan sejarah, yang sedang dihadapi oleh
kelompok-kelompok yang berada dalam kondisi tertindas. Paling tidak ada empat landasan
yang bisa digunakan dalam kritik sastra dengan perspektif feminisme.
a. Kelompok feminis yang berusaha menjadi kritikus sastra dengan melihat
ideologinya.Mereka ini umumnya akan menyoroti persoalan stereotipperempuan.
b. Genokritik yang mencari jawaban apakah penulis perempuan itumerupakan kelompok
khusus sehingga tulisannya bisa dibedakan dengan penulis laki-laki.
c. Kelompok feminis yang menggunakan konsep sosialis dan marxis. Logikanya, bahwa
perempuan itu faktanya tertindas karena tidak memiliki alat-alat produksi yang bisa
digunakan untuk bisa menghasilkan uang. Akibatnya, perempuan tidak memiliki
d. Menggunakan psiko-analisis yang diambil dariSigmund Freud. Bagi kelompok feminis
ini, perempuan iri terhadap laki-laki karena kekuasaan yang dimilikinya.
F.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan figure tokoh wanita dalam novel The Scent Of Sake karya
Joyce Lebra.
2. Untuk mendeskripsikan perjuangan tokoh wanita dalam mewujudkan feminisme
dalam novel The Scent Of Sake karya Joyce Lebra.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini yaitu:
1. Menambah pengetahuan tentang teori-teori feminisme dan teori sastra.
2. Menjadi titik tolak dalam memahami karya sastra pada umumnya dan novel The
Scent Of Sake karya Joyce Lebra.
G.Metode Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif.Sukmadinata (2006:72) menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena