BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Theory of Planned Behavior
Theory of Planned Behavior (TPB) menjelaskan bahwa perilaku individu
muncul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat untuk
berperilaku ditentukan oleh tiga faktor (Mustikasari, 2007), yaitu:
a. Behavioral Beliefs
Behavioral beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu
perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.
b. Normative Beliefs
Normative beliefs yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan
motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.
c. Control Beliefs
Control beliefs merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang
mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan
persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat
perilakunya tersebut (perceived power).
Penelitian tentang kepatuhan pajak telah banyak dilakukan. Mustikasari
(2007) melakukan penelitian sebelumnya dengan menggunakan Theory of
Planned Behavior (TPB) dimana teori ini relevan untuk menjelaskan perilaku
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Individu akan memiliki
keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya sebelum individu
akan melakukannya atau tidak melakukannya. Hal tersebut berkaitan dengan
kesadaran wajib pajak, penyelenggarakan pembangunan negara akan terbantu
(behavioral beliefs) apabila wajib pajak yang sadar pajak dan memiliki keyakinan
mengenai pentingnya membayar pajak (Mustikasari,2007)
Normative beliefs adalah keyakinan tentang harapan normatif dari orang lain
dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut dimana ketika akan melakukan
sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tersebut. Pelayanan yang baik dari
petugas pajak, sistem perpajakan yang efisien dan efektif, serta
penyuluhan-penyuluhan pajak yang memberikan motivasi kepada wajib pajak agar taat pajak
akan memberikan keyakinan kepada wajib pajak untuk memilih perilaku taat
pajak (Mustikasari,2007)
Sanksi pajak terkait dengan control beliefs. Sanksi perpajakan dibuat
adalah untuk mendukung agar wajib pajak mematuhi peraturan perpajakan.
Kepatuhan wajib pajak akan ditentukan berdasarkan persepsi wajib pajak tentang
seberapa kuat sanksi pajak mampu mendukung perilaku wajib pajak untuk taat
pajak. Perilaku seseorang ditentukan oleh faktor Behavioral beliefs, normative
beliefs, dan control beliefs . Setelah terdapat tiga faktor tersebut, maka seseorang
akan memasuki tahap intention, kemudian tahap terakhir adalah behavior. Tahap
intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki maksud atau niat untuk
berperilaku, sedangkan behavior adalah tahap seseorang berperilaku (Mustikasari,
2007). Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak dapat menjadi
faktor yang menentukan perilaku patuh pajak. Setelah wajib pajak memiliki
wajib pajak akan memiliki niat untuk membayar pajak dan kemudian
merealisasikan niat tersebut.
2.1.2 Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial)
Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar
lewat pengamatan dan pengalaman langsung Jatmiko (2006). Menurut Bandura
(1977) dalam Jatmiko (2006), proses dalam pembelajaran sosial meliputi:
1. Proses perhatian (attentional)
Proses perhatian (attentional) yaitu orang hanya akan belajar dari seseorang
atau model, jika mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang
atau model tersebut
2. Proses penahanan (retention)
Proses penahanan (retention) adalah proses mengingat tindakan suatu model
setelah model tidak lagi mudah tersedia
3. Proses reproduksi motorik
Proses reproduksi motorik adalah proses mengubah pengamatan menjadi
perbuatan
4. Proses penguatan (reinforcement)
Proses penguatan adalah proses yang mana individu-individu disediakan
rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model
Jatmiko (2006) menjelaskan bahwa teori pembelajaran sosial ini relevan
untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya
membayar pajak. Seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya, jika
memberikan kontribusi nyata pada pembangunan di wilayahnya. Seseorang juga
akan taat pajak apabila telah menaruh perhatian terhadap pelayanan pajak, baik
fiskus maupun sistem pelayanan pajaknya. Terkait dengan proses penguatan,
dimana individu-individu disediakan rangsangan positif atau ganjaran supaya
berperilaku sesuai dengan model, tampaknya cukup relevan apabila dihubungkan
dengan pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan pajak.
2.1.3 Ruang Lingkup Pajak 2.1.3.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajak dapat dibedakan baik secara yuridis dan ekonomis.
Definisi pajak secara yuridis yaitu berdasarkan Undang - Undang Nomor 28
Tahun 2007 Pasal 1 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bahwa
Pajak merupakan suatu konstribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh
setiap orang maupun badan yang sifatnya memaksa namun tetap berdasarkan pada
Undang-Undang, dan tidak mendapat imbalan secara langsung serta digunakan
untuk kebutuhan negara juga kemakmuran rakyatnya. Sedangkan definisi pajak
secara ekonomis menurut para ahli Rochmat Soemitro (2004), pajak ialah iuran
rakyat kepada negaranya berdasarkan Undang-Undang atau peralihan kekayaan
dari sektor swasta kepada sektor publik yang bisa dipaksakan dan yang langsung
dapat ditunjuk serta digunakan untuk membiayai kebutuhan atau kepentingan
umum.
Jenis pajak banyak ragamnya. Keragaman ini tergantung dari sisi mana
kita melihatnya. Pembagian pajak dapat dilihat dari siapa yang menanggung
pajak, lembaga yang memungut, dan sifatnya.
Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak dibedakan atas pajak langsung dan
tidak langsung.
1. Pajak Langsung (Direct Tax) : Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan
secara berkala terhadap seseorang atau badan usaha berdasarkan ketetapan
pajak. Pajak langsung dipikul sendiri oleh wajib pajak. Contoh pajak
langsung adalah pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan
2. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax) : Pajak tidak langsung adalah pajak
yang dikenakan atas perbuatan atau peristiwa. Pemungutan pajak itu dipungut
tanpa surat penetapan pajak dan bisa dialihkan pada pihak lain. Contoh pajak
tidak langsung adalah pajak pertambahan nilai, pajak penjualan, dan cukai.
Pada pajak pertambahan nilai, pajak penjualan dan cukai, yang memungut
adalah perusahaan dan yang menanggung adalah konsumen.
Berdasarakan jenis wewenanag pemungutannya, pajak dibagi menjadi pajak pusat
dan pajak daerah diantaranya sebagai berikut :
a. Pajak Pusat/Pajak Negara adalah pajak yang wewenang pemungutannnya ada
pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kementrian
Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak . Yang tergolong jenis pajak ini
adalah : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPN & PPnBM ), Bea Materai, Pajak Migas, Pajak
Ekspor, Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan dan Kehutanan
b. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah (Mardiasmo,
2009).
Pajak Daerah terdiri dari :
1. Pajak Provinsi, terdiri dari :
Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, Pajak Rokok.
2. Pajak Kabupaten/ Kota, terdiri dari :
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,
Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan.
2.1.3.3 Sistem Pemungutan pajak
Menurut (Suandy, 2008) sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah
sebagai berikut :
a) Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
2. Wajib pajak bersifat pasif.
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b) Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri.
2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c) With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
2.1.4 Pajak Restoran
Menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah bahwa Restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau
minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, katering,
warung, bar dan sejenisnya termasuk juga jasa boga. Pajak restoran adalah pajak
atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Dasar Hukum Pajak Restoran di
Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 5 Tahun 2011. Wajib pajak restoran
merupakan orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Subyek pajak
restoran merupakan orang pribadi atau badan yang membeli makanan atau
minuman dari restoran. Obyek pajak restoran adalah berupa pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Pelayanan yang disediakan oleh restoran sebagaimana
dimaksud meliputi pelayanan penjualan makanan atau minuman yang dikonsumsi
oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain. Sistem
pemungutannya adalah self assessment. Dasar pengenaan pajak berupa jumlah
pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh restoran. Tarif
pajak ditetapkan sebesar sepuluh persen. Besarnya pajak terhutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak.
2.1.5 Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut (Kamus Umum Bahas Indonesia, 1995) istilah kepatuhan berarti
tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan dapat diartikan
ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Kepatuhan
wajib pajak adalah perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Internal Revenue Service (Brown dan Mazur, 2003) mengelompokkan
kepatuhan wajib pajak terdiri dari 3 tipe kepatuhan : (1) kepatuhan penyerahan
SPT (filing compliance), (2) kepatuhan pembayaran (payment compliance), dan
(3) kepatuhan pelaporan (reporting compliance). Ketiga tipe kepatuhan tersebut
bila di ukur secara bersama-sama akan memberikan gambaran yang komperhensif
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
(Kusumawati, 2006) adalah sebagai berikut :
1. Faktor Pendidikan wajib pajak, yang meliputi pendidikan formal dan
pengetahuan wajib pajak
2. Faktor pendapatan wajib pajak, yang meliputi besarnya pendapatan bersih
wajib pajak dari pekerjaan pokok dan sampingnya, serta jumlah anggota
keluaga yang masih harus dibiayai.
3. Faktor pelayanan aparatur pajak, disaat pelayanan penyampaian informasi,
pelayanan pembayaran, maupun pelayanan keberatan dan penyaranan
4. Faktor penegakan hukum, yang terdiri dari sanksi-sanksi , keadilan dalam
penentuan jumlah pajak yang dipungut, pengawasaan dan pemeriksaan
5. Faktor sosial, diantaranya pelaksanaan sosialisasi dan media sosialisasi
2.1.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Restoran
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak restoran adalah
pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan serta kesadaran
wajib pajak sebagai variabel intervening.
2.1.6.1 Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan adalah hasil berfikir (penalaran) yang menjadikan dari tidak
tahu menjadi tahu dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara.
Pengetahuan perpajakan adalah proses pengubahan perilaku seorang wajib pajak
atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan wajib pajak adalah tentang ketentuan
Pengetahuan perpajakan dapat menumbuhkan sikap positif wajib pajak jika
mereka paham betul atas isi undang undang perpajakan yang sering kali
mengalami perubahan. Untuk meningkatkan pengetahuan perpajakan masyarakat
dapat melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun nonformal akan
berdampak terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. Pendidikan
perpajakan secara formal didapat dalam materi di sekolah hingga perguruan tinggi
sedangkan perpajakan secara nonfomal dapat melalui sosialisasi perpajakan
berupa penyuluhan, seminar, spanduk, media lainnya terutama dapat diakses
melalui web resmi perpajakan.
Dengan adanya pengetahuan perpajakan tersebut akan membantu
kepatuhan wajib pajak membayar pajak, sehingga tingkat kepatuhan akan
meningkat. Pada umumnya seseorang yang memiliki pendidikan akan sadar dan
patuh terhadap hak dan kewajibannya, tanpa memaksa dan diancam oleh beberapa
sanksi dan hukuman. Wajib pajak yang berpengetahuan tetang pajak secara sadar
diri akan patuh membayar pajak. Wajib pajak mengetahui siklus penerimaan pajak
tersebut akan berjalan hingga akhirnya manfaat membayar pajak tersebut dapat
diupayakan. Indikator bahwa wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan
perpajakan adalah sebagai berikut :
1. Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWD).
Setiap wajib pajak yang memiliki usaha dibidang Restoran wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWD sebagai salah satu sarana untuk
pengadministrasian pajak.
2. Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai wajib
Apabila wajib pajak mengetahui dan memahahi kewajibannya sebagai wajib
pajak, maka mereka akan melakukannya, salah satunya adalah membayar
pajak
3. Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan
Semakin tahu dan paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka
semakin tahu dan paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima
bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka. Hal ini tentunya akan
mendorong wajib pajak untuk melakukan kewajibannya
4. Pengetahuan dan pemahaman tentang tarif pajak yang berlaku
Dengan mengetahui dan memahami tentang tarif pajak yang berlaku maka
akan mendorong wajib pajak untuk dapat menghitung kewajiban pajaknya
sendiri secara benar. Kelima, adalah wajib pajak mengetahui dan memahami
peraturan perpajakan melalui sosialisasi perpajakan yang dilakukan oleh
instansi terkait.
Berdasarkan penelitian Trisnawati (2015) menyatakan bahwa pengetahuan
pajak, berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak membayar pajak hotel,
pajak restoran dan pajak hiburan di Kota Denpasar. Penelitian Utomo (2011)
bahwa pengetahuan pepajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Penelitian Ghoni (2011) menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pengertian dari pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain
dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal
agar tercipta kepuasan dan keberhasilan (Yudi, 2007). Kualitas pelayanan dalam
penelitian ini adalah penilaian wajib pajak tehadap kinerja pelayanan yang
diberikan oleh Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi. Hakikat pelayanan umum
(Boediono, 2003) adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dari instansi
pemerintah di bidang pelayanan umum
2) Mendorong upaya pengefektifan sistem dan tata laksana pelayanan sehingga
pelayanan umum sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara
lebih berguna.
3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat
dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kualitas
pelayanan merupakan suatu perbandingan antara yang diinginkan oleh
pelanggan tentang penilaian mereka terhadap kinerja aktual dari suatu
penyediaan layanan. Agustini (2008), menyatakan adanya lima dimensi untuk
mengevaluasi kualitas jasa pelayanan yaitu :
1. Bukti Langsung, yaitu meliputi fasilitas fisik, pegawai, perlengkapan
dankomunikasi.
2. Keandalan (reability) merupakan kemampuan para petugas
memberikanpelayanan yang menjanjikan dengan segera dan tepat sasaran
3. Daya Tanggap (responsiveness) merupakan karakteristik kecocokan
dalampelayanan manusia yaitu keinginan para petugas pajak untuk
4. Jaminan (assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki oleh petugas pajak bebas dari resiko,
bahaya, atau keragu-raguan.
5. Empati (emphaty) yaitu meliputi kemudahan petugas dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik dan memahami para wajib pajak.
Penelitian Trisnawati (2015) menyatakan bahwa kualitas pelayanan,
pemeriksaan pajak dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak membayar pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan di
Kota Denpasar. Penelitian Jatmiko (2006) sikap WP terhadap pelayanan fiskus
dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Setiawan (2014)
bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak reklame. Penelitin ini sejalan dengan penelitian Saragih (2013) bahwa
kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian
Jatmiko (2006) menyatakan bahwa sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus
memiliki terhadap pengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
2.1.6.3 Sanksi Perpajakan
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-undang merupakan
rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi perpajakan adalah
sanksi administrasi dibidang perpajakan yang meliputi bunga, denda, dan
kenaikan yang dapat dikenakan terhadap wajib pajak. Sanksi diperlukan agar
bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)
akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo,2006
dalam Muliari dan Setiawan, 2011).
Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur dengan indikator
(Yadnyana, 2009 dalam Muliari dan Setiawan, 2011) sebagai berikut.
a.Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat.
b.Sanksi adminstrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan.
c. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana mendidik
wajib pajak.
d. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.
e. Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan.
Selama ini ada anggapan umum dalam masyarakat bahwa akan dikenakan
sanksi perpajakan hanya bila tidak membayar pajak. Padahal, dalam kenyataannya
banyak hal yang membuat masyarakat atau wajib pajak terkena sanksi perpajakan,
baik itu berupa sanksi administrasi (bunga, denda, dan kenaikan) maupun sanksi
pidana. Secara konvensional, terdapat dua macam sanksi yaitu sanksi positif dan
sanksi negatif. Sanksi positif merupakan suatu imbalan, sedangkan sanksi negatif
merupakan suatu hukuman (Soekanto, 1988 dalam Ilyas dan Burton, 2010).
Wajib pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi
perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006). Semakin tinggi atau
beratnya sanksi, maka akan semakin merugikan wajib pajak. Oleh sebab itu,
sanksi perpajakan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib
Secara garis besar bahwa sanksi perpajakan terdiri dari (1) sanksi pidana
perpajakan, (2) sanksi administrasi perpajakan. Sanksi pidana perpajakan
meliputi kurungan dan denda dan kurungan atau denda. Sanksi administrasi
perpajakan meliputi bunga, denda dan kenaikan.
Penelitian Setiawan (2014) menyatakan bahwa persepsi tentang sanksi
perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
reklame. Sejalan dengan penelitian Saragih (2013) bahwa Sanksi Perpajakan
berepengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Jatmiko(2006)
menyatakan bahwa Sanksi denda memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Arum (2012) yang menyatakan bahwa Sanksi perpajakan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Benk et al
(2011) juga menyatakan bahwa Sanksi hukum perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2.1.6. 4 Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran adalah unsur dalam diri manusia untuk memahami realitas dan
bagaimana mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas. Jatmiko (2006)
menjelaskan bahwa kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti. Menurut
Tarjo dan Sawarjuwono (2005) bahwa kesadaran perpajakan adalah suatu sikap
terhadap fungsi pajak, berupa konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif
yang berinteraksi dalam memahami , merasakan dan berperilaku terhadap makna
dan fungsi pajak. Kesadaran perpajakan berkonsukuensi logis untuk wajib pajak,
perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan
tepat jumlah.
Irianto (2005) dalam Widayati dan Nurlis (2010) menguraikan beberapa
bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak untuk membayar
pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam
menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau
membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang
dilakukan. Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan
pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar
pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan
beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat
mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. Ketiga, kesadaran bahwa
pajak ditetapkan dengan Undang-undang dan dapat dipaksakan. Wajib pajak akan
membayar karena pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum yang kuat
dan merupakan kewajiban mutlak setiap warga negara.
Penelitian Trisnawati (2015) menyatakan bahwa pengetahuan pajak,
kualitas pelayanan, dan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan secara tidak
langsung terhadap kepatuhan wajib pajak melalui kesadaran wajib pajak
membayar pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan di Kota Denpasar.
Kesadaran wajib pajak memediasi secara parsial pengetahuan pajak, kualitas
pelayanan, dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian
Arum (2012) semakin tinggi kesadaran maka akan semakin tinggi pula kepatuhan
2.2.1 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan Trisnawati (2015) dengan judul Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak Hotel,
Pajak Restoran Dan Pajak Hiburan di Kota Denpasar, Hasil dari penelitian ini
adalah pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak berpengaruh
positif terhadap kesadaran wajib pajak membayar pajak hotel, pajak restoran dan
pajak hiburan di Kota Denpasar. Pengetahuan pajak, kualitas pelayanan,
pemeriksaan pajak dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak membayar pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan di
Kota Denpasar. Pengetahuan pajak, kualitas pelayanan, dan pemeriksaan pajak
berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap kepatuhan wajib pajak
melalui kesadaran wajib pajak membayar pajak hotel, pajak restoran dan pajak
hiburan di Kota Denpasar. Kesadaran wajib pajak memediasi secara parsial
pengetahuan pajak, kualitas pelayanan, dan pemeriksaanpajak terhadap kepatuhan
wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak membayar pajak berpengaruh terhadap PAD
karena jumlah penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan hiburan memberikan
kontribusi yang tinggi bagi pajak daerah di Kota Denpasar.
Setiawan (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Kondisi Keuangan Perusahaan, Dan Persepsi
Tentang Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Reklame Di Dinas
Pendapatan Kota Denpasar. Hasil penelitian adalah kesadaran wajib pajak,
perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
reklame.
Saragih (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh
Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Medan Timur. Hasil penelitiannnya adalah secara simultan
variabel sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan pajak, sanksi perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini sejalan dengan
hipotesis penelitian dan hasil kedua dari penelitian tersebut adalah secara parsial
sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Lubis (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Polonia, Hasil penelitiannnya adalah secara simultan,
persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial,
norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan
persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak
dan kepatuhan pajak. Secara parsial untuk niat kepatuhan pajak, norma-norma
sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan
dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan
pajak. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan tidak berpengaruh
sigifikan terhadap niat kepatuhan pajak
Arum (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Pelayanan Fiscus Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan wajib
di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Hasil penelitiannya adalah bahwa kualitas
pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak, semakin tinggi
kesadaran maka akan semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak.
Ghoni (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Motivasi dan
Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Daerah. Hasil penelitiannya
adalah bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak.
Utomo (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Sikap,
Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan bangunan di Kecamatan pamulang kota
Tengerang Selatan. Hasil peneliatiannya adalah secara parsial Sikap Wajib Pajak
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, kesadaran
wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak,
pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak,
secara simultan sikap wajib pajak, kesadaran wajib pajak dan pengetahuan
perpajakan berpengauh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Benk, et. Al (2011) melakukan penelitian dengan judul An Investigation
ofTax Compliance Intention:ATheory Of Planned Behavior Approach. Hasil
penelitiannya adalah No statiscally significant between the equity attitudes with
tax compliance intention. Normative Expectation and legal sanction influencing
tax compliance intention.
Supadmi (2009) melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan
Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
Jatmiko (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Sikap Wajib
Pajak Pada pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayananfiskus Dan Kesadaran Perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi
di Kota Semarang). Hasil penelitiannya adalah sikap WP terhadap pelaksanaan
sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib pajak terhadap
kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kepatuhan WP
Review penelitian terdahulu dapat digambarkan dalam matriks sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Matriks Review Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti /
Tahun Judul Penelitian
Variabel yang
digunakan Hasil Penelitian
1. Trisnawati (2015)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Kepatuhan wajib pajak membayar pajak hotel, Pajak restoran dan pajak hiburan
Di kota Denpasar
Variabel Independent :
pengetahuan pajak, kualitas pelayanan, pemeriksaan pajak
Variabel Dependent Kepatuhan wajib pajak
Variabel Intervening :
Kesadaran Wajib Pajak
1.Pengetahuan pajak, Kualitas pelayanan dan Pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap Kesadaran wajib pajak membayar pajak hotel, pajakrestoran dan pajak hiburan di Kota Denpasar; 2.Pengetahuan pajak,
kualitas pelayanan, pemeriksaan pajak pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan di Kota Denpasar;
pajak berpengaruh pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan di Kota Denpasar.
Kesadaran wajib pajak memediasi secara parsial pengetahuan
pajak, kualitas pelayanan, dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak;
4.Kepatuhan wajib pajak membayar tinggi bagi pajak daerah di Kota Denpasar.
2.
Setiawan (2014)
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Dan Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Reklame Di Dinas Pendapatan Kota Denpasar
Variabel Independent: Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Kondisi Keuangan Perusahaan, Dan Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan
Variabel Dependent Kepatuhan Wajib Pajak Reklame Kualitas Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak
Variabel Independent: Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan
(Kpp) Pratama Medan Timur
wajib pajak. Hal ini sejalan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
2.secara parsial untuk niat kepatuhan
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiscus Dan Sanksi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan wajib Pajak
Variabel Independent : Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiscus Dan Sanksi Perpajakan
(1) kualitas pelayanan berpengaruh
Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan Pekerjaan Bebas (studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)
Variabel Dependent Kepatuhan wajib Pajak Orang Pribadi
YangMelakukan Kegiatan Usaha Dan Pekerjaan Bebas
kesadaran maka akan semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak
6. Ghoni. (2011)
Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Daerah
Variabel Independent : Motivasi dan
Pengetahuan Pajak
Variabel Dependent : Kepatuhan
Wajib Pajak Daerah
1. pengetahuan Kesadaran Wajib Pajak
dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan bangunan di Kecamatan pamulang kota Tengerang Selatan
Variabel Independent:
Sikap, Kesadaran Wajib pajak dan Pengetahuan
perpajakan
Variabel Dependent : Kepatuhan Wajib pajak
1.Secara parsial Sikap wajib pajak tidak berpengaruh
2.Secara simultan
sikap wajib pajak, kesadaran wajib
An Investigation ofTax Compliance
Intention:ATheory Of Planned Behavior Approach
Variabel Independent :
Equity Attitudes (X1), Normative Expectation (X2), Legal Sanction (X3)
Variabel dependent :
Tax Compliance Intention (Y1).
1. No statiscally significant between the equity attitudes with tax Pajak Melalui Kualitas Pelayanan
Variabel Independent: Kualitas Pelayanan Variabel Dependent Kepatuhan Wajib Pajak
1.Kualitas pelayanan
terhadap kepatuhan wajib pajak
10. Jatmiko (2006)
Pengaruh sikap wajib pajak pada Pelaksanaan sanksi denda, pelayanan Fiskus dan kesadaran perpajakan
Terhadap kepatuhan wajib pajak (studi empiris terhadap wajib pajak orang pribadi diKota semarang)
Variabel Independent: sikap wajib pajak pada sanksi denda, sikap wajib pajak pada pelayanan fiskus dan sikap wajib pajak pada kesadaran perpajakan.
Variabel dependent : Kepatuhan wajib pajak
1. sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap
kepatuhan WP