• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia dengan Metode Sharpe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia dengan Metode Sharpe"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Reksa Dana

2.1.1.1 Pengertian Reksa Dana

Reksa dana merupakan terjemahan dari mutual fund yang merupakan salah satu bentuk dari perusahaan investasi yang adalah jembatan bagi investor individu maupun lembaga untuk melakukan investasi. Di luar negeri, terdapat bermacam istilah yang digunakan untuk reksa dana. Misalnya di Amerika Serikat, reksa dana dikenal dengan istilah Mutual Fund, Di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, sedangkan di Jepang disebut sebagai Investment Trust.

Reksa dana muncul karena pada umumnya investor mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri secara terpisah pada berbagai efek yang ada. Kesulitan yang dihadapi investor yaitu menyangkut kemampuan dan pengalaman untuk melakukan berbagai analisa dan memonitor kinerja efek maupun kondisi pasar secara terus-menerus yang menyita banyak waktu dan pikiran. Disamping itu dibutuhkan pula dana yang relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada berbagai surat berharga yang ditawarkan oleh pasar.

(2)

berinvestasi di pasar modal. Wahana ini menghimpun dana secara kolektif dengan cara menerbitkan saham atau unit penyertaan kepada individu maupun lembaga. Dan menurut Pratomo (2008:29) reksa dana adalah salah satu sarana (vehicle) dari cara berinvestasi.

2.1.1.2 Reksa Dana Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan ketentuan pasal 18 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksa Dana dapat bersifat:

1. Reksa dana bersifat Tertutup (close-end fund)

Merupakan reksa dana yang pemegang sahamnya tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal tersebut harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat saham reksa dana tersebut dicatatkan.

2. Reksa dana bersifat Terbuka (open-end fund)

Merupakan reksa dana yang pemegang sahamnya dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat sepanjang ada investor yang berminat membeli. Dan juga investor dapat menjual kembali unit penyertaannya kepada manajer investasi kapan saja diinginkan sesuai dengan nilai aktiva bersih (NAB) per unit pada saat itu.

2.1.1.3 Jenis-jenis Reksa Dana

(3)

menurut investasinya dan tingkat risiko yang dihadapi, reksa dana diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:

1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds). Jenis reksa dana ini berinvestasi 100% ke dalam efek pasar uang. Yang dimaksud dengan efek pasar uang adalah investasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun.

2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds). Reksa dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang, umumnya pada obligasi. Reksa dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari reksa dana pasar uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.

3. Reksa Dana Saham (Equity Funds). Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Sejarah menunjukkan bahwa reksa dana saham menghasilkan keuntungan yang lebih besar dalam jangka panjang dibandingkan dengan investasi pada pendapatan tetap. Reksa dana jenis ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya, dan tentunya juga reksa dana ini memiliki return yang lebih tinggi

(4)

2.1.1.4 Pihak-Pihak yang Terlibat

Menurut Ahmad Rodoni (2009:87), seorang calon investor yang akan menginvestasikan dananya pada salah satu reksa dana terbuka umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya yaitu:

1. Perusahaan Reksa Dana

Merupakan perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM-LK yang akan mengelola dan bertanggung jawab atas dana para pemegang saham reksa dana.

2. Manajer Investasi

Manajer investasi merupakan pihak yang berperan penting dalam kegiatan investasi reksa dana. Kegiatan manajer investasi yang dimaksud adalah manajemen portofolio (jual beli efek), dan analisa efek serta perdagangan (jual beli) efek dengan harga terbaik. Menurut Pratomo (2008:41) peran manajer investasi adalah :

a. Melakukan analisis makro dan mikro

b. Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada efek pasar uang, efek utang, dan efek saham)

c. Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang dipilih) d. Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi

(5)

3. Agen Penjual

Agen penjual adalah pihak yang melakukan penawaran dan penjualan efek reksa dana berdasarkan kontrak kerja sama dengan manajer investasi kepada investor.

4. Bank Kustodian

Bank Kustodian adalah institusi yang berfungsi memberikan jasa penitipan dan mengamankan efek (surat berharga). Bank kustodian tidak terlibat didalam operasi sehari-hari yang berhubungan dengan keputusan investasi. Menurut Pratomo (2008:43) peran bank kustodian adalah:

a. Melaksanakan administrasi reksa dana yang meliputi: 1.) Penyimpanan dana dan portofolio reksa dana

2.) Penyelesaian transaksi investasi yang dilakukan oleh manajer investasi. Penyelesaian transaksi adalah proses pembayaran dan juga pendaftaran atau penyimpanan surat berharga (transaksi beli) atau proses penyerahan surat berharga dan juga penerimaan dana (transaksi jual).

3.) Pembukuan portofolio

4.) Perhitungan Nilai Aktiva Bersih

5.) Pencatatan kepemilikan Unit Penyertaan

6.) Pelaporan kepada BAPEPAM-LK, manajer investasi, dan juga kepada investor.

(6)

2.1.1.5 Reksa dana Dilihat dari Segi Bentuknya

Sebagaimana diatur pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada pasal 18 ayat (1), reksa dana dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu, Reksa Dana Perseroan dan Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif. 1. Reksa dana Berbentuk Perseroan (corporate type)

Dalam bentuk reksa dana perseroan ini, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Reksa dana bentuk perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi reksa dana perseroan tertutup dan reksa dana perseroan terbuka (Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada pasal 18 ayat 2).

2. Reksa Dana berbentuk Kontak Investasi Kolektif (contractual type).

Reksa dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat Pemegang Unit Penyertaan, di mana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, seluruh reksa dana yang ada di Indonesia saat ini berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

2.1.1.6 Kinerja Reksa Dana Saham

(7)

penilaian terhadap kinerja investasinya. Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah investasi yang dilakukan telah memberikan hasil yang terbaik, penilaian kinerja ini dapat ditinjau dari tingkat pengembalian dan risiko dari investasi.

Return– Sesuaian Risiko

Menurut Hartono (2014:708) bahwa return yang tinggi belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return yang rendah dapat juga dapat dikatakan investasi yang baik bila return yang rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu disesuaiakan dengan risiko yang harus ditanggungnya.

Sharpe’s Measure

Pengukur kinerja ini disebut dengan pengukur Sharpe Measure atau disebut juga dengan nama reward to variability (RVAR) yang dikenalkan oleh William F. Sharpe pada tahun 1966. Metode Sharpe dapat dirumuskan sebagai berikut:

RVAR =

Keterangan :

RVAR = Reward to variability atau pengukur Sharpe R RD = Total rata–rata return reksa dana pada periode t R RF = Rata–rata return investasi bebas risiko pada periode t

σ RD = Standar deviasi return Reksa Dana

(8)

Hartono (2014:709) yaitu makin tinggi nilai pengukuran Sharpe, makin baik kinerja portofolionya.

2.1.2 Makro Ekonomi

Menurut Mankiw (2003) bahwa konsep makro ekonomi adalah sebuah kajian tentang gejala atau fenomena sebuah perekonomian secara luas di suatu Negara, mencakup inflasi, suku bunga, dan nilai tukar yang mempengaruhinya. Investasi di pasar modal tidak bisa terlepas dari pengaruh makro ekonomi. Menurut Widoatmodjo (2015:233) bahwa musuh utama investasi adalah makro ekonomi. Beberapa indikator makro ekonomi adalah tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah, jumlah uang berdar, dan indeks harga saham gabungan.

2.1.2.1 Nilai Tukar Rupiah

Menurut Jonni Manurung dan Adler Manurung (2009:95) bahwa nilai tukar adalah harga dari satu mata uang dalam bentuk mata uang luar negeri. Hal ini juga didukung oleh John Sloman dan Mark Sutcliffe (2004:585) yang menyatakan an exchange rate is the rate at which one currency trades for another on the foreign

(9)

Menurut Dornbusch & Fischer (1992) dalam Halim (2013), nilai tukar dikenal ada empat jenis yakni:

1. Selling Rate (Kurs Jual) merupakan kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

2. Middle Rate (Kurs Tengah) merupakan kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang telah ditetapkan oleh bank sentral pada saat tertentu.

3. Buying Rate (Kurs Beli) merupakan kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

4. Flat Rate (Kurs Rata) merupakan kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan travellers cheque.

2.1.2.2 Suku Bunga SBI

Suku bunga merupakan variabel makro ekonomi yang paling penting. Suku bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Suku bunga dibagi menjadi suku bunga rnominal (nominal interest rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Suku bunga nominal adalah suku bunga yang dibayarkan oleh bank, dan suku bunga riil adalah kenaikan dalam daya beli (Mankiw 2003:86).

(10)

melalui BI akan menaikan atau menurunkan tingkat suku bunga guna mengontrol peredaran uang di masyarakat atau dalam arti luas mengontrol perekonomian nasional.

Menurut Sakhowi (1999) bahwa kenaikan suku bunga akan menyebabkan biaya investasi akan meningkat dan jumlah pengeluaran investasi akan menurun, akibat selanjutnya adalah ekspektasi penghasilan dari investasi akan menurun. Kenaikan biaya investasi dan penurunan jumlah investasi akan menyebabkan penurunan penghasilan yang menjadi bagian bagi pemegang saham (equity) yang berarti nilai equity akan menurun. Penurunan nilai ekuitas tersebut akan menyebabkan harga saham menurun.

2.1.2.3 Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan menurunnya tingkat harga secara terus-menerus, yang mempengaruhi masyarakat, bisnis, dan pemerintah (Frederic S. Mishkin, 2006:10). Menurut G. Cowt Hrey bahwa inflasi adalah suatu keadaan dari nilai mata uang yang turun dan berlangsung secara terus-menerus dan harga mengalami kenaikan. Dan Hawtry berpendapat bahwa inflasi adalah suatu keadaan yang disebabakan oleh terlalu banyak uang yang beredar (Latumaerissa, 2015:172). Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini adalah keadaan dimana permintan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.

(11)

mempengaruhi keuntungan investor. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:385) bahwa inflasi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Inflasi rendah (low inflation), yaitu inflasi dibawah 10%, yang dicirikan oleh harga yang naik secara perlahan-lahan dan dapat diramalkan. Dalam rentang inflasi masih dianggap normal.

2. Inflasi yang melambung (Galloping inflation), yaitu inflasi yang terjadi dari rentang 20% sampai 200% per tahun. Inflasi ini terjadi karena pemerintahan yang lemah, perang, revolusi, atau kejadiaan lainnya yang menyebabkan barang tidak tersedia sementara uang berlimpah. Sehingga kondisi ini menyebabkan nilai mata uang yang berkurang dengan sangat cepat.

3. Hiperinflasi (Hyperinflation), yaitu inflasi yang terjadi diatas 200% per tahun, yang dicirikan ketika jumlah uang beredar sangat banyak, dan barang-barang menjadi langka, harga menjadi kacau-balau dan produksi menjadi tidak terorganisasi.

Penyebab Inflasi menurut Sukirno (2007:12) yaitu :

1. Inflasi tarikan permintaan, ini merupakan bentuk inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak seimbang di antara permintaan dan penawaran barang dalam perekonomian. Inflasi tarikan permintaan dapat berlaku ketika perekonomian menghadapi masalah pengganguran yang tinggi maupun pada saat kesempatan kerja penuh sudah tercapai.

(12)

telah beroperasi pada kapasitas yang maksimal, dan tenaga kerja menuntut kenaikan gaji sehingga menyebabkan peningkatan dalam biaya produksi. 3. Inflasi diimpor, inflasi ini terjadi saat ada suatu negara yang bertindak sebagai

produsen terhadap negara-negara lain menaikkan harga dari barangnya, maka secara mendadak biaya produksi akan mengalami peningkatan dan menyebabkan masalah inflasi.

Tingkat inflasi dihitung berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). Angka inflasi diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan di bawah ini :

Inflasi =

Keterangan :

IHK t = Indeks Harga Konsumen pada priode t

IHK t-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t

2.1.2.4 Jumlah Uang Beredar

(13)

depan. Unit hitung, uang memberikan ukuran dimana harga ditetapkan dan utang dicatat. Sebagai media pertukaran, uang adalah apa yang kita gunakan untuk membeli barang dan jasa (Mankiw 2003:73).

Permintaan uang diperlukan untuk tujuan sebagai berikut:

1. Transaksi. Setiap pelaku ekonomi, baik individu atau rumah tangga, perusahaan, dan lembaga lainnya memerlukan uang untuk bertransaksi seperti untuk membeli barang, bayar rekening listrik, dan lainnya.

2. Jaga-jaga. Setiap individu atau kelompok memerlukan perencanaan untuk merencanakan kebutuhan uang mereka dalam suatu waktu, selain itu diperlukan juga uang penyimpanan untuk berjaga-jaga atas kondisi yang tak terduga.

3. Spekulasi. Spekulasi dikaitkan dengan permintaan akan aset untuk investasi. Pada saat suku bunga tinggi, maka diperlukan untuk menabung agar memperoleh return, dan jika sebaliknya, maka lebih baik untuk berinvestasi.

(14)

Amerika yang tergolong dalam golongan ahli-ahli ekonomi klasik. Hubungan di antara transaksi dan uang ditunjukkan dalam persamaan kuantitas (quantity equation) berikut:

M V = P T Keterangan :

M = Jumlah uang beredar V = Tingkat perputaran uang P = Tingkat harga barang

T = Jumlah barang yang diperdagangkan

2.1.2.5 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menurut Fahmi (2014:311) bahwa Indeks Harga Saham Gabungan dianggap sebagai dasar analisis yang digunakan untuk melihat kondisi di Pasar Modal Indonesia. Sedangkan menurut Sunariyah (2006:142), Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Maksud gabungan dari seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Menurut Widoatmodjo (2015:126) rumus yang digunakan untuk menghitung IHSG adalah:

IHSG =

x 100 %

Keterangan :

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan

(15)

£Ho = Total harga semua saham pada waktu dasar

Indeks Harga Saham Gabungan (Composite stock Price Index) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang yang dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Sholihat, et al (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh inflasi, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Indeks Harga Saham Gabungan terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham (Studi pada Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2013). Hasil dari penelitian ini adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan IHSG seluruhnya berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham. Tingkat inflasi, suku bunga SBI dan IHSG juga berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham, sedangkan variabel yang paling dominan terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham adalah IHSG.

(16)

tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian pada hampir seluruh reksa dana saham, tingkat inflasi ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham, IHSG ternyata berpengaruh signifikan terhadap seluruh tingkat pengembalian reksa dana saham dan Bursa KLSE, berpengaruh signifikan pada enam reksa dana, sementara untuk bursa HSI, tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham. 3. Maulana (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh SBI, jumlah uang

beredar, inflasi terhadap kinerja reksa dana saham di Indonesia periode 2004-2012. Hasil penelitian ini adalah secara simultan suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap kinerja perusahaan reksa dana saham periode tahun 2004-2012. Secara parsial suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja indeks Jensen perusahaan reksa dana saham yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAMLK) periode tahun 2004-2012. Sedangkan jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara signifikan.

(17)
(18)
(19)

Lanjutan Tabel 2.1

(20)

2.3.1 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham

Apresiasi yang dialami oleh rupiah terhadap mata uang dollar AS membuat masyarakat melihat bahwa mata uang rupiah sebagai salah satu indikator makro ekonomi mengalami perbaikan. Hal ini akan meningkatkan ekspektasi dalam berinvestasi sehingga meningkatkan permintaan terhadap reksa dana saham, akibatnya Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham juga akan meningkat dan begitu juga sebaliknya. Pada penelitian terdahulu nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap imbal hasil reksa dana saham. (Sujoko:2009). Sedangkan menurut Monjazeb dan Ramazanpour (2013) bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap return reksa dana saham.

2.3.2 Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Kinerja Reksa Dana Saham

(21)

2.3.3 Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Reksa Dana Saham

Inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap permintaan reksa dana saham. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun menyebabkan turunnya permintaan saham dan berdampak penurunan Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham. Pada penelitian Akbar Maulana (2013) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham. Pada penelitian Monjazeb dan Ramazanpour (2013) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap return reksa dana saham.

2.3.4 Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Kinerja Reksa Dana

Saham

(22)

2.3.5 Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan terhadap Kinerja Reksa

dana Saham

(23)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan adalah: 1. Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan

Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Tukar

Rupiah

Jumlah Uang Beredar

Inflasi

Suku Bunga SBI

Kinerja Reksa Dana Saham (Metode Sharpe)

Indeks Harga Saham Gabungan

(24)

Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia dengan menggunakan metode sharpe.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

P4 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, mari kita bersyukur atas kehadiran Yesus, Sang Putera Kudus di tengah dunia ini. Prmpn Mari kita bersyukur atas penyertaan Allah

Penggunaan produk DAHANA dalam jasa integral juga memastikan kualitas dari bahan peledak yang digunakan dan memungkinkan customization untuk setiap kondisi peledakan

KAMPUS DAHANA merupakan bagian dari project Energetic Material Center (EMC) milik PT DAHANA (Persero) yang mencakup sebagai pusat penelitian dan pengembangan, produksi

Kami sangat meyakini bahwa dengan kepemimpinan yang baik dan komitmen kuat dari semua anggota direksi dalam mengelola Dahana sesuai dengan budaya perusahaan dan pedoman

Pembalikan rugi penurunan nilai tersebut diakui segera dalam laporan laba rugi, kecuali aset yang disajikan pada jumlah revaluasian sesuai dengan PSAK lain.

Pemikiran ini sendiri bisa memberikan ruang yang lebih sehingga pada pembangunan tidak terlalu membutuhkan ruang yang besar namun sesuai dengan kebutuhannya.. Maka

Seminar tersebut terselenggara berkat kerjasama antara Universitas Negeri Padang dengan Universiti Kebangsaan Malaysia yang mengundang keynote speaker sebanyak 8 (delapan)

Resin dijenuhkan sambil dipanaskan dengan larutan CuSO4 1 N kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dicuci dengan aquades untuk menghilangkan ion Cu yang tidak terikat