BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu pilar penting bagi kemajuan bangsa suatu negara. Jika pendidikan dapat terealisasikan dengan baik maka kemajuan bangsa kita akan semakin maju dan semakin berkembang. Untuk dapat merealisasikan pendidikan tersebut harus ada perencanaan yang matang dan ilmu yang mendukung kemajuan pendidikan. Dalam perencanaan pendidikan yang matang diperlukan beberapa peran penting mulai dari ilmu sampai ke penerapannya.
Perencanaan pendidikan (Educational Planning) merupakan suatu “disiplin” baru yang berkembang di sekitar tahun 1950-an, yang dewasa ini semakin lama makin penting perannya bagi pembangunan pendidikan. Di Indonesia disiplin tersebut belum dikenal secara meluas, masih terbatas dikalangan para
Perencanaan pendidikan dengan Politik Pendidikan ada kaitannya yaitu ada campur tangan dari kepemerintahan untuk pendidikan di negara Indonesia. Sebelum mengacu ke kurikulum pemerintah melalui perencanaanya akan melakukan percobaan penerapan dibeberapa sekolahan untuk melihat apakah kurikulum ini dapat dipakai seterusnya atau tidak.
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana langkah-langkah perencanaan pendidikan? 4. Bagaimana Perencanaan Kebijakan Pendidikan saat ini ?
5. Apa usaha perbaikan perencanaan dalam kebijakan pendidikan di Indonesia?
6. Apa arti politik dalam arti ilmu dan kekuasaan?
7. Hubungan antara politik pendidikan dengan perencanaan pendidikan?
8. Bagaimana perencanaan kebijakan melalui optimalisasi pemahaman dan penerapan politik dalam arti ilmu dan kekuasaan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perencanaan pendidikan. 2. Untuk mengetahui teori perencanaan pendidikan.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan pendidikan. 4. Untuk mengetahui perencanaan kebijakan pendidikan pada saat ini. 5. Untuk mengetahui usaha perbaikan perencanaan dalam kebijakan
pendidikan di Indonesia.
6. Untuk mengetahui arti politik dalam arti ilmu dan kekuasaan.
7. Untuk mengetahui hubungan antara politik pendidikan dengan perencanaan pendidikan.
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Perencanaan Pendidikan
Sejumlah ahli pendidikan dunia telah banyak mendefinisikan tentang perencanaan dan pendidikan. Namun definisi yang dianggap paling jelas dan sempurna tentang definisi perencanaan pendidikan adalah definisi yang dikemukakan Philip H. Coombs, yaitu penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan, yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan murid serta masyarakat
b. Menurut C. Arnold Anderson dan Mary Yean Bowman kata perencanaan didefinisikan dengan ungkapan yang cukup sederhana namun jelas. Mereka mengatakan, Planning is a process of preparing a set of decisions for action in the future. (Perencanaan adalah proses menyiapkan seperangkat keputusan untuk tindakan dikemudian hari).
c. Menurut Kaufman (1972) perencanaan diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan “ke mana harus pergi” dan mengidentifikasikan prasyarat untuk sampai ke “tempat” itu dengan cara yang paling efektif dan efisien.
d. Sementara itu kata pendidikan memiliki banyak definisi yang masing-masing definisi sangat dipengaruhi oleh persepsi dan sudut pandang tokoh atau yang mendefinisikannya, antara lain :
a) John Dewey : Pendidikan adalah proses pembentukkan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
b) Langeveld : Pendidikan adalah usaha yang sadar untuk mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa.
d) Rousseau : Pendidikan adalah usaha memberi pembekalan yang tidak ada pada masa anak, akan tetapi dibutuhkan pada waktu dewasa.
e) Ki Hajar Dewantara : Pendidikan adalah usaha menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar ia sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sebagai perbandingan menurut C.E. Beeby, seorang tokoh perencanaan pendidikan yang lain, mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai kegiatan melihat kedepan, dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, biaya dan sistem pendidikan, yang diarahkan kepada kenyataan ekonomis dan politis, untuk pengembangan sistem pendidikan itu sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan negara dan murid. (Ahmadsaefudinalghosyeh : 2013)
2. Teori perencanaan Pendidikan
dengan nama teori SITAR sebagai penggabungan dari taksonomi Hudson.
a. Teori Synoptic
Disebut juga system planning, rational system approach, rasional comprehensive planning. Menggunakan model berfikir system dalam perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang disbebut visi. Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi ; (a) pengenalan masalah, (b), mengestimasi ruang lingkup problem (c) mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian, (d) menginvestigasi problem, (e) memprediksi alternative, (f) mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
b. Teori incremental
Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam merencanakan objek tertentu dalam lembaga pendidikan, selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi dan bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang transactive yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam kemampuan mengadakan perencanaan.
d. Teori advocacy
Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai advocacy (mempertahankan dengan argumentasi). Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional. Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan pusat.
e. Teori radikal
Perencanaan ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari individu dan minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang dapat dipandang perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga mengacu kepada pentingnya kerja sama antar personalia. Dengan kata lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat mandiri menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat mandiri menangani pendidikannya.
f. Teori SITAR
Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga complementary planning process. Teori ini menggabungkan kelebihan dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat perencanaan itu akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS yaitu S terakhir adalah menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti teori baru ini di samping mengombinasikan teori-teori yang sudah ada penggabungan itu sendiri ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan dan masyarakat. (Desi Widia Sari. 2011)
3. Langkah – langakah Perencanaan Pendidikan
Sedangkan perencanaan oprasional berkaitan dengan penetapan alternatif upaya yang dipakai untuk merealisasikan perencanaan stertegi dan tujuan perencanaan tersebut dalam bentuk metode, prosedur dan koordinasi.. Perencanaan strategi disebut oleh Cunningham sebagai “ Doing the right things”, sedangkan perencanaan oprasional disebut sebagai “doing things right”. Jadi dalam perencanaan strategi yang direncanakan adalah bagaimana melakukan sesuatu yang benar, sementara dalam perencanaan oprasional yang direncanakan adalah bagaimana mengerjakan sesuatu itu secara benar.
Langkah-langkah perencanaan pendidikan secara rinci mempunyai banyak versi sesuai dengan pendapat tokoh-tokoh yang mengemukakannya. Salah satu diantaranya dikemukakan oleh Edgar L. Morphet dalam bukunya PLANNING AND PROVIDING FOR
EXCELLENCE IN EDUCATION, yang mengatakan bahwa prosedur yang harus diperhatikan dalam perencanaan pendidikan adalah : 1) Mengumpulkan informasi dan analisis data; 2) Mengidentifikasi kebutuhan; 3) Mengidentifikasi tujuan dan prioritas; 4) Membentuk alternatif penyelesaian; 5) Mengimplementasi, menilai dan memodifikasi. Sedangkan menurut Depdikbud (1982), langkah-langkah yang ditempuh dalam proses penyususnan perencanaan pendidikan yaitu:
dasar untuk penyusunan perencanaan pendidikan. Langkah pertama mengidentifikasi jenis data yang diperlukan.
2. Jenis data yang dikumpulkan berkenaan dengan sistem pendidikan, baik data kuantitatif, data sarana dan prasarana , keadaan penduduk, geografi dan lapangan kerja.
3. Diagnosis, data yang sudah terkumpul harus dianalisis dan didiagnosis. Menganalisis data merupakan proses untuk menghasilkan suatu informasi. Mendiagnosis keadaan pendidikan dapat dilakukan melalui penelitian dengan jalan meninjau segala usaha dan hasil pendidikan, termasuk mengkaji rencana yang sudah disusun tetapi belum dilaksanakan. Dalam mendiagnosis keadaan pendidikan dipergunakan kriteria-kriteria seperti relevansi, efektifitas dan efesiensi.
5. Perkiraan kebutuhan masa depan, perencanaan pendidikan harus mampu memperkirakan kebutuhan masa depan, sehingga rencana yang lengkap dapat disusun.
6. Perhitungan biaya, menghitung untuk semua kebutuhan yang sudah diidentifukasikan di masa datang. Perhitungan biaya dilakukan dengan menggunakan satuan biaya atau standardisasi harga yang berlaku untuk setiap kelompok kebutuhan dengan memperhatikan fluktuasi harga.
7. Penetapan sasaran, para perencana pendidikan meneliti sasaran-sasaran pendidikan untuk masa yang akan datang. Dari sasaran-sasaran itu ditetapkanlah dana untuk masing-masing tingkatan sekolah.
8. Perumusan rencana, perencanaan yang disusun pada dasarnya ditujukan untuk, mnyajikan serangkaian rancangan keputusan untuk disetujui dan menyediakan pola secara matang.
9. Perincian rencana, rencana yang telah dirumuskan dilakukan dengan cara, yaitu penyusunan program dan identifikasi serta perumusan proyek. Penusunan program adalah membagi-bagikan rencana kedalam kelompok kegiatan. Setiap kegiatan dalam kelompok ini harus saling menunjang, dan meuju tujuan yang sama.
karena itu kerangka organisasi untuk berbagai proyek dikembangkan berdasarkan biaya tahunan. Disamping itu dikembangkan rencana operasionalnya sepefrti pendelegasian wewenang, penugasan tanggungjawab, pengadaan mekanisme umpan balik dan pengawasannya.
11. Evaluasi rencana, dapat dikatakan sebagai kegiatan akhir dari proses perencanaan sebelum revisi dilakukan. Penilaian berkaitan dengan kemajuan/perkembangan dan penemuan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan suatu rencana. Penilaian yang dilakukan juga bermanfaat untuk melihat rangkaian kegiatan dalam proses perencanaan.
12. Revisi rencana, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi rencana. Revisi bertujuan untuk memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan rencana yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu (rencana yang sudah dilaksanakan). (Ahmadsaefudinalghosyeh : 2013)
4. Perencanaan Kebijakan Pendidikan Beradasar Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: a. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan
merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka
kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten
menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan
tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman
belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk
menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana. Hasil
belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam
menerapkan perolehannya di masyarakat.
b. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan
kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka
Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan
kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu
sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing
satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka
pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi
Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar
Kompetensi satuan pendidikan.
c. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara
khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap
lintas mata pelajaran dan diorganisasikan dengan memperhatikan
prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan
(organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam
pembelajaran.
d. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum
berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap
peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum
berbasis kompetensi.
e. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan
dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual
peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah
ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh
karena itu beragam program dan pengalaman belajar disediakan
sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.
f. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada
posisi sentral dan aktif dalam belajar.
g. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan
dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten
kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan
kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
h. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan
pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi
pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup. Artinya,
kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai
konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang
dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat.
i. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat
dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang
dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.
j. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional
dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, Standar
Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus.
yang tidak tercabut dari akar budayanya dan mampu berkontribusi
langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini
saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan
yang dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
k. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat
untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau
sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti
dengan proses perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil
belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan
sebagai berikut:
Jenis Evaluasi:
a) Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016
b) Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk menentukan kelayakan ide, dokumen, dan implementasi kurikulum.
Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan
untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu
kepala sekolah dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi
dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan
pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.
a. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke XI SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan
untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta didik di
kelas/tahun berikutnya.
b. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk menguji efektivitas kurikulum dalam
mencapai Standar Kemampuan Lulusan (SKL). (akhmadsudrajat : 2013)
5. Usaha Memperbaiki Perencanaan Kebijakan Pendidikan di Indonesia
Kebutuhan akan perencanaan muncul sebagai akibat semakin intensif dan kompleksnya permasalahan yang muncul. Suatu permasalahan terjadi apabila suatu kejadian menyimpang dari yang seharusnya terjadi. Permasalahan seperti jumlah penduduk, kebutuhan tenaga kerja, ekologi, penurunan sumber daya, serta penggunaan perkembangan ilmu pengetahuan yang sembarangan, menempatkan institusi pendidikan diharapkan mampu menyelesaikan masalah tersebut, maka kemampuan merencanakan menjadi suatu keharusan. Namun demikian seringkali komunitas institusi pendidikan tertentu memberikan pelayanannya tidak berkenan untuk mengenal kebutuhan akan perencanaan pendidikan. Mereka menuntun solusi namun secara simultan menolak metode yang dapat menyelesaikan solusi tersebut.
memadai, maka diusulkan format aktivitas perencanaan dengan dipandang dari berbagai segi antara lain;
1. Dari segi umum: perencanaan pendidikan adalah suatu penelitian, pengembangan teori dan tekhnik, penggambaran rencana pada tingkat lokal,regional,maupun nasional dan global
2. Dari segi fisik: perencanaan pendidikan adalah perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek gedung sekolah, tata ruang gedung sekolah dan peralatannya, kriteria lingkungan kegiatan pembelajaran dll.
3. Dari segi sosial: perencanaan pendidikan adalah tinjauan yang merefleksikan orang, perencanaan kurikulum, strategi instruksional, tinjauan kebutuhan tenaga kerja dan sosial, rancangan fisik yang dapat meningkatkan interaksi individu dan sosial .
4. Dari segi administrasi: perencanaan pendidikan adalah kontrol pengembangan, pembuatan keputusan, manajemen operasi, kontrol inventaris, perencanaan transportasi dan gedung sekolah.”
5. Karakteristik perencanaan pendidikan
1. Suatu proses rasional, dikarakteristikkan sebagai pengembangan yang terorganisasi dari kegiatan pembelajaran masyarakat.
2. Menyangkut tujuan sosial, cara dan tujuan, proses dan kontrol.
3. Merupakan rancangan konseptual dimana kebijakan dan tindakan dibuat oleh kelompok.
4. Konsep dinamis yang menjamin suatu rencana dikonstruksikan dengan lentur sehingga tidak mungkin terjadi penyimpangan.
Perencanaan pendidikan harus memiliki 3 bidang pengetahuan khusus, meliputi:
1. Metode ilmiah yang komperhensif dan kemampuan menggunakan fasilitas yang ada.
2. Pengetahuan akan nilai-nilai perbandingan dan sistem nilai dengan maksud dapat memfasilitasi keputusan rasional dari tujuan masyarakat.
3. Pemahaman akan berkelanjutan dan tidak berkelanjutan, kecenderungan dan arah dari segala urusan manusia, sehingga dapat memahami kemungkinan-kemungkinan yang muncul.
proses. Oleh karena itu, perencanaan merupakan program terkendali dari seluruh jangkauan tindakan publik dan perseorangan menuju pengembangan ulang. Esensi yang dihasilkan adalah suatu rencana untuk sifat,tingkat, dan proses perubahan, karena dasarnya telah meluas melibatkan perencanaan fisik, sosial, dan ekonomi, maka dapat mengambil alis analisa teknis dari bidang lain.
6. Politik Dalam Arti Ilmu dan Kekuasaan
Politik merupakan adat Indonesia untuk menyelesaikan masalah. Dengan politik terkadang orang menerapkan dengan berbagai tujuan. Tujuan yang baik maupun yang jahat. Tetapi sebenarnya politik harus diterapkan apabila membahas tentang negara. Bagaimana supaya negara itu tambah maju dan berkembang untuk ke depan harus di terapkan dengan baik dan benar. Politik akan bermanfaat jika menghasilkan jawaban atau keputusan yang memuaskan.
Pengertian kekuasaan menurut para ahli :
Dahl (1957) menyatakan bahwa ”A memiliki kekuasaan atas B sehingga A dapat meminta B melakukan sesuatu yang tanpa kekuasaan A tersebut tidak akan dilakukan B”. Definisi ini menyempitkan konsep kekuasaan, juga menuntut seseorang untuk mengenali jenis-jenis perilaku khusus.
Russel (1983) menyatakan bahwa power (kekuasaan) adalah konsep dasar dalam ilmu sosial. Kekuasaan penting dalam kehidupan organisasi, dan bahwa kekuasaan dalam organisasi terikat dengan status seseorang.
Boulding (1989) mengemukakan gagasan kekuasaan dalam arti luas, sampai tingkat mana dan bagaimana kita memperoleh yang kita inginkan. Bila hal ini diterapkan pada lingkungan organisasi, ini adalah masalah penentuan di seputar bagaimana organisasi memperoleh apa yang dinginkan dan bagaimana para pemberi andil dalam organisasi itu memperoleh apa yang mereka inginkan. Kita memandang kekuasaan sebagai kemampuan perorangan atau kelompok untuk mempengaruhi, memberi perintah dan mengendalikan hasil-hasil organisasi.
Sedangkan pengertian kekuasaan secara umum adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok.
7. Hubungan Antara Politik Pendidikan dengan Perencanaan Pendidikan
implementasi daripada politik pendidikan nasional. Tetapi dalam praktek, politik pendidikan yang bertaraf regional dan lokal dapat tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan politik pendidikan yang berskala nasional. Apabila hal itu terjadi dapat berakibat munculnya berbagai masalah pendidikan.
Masyarakat itu selalu mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial itu akan menimbulkan berbagai masalah sosial (teori social change). Salah satu bentuk masalah sosial itu ialah masalah pendidikan. Masyarakat, terutama para pemimpinnya berusaha memecahkan masalah-masalah tersebut. Usaha pemecahan itu menjelma dalam bentuk keputusan-keputusan politik pendidikan. Setelah politik dan strategi pendidikan ditentukan, aplikasinya dalam peleksanaan merupakan tugas perencanaan pendidikan. Secara singkat dapatlah dirumuskan, bahwa perencanaan pendidikan itu merupakan bagian dan implementasi daripada politik
pendidikan. (Vembriarto St, 1985 : 72).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Perencanan pendidikan adalah penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan lebih efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan murid serta masyarakat.
2. Langkah-langkah dalam menyusun perencanaan pendidikan meliputi : 1) Mengumpulkan informasi dan analisis data; 2) Mengidentifikasi kebutuhan; 3) Mengidentifikasi tujuan dan prioritas; 4) Membentuk alternatif penyelesaian; 5) Mengimplementasi, menilai dan memodifikasi.
3. Pemerintah harus hati-hati dalam mengembangkan kurikulum sebagai perencanaan pendidikan yang berlandasakan atas kekuasaan untuk kemajuan di bidang pendidikan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Saefudin Alghosyeh. 2013. Langkah-langkah Penyusunan
Perencanaan Pendidikan. Diunduh tanggal 30 Oktober 2013 pukul 19 : 30 WIB.
akhmadsudrajat. 2013. Perncanaan Pendidikan Berdasar Kurikulum. Diunduh Pada Minggu 6 Oktober 2013 pukul 14:00
Desi widia sari. 2011. Teori Perencanaan Pendidikan. Diunduh tanggal 5
Oktober 2013 pukul 20 : 03 WIB.
H.A.R. Tilaar.2013. Kekuasaan Profesionalisme dan Kebijakan Pendidikan. Diunduh tanggal 17 November 2013 pukul 16:16 WIB.
Lukman. 2010 . Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Diunduh tanggal 25
Oktober 2013 pukul 15:30 WIB.
St. Vembriarto. (1985) . Perencanaan Pendidikan. Yogyakarta : Yayasan
Umaya ika. 2013. Perencanaan-Pendidikan. Diunduh tanggal 25 Oktober 2013.