• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH EKSPOR KELAPA SAWIT INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH EKSPOR KELAPA SAWIT INDONESIA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menghasilkan minyak sawit mentah (CPO; crude palm oil) menjadi andalan komoditi ekspor Indonesia. Kelapa sawit memiliki peran strategis karena (1) kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Hal ini penting karena minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjagkau oleh seluruh lapisan masyarakat. (2) kelapa sawit sebagai salah satu komoditi pertanian andalan non migas, mempunyai prospek yang baik sebagai sumber pendapatan devisa maupun pajak (3) Dalam proses produksi maupun pengolahan mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Cyirillus Benikrisanto, 2006).

Minyak kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang sangat menguntungkan Karena harga minyak sawit di pasaran Internasional cenderung mengalami peningkatan. Pengembangan kelapa sawit baik melalui perluasan areal, peningkatan kualitas dan kuantitas produksi minyak sawit perlu terus dilakukan agar mampu bersaing di pasar International.

(2)

internasional.

(3)

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa perkembangan volume ekspor minyak sawit Indonesia tahun 1991-2000 berfluktuasi, volume ekspor perlahan-lahan naik dari tahun 2001 sampai mencapai titik tertinggi pada tahun 2009, kemudian turun pada tahun 2010 dengan nilai penurunan sebesar 966.681 kg.

Minyak sawit mentah Indonesia harus mampu bersaing dengan produk minyak sawit mentah dari negara lain. Jika minyak sawit mentah Indonesia memiliki daya saing di pasar Internasional diharapkan akan lebih banyak lagi negara yang membeli minyak sawit mentah dari Indonesia dan para pengusaha akan lebih bersemangat lagi untuk memproduksi minyak sawit mentah dengan mutu yang lebih baik dan biaya produksi yang lebih rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba dan dapat mempertahankan kelangsungan produksinya.

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk menganalisis trend volume ekspor CPO Indonesia pada tahun 2013-2015 dan menganalisis daya saing (keunggulan omparatif dan keunggulan kompetitif) crude palm oil Indonesia di pasar International.

(4)

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang , maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis trend volume ekspor CPO Indonesia pada tahun 2013-2015? 2. Bagaimana posisi daya saing ekspor kelapa sawit Indonesia di perdagangan

internasional jika dilihat dari pangsa pasar dan keunggulan komparatifnya ? III. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian diatas , maka tujuan penelitan ini adalah:

1. Menganalisis trend volume ekspor CPO Indonesia pada tahun 2013-2015

2. Menganalisis daya saing (keunggulan omparatif dan keunggulan kompetitif) crude palm oil Indonesia di pasar International

IV. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapakan mampu dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah serta instansi-instansi terkait dalam merumuskan suatu kebijakan dalam memajukan perdaganagan minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. LANDASAN TEORI

2.1 Profil Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas andalan pertanian dalam negeri,karena memiliki andil sebgai pemasok devisa ke kantong negara.Industri ini bakan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.Pertumbuhan kelapa sawit jauh melampaui Komoditas lain seperti karet,teh,kelapa atau kopi.Dibandingkan dari luas lahan,kelapa sawit pun lebih dominan dari komoditas lain.

Dari segi pemanfaatnya,kalapa sawit dapat diolah menjadi berbagai produk.Mulai dari daging buah,biji,tandan kosong dan batangnya dapat dimanfaatkan.Komoditas minyak kelapa sawit memiliki berbagai kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan.Namun demikian perkembangan diverifikasi produk kelapa sawit lebih cendurung ke arah pengembangan produk pangan (sekitar 90%) dan sisanya produk-produk non pangan berupa produk-produk sabun dan oleokimia (sekitar 10 %).Dalam hal pangan sebagian besar minyak sawit digunkan untuk pembuatan minyak goreng,dan sebagian untuk pembuatan margin/shortening (Hariyadi,2003)

2.2 Teori Keunggulan Kompafatif

(5)

perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara A misalnya harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (yang merupakan komoditi yang memiliki keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut cukup besar (komoditi yang memiliki kerugian komparatif). Jadi harga sesuatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut.

Teori keunggulan absolut tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam perdagangan internasional apabila salah satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi. Atau dengan kata lain bahwa bila salah satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi, maka perdagangan tidak akan terjadi. Namun dengan teori keunggulan komparatif, perdagangan internasional antara dua negara masih dapat berlangsung walaupun salah satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi.

2.2 Teori Perdagangan Internasional

Ada dua alasan suatu negara melakukan perdagangan internasional. Pertama, setiap negara mempunyai perbedaan dalam pemilikan sumberdaya alam dan pengolahannya. Kedua, negara-negara yang berdagang bertujuan untuk mencapai skala ekonomis (economics of scale) dalam produksi (Krugman dan Obsfeld,1994). Perbedaan antar negara dalam pemilikan sumberdaya tersebut memberikan peluang bagi terjadinya perdagangan antar negara dan masing-masing menyumbangkan keuntungan perdagangan (gains of trade) bagi mereka

(6)

suatu negara akan berbeda dengan negara lain, dengan adanya perdagangan internasional harga yang terjadi akan sama.

Keterangan Gambar 2:

P1 = Harga domestik negara pengekspor tanpa perdagangan internasional

OQA = Jumlah konsumsi domestik negara pengekspor tanpa perdagangan internasional P3 = Harga domestik negara pengimpor tanpa perdagangan internasional

OQB = Jumlah konsumsi domestik negara pengimpor tanpa perdagangan internasional P2 = Harga setelah ada perdagangan internasional

(7)

Supply di pasar Internasional akan terjadi jikaharga lebih besar dari P1, sedangkan permintaan di pasar Internasional akan terjadijika harga Internasional lebih rendah dari P3.Dengan kata lain, besarnya ekspor suatukomoditas perdagangan akan sama besarnya dengan besarnya impor komoditas tersebut.

Peramalan (Foreasting) merupakan Seni dan ilmu untuk memprediksi kejadian di masa depan. Metode peramalan dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu metode peramalan time series dan asosiatif. Metode Peramalan Time – Series merupakan teknik peramalan yg menggunakan sekumpulan data masa lalu untuk melakukan peramalan didasarkan pada waktu yang berurutan atau yang berjarak sama (mingguan, bulanan, kuartalan, dan lainnya). Dekomposisi Time – Series, antara lain:

a. Tren merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun, dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur atau pandangan budaya.

b. Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu. c. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun.

d. Variasi acak merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh peluang dan situasi yang tidak biasa.

(8)

Peramalan Asosiatif meliputi Analisis Regresi & Korelasi. Analisis Regresi Linear adalah model matematis garis lurus yang menjelaskan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. (Heizer F dan Render B. 2006).

2.3 Analisis Daya Saing

Menurut Tambunan (2003), Analisis daya saing khususnya analisis keunggulan komparatif dapat menggunakan Revealid Comparative Advantage (RCA). RCA adalah indeks yang menyatakan keunggulan komparatif yang merupakan perbandingan antara pangsa ekspor suatu komoditi dalam ekspor total negara tersebut dibandingkan dengan pasar ekspor komoditi yang sama dalam total ekspor dunia. RCA digunakan dalam studi-studi empiris untuk mengukur perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing dari suatu produk dari suatu negara terhadap dunia. Indeks RCA mengindikasikan bahwa jika pangsar ekspor dari suatu (atau kelompok) komoditi suatu negara di dalam ekspor dari komoditi yang sama di dalam total ekspor dunia negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi tersebut. Kelemahan metode RCA dikarenakan salah satu perbandingannya adalah pangsa pasar dunia dari komoditi yang diteliti dari negara bersangkutan. Pangsa pasar dunia yang besar belum menjamin apakah untuk komoditi dari negara tersebut mempunyai daya saing yang tinggi. Sebagai contoh, misalnya ekspor komoditi minyak sawit Indonesia sama dengan Malaysia, tetapi nilai total ekspor minyak sawit Indonesa lebih kecil dari Malaysia, maka nilai RCA Indonesia untuk minyak sawit menjadi lebih besar. Sebaliknya, apabila nilai ekspor minyak sawit Indonesia sama dengan Malaysia, sedangkan total nilai ekspor Indonesia lebih besar dibandingkan dengan Malaysia, maka nilai RCA minyak sawit Indonesia lebih kecil dari pada nilai RCA Malaysia untuk komoditi yang sama (Zamroni dalam Tambunan 2003).

Rumus RCA : C = Xij / Xj Xiw / Xw

Keterangan :

C = Nilai indeks RCA

Xij = Nilai ekspor komoditi i dari negara j Xj = Nilai ekspor total komoditi i dari negara j Xiw = Nilai ekspor komoditi i dari dunia

(9)

Menurut Tambunan (2003), Keunggulan kompetitif suatu produk dapat diukur menggunakan analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Indeks Spesialisasi Perdagangan ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai ekspor dan nilai impor suatu negara dibadingkan dengan jumlah nilai ekspor dan nilai impor negara tersebut, atau dengan kata lain ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan dari suatu negara. Indeks ISP juga bisa digunakan untuk analisis proses tahapan industrialisasi dan perkembangan pola perdagangan komoditi tersebut. Dasar pemikiran dari indeks ini sama seperti teori siklis produk, yang mana suatu produk bertahan di pasar lewat beberapa tahan.

Rumus ISP :

ISP = Nx’- Nm’ Nx’+Nm’

Keterangan :

ISP = Indeks spesialisasi Perdagangan Nx’ = Nilai ekspor komoditas i dari Negara j Nm’= Nilai impor komoditas i dari Negara j

(10)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Nazir, 1989). Dalam penelitian ini untuk menganalisis trend volume ekspor menggunakan data tahun 1991-2010 dengan menggunakan metode peramalan asosiatif yaitu analisis regresi linier dengn model persamaan :

Y= a + bX Keterangan :

Y = Volume ekspor CPO (kg) X = Nilai waktu

a = Nilai trend pada waktu X=0

b = Kenaikan atau penurunan rata-rata Y’ untuk setiap kenaikan X

Dalam penggunaan model, besarnya a dan b dapat diperhitungkan dengan rumus berikut ini :

Untuk menganalisis daya saing menggunakan Revealid Comparative Advantage (RCA) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP).

Analisis keunggulan komparatif dengan menggunakan RCA dengan rumus :

C = Xij / Xj Xiw / Xw Keterangan :

(11)

Xij = Nilai ekspor crude palm oil dari negara Indonesia Xj = Nilai ekspor total minyak sawit negara Indonesia Xiw = Nilai ekspor crude palm oil dunia

Xw = Nilai ekspor total minyak sawit dunia

Jika nilai indeks RCA < 1 menunjukan bahwa negara Indonesia untuk komoditi CPO keunggulan komparatifnya rendah (di bawah rata-rata dunia).

Jika nilai indeks RCA ≥ 1 menunjukan bahwa negara Indonesia untuk komoditi CPO dikatakan mempunyai keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia). Analisis keunggulan kompetitif dengan menggunakan : indeks spesialisasi Perdagangan (ISP) dengan rumus :

ISP = Nx’- Nm’ Nx’+Nm’ Keterangan :

ISP = Indeks spesialisasi Perdagangan Nx’ = Nilai ekspor crude palm oil Indonesia Nm’ = Nilai impor crude palm oil Indonesia.

(12)

Hasil perhitungan yang di tunjukan pada tabel di atas menunjukan bahwa trend volume ekspor CPO Indonesia terus meningkat pada tahun 2013-2015, volume ekspor CPO Indonesia pada tahun 2013 diramalkan sebesar 10.360.656 kg, tahun 2014 diramalkan sebesar 10.824.992kg, sedangkan pada tahun 2015 sebesar 11.289.328 kg.

Hasil perhitungan yang di tunjukan pada tabel di atas menunjukan bahwa trend volume ekspor CPO Indonesia terus meningkat pada tahun 2013-2015, volume ekspor CPO Indonesia pada tahun 2013 diramalkan sebesar 10.360.656 kg, tahun 2014 diramalkan sebesar 10.824.992kg, sedangkan pada tahun 2015 sebesar 11.289.328 kg.

(13)

BAB IV PEMBAHASAN

A. LANDASAN HUKUM

a) Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang Ketentuan Umum Dibidang Ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/MDAG/ PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007

b) Undang-undang No.17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

c) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.04/2007 tentang Ketentuan Kepabeanan di Bidang Ekspor

d) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 40/BC/2008 jo. P-06/BC/2009 jo. P-30/BC/2009 jo. P-27/BC/2010 tentang Tata Laksana Kepabeanan di Bidang Ekspor

e) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-41/BC/2008 tentang Pemberitahuan Pabean Ekspor.

B. KEBIJAKAN PERDAGANGAN KELAPA SAWIT

Beberapa tahun ini terjadi beberapa kali perubahan kebijkan serta penggunaan istilah dalam penggunaan tarif atas ekspor CPO di Indonesia.Kebijakan ini e dalam tiga bagian yaitu periode :

1. Pemberlakuan pungutan Ekspor 2. Pemberlakuan Pajak Ekspor 3. Pemberlakuan Bea Keluar

(14)

Besaran Tarif Pungutan Eskpor Berdasarkan Tingkat Harga U$$/MT

Tingkat harga U$$/MT Besarnya

tarif PE/MT CRUDE PALM OIL (CPO)

a. Harga referansi >550 0 % b. Harga referansi 550-650 2.5 % c. Harga referansi 650-750 5 % d. Harga referansi 750-850 7.5 % e. Harga referansi <850 10 %

Sumber : Lampiran KMK No.94//KMK/011/2007

Harga referensi yang berlaku di tahun 2007,mengalami perubahan di tahun 2008 melali PMK.No 159/PMK.011/2008 dengan rincian sebagai berikut :

Tingkat harga U$$/MT Besarnya

tarif PE/MT CRUDE PALM OIL (CPO)

a. Harga referansi >700 0 % b. Harga referansi 701-750 1.5 % c. Harga referansi 800-850 3 % d. Harga referansi 801-850 4.5 % e. Harga referansi 851-900 6 % f. Harga referansi 901-950 7.5 % g. Harga referansi 951-1000 10 % h. Harga referansi 1001-1050 12.5 % i. Harga referansi 1051-1100 15 % j. Harga referansi 1101-1150 17.5 % k. Harga referansi 1151-1200 20 % l. Harga referansi 1201-125012 22.5 % m. Harga referansi >1251 25 %

Kebijakan tarif ekspor dilakukan pemerintah untuk membatasi sahingga pasaokan minyak kelapa sawit dalam negeri terpenuhi untuk menjaga kestabilan harga minyak goreng yang merupkan kebutuhan pokok masyarakat.Peraturan ini telah diberlakukan sejak tahun 1978 dan selalu berubah-ubah seiiring berjalannya waktu Sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan No.09/PMK.011/2008,besar Pungutan Pajak (PE) yang berlaku bulan Juli 2008 adalah 20%.Sedangkan besar PE ditetapkan sebagai berikut :

PE= Tarif PE (%) X Jumalah satuan barang X nilai kurs Keterangan :

PE : Pungutan pajak

(15)

HPE ditetapkan setia bulan oleh Menteri Perdagangan ,berdasarkan harga rata-rata internasional .

Berikut ini HPE yang berlaku dari tanggal 1 Juli 2008-31 Juli 2008 :

No Uraian Pos Tarif HPE

1. Buah & Kernel kelapa sawit 1207.99.20.00 U$$ 840/MT 2. Crude Palm Oil (CPO) 1511.10.00.00 U$$ 1144/MT

3. RbD PO 1511.90.90.10 U$$1202/MT

4. Rbp Palm Olein 1511.90.90.20 U$$ 1261/MT Kelapa Sawit, CPO, dan Produk Turunannya

Besarnya tarif pungutan ekspor 3% :

1. Kelap Sawit/ Tandan Buah Segar dan Inti (Biji) Kelapa Sawit; 2. Crude Palm Oil (CPO).

Besarnya tarif pungutan ekspor 1% : 1. Crude Olein (CRD Olein);

2. Refined Bleached Deoderized Palm Oil (RBD PO); 3. Refined Bleached Deoderized Palm Olein (RBD Olein).

Dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah dengan adanya pajak ekspor yaitu mengurangi pendapatan produsen perkebunan kelapa sawit, menguntungkan negara eksportir lain berdampak kehilangan pasar. Hal ini menyebabkan crude palm oil CPO Indonesia memiliki daya saing yang rendah di pasar Internasional.

(16)

D. MEKANISME EKSPOR KELAPA SAWIT

Sumber : Hendrati (1997:39)

Persyaratan Ekspor

(17)

b) Untuk mendapat persetujuan ekspor, perusahaan yang bersangkutan harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Departemen

Perdagangan dengan melampirkan :

• Rekomendasi dari Direktur Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian; • Photo copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

• Photo copy Ijin Usaha dari Departemen Teknis/ Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku;

• Photo copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

E. PETUNJUK PELAKSANAAN & PETUNJUK TEKNIS

Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor Kep - 151/Bc/2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Ekspor Direktur Jenderal Bea Dan Cukai.

Secara singkat pengolahan kelapa sawit dapat dilihat dari diagram dibawah ini :

(18)

pada suhu 90oC dengan menggunakan digester. Pada tahap berikutnya, minyak diekstrak dari serat. Proses terakhir adalah pemurnian. Selain menghasilkan CPO, PKS juga menghasilkan minyak inti kelapa sawit (PKO).

- Permasalahan Perdagangan Kelapa Sawit 1. Produktifitas Kelapa sawit

Produktifitas tanaman TKS meningkat sejalan dengan bertambhnya usia tanaman dan akan mencapai puncaknya pada saat usia 13 tahun.Kemudian sejak usia tersebut produktifitasnya akan menurun hingga tiba saatnya untuk ditanam ulang. Secara umum, produktifitas rata-rata nasional perkebunan kelapa sawit Indonesia masih rendah.hal ini diduga karena akibat pemilihan bibit yang kurang baik.sistem pemupukan yang kurang optimal.

2. Tingginya Biaya Ekspor CPO Indonesia

(19)

pengangkutan,fee untuk Broker dan biaya lain yang mencapai sekitar 110 Dollar AS perton.

3. Penyelundupan CPO

Akibat lanjut dari kenaikan PE adalah penyelundupan CPO.Penyelundupan ini dilakukan agar pengeksportir terhindar dari pengenaan PE yang semakin tinggi.Data Oill World Weekly menyebutkan bahwa pada periode Januari-September 2007 terjadi penyelundupan produk CPO Indonesia sebanyak 660.000 ton.Oil Worl mencatat bahwa tren kinerja ekspor produk CPO dan turunannya dari Indonesia yang terdaftar pada Juli-September 2006 dan pada periode sama tahun lalu turun.Penurunan itu akibat adanya ekspor yang tidak terdaftar.

4. Kurangnya Fasilitas Sarana dan Prasarana Pendukung

(20)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Dari hasil analisis tren volume ekspor crude palm oil Indonesia pada 3 tahun mendatang mengalami peningkatan yaitu, pada tahun 2013 sebesar 10.360.656 kg, tahun 2014 sebesar 10.824.992 kg, dan pada tahun 2015 sebesar 11.289.328 kg. 2. Daya saing Crude palm oil Indonesia di pasar internasional, memiliki keunggulan

kompetitif dengan ISP mendekati 1 yakni 0,95 dan memiliki keunggulan komparatif yang rendah di pasar Internasional dengan indeks RCA sebesar 0,85.

Saran

a) Penerapan kebijakan pemerintah dengan mengurangi pajak ekspor dan bea keluar sehingga menambah gairah pengusaha untuk mengekspor CPO dan menguranginya resiko terjadinya penyelundupan.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran Teori dan Temuan Empiris. PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Anonim. 2001. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Ghalia Indonesia, Bogor. Badan Pusat Statistik. Ekspor Crude palm oil di Indonesia.

http://bps.go.id/exim-frame.php.

Badan Pusat Statistik. Impor Crude Palm Oil di Indonesia. http://bps.go.id/exim-frame.php.

Direktorat Jendral Perkebunan. Volume dan Nilai Ekspor, Impor Indonesia.http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/exportimport/16 -kelapa%20sawit.

Departemen Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Yogyakarta.

Perdagangan Internasional. Harga Palm Oil di Pasar Internasional. http://www.kemendag.go.id.

Food and Agriculture Organization Statistic. Value Of Agricultural. http://faostat.fao.org/site/613/Desktop

Default.aspx?PageID=613#ancor. Halwani, R.H.2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Hasibuan, N. 1994. Ekonomi Industri. PT. Pustaka LP3ES, Jakarta.Heizer F dan Render B. 2006. Operation Management. Prentice Hall. Eight Edition.

Krugman, P.R and Obsfeld. 1994. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Diterjemahkan oleh Faisal H. Basri. PAU – FEUI. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nazir, M. 1989. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Pangestu, S. 1986. Forecasting Konsep dan Aplikasi. BPFE. Yogyakarta. Rinaldy, E. 2000. Kamus Istilah Perdagangan Internasional. Jakarta.

Salvatore. 1994. Ekonomi Internasional. PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta

Supranto, J. 1984. Metode Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan Edisi Kedua. P.T Gramedia, Jakarta.

Tambunan, T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia beberapa Isu Penting. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Taufik, Y., dkk. 2010. Outlook Komoditas Pertanian Perkebunan. Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2010. Jakarta.

Gambar

Gambar 2, mengilustrasikan perdagangan internasional secara teoritis, suatu negara

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) perkembangan nilai ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tahun 2000-2013; 2) pengaruh harga ekspor, nilai tukar dan produksi

Pemberlakuan Bea Keluar (BK) pada minyak kelapa sawit dan turunannya oleh pemerintah Indonesia yang membuat harga minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia

- Dengan sepertiga produk minyak kelapa sawit dikonsumsi di dalam negeri pada tahun 2018 dan terjadi penurunan pangsa ekspor ke pasar Eropa dengan adanya standar keberlanjutan

Data-data yang digunakan adalah data volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia diperoleh dari BPS, harga minyak kelapa sawit dunia diperoleh dari Index Mundi, total

Hasil penelitian menggunakan rumus RCA, daya saing ekspor kelapa sawit Indonesia terhadap Belanda yang diambil dari data Standard International Trade Classification

Analisis RCA digunakan untuk menganalisis posisi daya saing komparatif elektronika Indonesia di negara-negara Amerika Latin, yang tercermin dari pangsa pasar

Berdasarkan hasil analisis hasil pengolahan data tersebut mencerminkan kondisi nyata daya saing teh hitam Indonesia di pasar internasional dimana Indonesia sebagai salah satu

Histogram Rerata IEO Komoditas Produk Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Internasional Tahun 2014-2020 Sumber: Analisis Data Sekunder UNCOMTRADE, 2021 Berdasarkan histogram diatas, pada