43 Lampiran
ﺡﺎﺠﻨﻟﺍ ﺱﺎﺳﺃ ﺏﺩﻷﺍ
,
ﻞﻴﻠﻗ ﺮﻴﻏ ﻥﺎّﺒﺸﻟﺍ ﻦﻣ ﺩﺪﻋ ﺔﻔﻴﻅﻮﻟﺍ ﻩﺬﻬﻟ ﻡّﺪﻘﺘﻓ
.
ﺎﺒﺗﺎﻛ ﺎّﺑﺎﺷ ﻩﺪﻨﻋ ﻡﺪﺨﺘﺴﻳ ﻥﺃ ﺩﺮﻳ ﻪّﻧﺃ ﺮﺟﺎﺗ ﻦﻠﻋﺃ
ﻲﻓ ﻢﻬﺛﺩﺎﺤﻳﻭ
,
ﺍﺪﺣﺍﻭ ﺍﺪﺣﺍﻭ ﻪﺒﺘﻜﻣ ﻰﻟﺇ ﻢﻫﻮﻋﺪﻳ ﺮﺟﺎّﺘﻟﺍ ﻥﺎﻜﻓ
.
ﺔﻨّﻴﻌﻣ ﺔﻋﺎﺳ ﻲﻓ ﻪﺘﻠﺑﺎﻘﻤﻟ ﺍﻭﺮﻀﺣﻭ
ﺏﺮﻐﺘﺳﺎﻓ
.
ﺓﺮﻴﺼﻗ ﺔﺛﺩﺎﺤﻣ ﺪﻌﺑ ﻢﻫﺪﺣﺃ ﺭﺎﺘﺧﺍ ﺍﺮﻴﺧﺃﻭ
.
ﻢﻬﺑﺍﺩﺁﻭ ﻢﻬﺘﻨﻄﻓ ﺭﺍﺪﻘﻣ ﻢﻠﻌﻴﻟ
,
ﺓﺮﻴﺜﻛ ﻞﺋﺎﺴﻣ
ﻚّﻧﺈﻓ
,
ّﺏﺎﺸﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻙﺭﺎﻴﺘﺧﺍ ﺖﻴﻨﺑ ءﻲﺷ ّﻱﺃ ﻰﻠﻋ
"
ﻪﻟ ﻝﺎﻗﻭ
,
ﺍﺮﺿﺎﺣ ﻥﺎﻛ ﻪﻟ ﻖﻳﺪﺻ ﺔﻋﺮﺴﻟﺍ ﻩﺬﻫ
."
ﻼﻴﻠﻗ ّﻻﺇ ﻪﺛﺩﺎﺤﺗ ﻢﻟ
ﻪّﻧﺃ ﺖﻤﻬﻔﻓ
,
ﻥﻮﻜﺳﻭ ﻒﻄﻠﺑ ﺏﺎﺒﻟﺍ ﻞﻔﻗﺃﻭ
,
ﻪﻟﻮﺧﺩ ﺪﻨﻋ ﺔﺤﺴﻤﻤﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻪﻴﻠﻌﻧ ﺢﺴﻣ ﻪّﻧﺇ
"
ﻝﺎﻘﻓ
ﺪﻗﻭ
.
ﺏﺩﻷﺍ ﻦﺴﺣ ﻪّﻧﺃ ﺖﻤﻬﻔﻓ
,
ﻡﺍﺮﺘﺣﺍﻭ ﻁﺎﺸﻨﺑ ﻲﻨﺑﻭﺎﺟﻭ
,
ﻡﻼﺴﻟﺎﺑ ّﻲﻟﺇ ﺭﺎﺷﺃ ّﻢﺛ
.
ﻢﻈﺘﻨﻣﻭ ﻒﻴﻈﻧ
ﻩﺬﻫ ﺖﻌﻤﺘﺟﺍ ﻰﺘﻣﻭ
.
ﻊﺿﺍﻮﺘﻣ ﻪّﻧﺃ ﺖﻤﻬﻔﻓ
,
ّﻱﺪﻳ ﻦﻴﺑ ﺭﻮﻀﺤﻠﻟ ﻩﺮﻴﻏ ﻊﻓﺍﺪﻳ ﻢﻟﻭ
,
ﻩﺭﻭﺩ ﺮﻈﺘﻨﻳ ﺚﺒﻟ
ﻩﺍﻮﺳ ﻦّﻤﻣ ﻞﻀﻓﺃ ﻥﺎﻛ
,
ﺺﺨﺷ ﻲﻓ ﺕﺎﻔّﺼﻟﺍ
/aʻlana tājiru annahu yurīdu an yastakhdima ʻindahu syābān kātibān.fataqaddama
lihażihi al-waẓīfati ‘adadun min al-syubbāni gayru qalīlin, wa ḥaḍarū limuqābalatihi
fī sāʻatin muʻayyanatin. fakāna at-tājiru yadʻūhum ilā maktabihi wāḥidān wāḥidān, wa yuḥādiṡuhum fī masāilin kaṡīratin, liyaʻlama miqdāra fiṭnatihim wa adābihim, wa
akhīrān ikhtāra aḥadahum baʻda mu ḥādaṡatin qaṣīratin. Fāstagraba hażihi al
-ṣurʻati ṣadīqun lahu kāna ḥāḍirān, wa qāla lahu : “ʻalā ayyi syayyˈin banayta
ikhtiyāraka hażā asyābu, fainnaka lam tuḥādiṡhu illā qalīlān?”
faqāla : “ innahu masaḥa naʻlayhi ʻalā al-mimsaḥati ʻinda dukhūlihi, wa aqfala
al-bāba biluṭfin wa sukūnin, fafahimtu `annahu naẓīfun wa muntaẓimun. ṡumma `asyāra
ilayya bissalāmi, wa jāwabanī binasyāṭin wa iḥtirāmin, fafahimtu annahu ḥasanu
al-`adabi. wa laqad labiṡa yantaẓiru dawrahu, wa lam yudāfiʻ gayrahu lilḥuḍūri bayna yadayya, fafahimtu `annahu mutawādiʻun. wa matā ijtimaʻat hażihi a ṣ-ṣifātu fī
syakhṣin, kāna afḍalu mimman siwāhu./ “Pada suatu ketika.., seorang saudagar kaya
membuat sebuah pengumuman, bahwa ia membutuhhkan seorang pemuda yang pandai menulis untuk dipekerjakan pada perusahaannya. Tidak lama kemudan, berdatanganlah sejumlah pemuda ke tempat itu untuk mengajukan lamaran, dengan harapan dapat diterima bekerja padanya.
Karena banyak pelamar yang datang dan lebih dari yang dibutuhkan perusahaan, saudagar itu melakukan tes seleksi dan wawancara untuk memilih calon pekerja yang
44
sesuai dengan kebutuhan. Dipanggilnya satu persatu pemuda itu masuk ke ruangannya, diajukannya beberapa pertanyaan, dan ia memperhatikan jawaba-jawabannya dengan penuh ketelitian, sehingga ia bisa mengetahui kadar kecerdasan dan budi pekerti mereka. Dan setiap pemuda yang telah dipanggilnya tidak langsung pulang. Mereka menunggu hasil wawancara yang akan segera diumumkan pada hari itu juga.
Di tengah berlangsungnya wawancara, ada seorang pemuda yang dipanggil ke dalam ruangan dan keluar hanya dalam waktu yang sangat singkat. Dan akhirnya…., saudagar kaya itu menghentikan proses wawancara dengan keputusan yang dianggap “mengherankan”. Ia memilih pemuda yang dipanggilnya dan diwawancarainya sangat sebentar. Karenanya, para pemuda lainnya yang merasa heran dengan keputusan itu mengajukan pertanyaan. “Apa alasan anda menjatuhkan pilihan anda pada pemuda ini. Padahal anda hanya berbicara dengannya sebentar saja?”
Dengan halus dan sabar saudagar kaya itu memberi jawaban yang mencerahkan… : “Banyak kelebihan yang ia miliki dan tidak ada pada kalian. Ia mengusapkan kedua alas kakinya ke keset pada saat ia akan masuk. Ia juga menutup pintu dengan halus dan tenang. Dari situ aku tahu bahwa ia seorang yang bersih dan teratur. Lalu ia mengucapkan salam kepadaku dan menjawab pertanyaanku dengan cerdas dan penuh hormat. Maka aku tahu kalau ia seorang yang baik budi pekertinya. Ia juga diam dengan tenang saat menunggu gilirannya untuk dipanggil, tidak mendesak atau menghalau orang lain yang didepannya. Maka akupun tahu kalau ia adalah seorang yang tawadlu’ (rendah hati). Dan… ketika segala sifat-sifat luhur ini terkumpul dalam diri orang sepertinya, maka tidak ada lagi orang lain yang lebih utama darinya”.