* Researcher Advisors: [email protected] [email protected] 1
Researcher: [email protected]
Pesisir Timur Surabaya
Dian Saptarini*, Aunurohim*, Ria Hayati
1Jurusan Biologi, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ABSTRAK. Ubur- ubur (Scyphozoa) merupakan salah satu biota yang umum dijumpai di perairan Indonesia termasuk pesisir timur Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, kelimpahan dan distribusi ubur-ubur pada tahap medusa (scyphomedusae) di pesisir timur Surabaya. Pengambilan sampel scyphomedusae dilakukan pada bulan Nopember hingga Desember 2010 menggunakan jaring NORPAC, Gillnets, dan Pushnets. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 genus scyphomedusae di pesisir timur Surabaya, yakni Acromitus, Catostylus, Rhopilema, Cyanea, dan Chrysaora. Komposisi scyphomedusae pada titik sampling dekat dari pantai (± 0,5 Km) disusun oleh Acromitus, Catostylus, dan Rhopilema, dengan kelimpahan scyphomedusae sebanyak 792 individu (terdiri atas: 441 individu Acromitus, 338 individu Catostylus dan 13 individu Rhopilema). Sedangkan komposisi scyphomedusae pada titik sampling jauh dari pantai (± 1,5 Km) disusun oleh Acromitus, Catostylus, Rhopilema, Cyanea, dan Chrysaora dengan kelimpahan scyphomedusae sebanyak 303 individu (terdiri atas: 117 individu Acromitus, 86 individu Catostylus. 22 indidvidu Rhopilema, 43 indidvidu Cyanea, dan 36 indidvidu Chrysaora). Berdasarkan analisa kanonikal dengan PCA diketahui bahwa genus Acromitus dan Catostylus cenderung terdistribusi pada titik sampling dekat garis pantai, sedangkan genus Rhopilema, Cyanea dan Chrysaora cenderung terdistribusi pada titik sampling jauh garis pantai.
Kata kunci: scyphozoa, scyphomedusae, pesisir timur Surabaya
1. Pendahuluan
Ubur-ubur merupakan salah satu anggota terbesar dari hewan Cnidaria dan paling mencolok di daerah pelagis (Tahera and Kazmi, 2006) dan sering pula dijumpai di perairan pesisir (Uchida, 1954; Brewer, 1989; Barz & Hirche, 2007). Awalnya phylum Cnidaria dibagi menjadi empat kelas: Anthozoa, Hydrozoa, Scyphozoa, dan Cubozoa (George & George, 1997), dan pada tahun 2004, kelas kelima ditambahkan: Staurozoa (Marques and Collins, 2004). Kebanyakan ubur-ubur yang ditemukan merupakan anggota dari kelas Scyphozoa yang berada dalam fase medusa (scyphomedusa). Kelas Scyphozoa terdiri atas tiga ordo: Coronatae, Semaeostomeae dan Rhizostomeae (Collins et al, 2006), dua puluh famili, enam puluh enam genus, dan lebih dari 190 spesies (Cnidaria Tree of Life Project, 2009). Coronatae merupakan
ubur-ubur yang dapat hidup di laut dalam dan zona pelagik, oleh karena itu Coronatae berdistribusi secara luas, seperti di Laut Cina, Samudra India, perairan Pasifik Tropik dan perairan Caribbean di Meksiko (Mayer, 1910; Hale, 1999; Puertas et al, 2008). Beberapa genus dari Semaeostomeae menempati perairan Artik dan Antartika hingga perairan dingin, dan genus lainnya tersebar secara luas seperti halnya Aurelia yang dapat ditemukan di seluruh perairan hangat dan estuari (Matanoski, 2004). Ordo Rhizostomeae ditemukan di perairan dangkal di daerah perairan tropik dan perairan hangat seperti di perairan Yunani, Mediterania, dan Indonesia (Hale, 1999; Frangou et al, 2006; Schembri et al, 2010; Mujiono, 2010).
Laporan ilmiah ubur-ubur mengenai pemanfatannya dalam bidang ekonomi dilaporkan oleh Mujiono (2010), yang juga menyebutkan terdapat sekitar delapan jenis ubur-ubur di sekitar Jawa, yakni
Crambionella sp., Chrysaora sp., Mastigias
papua, Phyllorhiza punctata, Catostylus
townsendi, Acromitus flagellatus, Lycnorhiza
malayensis, Versuriga anandyomen.
Beberapa jenis ubur-ubur merupakan produk perikanan yang dapat dikonsumsi, yakni ubur-ubur jenis Crambionella, Rhopilema,
Rihizostoma, Cephea, Crambione,
Lobonema, Lobomenatoides, Catostylus,
Neopilema, dan Stomolophus (Omori &
Nakano, 2001). Ubur-ubur yang dapat dikonsumsi lebih banyak ditemukan di wilayah yang memiliki rentang pasang-surut yang besar, perairan dangkal, masa air yang agak tertutup, adanya aliran air tawar dari sungai dan rawa mangrove (Omori & Nakano, 2001).
Pesisir timur Surabaya merupakan daerah pesisir yang yang berbatasan langsung dengan selat Madura. Pesisir timur Surabaya merupakan kawasan pesisir dengan enam muara besar, sehingga memiliki ekosistem
estuarine (perairan payau) dan marine
(lautan). Perairan pesisir timur Surabaya memiliki beberapa karakteristik, yakni topografi perairan yang landai, dan memiliki
arus laut yang relatif tenang karena termasuk dalam perairan selat madura (Muhsonim & Nuraini, 2006). Ario dkk (1997) dan Yulianda dkk (1994), melaporkan bahwa parameter lingkungan yang berpengaruh pada kelimpahan dan distribusi ubur-ubur adalah arus laut dengan rentang kecepatan optimum pada 15-16,5 cm/det. Berdasarkan kecepatan arus tersebut, maka pesisir timur Surabaya dapat digolongkan sebagai perairan dengan kondisi lingkungan yang menunjang bagi keberadaan ubur-ubur dengan rentang kecepatan arus tahun 2009 sebesar 0,26 – 46,1 cm/det (BMKG, 2010). Berdasarkan informasi dari nelayan sekitar pesisir timur Surabaya, diketahui bahwa sering dijumpai scyphomedusae di perairan tersebut.
Meskipun keberadaan ubur-ubur di Indonesia relatif melimpah, namun ubur-ubur merupakan salah satu kelompok invertebrata yang sering diabaikan, sehingga informasi mengenai sumberdaya biota ubur-ubur relatif sedikit. Informasi mengenai komposisi jenis, kelimpahan dan distribusi ubur-ubur di pesisir timur Surabaya berguna untuk
mengetahui sumberdaya biota
scyphomedusae di area perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, kelimpahan, dan distribusi ubur-ubur di pesisir timur Surabaya.
2. Metodologi
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan November - Desember 2010 dengan rentang pengambilan dua minggu sekali pada pukul 06.00-11.00 WIB. Lokasi pengambilan sampel adalah pantai Suramadu, kecamatan Tambak Wedi, pantai Kenjeran, kecamatan Kenjeran, pantai Keputih, kecamatan Sukolilo, pantai Wonorejo dan Medokan Ayu, kecamatan Rungkut, serta pantai Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur (Gambar 3.1). Tempat yang dipilih untuk pengambilan sampel adalah 0,5 Km dan 1,5 Km dari muara kali muara kali kedinding (titik 1 dan titik 2), muara kali Sari Timur (titik 9 dan
titik 10), muara kali Sari Damen (titik 12 dan titik 13), muara kali Bokor (titik 14 dan titik 15), muara kali Jagir (titik 17 dan titik 18), dan muara kali Tambak Oso, Kebon Agung, dan Medayu (titik 19 dan titik 20) , serta 0,5 Km dan 1,5 Km dari garis pantai (titik 3, titik 4, titik 5, titik 6, titik 7 titik 8, titik 9, titik 10, titik 15, titik 16, titik 21, dan titik 22). Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi FMIPA ITS Surabaya.
pantai dikategorikan sebagai titik sampling jauh dari garis pantai. Pengkategorian tersebut dikarenakan adanya perbedaan pada dua kategori perairan tersebut yang didasarkan pada pengamatan visual dilapangan, yakni ubur-ubur lebih sering dijumpai dengan jumlah relatif lebih banyak pada jarak 0,5 Km dari garis pantai dibandingkan pada jarak 1,5 Km dari garis pantai serta dijumpainya karakteristik
perairan dengan kecerahan yang lebih rendah pada jarak,5 Km dari garis pantai dibandingkan pada jarak 1,5 Km. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan parameter lingkungan pada dua kategori perairan tersebut karena adanya pengaruh dari daratan yang lebih benyak pada titik sampling dekat garis pantai dibandingkan titik sampling jauh garis pantai.
Gambar 2.1 Lokasi pengambilan sampel ubur – ubur (fase medusa/ scyphomedusae) (modifikasi dari Google Earth)
Pengambilan sampel ubur-ubur (fase medusa/ scyphomedusae) dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek fisikokimia dan hidrooseanografi. Faktor fisik kimia meliputi suhu, salinitas, kecerahan, dan pH. Faktor hidrooseanografi yaitu kecepatan arus di tiap lokasi pengambilan.
Suhu diukur dengan menggunakan termometer raksa dengan tingkat ketelitian 10C. Salinitas diukur dengan menggunakan
hand-refracto salinometer ATC FG-217
dengan tingkat ketelitian hingga 1‰ .
Tingkat kecerahan diukur dengan menggunakan Secchi disk. pH diukur dengan menggunakan kertas pH, sedangkan untuk kecepatan arus diukur dengan menggunakan pelampung yang direkatkan dengan tali sepanjang 2 meter dan dihanyutkan pada permukaan perairan tiap titik sampling, untuk kemudian diukur waktunya.
Sampling scyphomedusae dilakukan pada permukaan air hingga kedalaman ± 2 meter dengan menggunakan gill-nets (Ø = 1,5 cm) dan push-nets (Ø = 3 cm) dengan rentang waktu selam 10-15 menit, serta menggunakan jaring NORPAC (mesh size 150 µm) yang ditarik secara horizontal pada permukaan air selama 2 menit. Sampling dilakukan pada waktu yang sama yakni di pagi hari (pukul 06.00- 11.00 WIB).
scyphomedusae dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi FMIPA ITS Surabaya. Sortir scyphomedusae yang mikroskopik dilakukan dengan bantuan
stereomicroscope@ Olympus SZ51.
Identifikasi dilakukan hingga tingkat genus dilakukan dengan compound microscope@ Olympus CX2. Proses identifikasi menggunakan buku acuan The Medusae Of
The World (Mayer, 1910), Synopsis Of The
Medusae Of The World (Kramp, 1961), dan
The Medusae of The British Isles (Russell,
1970).
Rancangan penelitian adalah bersifat deskriptif kuantitatif. Untuk mengilustrasikan distribusi scyphomedusae dapat menggunakan Metode Ordinasi dengan menggunakan program Canoco for Windows 3.5. Langkah awalnya berupa pembuatan tabel data menggunakan Microsoft Excel 2007 pada worksheet dengan mencantumkan data titik sampling dengan genus-genus yang ditemukan beserta jumlahnya. Kemudian
worksheet tersebut di-export ke dalam format
Canoco melalui WCanoImp. Selanjutnya ditentukan metode ordinasi dengan uji
detrending menggunakan DCA (Detrended
Correspondence Analysis). Setelah data
diordinasikan akan diketahui Lenght of
Gradient sebagai suatu nilai untuk
memodelkan data. Ketika Lenght of Gradient < 3 maka digunakan metode Linier akan tetapi ketika Length of Gradient > 4 maka digunakan metode Unimodal. Length of
gradient dengan nilai antar 3 – 4 dapat
menggunakan metode Linier ataupun Unimodal dengan metode yang lebih direkomendasikan adalah metode Linier. Ordinasi data selanjutnya disesuaikan dengan hasil uji detrending, jika metode linier maka dilanjutkan pada mode PCA (Principal
Componens Analisis), jika metode unimodal
maka dilanjutkan pada mode
Correspondence Analysis (CA). Hasil
running melalui CANOCO dapat
diilustrasikan dalam bentuk diagram (grafik) melalui input data ke CanoDraw (Leps, 1953).
3. Hasil dan Pembahasan
Keanekaragaman Jenis Scyphomedusae Tingkat Genus
Pengamatan sampel scyphomedusae yang diperoleh berdasarkan The Medusae of
the World (Mayer, 1910), Synopsis of the
Medusae Of The World (Kramp, 1961), dan
The Medusae of the British Isles (Russell,
1970), teridentifikasi adanya 5 genus dari 4 famili dan 2 ordo. Genus-genus tersebut berupa Acromitus, Catostylus, Rhopilema,
Chrysaora, dan Cyanea. Genus Acromitus
dan Catostylus termasuk dalam famili
Catostylidae karena lengan mulut-nya (oral arm) berbentuk piramidal tanpa adanya perpanjangan dari oral arm tersebut (Kramp, 1961). Genus Rhopilema termasuk dalam famili Rhizostomatidae karena memiliki manubrium dan perpanjangan lengan pada tiap oral arm-nya (Russell, 1970). Genus
Chrysaora termasuk dalam famili Pelagiidae
karena adanya tentakel yang tumbuh pada tepi payungnya dengan oral arm yang berjumbai panjang (Russell, 1970).
Selanjutnya, genus Cyanea termasuk dalam famili Cyaneidae karena memiliki tentakel yang tumbuh dari permukaan subumbrella dengan oral arm yang berlipat – lipat (Russell, 1970).
Genus Acromitus, Catostylus dan
Rhopilema termasuk dalam ordo
Rhizostomeae karena tidak memiliki tentakel pada tepi payungnya namun dilengkapi oral arm berbentuk triangle yang meruncing ke arah ujungnya serta tidak dijumpainya bukaan mulut di tengah subumbrella (Kramp, 1961). Genus Chrysaora dan Cyanea termasuk dalam ordo Semaeostomeae karena memiliki tentakel pada tepi payung dengan 4
oral arm yang berjumbai atau berlipat-lipat
panjang sama dengan diameter payung dengan ujung berfilamen yang panjang (Gambar 3.1.e). Intrasirkular kanal
Acromitus bercabang dan berhubungan
dengan ring kanal dan rhopolar kanal (Kramp, 1961) (Gambar 3.1.g). Individu-individu dari genus Acromitus yang ditemukan tidak menyengat.
Gambar3.1 Foto genus Acromitus. 1: bagian apikal; 2: bagian basal; a: exumbrella; b: gonad;
c:subumbrella; d:oral arm; e: flagella pada ujung oral arm; f: rhopalia; g: ring kanal (Dokumentasi
pribadi, 2010).
Genus Catostylus (gambar 3.2) memiliki exumbrella yang bergranula di bagian tepi (marginal), namun tidak dijumpai dibagian pusat (gambar 3.2.f). Ujung oral
arm Catostylus tumpul tanpa adanya
appendage ataupun filament (gambar 3.2.d). Genus Catostylus yang dijumpai memiliki bercak-bercak coklat kekuningan dibagian marginal exumbrella, beberapa spesies dari
genus Catostylus diketahui bersimbion dengan zooxhantellae sehingga menghasilkan titik titik warna coklat-kekuningan (von Lendenfeld, 1884 dalam Dawson, 2005). Sama halnya dengan Acromitus, bagian basal manubrium Catostylus menyatu dengan lengan mulut sehingga tidak dijumpai central
mouth (Richmond, 1997 dalam WoRMS,
2010).
Gambar 3.2 Foto genus Catostylus. a: exumbrella; b: gonad; c: subumbrella; d:oral arm; e:rhopalia; f: exumbrella bergranula (Dokumentasi pribadi, 2010).
Genus Rhopilema (Gambar 3.3) memiliki karakteristik khusus, yakni appendage seperti perpanjangan lengan pada
oral arm yang tumpul (Gambar 3.3.d) serta
pusat exumbrella yang tak bergranula, berwarna merah kecoklatan dan terkadang di bagian marginal dijumpai pula titik – titik coklat (Kramp; 1961; Cairns et al, 2003
dalam Sea Life Base, 2010). Rhopilema memiliki Jaringan kanal yang luas dan interradial kanal (Gambar 3.3.f) yang luas sesuai dengan ukurannnya yang relatif besar.
Subumbrella Rhopilema berscapula dengan
Gambar 3.3 Foto genus Rhopilema. a: exumbrella; b: subumbrella; c: oral arm; d: appendage pada ujung oral arm; e: rhopalia; f: interradial kanal (Dokumentasi pribadi, 2010).
Berbeda dengan Genus Rhopilema,
Acromitus dan Catostylus yang tidak
memiliki tentakel, genus Chrysaora dan
Cyanea (Gambar 3.4 dan gambar 3.5)
memiliki tentakel yang masing-masing berbeda letak tentakelnya. Chrysaora memiliki tentakel di bagian marginal
sebanyak 3-9 tentakel (Kramp, 1961) (Gambar 3.4.g). Genus Chrysaora dilengkapi dengan 8 rhopalia (Gambar 3.4.h) dan nematosit di subumbrella (Gambar 3.4.f), selain di bagian oral arm dan tenatakel (Kramp; 1961; Russell, 1970).
Gambar 3.4 Genus Chrysaora. a: exumbrella; b: gonad; c: oral arm; d: central mouth; e: subumbrella; f: nematosit (subumbrella); g: tentakel; h: rhopalia (Dokumentasi pribadi, 2010).
Genus Cyanea memiliki tentakel yang berkelompok secara radial di delapan bagian subumbrellanya (Kramp, 1961) (Gambar 3.5.e). Jaringan otot radial dan
sirkular pada Cyanea dapat dijumpai di bagian subumbrella (Gambar 3.5.f dan g) serta memiliki 8 rhopalia (Russell, 1970).
Gambar 3.5 Genus Cyanea. a: exumbrella; b: subumbrella; c: oral arm; d: rhopalia; e. tentakel; f.otot sirkular; g. otot radial (Dokumentasi pribadi, 2010).
Parameter Lingkungan
Pengukuran parameter lingkungan di 22 titik sampling memperlihatkan adanya pengelompokan data pada titik sampling yang dekat garis pantai (0,5 Km) dengan titik
Tabel 3.1 Parameter Fisik, Kimia dan Hydrooseanografi
Rentang rata-rata pengukuran suhu di ke 22 titik sampling adalah 29.5 – 30.5°C. Titik sampling yang dekat dari garis pantai memiliki rentang suhu antara 29,5 – 30, 5 °C dengan rata-rata sebesar 29,82°C, tidak berbeda jauh dengan rentang suhu pada titik sampling yang jauh dari garis pantai yakni antara 29,5 – 30,5°C dengan rata-rata sebesar 30,03°C. Rantang suhu di ke-22 titik sampling tersebut sesuai dengan toleransi suhu scyphomedusae yakni antara 6°C - 31°C dengan suhu optimum 19°C (Manuputty, 1988; Hyman, 1940 dalam Ario dkk, 1997), sehingga rentang suhu di ke-22 titik tersebut masih sesuai bagi kelangsungan hidup scyphomedusae. Temperatur dapat berpengaruh secara tidak langsung yakni pada aktifitas memangsa, dan secara langsung dengan mempengaruhi aktifitas metabolismenya (Brewer, 1989).
Nilai pH pada ke-22 titik sampling Sedangkan rata-rata pH pada titik sampling yang jauh dari garis pantai adalah 6,95. Atrill
et al (2007) melaporkan bahwa populasi
memberikan dampak yang positif bagi kelangsungan hidup scyphomedusae. Serta, dijumpainya scyphomedusae di pesisir timur Surabaya mengindikasikan juga toleransi scyphomedusae terhadap pH asam (7< pH >6,5).
Rentang rata-rata salinitas di ke-22 titik adalah 23,75 – 30,50‰. Titik sampling pada perairan yang dekat dengan garis pantai memiliki rata-rata salinitas sebesar 27,07‰. Sedangkan titik sampling pada perairan yang jauh dengan garis pantai memiliki rata-rata
salinitas sebesar 30,18‰. Scyphomedusae
dapat dijumpai di perairan estuari pada
salinitas 10‰ - 23‰ seperti beberapa spesies Catostylus (Pitt & Kingsford, 2000), begitu pula dengan Rhopilema yang merilis planulanya di daerah estuari dengan rentang salinitas 14‰ - 20‰ (Lu et al, 1989 dalam Dong et al, 2008) dan juga Cyanea yang bisa dijumpai di perairan estuari dengan salinitas 21,5‰ - 25‰ (Colin & Kremer, 2002). Selain itu, beberapa scyphomedusae seperti
Chrysaora dan Cyanea dapat dijumpai di
perairan laut dengan salinitas hingga 34% (Barz & Hirche, 2007). Toleransi scyphomedusae terhadap salinitas karena kemampuan scyphomedusae mengatur keseimbangan kadar garam dalam tubuhnya dengan lingkungan sekitar yakni dengan mengontrol jumlah garam yang masuk dan keluar tubuhnya bersama air laut (Manuputty, 1988). Oleh karenanya, rentang salinitas di pesisir timur Surabaya dianggap masih sesuai bagi kelangsungan hidup scyphomedusae.
Kisaran kecepatan arus di ke-22 titik sampling adalah antara 7,48 – 21,44 cm/s. Perbandingan rata-rata kecepatan arus pada titik sampling yang dekat garis pantai dengan titik sampling yang jauh garis pantai cukup berbeda. Yakni kecepatan arus pada titik sampling yang dekat garis pantai sebesar 9,98 cm/s, sedangkan kecepatan arus pada titik sampling yang jauh garis pantai sebesar 12,91 cm/s. Kisaran kecepatan arus di ke-22 titik sampling masih sesuai bagi kehidupan scyphomedusae. Hal ini didukung oleh penelitian Ario dkk (1997) yang menjumpai scyphomedusae pada kisaran kecepatan arus antara 7,8 – 19,2 cm/s.
Kecerahan di ke-22 titik sampling berkisar antara 32,5- 77 cm. Titik sampling yang dekat dengan garis pantai memiliki rata-rata kecerahan sebesar 43,41 cm, sedangkan pada titik sampling yang jauh garis pantai memiliki rata-rata kecerahan sebesar 66,67 cm. Kecerahan berpengaruh bagi beberapa jenis scyphomedusae, seperti Acromitus dan
Catostylus yang bersimbiosis dengan
zooxhantellae guna fotosintesis oleh alga
tersebut. Namun sebagai tactile predator, yakni organisme yang memangsa dengan menggunakan nematosit untuk merasakan keberadaan mangsanya ketika disentuh (Albert, 2011), scyphomedusae yang tidak bersimbiosisi dengan zooxhantellae tidak bergantung terhadap cahaya untuk mencari mangsa (Arai, 1997 dalam Hale, 1999).
Komposisi dan Kelimpahan Scyphomedusae
Total jumlah individu dari seluruh scyphomedusae yang di jumpai di ke-22 titik sampling adalah 1095 individu, yang disusun oleh genus Acromitus (558 individu: 50,96%), Catostylus (442 individu: 38,72%),
Rhopilema (35 individu: 3,20%), Cyanea (43
individu: 3,93%), dan Chrysaora (35 individu: 3,20%) (Tabel 3.2). Berdasarkan hasil pengamatan, dijumpai adanya perbedaan persebaran scyphomedusae di dua tipe titik sampling, yakni titik sampling yang
dekat garis pantai dan jauh garis pantai. Scyphomedusae paling banyak dijumpai di titik sampling yang dekat dengan garis pantai, yakni sebanyak 792 individu yang terdiri dari 441 individu genus Acromitus, 338 individu Catostylus dan 13 individu
Rhopilema (Gambar 3.6a). Sedangkan pada
titik sampling yang jauh dengan garis pantai dijumpai scyphomedusae sebanyak 303 individu yang terdiri dari 117 individu genus
individu Rhopilema, 43 individu Cyanea, dan 36 individu Chrysaora (Gambar 3.6b).
Gambar 3.6 Diagram kelimpahan genus scyphomedusae pada (a) titik sampling dekat garis pantai dan pada (b) titik sampling jauh garis pantai.
Tabel 3.2 Komposisi dan kelimpahan scyphomedusae di pesisir timur Surabaya
Kategori
Genus
Titik
Acromitus Catostylus Rhopilema Cyanea Chrysaora
D
ek
at
g
ar
is
p
an
ta
i
(0
,5
K
m
)
1 1 4 0 0 0
4 11 10 4 0 0
5 57 27 0 0 0
8 49 23 0 0 0
9 123 106 0 0 0
12 48 28 0 0 0
13 43 30 0 0 0
16 34 52 5 0 0
17 3 0 1 0 0
20 5 2 3 0 0
21 67 56 0 0 0
Total 441 338 13 0 0 792
Ja
u
h
g
ar
is
p
an
ta
i
(1
,5
K
m
)
2 0 0 0 0 0
3 0 1 0 0 0
6 4 4 6 5 3
7 15 14 2 6 6
10 81 52 7 4 4
11 0 1 2 11 7
14 5 0 1 4 3
15 0 0 2 10 8
18 0 0 0 3 4
19 11 11 2 0 0
22 1 3 0 0 0
Total 117 86 22 43 35 303
Total (∑) 1095
KR (%) 50.96 38.72 3.20 3.93 3.20
*KR: kelimpahan relatif
Komposisi scyphomedusae di titik sampling jauh garis pantai yang disusun oleh Acromitus, Catostylus, Rhopilema, Cyanea,
dan Chrysaora sedangkan komposisi
scyphomedusae di titik sampling dekat garis pantai yang disusun oleh Acromitus,
Catostylus, dan Rhopilema. Perbedaan
Kecepatan arus akan mempengaruhi pergerakan horizontal ubur-ubur, yakni disaat arus besar maka ubur-ubur akan cenderung bergerak kearah pantai (Ario dkk, 1997). Kecepatan arus yang relatif kecil di titik sampling dekat garis pantai diduga lebih berpengaruh terhadap Acromitus, Catostylus dan beberapa Rhopilema yang berukuran relatif lebih kecil dibandingkan Cyanea,
Chrysaora dan Rhopilema dengan ukuran
besar (Kramp, 1961). Sehingga di titik sampling dekat garis pantai hanya disusun oleh genus Acromitus, Catostylus dan
Rhopilema berbeda dengan titik sampling
jauh garis pantai yang disusun tidak hanya oleh ketiga genus tersebut tetapi juga oleh
Cyanea dan Chrysaora.
Secara keseluruhan, didapat kelimpahan relatif genus Acromitus dan
Catostylus sebesar 50,96% dan 38,72%.
Dimana 40,27% Acromitus dan 30,87%
Catostylus tersebut dijumpai di titik sampling
dekat garis pantai. Hal ini berkaitan dengan titik sampling yang dekat garis pantai merupakan daerah yang disukai oleh kedua genus tersebut karena merupakan periaran estuari dan berlumpur (Hale, 1999). Raj (2006) juga menyebutkan Acromitus sebagai scyphomedusae yang biasa dijumpai di perairan estuari.
Berbeda halnya dengan Acromitus
dan Catostylus yang dijumpai relatif
melimpah, genus Rhopilema, Chrysaora dan
Cyanea didapati dengan kelimpahan relatif
yang kecil meskipun parameter lingkungan terukur (tabel 3.1) sesuai bagi kehidupan scyphomedusae. Hal tersebut diduga berkaitan dengan hubungan keberadaan scyphomedusae terhadap musim (Brewer, 1989; Ario dkk, 1997; Kinoshita et al, 2005; Suchman & Brodeur, 2005), karena scyphomedusae mengalami reproduksi aseksual di musim tertentu terkait dengan siklus hidupnya (Mills, 2001 dalam Barz & Hirche, 2007). Di perairan tropis, Acromitus dapat dijumpai sepanjang tahun (Raj, 2006), serta dijumpainya fase ephyra Catostylidae pada penelitian ini di daerah dekat garis
pantai (titik 4), menujukkan adanya kemungkinan populasi polip dan strobilisasi Catostylidae pada daerah tersebut (Barz & Hirche). Kemampuan bereproduksi scyphomedusae pada suatu daerah menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan habitat scyphomedusae tersebut (Uchida, 1954). Sedangkan Rhopilema diperairan tropis dijumpai dibulan-bulan tertentu pada musim kemarau. Hal tersebut didasari oleh data daerah dan musim tangkap scyphomedusae oleh Tokyo Costum House selama tahun 1988 – 1999 (Omori & Nakano, 2001), menyatakan bahwa penangkapan scyphomedusae tipe sand yang diperkirakan sebagai Rhopilema hispidum oleh Omori & Nakano (2001), adalah pada bulan Agustus – Nopember di perairan Cirebon serta bulan Maret – Mei dan September – Nopember di perairan Tuban. Sehingga, mengindikasikan bahwa waktu sampling pada penelitian ini tidak berbarengan oleh musim dari keberadaan Rhopilema.
Sama halnya dengan Rhopilema yang dijumpai dibulan-bulan tertentu, Chrysaora dijumpai dibulan September hingga Oktober di perairan Jepara (Ario dkk, 1997) dan Agustus hinggaSeptember di Teluk Banten (Heriawan, 1994). Begitu pula dengan Cyanea yang dijumpai dibulan Juli di perairan Cina (Dong et al, 2008). Menurut Brewer (1989), Cyanea dijumpai musiman dengan rentang waktu sekitar 4 bulan dan kemudian menghilang akibat mati. Hal tersebut mengindikasikan bahwa waktu sampling pada penelitian tidak berbarengan oleh musim dari keberadaan Chrysaora dan
Cyanea.
2002). Toksisitas pada cemaran tersebut dapat mengakibatkan penghambatan pertumbuhan hingga kematian pada organisme pesisir, termasuk scyphomedusae (Matthiesen & Law, 2002). Masukan nutrien dari aliran sungai, limbah pupuk dari tambak dan juga hasil penguraian bahan organik dari mangrove ke dalam perairan pesisir timur Surabaya dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Eutrofikasi menyebabkan
perubahan yang komplek pada jaring makanan terkait dengan penurunan ukuran tubuh zooplanlton akibat eutrrofikasi sehingga kemudian mempengaruhi organisme pada tingkat tropik diatasnya, yakni scyphomedusae (Purcell et al, 2007). Oleh karenanya kelimpahan Rhopilema,
Cyanea dan Chrysaora yang relatif kecil di
pesisir timur Surabaya dapat diakibatkan oleh adanya kegiatan anthropogenic tersebut.
Analisis Kanonikal Kecenderungan Distribusi Scyphomedusae
Metode ordinasi dengan
menggunakan program Canoco for Windows 3.5 digunakan sebagai ilustrasi pemetaan kecenderungan distribusi scyphomedusae di tiap lokasi pengamatan serta hubungan distribusi scyphomedusae dengan parameter lingkungan, yakni suhu, salinitas, pH, kecepatan arus, dan kecerahan. Berdasarkan adanya persebaran data yang mengelompok menjadi dua (Tabel 3.1dan Tabel 3.2), maka titik sampling dapat dikelompokkan manjadi titik sampling dekat garis pantai (0,5 Km dari garis pantai, yakni titik 1, 4, 5, 8, 9, 12, 13, 16, 17, 20, dan 21) serta titik sampling jauh garis pantai (1,5 Km dari garis pantai, yakni 2, 3, 6, 7, 10, 11, 14, 15, 18, 19, dan 22).
Distribusi scyphomedusae diilustrasikan dengan menggunakan diagram
PCA (Principal Componene Analysis)
(Hugget, 2004), karena nilai Length of
gradient dari analisa data jumlah individu
genus di tiap lokasi pengamatan
menggunakan DCA (Detrend
Correspondence Analysis) oleh program
Canoco for Windows 3.5 adalah 2, 492 (< 3). Metode ordinasi dengan PCA menghasilkan sistem koordinat (grafik plot acak) yang menyediakan informasi mengenai kecenderungan distribusi tiap genus pada lokasi pengamatan (Gambar 3.7). Diagram PCA di dukung oleh data jumlah individu genus scyphomedusae yang ditemukan pada tiap lokasi pengamatan (Tabel 3.2).
Gambar 3.7 Diagram ordinasi distribusi scyphomedusae di pesisir timur Surabaya menggunakan PCA
-1.0 0.4
1
.0
Acromitu Catostyl
Rhopilem
CyaneaChrysaor
1
2 3 4
5
6 7
8 9
10
11 12
13
14
15 16
17
18 19
20 21
Berdasarkan diagram ordinasi PCA, genus
Acromitus dan Catostylus cenderung
berdistribusi pada titik 9,10, 12, 13, dan 21. Ke lima titik tersebut termasuk dalam lokasi yang dekat garis pantai. Kecenderungan distribusi Acromitus dan Catostylus pada titik dekat garis pantai dikarenakan kedua genus tersebut dikenal menyukai daerah estuari dan berlumpur karena termasuk kedalam famili Catostylidae (Hale, 1999).
Sedangkan genus Rhopilema cenderung berdistribusi di titik 6 dan 7, diman kedua titik tersebut merupakan titik yang jauh garis pantai. Genus Chrysaora dan
Cyanea memiliki kesamaan kecenderungan
berdistribusi pada titik 7, 11, dan 15. Ketiga titik tersebut merupakan titik yang jauh dengan garis pantai. Kecenderungan distribusi genus Rhopilema, Cyanea dan
Chrysaora pada titik sampling diduga
sebagai akibat adanya pengaruh dari kecepatan arus yang relatif lebih besar di titik sampling jauh garis pantai dibandingkan titik sampling dekat garis pantai terhadap ketiga genus tersebut sejalan dengan ukuran tubuhnya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan Acromitus dan
Catostylus (Kramp, 1961).
4. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
-Hasil penelitian menunjukkan scyphomedusae yang dijumpai di pesisir timur surabaya adalah genus Acromitus,
Catostylus, Rhopilema, Cyanea, dan
Chrysaora.
-Komposisi scyphomedusae pada titik sampling dekat garis pantai disusun oleh 3 genus (Acromitus, Catostylus, dan
Rhopilema), sedangkan pada titik sampling
jauh garis pantai komposisi scyphomedusae disusun oleh 5 genus (Acromitus,
Catostylus, Rhopilema, Cyanea, dan
Chrysaora).
- Hasil kelimpahan tertinggi scyphomedusae dijumpai pada titik sampling dekat garis pantai dengan 792 individu, sedangkan pada titik sampling jauh garis pantai dengan 303 individu.
- Hasil analisa kecenderungan distribusi scyphomedusae dengan menggunakan PCA memperlihatkan genus Acromitus dan
Catostylus lebih cenderung terdistribusi
pada titik sampling dekat garis pantai, sedangkan genus Rhopilema, Cyanea, dan
Chrysaora lebih cenderung terdistribusi
pada titik sampling jauh garis pantai.
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karenanya diucapkan terima kasih kepada Dr. Maria Elena deBellard, Laboratorium Ekologi - Biologi
ITS, para Nelayan Kenjeran Lama- Surabaya dan seluruh rekan-rekan yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian penelitian ini.
Daftar Pustaka
Albert, David J. 2011. Whats on The Mind of a Jellyfish? A Review of Behavioural Observation on Aurelia sp. Jellyfish.
Neuroscience and Behavioral
Reviews 35: 474- 482
Anonim1. 2010. Coronatae.
http://uk.wikipedia.org/wiki/
Coronatae. diakses pada 12 Oktober 2010 pukul 17.05 WIB
Ario, Raden, Ali Djunaedi dan Wisnu Wardana. 1997. Kajian Ekologis Medusa Ubur-ubur (Jellyfish) Di Perairan Jepara. Majalah Ilmu Kelautan Vol. 2(1): 13-16
l.php?id=1307. diakses pada 20 Juni 2011 pukul 12.25 WIB
Atrill, Martin J., Jade Wright and Martin Edwards. 2007. Climate-related Increases in Jellyfish Frequency Suggest a More Gelatinous Future for The North Sea. Limnol. Oceaogr., 52 (1): 480-485
Barnes, R. S. K., P. Calow, P. J. W. Olive, D. W. Golding, and J. I. Spicer. 2001. The Invertebrates: A Synthesis. Third Edition. Blackwell Science: United Kingdom
Barz, Kristina & Hirche, Hans-Jürgen. 2007. Abundane, Distribution and Prey Composition of Scyphomedusae in The Southern North Sea. Mar Biol 151: 1021-1033
Boero, Ferdinando, Jean Bouillon and Stefano Piraino. 2005. The Role of Cnidaria In Evolution And Ecology. Ital. J. Zool. 72: 65-71
Brewer, Robert H. 1989. The Annual Pattern of Feeding, Growth, and Sexual Reproduction in Cyanea (Cnidaria: Scyphozoa) in the Niantic River Estuary, Connecticut. Biol. Bull. 176:272 – 281
Cnidarian Tree Of Life Project. 2009. Taxonomi.
http://cnidtol.com/node/95. Diakses pada 15 September 2010 pukul 19.28 WIB
Colin, Sean P. & Kremer, Patricia. 2002. Population Maintenance of The Scyphozoan Cyanea sp. Settled Planulae and the Disrtibution of Medusae in The Niantic River, Connecticut, USA. Estuaries. Vol.25, No.1, p. 70-75
Collins Allen G., Peter Schuchert, Antonio C. Marques, Thomas Jankwoski, Monica Medina, and Bernd Schierwater. 2006. Medusozoan Phylogeny and Character Evolution Clarified by New Large and Small Subunit rDNA Data and an Assessment od The Utility of Phylogenetic Mixture Models. Sistematics Biologists 55 (1): 97-115 Dawson, Michael N. 2005. Morphologic and
Molecular Redescription of Catostylus
mosaicus conservativus (Scyphozoa:
Rhizostomeae: Catostylidae) from south east Australia. J. Mar Biol. Ass. U.K. 85, 723-731
Dawson, Michael N. 2010. Rhizostomeae. McGraw-Hill Encyclopedia of Science and Technology 11th Edn. http://www.accessscience.com. Diakses pada 17 September 2011 pukul 22.29 WIB
Dong Jing, Ming Sun, Bing Wang, & Haiying Liu. 2008. Comparison of Life Cycle and Morphology of Cyanea
nozakii and Other Scyphozoans.
Plankton Benthos Research 3: 118-124
Fox, Richard. 2006. Invertebrate Anatomy OnLine: Aurelia Aurita (Moon Jelly).
Lander University.
http://www.landeruniversity.edu/inv ertebrateanatomy/aureliaaurita. Diunduh pada 25 Februari 2011 pukul 13.02 WIB
Frangou, Ioanna Siokou, Konstantinos Sarantokos and Epaminondas D. Christou. 2006. First Record of The Scyphomedusa Rhopilema nomadica Galil, 1990 (Cnidaria: Scyphozoa: Rhizostomeae) in Greece. Aquatic Invasion Vol. 1, Issue 3
George, J.D and George, J.J. 1997. Marine Life: In An Illustrated Encyclopedia of Invertebrate in The Sea. Harrap & Co. Ltd: London
Gershwin, Lissa-Ann and Collins, Allen G. 2002. A Preliminary Phylogeny of Pelagiidae (Cnidaria, Scyphozoa) With New Observation Of Chrysaora
colorata comb.nov. Journal of
Natural History 36, 127-148
Hale, Garon. 1999. The Classification and
Distribution of The Class
Scyphozoa. Biological Diversity BI-375 University of Oregon
Karleskint, George Jr., Richard Turner and James W. Small, Jr.. 2010. Introduction to Marine Biology.
Instructor’s Edition. Brooks/Cole Cengage Learning: Canada
Kinoshita, Junji, Juro Hiromi and Yoshiaki Yamada. 2006. Abundance and Biomass of Scyphomedusae, Aurelia
aurita and Chrysaora melanaster, and
Koneri,Roni, Dedy Duryadi Solihin, Damayanti Buchori, dan Rudi
Tarumingkeng. 2010.
Keanekaragaman Kumbang Lucanoid
(Coleoptera: Lucanoidae) pada
Berbagai Ketinggian Temapat di Hutan Konsensi Unocal Gunung Salak, Jawa Barat. Jurnal Matematika dan Sains Vol. 15 No. 2
Kramp, P.L. 1961. Synopsis of the Medusae of the World. Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom 40. 469p.
Levinton, Jeffery S. 2001. Marine Biology: Function, Biodiversity, Ecology. Second Edition. Oxford University Press: New York
Manuputty, E. W. Anna. 1988. Ubur-Ubur (Scyphomeudase) dan Cara Pengolahannya. Oseana Volume XIII, Nomor 2: 49-61
Marques, Antonio C. and Collins, Allen G.. 2004. Cladistic Analysis of Medusozoa and Cnidarian Evolution. Invertebrate Biology 123(1): 23-42
Matanoski, Joseph Carroll. 2004. The Behavior of The Scyhomedusae
Chrysaora quinquecirrha and Aurelia aurita and Its Ecological Importance. Dissertation of Doctor of Pilosophy Programe of University of Maryland
Mayer, Alfred Goldsborough. 1910. Medusae of The world Volume III: The Scyphomedusae. Carnegie Institution of Washington. Publicatin No. 109
Vol. III.
http://thescyphozoan.ucmerced.edu/t sPDF/Mayer1910/.html. Diakses pada 10 Agustus 2010 pukul 10.36 WIB Mills, C.E. 2009. Stauromedusae.
http://faculty.washington.
edu/cemills/Stauromedusae. html. Diakses pada 19 September 2010 pukul 15.30 WIB
Muhsonim, Firman Farid & Nuraini, Candra. 2006. Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Di Perairan Selat Madura dengan Menggunakan Metode Holistik Serta Analisis Ekonominya.
Kajian Tingkat Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan. Vol.13 No. 1: 87-94
Mujiono, Nova. 2010. Jellyfish
(Crambionella sp.) Fisheries Around
Cilacap Waters, Central Java (Cnidaria : Scyphozoa). Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 36 (1): 37-48 Omori, Makoto & Nakano, Eiji. 2001.
Jellyfish Fisheries in Southeast Asia. Kluwer Academic Publishers. Hydrobiologia 451: 19-26, 2001 Pachenik, Jan A. 2005. Biology Of The
Invertebrates: Fifth Edition. McGraw Hill: New York
Pitt, K. A. & Kingsford, M. J. 2000. Geographic Separation of Stocks of The Edible JellyfishCatostylus
mosaicus (Rhizostomeae) in New
South Wales, Australia. Marine Ecology Progress Series Vol. 196: 143-155
Puertas, Lourdes Segura, Karina Orduna Novoa and Edgar H. de la Cotera. 2008. Further Observation of The Coronate Scyphozoan Linuche Unguiculata (Thimble Jellyfish). Hidrobiologica vol. 18 no.1 pp. 49-52 Purcell, Jennifer E., Shin-ichi Uye and Wen-Tseng Lo. 2007. Anthropogenic Causes of Jellyfish Blooms and Their Direct Consequences for Humans: a Review. Marine Ecology Progress Series Vol.350: 153-174
Purcell, Jennifer E., Russell R. Hopcroft, Ksenia N. Kosobokova, and Terry E. Whitledge. 2009. Distribution, Abundance, and Predation Effects of Epipelagic Ctenophores and Jellyfish in The Western Artic Ocean. Deep-Sea Research II 57: 127-135
Raj, P. J. Sanjeeva. 2006. Macro Fauna of Pulicat Lake. National Biodiversity Authority: India
Russell, F.S.F.R.S.1970. The Medusae of The British Isles. II Pelagic Scyphozoa: With A Supplement To
The First Volume On
Hydromedusae. The Marine
Biological Association of The United kingdom: ©Cambridge University Press
Schembri, Patrick J., Alan Deidun and Patric J. Vella. 2010. First Record of
Cassiopea andromeda (Scyphozoa:
Sea Life Base. 2010. Species Summery:
Rhopilema verrilli.
http://www.sealifebase.org/
summary/SpeciesSummary.php?id= 89066. Diakses pada 15 Februari 2011 pukul 23.00 WIB
Shoji, Jun, Takaya Kudoh, Hideyuki Takatsuji, Osamu Kawaguchi, Akihide Kasai. 2009. Distribution of moon jellyfish Aurelia aurita in relation to Summer Hypoxia in Hirosima Baya, Seto Inland Sea. Estuarine, Coastal and Shelf Science 86 : 485-490 Tahera, Qaseem and Kazmi, Quddusi B..
2006. New record of Two Jellyfish Medusae (Cnidaria:Scyphozoa: Catostylidae: Cubozoa: Chiropidae) from Pakistani Waters. JMBA2 - Biodiversity Records Published on-Line
Uchida, Tohru. 1954. Distribution of Scyphomedusae in Japanese and its
Adjacent Waters. Hokaido
University: Jepang
WoRMS (World Register of Marine Species). 2010. WoRMS Taxon Details: Catostylus mosaicus (Quoy & Gaimard).
http://www.marinespecies.org/aphia. php?p= taxdetails&id=220491. Diakses pada 9 februari 2011 pukul 16.57 WIB
Yulianda, Fredinan, Yusli Wardiatno dan Ario Damar. 1994. Studi Ekologi dan
Peranan Beberapa Faktor
Lingkungan Terhadapa Pengebaran Ubur-Ubur di Wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa Barat. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup-LPPM IPB