• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINER"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

Maria Fransiska Silalahi

Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Terbuka Palangkaraya mariafransiskasilalahi@gmail.com

ABSTRAK

Lingkungan kerja merupakan salah satu indikator yang memiliki hubungan erat terhadap kinerja karyawan. Lingkungan kerja dapat dikatakan sebagai rumah kedua bagi setiap karyawan, dikarenakan hampir sebagian waktunya dihabiskan ditempat ini. Maka dari itu diperlukan perhatian khusus, baik dari pihak perusahaan maupun dari diri karyawan sendiri dalam menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman. Secara garis besar lingkungan kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja nonfisik. Dalam pengimplementasiannya, kedua jenis lingkungan kerja ini harus dapat berjalan secara seimbang, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya supaya dapat tercapai kondisi lingkungan kerja yang kondusif. Jika kondisi lingkungan kerja sudah tercipta dengan baik maka kinerja karyawan akan meningkat dikarenakan situasi dalam bekerja dilakukan dengan pikiran dan hati yang tenang, gairah untuk bekerja yang tinggi dikarenakan tidak adanya tekanan ataupun kekakuan dalam menjalankan rutinitas pekerjaan. Sebaliknya jika lingkungan kerja yang tercipta tidak menimbulkan rasa nyaman maka kinerja karyawan akan menurun. Kinerja karyawan yang tinggi dapat digambarkan melalui tingkah laku karyawan yang berorientasi pada prestasi, memiliki sikap percaya diri, berperngendalian diri, serta memiliki kompetensi.

Kata kunci: lingkungan kerja, kinerja, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja nonfisik.

Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber keunggulan terpenting didalam sebuah perusahaan, dikarenakan setiap sumber daya memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan antara satu dengan yang lainnya, khususnya dalam hal kompetensi. Dalam melaksanakan rutinitasnya tersebut, setiap sumber daya akan selalu berhubungan dengan tempat dimana ia bekerja atau disebut juga lingkungan kerja.

(2)

rupa terhadap lingkungan kerja agar setiap karyawan dapat merasakan kenyamanan dalam bekerja.

Menurut Mangkunegara (2004:68), lingkungan kerja mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap kinerja karyawan, motif berprestasi yang perlu dimiliki oleh karyawan harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri dan dari lingkungan kerja, karena motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan lebih mudah. Permasalahan lingkungan kerja tidak hanya menjadi perhatian bagi pihak manajemen tetapi juga bagi setiap pekerja.

Menurut Sarwoto (1991), kondisi dan suasana lingkungan kerja yang baik akan dapat tercipta apabila ada penyusunan organisasi secara baik dan benar, sedangkan suasana kerja yang kurang baik banyak ditimbulkan oleh organisasi yang tidak tersusun dengan baik pula. Ishak dan Tanjung (2003), mengungkapkan bahwa: “Manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja meningkat”. Kondisi lingkungan kerja yang sehat dapat dilihat dari perilaku para karyawan yang antusias dalam bekerja, fokus dalam bekerja, lingkungan yang sehat, aman dan nyaman sehingga pekerjaan yang diembankan dapat diselesaikan sesuai target. Sebaliknya kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat dapat dilihat dari perilaku karyawan yang mudah stres, tidak semangat untuk bekerja, datang terlambat dan lain sebagainya. Oleh karena itu artikel ini diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman bahwa lingkungan kerja juga memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LINGKUNGAN KERJA DAN KINERJA

(3)

Alex S. Nitisemito (2000:183) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”. Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Menurut George R. Terry (2006:23) lingkungan kerja dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi atau perusahaan.

Berdasarkan pengertian George R Terry diatas bahwa lingkungan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap kinerja. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai pengertian kinerja itu sendiri menurut beberapa ahli diantaranya menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67), kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104), kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Sehingga dapat disimpulkan kinerja merupakan hasil kerja dari tugas ataupun tanggung jawab yang telah diembankan kepadanya. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian diri, (d) kompetensi.

B. JENIS – JENIS LINGKUNGAN KERJA

Secara garis besar jenis lingkungan kerja dibagi menjadi 2 menurut Sedarmayanti (2001), yaitu:

1. Lingkungan Kerja Fisik

(4)

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan bawahan, sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan (Sedamayanti, 2001).

Ada 5 aspek lingkungan kerja non fisik yang bisa mempengaruhi perilaku karyawan, diantaranya:

a) Struktur kerja, berhubungan dengan sejauh mana pekerjaan yang diberikan sesuai dengan struktur dan organisasi yang baik

b) Tanggung jawab kerja, berhubungan dengan sejauh mana karyawan mengerti tanggung jawab atas pekerjaannya

c) Perhatian dan dukungan pemimpin, berhubungan dengan sejauh mana karyawan merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan, perhatian serta menghargai mereka.

d) Kerja sama antar kelompok, yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya kerjasama yang baik dalam kelompok kerja

e) Kelancaran komunikasi yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja ataupun dengan pimpinan.

Lingkungan kerja yang nyaman dapat memberikan ketenangan jiwa dan pikiran kepada setiap pekerja sehingga ia tidak merasa jenuh dan kaku dengan rutinitas pekerjaannya, selain itu dapat meningkatkan kreatifitas karyawan dalam bekerja. Kedua jenis lingkungan kerja yang telah disebutkan diatas juga merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perusahaan dengan lingkungan kerja fisik yang baik seperti ruangan bersih, aman, tenang, cukup penerangan ataupun sirkulasi udara yang baik belum dapat untuk dijadikan faktor penentu bahwa pekerja merasa nyaman. Mungkin saja didalam lingkungan kerja yang secara fisik dikatakan baik terdapat persaingan yang tidak sehat, rekan kerja yang tidak bersahabat, komunikasi yang tidak transparan ataupun sikap pemimpin yang tidak memberikan kepercayaan kepada bawahannya dalam melaksanakan pekerjaannya.

(5)

sudah nyaman. Begitupula sebaliknya jika lingkungan kerja non fisik sudah dirasa nyaman akan tetapi lingkungan fisik dalam perusahaan seperti kantor, camp/penginapan (khususnya bagi pekerja tambang), kantin yang kotor dan sebagainya tentunya akan menurukan kualitas kerja karyawan. Sehingga perlu dilakukan pengaturan yang baik terhadap kedua jenis lingkungan tersebut tanpa mengabaikan salah satu diantaranya agar dapat berjalan secara seimbang yang pada akhirnya tujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dapat tercapai.

C. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG KONDUSIF

Selanjutnya bagaimana cara agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif tersebut?

Menurut saya permasalahan pertama yang harus dibenahi dari segi fisik bangunan yaitu perlunya mendesain ruangan / tempat – tempat dimana para pekerja lebih banyak melakukan aktivitasnya seunik, nyaman dan sebersih mungkin. Selanjutnya dari pihak manejemen dalam hal pemberian tugas yang jelas ataupun dalam hal memberikan fasilitas – fasilitas yang membuat karyawan merasa nyaman dan sejahtera untuk bekerja misalnya gaji yang tidak dibawah rata – rata untuk setiap pekerjaan jika dibandingkan dengan perusahaan lain, peraturan perusahaan yang jelas, pembagian seragam setiap tahun, pemberian bonus, memberikan jaminan kesehatan, jaminan hari tua, transportasi dari dan ke tempat bekerja, biaya makan atau jika makan disediakan perusahaan maka pihak perusahaan harus mengadakan pengawasan ketat terhadap makanan baik dalam hal pengaturan menu ataupun tingkat kebersihannya, menyediakan fasilitas untuk beribadah dan olahraga, fasilitas nonton bersama, menyediakan bar dan kantin, ruangan karoke (khusus bagi pekerja dibagian pertambangan / pekerja dengan system roster kerja), dan lain sebagainya tergantung jenis perusahaannya. Dan yang terakhir memperhatikan kehidupan sosial dalam lingkungan perusahaan seperti hubungan antara sesama rekan kerja ataupun hubungan antara atasan dan bawahan. Dalam setiap hubungan kerja juga harus ada komunikasi yang transparan, komunikasi dua arah yang mau untuk menerima masukan ataupun saran dari berbagai pihak sehingga akan tercipta rasa kekeluargaan dalam team.

(6)

kesulitan yang dihadapi bawahannya dan memberikan solusi. Persaingan kerja memang tidak dapat dihindari didalam dunia kerja, namun dalam bersaing kita juga harus bisa memilih cara yang benar dan tepat tanpa mengorbankan orang lain. Karena setiap orang yang bekerja mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh materi, maka dari itu jauhkan diri dari ego dan tumbuhkan sikap saling menghormati antara sesama pekerja. Setelah langkah – langkah tersebut dilakukan setidaknya akan terlihat beberapa perubahan terhadap tingkah laku karyawan misalnya datang ke kantor sesuai jam kerja, suasana didalam kantor menjadi lebih harmonis, pekerja tidak kaku antara satu dengan yang lain, lebih bersemangat dalam berkerja dan bersaing secara sehat, serta banyak lagi. Jika suasana lingkungan kerja sudah damai dan nyaman maka hati serta pikiran setiap karyawan juga akan ikut merasakan hal yang sama, dan tentunya akan meningkatkan kinerja.

PENUTUP

Dari beberapa ide / gagasan diatas maka Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Jika lingkungan kerja yang diciptakan memperhatikan aspek lingkungan kerja fisik dan nonfisik maka tujuan untuk mencapai kinerja karyawan yang tinggi akan tercapai sebaliknya jika hanya berfokus terhadap satu permasalahan saja maka tujuan yang diharapkan mungkin tidak akan dapat dicapai. Dengan lingkungan kerja yang kondusif secara tidak langsung akan menumbuhkan motivasi dalam diri karyawan untuk selalu memberikan hasil yang terbaik dari dirinya.

Namun sebelum mengambil langkah untuk memperbaiki lingkungan kerja ada baiknya Anda mengenali secara keseluruhan terhadap kondisi yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan, mungkin saja lingkungan fisik ditempat anda bekerja sudah baik namun karena ada keinginan untuk memperbaiki tersebut semuanya harus diulang dari awal. Perlu adanya komunikasi yang transparan dengan pihak – pihak terkait, mengadakan observasi ataupun diskusi terhadap karyawan untuk dimintai saran demi perbaikan lingkungan kerja kemudian diambil kesimpulan berdasarkan hasil terbanyak.

(7)

Arep, Ishak & Tanjung, H. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Universitas Trisakti.

Bambang, K. (1991). Meningkatkan Produktvitas Karyawan. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Mangkunegara, A. P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, A. P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Cetakan Pertama PT. Remaja Rsodakarya.

Mink, O. G. (1993). Developing high performance people: The art of coaching. USA: Addison-Wesley Publishing Company

Nitisemito, A.S. (1992). Manajemen Personalia. Jakarta: Ghaila Indonesia.

Nitisemito, A. S. (2000). Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ed. 3 Ghalia Indonesia.

Sarwoto. (1991). Dasar – Dasar Organisasi Manajemen. Jakarta: Ghalia.

Sedarmayati. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Terry, G. R. (2006). Prinsip - prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Whitmore, John. (1997). Coaching For Performance (Seni Mengarahkan Untuk Mendongkrak Kinerja). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam triangulasi sumber, peneliti membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara serta membandingkan hasil wawancara dengan dokumen berupa foto-foto yang

Persyaratan utama dalam penyusunan kriteria ini harus mengacu pada PP 20/2010 tentang Angkutan di Perairan, yang penjabarannya sekurang-kurangnya memenuhi aspek-aspek Wajib

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis, dimana penulis menggambarkan atau menguraikan tentang sanksi kebiri kimia

1.6 Profil Kemitraan Usaha Kecil Batik Cap di Provinsi Jawa Barat 19 1.7 Rata-rata kinerja Keuangan UK Batik Cap di Jawa

Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi

didasarkan pada perluasan rongga dada dengan pemisahan tulang rusuk pada sisi cekung kurva menyebabkan koreksi secara tidak langsung dari kurva, seperti pada

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Kemampuan bakteri untuk mendegradasi suatu hidrokarbon dari limbah minyak bumi berbeda-beda, karena komposisi senyawa hidrokarbon yang terdapat di dalam minyak bumi berbeda