• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IS"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh: Rio Erwan Pratama

Nomor Induk Mahasiswa 06101005026

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar (dalam Dimyati 2010:7), karena itu perlu adanya peran serta pihak-pihak yang terkait dalam pendidikan untuk melaksanakan proses pembelajaran yang di cita-citakan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 (dalam: http://akademik.um.ac.id/wp-content/.../PP-NOMOR-19-TAHUN-2005.doc, diakses tanggal 22 Februari 2014, jam 13:07 WIB) tentang Standar Nasional Pendidikan pada BAB IV Pasal 19 menyatakan bahwa :

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

(3)

Sedangkan tujuan dari pembelajaran PPKn adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (dalam Winarno 2013:19) yaitu:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masysrakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Untuk itu proses pembelajaran perlu adanya pendekatan pembelajaran untuk mengintegrasikan materi, model, media, sumber, dan evaluasi yang di gunakan. Oleh karena itu penerapan model Isu Kontroversial bermanfaat dalam pelaksanaan pembelajaran PPKn apalagi mewujudkan tujuan dari pembelajaran PPKn itu sendiri. Jadi dengan menerapkan model Isu Kontroversial yang tentunya di sertai dengan penampilan isu kontroversial yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan di sampaikan. Dengan model Isu Kontroversial secara langsung dapat membangkitkan kemampuan berpikir seseorang apalagi siswa yang mengikuti proses pembelajaran tersebut. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Muessing dalam Solihatin (2012:94) mengatakan Isu Kontroversial adalah “sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok, tetapi juga mudah di tolak oleh orang atau kelompok lain”.

(4)

Pembelajaran dengan menggunakan Isu Kontroversial, memiliki keuntungan lainnya adalah melalui pendapat yang berbeda orang dapat pendapat baru yang lebih baik. Di sini terjadi proses analogis, sintesis dalam berpikir. Dengan begitu daya berpikir siswa lebih terlatih kerena siswa belajar bagaimana mengemukakan pendapat yang benar. Belajar menghargai pendapat orang lain, belajar mempertahankan pendapat yang diyakini kebenarannya, dan menghargai pendapat orang lain yang berbeda pendapat dengannya.

Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas, maka peneliti mencoba melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur, di ketahui bahwa sekolah ini memiliki status akreditasi A, dengan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur diketahui bahwa penerapan model pembelajaran sudah cukup bervariasi. Berdasarkan nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) di ketahui bahwa sudah mencapai apa yang di harapkan yaitu 75. Akan tetapi untuk mata pelajaran PPKn masih kurang diminati, membuat siswa jenuh dan kurang bersemangat. Ketika peneliti melakukan wawancara kepada siswa diperoleh data bahwa siswa kesulitan dalam memahami konsep mata pelajaran PPKn karena kurangnya sumber informasi baik dari guru maupun buku-buku pelajaran yang terbatas ditambah dengan motivasi siswa yang rendah dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan. PPKn cenderung dianggap sebagai mata pelajaran yang mudah, kurang menarik dan membosankan.

(5)

memilih kelas XI IPS 1 sebagai kelas penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol dalam penerapan Model Pembelajaran Isu Kontroversial.

Dalam wawancara dengan guru matapelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Isu Kontroversial belum pernah diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk itulah peneliti ingin mengetahui ada tidaknya “PENGARUH PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN ISU KONTROVERSIAL UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKN DI SMA NEGERI 1 BELITANG KABUPATEN OKU TIMUR ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latarbelakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Isu Kontroversial Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Isu Kontroversial Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1.4.1 Manfaat Teoritis

(6)

1.4.2 Manfaat Praktis

Di harapkan dapat memberikan manfaat dan meningkatkan kualitas pihak-pihak tertentu:

1. Bagi perserta didik, dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Isu Kontroversial.

2. Bagi guru, sebagai penambah wawasan guru dalam menggunakan model pembelajaran Isu Kontroversial dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur.

3. Bagi Peneliti, diharapkan agar peneliti dapat lebih memahami dan menambah wawasan mengenai model pembelajaran Isu Kontroversial.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan pembelajar yang direncanakan atau desain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan berkualitas. Maka untuk memenuhi hal tersebut seorang guru harus mempelajari bermacam-macam model pembelajaran agar pembelajaran yang di harapkan bisa terlaksana.

Menurut Rusman (2012:144) bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dikelas atau yang lain.

Menurut Sukmadinata, dkk (2012: 151) mendefinisikan model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situai lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.

Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2012:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

(8)

Dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau desain yang dibuat dan digunakan dalam proses pembelajaran agar tujuan dari rencana pembelajaran bisa terlaksana dengan baik seperti yang di harapkan.

2.1.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang dikerjakan guru dan siswa haruslah bisa mencapai tujuan pembelajaran agar dapat dicapai secara efektif dan efisien untuk itu di perlukan model pembelajaran yang mendukung dengan tujuan pembelajaran tersebut, untuk itu guru haruslah mengertahui ciri-ciri model pembelajaran yang baik dan benar.

Menurut Rusman (2012:136) Model Pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini di rancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

3. Dapat di jadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; dan (4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

5. Memiliki dampak sebagi akibat terpan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang. 6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

(9)

Menurut Suyanto (2013:137) Model Pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki prosedur yang sistematis. Sebuah model pembelajaran bukan sekadar gabungan berbagai fakta yang disusun secara sembarangan, melainkan prosedur yang sistematis untuk memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu.

b. Hasil belajar dirumuskan secara khusus. Setiap model pembelajaran wajib menentukan tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai oleh siswa. Pencapaian ini dilakukan melalui rincian kerja siswa yang dapat diamati. Artinya, apa yang harus ditunjukkan oleh siswa disusun secara rinci dan khusus.

c. Penetapan lingkungan secara khusus. Menetapkan keadaan ligkungan secara spesifik dalam model pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan agar siswa bisa belajar secara kondusif.

d. Ukuran keberhasilan. Model pembelajaran harus menetapan kriteria keberhasilan unjuk kerja yang diharapkan dari siswa. model pembelajaran senantiasa menggambarkan dan menjelaskan hasil-hasil belajar dalam bentuk perilaku yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa setelah menempuh dan menyelesaikan urutan pembelajaran.

e. Interaksi dengan linngkungan. Semua model pembelajaran menetapkan cara yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan belajarnya.

Dapat disimpulkan model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang mengikuti ciri-ciri model pembelajaran yang telah di tentukan jangan melewati dari ketentuan yang ada.

2.1.3 Fungsi dan tujuan Model Pembelajaran

Menurut Trianto (2010:53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Menurut Chauhan dalam Suyanto (2013:137) Model Pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:

(10)

b. Pengembangan kurikulum. Model pembelajaran dapat membantu dalam pengembangan kurikulum untuk satuan dan kelas yang berbeda dalam pendidikan.

c. Penempatan bahan-bahan pembelajaran. Model pembelajaran menetapkan secara rinci bentuk-bentuk bahan pembelajaran yang berbeda yang akan digunakan guru dalam membantu perubahan kepribadian siswa menjadi lebih baik.

d. Perbaikan dalam pembelajaran. Model pembelajaran dapat membantu proses pembelajaran dan meingkatkan keefektifan pembelajaran.

Oleh karena itu model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran, karena dengan model tersebut guru dapat menciptakan kondisi belajar yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.

Pada dasarnya model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk perancangan dan pelaksanaan proses pembelajaran, untuk itu pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dipelajari, tujuan dari kurikulum yang akan di capai dalam pembelajaran tersebut, dan untuk meningkatkan kemampuan siswa.

2.2 Model Isu Kontroversial

2.2.1 Pengertian Model Isu Kontroversial

Dalam proses pembelajaran sering kali siswa di tuntut untuk mampu berpikir kritis, akan tetapi banyak faktor yang menjadi penghambat seperti pembelajaran yang membosankan, kurang menariknya media pembelajaran, dan guru kurang menguasai materi untuk itu di harapkan dengan menggunakan Model Isu Kontroversial mampu menutupi kekurangan tersebut.

(11)

dalam suatu hal, maka itulah yang disebut isu kontroversial Wiriatmaja (dalam Indrawati, 2012:66).

Dari beberapa definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa model Isu Kontroversial adalah model pembelajaran yang sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran, karena dengan menggunakan model ini siswa bisa mengetahui Isu Kontroversial terkini.

Penerapan model Isu Kontroversial ini di harapkan mampu membangkitkan kemampuan berpikir kristis siswa dalam memahami isu-isu dan permasalahan yang terjadi di lingkungan kehidupan siswa dan juga siswa di harapkan mendapatkan hasil yang memuaskan. Siswa diajak mampu mengambil keputusan dengan alasan atau pertimbangan yang rasional didukung dengan fakta, konsep, dan prinsip yang akurat.

2.2.2 Langkah-langkah penerapan Model Isu Kontroversial

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Isu Kontroversial merujuk pada pendapat Wiriaatmadja (dalam Kokom, 2010:263) sebagai berikut:

1. Guru dan siswa melakukan brainstroming mengenai isu-isu kontroversial yang akan dibahas.

2. Siswa berkelompok memilih salah satu kasus untuk dikaji.

3. Siswa melakukan inkuiri, mengundang narasumber, membaca buku, mengumpulkan informasi lain.

4. Siswa menyajikan/mendiskusikan hasil inkuiri, mengajukan argumentasi, mendengarkan counter-argument atau opini lain.

5. Siswa menerapkan konsep, generalisasi, teori ilmu sosial untuk secara akademis menganalisis permasalahan.

(12)

1. Guru menyajikan materi yang mengandung isu kontroversial. Penyajian ini dapat dilakukan melalui penjelasan guru, atau siswa membaca dan mendengar isu kontroversial yang telah disiapkan guru.

2. Guru mengundang berbagai pendapat disertai argumentasi dari siswa mengenai isu tersebut. Pendapat-pendapat yang berbeda diidentifikasi sebagi isu kontroversial.

3. Isu kontroversial yang sudah dapat diidentifikasi dijadikan behan diskusi. Setiap orang dapat menjadi pembela dan penyerang suatu pendapat. Diskusi dilakukan ini untuk melihat kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penerapan model isu kontroversial adalah sebagai berikut : 1) guru atau siswa menyodorkan suatu kasus atau isu yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan di laksanakan, 2) guru membentuk kelompok siswa agar mampu membahas masalah atau isu yang telah di sajikan. 3) Perwakilan dari kelompok dapat menjadi pembela atau penyerang suatu pendapat tentang isu kontroversial di sertai alasan. 4) kemudian guru dan siswa menyimpulkan dan memberi saran terhadap pembelajaran yang telah terjadi.

2.2.3 Fungsi dan tujuan Model Pembelajaran Isu Kontroversial

Menurut Kokom Komalasari (2010:261-262) fungsi dan tujuan model Isu Kontroversial yaitu :

1. Melalui perbedaan pendapat tentang suatu isu maka meteri isu kontroversial secara langsung membangkitkan kemampuan berpikir seseorang. Melalui bacaan atau mendengar mengenai suatu kejadian maka ia secara sepontan bereaksi menentukan kepada pihak mana ia berada. Mungkin juga seseorang siswa memerlukan beberapa saat untuk dapat menentukan posisinya. Dalam hal seperti yang terakhir ini, maka guru harus dapat memainkan peran memancing siswa tadi untuk berpendapat.

(13)

kenyataan lapangan di berbagai tempat tertentu. Kenyataan yang demikian selalu hidup dalam ilmu-ilmu sosial dan oleh karena itu isu kontroversial adalah sesuatu yang alamiah dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial (Hasan, 1996:202).

3. Melalui pendapat yang berbeda, orang dapat mengembangkan pendapat baru yang lebih baik. Di sini terjadi proses analogis dan sintesis dalam berpikir. Atas dasar pebedaan pendapat ini, dinamika kehidupan akademik dan sosial terjamin dengan baik. Siswa yang terbiasa dengan berbagai pandangan yang berbada akan dapat menempatkan dirinya dan menyumbangkan pemikirannya sebagi anggota masyarakat secara baik. Perbadaan pendapat yang sering mereka alami di kelas akan pula menjadi dasar bagi mereka untuk terbiasa dengan kondisi semacam itu ketika mereka menjadi anggota masyarakat.

4. Model pembelajaran isu kontrovesial melatih siswa: (1) keterampilan akademis untuk membuat hipotesis, mengumpulkan evidensi, menganalisis data, dan menyajikan hasil inkuiri; (2) menghadapi kehidupan sosial yang kompleks dengan keterampilan berkomunikasi, menanamkan rasa empati, memengaruhi orang lain, toleran, berkeja sama, dan lain-lain; (3) isu-isu yang dibahas beguna untuk mempelajari studi kasus dengan memahami penggunaan konsep, generalisasi, dan teori ilmu-ilmu sosial (Wiriaatmadja, 2001:2).

Berdasarkan teori yang dikemukakan Kokom Kumalasari dapat di simpulkan fungsi dan tujuan model isu kontroversial adalah pertama membantu membangkitkan kemampuan berpikir seseorang terutama siswa, kedua dengan menggunakan model isu kontroversial apa yang di inginkan dari tujuan pembelajaran dapat terlaksana karena membahas isu terkini, ketiga berbagai pendapat akan muncul sehingga seseorang tau mana pendapat yang benar dan mana pendapat yang salah sehingga siswa dapat menerima pendapat tersebut.

2.2.4 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Isu Kontroversial

Menurut Wiriaatmadja (dalam kokom komalasari 2010:270) kelebihan menggunakan model pembelajaran Isu Kontroversial adalah :

(14)

b. Melatih siswa untuk menghadapi kehidupan sosial yang kompleks dengan keterampilan berkomunikasi, menanamkan rasa empati, memengaruhi orang lain, toleran, bekerja sama, dan lain-lain;

c. Karena isu-isu yang dibahas berguna untuk mempelajari studi kasus dengan memahami penggunaan konsep, generalisasi, dan teori ilmu-ilmu sosial.

Etin Solihatin (2012:95) mengemukakan bahwa :

“Keuntungan menggunakan model pembelajaran Isu Kontroversial adalah melalui pendapat yang berbeda orang dapat mengembangkan pendapat baru yang lebih baik. Di sini terjadi proses analogis, sintensis dalam berpikir. Atas dasar perbedaan pendapat itu dinamika kehidupan akademik dan sosial terjamin dengan baik”.

Dari beberapa teori yang dikemukakan dapat penulis simpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran Isu Kontroversial adalah dengan mengetahui pandangan atau pendapat yang berbeda-beda maka akan memberikan wawasan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa sehingga tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran dapat terjamin dengan baik.

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran Isu Kontroversial juga memiliki kekurangan dalam penerapannya.

Menurut Thomas Lickona (2012:402) mengemukakan bahwa:

“Mengingat menjadi moderator yang adil tidaklah mudah ketika seseorang guru memiliki perasaan yang kuat terhadap sebuah isu kontroversi. Hal tersebut membutuhkan komitmen yang tidak tergesa-gesa dari guru agar tidak berpihak pada salah satu pihak. Guru dapat menolong siswa sebagai moderator yang netral jika mereka mengemukakan keberpihakan mereka pada awal diskusi.

Menurut Solihatin (2012:96) mengemukakan kekurangan bahwa:

a. Isu Kontroversial tidak boleh menimbulkan pertentangan suku, agama dan ras.

(15)

c. Isu Kontroversial sebaiknya sesuatu yang sudah menjadi milik masyarakat.

d. Isu Kontroversial seyogianya berkenaan dengan masalah setempat, nasional maupun internasional.

Dari teori yang dikemukakan di atas penulis menyimpulkan bahwa kekurangan model pembelajaran Isu Kontroversial adalah guru haruslah bersikap netral pada saat menjadi moderator pada sebuah isu kontroversi jangan hanya mementingkan keinginan hati sendiri, selain itu kekurangan lainnya dalam model ini yaitu siswa memerlukan media yang menarik dan tidak menjemukan, sehingga pembelajaran menyenangkan dan tidak di anggap serius, hanya sebagian kecil siswa yang aktif dan adanya siswa yang tergantung pada siswa lain.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan dari proses pendidikan yang dapat diukur dan diamati dalam bentuk perolehan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Dalam peroses hasil belajar tidak hanya dilihat dari hasil akhir berupa test tetapi juga dapat di lihat dari proses pembelajarannya.

Dimyati & Mudjiono (2010:25) mengemukakan bahwa:

“Hasil belajar adalah proses untuk meningkatkan nilai belajar melalui kegiatan penelitian atau pengukuran dengan tujuan untuk mengetahui tngkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran yang di tandai dengan nilai berupa huruf, angka atau simbol”.

(16)

Jadi hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah di ajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

Keberhasilan belajar bukanlah yang berdiri sendiri, melainkan banyak yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Berbagai faktor dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut (Fathurrohman,2007:115) :

1. Tujuan 2. Guru

3. Peserta didik

4. Kegiatan pengajaran 5. Evaluasi

Sejalan dengan penjelasan diatas, Slameto (2003: 54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu ada dua yaitu :

1. faktor internal

faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam individu yang sedang belajar, yang meliputi:

a) faktor jasmaniah: faktor kesehatan, cacat tubuh.

b) Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan.

2. faktor eksternal

faktor esternal adalah segala faktor yang bersumber dari luar individu yang meliputi:

a) faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

(17)

waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat: kegiatan mahasiswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar bukanlah berasal dari siswa sendiri, akan tetapi adanya banyak faktor yang harus saling mendukung satu sama lain agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat terlaksana dengan baik.

2.4 Matapelajaran PPKn. 2.4.1 Pengertian PPKn.

Matapelajaran PPKn mempunyai arti sebagai suatu matapelajaran yang di dapat oleh siswa guna bekal mereka untuk dapat mencerminkan sebagai bangsa yang berkarakter sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:232) yang menyatakan bahwa:

Matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan matapelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dimanatkan Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Cholisin (dalam Winarno, 2013:6) Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia diartikan sebagai pendidikan politik yang fokus materialnya adalah peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warganegara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

(18)

2.4.2 Ruang Lingkup Mata Pelajaran PPKn

Berdasarkan Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:232-234) bahwa ruang lingkup matapelajaran PPKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap negara kesatuan republik indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap negara kesatuan reublik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan;

2. Norma, hukum dan peraturan meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib disekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional;

3. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM;

4. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara;

5. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan pertama, konstitusi-kontitusi yang pernah digunakan diindonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi;

6. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan, pemerintah daerrah dan daerah otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi;

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengalaman nila-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka;

(19)

Dalam undang-undang tersebut dijelaskan ruang lingkup matapelajaran PPKn adalah upaya untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Republik Indonesia.

2.4.3 Fungsi Matapelajaran PPKn

Matapelajaran PPKn yang diajarkan di sekolah-sekolah memiliki fungsi yang sangat baik di dalam menbentuk generasi mudah yang berahklak dan berbudi pekerti luhur yang berdasrkan pancasila dan UUD 1945 merupakan fungsi dari matapelajaran PPKn yang diajarkan disekolah.

Sistem Pendidikan Nasional (2003:2) menyatakan bahwa :“Matapelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, trampil, dan berkarakter yang setia membentuk dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat pancasila dan UUD 1945.”

Dari uraian mengenai fungsi matapelajaran kewarganegaraan dapatlah disimpulkan bahwa, matapelajaran PPKn memiliki fungsi yang cukup besar bagi pembentukan generasi penerus bangsa melalui pendidikan nasional, yang berdasarkan akan pancasila yang merupakan dasar negara Republik Indonesia. Tanpa adanya matapelajaran Kewarganegaraan tidak akan ada generasi penerus bangsa indonesia yang memilki moral, mental, dan spiritual, seperti apa yang telah diamanatkan oleh pancasila.

2.4.4 Tujuan dan fungsi Matapelajaran PPKn

(20)

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif, dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan berbangsa dan bernegara.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Menurut Winarno (2013:37) “PPKn bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa matapelajaran PPKn bertujuan untuk membentuk peserta didik yang berkualitas dan bertanggung jawab yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sehingga tujuan dari pendidikan dapat terlaksana sebagai mana mestinya.

2.4.5 Visi dan Misi Mata Pelajaran PPKn. 2.4.5.1 Visi Mata Pelajaran PPKn.

Dalam dunia pendidikan, mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran wajib di setiap pendidkan formal di Indonesia, dari tingkat SD, SMP dan SMA.

Berdasarkan Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:1) menyatakan Visi mata pelajaran pendidkan kewarganegaraan yaitu: “Mewujudkan suatu matapelajaran yang berfungsi sebagai sarana Pembina watak bangsa dan pemberdayaan warga negara”.

Maka dari itu mata pelajaran PPKn memiliki visi yang harus dicapai. Agar tujuan dari mata pelajaran PPKn dapat tercapai dengan baik.

(21)

PPKn merupakan salah satu mata pelajaran yang mengembangkan misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia yang berfungsi untuk membina dan mengembangkan konsep, nilai, moral sehingga membentuk jati diri manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan pancasila.

Misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:1), yaitu: “Membentuk warga Negara yang baik yakni warga Negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan undang-undang dasar 1945.

Maka dari itu mata pelajaran PPKn memiliki misi yang harus di jalankan yaitu untuk membentuk siswa atau anak didik menjadi warga Negara yang baik yang di amanatkan oleh pancasila dan undang-undang dasar.

2.5 Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan anggapan yang telah dipikirkan oleh si peneliti yang diyakini kebenarannya oleh si peneliti. Menurut Surakmad (dalam Arikunto, 2010:104), “Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik. Sedangkan menurut Arikunto (2010:104), “Anggapan dasar adalah suatu hasil diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas.”

Anggapan dasar yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Model Isu Kontroversial berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

2. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dalam diri individu (internal), dan dari luar (eksternal).

2.6 Kerangka Berpikir

(22)

Kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu :

Kerangka Berpikir

2.7 Hipotesis Penelitian

Untuk memudahkan penelitian ini perlu dirumuskan hipotesis sebagai bahan petunjuk dan pedoman dalam penelitian selanjutnya. Menurut sugiyono (2010:96) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan, dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis, yaitu Ha dan Ho”. Hipotesis penelitian tersebut adalah :

Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari penerapan Model Isu Kontroversial dalam meningkatkan Hasil belajar siswa pada matapelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur.

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan Model Isu Kontroversial dalam meningkatkan Hasil belajar siswa pada matapelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur.

model Isu Kontroversial adalah model pembelajaran yang sangat

membantu siswa dalam proses pembelajaran

Hasil Belajar banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di antaranya

model pembelajaran

Hasil yang di harapkan Dengan menggunakan model Isu Kontroversial bisa meningkatkan hasil

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti menentukan variabel-variabel penelitiannya. Pada penelitian ini terdapat dua variabel-variabel, yaitu variabel-variabel Independen dan Variabel Dependen. Menurut Sugiyono (2012:2), variabel adalah atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: Variabel Independen (Variabel x) : Penerapan Model Isu Kontroversial.

Variabel Dependen (Variabel y) : Hasil Belajar siswa di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Model Isu Kontroversial dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa belajar dengan aktif sehingga mendapatkan hasil belajar yang diharapkan.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dikelas secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

No Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan Memberikan aktivitas melalui pre-test, dan memberikan contoh kasus isu kontroversial yang dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi.

Mengeksplorasi

(24)

tingkat kelas sebelumnya atau pembelajaran yang telah diberikan.

Mendorong dan merangsang siswa untuk mengemukakan pendapat serta merumuskan hipotesis

Siswa menyimak penjelasan guru, mengutarakan ide-ide dan merumuskan hipotesis

Membina siswa untuk

mengklarifikasi pendapat dan ide-ide yang berbeda.

Melakukan klarifikasi pendapat dan ide-ide yang sudah ada

2 Pemfokusan Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks pemasalahan berkaitan dengan ide siswa

Menetapkan konteks permasalahan, memahami, mencermati bahan untuk mengeksplorasi konsep Membimbing siswa untuk

melakukan poses pengujian hipotesis

Melakukan pengujian, menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan konsep Menginterpretasi ide siswa dari

pendapat siswa yang berbeda.

Mempresentasikan ide kedalam kelompok dan juga kelas diskusi

3 Tantangan Mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar siswa.

Memberikan pertimbangan kepada siswa lain pendapat yang berbeda.

4 Aplikasi Membimbing siswa

mengklarifikasi ide baru, membimbing siswa menarik kesimpulan. Memberi post-test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap konsep.

(25)

3.3 Hasil Belajar

Yang dimaksud dengan hasil belajar disini adalah nilai yang didapat siswa berdasarkan hasil tes pada setiap akhir pelajaran. Tes berupa studi kasus dalam bentuk essay yang berupa permasalahan yang di tampilkan pada saat pelaksanaan Model Isu Kontroversial berjumlah 10 buah pertanyaan setiap satu kali pertemuan. Sehingga jumlah item soal selama 6 kali pertemuan yaitu 60 butir soal pertanyaan. Adapun indikator hasil belajar siswa adalah nilai tes formatif yaitu tes setelah penyampaian satu sub pokok bahasan.

3.4.Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi

Populasi merupakan bagian terpenting dalam melakukan suatu penelitian. Oleh sebab itu peneliti mempersiapkan populasi yang berkaitan dengan jenis penelitiannya. Menurut sugiyono (2010:117) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada table berikut:

TABEL 2

Nilai Rata-Rata Siswa pada Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang

No Kelas Jumlah siswa Nilai Rata-Rata

1 XI IPA 1 39 siswa 82.43

2 XI IPA 2 37 siswa 82.32

3 XI IPA 3 39 siswa 81.46

4 XI IPA 4 39 siswa 82.84

5 XI IPA 5 30 siswa 79.86

6 XI IPA 6 27 siswa 79.84

7 XI IPS 1 37 siswa 77.70

8 XI IPS 2 35 siswa 79.34

9 XI IPS 3 36 siswa 78.58

10 XI IPS 4 35 siswa 83.88

(26)

Total 390 siswa

-Sumber : Tata Usaha SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur tahun 2013

3.4.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel didapat dari sejumlah populasi yang dipersiapkan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah “jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan menurut Arikunto (2010:174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dari pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa populasi adalah mereka yang dijadikan wakil populasi yang akan diteliti oleh peneliti.

Sampel dari penelitian ini menggunakan Purposive sampling, bahwa sampel yang dipakai bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi berdasarkan atas tujuan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 dan kelas XI IPS 2. berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur diketahui bahwa penerapan model pembelajaran sudah cukup bervariasi. Berdasarkan nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) di ketahui bahwa sudah mencapai apa yang di harapkan yaitu 75. tetapi peneliti mengambil KKM kelas yang terendah dari kelas yang lainnya sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XI IPS 1 dengan nilai rata-rata 77.70.

Oleh karena itu berdasarkan daftar nilai yang ada, peneliti menggunakan SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur sebagai lokasi dalam penelitian ini. Berdasarkan langkah penarikan sampel tersebut kelas yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 yang berjumlah 30 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 2 yang berjumlah 29 orang sebagai kelas kontrol. Dalam pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel :

(27)

No. Kelas Jumlah siswa Keterangan

1. XI IPS 1 37 Orang Kelas eksperimen (data nilai siswa menggunakan model Isu Kontroversial ) 2. XI IPS 2 35 Orang Kelas kontrol (data nilai siswa

menggunakan Model Debate) Jumla

h

- 72 Orang

-Sumber : Tata Usaha SMA Negeri 1Belitang Kab. OKU Timur.

3.5. Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen

Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment tertentu (perlakuan) dalam kondisi yang terkontrol (Sugiyono, 2012:11). Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan metode quasi eksperimental design, adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:

Langkah-langkah eksperimen dalam penelitian ini adalah:

(28)

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai panduan peneliti dalam mengajar dan mengimplementasikan model pembelajaran isu kontroversial.

c. Untuk melihat hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka menggunakan pre-test dan post-test.

d. Setelah diperoleh nilai hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk melihat pengaruh penerapan model pembelajaran isu kontroversial terhadap hasil belajar siswa.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan dilakukan peneliti yaitu: 1. Kelas Eksperimen

a. Menentukan pokok bahasan dengan mengggunakan model pembelajaran isu kontroversial.

b. Mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa berdasarkan pedoman observasi hasil belajar.

2. Kelas Kontrol

a. Menentukan pokok bahasan yaitu penetapan SK dan KD kemudian disusun dalam satu perencanaan pembelajaran (RPP).

b. Menerapkan model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru bidang studi dalam hal ini peneliti menerapkan model pembelajaran yang paling biasa digunakan guru yaitu strategi pembelajaran ekspositori.

c. Mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa berdasarkan pedoman observasi hasil belajar.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

(29)

(2012:187) bahwa instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliable, apabila instrument tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengumpulan data secara sistematis sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Maka peneliti meggunakan dua metode pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu :

3.6.1 Observasi

Penelitian ini merupakan penelitian observasi yang mengamati objek secara langsung. Menurut Arikunto (2010:199), “Metode observasi adalah metode yang dilengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi”. Sedangkan Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012:196) “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan proses psikologis, yaitu proses pengamatan dan ingatan”.

Observasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan belajar peserta didik di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan keaktifan belajar peserta didik dilakukan pada kelas yang tidak diberi perlakuan dan selanjutnya di beri perlakuan.

3.6.2 Dokumentasi

(30)

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data secara umum yaitu mengenai jumlah siswa SMA Negeri 1 Belitang secara keseluruhan. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk memperoleh data hasil belajar yang telah dicapai siswa pada matapelajaran PPKn.

3.6.3 Tes

Dalam penelitian ini menggunakan tes untuk mengumpulkan data berupa kemampuan siswanya, menurut Arikunto (2010:266) test digunakan untuk mengukur kemampuan dasar antara lain: test untuk mengukur inteligensi (IQ), tes minat, tes bakat khusus, dan sebagainya.

Untuk itu tes disini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Dalam hal ini tes diberikan pada kedua kelas yang dijadikan sampel. Peneliti menggunakan instrumen berupa soal-soal. Tes ini akan diberikan pada setiap akhir pertemuan sebagai pengujian kepada peserta didik terhadap materi-materi pelajaran yang diajarkan dengan menggunakan model Isu Kontrovesial.

3.7. Teknik Analisa Data

(31)

terkumpul” (Sugiyono,2012:199). Teknikmenganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif dengan menggunakan bantuan SPSS versi 21. SPSS (Statistical Product and Service Solution) merupakan program aplikasi pengolahan data statistik yang mampu menganalisis data statistic dengan cukup mudah dan akurat (Sunjoyo dkk,2013:25).

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikanto,2010:211). Sedangkan menurut Nugroho (dalam Sunjoyo dkk, 2013:38-39) validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.

Uji Validitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 21 dengan Metode CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk menguji apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan sebuah variabel.

Langkah Validitas SPSS dengan Metode CFA 1. Klik Analyze-Dimension Reduction – Factor.

2. Pindahkan semua item pertanyaan ke kotak variables. 3. Pada kotak Descriptives, klik KMO dan Anti Image.

KMO bertujuan untuk melihat kecukupan sampel, Anti Image untuk melihat MSA.

4. Pada kotak Extraction, klik number of factors, masukkan sesuai angka variabel yang diteliti dalam hal ini ada 4 variabel yaitu BA, PQ, BL, dan KP.

5. Pada kotak Rotation, klik Varimax.

6. Pada Options, klik suppres absolute values less than, masukkan angka 0,40, sesuai besar maksimal factor loading.

(32)

 Jika probabilitas 0,05, H˃ o diterima

 Jika probabilitas 0,05, H˂ 0 ditolak

3.7.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas untuk menujuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagi alat pengumpulan data karena instumen tersebut sudah baik. (Sunjoyo dkk, 2013:211).

Langkah Reliabilitas SPSS Sebagai contoh: Variabel PQ

Dalam uji reliabilitas, memasukkan harus per variabel/ dimensi 1. Klik Analyze – Scale – Reability Statistics.

2. Pindahkan item PQ (PQ1, PQ2, PQ4, dan PQ5), hanya item yang valid yang boleh dilanjutkan ke kotak items.

3. Klik Statistics – Descriptive For (Scale, Item, Scale if item deleted), continue lalu Ok.

Kriteria penerimaan / penolakan :

 Jika 0,60 diterima˃  Jika 0,60 ditolak˂

3.7.3.Uji Normalitas Data

(33)

Menurut Ghozali (dalam Sunjoyo dkk, 2013:60) untuk mendekteksi normalitas data dapat juga dengan uji Kolmogorof Smirnov per variabel, atau kolmnogrof Smirnov dilihat dari nilai residual.

Langkah-langkah Uji Normalitas dengan menggunakan uji kolmogorof smirnov 1. Klik Analyze – Regression – Liner

2. Pindahkan Harga ke kotak Dependent ; EPS, ROA, ROE, DER ke kotak independent. Klik Save, unchecklist Mahalanobis Distances, checklist residuals unstandardized, lalu klik continue.

3. Klik Ok, hasil Res_1 keluar pada ujung peling kanan input data.

4. Klik Analyze – Nonparametric Tests – Legacy Dialogs – 1 Sample K-S. 5. Klik Unstandardized residuals pindahkan ke kotak test variable list. 6. Pastikan test distribution – normal telah di check list, lalu klik ok.

Uji Normalitas Data dapat di terima jika memiliki nilai sig di atas alpha 0,05 dilihat dari nilai residual.

3.7.4. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data perlu dilakukan untuk membuktikan kesamaan varians kelompok yang membentuk sampel tersebut dengan kata lain kelompok yang diambil dengan populasi yang sama.Uji homogenitas data ini dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat dengan menggunakan bantuan SPSS 21.

 Sig 5% : H˃ o diterima

 Sig 5% : H˂ o ditolak

(34)

Jika Fhitung >Ftabel ,maka varians homogen.

3.7.5 Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dinyatakan bahwa data yang ada terdistribusi normal dan homogen. Untuk melihat pengaruh penerapan model pembelajaran isu kontroversial terhadap hasil belajar siswa dapat dilakukan uji

hipotesis dengan menggunakan statistik parametris yaitu melalui uji-t dengan sampel berkorelasi atau berhubungan, yaitu membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan atau treatment dilakukan dengan program SPSS Paired Samples T-Test. Hipotesis yang diajukan adalah:

Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari penerapan Model Isu Kontroversial dalam meningkatkan Hasil belajar siswa pada matapelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur.

Ho :Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan Model Isu Kontroversialdalam meningkatkan Hasil belajar siswa pada matapelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Belitang Kabupaten OKU Timur.

Dengan df = n-1 dan ttabel = (1-α), pada taraf signifikansi 5% uji satu pihak kanan. Kriteria Ha diterima jika thitung>ttabel dan Ha ditolak jika thitung<ttabel.

Dengan tingkat signifikansi 0,05 (Tingkat kepercayaan 95%). Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis :

 P value (sig) α = H˃ o diterima

Gambar

TABEL 2

Referensi

Dokumen terkait

Sifat pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih besar pada lempung yang dipadatkan pada kering optimum dari pada yang dipadatkan pada basah optimum.. Lempung

cara menjaga kebersihan pada organ kewanitaan saat menjelang menstruasi dan setelah menstruasi, sertas dampak buruk yang terjadi jika tidak bisa menjaga kesehatan

terhadap matematika terdapat 2 pernyataan yang menghasilkan jumlah skor total sebesar 182. 2) Pada indikator menilai cara guru dalam menyampaikan pelajaran matematika

Segala Fuji Bagi Allah SWT yang Maha Perngasih lagi Maha Peyanyang Skripsi Ku Perscmbahkan kepada:^. Bak dan Umak yang tercinta *«* Ayuk dan Kakakku tersayang &lt;*

Pendidikan multikultural di SMA Ta- runa Nusantara Magelang dilakukan secara komprehensif, tidak hanya penyikapan yang adil di antara peserta didik yang berbeda aga- ma, ras,

Dalam mengemukakan arti strafbaarfeit sendiri, dijumpai adanya 2 pandangan yaitu pandangan monistis dan pandangan dualistis. 9 Pandangan Monistis, melihat dari keseluruhan

Dari beberapa pendapat tersebut mengenai langkah-langkah dalam model pembelajaran Problem Based Learning dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah dalam model

Profesionalisme merupakan salah satu hal utama yang harus dimiliki seorang auditor dalam menjalankan tugasnya dan merupakan syarat utama bagi profesi tersebut,