• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perbandingan kinerja reksa dana saham dan reksa dana campuran dengan menggunakan Model sharpe, treynor, dan jensen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis perbandingan kinerja reksa dana saham dan reksa dana campuran dengan menggunakan Model sharpe, treynor, dan jensen"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Investasi

An Investments is the current commitment of resources for a periode of time in the expectation of receiving future resource that will compensate the investor for (1) the time the resource are commited, (2) the expected rate of inflation, (3) the risk that is, uncertainty of the future payments (Railly and Norton, 2005:3).

Investasi menurut Tandelilin (2001:3) ialah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan harapan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang. Sedangkan menurut Halim (2005:4), investasi ialah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

Menurut Bodie et al. (2005:4), investasi terbagi 2 (dua), antara lain:

a. Investasi aset riil, yaitu investasi dalam bentuk tanah, bangunan, pengetahuan, dan mesin yang digunakan dalam memproduksi barang.

b. Investasi aset keuangan, yaitu investasi dalam bentuk portofolio seperti saham atau obligasi.

Menurut Elton et al. (2011:29) bahwa investasi dalam asset financial terbagi atas 2 (dua) kategori, yaitu:

(2)

Investor membeli secara langsung satu atau beberapa dari instrumen yang berbeda pada instrumen keuangan, seperti: instrumen pasar uang, instrumen pasar modal, dan instrumen derivatif.

2. Investasi tidak langsung (Indirect Investment)

Sebagai alternatif, seorang investor dapat berinvestasi melalui perantara, dengan beberapa instrumen yang diinvestasikan secara langsung dan sudah memiliki portofolio pada aset keuangan, seperti reksa dana.

2.1.2 Pengertian Reksa Dana

Dilihat dari asal katanya reksa dana berasal dari kosa kata “reksa” yang

berarti jaga atau pelihara, dan kata “dana” yang berarti kumpulan uang, sehingga

reksa dana dapat diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal dan selanjutnya diinvestasikan dalam bentuk portofolio efek oleh manajer investasi (Syahyunan, 2013:20). Dengan demikian dana yang ada dalam reksa dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.

(3)

Undang – Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27, mendefenisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

2.1.3 Jenis - jenis Reksa Dana

2.1.3.1 Berdasarkan Bentuk Hukum

Reksa dana dibagi berdasarkan bentuk hukum dan berdasarkan kebijakan portofolio investasi. Jenis-jenis reksa dana tersebut adalah sebagai berikut:

Sesuai dengan UU No 8 Tahun 1995 Pasal 18 tentang pasar modal, reksa dana memiliki dua bentuk, yaitu Perseroan dan Kontrak Investasi Kolektif.

1. Reksa Dana Perseroan

Perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang oleh manajer investasi.

Ciri-ciri reksa dana perseroan ialah : 1. Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas

2. Pengelolaan investasi reksa dana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk.

(4)

2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif

Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif merupakan reksa dana yang memiliki kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi kolektif. Sedangkan unit penyertaan adalah bukti penyertaan modal investor pada manajer investasi.

Fungsi kontrak investasi kolektif mirip dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. Kontrak Investasi Kolektif yang mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak (Manajer Investasi dan Bank Kustodian), tujuan dan jenis investasi yang akan dilakukan, tata cara transaksi, biaya-biaya, hak pemegang unit penyertaan sebagai investor, dan aturan serta ketentuan lainnya yang menyangkut pengelolaan Reksa dana Kontrak Investasi Kolektif tersebut (Pratomo dan Nugraha, 2005:47). Reksa dana Kontrak Investasi Kolektif hanya dapat beroperasi secara terbuka.

2.1.3.2 Berdasarkan Sifatnya

Dilihat dari sifatnya, reksa dana perseroan memiliki dua bentuk yakni Reksa Dana Tertutup (Closed-End Fund) dan Reksa Dana Terbuka (Open-End Fund) (Syahyunan, 2013:20).

1.Reksa Dana Tertutup (Closed-End Fund)

(5)

pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal ini harus dilakukan di Bursa Efek tempat saham reksa dana tersebut dicatatkan.

2. Reksa Dana Terbuka (Open-End Fund)

Reksa dana terbuka merupakan reksa dana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat mejual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat apabila diinginkan. Manajer investasi Reksa Dana, melalui Bank Kustodian wajib membelinya sesuai dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) per saham/unit pada saat tersebut. Nilai aktiva bersih (net asset value) merupakan alat ukur kinerja reksa dana, atau merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban kewajiban yang ada.

2.1.3.3 Berdasarkan Kebijakan Portofolio Investasi

Berdasarkan kebijakan portofolio investasi, reksa dana di Indonesia dibagi atas 4 (empat) kelompok sebagaimana diatur dalam Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-08/PM/1997, yaitu :

1. Reksa dana Pasar Uang (Money Market Funds)

Reksa dana pasar uang adalah reksa dana yang melakukan investasi 100% atau seluruhnya pada efek pasar uang. Efek pasar uang adalah deposito, SBI, obligasi serta efek hutang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. 2. Reksa dana Pendapatan Tetap

(6)

mengambil strategi investasi dengan tujuan untuk mempertahankan nilai awal modal dan mendapat pendapatan tetap.

3. Reksa Dana Saham

Reksa dana saham harus menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari assetnya dalam saham. Investasi dalam saham memiliki risiko hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi lainnya, maka reksa dana saham dalam jangka panjang mempunyai potensi memberikan hasil yang maksimal.

4. Reksa Dana Campuran

Reksa dana ini mempunyai kebebasan dalam menentukan alokasi aset sehingga dapat sewaktu-waktu memiliki portofolio investasi dengan mayoritas saham dan di lain waktu diubah menjadi mayoritas obligasi. Reksa dana lainnya memiliki batasan alokasi investasi yang boleh dilakukan, sedangkan reksa dana campuran memberikan kebebasan untuk menentukan jenis investasi dan komposisi alokasi investasinya. Reksa dana campuran juga memiliki fleksibelitas untuk berpindah-pindah dalam pemilihan jenis investasinya, seperti dari saham ke obligasi atau ke pasar uang.

2.1.4 Manfaat dan Pengelola Reksa Dana

2.1.4.1 Manfaat Reksa Dana

(7)

a. Dikelola Manajemen Profesional

Pengelola reksa dana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat pemodal individual pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga mungkin tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisis harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal.

b. Diversifikasi Investasi

Diversifikasi investasi yang diwujudkan dalam portofolio efek atau mengurangi risiko, tetapi tidak dapat dihilangkan karena dana/kekayaan reksa dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek ssehingga risikonya juga tersebar. Risikonya tidak akan sebesar risiko bila seseorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara individual.

c. Kemudahan Berinvestasi

Kemudahan ini tercermin dari relatif rendahnya nilai investasi awal reksa dana dibanding jenis investasi lainnya serta kemudahan pelayanan administrasi dalam pembelian maupun penjualan kembalinya. Kemudahan lainnya adalah fasilitas bagi investor untuk melakukan investasi kembali dengan menggunakan deviden yang diperolehnya sehingga saham/unit penyertaanya terus bertambah.

d. Transparansi Informasi

(8)

mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan serta prospectus secara teratur sehingga investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin.

e. Likuiditas yang Tinggi

Pemodal dapat mencairkan kembali unit penyertaanya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing reksa dana sehingga memudahkan investor mengelolah kasnya.

f. Biaya yang Rendah

Karena reksa dana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila investor individu melakukan transaksi sendiri di bursa.

2.1.4.2 Pengelola Reksa Dana

Pihak yang menjadi pengelola reksa dana yaitu : a. Manajemen Investasi

(9)

investasi, memonitor pasar investasi dan melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk kepentingan investor.

b. Bank Kustodian

Menurut pasal 1 UU No 8 tahun 1995, kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening, yang menjadi nasabahnya. Pengertian bank kustodian dalam reksa dana adalah penyimpanan kekayaan serta administrator reksa dana

2.1.5 Nilai Aktiva Bersih (NAB)

NAB per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. NAB tidak bisa dipisahkan dari reksa dana karena istilah ini merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil suatu reksa dana. Besarnya NAB dapat berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang unit penyertaan dan begitu juga sebaliknya. (Fakhruddin dan Sopian, 2001:238).

(10)

2.1.6 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indeks yang dihitung atas dasar seluruh saham di BEI, indeks ini adalah yang populer dan banyak dijadikan acuan (Syahyunan 2013:311). Sedangkan menurut Halim (2005:12), indeks harga saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian sosial, politik, dan keamanan. IHSG mulai diperkenalkan pertama kali di Bursa Efek Jakarta, pada tanggal 1 April 1983 dengan menggunakan landasan dasar (baseline) tanggal 10 Agustus 1982.

Tingkat perolehan pasar (IHSG) adalah selisih dari tingkat IHSG pada bulan t di kurang dengan IHSG pada bulan t-1 dibagi dengan IHSG pada bulan t-1, atau dapat dirumuskan sebagai berikut (Samsul, 2006:373):

RP=IHSGIHSGt− IHSGt− t−

Keterangan:

RP = � IHSG

IHSGt = IHSG pada bulan tersebut

IHSGt− = IHSG pada bulan sebelumnya

Rata-rata tingkat perolehan IHSG adalah sejumlah tingkat perolehan IHSG pada periode tersebut dibagi dengan jumlah sub periode pada periode tersebut.

2.1.7 Risiko Investasi

(11)

adalah standar deviasi yang dihitung dari gejolak turun-naiknya atau volatilitas harga, semakin besar debaran jantung investor maka semakin besar risikonya. Dalam teori investasi, standar deviasi itu menggambarkan total risiko sebuah portofolio. Total risiko ini terdiri atas dua komponen utama yakni :

a. Risiko tidak sistematis

Risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi yaitu proses berinvestasi dalam banyak aset finansial sehingga kerugian dalam satu aset diharapkan dapat ditutupi dengan keuntungan aset lainnya. Risiko tidak sistematis sering juga disebut risiko unik, risiko spesifik, atau risiko yang bisa didiversifikasikan.

b. Risiko Sistematis

Risiko sistematis adalah risiko yang tetap ada setelah diversifikasi. Besar kecilnya risiko ini tergantung pada sensitivitas portofolio itu terhadap pergerakan pasar.

2.2 Pengukuran Kinerja Reksa Dana

2.2.1 Indeks Sharpe

Dalam metode ini kinerja portofolio diukur dengan cara membandingkan antara premi portofolio (yaitu selisih rata-rata tingkat bunga bebas risiko) dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi (total risiko) (Halim, 2005:68). Untuk menghitung indeks Sharpe, kita bisa menggunakan rumus berikut:

(12)

Keterangan :

Ŝpi = indeks Sharpe portofolio i

Ṝpi = rata–rata return portofolio i selama priode pengamatan

Rf = rata–rata tingkat return bebas risiko selama priode pengamatan Sdpi = standar deviasi return portofolio i selama priode pengamatan.

Indeks Sharpe digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi indeks Sharpe suatu portofolio dibanding portofolio lainnya, maka kinerja semakin baik kinerja portofolio tersebut (Tandelilin, 2001:326).

2.2.2 Indeks Treynor

Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor, dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to valatility ratio. Sama halnya seperti indeks Sharpe, pada indeks Treyor, kinerja portofolio dlihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaanya dengan indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas ( security market line ) sebagai patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdeversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis ( diukur dengan beta ).

(13)

dinyatakan dengan beta (risiko pasar atau risiko sistematis) (Halim, 2005:69). Secara matematis indeks Treynor dirumuskan sebagai berikut:

Ť�� = Ṝ��β− ��

Keterangan:

Ťpi = indeks Traynor portofolio i

Ṝpi = rata-rata tingkat pengembalian portofolio i

Rf = rata-rata atas bunga investasi bebas risiko β�� = beta portofolio i (risiko pasar atau sistematis) Ṝ��− = premi risiko portofolio i

2.2.3 Indeks Jensen

Metode ini didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas securuty market line SML) yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang bebas risiko (Halim, 2005:70). Sehingga secara matematis Indeks Jensen dapat dirumuskan dengan:

Jpi = (Rpi – Rf) – (Rm – Rf) βpi

Keterangan:

Jpi = Indeks Jensen portofolio i

Rp = Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i Rf = Rata-rata bunga investasi bebas risiko Rm = Rata-rata tigkat pengembalian pasar

βpi = Beta portofolio i (risiko pasar atau risiko sitematis)

(14)

Indeks Jensen merupkan selisih antara return portofolio dengan return portofolio yang tidak dikelola dengan cara khusus (hanya mengikuti pasar).

Disamping itu indeks Jensen juga menunjukan besarnya perbedaan return antara portofolio dengan return portofolio yang tidak dikelola secara khusus (hanya mengikuti tren pasar) dengan tingkat risiko yang sama.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut ini terdapat beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan refrensi dan pembanding oleh penulis dalam melakukan peneltian ini:

1. Santoso dan Sjam (2012) dengan judul penelitian “Penilaian Kinerja Produk Reksa dana Menggunakan Metode Perhitungan Jensen Alpha, Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Information Ratio”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penilaian kinerja produk reksa dana menggunakan metode perhitungan tersebut. Hasilnya adalah bahwa produk reksa dana berkinerja baik dan produk yang dinyatakan paling baik adalah reksa dana Indeks Saham Progresif.

2. Wahdah dan Hartanto (2012) dengan judul penelitian “Analisis Pengukuran

Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengukur kinerja reksa dana saham yang ada di Indonesia. Hasilnya adalah berdasarkan metode Treynor terdapat 3 reksa dana saham yang mempunyai kinerja lebih baik dari pasar yakni Panin Dana Maksima, Panin Dana Prima, dan Manulife Saham Andalan.

(15)

2005–2009”. Hasil dari peelitian tersebut ialah bahwa reksa dana yang memiliki kinerja terbaik dengan menggunakan metode Sharpe dan Jensen pada tahun 2005 – 2009 adalah reksa dana Fortis Ekuitas.

4. Hutagalung dan Rina (2009) dengan judul penelitian “Perbedaan Kinerja Reksa Dana Saham terhadap terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dengan Metode Sharpe dan Treynor” Hasil uji beda statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham terhadap kinerja IHSG dengan menggunakan metode Sharpe dan Treynor.

(16)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti

Terdahulu

Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

1 Dahlifa and Teguh Supriyanto (2015)

Analysis of Conventional Mutual Fund and Sharia Muual fund Performance

for Investor’s Investmet

Decesion

Sharpe Ratio, Treynor Ratio and Jenson Alpha

Keseluruhan Reksa Dana Syariah

saham selama periode 2011-2013 memiliki dua reksa dana saham yang mampu melampaui kinerja IHSG dan LQ-45.

3 Palekhya (2012)

A Study on Performance Evaluation of Public & Private Sector Mutual Funds in India

Sharpe Ratio dan Jensen Ratio.

Berdasarkan pengukuran Sharpe dan Jensen, ke empat resadana mampu memberikan return diatas pasar yang dinyatakan paling baik adalah reksa dana terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dengan terhadap kinerja IHSG dengan menggunakan

Islamic Equity Mutual Fund Performance in telah menunjukkan kinerja yang positif Empirical Analysis of

(17)

2.3 Kerangka Konseptual

Kinerja reksa dana dapat diukur dengan beberapa metode yaitu Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Jensen. Pengukuran dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen dilakukan untuk memperoleh indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen reksa dana (Frensidy, 2013:119). Pengukuran kinerja reksa dana didasarkan pada perubahan NAB/unit. Maka pada penelitian ini variabel yang akan diukur kinerjanya adalah reksa dana saham dengan reksa dana campuran.

Gambar berikut menunjukkan model kerangka konseptual yang menggambarkan komparasi kedua jenis reksa dana.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Reksa Dana Saham Reksa Dana Campuran

Kinerja Reksadana dengan Sharpe Ratio

Kinerja Reksadana dengan Treynor Ratio

Kinerja Reksadana dengan

(18)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kerangka konseptual, maka peneliti mengajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Adapun hipotesis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja reksa dana saham dengan reksa dana campuran menggunakan metode Sharpe.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja reksa dana saham dengan reksa dana campuran menggunakan metode Treynor.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu nilai tersebut dikonsultasikan ke dalam tabel interval koefesien, dan didapatkan koefesien 0,390 masuk dalam interval 0,20-0,399 dengan kategori rendah, maka

The bending of polymers for aquatic locomotion in soft-matter robots: (a) fish-like swimming with a polyoxymethylene body and a silicone-based elastomer tail actuated by a pair of

Test dan Anova Sehala melalui perisian "Statistical Package of the Social Science for Windows" (SPSS). Hasil analisis menunjukkan terdapat i) hubungan yang signifikan

Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.. Beri tanda (√) jika klien

[r]

Terjadi nya penyakit gagal ginjal tidak bisa dibiarkan begitu lama, karena bisa menyebabkan gagal ginjal akan menyebabkan tubuh menjadi terganggu kesehatan nya akibat banyak nya

Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan anggaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya.. Manajemen Sistem

Penerapan Model Koopertif Tipe Concept Sentence Dengan Media Gambar Fotografi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Siswa Kelas IV SD.. Surakarta: