• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga buku Laporan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2029 dapat terselesaikan dengan baik.

Buku laporan ini diuraikan kedalam 8 (delapan) bab, yang meliputi Pendahuluan, Isu Pembangunan Berkelanjutan, Gambaran Kondisi Lingkungan Hidup, Gambaran dan Pengaruh KRP (Kebijakan, Rencana dan Program) RTRW Revisi Jawa Tengah 2009 - 2029, Pengaruh KRP RTRW terhadap Kondisi Lingkungan Hidup, Alternatif Penyempurnaan KRP, Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan Revisi RTRW Jawa Tengah 2009 – 2029, dan Integrasi hasil KLHS dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis ini bertujuan untuk memastikan aspek lingkungan hidup telah terintegrasi dalam kebijakan, rencana dan program yang disusun dalam revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009 – 2029. Terintegrasinya aspek lingkungan hidup ditujukan untuk menjamin pembangunan berkelanjutan dapat terwujud melalui rencana tata ruang dan meminimalisir konflik pemanfaatan ruang pada masa yang akan datang.

Akhir kata, tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan buku Laporan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 ini.

(3)
(4)

iii

Daftar Akronim dan Singkatan

AKAP : Antar Kota Antar Provinsi AKDP : Antar Kota Dalam Provinsi

D3TLH : Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup DAS : Daerah Aliran Sungai

ESP3 : Environmental Services Programme Phase 3

GIZ-GELAMAI : GIZ - program Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Action in Indonesia

GIZ-PAKLIM : GIZ Program Advis Kebijakan untuk Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim

GRK : Gas Rumah Kaca

IMB : Izin Mendirikan Bangunan

JE : Jasa Ekosistem

KBAK : Kawasan Bentang Alam Karst KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KPH : Kesatuan Pengelolaan Hutan KRP : Kebijakan, Rencana dan Program

LH : Lingkungan Hidup

LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan NTP : Nilai Tukar Petani

PB : Pembangunan Berkelanjutan PDB : Pendapatan Domestik Bruto PETI : Pertambangan Tanpa Izin PKP : Pusat Kegiatan Lokal

PKLp : Pusat Kegiatan Lokal Promosi PKW : Pusat Kegiatan Wilayah Pokja : Kelompok Kerja

PPK : Pusat Pelayanan Kawasan PPL : Pusat Pelayanan Lokal

PPLH : Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup PP : Peraturan Pemerintah

RDTR : Rencana Detil Tata Ruang RTH : Ruang Terbuka Hijau

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah SEA : Strategic Environmental Assessment SLHD : Status Lingkungan Hidup Daerah TPA : Tempat Pemprosesan Akhir

UU : Undang-Undang

(5)
(6)

v

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Akronim dan Singkatan ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Dasar Hukum ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 2

1.4 Metodologi Penyusunan ... 3

1.5 Partisipasi Masyarakat dan Keterbukaan Informasi ... 5

1.5.1 Analisis Stakeholder/Pemangku Kepentingan ... 5

1.5.2 Strategi dan Pelaksanaan Partisipasi Masyarakat ... 7

1.5.3 Keterbukaan Informasi ... 8

1.6 Sistematika Laporan ... 8

BAB II ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ... 11

2.1 Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Prioritas ... 11

2.1.1 Pelingkupan Daftar Panjang Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis ... 11

2.1.2 Penyusunan Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Prioritas ... 18

2.2 Identifikasi Isu Pembangungan Berkelanjutan Strategis Prioritas terkait RTRW Jawa Tengah ... 23

2.2.1 Kantong-kantong kemiskinan akibat distribusi kesejahteraan dan pembangunan yang tidak merata ... 25

2.2.2 Rendahnya produktivitas pertanian tanaman pangan ... 27

2.2.3 Menurunnya ketersediaan dan kualitas sumber daya air ... 30

2.2.4 Menurunnya luas lahan hutan dengan jumlah lahan kritis yang tinggi ... 33

2.2.5 Meningkatnya lahan permukiman yang tidak diikuti dengan kemampuan pemenuhan layanan sanitasi dan persampahan ... 36

2.2.6 Meningkatnya kebutuhan transportasi orang dan barang tanpa diimbangi infrastruktur yang memadai ... 44

2.2.7 Peningkatan pemanfaatan energi dan mineral yang belum memberikan manfaat yang merata ... 49

2.2.8 Meningkatnya frekuensi dan magnitude (skala kerusakan) kejadian bencana alam ... 52

2.2.9 Meningkatnya kerentanan masyarakat akibat dampak perubahan iklim dan emisi GRK ... 54

(7)

vi

2.3.1 RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013 – 2018 ... 60

2.3.2 KLHS Pegunungan Kendeng ... 61

2.4 Analisis Keterkaitan Isu Pembangunan Berkelanjutan ... 63

BAB III GAMBARAN KONDISI LINGKUNGAN HIDUP ... 69

3.1 Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah ... 69

3.1.1 Kondisi Geografis dan Fisiografi ... 69

3.1.2 Kondisi Kependudukan dan Sosial Budaya ... 73

3.1.3 Kondisi Ekonomi ... 75

3.2 Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan ... 76

3.2.1 Satuan Bentuk Lahan ... 77

3.2.2 Satuan Batuan ... 79

3.2.3 Satuan Produktifitas Akuifer ... 80

3.2.4 Rawan Bencana ... 81

3.2.5 Kelas Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan ... 82

3.3 Daya Dukung Lahan terhadap Sumber Daya Hayati ... 83

3.4 Daya Dukung Lahan terhadap Sumber Daya Air ... 86

3.5 Kemampuan Pengaturan Iklim ... 91

3.6 Kemampuan Penyedia Keanekaragaman Hayati ... 92

BAB IV GAMBARAN DAN PENGARUH KEBIJAKAN, RENCANA DAN PROGRAM (KRP) REVISI RTRW JAWA TENGAH 2009 - 2029 ... 96

4.1 Tujuan, Kebijakan dan Rencana RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2029 .. 96

4.1.1 Tujuan Penataan Ruang ... 96

4.1.2 Kebijakan Penataan Ruang ... 96

4.1.3 Rencana Struktur Ruang ... 97

4.1.4 Rencana Pola Ruang ... 98

4.1.5 Kawasan Strategis ... 99

4.1.6 Program ... 100

4.2 Hubungan KRP dengan Isu Pembangunan Strategis ... 102

BAB V PENGARUH KRP REVISI RTRW TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN HIDUP ... 112

5.1 Pengaruh KRP Struktur Ruang Terhadap Lingkungan Hidup ... 112

5.1.1 Rencana Jalan Tol ... 112

5.1.2 Rencana Arteri Primer (Jalur Lingkar) ... 116

5.1.3 Rencana Reaktivasi Kereta Api ... 119

5.1.4 Rencana Pengembangan Bandara ... 123

5.1.5 Rencana Tempat Pembuangan Akhir ... 125

5.2 Pengaruh KRP Pola Ruang Terhadap Lingkungan Hidup ... 127

(8)

vii

5.2.2 Rencana Kawasan Permukiman ... 132

5.2.3 Rencana Kawasan Pertambangan ... 138

BAB VI ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP ... 140

6.1 Alternatif Tujuan RTRW ... 140

6.2 Alternatif Penyempurnaan KRP Kebijakan Struktur Ruang ... 140

6.2.1 Alternatif Rencana Jalan Tol ... 140

6.2.2 Alternatif Rencana Pengembangan Arteri Primer (Lingkar) ... 142

6.2.3 Alternatif Rencana Reaktivasi Kereta Api ... 143

6.2.4 Alternatif Rencana Pengembangan Bandara ... 144

6.2.5 Alternatif Rencana Tempat Pembuangan Akhir ... 145

6.3 Alternatif Penyempurnaan KRP Kebijakan Pola Ruang ... 146

6.3.1 Alternatif Rencana Kawasan Industri ... 146

6.3.2 Alternatif Rencana Kawasan Pemukiman ... 148

6.3.3 Alternatif Rencana Kawasan Pertambangan ... 149

BAB VII REKOMENDASI PERBAIKAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN RTRW PROVINSI JAWA TENGAH ... 154

7.1 Kebijakan dan Strategi Tata Ruang ... 154

7.2 Pengembangan Struktur Ruang ... 155

7.3 Pengembangan Kawasan dan Peruntukan Industri ... 157

7.4 Pengembangan kawasan permukiman ... 158

7.5 Kawasan pertambangan ... 159

7.6 Pola Ruang Revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah 2029 ... 160

BAB VIII INTEGRASI HASIL KLHS DALAM RTRW PROVINSI JAWA TENGAH . 164 8.1 Draft Raperda RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009 - 2029 ... 165

8.2 Perbaikan Peta ... 167

8.3 Indikasi Program ... 168

8.4 Integrasi Selain RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009 – 2029 ... 171

8.4.1 Integrasi RTRW Kabupaten/Kota ... 171

8.4.2 Integrasi Teknis dalam Arahan Zonasi ... 171

(9)
(10)

ix

Daftar Tabel

Tabel 1. Pengelompokkan Daftar Panjang Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis ... 11

Tabel 2. Penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Prioritas ... 15

Tabel 3. Penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Prioritas ... 19

Tabel 4. Daftar Isu Pembangunan Berkelanjutan Terpilih dan Keterkaitan antar Isu ... 23

Tabel 5. Penduduk Miskin Jawa Tengah 2010 - 2016 ... 25

Tabel 6. Kewenangan Pengelolaan Daerah Irigasi di Provinsi Jawa Tengah ... 32

Tabel 7. Kondisi Jaringan Irigasi Kewenangan Provinsi Tahun 2010 – 2015 ... 32

Tabel 8. Luas Hutan dan Lahan Kritis Jawa Tengah 2010 – 2014 ... 34

Tabel 9. Luas Kawasan Hutan dan % terhadap Luasan Jawa Tengah 2014 ... 34

Tabel 10. Luas Hutan Mangrove Jawa Tengah 2010 – 2014 ... 35

Tabel 11. Jenis dan Jumlah TPA di Jawa Tengah ... 36

Tabel 12. Fraksi Pengolahan Sampah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2014 ... 36

Tabel 13. Cakupan Pelayanan Air Minum & Sanitasi Provinsi Jawa Tengah 2010 – 2014 ... 38

Tabel 14. Tabel Kawasan Kumuh Provinsi Jawa Tengah ... 39

Tabel 15. Rasio Panjang Jalan Terhadap Jumlah Kendaraan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014 ... 44

Tabel 16. Perkembangan Pelayanan Angkutan Darat di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014 ... 45

Tabel 17. Perkembangan Pemasangan Fasilitas Perlengkapan Jalan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014 ... 46

Tabel 18. Perkembangan Pelayanan Perkeretaapian Jawa Tengah Tahun 2010–2014 ... 46

Tabel 19. Perkembangan Pelayanan Angkutan Laut di Provinsi Jawa Tengah 2010–2014 .... 47

Tabel 20. Perkembangan Pelayanan Perhubungan Udara Jawa Tengah 2010–2014 ... 47

Tabel 21. Jumlah Pertambangan Tanpa Izin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 ... 51

Tabel 22. Frekuensi dan Jenis Bencana di Jawa Tengah 2010 - 2014 ... 53

Tabel 23. Fenomena Perubahan Iklim ... 57

Tabel 24. Rasio Elektrifikasi di Jawa Tengah ... 59

Tabel 25. Rencana Penambahan Kapasitas Listrik Jawa Tengah ... 59

Tabel 26. Rencana Peningkatan kapasitas industri semen di Jawa Tengah... 59

Tabel 27. Telaah Hasil Isu Pembangunan Berkelanjutan dengan KLHS RPJMD Provinsi Jawa Tengah ... 60

(11)

x

Tabel 29. Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 ... 69

Tabel 30. Penggunaan Lahan di Provinsi Jawa Tengah ... 72

Tabel 31. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 – 2012 ... 73

Tabel 32. Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 ... 74

Tabel 33. Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan di Jawa Tengah Tahun 2008-2012 (Trilyun Rupiah) ... 75

Tabel 34. Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku di Jawa Tengah Tahun 2008-2012 (Trilyun Rupiah) ... 75

Tabel 35. Luasan Peta Satuan Bentuk Lahan Jawa Tengah ... 78

Tabel 36. Luasan Peta Satuan Produktivitas Ekuifer Jawa Tengah ... 79

Tabel 37. Luasan Peta Satuan Produktivitas Ekuifer Jawa Tengah ... 80

Tabel 38. Luasan Kawasan Bencana Jawa Tengah ... 81

Tabel 39. Kelas Daya Dukung Lahan Jawa Tengah ... 82

Tabel 40. Kelas Ketersediaan dan Kebutuhan Beras ... 84

Tabel 41. Definisi Operasional Tipe Klasifikasi Layanan Ekosistem Penyedia Pangan ... 85

Tabel 42. Luasan per Kelas Jasa Ekosistem Penyedia Pangan Jawa Tengah ... 86

Tabel 43. Kelas Ketersediaan dan Kebutuhan Air ... 87

Tabel 44. Definisi Operasional Tipe Klasifikasi Layanan Ekosistem Penyedia Air ... 88

Tabel 45. Definisi Operasional Tipe Klasifikasi Layanan Ekosistem Pengatur Tata Air dan Pengendali Banjir ... 88

Tabel 46. Luasan per Kelas Jasa Ekosistem Penyedia Air dan Pengaturan Tata Air serta Pengendali Banjir Jawa Tengah ... 89

Tabel 47. Definisi Operasional Tipe Klasifikasi Layanan Ekosistem Penyedia Air ... 91

Tabel 48. Luasan per Kelas Jasa Ekosistem Pengatur Iklim Jawa Tengah ... 91

Tabel 49. Definisi Operasional Tipe Klasifikasi Layanan Ekosistem Penyedia Keanekarageman Hayati... 93

Tabel 50. Kawasan Konservasi di Dalam Hutan sebagai Penyedia Sumber Daya Genetik ... 94

Tabel 51. Crosstab Antara Kebijakan, Rencana, Dan Program RTRW Dengan Isu Pembangunan Berkelanjutan ... 103

Tabel 52. Crosstab Antara Kebijakan, Rencana, Dan Program RTRW Dengan Dampak dan/aau Resiko Lingkungan Hidup ... 107

Tabel 53. Daya Dukung Pembangunan Jalan Tol di Jawa Tengah ... 112

Tabel 54. Perubahan Lahan dari Rencana Jalan Tol Jawa Tengah ... 115

(12)

xi Tabel 57. Luasan Jasa Ekosistem Penting yang Dilalui Rencana Jalan Arteri/Jalan Lingkar di

Jawa Tengah ... 118

Tabel 58. Perubahan Lahan dari Rencana Jalan Lingkar Jawa Tengah ... 119

Tabel 59. Daya Dukung Aktivasi Kereta Api ... 119

Tabel 60. Perubahan Lahan dari Rencana Reaktivasi Kereta Api Jawa Tengah ... 121

Tabel 61. Luasan Jasa Ekosistem Penting yang Dilalui Rencana Reaktivasi Rel Kereta Api . 122 Tabel 62. Luasan Jasa Ekosistem Penting yang Terkena Rencana Pengembangan Bandara Udara di Jawa Tengah ... 123

Tabel 63. Perubahan Lahan dari Rencana Pengembangan Bandara Jawa Tengah ... 124

Tabel 64. Perubahan Lahan dari Rencana TPA Regional Jawa Tengah ... 126

Tabel 65. Luasan Jasa Ekosistem Penting yang Terkena Rencana TPA Regional ... 126

Tabel 66. Daya Dukung Lahan Rencana Kawasan Industri ... 127

Tabel 67. Perubahan Lahan dari Rencana Kawasan Industri Jawa Tengah ... 131

Tabel 68. Luasan Jasa Ekosistem Penting yang Terkena Rencana Pengembangan Kawasan Industri di Jawa Tengah ... 131

Tabel 69. Daya Dukung Lahan Rencana Kawasan Permukiman... 132

Tabel 70. Perubahan Lahan dari Rencana Kawasan Permukiman Jawa Tengah ... 136

Tabel 71. Luasan Jasa Ekosistem Penting yang Terkena Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman di Jawa Tengah ... 136

Tabel 72. Permukiman Eksisting di Kawasan Perlindungan Keanekaragaman Hayati ... 137

Tabel 73. Distribusi Potensi Tambang untuk mendukung Pembangunan Infrastruktur ... 139

Tabel 74. Upaya Pengelolaan Kendala dan Pembatas KRP Jalan Tol ... 141

Tabel 75. Upaya Pengelolaan Kendala dan Pembatas KRP Jalan Lingkar ... 142

Tabel 76. Upaya Pengelolaan Kendala dan Pembatas KRP Reaktivasi Kereta Api ... 143

Tabel 77. Upaya Pengelolaan Kendala dan Pembatas KRP Rencana Bandara ... 145

Tabel 78. Upaya Pengelolaan Kendala dan Pembatas KRP Rencana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ... 145

Tabel 79. Upaya Pengelolaan Kendala dan Pembatas KRP Rencana Kawasan Industri ... 146

Tabel 80. Upaya Pengelolaan Kendala dan Pembatas KRP Rencana Kawasan Permukiman 148 Tabel 81. Perbandingan Tutupan Lahan Jalan Tol Bawen - Magelang ... 156

Tabel 82. Luas Lahan Rencana Pola Ruang Jawa Tengah pada 2029 ... 161

Tabel 83. Perhitungan Daya Dukung Pangan tahun 2029 ... 161

Tabel 84. Komposisi Lahan Rencana Pola Ruang Jawa Tengah pada 2029 ... 162

(13)
(14)

xiii

Daftar Gambar

Gambar 1. Hubungan Antar Fungsi KLHS ... 6

Gambar 2. Grafik Prosentase Angka Kemiskinan Jawa Tengah 2010 - 2016 ... 25

Gambar 3. Grafik Angka Kemiskinan per Kabupaten Kota di Jawa Tengah 2014 ... 26

Gambar 4. Persebaran Angka Kemiskinan per Kabupaten Kota di Jawa Tengah 2014 ... 26

Gambar 5. Kontribusi Komoditas dalam Daya Dukung Lahan Jateng 2013 ... 28

Gambar 6. Grafik Daya Dukung Lahan Pangan Per Kabupaten Kota di Jateng 2013 ... 29

Gambar 7. Persebaran Status Daya Dukung Lahan Pangan di Jateng 2013 ... 29

Gambar 8. Persebaran Status Daya Dukung Air di Jateng 2013 ... 33

Gambar 9. Persebaran Lahan Kritis di Jawa Tengah 2013 ... 34

Gambar 10. Peta Area Zona persampahan untuk kota dan kabupaten di Jawa Tengah ... 37

Gambar 11. Peta Area Zona Limbah Cair untuk Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah ... 38

Gambar 12. Insiden Rate DBD per Kabupaten Kota di Jawa Tengah 2014 ... 40

Gambar 13. Insiden Rate Malaria per Kabupaten Kota di Jawa Tengah 2014 ... 40

Gambar 14. Jenis KLB Menurut Desa/Kelurahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 ... 41

Gambar 15. Tumpukan sampah penyebab banjir di Solo Raya ... 42

Gambar 16. Kondisi Jalan Jawa Tengah 2013 ... 45

Gambar 17. Perkembangan Pelayanan Bandara Adi Soemarmo Solo Tahun 2010–2014 ... 48

Gambar 18. Diagram Rekapitulasi Sumberdaya Alam ... 49

Gambar 19. Daerah Rawan Kerusakan Akibat Pertambangan di Provinsi Jawa Tengah ... 50

Gambar 20. Jumlah Perizinan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 ... 50

Gambar 21. Indeks Risiko Bencana Jawa Tengah ... 53

Gambar 22. Grafik Tren Emisi GRK Jawa Tengah 2004 – 2014 ... 56

Gambar 23. Indeks Kerentanan Perubahan Iklim Jawa Tengah... 58

Gambar 24. Peta Administrasif Provinsi Jawa Tengah ... 70

Gambar 25. Zona Fisiografi Provinsi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949) ... 71

Gambar 26. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah 2008 – 2012 (%)... 76

Gambar 27. Daya Dukung Lingkungan Sebagai Dasar Pembangunan Berkelanjutan ... 77

Gambar 28. Peta Satuan Bentuk Lahan di Provinsi Jawa Tengah ... 79

Gambar 29. Satuan Batuan Provinsi Jawa Tengah ... 80

Gambar 30. Satuan Produktivitas Akuifer Provinsi Jawa Tengah ... 81

Gambar 31. Persebaran Daerah Rawan Bencana Provinsi Jawa Tengah ... 82

(15)

xiv

Gambar 33. Peta Daya Dukung Lahan Provinsi Jawa Tengah ... 83

Gambar 34. Daya Dukung Lahan terhadap Sumber Daya Hayati ... 84

Gambar 35. Daya Dukung Sumberdaya Hayati Provinsi Jawa Tengah ... 85

Gambar 36. Jasa Ekosistem Penyedia Pangan Provinsi Jawa Tengah ... 86

Gambar 37. Grafik Persentase Luasan Jasa Eksosistem Pangan Jawa Tengah ... 86

Gambar 38. Daya Dukung Penyediaan Air Jawa Tengah ... 87

Gambar 39. Grafik Persentase Luasan Jasa Ekosistem Air Jawa Tengah ... 89

Gambar 40. Jasa Ekosistem Penyedia Air Jawa Tengah ... 90

Gambar 41. Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air serta Pengendali Banjir Jawa Tengah ... 90

Gambar 42. Grafik Persentase Luasan Jasa Eksosistem Pengatur Iklim Jawa Tengah... 91

Gambar 43. Jasa Ekosistem Pengatur Iklim Provinsi Jawa Tengah ... 92

Gambar 44. Jasa Ekosistem Penyedia Sumber Daya Genetik di Provinsi Jawa Tengah ... 93

Gambar 45. Peta Rencana Struktur Ruang Revisi RTRW Prov. Jawa Tengah 2009 - 2029 ... 98

Gambar 46. Peta Rencana Pola Ruang Revisi RTRW Prov. Jawa Tengah 2009 - 2029 ... 99

Gambar 47. Rencana Kawasan Strategis Revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009 - 2029 100 Gambar 48. Peta Daya Dukung Rencana Jalan Tol ... 114

Gambar 49. Grafik Luasan Jasa Ekosistem Penting pada Rencana Jalan Tol ... 115

Gambar 50. Peta Rencana Jalan Tol Pada Jasa Ekosistem Penting dan Perlindungan Keanekaragaman Hayati ... 116

Gambar 51. Peta Daya Dukung Rencana Jalan Lingkar ... 117

Gambar 52. Grafik Luasan Jasa Ekosistem Penting pada Rencana Jalan Lingkar ... 118

Gambar 53. Peta Rencana Jalan Lingkar Pada Jasa Ekosistem Penting ... 118

Gambar 54. Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Rencana Reaktivasi Jalur Kereta Api .. 121

Gambar 55. Grafik Luasan Jasa Ekosistem Penting pada Rencana Reaktivasi Kereta Api ... 122

Gambar 56. Peta Rencana Rekativasi Jalur Kereta Api Pada Jasa Ekosistem Penting ... 122

Gambar 57. Daya dukung dan Tampung Rencana Bandara Wirasaba dan Ahmad Yani ... 123

Gambar 58. Grafik Luasan Jasa Ekosistem Penting pada Rencana Bandara ... 124

Gambar 59. Peta Rencana Pengembangan Bandara Pada Jasa Ekosistem Penting ... 124

Gambar 60. Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Rencana TPA Regional ... 125

Gambar 61. Grafik Luasan Jasa Ekosistem Penting pada Rencana Jalan Lingkar ... 126

Gambar 62. Peta Rencana TPA Regional Pada Jasa Ekosistem Penting ... 127

Gambar 63. Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Rencana Kawasan Industri ... 130

Gambar 64. Grafik Luasan Jasa Ekosistem Penting pada Kawasan Industri ... 131

(16)

xv Gambar 66. Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Rencana Kawasan Permukiman ... 135 Gambar 67. Grafik Luasan Jasa Ekosistem Penting pada Kawasan Permukiman ... 136 Gambar 68. Peta Rencana Kawasan Permukiman Pada Jasa Ekosistem Penting dan

Perlindungan Keanekaragaman Hayati ... 137 Gambar 69. Peta Potensi Kawasan Bahan Tambang untuk mendukung Pembangunan

Infrastruktur Jawa Tengah ... 138 Gambar 70. Bahan Galian Pendukung Infrastruktur pada Lahan Potensial Usaha

Pertambangan ... 150 Gambar 71. Peta Rekomendai Perubahan Rencana Rute Jaringan Transportasi ... 156 Gambar 72. Prioritas Penambangan pada bahan galian yang mendukung Pembangunan

(17)
(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kebijakan nasional penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (UU 24/1992), yang kemudian diperbaharui dengan Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 (UU 26/2007). Kebijakan tersebut diharapkan untuk mewujudkan kualitas tata ruang nasional yang semakin baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan kriteria aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Setelah lebih dari 25 tahun diberlakukannya kebijakan tersebut, kualitas tata ruang masih belum memenuhi harapan.

Bahkan cenderung sebaliknya, justru yang belakangan ini sedang berlangsung adalah indikasi dengan penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan bahkan makin terlihat secara kasat mata terutama di kawasan perkotaan setelah adanya kebijakan nasional penataan ruang. Berdasarkan hal terebut, maka diperlukan suatu instrumen bagi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang berprinsip pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Guna membantu mengupayakan perbaikan kualitas rencana tata ruang wilayah maka Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau Strategic Environmental Assessment (SEA) menjadi salah satu pilihan alat bantu melalui perbaikan kerangka pikir (framework of thinking) perencanaan tata ruang wilayah untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup.

Ada dua definisi KLHS yang lazim diterapkan, yaitu definisi yang menekankan pada pendekatan telaah dampak lingkungan (EIA-driven) dan pendekatan keberlanjutan (sustainability-driven). Pada definisi pertama, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. Sedangkan definisi kedua, menekankan pada keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya. Definisi KLHS untuk Indonesia kemudian dirumuskan sebagai proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dan menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis (SEA is a systematic process for evaluating the environmental effect of, and for ensuring the integration of sustainability principles into, strategic decision-making).

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) Pasal 1 ayat 10 disebutkan bahwa Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai “rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau

(19)

panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan b). kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup. Hal tersebut senada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS.

Sehubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah harus melakukan penyusunan KLHS dalam revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029.

1.2

Dasar Hukum

Dasar hukum dari Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi

RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS. 5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum

Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

1.3

Maksud dan Tujuan

Maksud dari Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 adalah membuat Dokumen Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang merupakan dokumen pendukung dan komplemen dari telahaan aspek lingkungan terhadap kebijakan, rencana dan program dalam Revisi

RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 sehingga dapat memberikan

rekomendasi penyempurnaan untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan telah terintegrasi didalamnya.

Tujuan dari kegiatan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi

RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 ini adalah :

1. Untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam kebijakan, rencana dan/atau program RTRW Provinsi Jawa Tengah. Integrasi tersebut meliputi yakni: (a) saling ketergantungan (interdependency) antar wilayah, antar sektor, antar pemangku kepentingan dan antar kesatuan ekosistem; (b) prinsip keseimbangan (equilibrium), yaitu keselarasan proporsional antara kepentingan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan hidup/ekologi; dan (c) prinsip keadilan (justice) yaitu keadilan dalam memperoleh manfaat pembangunan baik antar generasi maupun antar kelompok masyarakat dalam satu generasi di daerah.

(20)

a. Pengkajian pengaruh rumusan kebijakan, rencana, dan strategi pemanfataan ruang terhadap terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan.

b. Perumusan mitigasi dampak dan/atau alternatif program serta saran penyempurnaan rumusan kebijakan, rencana, dan strategi pemanfataan ruang RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029.

c. Pengintegrasian rekomendasi ke dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029.

3.

Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pelaku-pelaku pembangunan dalam integrasi perlindungan lingkungan dalam KRP melalui fasilitasi dan menjadikan referensi media proses belajar bersama antar pelaku pembangunan dalam setiap penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program khususnya adalah RTRW.

1.4

Metodologi Penyusunan

Proses penyusunan KLHS Revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2029 dilakukan melalui beberapa tahapan dan pendekatan. Tahapan-tahapan tersebut dilakukan untuk memperoleh hasil kajian tertentu melalui metodologi tertentu agar diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Tahapan, hasil yang diharapkan, dan metodologi masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup

a. Identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan (PB) bertujuan untuk mengidentifikasi isu-isu PB strategis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan lingkungan wilayah Provinsi Jawa Tengah. Isu PB strategis dapat meningkat atau menurun akibat kegiatan pembangunan, utamanya akibat KRP. Metodologi identifikasi dan menetapkan isu PB strategis ini meliputi (1) Analisis stakeholder, (2) Focussed Group Discussion (3) taksonomi isu PB secara kualitatif.

Analisis stakeholder digunakan untuk untuk memilih individu dan organisasi yang berpengaruh/mempengaruhi kualitas lingkungan di Jawa Tengah. Individu dan organisasi terpilih merepresentasikan pelaku pembangunan yang mengemukakan penilaian atas isu-isu PB yang dianggap strategis yang terkait dengan tata ruang. Stakeholder yang terpilih difasilitasi untuk menilai isu PB melalui brainstorming dan diskusi terfokus. Isu-isu yang muncul kemudian dikelompokkan dan dianalisis berdasarkan kriteria strategis yang ditetapkan. Kriteria tersebut setidaknya meliputi urgensi (kecepatan penanganan), magnitude (skala pengaruh) dan prioritas pemerintah. Hasil penilaian ini meliputi daftar panjang, daftar pendek serta sebagai hasil akhir adalah isu PB strategis dalam revisi RTRW.

b. Identifikasi materi muatan kebijakan, rencana dan program (KRP) yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup

(21)

dampak lingkungan yang ditimbulkan. Rancangan-rancangan KRP didefinisikan dan dideskripsikan kemudian dicari pembanding KRP yang serupa yang telah diimplementasikan. Dampak negatif KRP pembanding dijadikan referensi untuk menduga pengaruh rancangan KRP di Revisi RTRW yang sedang disusun. Hasil telaah ini berupa rancangan-rancangan KRP revisi RTRW yang berpotensi berdampak negatif atau menurunkan kualitas Lingkungan.

c. Analisis pengaruh/dampak KRP RTRW terhadap isu pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup

Analisis ini terdiri dari dua tahapan, yaitu pertama adalah analisis dampak KRP terdapat isu pembangunan berkelanjutan. KRP yang memiliki dampak negatif kemudian dilakukan analisis kedua yakni dampak KRP terhadap terhadap isu lingkungan hidup. Analisis pertama, pada dasarnya merupakan matrik keterkaitan dalam baris dan kolom antara KRP dengan isu PB strategis. Penilaian keterkaitan dilakukan dengan comparative literature revisi. Hubungan pengaruh dinilai berdasarkan tiga kategori yakni (+) untuk menunjukkan pengaruh yang baik, (-) untuk menunjukkan pengaruh yang buruk dan (0) untuk menunjukkan hubungan yang netral atau tidak ada hubungan.

Analisis kedua, dilakukan terhadap hasil-hasil penilaian yang negatif (-). Analisis mendalam dilakukan dengan mendeskripsikan dampak negatif terhadap enam aspek muatan KLHS yakni daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (D3LH), layanan jasa ekosistem, efisiensi SDA, kerusakan Lingkungan, dampak dan kerentanan perubahan iklim serta keragaman dan ketahanan keanekaragaman hayati. Pembahasan terhadap enam aspek mengacu pada pasal 13 PP No. 46 tahun 2016 dan dilakukan sejauh mungkin menggunakan pendekatan dan analisis spasial. Pendekatan dan analisis spasial menggunakan GIS sebagai tool yang sesuai dengan tetap menunjukkan keterkaitan antar aspek muatan.

2. Perumusan alternatif penyempurnaan rancangan KRP

Bertujuan untuk memberikan pilihan-pilihan mitigasi untuk menghilangkan atau mengurangi dampak negatif rancangan KRP terhadap kualitas lingkungan hidup. Alternatif mitigasi mempertimbangkan antara lain berupa arahan, ukuran, skala, lokasi, urutan pelaksanaan, dan atau merubah program.

(22)

3. Penyusunan Rekomendasi perbaikan dan integrasi ke dalam KRP

Berdasarkan berbagai alternatif penyempurnaan yang telah disusun sebelumnya, dilakukan penilaian terhadap masing-masing alternatif yang dikembangkan pada tahap sebelumnya. Pada dasarnya proses ini merupakan proses iterasi terhadap KRP. Pemilihan alternatif penyempurnaan dilakukan dengan menyesuaikan jenis alternatifnya. Alternatif yang disusun dalam rekomendasi dikaji kesesuainnya untuk integrasi di dalam kebijakan, rencana atau program.

Rekomendasi yang ditujukan dalam dokumen legal RTRW disesuaikan pada bagian batang tubuh dan penjelasan peraturan daerah atau pada bagian lampiran yang berisi peta dan indikasi program. Pemilihan alternatif kedalam rekomendasi dan integrasi penting untuk memperhatikan rancangan peraturan daerah RTRW yang dirancang, sehingga integrasi KLHS dapat dipastikan menyempernukan RTRW.

Alternatif-alternatif penyempurnaan yang tidak dapat diintegrasikan secara langsung karena dalam skala proyek atau alternatif penyempurnaan yang memberikan rekomendasi adanya kebijakan tambahan, maka perlu tetap disusun dalam rekomendasi di luar dari rancangan peraturan daerah RTRW.

Hasil rekomendasi perbaikan akan dilaporkan kepada Kepala Daerah dan selanjutnya dengan seijin Kepala Daerah akan diintegrasikan dalam KRP RTRW dengan catatan bahwa proses integrasi disesuikan dengan tingkat intervensi alternatif penyempurnaan sebagaimana dijelaskan pada poin (2) sebelumnya.

1.5

Partisipasi Masyarakat dan Keterbukaan Informasi

1.5.1 Analisis Stakeholder/Pemangku Kepentingan

Pemangku kepentingan adalah individu dan kelompok yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan dan operasi sebuah organisasi (Freeman E, 1984). Tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan Arstein, 1969 ada 3 tingkatan yaitu:

1. Pemangku kepentingan berperan pasif dalam diskusi publik 2. Pemangku kepentingan berperan aktif dalam diskusi publik 3. Publik sebagai kekuatan riil pembangunan

Umumnya, KRP penataan ruang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, sifat aturannya tidak rinci secara teknis dan lebih banyak memuat arahan-arahan. Akibatnya, sifat pilihan-pilihan alternatif KRP lebih banyak dipengaruhi oleh kepentingan daripada alasan‐alasan teknis. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan tujuan-tujuan dari partisipasi masyarakat menjadi kunci pokok keberhasilan KLHS. Partisipasi dan konsultasi masyarakat dalam KLHS memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut :

1. Membuka kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan 2. Membantu penyetaraan posisi setiap pihak yang berkepentingan, agar proses

(23)

3. Meningkatkan legitimasi KRP di mata masyarakat, sekaligus memastikan komitmen semua pihak dalam melaksanakan dan menaati muatan-muatan aturannya.

Dalam memulai pelaksanaan KLHS, perlu dilakukan kegiatan persiapan partisipasi dan konsultasi masyarakat sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan memahami “peta” kelompok-kelompok masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (termasuk juga instansi-instansi pemerintah yang terlibat/terkait)

2. Memahami aspirasi dan kepentingan dari masing‐masing pihak, serta alasan-alasan sesungguhnya yang mendasari munculnya aspirasi tersebut

3. Mengidentifikasi “kekuatan” masing-masing pihak

4. Memahami interaksi masing-masing pihak satu sama lain (termasuk juga tatanan hubungan antar lembaga dalam pemerintahan).

Gambar dibawah menunjukkan jenjang sasaran KLHS yang bisa tercapai dengan baik apabila proses persiapan partisipasi dilaksanakan dengan seksama, dan pelaksanaan konsultasi dan pelibatan masyarakatnya sendiri diselenggarakan dengan memperhatikan semua kaidah-kaidah partisipasi yang berlaku.

b

Gambar 1. Hubungan Antar Fungsi KLHS

Tingkat keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam KLHS sangat bervariasi tergantung pada area (level of detail) RTRW yang ditelaah, peraturan perundangan yang mengatur keterlibatan masyarakat, serta komitmen dan keterbukaan dari pimpinan organisasi pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa bila KLHS diaplikasikan pada tingkat nasional atau provinsi, maka keterlibatan atau partisipasi masyarakat lebih bersifat partisipasi politik dengan lingkup pihak berkepentingan lebih luas dibanding KLHS untuk KRP di tingkat bawahnya. Bila KLHS diaplikasikan untuk KRP dengan skala dan aras setingkat kawasan atau lebih rinci, maka proses pelibatan masyarakat

Fungsi Analisis dan Alat Pengaruh Terhadap KRP Fungsi Dialog

dan Partisipasi

Mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang keadaan

Membangun kepercayaan

Pemahaman atas berbagai kebutuhan, kepentingan, dan pendefinisian masalah

Pengembangan asas, Perumusan (Usulan) konsep dan agenda tindak kebijakan, atau lanjut penyusunan rencana atau program

(24)

atau konsultasi publik bersifat partisipasi komunitas setempat. Hal ini disebabkan cakupan muatan KRP tersebut bersifat operasional dan bersinggungan langsung dengan kegiatan masyarakat.

Berdasarkan hasil identifikasi para pemangku kepentingan maka berikut ini daftar pemangku kepentingan :

a. Provinsi :

BP4D, Badan Ketahanan Pangan, BAPERMADES, BPMD, Sekretariat BPBD, Dinas ESDM, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas PERINDAG, Dinas HUBKOMINFO, Dinas Bina Marga, Dinas PSDA, Dinas CIPKATARU, Dinas Pertanian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Lingkungan hidup dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas PORA dan Pariwisata, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.

b. Kab/Kota :

Bappeda dan Dinas Lingkungan Hidup 35 kab/kota

c. Lain-lain :

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (P3EJ), KLHK RI; Balai Taman Nasional Gunung Merapi, KLHK RI; Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jawa Bagian Tengah; BBWS Pemali Juana; BBWS Bengawan Solo; BBWS Serayu Opak; Biro Perencanaan Perum PERHUTANI Unit I Jawa Tengah; Ketua KADIN Provinsi Jawa Tengah; Badan Pengatur Jalan Tol; Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII; PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk; PT. PLN Regional Jateng dan DIY; PT. Pelindo; WALHI Jawa Tengah; LSM Bintari; HKTI Jawa Tengah; Perpadi; Asosiasi Himpunan Kawasan Industri; Asosiasi Pertambangan; dan Masyarakat Transportasi Indonesia.

1.5.2 Strategi dan Pelaksanaan Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan sifatnya, peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu konsultatif dan kemitraan (Cormick, 1979). Pola partisipatif yang bersifat konsultatif ini biasanya dimanfaatkan oleh pengambilan kebijakan sebagai suatu strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat (public support). Dalam pendekatan yang bersifat konsultatif ini meskipun anggota masyarakat yang berkepentingan mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan hak untuk diberitahu, tetapi keputusan akhir tetap ada ditangan kelompok pembuat keputusan tersebut (pemrakarsa). Pendapat masyarakat di sini bukanlah faktor penentu dalam pengambilan keputusan, selain sebagai strategi memperoleh dukungan dan legitimasi publik.

(25)

Dalam Penyusunan KLHS Revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 menggunakan penyelarasan kedua metode tersebut yaitu konsultatif dan kemitraan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh pemangku kepentingan untuk menyampaikan kepentingan dan pandangan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan, yang menyediakan kelompok kepentingan untuk berperan serta didalamnya, dapat mengantarkan kelompok-kelompok yang berbeda kepentingan mencapai saling pengertian satu sama lain. Dengan demikian perbedaaan kepentingan dapat dijembatani. Di sisi lain dalam pengambilan keputusan akhir terkait dengan rekomendasi yang akan dimasukkan dalam KRP sepenuhnya tetap ada di tangan pembuat KRP yaitu pemerintah.

1.5.3 Keterbukaan Informasi

Tuntutan tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) mensyaratkan adanya akuntabilitas, transparasi dan partisipasi masyarakat dalam setiap proses terjadinya kebijakan publik, dan dengan modernisasi teknologi informasi dan komunikasi memberikan keleluasaan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat. Dengan keadaan tersebut, pemerintah dituntut untuk membuka diri kepada masyarakat untuk memberikan infomasi-informasi dan kebijakan-kebijakan yang sangat diperlukan serta mudah diakses dari mana saja.

Menurut UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) maka pemerintah diamanatkan untuk membuka informasi terkait penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat. Menurut UU KIP, yang dimaksud informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

Dokumen KLHS merupakan informasi publik sehingga dibuka seluas-luasnya agar masyarakat mengetahui. Terkait hal tersebut maka mulai dari proses dan hasil dari setiap tahapan KLHS serta pada saat dokumen KLHS sudah selesai dan mendapatkan validasi mudah diakses masyarakat Selain itu juga terbuka jika ada masyarakat akan menyampaikan masukan/saran terkait KLHS dengan melalui media yang sudah tersedia.

1.6

Sistematika Laporan

Sistematika Laporan KLHS Revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 terdiri:

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan penjelasan latar belakang, dasar hukum, maksud dan tujuan, metodologi penyusunan dan proses pelibatan partisipasi masyarakat serta keterbukaan informasi.

BAB II : ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

(26)

pembangunan berkelanjutan dalam KLHS RPJMD Jawa Tengah. Masing-masing strategis pembangunan berkelanjutan tersebut diuraikan kondisi saat ini, kecenderungannya, dan persebaran lokasinya.

BAB III : GAMBARAN KONDISI LINGKUNGAN HIDUP

Berisi penjelasan tentang gambaran kondisi secara umum lingkungan hidup di Jawa Tengah, serta kondisi daya dukung dan daya tampung dari aspek lahan, pangan, air, pengaturan iklim serta kemampuan dalam penyedia keanekaragaman hayati. Kondisi lingkungan hidup ini yang akan menjadi acuan dalam melakukan analisis pengaruh KRP terhadap lingkungan hidup.

BAB IV : GAMBARAN DAN PENGARUH KEBIJAKAN, RENCANA DAN PROGRAM (KRP) REVISI RTRW JAWA TENGAH 2009 - 2029

Berisi penjelasan mengenai Kebijakan, Rencana dan Program yang tertuang dalam draft akhir Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah 2009 – 2029. Seluruh KRP dalam RTRW tersebut selanjutnya dianalisis dengan isu pembangunan berkelanjutan untuk mencari keterkaitan dampaknya.

BAB V : PENGARUH KRP REVISI RTRW TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN HIDUP

Pada KRP yang memiliki potensi pengaruh besar terhadap lingkungan hidup selanjutnya dikaji lebih yang meliputi enam aspek sesuai peraturan yaitu daya dukung dan daya tampung; dampak terhadap lingkungan hidup; jasa layanan ekosistem; efisiensi pemanfaatan sumber daya alam; tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

BAB VI : ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP

Penjelasan tentang alternatif pengelolaan lingkungan untuk penyempurnaan KRP yang didasarkan pada upaya mitigasi dari potensi dampak yang ditimbulkan oleh KRP dalam Revisi RTRW.

BAB VII : REKOMENDASI PERBAIKAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN RTRW PROVINSI JAWA TENGAH

Penjelasan tentang rekomendasi yang diberikan untuk penyempurnaan KRP Revisi RTRW dan usulan integrasi rekomendasi tersebut dalam dokumen legal RTRW baik dalam bentuk usulan pasal perda, lampiran peta, indikasi program, maupun rekomendasi teknis lainnya.

BAB VIII : INTEGRASI HASIL KLHS KEDALAM RTRW PROVINSI JAWA TENGAH

(27)
(28)

BAB II ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

2.1

Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Prioritas

2.1.1 Pelingkupan Daftar Panjang Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis

Penentuan isu pembangunan berkelanjutan (PB) strategis untuk Revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 ditetapkan melalui dua tahap yakni (a) identifikasi awal atau pra-pelingkupan dan (b) pra-pelingkupan melalui pembahasan bersama pemangku kepentingan lainnya. Proses identifikasi awal dilakukan melalui telaah terhadap dokumen, laporan dan pengamatan masing-masing anggota POKJA KLHS RTRW. Dari proses tersebut teridentifikasi isu pembangunan berkelanjutan sebanyak 74 isu yang terdiri dari 16 isu sosial, 30 isu lingkungan, dan 28 isu lingkungan. Isu di masing-masing aspek dikelompokkan dalam tema-tema menurut kesesuaian dan kesamaan sektor, penyebab, pengaruh dan lain-lain. Setelah melalui klasifikasi tersebut masing-masing aspek terbagi ke dalam tema-tema.

Isu PB awal yang teridentifikasi diatas kemudian dibahas bersama pemangku kepentingan pembangunan. Pembahasan dilakukan melalui FGD yang menghadirkan perwakilan pelaku-pelaku pembangunan di Provinsi Jawa Tengah dan Pokja KLHS. Diskusi dimulai dengan pemaparan rencana revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah dan dilanjutkan dengan gambaran kondisi lingkungan Jawa Tengah. Pelaku pembangunan memaparkan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang dianggap penting.

Tabel 1. Pengelompokkan Daftar Panjang Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis

No Tema Isu Pembangunan Berkelanjutan

Sosial

1

Kekerasan anak dan perempuan

1. Permasalahan peredaran miras dan obat-obat terlarang 2. Lunturnya nilai normal sosial masyarakat

3. Tingginya PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial)

4. Tingginya kasus kekerasan dan trafficking terhadap perempuan dan anak

2

Rendahnya Kualitas Pendidikan

1. Belum terpenuhinya standar kompetensi tenaga pendidik 2. Rendahnya sarana dan prasarana pendidikan

3. Rendahnya APS pendidikan menengah

4. Belum memadainya jumlah SMA/SMK/MA di beberapa wilayah kecamatan dan rendahnya tingkat perekonomian masyarakat

5. Rendahnya sarana dan prasarana pendidikan

3

Belum optimalnya sarana kesehatan

1. Belum optimalnya fasilitas jaminan pelayanan kesehatan 2. Belum optimal sarana prasana kesehatan

3. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan 4. Belum optimal sarana prasana kesehatan

(29)

No Tema Isu Pembangunan Berkelanjutan

4

Kemiskinan dan

Kesenjangan

1. Masih tingginya angka pertumbuhan penduduk 2. Masih banyaknya RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) 3. Masih tingginya TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) 4. Masih tingginya tingkat kemiskinan

5. Nilai Tukar Petani (NTP) menurun

6. Kualitas dan ketersediaan infrastruktur wilayah belum merata

5

Lembaga penataan ruang

1. Penyelenggaraan penataan ruang (pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan) belum optimal

2. Rendahnya kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang 3. Kurang optimalnya lembaga yang menangani urusan penataan ruang 4. Masih banyaknya permasalahan pemanfaatan ruang

Ekonomi

6

Sarana Prasarana Perindustrian

1. Semakin meningkatnya jumlah Usaha dagang kecil dan izin usaha perdagangan dalam negeri

2. Pertumbuhan Industri Provinsi Jawa Tengah

7

Sarana Perikanan Tangkap

1. Keterbatasan SDM bidang nelayan, penyuluh dan pengusaha 2. Belum optimalnya produksi perikanan

3. Terbatasnya sarana dan prasarana perikanan tangkap

8

1. Terbatasnya sarana dan prasarana pertanian, antara lain : JUT, JITUT / JIDES, alat mesin, balai-balai perbenihan / pembibitan

2. Belum optimalnya produksi dan produktivitas pertanian 3. Rendahnya kualitas dan kuantitas produk pertanian

4. Kurangnya pemanfaatan teknologi pengolahan hasil pertanian 5. Daya saing produk pertanian hortikultura kalah dengan produk impor 6. Kurangnya akses pasar produk pertanian yang sudah sesuai standarisasi produk orientasi ekspor

7. Kurangnya ketersediaan dan kualitas benih/bibit

8. Masih banyaknya ancaman OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), penyakit hewan menular strategis atau penyakit lainnya

9. Belum optimalnya produksi perikanan budidaya akibat tingginya harga pangan ikan dan menurunnya kualitas benih ikan

10. Belum optimalnya kelembagaan petani

11. Keterbatasan SDM bidang pertanian dalam arti luas, meliputi petani / nelayan, penyuluh dan pengusaha

9

Jalan,

Jembatan dan Transportasi

1. Belum optimalnya kondisi dan kapasitas jalan dan jembatan

2. Belum optimalnya kondisi infrastruktur bandara, pelabuhan dan jalur KA 3. Belum optimalnya pelayanan transportasi.

10 ESDM

1. Masih maraknya penambangan tanpa ijin (PETI) 2. Belum optimalnya pengendalian pemanfaatan air tanah

3. Belum optimalnya pemenuhan kebutuhan air bersih di daerah rawan kering 4. Belum optimalnya pemanfaatan EBT

(30)

No Tema Isu Pembangunan Berkelanjutan

1. Kerusakan lahan akibat kegiatan pertambangan tanpa ijin

2. Berkurangnya debit sumber mata air dan berkurangnya daerah resapan 3. Meningkatnya luasan lahan kritis termasuk kawasan lindung diluar

kawasan hutan dan pemanfaatannya tidak sesuai dengan kaidah konservasi 4. Meningkatnya gangguan keamanan hutan

5. Tingginya alih fungsi lahan untuk kawasan perumahan dan industri 6. Belum terpenuhinya luasan (Ruang Terbuka Hijau ) RTH perkotaan 7. Kasus tenurial/pemanfaatan lahan kawasan hutan banyak yang belum terselesaikan

8. Penggunaan lahan hutan untuk kegiatan budidaya pertanian

12

Perumahan dan Sarana Prasarana Permukiman

1. Masih rendahnya layanan kebutuhan air baku

2. Masih rendahnya cakupan pelayanan air bersih perkotaan dan pedesaan. 3. Masih rendahnya cakupan pelayanan sanitasi perkotaan.

4. Masih kurangnya prasarana dan sarana dasar pemukiman

13 Bencana

1. Frekuensi bencana semakin meningkat 2. Masih rendahnya budaya sadar bencana

3. Masih kurangnya kelembagaan dan SDM penanggulangan bencana di tingkat Kabupaten dan Kota

4. Keterbatasan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

5. Kurangnya ketersediaan logistik bencana sebagai buffer stock

14

Perubahan Iklim dan Gas Rumah Kaca

1. Meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil

2. Meningkatnya pengembangan energi dengan batubara 3. Meningkatnya cuaca ekstrim yang memicu bencana

15 Pencemaran Air

1. Masih kurangnya pengelolaan limbah domestik

2. Belum optimalnya pengelolaan limbah industri kecil/rumah tangga 3. Semakin meningkatnya kegiatan yang menimbulkan pencemaran 4. Banyaknya IPAL industri menengah/besar yang fungsinya kurang optimal 5. Belum optimalnya penaatan ijin lingkungan

6. Masih lemahnya penegakan hukum terhadap kasus pelanggaran lingkungan maupun tindak pidana lingkungan

7. Belum dipahaminya aturan UU Lingkungan pada lapisan masyarakat 8. Adanya kebijakan sektoral yang tidak memperhatikan lingkungan

16

Kawasan pesisir dan terumbu karang

1. Kerusakan kawasan mangrove dan terumbu karang 2. Meningkatnya sedimentasi dari hulu sungai ke laut

3. Pencemaran air dari limbah domestik dan industri yang bermuara di laut 4. Meningkatnya penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

(31)

Isu awal tersebut kemudian berkembang lebih banyak berdasarkan masukan dan tanggapan para pemangku kepentingan. Berdasarkan hasil FGD, telah terangkum daftar panjang isu PB yang terkait dengan revisi RTRW. Secara lengkap hasil identifikasi usulan isu dari para pemangku kepentingan dan POKJA KLHS sebanyak 250.

Daftar isu pembangunan berkelanjutan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kesamaan sektor dan tema dari isu-isu yang telah dijaring melalui FGD dan hubungan sebab akibat. Daftar isu PB sebanyak 16 disebut isu pembangunan berkelenjutan strategis dikelompokkan dalam 3 aspek yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Hasil identifikasi awal dan masukan pemangku kepentingan kemudian diolah untuk menghasilkan isu pembangunan berkelanjutan strategis penyusunan KLHS revisi RTRW. Oleh Karena itu ditentukan kriteria isu PB strategis yang menunjukkan tingkat pengaruh isu tersebut terhadap proses penyusunan revisi RTRW. Kriteria yang digunakan dalam penapisan isu strategis adalah:

a. Bersifat lintas wilayah baik terdiri dari beberapa kabupaten/kota maupun terkait dengan wilayah sekitar Jawa Tengah sampai dengan nasional;

b. Bersifat kompleks dan lintas sektor dalam konteks hubungan sebab akibat memiliki dampak yang sangat luas;

c. Bersifat lintas pemangku kepentingan baik dalam konteks antar SKPD maupun lintas stakeholder yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat; dan

d. Bersifat lintas waktu yang artinya dalam skala tahunan maupun periode masa pemerintahan.

Penilain terhadap kriteria di atas dalam penyusunan isu strategis dilakukan setelah dilakukan pemusatan isu berdasarkan kesamaan isu dan hubungan sebab akibat. Penilaian terhadap hasil pemusatan isu tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Penjelasan terhadap masing-masing isu hasil pemusatan atau pengelompokkan menunjukkan status isu tersebut terhadap empat kriteria di atas.

(32)

Tabel 2. Penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Prioritas

No ISU PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN STRATEGIS PENJELASAN

L

1 Tingginya kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan

Sektornya terpusat pada sektor sosial dan terjadi secara lokal didaerah meskipun secara akumulasi menjadi isu di tingkat provinsi. Pemangku kepentingan ada pada bidang sosial sebagai bentuk pencegahan (preventif) dan juga dari instansi vertikal seperti kepolisian sebagai bentuk tindakan (represif). Kejadian ini merupakan dampak akumulasi dari degradasi nilai sosial

- -   2

2 Kurang optimalnya lembaga yang menangani urusan penataan ruang

Sektor tata ruang yang menjadi domainnya dan merupakan permasalah lintas wilayah terutama dalam hal sinkronisasi rencana, pemangku kepentingan utama pemerintah yang membidangi tata ruang dan terjadi dalam kurun waktu yang telah lama.

-  -  2

3 Belum optimalnya sarana, prasarana dan pelayanan kesehatan

Isu sektor kesehatan dan terjadi pada tingkat lokal daerah. Pemangku kepentingan utamanya

adalah institusi kesehatan di semua tingkat dan ada sudah ada kecenderungan penanganan - - - - 0

4 Masih rendahnya sarana pendidikan dan standar kompetensi pendidik

Isu sektor pendidikan dan terjadi pada tingkat lokal daerah (provinsi membidangi pendidikan tingkat atas). Pemangku kepentingan utama institus pendidikan dan ada kecenderungan perbaikan dengan meningkatnya dana alokasi pendidikan

- - - - 0

5 Adanya kantong-kantong kemiskinan akibat distribusi kesejahteraan dan pembangunan yang tidak merata;

Isu sektor sosial, ekonomi dan infrastruktur yang menjadi bagian isu nasional. Penangannya membutuhkan pemangku kepentingan lintas sesuai bidangnya dan telah menjadi isu prioritas nasional sejak lama.

    4

EKONOMI

6 Belum optimalnya sarana prasarana pendukung kegiatan industri baik skala kecil maupun besar

Isu sektor industri dan menjadi domain kabupaten kota dalam alokasi ruangnya tetapi untuk aksesbilitas sarana prasarana juga menjadi tanggung jawab provinsi. Permasalahan industri telah terjadi pada masa lalu.

-  -  2

7 Terbatasnya sarana prasarana perikanan tangkap

Isu sektor perikanan baik laut maupun tawar. Terjadi pada tingkat lokal dan dalam zona laut. Terdapat kecenderungan penurunan produksi perikanan akibat terbatasnya sarana

prasaranan ini dalam kurun waktu yang lama

(33)

No ISU PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN STRATEGIS PENJELASAN

L

8 Rendahnya produktivitas pertanian tanaman pangan

Isu produktivitas menjadi domain pertanian tetapi isu produksi merupakan dampak dari industrialisasi dan urbanisasi. Swasembada pangan merupakan isu nasional dan provinsi yang didistribusikan pada tingkat kabupaten kota. Isu LP2B sebagai upaya mempertahankan lahan pertanian menghadapi tantangan kebutuhan lahan untuk infrastruktur, kegiatan industri dan peningkatan kebutuhan permukiman. Daya dukung pangan (bukan hanya beras) masih rendah baik saat ini maupun masa yang akan datang

    4

9 Meningkatnya kebutuhan transportasi orang dan barang yang belum dapat diimbangi penyediaan infrastruktur yang memadai

Sektor utamanya adalah transportasi dalam rangka memenuhi kebutuhan seluruh sektor terutama ekonomi (pergerakan orang dan barang). Transportasi merupakan penghubung utama antar wilayah dalam segala skala pelayanan. Belum optimalnya sektor ini berimbas pada sektor ekonomi seperti mahalnya biaya transportasi yang mempengaruhi mahalnya harga barang. Kondisi ini terjadi dalam kurun waktu lama.

    4

10 Meningkatnya kebutuhan energi dan mineral untuk pembangunan yang belum diikuti pemanfaatan potensi energi baru terbarukan dan mineral yang berkelanjutan

Sektor utamanya energi dalam rangka memenuhi kebutuhan seluruh sektor terutama ekonomi, seluruh kegiatan membutuhkan energi yang selama ini terpenuhi dari energi yang tidak terbarukan termasuk didalamnya sumber daya alam dari kegiatan tambang. Pemangku kepentingannya dalam skala nasional sampai lokal sesuai dengan kewenangannya. Isu yang terus berkembang seiring peningkatan pembangunan ekonomi dan transportasi.

    4

LINGKUNGAN

11 Menurunnya luas lahan hutan dengan jumlah lahan kritis yang tinggi

Sektor kehutanan memiliki fungsi sebagai berbagai penyedia jasa layanan ekosistem dan juga sumber ekonomi berbasis lahan. Selain itu isu lahan kritis juga melibatkan isu kebencanaan. Dengan demikian pemangku kepentingannya selain lintas sektor juga lintas skala, karena lahan hutan negara dikuasai dan dikelola oleh pusat (KLHK dan Perhutani). Kecenderungan luas hutan turun terutama hutan rakyat dan cenderung turun pada masa yang akan datang.

    4

12 Meningkatnya lahan permukiman yang tidak diikuti dengan kemampuan pemenuhan layanan sanitasi dan persampahan

Sektor utamnya permukiman yang juga melibatkan sektor lingkungan dan kesehatan dalam pengelolaan layanan sanitas termasuk persampahan. Bahkan untuk isu sampah telah menjadi permasalahan regional akibat tidak adanya lagi ruang pengelolaan akhir sampah di

perkotaan. Setiap tahunnya seiring meningkatnya penduduk isu sanitasi akan terus terjadi dan semakin mahal biaya penangannya

(34)

No ISU PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN STRATEGIS PENJELASAN

L

13 Meningkatnya frekuensi dan kerusakan (magnitude) kejadian bencana alam

Bencana merupakan sektor yang membutuhkan upaya mitigasi dari berbagai sektor seperti infrastruktur, lingkungan dan sosial. Meluasnya luas rawan bencana di Jawa Tengah dari beragam jenis bencana yang akan terus terjadi. Bencana tidak mengenal wilayah adminsitrasi.

    4

14 Meningkatnya kerentanan masyarakat akibat dampak perubahan iklim dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Perubahan iklim dan GRK merupakan isu pembangunan lintas sektor baik sebagai kontributor maupun yang terkena dampak. Kecenderungan setiap tahunnya terus meningkat yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan tidak hanya lintas sektor tetapi juga kelompok masyarakat dan swasta.

    4

15 Menurunnya ketersediaan dan kualitas sumber daya air

Sumber daya air merupakan sumber utama kehidupan disamping pangan dan energi yang dipengaruhi serta mempengaruhi banyak sektor. Permasalahan pengelolaan sumber daya air terjadi baik lintas wilayah maupun lintas pemangku kepentingan antara insitusi yang mengurusi air untuk penggunaannya dan institusi yang mengurusi konservasi air.

    4

16 Degradasi lingkungan kawasan pesisir dan terumbu karang

Sektor kelautan ini spesifik pada zona pesisir dan laut. Pemangku kepentingan yang terlibat meliputi sektor kelautan dan lingkungan. Isu ini juga telah terjadi dalam kurun waktu yang lama.

(35)

2.1.2 Penyusunan Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Prioritas

Sesuai dengan Pasal 9 ayat 1 PP No. 16/2016 unsur-unsur dalam menentukan isu prioritas paling sedikit menggunakan:

1. Karakteristik wilayah yang didasarkan pada kondisi ekosistem tertentu atau merujuk pada kondisi dengan kualitas lingkungan tertentu. Selain itu juga ditambahkan dengan merujuk pada wilayah administrasi dan geografis.

2. Tingkat pentingnya potensi dampak dengan mengidentifikasi dampaknya

terhadap besarnya jumlah penduduk, luas penyebaran, intensitas, banyaknya komponen lingkungan hidup yang terkena dampak dan sifat kumulatif dampak.

3. Keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan ditunjukkan

dengan hubungan sebab akibat antar isu pembangunan berkelanjutan lainnya.

4. Keterkaitan dengan materi muatan KRP yang dituangkan dalam revisi RTRW

Provinsi Jawa Tengah 2009 – 2029.

5. Muatan RPPLH, dalam hal ini tidak digunakan dalam prioritasi isu karena belum adanya dokumen RPPLH yang dapat diacu baik di tingkat nasional maupun provinsi. 6. Hasil KLH dari KRP pada hirarki diatasnya dengan menggunakan hasil dari

KLHS RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013 – 2018 dan KLHS Pegunungan Kendeng, dimana keduanya telah memuat isu pembangunan berkelanjutan dan juga rekomendasi untuk perbaikan kebijakan.

(36)

Tabel 3. Penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Prioritas

No ISU PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN STRATEGIS PENJELASAN

K

1 Tingginya kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan

Terjadi pada seluruh wilayah terutama perkotaan dan terjadi setiap tahun. Pemicu kekerasan adalah masalah sosial seperti miras dan norma sosial. Tidak terkait dengan KRP dalam RTRW dan tidak memiliki keterkaitan dengan KLHS lainnya.

   - - 3

2 Kurang optimalnya lembaga yang menangani urusan penataan ruang

Lembaga di seluruh kabupaten kota dan provinsi dengan intensitas yang tidak dapat diperkirakan. Pemicunya akibat kurangnya sinkronnya RTRW antar daerah dan kurang matangnya perencanaan tata ruang. Keterkaitan dalam hal KRP perwujudan dan pengendalian tata ruang serta tidak terkait langsung dengan KLHS di atasnya

- - -  - 1

3 Belum optimalnya sarana, prasarana dan pelayanan kesehatan

Isu di seluruh kabupaten kota dan trendnya menurun. Disebabkan permasalahan anggaran dan prioritas pembangunan daerah. Dalam skala provinsi tidak terkait langsung dengan KRP RTRW dan juga tidak terkait dengan KLHS di atasnya.

- - - 0

4 Masih rendahnya sarana pendidikan dan standar kompetensi pendidik

Isu di seluruh kabupaten kota dan trendnya menurun. Dipicu masalah alokasi anggaran dan prioritas pembangunan daerah. Dalam skala provinsi tidak terkait langsung dengan KRP RTRW dan juga tidak terkait dengan KLHS di atasnya.

- - - 0

5 Adanya kantong-kantong kemiskinan akibat distribusi kesejahteraan dan pembangunan yang tidak merata;

Terjadi pada wilayah pedesaan yang basis ekonomi utamanya pertanian dan memiliki aksesbilitas rendah. Trendnya cenderung turun, meskipun di tahun terakhir ada beberapa wilayah naik nilai kemiskinannya dan kesenjangan. Penyebabnya karena minimnya lapangan pekerjaan, menurunnya nilai tukar petani, dan belum meratanya distribusi hasil pembangunan. Keterkaitan dengan KRP pada tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang dan memiliki keterkaitan dengan KLHS RPJMD Jawa Tengah

     5

EKONOMI

6 Belum optimalnya sarana prasarana pendukung kegiatan industri baik skala kecil maupun besar

Terjadi pada kawasan industri baik besar maupun kecil dan kecenderungannya meningkat. Penyebabnya karena letak industri yang menyebar dan pengawasan yang lemah. Keterkaitan dengan arahan lokasi peruntukan industri dan kawasan industri. Tidak memiliki keterkaitan langsung dengan KLHS yang ada di atasnya

(37)

No ISU PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN STRATEGIS PENJELASAN

K

7 Terbatasnya sarana prasarana perikanan tangkap

Terjadi pada kawasan pesisir dan kawasan perikanan tangkap di air tawar, trend tahunannya fluktuatif. Penyebab pada kawasan pesisir karena degradasi lingkungan kawasan perikanan tangkap di laut sehingga nelayan harus mencari ikan lebih jauh dari pesisir dan juga menurunnya kualitas air tawar pada sungai maupun waduk. Keterkaitan dengan KRP untuk wilayah perikanan tangkap laut tidak menjadi lingkup RTRW (masuk dalam lingkup RZWP3K). Tidak memiliki keterkaitan KLHS di atasnya

  - - - 2

8 Rendahnya produktivitas pertanian tanaman pangan

Terjadi pada kawasan pertanian lahan basah dan trendnya menurun meskipun pada 5 tahun terakhir produksinya stabil. Isu ini terkait dengan pengurangan lahan pertanian dan juga adanya pengaruh perubahan iklim yang menyebabkan gagal panen. Isu ini juga berpengaruh terhadap menurunnya daya dukung pangan. KRP yang terkait pada arahan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Isu ini juga menjadi isu strategis dalam dokumen KLHS RPJMD Jawa Tengah.

     5

9 Meningkatnya kebutuhan transportasi orang dan barang yang belum dapat diimbangi penyediaan infrastruktur yang memadai

Terjadi pada kawasan perkotaan dan kecenderungan terus meningkat. Penyebabnya karena masih bercampurnya jalur transportasi nasional, regional dan dalam kota. Selain itu juga masih banyaknya persimpangan sebidang dengan jalur kereta api yang frekuensi perjalanannya terus meningkat. KRP yang terkait pada struktur ruang di transportasi darat baik jaringan maupun sarana prasarana transportasi. Isu ini juga menjadi bagian dari isu strategis dalam KLHS RPJMD Provinsi Jawa Tengah

     5

10 Meningkatnya kebutuhan energi dan mineral untuk pembangunan yang belum diikuti pemanfaatan potensi energi baru terbarukan dan mineral yang berkelanjutan

Terjadi pada kawasan-kawasan potensi pertambangan. Isu yang muncul adalah konflik pemanfaatan ruang dengan fungsi yang ada di atasnya baik pertanian, kehutanan dan lindung lainnya. Isu ini cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil tambang untuk mendukung pembangunan. Selain itu sumber energi masih mengandalkan dari bahan bakar fosil yang relatif murah dan tersedia seperti batubara, sedangkan pengembangan energi terbarukan masih belum banyak. KRP yang terkait antara lain kawasan pertambangan dan kawasan lindung yang memiliki potensi tambang salah satunya kawasan karst. Isu ini menjadi pembahasan dalam KLHS tersendiri yaitu KLHS Pegunungan Kendeng yang

memberikan rekomendasi terhadao Kawasan CAT Watu Putih dan juga menjadi isu dalam KLHS RPJMD Jawa Tengah

(38)

No ISU PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN STRATEGIS PENJELASAN

K

11 Menurunnya luas lahan hutan dengan jumlah lahan kritis yang tinggi

Terjadi pada hutan didalam dan diluar kawasan hutan yang luasannya cenderung turun dari tahun ke tahun. Isu ini terkait dengan kebutuhan kegiatan budidaya pertanian yang masuk pada kawasan hutan dan juga kebutuhan untuk pembangunan infrastruktur penting Jawa Tengah. Lahan kritis terjadi tidak selalu karena pembukaan hutan tetapi juga disebabkan karena kondisi fisik lahan yang tidak sesuai untuk tanaman hutan. KRP yang terkait ada pada kawasan hutan baik lindung maupun budidaya (produksi) serta pada hutan rakyat yang masuk dalam pertanian lahan kering. Keterkaitan dengan KLHS di atasnya tidak secara langsung pada isu strategis.

    - 4

12 Meningkatnya lahan permukiman yang tidak diikuti dengan kemampuan pemenuhan layanan sanitasi dan persampahan

Terjadi pada kawasan permukiman baik pedesaan maupun perkotaan dan trendnya meningkat seiring dengan meningkatnya kawasan permukiman dan penduduk. Isu ini disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk dan permukiman yang tidak diimbangi pembangunan layanan sanitasi dan persampahan. Dampak yang ditimbulkan terjadinya pencemaran air dan tanah yang menurunkan kualitas sumber daya air. KRP yang terkait ada di arahan kawasan permukiman serta prasarana sanitasi dan persampahan dalam struktur ruang. Isu ini juga terdapat dalam isu PB di KLHS RPJMD Provinsi Jawa Tengah

     5

13 Meningkatnya frekuensi dan kerusakan (magnitude) kejadian bencana alam

Bencana alam di Jawa Tengah meningkat pada kawasan rawan banjir, longsor, gunung berapi dan juga gempa. Frekuensinya meningkat yang dipicu oleh perubahan iklim yang meningkatkan cuaca ekstrim dan pergeseran musim. Akibat dari bencana banyak kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat dan juga merusak infrastruktur yang telah dibangun. KRP yang terkait adalah kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana dalam RTRW. Isu ini tidak secara langsung terkait dengan isu dalam KLHS di atasnya.

    - 4

14 Meningkatnya kerentanan masyarakat akibat dampak perubahan iklim dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Kerentanan perubahan iklim terjadi pada kawasan yang rentan bencana terkait iklim seperti longsor, banjir, kekeringan, dan rob di pesisir. Sedangkan kontributor GRK di perkotaan adalah sektor energi dan di pedesaan adalah sektor berbasis lahan. Tren keduanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyebabnya makin banyaknya aktivitas manusia yang menghasilkan GRK sedangkan dampaknya adalah kerugian dan penurunan pendapatan akibat meningkatnya bencana iklim. KRP yang terkait adalah kawasan rawan bencana. Isu ini tidak terkait dengan isu KLHS diatasnya

(39)

No ISU PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN STRATEGIS PENJELASAN

K

15 Menurunnya ketersediaan dan kualitas sumber daya air

Ancaman ini terjadi pada kawasan sumber daya air seperti sungai, mata air, maupun waduk. Penurun sumber daya air banyak disebabkan oleh limbah domestik rumah tangga (berdasarkan uji kualitas air BLH Jawa Tengah) dengan kecenderungan terus menurun kualitasnya.

Dampaknya mengancam daya duku air Jawa Tengah. KRP yang terkait adalah kawasan sumber daya air termasuk sempadannya. Isu ini tidak secara langsung ada dalam KLHS di atasnya

    - 4

16 Degradasi lingkungan kawasan pesisir dan terumbu karang

Ancaman ini terjadi pada kawasan pesisir dan laut dengan kecenderungan meningkat. Penyebabnya karena aktivitas budidaya kelautan yang tidak ramah lingkungan. Dampaknya terjadi penurunan produksi kelautan dan menurunnya sumber daya alam kelautan dan pesisir. KRP untuk kelautan secara luas dibahas dalam RZWP3K karena merupakan bagian dari pengelolaan kelautan. Isu ini juga tidak masuk dalam KLHS yang ada di atasnya.

Gambar

Gambar 1. Hubungan Antar Fungsi KLHS
Tabel 1. Pengelompokkan Daftar Panjang Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis
Gambar 3. Grafik Angka Kemiskinan per Kabupaten Kota di Jawa Tengah 2014
Gambar 10. Peta Area Zona persampahan untuk kota dan kabupaten di Jawa Tengah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan :Revisi dan Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekanbaru dan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota

Prediksi deforestasi tahun 2010 dengan Kebijakan Prediksi deforestasi tahun 2010 dengan Kebijakan Struktur & Pola Ruang RTR Pulau Jawa-Bali. Struktur & Pola Ruang RTR

Permasalahan umum dalam Kajian Daya Dukung Sumber air Hujan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok ini adalah seberapa kebutuhan air untuk

• Mengidentifikasi pengaruh atau konsekuensi dari Rencana Tata Ruang Wilayah terhadap lingkungan hidup sebagai upaya untuk mendukung proses pengambilan keputusan.. •

2) Kabupaten Garut: Indikasi di Dalam Peta Potensi Logam dan Mineral RTRWP Jawa Barat: • 1 lokasi tambang pasir besi, di Kec. Bungbulang, dan 1 lokasi di Kecamatan

Rencana Pola Ruang  Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa faktor-faktor penyebab tidak sesuainya penyelenggaraan partisipasi masyarakat dalam revisi Perda no 2 tahun 2004 tentang

Tabel 1 Hasil Scoping Reseptor Lingkungan Isu Strategis Ekosistem-ekologi Tingginya tingkat perubahan tata guna lahan untuk mengakomodir perkembangan Kawasan Strategis Serang Timur