• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PSPI 1201765 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PSPI 1201765 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pada perpustakaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) berdasarkan

hasil wawancara dengan pustakawan yang dilaksanakan pada tanggal 28 maret

2016, terdapat masalah kerusakan yang terjadi pada bahan pustaka tercetak di

perpustakaan STPB, koleksi yang sering mengalami kerusakan adalah koleksi

yang berada pada ruang sirkulasi, karena koleksi tersebut sering dimanfaatkan

oleh pemustaka setiap harinya. Jumlah koleksi yang melebihi 13.000 eksemplar

dan hampir setengahnya merupakan koleksi sirkulasi. Peminjaman koleksi setiap

bulannya mencapai 300 koleksi dan rata-rata terdapat dua koleksi yang

mengalami kerusakan.

Tindakan mutilasi dan vandalisme seperti melipat kertas, mencoret, merobek,

menjadi salah satu faktor terjadinya kerusakan pada koleksi, kerusakan yang

sering terjadi di perpustakaan STPB yaitu halaman kertas dan cover buku yang

terlepas, sampul plastik robek, label nomor klasifikasi yang rusak dan hilang.

Sedangkan pada bagian referensi koleksi yang sering mengalami kerusakan adalah

koleksi tugas akhir skripsi dan tesis dikarenakan koleksi tersebut yang sering

dimanfaatkan oleh pemustaka. Kerusakan koleksi tercetak pada perpustakaan

STPB tidak begitu parah, karena setiap hari dilakukan kegiatan pelestarian koleksi

dengan memilih buku-buku di rak untuk mencari koleksi yang harus diperbaiki.

Usaha awal yang dilakukan pustakawan dalam melestarikan koleksi adalah

dengan memberi sampul plastik pada setiap koleksi tercetak.

Kerusakan bahan pustaka melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanis

tentang kerusakan bahan pustaka pada perpustakaan Centre Cultural Francais

Bandung, menyebutkan bahwa 81,58% responden menyatakan sering merobek

bahan pustaka yaitu majalah. Hal ini menunjukkan bahwa mutilasi bahan pustaka

berkala (majalah) adalah masalah utama di perpustakaan. Selain itu menurut

Akussah dan Bentil, sebanyak 55% responden mengatakan bahwa buku referensi

(2)

menyebutkan bahwa buku teks adalah bahan koleksi yang paling banyak

disalahgunakan. Buku referensi dan jurnal menjadi sasaran utama koleksi ynag

disalgunakan, biasanya dikarenakan kedua jenis koleksi tersebut tidak boleh

dipinjam sehingga cara lain yang dilakukan pemustaka yaitu dengan memfotokopi

atau menyobek/mencurinya (Riska Pujianti, 2011).

Menurut (Barcell, 2013). Adapun faktor-faktor penyebab tindakan vandalisme

yang ditemui yaitu pertama dari faktor pemustaka, penyebab vandalisme bahan

pustaka cenderung disebabkan oleh kurangnya kesadaran pemustaka. Pemustaka

sering bertindak ceroboh terhadap bahan pustaka tanpa memperdulikan resiko

kerusakan yang akan terjadi terhadap bahan pustaka. Masih ada sebagian

pemustaka yang kecewa terhadap pelayanan pustakawan yang tidak bisa

membantu pemustaka dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, akhirnya

pemustaka merasa pustakawan tidak bertanggung jawab atas pekerjaannya, dan

pemustaka melampiaskan kekecewaannya terhadap koleksi. Koleksi yang banyak

rusak akibat vandalisme adalah koleksi fiksi.

Dari faktor pustakawan ditemukan kelemahan yaitu pustakawan kurang

mengawasi pemustaka ketika sedang membaca buku di meja baca. Akibatnya

pemustaka leluasa melakukan tindakan vandalisme. Pustakawan tidak

memberikan sanksi dan aturan yang jelas kepada pemustaka yang melakukan

pelanggaran. Contohnya bagi pemustaka yang kedapatan mencoret-coret buku,

Pustakawan hanya menegur tanpa memberikan sanksi. Akibatnya pemustaka

mengabaikan teguran pustakawan dan tetap melakukan kembali tindakan

vandalisme secara berulang-ulang.

Petugas yang kurang profesional, kurangnya tenaga Pustakawan sangat

mempengaruhi terjadinya tindakan vandalisme di perpustakaan. Tidak adanya

pendidikan pengguna menyebabkan pemustaka tidak mengetahui cara

memperlakukan koleksi dengan baik. Akibatnya informasi yang terkandung

didalam koleksi menjadi berkurang dan bukupun menjadi rusak. Kurangnya

pengamanan di sebuah perpustakaan dapat menjadi faktor pemicu tindakan

vandalisme terhadap koleksi di sebuah perpustakaan. Belum tersedianya sistem

(3)

mudah melakukan tindakan vandalisme di perpustakaan karena pemustaka tidak

bisa mengontrol seluruh kegiatan pemustaka di dalam perpustakaan.

Kerusakan bahan pustaka sering terjadi melalui tindakan vandalisme meskipun

dalam jumlah yang relatif sedikit. Vandalisme adalah tindakan perusakan bahan

pustaka dengan menulisi, mencorat-coret, memberi tanda khusus, membasahi,

membakar, dan lain-lain (Barcell, 2013). Kerusakan tersebut diantaranya adalah

buku yang diberi tanda dengan ballpoint, adanya coretan dan gambar-gambar

yang tidak ada artinya dan adanya buku yang diwarnai dengan pensil warna.

Faktor kerusakan yang disebabkan oleh manusia menurut (Library Development

Forum 2014, Hiroshi Tsukada. National Diet Library, Japan). Man-made threats

is mutilation, annotation, dringking and eating, staplers, paper clips, education

for library users and staff, raising Awarenes. Juga kurangnya pengawasan dari

pustakawan terhadap pemanfaatan koleksi yang digunakan oleh pemustaka di

perpustakaan perguruan tinggi serta kurang tegasnya penindakkan peraturan atas

kerusakan yang terjadi terhadap koleksi di perpustakaan perguruan tinggi.

Dari keadaan yang terlihat pada Perpustakaan Perguruan Tinggi saat ini,

adapun penyebab kerusakan yang terdapat pada koleksi perpustakaan menurut

Purwono, (2010) mencakup beberapa faktor, seperti faktor disebabkan oleh

binatang pengerat, serangga, dan jamur. Faktor fisika atau alamiah yang terdapat

pada koleksi seperti debu, suhu udara dan kelembaban tempat penyimpanan

koleksi, dan juga cahaya. Faktor kimia yang disebabkan oleh kandungan asam

dalam kertas atau tinta juga akan mempercepat kerusakan pada bahan pustaka

buku atau bahan kertas dan tinta. Faktor lainnya yaitu yang disebabkan oleh

manusia dalam menggunakan koleksi dan bencana alam yang tidak tahu kapan

akan terjadi, untuk itu peneliti memfokuskan faktor yang akan diteliti yaitu

kerusakan yang disebabkan oleh manusia.

Perpustakaan sebagai pusat informasi dituntut untuk dapat memenuhi

kebutuhan informasi pengguna. Perkembangan informasi pada saat ini telah

mengalami perubahan yang pesat sehingga perpustakaan harus dapat mengikuti

perkembangan informasi yang pada saat ini lebih mudah untuk di akses oleh

(4)

Perpustakaan dalam pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi

pengelola karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara profesional dengan

sistem yang baku, guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,

informasi dan referensi para pemustaka (UU RI No 43, 2007:2). Perkembangan

dari sebuah institusi (perpustakaan) tidak dapat dipisahkan dari manusia karena

perpustakaan merupakan produk yang dibuat oleh manusia. Bahan perpustakaan

adalah salah satu unsur paling penting dalam sebuah sistem perpustakaan

sehingga harus dilestarikan dan dijaga dari kerusakan mengingat mahalnya nilai

informasi yang terkandung.

Seiring dengan berjalannya waktu dengan perkembangan informasi yang terus

berkembang, maka sebuah lembaga perpustakaan dituntut juga untuk dapat

mengikuti perkembangan informasi yang akan berpengaruh pada meningkatnya

sumber informasi, dengan adanya perkembangan informasi, koleksi-koleksi yang

telah ada tidak bisa kita abaikan begitu saja. Koleksi yang ada harus tetap kita

lestarikan agar tidak mengalami kerusakan dan dapat dimanfaatkan semaksimal

mungkin. Perpustakaan memiliki peranan penting untuk menunjang proses belajar

mengajar dengan cara menyediakan informasi maupun ilmu pengetahuan yang

dibutuhkan oleh pengguna.

Dengan demikian informasi maupun ilmu pengetahuan yang berada pada

buku-buku baik cetak maupun non cetak harus dipelihara oleh pengelola perpustakaan

dengan tujuan agar semua bahan pustaka tersebut dapat digunakan sewaktu-waktu

baik pada saat ini maupun mendatang. Agar bahan pustaka tetap dapat bermanfaat

sebagai sumber informasi maka perlu dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan pada

prinsipnya berarti melestarikan kekayaan informasi suatu lembaga untuk

kepentingan jangka panjang sesuai dengan fungsi perpustakaan itu sendiri yakni

sebagai tempat penyimpanan informasi dan kumpulan karya manusia suatu

bangsa. Bahan pustaka setiap waktu akan berkembang seiring perkembangan

zaman yang informasinya harus disesuaikan.

Bahan perpustakaan atau koleksi perpustakaan merupakan salah satu unsur

penting yang dimiliki oleh perpustakaan. Koleksi tercetak sering kali mengalami

(5)

memungkinkan kertas menjadi patah hingga rusak, adanya noda-noda bekas air

atau jejak yang ditinggalkan oleh pemustaka. Agar bahan pustaka tidak cepat

rusak, setiap pustakawan harus mengetahui cara merawat bahan pustaka. Oleh

sebab itu pustakawan perlu mengetahui cara penyusunan kembali bahan pustaka

ke rak, mengontrol buku yang dikembalikan oleh pemustaka untuk mengetahui

apakah pemustaka merusak koleksi atau tidak.

Untuk itu perlu adanya usaha pelestarian (preservasi), menurut International

Federation Library Association (IFLA) preservasi yaitu mencakup semua aspek

usaha melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenagaan, metode dan teknik,

serta penyimpanannya. Tujuan pelestararian bahan pustaka adalah melestarikan

hasil budaya cipta manusia, baik yang berupa informasi maupun fisik dari bahan

pustaka tersebut. Kelestarian bahan pustaka tergantung pada beberapa faktor,

diantaranya mutu bahan dasar, lingkungan penyimpanan, serta faktor lainnya

(Martoatmodjo, Karmidi, 2009). Untuk melestarikan bahan pustaka kita perlu

melakukan tindakan preventif untuk mengurang terjadinya kerusakan dan

tindakan kuratif terhadap bahan pustaka yang telah mengalami kerusakan dengan

cara menganalisis dan mengetahui apasaja yang menjadi penyebab kerusakan dan

bagaimana penanganannya.

Usaha pelestarian bahan pustaka dapat dibedakan menjadi dua yaitu

pencegahan kerusakan koleksi dan perbaikannya. Tentu usaha pencegahan lebih

murah dari pada memperbaiki bahan pustaka yang mengalami kerusakan, dengan

menjaga kebersihan ruangan, bangunan untuk menyimpan koleksi harus layak

pakai, memiliki suhu kelembaban yang ideal. Bila pengaturan suhu dan

kelembaban tidak mungkin dilaksanakan maka diusahakan adanya sirkulasi udara

yang baik. Menurut Wahyudiati (Riska Pujianti, 2011) ada beberapa usaha

pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan

koleksi di perpustakaan yaitu dengan mengatur tata ruang layanan koleksi

perpustakaan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan pemustaka

melakukan tindakan penyalahgunaan koleksi.

Usaha lainnya yaitu dengan menempatkan pengawas (pustakawan) diruang

(6)

memonitor hal-hal yang tidak diinginkan. Pustakawan diharapkan untuk dapat

memeriksa setiap koleksi yang telah dimanfaatkan oleh pemustaka. Perpustakaan

juga dapat memasang poster larangan merusak bahan pustaka agar dapat menarik

perhatian pemustaka dan pesan yang tersebut dapat tersampaikan dengan baik.

Selain itu dengan memberi pengarahan kepada pengguna tentang bahaya dan

kerugian akibat tindakan penyalahgunaan koleksi. Perpustakaan juga perlu

memberlakukan sanksi yang tegas bagi pelaku tindakan penyalahgunaan koleksi.

Pencegahan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan memebekali staf perpustakaan

dengan pengetahuan yang cukup mengenai preservasi bahan pustaka. Bentuk

pengamanan seperti pemasangan sistem keamanan misalnya penggunaan kamera

pengintai untuk mengawasi kegiatan pengguna di perpustakaan.

Kemajuan perkembangan teknologi yang semakin pesat salah satunya dengan

adanya internet, dimana pengguna dapat mengakses segala sumber informasi

dengan cepat dan mudah, sehingga perpustakaan akan bersaing dengan teknologi.

Untuk itu sebuah perpustakaan harus menyediakan informasi yang berkualitas.

Salah satu informasi yang berkualitas adalah dengan menyediakan informasi yang

utuh dan tidak rusak dengan kondisi koleksi buku yang bagus dan keutuhan

informasinya dapat terjaga. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti ini sebagai

pertimbangan supaya tidak terjadi kerusakan selanjutnya. Apabila penelitian ini

tidak dilakukan maka akan semakin banyak buku yang rusak dan informasi yang

ada tidak dapat memenuhi informasi pemustaka, apabila koleksi banyak yang

rusak akan berdampak pada penurunan minat kunjung perpustakaan.

Perpustakaan adalah organisasi non profit, dan STPB merupakan perpustakaan

pergurun tinggi dengan pemustaka merupakan para akademisi. Perpustakaan

sering dimanfatkan oleh mahasiswa sehingga memungkinkan terjadinya

kerusakan bahan pustaka. Kerusakan disebabkan oleh kurangnya kesadaran

pemustaka untuk memelihara bahan pustaka sehingga tidak menghiraukan hal-hal

kecil seperti melipat kertas untuk menandai informasi yang dibutuhkan dan

lainnya yang menyangkut kerusakan bahan pustaka atau yang disebut sebagai

koleksi. Setelah mengetahui faktor penyebab kerusakan bahan pustaka cetak,

(7)

untuk meneliti fenomena yang sering terjadi sebagaimana latar belakang yang

telah diuraikan sebelumnya, maka untuk penelitian ini memilih judul

ANALISIS FAKTOR KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA TERCETAK OLEH MANUSIA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG USAHA PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG)”

B.Rumusan Masalah Penelitian 1. Rumusan Masalah Umum

Bagaimana faktor kerusakan bahan pustaka tercetak oleh manusia dan

usaha preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung (STPB)?

2. Rumusan Masalah Khusus

a. Bagaimana tindakan preventif yang dilakukan Pustakawan terhadap

kerusakan bahan pustaka tercetak di Perpustakaan STPB?

b. Bagaimana bentuk kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia

terhadap bahan pustaka tercetak di Perpustakaan STPB?

c. Bagaimana tindakan kuratif yang dilakukan Pustakawan terhadap

kerusakan bahan pustaka tercetak di Perpustakaan STPB?

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian Umum

Untuk mengetahui faktor kerusakan bahan pustaka tercetak oleh manusia

dan usaha preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung (STPB).

2. Tujuan Penelitian Umum

a. Mengetahui tindakan preventif yang dilakukan Pustakawan terhadap

kerusakan bahan pustaka tercetak di Perpustakaan STPB.

b. Mengetahui bentuk kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia

(8)

c. Mengetahui tindakan kuratif yang dilakukan Pustakawan terhadap

kerusakan bahan pustaka tercetak di Perpustakaan STPB.

D. Signifikansi Penelitian

1. Dari segi teori, Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi mengenai faktor kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh

manusia seperti melipat, mencoret, memutilasi buku, sehingga

menghilang kelestarian bahan pustaka mengingat nilai informasi yang

penting dan terus berkembang. Memberikan kontribusi kepada para

pemustaka dalam memperlakukan koleksi sebagaimana mestinya,

dengan tidak melakukan tindakan vandalisme terhadap bahan pustaka

agar koleksi dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan oleh pemustaka

lainnya. Untuk pustakawan agar dapat melakukan usaha preservasi

dengan melakukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya

kerusakan dan tindakan kuratif untuk melestarikan bahan pustaka yang

telah mengalamai kerusakan dengan mengidentifikasi koleksi yang

sudah rusak dan pencegahan terhadap koleksi yang masih baik kondisi

fisiknya sehingga dapat terpelihara dengan baik.

2. Dari segi kebijakan, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi pemikiran dan informasi sebagai bahan masukan bagi

Perpustakaan STPB dalam memelihara dan mencegah terjadinya

kerusakan koleksi yang lebih lanjut dan juga dapat merumuskan

kebijakan terhadap tindakan merusak koleksi perpustakaan, dan dapat

mempertegas peraturan dari kebijakan di perpustakaan, kebijakan

tersebut dapat berupa sanksi-sanksi yang diberikan terhadap pemustaka

yang melanggar kebijakan dengan merusak koleksi perpustakaan dan

melakukan pengawasan serta evaluasi untuk meminimalisir terjadinya

kerusakan lanjut terhadap koleksi perpustakaan.

(9)

menjauhkan koleksi dari faktor perusak bahan pustaka yaitu binatang

pengerat, menjauhkan koleksi dari sinar matahari langsung, mengatur

suhu dan kelembaban ruangan agar terhindar dan meminimalisir

terjadinya kerusakan. Serta tindakan kuratif setelah terjadinya

kerusakan koleksi dengan memperbaiki semaksimal mungkin koleksi

yang mengalami kerusakan dengan perbaikan seperti menjilid ulang

dan menyampul buku. Bagi pemustaka penelitian ini diharapkan dapat

memeberikan informasi dan user education, agar tidak terjadi

kerusakan koleksi selanjutnya seperti cara memperlakukan buku denan

tidak melakukan tindakan vandalisme dan mutilasi terhadap bahan

pustaka, dan menyadarkan pemustaka untuk memelihara koleksi untuk

nantinya dapat dimanfaat kembali oleh oleh pemustaka lain.

4. Dari segi isu dan aksi sosial, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh faktor kerusakan bahan

pustaka tercetak oleh manusia di perpustakaan.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri atas lima Bab. Adapun uraiannya adalah sebagai

berikut :

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian,

identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian mengenai analisis faktor kerusakan bahan pustaka tercetak oleh

manusia di perpustakaan.

Bab II adalah kajian pustaka yang berisikan kerangka pemikiran, asumsi dan

hipotesis penelitian. Kajian pustaka memiliki peran yang sangat penting karena

menunjukkan kedudukan masalah penelitin dalam bidang ilmu ynag diteliti.

Kajian pustka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan

penelitian, tujuan serta hipotesis mengenai analisis faktor kerusakan bahan

(10)

Bab III adalah metode penelitian yang berisi penjabaran yang rinci mengenai

metode penelitian termasuk lokasi, partisipan, desain penelitian, proses

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data mengenai

analisis faktor kerusakan bahan pustaka tercetak oleh manusia di perpustakaan.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari

pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temun yang berkaitan dengan

masalah penelitian serta pembahasan berupa pemaparan data dan pembahasan

data yang terhimpun mengenai mengenai analisis faktor kerusakan bahan pustaka

tercetak oleh manusia di perpustakaan.

Bab V berisi simpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi dari kekurangan

yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian. Bab kesimpulan dan saran

menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan

penelitian mengenai mengenai analisis faktor kerusakan bahan pustaka tercetak

Referensi

Dokumen terkait

Demikian kami sampaikan, atas perhatiaannya kami ucapkan

There are three elements of the spread of religious radicalism in Indonesian Islam discussed in this chapter, namely (1) the human movements, ranging from study and

Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan interpersonal dengan Motivasi Belajar siswa diMts Patra Mandiri Palembangd. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkait operasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh (hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di

Kelemahan bentuk tes uraian bebas yaitu : (a) sangat tidak efisien untuk mengukur pengetahuan karena pertanyaan bisa menjadi sangat luas dan setiap siswa dapat

Dalam pemrosesan sinyal suara, hal ini sangatlah menguntungkan karena data pada domain frekuensi dapat diproses dengan lebih mudah dibandingkan data pada domain waktu,

Kongres Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara berlangsung mulai tanggal 18 sampai dengan 20 Juli 2010 bertempat di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kongres mi

Danang ingin menjual tanah kavelingnya yang terletak di Jalan Pattimura nomor 12, Semarang. Letaknya sangat strategis, sudah diurug, dan siap bangun. Danang