• Tidak ada hasil yang ditemukan

S FIS 0900814 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S FIS 0900814 Chapter1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peneliti telah melakukan studi pendahuluan ke salah satu sekolah

SMP di kabupaten Bandung Barat, diketahui bahwa dalam pembelajaran di

sekolah yang telah dilaksanakan masih rendahnya hasil belajar siswa yang

berorientasi pada ketercapaian penguasaan konsep. Dari hasil studi terdapat

siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Ketidaktercapaian

KKM ini berkaitan dengan penguasaan konsep yang didapat siswa selama

pros es pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa ditunjukkan adanya

anggapan bahwa belajar fisika itu sulit. Kondisi ini belum dapat mencapai

tujuan kurikulum untuk mata pelajaran Fisika, keberhasilan siswa dalam

hasil belajar masih dinilai rendah, masih banyak siswa yang belum

mencapai batas ketuntasan (KKM).

Dari hasil ulangan harian diperoleh rata-rata hasil belajar siswa

berkisar 63,2 % di bawah nilai KKM yaitu 75. Hal itu dapat dilihat

berdasarkan dokumen nilai ulangan harian siswa salah satu SMP di

kabupaten Bandung Barat pada Tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1 Nilai Harian Materi Fluida Siswa

Nilai Kelas VIII J Interval Nilai Kualifikasi >9,00 3 (7,9 %) 9,00 – 10,00 A ( Amat Baik)

7,50 – 8,99 11 (28,9 %) 7,55 – 8,99 B (Baik)

6,00 – 7,49 24 (63,2 %) <7,49 C ( Belum

Lulus)

Jumlah 38 Siswa

(Sumber : Dokumen Guru Fisika SMP di Bandung Barat)

Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

bahwa pembelajaran yang diterapkan masih bersifat teacher centered.

Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan pembelajaran di kelas

(2)

penerima informasi saja sehingga siswa belum dapat menemukan

pemahamannya sendiri. Kegiatan praktikum di SMP tersebut juga jarang

dilaksanakan sehingga kemampuan siswa dalam mengamati kurang terlatih

dan kurang menjadi perhatian guru. Demikian juga dengan kemampuan

menjelaskan, siswa lebih banyak mendengarkan dan jarang mengemukakan

pendapat. Kemampuan di atas harus dilatih dan dibiasakan agar siswa dapat

lebih aktif dalam pembelajaran sehingga penguasaan konsep Fisika dapat

lebih melekat pada diri siswa dan pada akhirnya konsep tersebut dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri No. 22 yang menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.”

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) yang

diterbitkan oleh pusat kurikulum Balitbang Depdiknas (2006, hlm. 2)

menyatakan bahwa pelajaran IPA dalam hal ini pelajaran fisika di

SMP/MTS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut:

1. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

3. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.

Penyelenggaraan pembelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana

atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan,

konsep dan prinsip fisika melalui pengembangan kompetensi yang

dimilikinya berdasarkan fakta-fakta empiris di lapangan. Agar proses

pembelajaran Fisika seperti demikian, maka pembelajaran Fisika harus

(3)

untuk mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Dan hal inilah yang

sampai saat ini menjadi persoalan dalam proses pembelajaran Fisika di

satuan pendidikan.

Dalam suatu studi penelitian, POE diterapkan pada siswa secondary

science untuk menyelidiki pemahaman siswa terhadap konsep-konsep ilmu

pengetahuan (Mthembu, 2006). POE ini sering juga disebut suatu strategi

pembelajaran dimana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara

meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama yaitu prediksi,

observasi dan memberikan penjelasan.

Memprediksi adalah mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang

belum terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada. Kegiatan prediksi

dilakukan berdasarkan hasil-hasil pengamatan yang sudah ada kemudian

mengemukakan pendapatnya tentang apa yang mungkin terjadi pada

keadaan yang belum di amati (Dahar, 1996). Dalam penerapan model

pembelajaran POE, tahap mengamati dan observasi dapat dilaksanakan oleh

guru melalui demonstrasi oleh siswa sendiri melalui eksperimen.

Menjelaskan merupakan bentuk kemampuan berkomunikasi. Siswa harus

belajar untuk bisa mengemukakan pendapatnya sendiri dengan baik. Ketiga

kemampuan di atas penting untuk memenuhi tuntutan Standar Isi

Kurikulum.

Penelitian lain tentang model pembelajaran POE diantaranya

dilakukan oleh Dessy Mulyani dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Strategi Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep siswa SMP ”, Heppy Samosir dengan judul “Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write (POEW)

(4)

POE dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, keterampilan berpikir

kritis dan keterampilan proses sains.

Untuk mengatasi masalah ketidaktercapaian KKM dalam

pembelajaran terutama pembelajaran IPA, kita dapat melakukan dengan

cara menerapkan sistem pembelajaran yang bermakna sesuai dengan salah

satu prinsip pendidikan pada kurikulum KTSP yaitu berpusat pada potensi,

perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya. Hal tersebut dapat diimplementasi dalam pembelajaran

Fisika dengan membuat kondisi belajar siswa yang sesuai dengan hakikat

IPA itu sendiri.

Salah satu alternatif yang akan dicoba untuk diterapkan dalam upaya

menangani permasalahan tersebut diatas adalah dengan menerapkan suatu

model pembelajaran yakni model pembelajaran POE

(predict-observe-explain). Dengan penerapan model tersebut maka secara otomatis

pembelajaran akan berubah dari teacher centred menjadi student centred.

Hal tersebut dapat menjadikan materi pelajaran yang didapatkan siswa lebih

tahan lama, mudah diingat, lebih mudah diaplikasikan pada kondisi yang

berbeda, dapat memunculkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan uraian di

atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Sekolah Menengah Pertama Pada Pokok Bahasan Fluida”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, telah dilakukan penelitian

penerapan model pembelajaran POE (predict-observe-explain) untuk

meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan fluida pada

(5)

Agar permasalahannya lebih terperinci, maka dibuat dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran POE

(predict-observe-explain) pada pokok bahasan fluida?

2. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep secara umum siswa pada

pokok bahasan fluida setelah diterapkan model pembelajaran POE

(predict-observe-explain)?

3. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa pada setiap aspek

kognitif setelah diterapkan model pembelajaran POE

(predict-observe-explain?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran POE

(predict-observe-explain) pada pokok bahasan fluida?

2. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep secara umum

siswa pada pokok bahasan fluida setelah diterapkan model

pembelajaran POE (predict-observe-explain)?

3. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa pada setiap

aspek kognitif setelah diterapkan model pembelajaran POE

(predict-observe-explain?

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah kajian model

pembelajaran POE (predict-observe-explain) dalam meningkatkan

penguasaan konsep siswa pada materi fluida yang nantinya dapat

dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru,

praktisi pendidikan, dosen atau bahkan sebagai rujukan bagi penelitian lain.

5. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I

(6)

Metode Penelitian, Bab IV mengenai Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan

Bab V mengenai Simpulan dan Rekomendasi.

Bab I terdiri latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II terdiri dari Model pembelajaran POE, penguasaan konsep Fluida,

konsep Fluida, hubungan model pembelajaran POE dengan penguasaan

konsep Fluida.

Bab III terdiri dari desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian,

pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV terdiri dari keterlaksanaan penerapan model pembelajaran POE pada

pokok bahasan Fluida, penguasaan konsep Fluida secara umum, penguasaan

konsep Fluida secara aspek kognitif.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sebagai penunjangnya dikeluarkan peraturan pemerintah nomor 2 tahun 1945 pada tanggal 10 Oktober 1945 yang menyatakan bahwa segala badan Negara dan peraturan yang ada sampai

Pengobatan TB yang tidak standar, ketidakpatuhan pasien dalam menelan obat, ketersediaan OAT ditandai sebagai faktor risiko munculnya resistensi obat (13). Sebelum

Pada tahun 1960-an, Kligman telah meneliti pengobatan akne dengan asam retinoat (asam vitamin A, atau tretinoin), dan selama periode terapi tersebut pasiennya

Namun bukan berarti dengan begitu banyaknya acara yang disajikan televii, serta banyaknya orang yang menonton atau sekedar menikmati program yang disajikan,

Mengetahui nilai kekerasan dengan menggunakan variasi komposisi dari serat sabut kelapa, fiber glass, dan serbuk tembaga, matriks polimer jenis phenolic, dibandingkan dengan

[r]

menduga umur simpan kerupuk bawang kentang yang dikemas dalam kemasan.. polypropylene, polyethylene, dan metalized plastic dengan