• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Kemenyan (Styrax spp)

Jayusman, dkk., (1999) pohon kemenyan termasuk ke dalam ordo

Ebenales, famili Styracaceae dan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu: (a) kemenyan durame (S.benzoine DRYAND), (b)

kemenyan bulu (S. paralleloneurum PERK), (c) kemenyan toba (S. sumatrana J.J.Sm) dan (d) kemenyan siam (S. tokinensis). Tetapi jenis

kemenyan toba dan durame yang paling umum dibudidayakan secara luas di Sumatera Utara. Jayusman, dkk., (1997) juga menambahkan jenis kemenyan alam yang kurang dikelolah di Sumatera Utara adalah kemenyan “Bulu” Styrax paralleloneurum PERK. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:

Divisio : Spernatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dikotiledonae Ordo : Ebeneles Family : Styraceae Genus : Styrax Spesies : Styrax spp

Potensi dan Penyebaran Kemenyan

(2)

pantai barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu pohon ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara jenis kemenyan sampai saat ini masih dibudidayakan secara luas di daerah Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah) dan Kabupaten Dairi (Jayusman, dkk., 1999).

Tanaman kemenyan merupakan tanaman terluas yang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu pada tahun 2011 seluas 16.181,50 Ha. Tanaman kemenyan tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara, sebagaimana dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara No. Kecamatan

Luas Tanaman (Ha) Tanaman Menghasilkan (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Kg/Ha) 1 Parmonangan 1,574.00 1,474.50 388.46 263.45 2 AdianKoting 2,700.00 2,088.00 524.07 250.99

3 Sipoholon 441.00 334.00 83.08 248.74

4 Tarutung 925.00 784.25 220.66 281.36

5 SiatasBarita 53.00 38.00 11.27 296.58 6 PahaeJulu 2,083.00 1,806.25 521.97 288.98 7 Pahae Jae 556.00 429.00 138.03 321.75

8 Purbatua 541.00 372.00 85.13 228.84

9 Simangumban 115.00 94.00 26.03 276.91 10 Pangaribuan 5,086.50 4,821.50 1,031.61 213.96

11 Garoga 522.00 346.50 127.49 367.94

12 Sipahutar 1,448.00 1,241.25 437.99 352.86 13 Siborong-borong 132.00 71.50 20.57 287.69

14 Pagaran 25.00 18.25 5.66 310.14

15 Muara 7.00 4.50 1.26 280.00

Jumlah 2011 16,208.50 13,923.50 3,623.28 260.23 2010 16,181.50 13,923.50 3,623.28 260.23 2009 16,413.00 13,906.50 3,625.86 260.73 2008 16,413.50 13,906.50 3,625.86 260.73 2007 16,395.00 13,878.75 3,634.12 261,85 Sumber: Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka, 2012.

(3)

kemenyan pada tahun 1990 adalah lebih kurang 22.793 ha. Kabupaten Tapanuli Utara memiliki tanaman paling luas yaitu 21.119 ha dengan produksi sekitar 4.000 ton. Pada tahun 1993 luas tanaman kemenyan di Tapanuli Utara adalah 17.299 hektar dengan produksi 3.917 ton (Sasmuko, 2003).

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki berbagai potensi alam, salah satunya kawasan hutan. Kawasan hutan menurut fungsinya terdiri dari hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan lindung dan hutan konservasi. Luas kawasan hutan pada tahun 2011 di Kabupaten Tapanuli Utara tercatat 268.281,24 Ha, terdiri dari hutan produksi terbatas seluas 106.354,75 Ha, hutan produksi tetap seluas 104.135,83 Ha, hutan lindung seluas 55.562,15 Ha, dan hutan konservasi seluas 2.228,51 Ha (BPS Tapanuli Utara, 2012).

Jenis Kemenyan

Menurut Sasmuko (2003) terdapat dua jenis kemenyan yang dikembangkan oleh masyarakat khususnya petani di Kabupaten Tapanuli. Kedua jenis ini adalah kemenyan toba dan kemenyan durame. Kedua jenis ini dapat dibedakan dari aroma dan warna getah yang dihasilkan, yaitu aroma getah toba lebih tajam dengan warna yang lebih putih dibandingkan kemenyan durame. Secara botani kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk dan ukuran daun. Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat memanjang (oblongus). Kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi oleh masyarakat karena dalam perdagangan lokal getahnya lebih tinggi dibandingkan dengan kemenyan durame.

Syarat dan Tumbuh Kemenyan

(4)

Iklim

Sasmuko (2003) menyatakan bahwa kemenyan termasuk jenis tanaman setengah toleran. Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari dan setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu, untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Indriyanto (2008) pada kondisi iklim dan tanah yang berbeda-beda, akan dijumpai hutan dengan komposisi jenis vegetasi serta jumlah yang berbeda pula. Masing-masing pohon yang tumbuh pada tempat tersebut menghendaki persyaratan tempat tumbuh tertentu.

Tanaman kemenyan memerlukan banyak cahaya matahari dan curah hujan yang cukup tinggi dan tersebar merata hampir sepanjang tahun berkisar 1916 – 2395 mm/tahun, suhu bulanan 17 – 29 0C dan kelembaban rata-rata 85,04% dengan tipe iklim Schmidt dan Ferguson A dan B. Keadaan iklim sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kemenyan yang diusahakan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999)

Tanah

(5)

dataran rendah sampai ketinggian 1500 mdpl. Jenis tanaman ini tumbuh pada keadaan lapangan dari mulai datar sampai berbukit-bukit /bergelombang (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Ciri Morfologis Kemenyan

Secara morfologis tanaman kemenyan mempunyai ciri-ciri antara lain:

Pohon

Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan diameter 60-100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dan kulit berwarna merah anggur (Jayusman, dkk., 1999). Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau merah keunguan.

Daun

Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk oval bulat, bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing. Panjang daun dapat mencapai 4-15 cm dengan lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5-13 cm, helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan bawah agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis toba

lebih gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame (Jayusman, dkk., 1999).

Bunga

(6)

atau malai pada ujung atau ketiak daun. Buah masak berbentuk bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman, dkk., 1999).

Buah dan Biji

Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5-3 cm. Biji kemenyan berukuran 15-19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras, hal ini dibuktikan buah kemenyan yang masih normal dan buah tida rusak walaupun sudah beberapa bulan jatuh dari pohonnya. Bentuk buah dan biji kemenyan bervariasi sesuai dengan jenisnya. Biji kemenyan toba warna coklat tua dan lebih gelap dibandingkan jenis durame maupun bulu.bentuk buah dan biji dapat digunakan untuk membedakan jenis kemenyan dibandingkan bagian tanaman kemenyan lainnya (daun, batang dan sebagainya) Kemenyan diperbanyak dengan biji. Musim berbunga dan berbuah jenis Styrax benzoin pada bulan Desember –

Januari. Buah yang masak disukai oleh tupai, rusa dan babi hutan (Jayusman, dkk., 1999).

Manfaat dan Kegunaan Kemenyan

Pohon kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, rehabilitasi lahan, sekat bakar, penghara industri pulp, maupun untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna

kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida (Pinyopusarerk, 1994 dalam Bangun, 2008).

(7)

yang dipasarkan baik lokal maupun ekspor pada umumnya masih berupa bahan mentah (raw material). Pengolahan kemenyan menjadi bentuk barang setengah jadi (semifinal goods) atau barang jadi (final goods) berupa hasil-hasil ekstrak sesuai dengan kandungan kimianya belum ada industri yang melakukannya di Sumatera Utara. Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secara umum masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan tradisional atau religius (Sasmuko 2003).

Sebagian besar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara lain industri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industry pangan. Ekstraksi kimia getah kemenyan menghasilkan tincture dan

benzoin resin yang digunakan sebagai fixative agent dalam industri parfum. Ekstraksi kemenyan juga dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang diperlukan oleh industry farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl benzoat, sodium benzoat, benzophenone, dan ester aromatis

(Sasmuko 2003). Pemasaran Kemenyan

(8)

bersifat semi tertutup karena adanya monopoli yang dilakukan oleh pedagang besar, sehingga dapat merugikan para pedagang kecil dan menengah. Dalam hal ini pedagang kecil dan menengah adalah pengumpul desa dan kecamatan.Hal ini disebabkan oleh sebagian petani merupakan pengumpul desa. Disamping itu para pengumpul desa langsung turun ke wilayah sekitar hutan untuk membeli kemenyan sehingga petani tidak mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dan transportasi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kemenyan yang dihasilkan petani tidak selalu banyak sehingga petani lebih baik menggunakan pola pasar I. Kriteria efisiensi pemasaran adalah margin pemasaran, distribusi keuntungan dan volume penjualan (Simanjuntak, 2012).

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani selama pengambilan getah merupakan biaya kebutuhan para petani dalam mengambil getah kemenyan. Petani biasanya bertahan di hutan selama seminggu untuk mengambil getah kemenyan. Selama seminggu petani mengeluarkan biaya, diantaranya biaya pangan sebesar Rp.170.000, biaya transportasi Rp.30.000 dan biaya kebutuhan lainnya Rp.50.000. Sedangkan hasil yang didapatkan sebesar 10-12 kg. Sehingga didapat biaya produksi sebesar Rp.25000/kg (Simanjuntak, 2012).

Kualitas Getah Kemenyan

(9)

• Kualitas I

Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih besar dari 2 cm.

• Kualitas II

Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan berdiameter 1-2 cm.

• Kualitas III

Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.

• Kualitas IV

Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan mutunya dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata halus.

• Kualitas V

Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit sewaktu melakukan pembersihan.

• Kualitas VI

Kemenyan abu ialah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu kasar.

(10)

Tabel 2. Standart Lokal Kualitas Kemenyan

Kualitas Mutu

I II III IV Abu

Warna Putih Putih Kekuningan Putih Kekuningan Coklat Kemerahan Campur Ukuran (cm) L: 3-4 P: 5-6 L: 2-3 P: 3-5 L: 1-2 P: 2-3 L: 0,5-1 P: 1-2 Bentuk Kerikil Pasir Sumber: Standart Industri Indonesia (SII) No.2044-1987

Penyadapan Getah Kemenyan

Sasmuko (2003) menyatakan pohon kemenyan yang berdiameter lebih kurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum dilakukan penakikan, terlebih dahulu kulit batang pohon dibersihkan dari kotoran seperti lumut, kulit kering. Kulit yang tidak bersih akan mempengaruhi kualitas kemenyan yang dihasilkan karena banyak kotoran. Setelah kulit dibersihkan, batang pohon kemenyan ditakik dengan pisau takik yang disebut panugi.

Kegiatan menakik dimaksudkan untuk membuat luka pada kulit dan membuat rongga diantara kulit dan batang (kayu) di mana akan terbentuk resin yang menggumpal dan mengering dalam rongga tersebut. Selain resin yang menggumpal dalam rongga antara kulit dan batang ada juga resin yang meleleh keluar. Setelah 3 bulan penakikan, kemenyan dipanen dan dipisahkan antara kemenyan yang berasal dari dalam dan luar kulit. Selanjutnya disortir berdasarkan besar kecilnya butiran sesuai dengan pembagian kualitas kemenyan yang ada di pasaran (Waluyo, 2011).

(11)

Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru

Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur, secara geografis terletak antara 98° 53’ - 99° 26’ Bujur Timur dan 02° 03’ - 01° 27’ Lintang Utara. Hutan alami (primer) di Batang Toru yang tersisa saat ini diperhitungkan seluas 136.284 hadan berada di Blok Barat seluas 81.344 ha dan di Blok Timur seluas 54.940 ha. Secara administratif berada di 3 Kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Kabupaten Tapanuli Utara: Kawasan hutan Batang Toru yang termasuk kedalamdaerah Tapanuli Utara adalah seluas 89.236 ha atau 65,5% dari luas hutan. Air dari hutan Batang Toru di Tapanuli Utara mengairi persawahan luas di lembah Sarulla dan hulunya dari DAS Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli Utara. Pegununganyang paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara (Dolok Saut 1.802 m dpl) (YEL, 2007).

(12)

sebagai hutan lindung oleh kabupaten-kabupaten yang ada di Tapanuli (YEL, 2007).

Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara

Tapanuli Utara Dalam Angka (2012) secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98 05"-99 16" Bujur Timur (BT).Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengahdan Kabupaten

Humbang Hasundutan,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu, • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten TapanuliSelatan.

Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting

Adiankoting dalam Angka (2012),secara geografis kecamatan Adiankoting terletak pada koordinat 98o50’21,37’’ BT – 01o58’40,02’’ Lintang Utara. Kecamatan Adiankoting terletak 400-1.300 mdpl dengan luas kecamatan 502, 90 Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat kecamatan tentangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung. • Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan

(13)

Kecamatan Adiankoting terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Pagaran Lambung I, II, III, IV, Sibalanga, Pagaran Pisang, Adiankoting, Dolok Nauli, Banuaji I, II, IV, Pansur Batu, Pardomuan Nauli, Siantar Naipospos, Pansur Batu I dan II. Luas lahan untuk hutan kemenyan adalah 2.088 ha dengan produksi kemenyan 524,07 ton/tahun. (Adiankoting dalam Angka, 2012).

Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi dalam ekologi tumbuhan adalah cara untuk mempelajari struktur vegetasi dan komposisi jenis tumbuh-tumbuhan.Struktur vegetasi dapat didefenisikan sebagai organisasi individu-individu tumbuhan dalam ruang yang membentuk tegakan dan secara lebih luas membentuk tipe vetasi atau asosiasi tumbuhan. Penguasaan suatu jenis terhadap spesies lainnya ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan hasil dari penjumlahan kerapatan relatif (KR), frekuensi relaratif (FR), dan dominansi relatif (DR). Frekuensi suatu jenis menunjukkan penyebaran suatu jenis dalam suatu arela. Semakin merata penyebaran jenis tertentu, nilai frekuensi semakin besar sedangkan jenis yang nilai frekuensinya kecil, penyebarannya semakin tidak merata. Kerapatan suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau banyaknya suatu jenis persatuan luas. Dominansi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan penguasaan sautau jenis terhadap jenis lain pada sautu komunitas (Kainde, dkk 2011).

(14)

atau stabil menandakan jenis vegetasi variasinya tinggi didukung oleh faktor lingkungan yang prima untuk semua jenis yang hidup dalam habitat bersangkutan (Odum, 1993 dalam Faza, 2012).

Indeks kemerataan menunjukkan kelimpahan individu organisme yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks kemerataan relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis organisme mempunyai kemerataan yang merata. Menurut Magurran (1988) dalam Faza (2012) indeks kemerataan berkisar 0-1, nilai E mendekati 0 maka sebaran individu antar jenis tidak merata dan terjadi dominansi suatu jenis dan apabila nilai E mendekati 1 maka sebaran individu antar jenis merata. Penggolongan hasil Indeks Kemerataan (E) adalah 0,00-0,24 tidak merata: 0,26-0,55 kurang merata: 0,51-0,75 cukup merata: 0,76-0,95 hampir merata: dan 0,96-1,00 merata.

Purposive Sampling

Gambar

Tabel 1. Luas dan Produksi Kemenyan di Kabupaten Tapanuli Utara
Tabel 2. Standart Lokal Kualitas Kemenyan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian potensi kemenyan ini berada pada kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan

tanaman-tanaman yang tumbuh liar yang berkhasiat sebagai tumbuhan obat di. kawasan hutan yang berada di hutan Batang Toru,

Rotan umumnya tumbuh secara alami, menyebar mulai daerah pantai hingga pegunungan, pada elevasi 0 - 2900 m di atas permukaan laut, secara ekologis rotan tumbuh dengan subur

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, dan besarnya produksi getah kemenyan beberapa pohon yang diambil di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, dan besarnya produksi getah kemenyan beberapa pohon yang diambil di hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan

Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada kawasan Batang Toru.Adiankoting

Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik andalan Sumatera Utara.. Makalah Seminar Nasional Himpinan Alumni-IPB HAPKA Fakultas Kehutanan IPB

DONNA CHRISTY PANDIANGAN: Potensi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli