PARTISIPASI MASYARAUT DALAM PENGELOLAAN
EKOSISTEM MANGROVE PULAU KECIL BERPENGHUNI
(Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari,
Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)
OLEH:
BUDIYATNO
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
BUDIYATNO. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekositem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta). Dibimbing oleh Dietriech G. Bengen dan Sugeng Budiharsono.
Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau karang di wilayah DKI Jakarta
yang terdiri dari 110 pulau yang tersebar secara tidak teratur, beberapa diantaranya masih memiliki ekosistem vegetasi lokal yang bagus. Keberadaan vegetasi lokal di wilayah Kepulauan Seribu terdapat pada beberapa pulau, terdiri atas vegetasi
mangrove dan vegetasi pantai. Pulau Lancang Besar merupakan bagian dari
Lepulauan Seribu, memiliki luas daratan 15,13 Ha dan merupakan salah satu pulau
berpenghuni di kawasan Kepulauan Seribu yang masih memiliki eksosistem
mangrove yang cukup bagus. Di pulau ini terdapat kurang lebih 16,5 Ha lahan
mangrove yang mengelilingi sebagian pulau, namun sebanyak 5 Ha merupakan
kawasan yang kondisinya sudah sangat rusak, sedangkan sisanya sekitar 11,5 Ha, masih terjaga kelestariannya dan merupakan daerah yang cukup potensial dalam menunjang keanekaragaman biota laut di perairan Teluk Jakarta pada umurnnya dan Kelurahan Pulau Pari khususnya.
Permasalahannya adalah: tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove d m faktor-faktor karakteristik masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi dalam upaya pengelolaan ekositem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat partisipasi masyarakat serta mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh didalamnya beserta strategi yang perlu dikembangkan dalam pengembangan ekosistem mangrove.
Faktor karakteristik masyarakat yang berpengaruh terhadap responden hanya umur untuk penduduk pendatang, sedangkan untuk penduduk tetap tidak satu pun faktor karakteristik yang berpengaruh. Hal ini terjadi karena bagi pendatang, kelompok usia tua sudah berpengalaman dalam berinteraksi dengan masyarakat lain dan mudah menerima akulturasi budaya baru, jadi cenderung lebih mudah
beradaptasi. Sedangkan untuk usia ~nuda, lebih mudah memasuki nilai-nilai baru dan
cenderung lebih modem.
PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
EKOSISTEM MANGROVE PULAU KECIL BERPENGHUNI
(Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari,
Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta)
OLEH:
BUDIYATNO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Pesisir dan Lautan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian : Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Adrninistrasi Kep. Seribu DKI Jakarta)
Nama Mahasiswa : Budiyatno
Nomor Pokok : 99761
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
, Menyetujui,
1. Kornisi Pembimbing
Dr. Ir. Dietriech G. ~ e d e n . DEA
Ketua
Dr. Ir. sue en^ Budiharsono
Anggot
a
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi,
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS
RIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekalongan, sebuah kota pesisir yang terkenal dengan julukan Kota Batik, pada tanggal 13 Mei 1960 sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas diselesaikan di Kota Batik Pekalongan. Penulis menyelesaikan gelar kesarjananya pada Jurusan Zoologi Fakultas Biologi Universitas Negeri Jenderal Soedirman Purwokerto pada tahun 1984. Pa& tahun 1999, penulis dite.rima pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.
Penulis saat
ini
bekerja sebagai staf Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kotamadya Jakarta Utara. Sebelumnya pernah bekerja di perusahaan swasta nasional di bidang budidaya udang windu di Sulawesi Utara selama 3 (tiga) tahun dar;PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian, yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2001 adalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta).
'Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA
dan
Bapak Dr. Ir. Sugeng Budiharsono selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbigan selama penelitiandan
penulisan karya ilmiah ini. Disamping itu, penghargaan dari penulis kepada Bapak Drs. Ir. Mochamad Rahardjo,MM,
Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKIJakarta
dm Bapak Drs. Subagio,MM,
Walikotamadya Jakarta Utara yang telah memberikan ijin dm dorongan selama mengikuti Miah. Ungkapan terima kasih juge penulis sampaikan kepada istri dan anak-anak tercinta atas segala doa clan kesabaran serta kasih sayangnya.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2002
DAFTAR IS1
Halaman
[image:157.534.62.480.42.743.2]...
...
DAFTAR TABEL viii
...
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN
...
xi...
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang
...
1Perumusan Masalah
...
.
.
7 Tujuan dan Kegunaan Penelltian. .
...
8Hipotesis Penelltian
.
.
...
9Kerangka Permkiran
...
9...
TINJAUAN PUSTAKA 13
...
Hutan Mangrove 13
...
Fungsi dan Potensi 15
...
Interaksi Mangrove dengan Faktor-Faktor Lingkungan 22Partisipasi Masyarakat
...
28...
Pengertian Partisipasi Masyarakat 28
...
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan 34...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi 40Pulau-Pulau Kecil
...
44...
Pengertim Pulau Kecil 44
Potensi Pulau Kecil
...
45...
Permasalahan Spesifik Pulau Kecil 46
METODOLOGI PEPIELITIAN
...
49...
Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian 49
Pengambilan Contoh
...
49...
Pengumpulan Data 50
Variabel yang Diamati
...
'51Metode Analisis Data
. .
...
54...
Defin~si Operasional 56
HASIL DAN PEMBAHASAN
...
59Gambaran Umum Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu
...
59Gambaran Umum Kelurahan Pulau Pari
...
62...
Jumlah dan Kepadatan Penduduk 64
...
Mata Pencaharian Penduduk 66
Pendidikan Penduduk
...
67 Sarana dan Prasarana Kelurahan Pulau Pari...
68 Pendidikan...
69 Ekonomi...
70...
Perumahan 73
...
Perikanan 74
Karakteristik Responden
...
76 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem MangrovePulau Lancang Besar
...
79 Faktor-Faktor Karakteristik Masyarakat...
82 Hubungan Umur dengan Tingkat Partisipasi...
85...
Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi 87
Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat
Partisipasi
...
88 Hubungan Lama Bekerja dengan Tingkat Partisipasi...
90...
Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi 91
Hubungan Keanggotaan Suatu Organisasi dengan Tingkat Partisipasi92 Persepsi Masyarakat dalam Pengelolaan Mangrove Pulau Lancang
Besar
...
93 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Ekosistem MangrovePulau Lancang Besar
...
96 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal sebagai FaktorStrategis Pengembangan Ekosistem Mangrove di Pulau
Lancang Besar
...
98...
Kekuatan (Strengths) 9 8
...
Kelemahan (Weakness j 100
...
Peluang (Opportunities) 101
...
Ancanian (Threats) 103
Perumusan Strategi Pengembangan Ekosistem Mangrove di
...
Pulau Lancang Besar 105
Pengembangan Partisipasi Masyarakat Berbasis Pendidikan 108
.
Pengembangan Sarana dan Prasarana
...
110...
KESIMPULAN 112
...
Kesimpulan 112
...
Saran 112
...
DAFTAR PUSTAKA 114
DAFTAR TABEL
Halaman 1
.
Luas Vegetasi Mangrove di Kawasan Kepulauan Seribu...
7 2.
Luas Wilayah Kelurahan Pulau Pari dan Peruntukannya...
63 3.
Komposisi Penduduk Bcrdasarkan Umur. Tahun 200 1...
644
.
Pulau-Pulau Berpenduduk di Kelurahan Pulau Pari. Tahun 2001...
65 5.
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin. Tahun 2001...
66 6.
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian. Tahun 2001...
67 7.
Jumlah Murid Berdasarkan Jenis Pendidikan. Tahun 2001...
68 8.
Fasilitas Pendidikan Kelurahan Pulau Pari. Tahun 2001...
70 9.
Sarana Perekonomian K e l d a n Pulau Pari. Tahun 2001...
7110
.
Banyaknya Rumah Menurut Jenis Bangunan di Kelurahan Pulau Pari.Tahun 200 1
...
74 1 1.
Banyaknya Armada Nelayan di Kelurahan Pulau Pari. Tahun 2001...
7512
.
Banyaknya Alat Penangkapari Ikan di Kelurahan Pulau Pari. Tahun2001
...
7613
.
~arakeristik Mayoritas Responden di Pulau Lancang Besar. Tahun2001
...
76 14.
Penghasilan Responden di Pula-u iancang Besar. Tahun 2001...
7815
.
Kategori Tingkat Partisipasi Penduduk dalarn Penngelolaan Mangrovedi Pulau Lancang Besar. Tahun 2001
...
8216
.
Nilai Koefisien Korelasi Kank Speamian dari Hubungan antara FaktorKzrakteristik Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi
...
85...
17
.
Keragaan Umur Responden di Lokasi Penelitian 86...
1 8
.
Keragaan Pendidikan Responden di Lokasi Penelitian 87...
19
.
Keragaan Jumlah Anggota Keluarga Responden di Lokasi Penelitian 89...
20
.
Keragaan Lama Bekerja Responden di Lokasi Penelitian 9023
.
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Ekosistem Hutan Mangrove...
94 24.
Identifikari Faktor Internal (StrengthszS. ~ e a k n e s s = ~ ) dan FaktorEksternal (Opportunities=O. Threats=T) Pengembangan ~kosistem Mangrove di Pulau Lancang Besar
...
9725
.
Identifikasi dan Pembobotan SWOT...
105Halaman
...
1
.
Diagram Pendekatan Masalah 12...
2
.
Keterkaitan Masyarakat dengan Ekosistem Mangrove 52DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Peta Kec. Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Administratif Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta
...
...
... ...
... ...
.
.
1 18 2. Peta Lokasi Penelitian di Pulau Lancang Besar, Kec.Kepulauan SeribuSelatan, Kab. Administratif Kepulauan Seribu
... 1 19
3. Produk yang Dihasilkan Mangrove...
1204. Data Peruntukan Setiap Pulau di Kepulauan Seribu
...
123 5. Responden Penduduk Tetap di Pulau Lancang Besar...
125 6. Responden Penduduk Pendatang di Pulau Lancang Besar...
..
...
..
1267.
Hasil Analisis Statistical Product and Service Solutions (SPSS)PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
teritorial darat dan laut seluas 7,7 juta km2, terdiri atas 17.528 pulau yang
membentang sepanjang 5.120
km
dari timur ke barat sepanjang khatulistiwa dan1.760 km dari utara ke selatan. Lebih dari 75 % wilayah Indonesia terdiri atas
perairan laut, pantai dan pesisir dengan panjang pantai lebih dari 81.000
krn,
garispantai terpanjang di dunia (Dahuri, 2000). Lebih lanjut Dahuri (2000) menyatakan,
bahwa secara sosial ekonomi wilayah pesisir memiliki arti penting karena sekitar 140
juta (60 %) penduduk Indonesia menempati wilayah pesisir. Sedangkan secara
biofisik, wilayah pesisir memiliki arti penting karena Indonesia merupakan negara
kepulauan dan wilayah pesisir Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi.
Kondisi geografis yang ideal menjadikan Indonesia memiliki sumberdaya alam
yang tinggi sebagai modal dasar pembangunan yang wajib dikelola seczra hati-h~ti
dan bijaksana agar membe-rikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya di bumi. Penggunaan dan pemani'aatan suatu sumberdaya,
apapun bentuknya hams berlangsung secara lestari, seimbang, selaras dan serasi,
bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Sejalan
dengan arah kebijaksanaan program pembangunan nasional, yaitu memanfaatkan
2
memperhatikan pelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, maka pada
setiap kegiatan pengembangan sumberdaya alam hams mempertimbangkan aspek
ekonomi, aspek ekologi dan aspek sosial. Kebijaksanaan program pembangunan
nasional dalam kaitannya dengan pembangunan masyarakat pesisir diantaranya
adalah untuk: mengembangkan serta memberdayakan masyarakat kepulauan dan
wilayah pesisir, peningkatan efisiensi dan produktivitas suinberdaya perikanan,
pesisir dan lautan melalui keterpaduan pengelolaan antar berbagai pemanfaatan
secara adil, berimbang dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan pendapatan
daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Sumberdaya alam dan lingkungan memegang peranan penting bagi
pembangunan ekonorni, khususnya di negara berkembang, seperti Indonesia.
Surnberdaya alam, selain menyediakan barang dan jasa, juga menjadi tulang
punggung (backbone) dari pertumbuhan ekonomi dan surnber penghasilan
masyarakat serta sebagai aset bangsa yang penting. Oleh karma itu, ketersediaan d m
kesinambungan (sustainability) dari sumberdaya alam menjadi sangat crucial bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi dan sangat tergantung kepada kine rja pengelola
yaitu masyarakat dan pemerintah.
Selain berperan sebagai tulang pungg-mg ekonomi, sumberdaya alam,
khususnya yang berada di wilayah pesisir, juga memainkan peranan penting ditinjau
dari sudut ekologis. Fungsi utarnanya sebagai penyeimbang ekosistem dan penyedia
berbagai kebutuhan hidup bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumberdaya
hutan mangrove misalnya, selain dikenal memiliki potensi ekonomi sebagai penyedia
3
dan nursery ground bagi jenis-jenis udang (Fauzi, 1999). Hutan mangrove sendiri
merupakan komunitas vegetasi pantai tropis .yang di dominasi oleh beberapa jenis
pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut
terutarna pantai berlumpur, seperti jenis Rhizopora, Avicenia, Bruguiera dan
Sonneratia. Namun, jenis-jenis ini juga dikenal sering berasosiasi dengan jenis lain
seperti nipah (Nypha fruticans), anggrek (Dendrodium spp.) dan tumbuhan bukan
mangrove lainnya.
Habitat hutan mangrove mempunyai karakteristik tersendiri, umumnya turnbuh
pada daerah intertidal dimana jenis tanahnya berlumput, berlempung dan berpasir.
Selain itu, daerahnya tergenang air laut secara berkala, menerima pasokan air tawar
yang cukup, terlindung dari gelombang besar dan a m pasang surut yang kuat dan
mempunyai salinitas air 2-38 %O (Bengen, 2000). Hutan mangrove merupakan
kawasan lahan basah dengan karakteristik yang unik dan merupakan sumberdaya
alam yang berperan ganda baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun ekologi. Secara
fisik, hutan mangrove dapat berfungsi untuk menjaga garis pantai agar stabil,
mempercepat perlwan lahan, melindungi pantai dan tebing sungai serta mengolah
bahan limbah. Fungsi biologis hutan mangrove sebagai tempat pembenihan ikan,
~ d a n g , kermg dan jenis biota iainnya, tempat bersarangnya hurung dan habitat alami
dari jenis biota perairan. Selain itu, secara ekonomis dapat digunakan sebagai energi
seperti kayu bakar, arang, bahan bangman, sumber potensi perikanan, pertanian,
bahan tekstil, bahan penyamak dan produk ekonomi lainnya.
Luas kawasan hutan mangrove di Indonesia adalah terbesar di dunia (18
-
234
1996 dalam Noor et al, 1999). Keberadaan hutan mangrove dari tahun ke tahun t e m
mengalami kemunduran, yaitu terjadi kemakan yang mengkhawatirkan bahkan juga
penyusutan, bukan hanya kuantitasnya tetapi juga kualitasnya. Rusaknya hutan
mangrove di Indonesia disebabkan karena meningkatnya konversi lahan sejalan
dengan meningkatnya jumlah penduduk. Seiring dengan pertumbuhan penduduk
yang semakin cepat, menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat,
sebagai konsekuensinya peningkatan pembangunan dan pemukiman menimbulkan
tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam, yang pada kenyataannya belum
banyak memperhitungkan kerugian yang berdampak ekologis. Demikian juga halnya
dengan pembangunan wilayah pantai sekitar kawasan hutan mangrove, dimana
pemanfaatan kawasan pantai untuk tambak ikan tidak dilakukan secara bijaksana dan
berwawsisan lingkungan. Selain itu, kemakan juga disebabkan pencemaran limbah
industri maupun limbah rumah tangga dari pemukiman sekitarnya clan dampaknya
sangat besar.
Jenis-jenis flora yang terdapat di hutan mangrove Indonesia terdiri atas 35 jenis
berbentuk pohon, 9 jenis berbentuk terna, 9 jenis berbentuk liana, 29 jenis tumbuhan
epifit, 2 jenis tumbuhan parasit serta 5 jenis berbentuk perdu (Soerianegara dan
Kusmana, 1993 dalam Kusmana, 1997). Sedangkan jenis fauna secara garis besar
terdiri atas fauna daratan seperti insekta, ular, monyet dan burung serta fauna laut
seperti udang, kepiting, kerang dan ikan. Luas hutan mangrove di Indonesia dari
5
luas hutan mangrove adalah f 180.000 Ha dan pada tahun 1990 hanya tersisa
+
20.000 Ha (Noor et al, 1999).
Peranan penting ekosistem mangrove adalah sebagai jalur hijau yang berfungsi
untuk menjaga garis pantai dari abrasi, menjadi penyangga terhadap perembesan air
laut dan pengolah bahan limbah. Ekosistem mangrove berperan dalam perekonomian
sebagai sumber bahan lingkungan dan sumber bahan baku beberapa industri.
Sedangkan peranan ekologi, selain sebagai nursery ground, juga berfungsi sebagai
daerah mencari makan beberapa biota laut dan sumber plasma nutfah serta tempat
bersarang burung. Selain itu, ekosistem mangrove sejak lama dimanfaatkan oleh
masyarakat yang tinggal disekitarnya sebagai sumber kayu bakar, bahan bangunan,
alat penangkapan ikan, peralatan rumah tangga dan untuk mengambil sumberdaya
ikan, udang dan kerang-kerangan.
Narnun, sering dikalahkan oleh peranan pembangunan yang berorientasi pada
sektor ekonomi, baik dari segi pemanfaatan lahahya, tetapi juga dari segi
pemanfaatan hutan mangrove, yaitu pemanfaatan secara tradisional (skala kecil) dan
pemanfmtan secara komersial (skala besar). Secara tradisional, sumberdaya yang ada
di ekosistem mangrove, seperti kayu, ikan, udang, kepiting, kerang-kerangan dan
satwa lainnya, sudah sejak lama dimanfaatkan oleh penduduk sekitarnya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kayu mangrove dimanfaatkan untuk bahan
pembuat rumah, pagar, kayu api, arang, tiang-tiang pancang dan alat penangkapan
6
Taiwan. Arang dari Riau dan Aceh terutarna di ekspor ke Singapura, Malaysia dan
Hongkong
.
Walaupun lahan mangrove tidak cocok untuk pertanian dan perkebunan, namun
pada proyek-proyek transmigrasi di daerah pasang surut telah banyak lahan mangrove
yang dikonversi menjadi lahan pertanian dan perkebunan padi, kelapa, pisang,
singkong dan sayur-sayuran. Sejalan dengan itu, maka tekanan terhadap ekosistem
mangrove terus meningkat, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan areal dan
tata guna hutan. Untuk mencegah kerusakan hutan mangrove dari konversi lahan
tersebut, maka pemerintah menerapkan kebijakan pembangunan ekonomi
berkelanjutan. Dimana lingkungan hidup beserta isinya hams dilestarikan dan
diselaraskan antara kepentingan ekonomi masyarakat dan kepentingan ekologis 11utan
mangrove.
Kepulauan Seribu inerupakan gugusan pulau karang di wilayah DKI Jakarta
yang terdiri dari 1 19 pulau yang tersebar secara tidak teratur, beberapa diantaranya masih memiliki ekosistem vegetasi lokal yang bagus. Keberadaan vegetasi lokal di
wilayah Kepulauan Seribu terdapat pada beberapa pulau, terdiri atas vegetasi
mangrove dan vegetasi pantai. Vegetasi pantai antara lain pandan (Pandanus
rectoriws), cemara laut (Cassuarina eauisetfolia), waru laut (Bihiscus tiliaceus),
butun (Barringtonia asiatica) dan centigi (Pemphis acidula). Sedangkan jenis
mangrove yang ada adalah jenis Rhyzophora stylosa, Rhyzophora apiculata,
Rhyzophora rnucronata, Sonneratia alba dan Avicenia marina, yang kondisinya perlu
dilakukan rehabilitasi dan pemeliharaan secara terus-menerus. Tabel 1 menguraikan
Tabel
1.
Luas Vegetasi Mangrove di Kawasan Kepulauan SeribuNO. LOKASI LUAS (Ha)
I
I
SM Pulau Rambut
I
I
Pulau Lancang Besar 16,50
I
27,OO
CA Pulau Bokor
I
I
25,23 Pulau Untung Jawa
I
3 1 ,OO
I
I
Pulau Peteloran Barat
I
11,30
CA Penjaliran Barat
I
Perurnusan Masalah
I
8,30
CA Penjaliran Timur
I
Pulau Lancang Besar memiliki luas daratan 15,13 Ha dan merupakan salah satu
I
6,80
Jumlah
pulau berpenghuni di kawasan Kepulauan Seribu yang masih memiliki eksosistem
I
126,13
mangrove yang cukup bagus. Di pulau ini terdapat kurang lebih 16,5 Ha lahan
Sumber : Nyoto Santoso, 2000
mangrove yang mengelilingi sebagian pulau, namun sebanyak 5 Ila merupakan
kawasan yang kondisinya sudah sangat rusak. Sedangkan sisa potensi ekosistem
mangrove sekitar 11,5 Ha masih terjaga kelestariannya dan merupakan daerah yang
cukup potensial daiam menunjang keanekaragaman biota laut di peraiian Kepulauan
Seribu pada urnurnnya dan Kelurahan Pulau Pari khususnya.
Secara geografis, Pulau Lancang Besar berdekatan dengan daratan Kabupaten
Tangerang dan memiliki dermaga yang cukup bagus sehingga banyak dijadikan
sebagai tempat singgah bagi nelayan maupun profesi lain dan menetap untuk jangka
[image:169.534.68.474.60.622.2]8
perbaikan jaring dan peralatan penangkapan lainnya, sehingga kemungkinan terjadi
tekanan terhadap keberadaan mangrove di Pulau Lancang Besar lebih besar. Oleh
sebab itu, sangat penting bagi masyarakat lokal maupun pendatang untuk berperan
aktif dalam meningkatkan dan menjaga pengelolaan sumberdaya mangrove yang ada
di Pulau Lancang Besar.
Mengacu pada ha1 tersebut, maka permasalahan yang dimunculkan adalah:
1) Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem
mangrove?
2) Faktor-faktor apa saja diantara faktor karakteristik masyarakat yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalarn upaya pengelolaan
ekosistem mangrove?
3) Bagaimana strategi yang perlu diterapkan dalam pengembangan ekosistem
mangrove di Pulau Lancang Besar?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji tingkat partisipasi masyarakat serta
mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh didalamnya beserta strategi yang
perlu dikembangkan dalam pei~gembangan ekosistem hutan mangrove.
Sedangkan kegunaannya adalah memberikan infbrmasi dasar bagi upaya
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, khususnya birokrat agar dapat
menuangkan kebijakan yang berkaitan dengan upaya pelestarian sumberdaya alam,
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
1) Keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove dipengaruhi oleh tingkat
partisipasi masyarakat
2) Terdapat hubungan yang nyata antara faktor karakteristik masyarakat,
seperti urnur, pendidikan formal, lama beke rja, jumlah anggota keluarga,
keanggotaan suatu organisasi dan pendapatan dengan tingkat partisipasi
masyarakat setempat dalam pengelolaan ekosistem mangrove
Kerangka Pemikiran
Ekosistem mangrove di Fulau Lancang Besar terdiri dari berbagai komponen
sumberdaya hayati berupa flora, fauns, manusia atau rnasyarakat dm non-hayati
berupa lahan, baik itu berupa daratan maupun perairan. Masyarakat sebagai salah
satu komponen di dalam ekosistem tersebut memanfaatkan komponen lainnya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. PaCa populasi yang masih dalan arnbang batas
perubahan yang dapat diterima oleh ekosistem, bertambahwya populasi penduduk di
scicitar hutan mangrove menyebabkan k e b u t ~ h a ~ hidup meningkat sehingga terjadi
pernanfaatan yang melebihi batas perubahan yang dapat diterima dan akhirnya terjadi
ketidakseimbangan di dalam ekosistem mangrove tersebut.
Dalam kegiatan pengelolaan eksosistem mangrove yang berkelanjutan berbasis
masyarakat, diperlukan pengetahuan faktor karakteristik masyarakat seperti umur,
10
pendapatan. Responden yang diambil adalah mereka yang berprofesi sebagai
nelayan, dikarenakan mayoritas penduduk Pulau Lancang Besar berprofesi sebagai
nelayan dan berdasarkan survei pendahuluan mereka paling mengetahui pengelolaan
ekosistem hutan mangrove di pulau ini.
Setelah diketahui bentuk kegiatan dan faktor karakteristik masyarakat, maka
dapat dilihat mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem
mangrove. Syarat-syarat yang diperlukan agar masyarakat lebih berperan aktif dalam
pembangunan, yaitu: kemauan, kemampuan dan kesempatan. Kesemua ini akan
dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan manusia yang saling
berinteraksi satu dengan lainnya, terutarna faktor-faktor karakteristik masyarakat,
seperti:
umur,
pendidikan, keterampilan, penghasilan, kelembagaan, kepemimpinan,budaya lokal dan peraturm pemerintah (Slarnet, 1985). Untuk memperoleh strategi
pengelolaan ekosistem mangrove berbasis ramah lingkungan, maka dilakukan analisis
SWOT.
Faktor-faktor karakteristik masyarakat yang dapat mempeng&i partisipasi
dalam pengelolaan hutan mangrove berdasar teori yang dikemukakan oleh
Sastropoetra (1988), antara lain: (1) keadaan sosial masyarakat, meliputi: umur,
tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan lama tinggal (2)
keadaan alam sekitar, yaitu: persepsi tentang pengelolaan ekosistem mangrove dan
pengetahuan tentang fungsi dan manfaat hutan mangrove bagi masyarakat.
Faktor-faktor karakteristik masyarakat mempengaruhi tingkat partisipasi dalam
pengelolaan mangrove. Mengenai umur, semakin tua umur seseorang maka semakin
tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diharapkan
tingkat partisipasi lebih tinggi, karena pengetahuan tentang arti penting keberadaan
ekositem mangrove lebih dikuasai dari yang pendidikannya rendah. Banyaknya
jumlah anggota keluarga menentukan besarnya tanggungan dan tingkat kesejahteraan,
dan mempenganthi kebutuhan untuk keperluan hidupnya, sehingga terdapat suatu
kaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalarn pengelolaan ekosistem mangrove.
Lama bekerja di bidang tertentu membuat seseorang aktif atau pasif dalam
berpartisipasi. Seorang yang dalam bekerja memanfaatkan langsung atau tidak
langsung ekositem mangrove cenderung akan memelihara keberadaan mangrove.
Mengenai tingkat pendapatan, semakin rendah pendapatan mendorong seseorang
untuk menguras surnberdaya yang ada untuk keperluan hidupnya. Sedangkan
keanggotaan suatu organisasi membuat seseorang lebih me~getahui keberadaan
mangrove, karena dengan berorganisasi lebih banyak diadakan diskusi baik tentang
organisasinya itu sendiri, lingkungan hidup, maupun lainnya termasuk keberadaan
ekositem mangrove.
Kerangka pendekatan masalah untuk mengetahui parameter yang berperan
Gambar 1. Diagram Pendekatan Masalah
Persepsi, menurut Nana Sudjana (1990), sebagai tanggapan, pendapat yang
Kegiatan Pengelolaan Ekosistem Mangrove
didalamnya terkandung unsur penilaian seseorang terhadap objek dan gejala Partisipasi Masyarakat dalam
berdasarkan pengalaman clan wawasan yang dirnilikinya.
\
Faktor-faktor Karakteristik Masyarakat
t
SWOT
AnalisisEkosistem Hutan Mangrove
+
Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove, berupa:
-
Reboisasi-
Pemeliharaan-
PengamananTINJAUAN PUSTAKA
Hutan Mangrove
Hutan mangrove seringkali juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut, hutan
payau, atau hutan bakau. Akan tetapi, istilah bakau sebenarnya hanyalah merupakan
nama dari salah satu jenis turnbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu jenis
Rhizophora spp. Oleh karena itu, hutan mangrove sudah ditetapkan sebagai nama
baku untuk mangrove forest. Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yang
khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang
surut air laut.
Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari deburan
ombak dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang
memiiiki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung
lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak terdapat muara sungai, hutan
mangrove pertumbuhannya tidak optimal. Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir
yang terjal dan berombak besar dengan arus pasaag surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur, substrat yang diperlukan untuk
pert~r~buhannya. Ini terbukti dari daerah penyebaran mangrove di Indonesia, yang
umurnnya terdapat di Pantai Timur Sumatera, Kalimantan, Pantai Utara Jawa dan
Irian Jaya. Penyebaran hutan mangrove juga dibatasi oleh letak lintang, karena
14
Menurut Nirarita, et a1 (1996), mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu
pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau,
sampai harnpir tawar, serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar.
1) Mangrove terbuka
Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Komposisi
floristik dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung pada substratnya.
Sonneratia alba cenderung untuk mendominasi daerah berpasir, sementara
Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk mendominasi
daerah yang lebih berlumpur. Meskipun demikian, Sonneratia berasosiasi
dengan Avicennia jika tanah lumpurnya kaya bahan organik.
2) Mangrove tengah
Mangrove di zona ini terletak di belakang mangrove zona terbuka. Di zona ini
biasanya di dominasi oleh jenis Rhizophora. Selain itu, juga ditemukan
Bruguiera eriopetala, Bruguiera gymnorrhiza, Excoecaria agallocha,
Rizhophora mucronata, Xylocarpus granatum d m Xylocarpus moluccensis.
3) Mangrove payau
Mangrove berada di sepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar. Di
zona ini biasanya di dominasi oleh komunitas Nypha atau Sonneratia.
4) Mangrove daratan
Mangrove berada di zona perairan payau atau harnpir tawar di belakang jalur
hijau mangrove sebenarnya. Jenis-jenis yang urnum ditemukan pada zona ini
15
Lumnitzera racemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis. Zona ini
memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya.
Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam, vegetasi mangrove, namun
kenyataannya di lapangan tidaklah sesederhana itu. Banyak forrnasi serta zona
vegetasi yang tumpang tindih dan bercampur serta seringkali struktur dan korelasi
yang nampak di suatu daerah tidak selalu dapat diaplikasikan di daerah yang lain.
Komposisi hutan mangrove di 1ndo1,esia sangat beragam, ha1 ini dapat dilihat
dari perbedaan lamanya genangan, salinitas dan jenis substrat. Akibatnya hutan
mangrove mempunyai struktur yang khas yaitu dapat membentuk lapisan atau zona-
zona vegetasi yang berbeda satu dengan lainnya. Setiap zonasi itu dinamakan
berdasarkan jenis-jenis tumbuhan yang dominan mirarita, et al, 1996). Sebagai salah
satu contoh tipe zonasi yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut:
'1) Daerah yang paling dekat dengan laut sering ditumbuhi oleh Avicenia dan
Sonneratia. Sonneratia biasa tumbuh pada lurnpur dalam, yang kaya akan.
bahan organik
2) Lebih ke arah darat di dominasi oleh jenis Rhizophora spp, selain itu terdapat
juga jenis Bruguiera dan Xylocarpus
3) Zona berikutnya di dominasi oleh Bruguiera spp
Fungsi dan Potensi
Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropika yang
memiliki banyak manfaat, baik aspek ekologi maupun aspek sosial ek~nomi. Peranan
16
hidup, baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun tajuk-tajuk pohon mangrove
serta ketergantungan manusia terhadap ekosistem tersebut.
Sugiarto dan Ekayanto, (1996) menyatakan bahwa hutan mangrove memiliki
fungsi antara lain: (1) sebagai pelindung pantai dari gempuran ombak, arus dan angin,
(2) sebagai tempat berlindung, berpijah atau berkembang biak, dan daerah asuhan berbagai jenis biota, (3) sebagai penghasil bahan organik yang sangat produktif dan
(4) sebagai sumber bahan baku industri. Secara fisik hutan mangrove dapat berfungsi
sebagai hutan lindung. Sistem perakaran yang khas pada tumbuhan mangrove dapat
menghambat arus dan ombak, sehingga menjaga garis pantai tetap stabil dan
terhindar dari pengikisan (abrasi). Selain itu, juga sebagai penyangga daratan
dari
rembesan air laut serta penghalang angin. Keadaan hutan mangrove yang relatif lebih
tenang, terlindung dan sangat subur merupakan tempat yang aman bagi biota laut
umumnya.
Fungsi lain yang penting adalah sebagai penghasil bahan organik yang
menipakan mata utarna dalarn jaringan makanan ekosistem mangrove. Daun
mangrcve yslng gugur dan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme diuraikan
menjadi partikel-partikel detritus. Detritus tersebut kemudian akan diubah menjadi
bahan makanan bagi hewan pemakan detritus seperti cacing dan mysidaceae (udang
kecillrebon). Selanjutnya hewan pemakan detritus menjadi makanan larva ikan,
udang dan hewan lainnya. Pada tingkat berikutnya, hewan-hewan tersebut menjadi
makanan bagi hewan lainnya yang lebih besar dan begitu seterusnya.
Fungsi penting lainnya dari ekosistem mangrove adalah manfaat sosial ekonomi
17
berbagai jenis hasil hutan dan hasil ikutan lainnya. Dahuri, et al (1996)
mengidentifikasikan kurang lebih 70 macam kegunaan pohon mangrove bagi.
kepentingan manusia, baik produk langsung maupun tidak langsung, yang sebagian
besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Manfaat langsung, seperti: bahan baku
bangunan, alat tangkap, pupuk pertanian, bahan baku kertas, makanan, obat-obatan,
minuman dan tekstil. Sedangkan produk tidak langsung berupa tempat rekreasi dan
sebagainya.
Hutan mangrove sudah sejak dahulu diketahui mempunyai bermacam-macam
fungsi dan merupakm suatu mata rantai yang sangat penting tetapi sangat
peka
dalammemelihara daur biologi
di
pesisir. Peranan yang nyata bagi ekosistem perairanpantai adalah menyediakan bahan makanan
dan
energi bagi kehidupan di pantai tropisserupa dengan perananjtoplankon dan berjenis-jenis alga di laut (Fortes, 1982).
Hutan mangrove mempunyai multihgsi d m merupakan mata rantai yang
sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan.
Sedikitnya ada 3 h g s i hutan mangrove bagi kehidupan yaitu secara fisik, biologis
dan ekoncmis (Lubis, 199 1 dulum Harahap dan Subhilhar, 1998):
1) Fungsi Fisik Hutan Mangrove
1. Meilyerap gsCOz melalui proses fotosintesis tumbuh-turnbuhannya.
2. Mencegah intrusi air laut ke daratan, yang dapat merusak areal pertanian
dan persediaan air tawar di bawah permukaan tanah.
3. Melindungi pantai dari penggerusan ombak.
4. Menyaring dan menguraikan bahan-bahan organik yang datang dari daratan
18
5. Pada pantai landai tempat sungai bermuara yang membawa endapan lumpur
dalam jumlah besar, hutan mangrove berfhgsi mempercepat proses daratan.
2) Fungsi Biologis Hutan Mangrove
1. Hutan mangrove merupakan suatu subsistem yang memiliki tingkat
produktivitas bahan pelapukan dan organik mati yang sangat tinggi. Bahan
pelapukan dan organik mati ini ternyata sumber makanan yang sangat baik
dan penting bagi hewan-hewan seperti udang, kepiting, kerang, zooplankton
dan invertebrata kecil lainnya.
2. Berkaitan erat dengan butir 1 di ahxi, hewan pemakan bahan pelapukan dan
organik mati tersebut kemudian menjadi bahan makanan bagi hewan
pemakan daging termasuk ikan.
3. Sebagai tempat berpijah berbagai jenis biota laut.
4. Sebagai habitat alami berbagai jenis binatang seperti bunmg, kera dan ular.
3) Fungsi Ekonomis Hutan Mangrove
1. Sebagai sumber kayu untuk kayu bakar, arang, bahan bangunan, dat-alat
rurnah tangga, alat-alat perikanan d m bahan pertanian.
2. Sebagai
bahan
baku industri (makanan, obat-obatan, tekstil, penyamak kulit, pulp, rayon dan kern).3. Sebagai tempat pertambakan udang dan ikan, tempat pembuatan garam dan
sebagai tempat rekreasi.
Hardjosentono (1979) mengatakan ada 3 faktor utarna yang menguasai
kepentingan ekologi dari jenis-jenis turnbuhan mangrove dimana faktor ini dari suatu
1) Tipe tanah, keras atau lunak, berpasir atau berlumpur, dalam berbagai perbwdingan;
2) Salinitas, dari variasi rata-rata harian maupun tahunan, yang secara kasar
berkaitan dengan fiekuensi, dalam, serta lamanya penggenangan;
3) Ketahanan jenis-jenis tumbuhan magrove terhadap arus d m ombak.
Sebagai suatu sistem estuaria, secara keseluruhan daerah hutan mangrove bukan
hanya sekedar suatu lahan yang tidak terpakai (waste land), melainkan suatu kawasan
yang memiliki berbagai kegunaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia
yang menguntungkan. Hutan mangrove dapat menjadi tempat pemeliharaan, mencari
makan, dan membesarkan berjenis-jenis hewan laut dan burung-burung pantai
(Melana, 1982).
Di antara berbagai peranan hutan mangrove seperti di atas, yang terpenting
adalah peranannya sebagai mata rantal perputaran energi dan unsur hara untuk
kehidupan alam hayati laut (Hardjosentono, 1979). Selain itu, hutan mangrove yang
tumbuhannya mempunyai sistem perakaran yang khas, dapat melindungi pantai dari
pengaruh erosi, karenil dapat menenangkan gerakan air yang berkelanjutan, menahan
kembalinya atau terhanyutnya bahm organik dan lumpur dari sungai ke laut. Untuk
kepe:lu= perlindungan dan pelestarian alam, ekosistem hutan mangrove dapat
dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah, suaka margasatwa burung-burung
pantai, pelestarian pantai, dan habitat pemeliharaan bermacam-macam biota lzut.
Dengan peranan dan manfaat yang beranekaragam, hutan mangrove memiliki
kemampuan besar untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, sehingga
20
pemanfaatannya yang berlebihan justru sering merugikan ekosistem hutan mangrove
sendiii. Noor et al, (1999) menyatakan bahwa manfaat mangrove sangat beragam,
sehingga tingkat dan laju perekonomian pedesaan yang berada di kawasan pesisir
seringkaii sangat bergantung pada habitat mangrove yang ada di sekitarnya.
Contohnya, perikanan pantai yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan mangrove,
merupakan produk yang secara tidak langsung mempengaruhi taraf hidup dan
perekonomian desa-desa nelayan.
Produk yang paling memiliki nilai ekonomis tinggi dari ekosistem mangrove
adalah perikanan pesisir. Banyak jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi
menghabiskan sebagian siklus hidupnya pada habitat mangrove (Sasekurnar et al,
1992 dan Burhanuddin, 1993 dalam Noor et al, 1999). Kakap (Lutes calcacifer),
kepiting mangrove (Scylla serrata) serta ikan salmon (Polynemus sheridani)
merupakan jenis ikan yang secara langsung berkaitan dengan habitat mangrove
(Griffin, 1985 dalam Noor et al, 1999). Djamali, 1991 dalam Noor et a1 (1999),
mengernukakan adanya hubungan linier positif antara luas hutan mangrove dengan
produksi udang, dimana makin luas hutan mangrove maitin tinggi produksi udang dan
sebaliknya.
Keberadaan mangrove berkaitan erat dengan tingkat procluksi periicanan. Di
Indonesia ha1 ini dapat dilihat bahwa daerah-daerah perikanan potensial seperti di
perairan sebelah timur Sumatera, pantai selatan dan timur Kalimantan, pantai Cilacap
dan pantai selatan Irian Jaya yang kesemuanya masih berbatasan dengan hutan
mangrove yang cukup luas dan bahkan masih perawan (Soewito, 1984 dalam Noor et
sebelum Perang Dunia I1 merupakan penghasil ikan utama di Indonesia bahkan di
dunia, salah satunya disebabkan oleh rusaknya mangrove di daerah sekitarnya (Kasry,
1 984 dalam Noor et al, 1999).
Peranan mangrove dalam menunjang kegiatan perikanan pantai dapat disarikan
dalam dua hal:
1) Mangrove berperan penting dalam siklus hidup berbagai jenis ikan, udang dan
moluska (Davies dan Claridge, 1993 dalam Noor et al, 1999). Hal ini terjadi
karena lingkungan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa
bahan-bahan organik yang masuk ke dalam rantai makanan.
2) Mangrove merupakan pemasok bahan organik, sehingga dapat menyediakan
makanan untuk organisme yang hidup pada perairan sekitarnya (Mann, 1982
dalam Noor et al, 1999). Produksi serasah mangrove berperan penting dalam
kesuburan perairan pesisir dan hutan mangrove dianggap yang paling produktif
diantara ekosistem pesisir. Di Indonesia, priduksi serasah mangrove berkisar
antara 7 - 8 ton/Ha/tahun (Nontji, 1993).
Para ahli sependapat bahwa hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang unik dan memiliki berbagai macam fimgsi bagi lingkungan hidup, yaitu: h g s i fisik,
fimgsi biologis dan fimgsi sosial ekonomi atau produksi.
1) Dari aspek fisik, hutan mangrove berfungsi menjaga garis pantai tetap stabil,
melindungi tebing atau pinggir sungai, mencegah terjadinya erosi air laut,
pengendali banjir dan perangkap zat-zat pencemar atau limbah
2) Dari aspek biologis, hutan mangrove mempunyai fimgsi sebagai daerah asuhan
22
kehidupan jenis-jenis kerang dan kepiting, tempat bersarang berbagai jenis
burung serta menjadi habitat alami berbagai jenis biota.
Dari aspek sosial ekonomi atau produksi, hutan mangrove telah lama
dimanfaatkan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Saenger et a1 (1983)
dalam Naarnin (1991) mencatat 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh
masyarakat, misalnya
untuk
bahan bakar (kayu api, arang dan alkohol), bahanbangunan (kayu bangunan, tiang, pagu-pagu dan pagar), alat penangkap ikan
(sero, bubu clan pelampung), tekstil dan kulit rayon, bahan
untuk
pakaian,tannin
untuk
penyamak kulit, makanan, minuman, obat-obatan (gda, alkohol,minyak sayur, cuka), peralatan rurnah tangga (mebel, lem dan minyak
untuk
menata rambut), pertanian (pupuk hijau), produk bahan baku kertas dan
sumberdaya darn (ikan, udang, kerang-kerangan, kepiting, madu, burung,
mamalia dan reptilia).
Interaksi Mangrove dengan Faktor-Faktor Lingkungan
Mangrove umumnya mendominasi hamparan lumpur zona pantai d m daerah
estuaria. Di daerah pantai, pasang surut menentukan pembagian zona tumbuhan dan
komunitas hewan yang ditentukan di antara mangrove. Lama pasang mempengaruhi
perubahan salinitas di daerah mangrove yang merupakan salah satu faktor pembatas
distribusi spesies, khususnya distribusi horizontal. Pasang surut juga berpengaruh
pada perpindahan massa air tawar dengan air laut dan akibatnya mempengaruhi
23
Arus di hutan mangrove baik secara langsung atau tidak langsung dapat
merubah kelakuan struktur dan fungsi dari ekosistem tersebut. .Pengaruh langsung
terjadi pada distribusi spesies tumbuhan. Secara tidak langsung, efeknya terlihat pada
sedimentasi pantai dan pembentukan padatan-padatan pasir di m w a sungai. Oleh
karena itu, di beberapa daerah pantai dimana terjadi akumulasi sedimen, mangrove
meluas dengan adanya peningkatan luas daratan.
Suhu merupakan faktor penting dalam proses fisiologis tumbuhan mangrove,
seperti fotosintesis dan respirasi. Begitu juga salinitas merupakan faktor lingkungan
yang sangat menentukan perkembangan hutan mangrove. Kandungan oksigen terlarut
merupakan faktor penting bagi keberadaan tumbuhan dan hewan mangrove,
khususnya dalam respirasi dan fotosintesis. Disamping itu, DO (Deoxygenation)
penting dalam proses dekomposisi sampah. Substrat pada hutan mangrove yang
berlumpur dan jenuh dengan air, mengandung DO rendah atau bahkan tidak
mengandung DO. Dalam kondisi ini hanya jenis-jenis tumbuhan tertentu yang &pat
hidup. Untuk mengatasi kondisi tersebut, tumbuhan beradaptasi secara fisiologis
lewat akarnya yaitu akar udara, seperti akar lutut pada Bruguizra spp., akar pasak
pada Sonneratia spp. dan Avicenia spp. serta akar tunjang pada Rhizophora spp.
Substrat di hutan mangrove mempunyai ciri-ciri sela!u basah, mengandung
garam, sedikit oksigen, berbentuk butiran dan kaya
akan
bahan organik. Substrattempat tumbuh mangrove terbentuk dari akurnulasi sedimen yang berasal dari sungai,
pantai atau erosi tanah yang terbawa dari dataran tinggi sepanjang sungai atau kanal.
Susunan jenis dan kerapatan tegakan sangat dipengaruhi oleh susunan tekstur substrat
24
substratnya sebagian besar terdiri atas liat (clay) dan debu (slit), terdapat tegakan
yang lebih rapat dari substrat yang mengandung debu pada konsentrasi lebih rendah
(Kusmana, 1997).
Unsur hara merupakan faktor penting dalam memelihara keseimbangan
ekosistem mangrove. Dalam mangrove, unsur hara dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Unsur anorganik
Hara yang sangat penting untuk kehidupan organisme mengrove adalah N, P, K,
Ca, Mg clan Na. Hara ini umumnya terdapat dalam jumlah yang cukup, kecuali
NdanP. .
2) Unsur Organik
Merupakan nutrien organik yang dihasilkan dari bahan biorganik melalui
beberapa tal-lap pada proses degradasi mikrobial.
Untuk kepentingan konservasi serta pengelolaan surnberdaya alarn, jenis-jenis
yang bersifat langka dan endemik hamlah diberi perhatian lebih dan hanya sedikit
jenis mangrove yang bersifat endemik di Indonesia. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan karena buah mangrove mudah terbawa oleh gelombang dan tumbuh di
tempat lain. Selain Amyema anisomeres (mangrove sejati), masih terdapat dua jenis
endemik lainnya (mangrove ikutan), yaitu Ixora timorensis (~ubiaceae) yang
merupakan jenis turnbuhan kecil yang diketahui berada di Pulau Jawa dan Kepulauan
Sunda Kecil, serta Rhododendron brookzanum (Ericaceae) yang merupakan epifit
berkayu yang berada di Sumatera dan Kalimantan. Dalam ha1 kelangkaan, di
1) Lima jenis umum setempat tetapi langka secara global, sehingga berstatus
rentan dan rnemerlukan perhatian khusus untuk pengelolaannya. Jenis-jenisnya
adalah Ceriops decandra, Scyphiphora hydrophyllaceae, Quassia indica,
Sonneratia ovata, Rhododendron brookeanum (dari dua jenis, hanya satu
terkoleksi)
2) ' Lima jenis yang langka di Indonesia tetapi umum di tempat lainnya, sehingga
secara global tidak memerlukan pengelolaan khusue, Jenis-jenis tersebut adalah
Eleocharis parvula, Fimbristylis sieberiana, Sporobolus virginicus, Eleocharis
spiralis dan Scirpus litoralis
3) Empat jenis sisanya berstatus langka secara global, sehingga memerlukan
pengelolaan khusus untuk menjamin kelangsungan hidup. Jenis-jenis tersebut
adalah Amyema anisomeres, Oberonia rhizophoreti, Kandelia candel dan
Nephrolepis acutifolia. Dua diantaranya Amyema anisomeres dan Nephrolepis
acutifolia hanya terkoleksi satu kali, sehingga hanya diakui tipe setempat saja
Hutan bakau ditempati oleh sejumlah kebiting berukuran besar dan udang.
Hewan-hewan ini membuat lubang di dalarn substrat yang lunak dan terrnasuk genera
Uca, kepiting laga Vddler crab), Cardissoma, kepiting darat tropik dan berbagai
kepiting hantu (Cotillu dan Cleistostoma). Kepiting-kepiting ini biasanya kkiusus
memakan partikel-partikel detritus yang ditemukan di dalarn lumpur. Umurnnya
mereka memisahkan partikel detritus dari benda anorganik dengan menyaring
substrat melalui sekumpulan rambut di sekeliling mulutnya. Kepiting-kepiting ini
juga memperlihatkan tingkatan adaptasi yang berbeda untuk hidup di daratan. Hal ini
26
seperti "paru-paru". Lubang-lubang kepiting ini berfhgsi sebagai tempat
perlindungan dari predator, tempat berkembang biak dan bantuan dalam mencari
makan. Untuk komunitas mangrove, lubang-lubang tersebut berfhgsi sebagai jalur
untuk melewatkan oksigen yang masuk ke substrat yang lebih dalam, sehingga
memperbaiki kondisi anoksik. Daerah-daerah bakau juga berfungsi sebagai habitat
udang Penaeid dan ikan-ikan seperti belanak, yang melewati masa awal hidupnya
pada daerah ini sebelum berpindah ke lepas pantai.
Menurut Dahuri (1996), ada 3 parameter lingkungan utama yang menentukan
kelangsungan hidup dan perturnbuhan mangrove, yaitu:
1) Suplai air tawar dan salinitas
Ketersediaan air tawar dan konsentrasi kadar garam (salinitas) mengendalikan
efisiensi metabolik dari ekosistem hutan mangrove. Ketersediaan air tawar
tergantung dari: (a) fiekuensi dan volume air dari sistem sungai clan irigasi dari
darat, (b) fiekuensi dan volume air pertukaran pasang surut, dan (c) tingkat
evaporasi ke atmosfir. Walaupun spesies hutan mangrove memiliki mekanisme
adaptasi terhadap salinitas yang tinggi (ekstrim), narnun tidali adanya suplai air
tawar yang mengatur kadar garam tanah dan isi air tergantung dari tipe tanah
d m sistem pembuatan irigasi. Per~bahan penggunaan lahan darat
mengakibatkan terjadinya modifikasi masukan air tawar, tidak hanya mengubah
kadar garam yang ada, tetapi dapat mengubah aliran nutrien dan sedimen.
2) Pasokan nutrien
Pasokan nutrien bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang
27
serta pendaur ulangan nutrien secara internal melalui jaring-jaring makanan
berbasis detritus (detrital food web). Konsentrasi relatif dan nisbah (rasio)
optimal dari nutrien yang diperlukan untuk pemeliharaan produktivitas
ekosistem mangrove ditentukan oleh: (1) frekuensi, jurnlah dan lamanya
penggenangan oleh air asin atau air tawar dan (2) dinamika sirkulasi internal
dari kompleks detritus
3) Stabilitas substrat
Kestabilan substrat, rasio antara erosi dan perubahan letak sedimen diatur oleh
velositas air tawar, muatan sedimen, semburan air pasang surut dan gerak angin.
Arti penting dari perubahan sedimentasi terhadap spesies hutan mangrove
tergarnbar dari kemampuan hutan mangrove untuk menahan akibat yang
menimpa ekosisternnya. Pokok-pokok perubahan sedimentasi dalam ambang
batas kritik meliputi: (a) penggumpalan sedimen yang diikuti dengan kolonisasi
oleh hutan mangrove,'(b) nutrien, bahan pencemar dan endapan lumpur yang
dapat menyimpan nutrien dan menyaring bahan beracun (waste toxic).
Penurunan
luas
hutan mangrove yang terjadi di sepanjang pantai utara Jawa,sepanjang pesisir Sumatera dan Kalimantan berkaitan dengan permasalahan sebzgai
berikut (Dahuri, 1996):
1) Konservasi kawasan hutan mangrove menjadi berbagai peruntukan lain seperti
tambak, pemukiman dan kawasan industri secara tidak terkendali
2) Belum ada kejelasan tata ruang dan rencana pengembangan wilayah pesisir,
sehingga banyak terjadi tumpang tindih pemanfaatan kawasan hutan mangrove
3 ) Penebang