• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Sosial Dalam Pemberhentian Penebangan Hutan (Studi Kasus tentang Gerakan Sosial Pemberhentian Penebangan Hutan Tele di Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gerakan Sosial Dalam Pemberhentian Penebangan Hutan (Studi Kasus tentang Gerakan Sosial Pemberhentian Penebangan Hutan Tele di Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang telah berpijak akan menjadi negara maju. Secara global, Dunia menyapakati pembangunan yang mmperhatikan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang disepakati dalam prinsip Deklarasi Rio di Jeneiro Brasil pada tahun 1992. Di dalam Prinsip Pertama Deklarasi Rio ini bahwa semua negara harus menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan. Manusia menjadi pusat perhatian dalam pembangunan berkelanjutan. Manusia berhak atas kehidupan yang sehat dan produktif, selaras dan harmoni dengan alam.

(2)

petani dalam bercocok tanam. Permasalahan tersebut tentu menghambat atau bahkan mengurangi tingkat kesejahteraan manusia itu sendiri.

Selain hal tersebut, bahwa masyarakat global diperhadapkan juga dengan tantangan sebagai berikut; a) Bumi akan dihuni oleh populasi manusia yang masih akan meningkat baik dalam jumlah maupun laju pertumbuhannya. Selanjutnya penduduk Bumi yang jumlahnya sekitar 6-7 milyar jiwa di awal abad-21 yang lalu akan menjadi sekitar 12-14 milyar jiwa di akhir abad 21. Selanjutnya b) Kesenjangan kondisi ekonomi antara negara maju dengan negara berkembang akan semakin jauh, c) Keperluan pangan bagi penduduk di negara sedang berkembang akan terus meningkat, namun peningkatan produksi pangan yang berarti justru berlangsung di negara maju

AN_LINGKUNGAN/PB.pdf, diakses pada pukul 10: 50 WIB tanggal 17 Juli 2014)

Oleh karena itu, lingkungan hidup merupakan aspek yang sangat penting untuk mendukung kesejahteraan manusia di masa sekarang demikian juga di masa yang akan datang. Perlu ditekankan bahwa lingkungan hidup berserta sumber daya alam yang ada di dalamnya merupakan alat pemuas kebutuhan manusia yang memiliki keterbatasan.

Di dalam konsep Pembangunan Berkelanjutan, ada 3 (tiga) dimensi yang harus diperhatikan yaitu aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Di dalamnya terkandung dua gagasan penting, yaitu:

(3)

b) Gagasan keterbatasan, yakni keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa kini maupun masa yang akan datang,

Hal tersebutlah yang melatarbelakangi lahirnya kelompok- kelompok penggiat sosial dan lingkungan yang berkerja sama untuk melawan segala bentuk tindakan eksploitasi terhadap lingkungan dan segala bentuk penindasan bagi masyarakat miskin. Seringkali kita melihat banyaknya perusahaan – perusahaan multi nasional yang melakukan tindakan ekspansi besar- besaran yang dapat merugikan ekosistem alam dan merugikan masyarakat di sekitar lahan produksinya.

Upaya gerakan masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya bahwa pembangunan tidak serta merta hanya pada pengelolaan berbasis ekonomi. Melainkan harus memperhatikan perhatian pada kondisi lingkungan alam dan lingkungan sosial. Dimana pada dasarnya hal tersebut sangat berpengaruh erat dengan kondisi kesejahteraan manusia. Oleh sebab itu permasalahan tersebut sudah barang tentu tidak hanya bisa diselesaikan oleh pemerintah. Melainkan semua elemen di tengah- tengah masyarakat harus membuka mata untuk turun tangan memberikan tindakan dalam mencegah atau setidaknya memperlambat laju permasalahan lingkungan hidup tersebut.

(4)

Indonesia sebagai salah satu negara yang berlimpah ruah kekayaan alam termasuk hutan di dalamnya. Data dari World Wide Fund for Nature (WWF) bahwa Indonesia merupakan negara pemilik hutan terbesar ketiga setelah Brazil dan Kongo. Potensi hutan Indonesia mampu menyerap pendapatan negara sebesar 3 triliyun per tahun yang terakumulasi dalam Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP) (http://www.wwf.or.id. diakses pada tanggal 16 April 2014 pada pukul 15.00 WIB)

Potensi tanah dan kekayaan alam Indonesia yang besar selalu dijadikan andalan pembangunan. Pada masa pemerintahan orde baru, tanah dan kekayaan alam adalah modal dasar pembangunan nasional. Ketika rezim berganti, pembangunan ekonomi di tingkat nasional dan daerah juga tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan pada tanah dan kekayaan alam termasuk dalam hal ini hutan sebagai irisan didalamnya.

(5)

juta hektare atau setara dengan Rp 71,28 triliun

Demikian juga dengan keadaan hutan di Sumatera Utara, secara lebih khusus data tentang permasalahan kehutanan di Sumatera Utara diuraikan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara bahwa kawasan hutan Propinsi Sumatera Utara adalah seluas ± 3.848.358 Ha. Luas kawasan hutan ini mencakup 53,7% dari luas propinsi Sumatera Utara. Laju kerusakan hutan alam di provinsi ini sudah pada tingkat yang sangat memprihatinkan. Berdasarkan data Departemen Kehutanan pada tahun 2003, kerusakan hutan di Sumatera Utara sendiri mencapai 76.000 hektar per tahun dalam kurun waktu tahun 1985 – 1998. Sampai akhir November 2004 kerusakan hutan yang disebabkan penebangan liar (illegal logging) dan kebakaran hutan di Provinsi Sumatera Utara mencapai 694.295 hektar, data Hutan Lindung mencapai 207.575 hektar, Hutan Konservasi 32.500 hektar, Hutan Bakau 54. 220 hektar dan Hutan Produksi sekitar 400. 000 hektar 18 WIB)

(6)

besar ini disambut baik oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat kala itu, akan tetapi akhirnya terjadi penolakan berupa gerakan sosial karena keberadaan perusahaan industri ini tidak membawa peningkatan kesejahteraan yang berarti bagi masyarakat sekitar, namun sebaliknya telah menimbulkan pencemaran, dan juga terjadinya penurunan permukaan air Danau Toba. Yang secara keseluruhan disepanjang pinggiran danau ini akan berdampak bagi penambakan ikan yang diusahakan oleh peternak ikan. Tentu akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat (Manurung, dkk. 42: 2000)

Gerakan sosial yang terjadi pada saat itu adalah gerakan sosial masyarakat Tapanuli Utara dan Toba Samosir (pada saat itu, belum terjadi pemekaran kabupaten yang saat ini terbagi menjadi 2 kabupaten lagi, yakni kabupaten Samosir dan Kabupaten Humbang Hasundutan). Kejadian penolakan kehadiran PT. Inti Indorayon Utama ini tercatat dalam sejarah masyarakat Batak yang termasuk lembaga keagamaan pada saat itu yakni terjadi perpecahan dalam gereja HKBP yang mengalami konflik akibat terjadinya penolakan kehadiran perusahaan asing yang eksploitatif tersebut.

Berdasarkan data luas hutan Kabupaten Samosir yang ada hingga tahun 2005, kawasan gundul/kritis yakni seluas 12.939,75 hektar dan kawasan Inlijving ( Inlijving adalah penyerahan tanah masyarakat kepada pemerintah Republik Indonesia untuk dijadikan kawasan hutan negara) seluas 9.320 hektar. Lahan kritis yang terluas terdapat di kecamatan Harian dan Si Tio-Tio masing-masing 10.357 hektar dan 3.165 hektar

(7)

Kehidupan masyarakat di Kabupaten Samosir sangat erat hubungannya dengan keberadaan hutan. Masyarakat di Kabupaten Samosir mayoritas menggantungkan kehidupan dari sektor pertanian tentu sangat bergantung juga pada keberadaan dan kelestarian hutan yakni untuk menjaga siklus pengairan lahan pertanian. Selain itu, keberadaan hutan di kawasan Samosir juga sangat erat hubungannya terhadap kelestarian Danau Toba. Danau Toba merupakan sumber kehidupan untuk mahluk hidup disekitar. Selain itu, kelestarian Danau Toba harus dijaga karena juga sangat erat pengaruhnya atas keberlangsungan pembangkit listrik di PLTA Sigura- gura. Artinya, keberadaan hutan di Samosir dan disekitar Danau Toba harus dijaga eksistensinya demi menjaga kestabilan kehidupan disekitar.

Penggundulan hutan ini mengakibatkan berbagai kerugian yang dialami oleh masyarakat disekitar kabupaten Samosir. Sebagai contohnya adalah kejadian tanah longsor di Desa Bonan Dolok Kecamatan Sianjur Mula- Mula pada tanggal 12 Desember 2012 yang mengakibatkan rusaknya saluran irigasi dan rusaknya lahan persawahan milik warga. Selain itu, kejadian banjir bandang yang terjadi di desa Habeahan Kecamatan Sianjur Mula- Mula yang mengakibatkan jebolnya tanggul penahan air dan jembatan penghubung menuju lahan pertanian warga pukul 13: 14 WIB pada tanggal 2 Mei 2014)

(8)

yang pemiliknya adalah salah satu anggota DPRD Kabupaten Samosir yag bernama Jonni Sihotang yang menjabat sebagai wakil ketua pada masa periode 2009- 2014.

Berbagai media massa telah meliput kasus ini dan menjadi perhatian nasional sampai kepada Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup, bahkan DPR RI Komisi VII juga menyorot kasus ini. Hal yang menjadikan kasus ini semakin terangkat disebabkan oleh adanya upaya masyarakat untuk menentang kehadiran PT. Gorga Duma Sari dalam melakukan kegiatan untuk menebang pohon yang ada di Hutan Tele. Upaya penolakan kehadiran PT. Gorga Duma Sari ini adalah upaya dari masyarakat yang membentuk sebuah kekuatan massa yang menyarankan pemerintah pada saat itu untuk menerbitkan kebijakan yang pro terhadap aspirasi mereka. Kehadiran masyarakat dalam hal ini disebut sebagai sebuah gerakan sosial, yaitu perilaku yang memiliki kekuatan untuk melakukan perlawanan yang memiliki tujuan bersama.

Menurut pemberitaan Kompas pada Minggu, 2 Juni 2013 bahwa PT. Gorga Duma Sari (GDS) tidak mengindahkan desakan penghentian penebangan hutan Tele tersebut. Meski surat pemberhentian sementara operasional di lokasi hutan sudah dilayangkan Pemerintah Kabupaten Samosir pascaaksi 2 kali demonstrasi yakni pada tanggal 8 April 2013 dan 10 Juni 2014. Akan tetapi pemilik PT Gorga Duma Sari masih terus melakukan penebangan hutan hingga sampai resmi ditutup pada bulan Maret 2014 atas surat izin penutupan dari Kementarian Lingkungan Hidup RI (lihat lampiran 1.I).

(9)

demonstrasi. Gerakan yang digalakkan oleh elemen masyarakat dan oleh beberapa LSM dan organisasi keagamaan yang menamakan diri dengan nama Forum PESONA (Forum Peduli Samosir Nauli). Forum PESONA merupakan gabungan dari berbagai elemen sebagai berikut; STKS (Serikat Tani Kabupaten Samosir) PSE Caritas Keuskupan Medan, JPIC Kapusin Medan, HKBP Distrik VII Samosir, Yayasan Raja Lintong Situmorang, para perantau Samosir, Kelompok Swadaya Prakarsa dan Pengembangan Masyarakat (KSPPM), Komunitas Samosir Greeen, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Wilayah Samosir, LSM Perintis, SLTF (Save Lake Toba Foundation), yang tergabung dalam Forum PESONA (Peduli Samosir Nauli). Gerakan yang diperjuangkan oleh Forum PESONA ini menjadikan Kementerian Lingkungan Hidup, Komisi VII DPR RI untuk turun ke lokasi penebangan hutan Tele untuk melakukan penyegelan untuk pemberhentian sementara operasi PT. Gorga Duma Sari

(10)

sisi lain, sebahagian masyarakat di Desa Hariara Pintu ini mendukung keberadaan perusahaan ini. Disisi lain ada juga masyarakat yang tidak mau tahu tentang kasus ini. Penulis menarik melihat kasus ini untuk melihat gambaran yang terjadi mengapa terjadi respon yang berbeda ditengah- tengah masyarakat lokal atas keberadaan perusahaan ini.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Gerakan Sosial Dalam Pemberhentian Penebangan Hutan (Studi Kasus tentang Gerakan Sosial Pemberhentian Penebangan Hutan Tele di Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir)

1.2. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini dan agar memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan data dan fakta yang ada ke dalam penulisan, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah

a. Bagaimana peranan Gerakan Sosial Forum PESONA dalam pemberhentian penebangan hutan Tele?

b. Bagaimana proses gerakan sosial Forum Pesona hingga sampai berhentinya operasi perusahaan PT. Gorga Duma Sari?

(11)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan gerakan sosial Forum Pesona pemberhentian penebangan hutan Tele.

2. Untuk mengetahui proses gerakan sosial yang diorganisir oleh Forum PESONA dalam pemberhentian penebangan hutan PT. Gorga Duma Sari

3. Untuk mengetahui respon masyarakat Desa Hariara Pintu sebagai masyarakat lokal terhadap gerakan sosial yang digerakkan Forum PESONA.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah refrensi ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam studi Gerakan Sosial (Social Movement ) dan Lingkungan Hidup.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian kualitatif di bidang ilmu kesejahteraan sosial.

1.4. Sistematika Penulisan

(12)

Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran,

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan deskripsi umum objek penelitian, BAB V : TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini berisikan hasil temuan dan analisis data BAB VI : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Bila ingin mengatur posisi cursor agar berada pada baris ke-2 kolom ke-5, maka setelah mengirimkan command Locate DDRAM diikuti dengan data kolom bernilai “04h” kemudian data

Penelitian yang dilakukan pada home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo menunjukkan bahwa masih banyak intensitas penerangan setempat yang tidak memenuhi standar

Salah satu yang dapat dilakukan PT Semen Padang yaitu mengidentifikasi setiap risiko yang berhubungan dengan proses produksi baik itu dari bagian tambang sampai

Bersama ini kami sampaikan laporan hasil penjmbn produk PnOGIU, Pf,OS(r$C, d3r ?H}|EllC di area Sumatara Barat @a bulan Aprf, Zltli, Adapun hasil penirnhn

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT.. TOTAL LABA (RUGI)

as dissolved N from the abalone tanks Table 2.. Neori et al. Fifty six% of the input was unassimilated nitrogen, released from the fish tank as ammonia and feces. Seaweed

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio campuran fly ash , aspal dan polipropilen untuk menghasilkan genteng polimer dengan kualitas terbaik dan

Pernyataan di atas memberi gambaran seberapa ketatnya konstitusi Kerajaan Aceh memberlakukan hukum Islam di wilayahnya. Hal ini mengantar pada pertanyaan berikutnya tentang