• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Adrninistrasi Kep. Seribu DKI Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Adrninistrasi Kep. Seribu DKI Jakarta)"

Copied!
290
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)

PARTISIPASI MASYARAUT DALAM PENGELOLAAN

EKOSISTEM MANGROVE PULAU KECIL BERPENGHUNI

(Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari,

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

OLEH:

BUDIYATNO

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(152)

ABSTRAK

BUDIYATNO. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekositem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu, DKI Jakarta). Dibimbing oleh Dietriech G. Bengen dan Sugeng Budiharsono.

Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau karang di wilayah DKI Jakarta

yang terdiri dari 110 pulau yang tersebar secara tidak teratur, beberapa diantaranya masih memiliki ekosistem vegetasi lokal yang bagus. Keberadaan vegetasi lokal di wilayah Kepulauan Seribu terdapat pada beberapa pulau, terdiri atas vegetasi

mangrove dan vegetasi pantai. Pulau Lancang Besar merupakan bagian dari

Lepulauan Seribu, memiliki luas daratan 15,13 Ha dan merupakan salah satu pulau

berpenghuni di kawasan Kepulauan Seribu yang masih memiliki eksosistem

mangrove yang cukup bagus. Di pulau ini terdapat kurang lebih 16,5 Ha lahan

mangrove yang mengelilingi sebagian pulau, namun sebanyak 5 Ha merupakan

kawasan yang kondisinya sudah sangat rusak, sedangkan sisanya sekitar 11,5 Ha, masih terjaga kelestariannya dan merupakan daerah yang cukup potensial dalam menunjang keanekaragaman biota laut di perairan Teluk Jakarta pada umurnnya dan Kelurahan Pulau Pari khususnya.

Permasalahannya adalah: tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove d m faktor-faktor karakteristik masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi dalam upaya pengelolaan ekositem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat partisipasi masyarakat serta mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh didalamnya beserta strategi yang perlu dikembangkan dalam pengembangan ekosistem mangrove.

Faktor karakteristik masyarakat yang berpengaruh terhadap responden hanya umur untuk penduduk pendatang, sedangkan untuk penduduk tetap tidak satu pun faktor karakteristik yang berpengaruh. Hal ini terjadi karena bagi pendatang, kelompok usia tua sudah berpengalaman dalam berinteraksi dengan masyarakat lain dan mudah menerima akulturasi budaya baru, jadi cenderung lebih mudah

beradaptasi. Sedangkan untuk usia ~nuda, lebih mudah memasuki nilai-nilai baru dan

cenderung lebih modem.

(153)

PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

EKOSISTEM MANGROVE PULAU KECIL BERPENGHUNI

(Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari,

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu, DKI Jakarta)

OLEH:

BUDIYATNO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Pesisir dan Lautan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(154)

Judul Penelitian : Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Adrninistrasi Kep. Seribu DKI Jakarta)

Nama Mahasiswa : Budiyatno

Nomor Pokok : 99761

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

, Menyetujui,

1. Kornisi Pembimbing

Dr. Ir. Dietriech G. ~ e d e n . DEA

Ketua

Dr. Ir. sue en^ Budiharsono

Anggot

a

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi,

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS

(155)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan, sebuah kota pesisir yang terkenal dengan julukan Kota Batik, pada tanggal 13 Mei 1960 sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas diselesaikan di Kota Batik Pekalongan. Penulis menyelesaikan gelar kesarjananya pada Jurusan Zoologi Fakultas Biologi Universitas Negeri Jenderal Soedirman Purwokerto pada tahun 1984. Pa& tahun 1999, penulis dite.rima pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.

Penulis saat

ini

bekerja sebagai staf Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kotamadya Jakarta Utara. Sebelumnya pernah bekerja di perusahaan swasta nasional di bidang budidaya udang windu di Sulawesi Utara selama 3 (tiga) tahun dar;
(156)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian, yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2001 adalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta).

'Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA

dan

Bapak Dr. Ir. Sugeng Budiharsono selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbigan selama penelitian

dan

penulisan karya ilmiah ini. Disamping itu, penghargaan dari penulis kepada Bapak Drs. Ir. Mochamad Rahardjo,

MM,

Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI

Jakarta

dm Bapak Drs. Subagio,

MM,

Walikotamadya Jakarta Utara yang telah memberikan ijin dm dorongan selama mengikuti Miah. Ungkapan terima kasih juge penulis sampaikan kepada istri dan anak-anak tercinta atas segala doa clan kesabaran serta kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2002

(157)

DAFTAR IS1

Halaman

[image:157.534.62.480.42.743.2]

...

...

DAFTAR TABEL viii

...

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN

...

xi

...

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang

...

1

Perumusan Masalah

...

.

.

7 Tujuan dan Kegunaan Penelltian

. .

...

8

Hipotesis Penelltian

.

.

...

9

Kerangka Permkiran

...

9

...

TINJAUAN PUSTAKA 13

...

Hutan Mangrove 13

...

Fungsi dan Potensi 15

...

Interaksi Mangrove dengan Faktor-Faktor Lingkungan 22

Partisipasi Masyarakat

...

28

...

Pengertian Partisipasi Masyarakat 28

...

Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan 34

...

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi 40

Pulau-Pulau Kecil

...

44

...

Pengertim Pulau Kecil 44

Potensi Pulau Kecil

...

45

...

Permasalahan Spesifik Pulau Kecil 46

METODOLOGI PEPIELITIAN

...

49

...

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian 49

Pengambilan Contoh

...

49

...

Pengumpulan Data 50

Variabel yang Diamati

...

'51

Metode Analisis Data

. .

...

54

...

Defin~si Operasional 56

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

59

Gambaran Umum Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

...

59

Gambaran Umum Kelurahan Pulau Pari

...

62
(158)

...

Jumlah dan Kepadatan Penduduk 64

...

Mata Pencaharian Penduduk 66

Pendidikan Penduduk

...

67 Sarana dan Prasarana Kelurahan Pulau Pari

...

68 Pendidikan

...

69 Ekonomi

...

70

...

Perumahan 73

...

Perikanan 74

Karakteristik Responden

...

76 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove

Pulau Lancang Besar

...

79 Faktor-Faktor Karakteristik Masyarakat

...

82 Hubungan Umur dengan Tingkat Partisipasi

...

85

...

Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi 87

Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat

Partisipasi

...

88 Hubungan Lama Bekerja dengan Tingkat Partisipasi

...

90

...

Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi 91

Hubungan Keanggotaan Suatu Organisasi dengan Tingkat Partisipasi92 Persepsi Masyarakat dalam Pengelolaan Mangrove Pulau Lancang

Besar

...

93 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Ekosistem Mangrove

Pulau Lancang Besar

...

96 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal sebagai Faktor

Strategis Pengembangan Ekosistem Mangrove di Pulau

Lancang Besar

...

98

...

Kekuatan (Strengths) 9 8

...

Kelemahan (Weakness j 100

...

Peluang (Opportunities) 101

...

Ancanian (Threats) 103

Perumusan Strategi Pengembangan Ekosistem Mangrove di

...

Pulau Lancang Besar 105

Pengembangan Partisipasi Masyarakat Berbasis Pendidikan 108

.

Pengembangan Sarana dan Prasarana

...

110

...

KESIMPULAN 112

...

Kesimpulan 112

...

Saran 112

...

DAFTAR PUSTAKA 114

(159)

DAFTAR TABEL

Halaman 1

.

Luas Vegetasi Mangrove di Kawasan Kepulauan Seribu

...

7 2

.

Luas Wilayah Kelurahan Pulau Pari dan Peruntukannya

...

63 3

.

Komposisi Penduduk Bcrdasarkan Umur. Tahun 200 1

...

64

4

.

Pulau-Pulau Berpenduduk di Kelurahan Pulau Pari. Tahun 2001

...

65 5

.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin. Tahun 2001

...

66 6

.

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian. Tahun 2001

...

67 7

.

Jumlah Murid Berdasarkan Jenis Pendidikan. Tahun 2001

...

68 8

.

Fasilitas Pendidikan Kelurahan Pulau Pari. Tahun 2001

...

70 9

.

Sarana Perekonomian K e l d a n Pulau Pari. Tahun 2001

...

71

10

.

Banyaknya Rumah Menurut Jenis Bangunan di Kelurahan Pulau Pari.

Tahun 200 1

...

74 1 1

.

Banyaknya Armada Nelayan di Kelurahan Pulau Pari. Tahun 2001

...

75

12

.

Banyaknya Alat Penangkapari Ikan di Kelurahan Pulau Pari. Tahun

2001

...

76

13

.

~arakeristik Mayoritas Responden di Pulau Lancang Besar. Tahun

2001

...

76 14

.

Penghasilan Responden di Pula-u iancang Besar. Tahun 2001

...

78

15

.

Kategori Tingkat Partisipasi Penduduk dalarn Penngelolaan Mangrove

di Pulau Lancang Besar. Tahun 2001

...

82

16

.

Nilai Koefisien Korelasi Kank Speamian dari Hubungan antara Faktor

Kzrakteristik Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi

...

85

...

17

.

Keragaan Umur Responden di Lokasi Penelitian 86

...

1 8

.

Keragaan Pendidikan Responden di Lokasi Penelitian 87

...

19

.

Keragaan Jumlah Anggota Keluarga Responden di Lokasi Penelitian 89

...

20

.

Keragaan Lama Bekerja Responden di Lokasi Penelitian 90
(160)

23

.

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Ekosistem Hutan Mangrove

...

94 24

.

Identifikari Faktor Internal (StrengthszS. ~ e a k n e s s = ~ ) dan Faktor

Eksternal (Opportunities=O. Threats=T) Pengembangan ~kosistem Mangrove di Pulau Lancang Besar

...

97

25

.

Identifikasi dan Pembobotan SWOT

...

105
(161)

Halaman

...

1

.

Diagram Pendekatan Masalah 12

...

2

.

Keterkaitan Masyarakat dengan Ekosistem Mangrove 52
(162)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Peta Kec. Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Administratif Kepulauan

Seribu, DKI Jakarta

...

...

... ...

... ...

.

.

1 18 2. Peta Lokasi Penelitian di Pulau Lancang Besar, Kec.Kepulauan Seribu

Selatan, Kab. Administratif Kepulauan Seribu

... 1 19

3. Produk yang Dihasilkan Mangrove

...

120

4. Data Peruntukan Setiap Pulau di Kepulauan Seribu

...

123 5. Responden Penduduk Tetap di Pulau Lancang Besar

...

125 6. Responden Penduduk Pendatang di Pulau Lancang Besar

...

..

...

..

126

7.

Hasil Analisis Statistical Product and Service Solutions (SPSS)
(163)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan

teritorial darat dan laut seluas 7,7 juta km2, terdiri atas 17.528 pulau yang

membentang sepanjang 5.120

km

dari timur ke barat sepanjang khatulistiwa dan

1.760 km dari utara ke selatan. Lebih dari 75 % wilayah Indonesia terdiri atas

perairan laut, pantai dan pesisir dengan panjang pantai lebih dari 81.000

krn,

garis

pantai terpanjang di dunia (Dahuri, 2000). Lebih lanjut Dahuri (2000) menyatakan,

bahwa secara sosial ekonomi wilayah pesisir memiliki arti penting karena sekitar 140

juta (60 %) penduduk Indonesia menempati wilayah pesisir. Sedangkan secara

biofisik, wilayah pesisir memiliki arti penting karena Indonesia merupakan negara

kepulauan dan wilayah pesisir Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang

tinggi.

Kondisi geografis yang ideal menjadikan Indonesia memiliki sumberdaya alam

yang tinggi sebagai modal dasar pembangunan yang wajib dikelola seczra hati-h~ti

dan bijaksana agar membe-rikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia dan

makhluk hidup lainnya di bumi. Penggunaan dan pemani'aatan suatu sumberdaya,

apapun bentuknya hams berlangsung secara lestari, seimbang, selaras dan serasi,

bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Sejalan

dengan arah kebijaksanaan program pembangunan nasional, yaitu memanfaatkan

(164)

2

memperhatikan pelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, maka pada

setiap kegiatan pengembangan sumberdaya alam hams mempertimbangkan aspek

ekonomi, aspek ekologi dan aspek sosial. Kebijaksanaan program pembangunan

nasional dalam kaitannya dengan pembangunan masyarakat pesisir diantaranya

adalah untuk: mengembangkan serta memberdayakan masyarakat kepulauan dan

wilayah pesisir, peningkatan efisiensi dan produktivitas suinberdaya perikanan,

pesisir dan lautan melalui keterpaduan pengelolaan antar berbagai pemanfaatan

secara adil, berimbang dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan pendapatan

daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Sumberdaya alam dan lingkungan memegang peranan penting bagi

pembangunan ekonorni, khususnya di negara berkembang, seperti Indonesia.

Surnberdaya alam, selain menyediakan barang dan jasa, juga menjadi tulang

punggung (backbone) dari pertumbuhan ekonomi dan surnber penghasilan

masyarakat serta sebagai aset bangsa yang penting. Oleh karma itu, ketersediaan d m

kesinambungan (sustainability) dari sumberdaya alam menjadi sangat crucial bagi

kelangsungan pembangunan ekonomi dan sangat tergantung kepada kine rja pengelola

yaitu masyarakat dan pemerintah.

Selain berperan sebagai tulang pungg-mg ekonomi, sumberdaya alam,

khususnya yang berada di wilayah pesisir, juga memainkan peranan penting ditinjau

dari sudut ekologis. Fungsi utarnanya sebagai penyeimbang ekosistem dan penyedia

berbagai kebutuhan hidup bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumberdaya

hutan mangrove misalnya, selain dikenal memiliki potensi ekonomi sebagai penyedia

(165)

3

dan nursery ground bagi jenis-jenis udang (Fauzi, 1999). Hutan mangrove sendiri

merupakan komunitas vegetasi pantai tropis .yang di dominasi oleh beberapa jenis

pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut

terutarna pantai berlumpur, seperti jenis Rhizopora, Avicenia, Bruguiera dan

Sonneratia. Namun, jenis-jenis ini juga dikenal sering berasosiasi dengan jenis lain

seperti nipah (Nypha fruticans), anggrek (Dendrodium spp.) dan tumbuhan bukan

mangrove lainnya.

Habitat hutan mangrove mempunyai karakteristik tersendiri, umumnya turnbuh

pada daerah intertidal dimana jenis tanahnya berlumput, berlempung dan berpasir.

Selain itu, daerahnya tergenang air laut secara berkala, menerima pasokan air tawar

yang cukup, terlindung dari gelombang besar dan a m pasang surut yang kuat dan

mempunyai salinitas air 2-38 %O (Bengen, 2000). Hutan mangrove merupakan

kawasan lahan basah dengan karakteristik yang unik dan merupakan sumberdaya

alam yang berperan ganda baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun ekologi. Secara

fisik, hutan mangrove dapat berfungsi untuk menjaga garis pantai agar stabil,

mempercepat perlwan lahan, melindungi pantai dan tebing sungai serta mengolah

bahan limbah. Fungsi biologis hutan mangrove sebagai tempat pembenihan ikan,

~ d a n g , kermg dan jenis biota iainnya, tempat bersarangnya hurung dan habitat alami

dari jenis biota perairan. Selain itu, secara ekonomis dapat digunakan sebagai energi

seperti kayu bakar, arang, bahan bangman, sumber potensi perikanan, pertanian,

bahan tekstil, bahan penyamak dan produk ekonomi lainnya.

Luas kawasan hutan mangrove di Indonesia adalah terbesar di dunia (18

-

23
(166)

4

1996 dalam Noor et al, 1999). Keberadaan hutan mangrove dari tahun ke tahun t e m

mengalami kemunduran, yaitu terjadi kemakan yang mengkhawatirkan bahkan juga

penyusutan, bukan hanya kuantitasnya tetapi juga kualitasnya. Rusaknya hutan

mangrove di Indonesia disebabkan karena meningkatnya konversi lahan sejalan

dengan meningkatnya jumlah penduduk. Seiring dengan pertumbuhan penduduk

yang semakin cepat, menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat,

sebagai konsekuensinya peningkatan pembangunan dan pemukiman menimbulkan

tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam, yang pada kenyataannya belum

banyak memperhitungkan kerugian yang berdampak ekologis. Demikian juga halnya

dengan pembangunan wilayah pantai sekitar kawasan hutan mangrove, dimana

pemanfaatan kawasan pantai untuk tambak ikan tidak dilakukan secara bijaksana dan

berwawsisan lingkungan. Selain itu, kemakan juga disebabkan pencemaran limbah

industri maupun limbah rumah tangga dari pemukiman sekitarnya clan dampaknya

sangat besar.

Jenis-jenis flora yang terdapat di hutan mangrove Indonesia terdiri atas 35 jenis

berbentuk pohon, 9 jenis berbentuk terna, 9 jenis berbentuk liana, 29 jenis tumbuhan

epifit, 2 jenis tumbuhan parasit serta 5 jenis berbentuk perdu (Soerianegara dan

Kusmana, 1993 dalam Kusmana, 1997). Sedangkan jenis fauna secara garis besar

terdiri atas fauna daratan seperti insekta, ular, monyet dan burung serta fauna laut

seperti udang, kepiting, kerang dan ikan. Luas hutan mangrove di Indonesia dari

(167)

5

luas hutan mangrove adalah f 180.000 Ha dan pada tahun 1990 hanya tersisa

+

20.000 Ha (Noor et al, 1999).

Peranan penting ekosistem mangrove adalah sebagai jalur hijau yang berfungsi

untuk menjaga garis pantai dari abrasi, menjadi penyangga terhadap perembesan air

laut dan pengolah bahan limbah. Ekosistem mangrove berperan dalam perekonomian

sebagai sumber bahan lingkungan dan sumber bahan baku beberapa industri.

Sedangkan peranan ekologi, selain sebagai nursery ground, juga berfungsi sebagai

daerah mencari makan beberapa biota laut dan sumber plasma nutfah serta tempat

bersarang burung. Selain itu, ekosistem mangrove sejak lama dimanfaatkan oleh

masyarakat yang tinggal disekitarnya sebagai sumber kayu bakar, bahan bangunan,

alat penangkapan ikan, peralatan rumah tangga dan untuk mengambil sumberdaya

ikan, udang dan kerang-kerangan.

Narnun, sering dikalahkan oleh peranan pembangunan yang berorientasi pada

sektor ekonomi, baik dari segi pemanfaatan lahahya, tetapi juga dari segi

pemanfaatan hutan mangrove, yaitu pemanfaatan secara tradisional (skala kecil) dan

pemanfmtan secara komersial (skala besar). Secara tradisional, sumberdaya yang ada

di ekosistem mangrove, seperti kayu, ikan, udang, kepiting, kerang-kerangan dan

satwa lainnya, sudah sejak lama dimanfaatkan oleh penduduk sekitarnya untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kayu mangrove dimanfaatkan untuk bahan

pembuat rumah, pagar, kayu api, arang, tiang-tiang pancang dan alat penangkapan

(168)

6

Taiwan. Arang dari Riau dan Aceh terutarna di ekspor ke Singapura, Malaysia dan

Hongkong

.

Walaupun lahan mangrove tidak cocok untuk pertanian dan perkebunan, namun

pada proyek-proyek transmigrasi di daerah pasang surut telah banyak lahan mangrove

yang dikonversi menjadi lahan pertanian dan perkebunan padi, kelapa, pisang,

singkong dan sayur-sayuran. Sejalan dengan itu, maka tekanan terhadap ekosistem

mangrove terus meningkat, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan areal dan

tata guna hutan. Untuk mencegah kerusakan hutan mangrove dari konversi lahan

tersebut, maka pemerintah menerapkan kebijakan pembangunan ekonomi

berkelanjutan. Dimana lingkungan hidup beserta isinya hams dilestarikan dan

diselaraskan antara kepentingan ekonomi masyarakat dan kepentingan ekologis 11utan

mangrove.

Kepulauan Seribu inerupakan gugusan pulau karang di wilayah DKI Jakarta

yang terdiri dari 1 19 pulau yang tersebar secara tidak teratur, beberapa diantaranya masih memiliki ekosistem vegetasi lokal yang bagus. Keberadaan vegetasi lokal di

wilayah Kepulauan Seribu terdapat pada beberapa pulau, terdiri atas vegetasi

mangrove dan vegetasi pantai. Vegetasi pantai antara lain pandan (Pandanus

rectoriws), cemara laut (Cassuarina eauisetfolia), waru laut (Bihiscus tiliaceus),

butun (Barringtonia asiatica) dan centigi (Pemphis acidula). Sedangkan jenis

mangrove yang ada adalah jenis Rhyzophora stylosa, Rhyzophora apiculata,

Rhyzophora rnucronata, Sonneratia alba dan Avicenia marina, yang kondisinya perlu

dilakukan rehabilitasi dan pemeliharaan secara terus-menerus. Tabel 1 menguraikan

(169)

Tabel

1.

Luas Vegetasi Mangrove di Kawasan Kepulauan Seribu

NO. LOKASI LUAS (Ha)

I

I

SM Pulau Rambut

I

I

Pulau Lancang Besar 16,50

I

27,OO

CA Pulau Bokor

I

I

25,23 Pulau Untung Jawa

I

3 1 ,OO

I

I

Pulau Peteloran Barat

I

11,30

CA Penjaliran Barat

I

Perurnusan Masalah

I

8,30

CA Penjaliran Timur

I

Pulau Lancang Besar memiliki luas daratan 15,13 Ha dan merupakan salah satu

I

6,80

Jumlah

pulau berpenghuni di kawasan Kepulauan Seribu yang masih memiliki eksosistem

I

126,13

mangrove yang cukup bagus. Di pulau ini terdapat kurang lebih 16,5 Ha lahan

Sumber : Nyoto Santoso, 2000

mangrove yang mengelilingi sebagian pulau, namun sebanyak 5 Ila merupakan

kawasan yang kondisinya sudah sangat rusak. Sedangkan sisa potensi ekosistem

mangrove sekitar 11,5 Ha masih terjaga kelestariannya dan merupakan daerah yang

cukup potensial daiam menunjang keanekaragaman biota laut di peraiian Kepulauan

Seribu pada urnurnnya dan Kelurahan Pulau Pari khususnya.

Secara geografis, Pulau Lancang Besar berdekatan dengan daratan Kabupaten

Tangerang dan memiliki dermaga yang cukup bagus sehingga banyak dijadikan

sebagai tempat singgah bagi nelayan maupun profesi lain dan menetap untuk jangka

[image:169.534.68.474.60.622.2]
(170)

8

perbaikan jaring dan peralatan penangkapan lainnya, sehingga kemungkinan terjadi

tekanan terhadap keberadaan mangrove di Pulau Lancang Besar lebih besar. Oleh

sebab itu, sangat penting bagi masyarakat lokal maupun pendatang untuk berperan

aktif dalam meningkatkan dan menjaga pengelolaan sumberdaya mangrove yang ada

di Pulau Lancang Besar.

Mengacu pada ha1 tersebut, maka permasalahan yang dimunculkan adalah:

1) Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem

mangrove?

2) Faktor-faktor apa saja diantara faktor karakteristik masyarakat yang

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalarn upaya pengelolaan

ekosistem mangrove?

3) Bagaimana strategi yang perlu diterapkan dalam pengembangan ekosistem

mangrove di Pulau Lancang Besar?

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji tingkat partisipasi masyarakat serta

mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh didalamnya beserta strategi yang

perlu dikembangkan dalam pei~gembangan ekosistem hutan mangrove.

Sedangkan kegunaannya adalah memberikan infbrmasi dasar bagi upaya

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, khususnya birokrat agar dapat

menuangkan kebijakan yang berkaitan dengan upaya pelestarian sumberdaya alam,

(171)

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

1) Keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove dipengaruhi oleh tingkat

partisipasi masyarakat

2) Terdapat hubungan yang nyata antara faktor karakteristik masyarakat,

seperti urnur, pendidikan formal, lama beke rja, jumlah anggota keluarga,

keanggotaan suatu organisasi dan pendapatan dengan tingkat partisipasi

masyarakat setempat dalam pengelolaan ekosistem mangrove

Kerangka Pemikiran

Ekosistem mangrove di Fulau Lancang Besar terdiri dari berbagai komponen

sumberdaya hayati berupa flora, fauns, manusia atau rnasyarakat dm non-hayati

berupa lahan, baik itu berupa daratan maupun perairan. Masyarakat sebagai salah

satu komponen di dalam ekosistem tersebut memanfaatkan komponen lainnya untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. PaCa populasi yang masih dalan arnbang batas

perubahan yang dapat diterima oleh ekosistem, bertambahwya populasi penduduk di

scicitar hutan mangrove menyebabkan k e b u t ~ h a ~ hidup meningkat sehingga terjadi

pernanfaatan yang melebihi batas perubahan yang dapat diterima dan akhirnya terjadi

ketidakseimbangan di dalam ekosistem mangrove tersebut.

Dalam kegiatan pengelolaan eksosistem mangrove yang berkelanjutan berbasis

masyarakat, diperlukan pengetahuan faktor karakteristik masyarakat seperti umur,

(172)

10

pendapatan. Responden yang diambil adalah mereka yang berprofesi sebagai

nelayan, dikarenakan mayoritas penduduk Pulau Lancang Besar berprofesi sebagai

nelayan dan berdasarkan survei pendahuluan mereka paling mengetahui pengelolaan

ekosistem hutan mangrove di pulau ini.

Setelah diketahui bentuk kegiatan dan faktor karakteristik masyarakat, maka

dapat dilihat mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem

mangrove. Syarat-syarat yang diperlukan agar masyarakat lebih berperan aktif dalam

pembangunan, yaitu: kemauan, kemampuan dan kesempatan. Kesemua ini akan

dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan manusia yang saling

berinteraksi satu dengan lainnya, terutarna faktor-faktor karakteristik masyarakat,

seperti:

umur,

pendidikan, keterampilan, penghasilan, kelembagaan, kepemimpinan,

budaya lokal dan peraturm pemerintah (Slarnet, 1985). Untuk memperoleh strategi

pengelolaan ekosistem mangrove berbasis ramah lingkungan, maka dilakukan analisis

SWOT.

Faktor-faktor karakteristik masyarakat yang dapat mempeng&i partisipasi

dalam pengelolaan hutan mangrove berdasar teori yang dikemukakan oleh

Sastropoetra (1988), antara lain: (1) keadaan sosial masyarakat, meliputi: umur,

tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan lama tinggal (2)

keadaan alam sekitar, yaitu: persepsi tentang pengelolaan ekosistem mangrove dan

pengetahuan tentang fungsi dan manfaat hutan mangrove bagi masyarakat.

Faktor-faktor karakteristik masyarakat mempengaruhi tingkat partisipasi dalam

pengelolaan mangrove. Mengenai umur, semakin tua umur seseorang maka semakin

(173)

tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diharapkan

tingkat partisipasi lebih tinggi, karena pengetahuan tentang arti penting keberadaan

ekositem mangrove lebih dikuasai dari yang pendidikannya rendah. Banyaknya

jumlah anggota keluarga menentukan besarnya tanggungan dan tingkat kesejahteraan,

dan mempenganthi kebutuhan untuk keperluan hidupnya, sehingga terdapat suatu

kaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalarn pengelolaan ekosistem mangrove.

Lama bekerja di bidang tertentu membuat seseorang aktif atau pasif dalam

berpartisipasi. Seorang yang dalam bekerja memanfaatkan langsung atau tidak

langsung ekositem mangrove cenderung akan memelihara keberadaan mangrove.

Mengenai tingkat pendapatan, semakin rendah pendapatan mendorong seseorang

untuk menguras surnberdaya yang ada untuk keperluan hidupnya. Sedangkan

keanggotaan suatu organisasi membuat seseorang lebih me~getahui keberadaan

mangrove, karena dengan berorganisasi lebih banyak diadakan diskusi baik tentang

organisasinya itu sendiri, lingkungan hidup, maupun lainnya termasuk keberadaan

ekositem mangrove.

Kerangka pendekatan masalah untuk mengetahui parameter yang berperan

(174)
[image:174.538.76.490.55.403.2]

Gambar 1. Diagram Pendekatan Masalah

Persepsi, menurut Nana Sudjana (1990), sebagai tanggapan, pendapat yang

Kegiatan Pengelolaan Ekosistem Mangrove

didalamnya terkandung unsur penilaian seseorang terhadap objek dan gejala Partisipasi Masyarakat dalam

berdasarkan pengalaman clan wawasan yang dirnilikinya.

\

Faktor-faktor Karakteristik Masyarakat

t

SWOT

Analisis

Ekosistem Hutan Mangrove

+

Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove, berupa:

-

Reboisasi

-

Pemeliharaan

-

Pengamanan
(175)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Mangrove

Hutan mangrove seringkali juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut, hutan

payau, atau hutan bakau. Akan tetapi, istilah bakau sebenarnya hanyalah merupakan

nama dari salah satu jenis turnbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu jenis

Rhizophora spp. Oleh karena itu, hutan mangrove sudah ditetapkan sebagai nama

baku untuk mangrove forest. Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yang

khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang

surut air laut.

Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari deburan

ombak dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang

memiiiki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung

lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak terdapat muara sungai, hutan

mangrove pertumbuhannya tidak optimal. Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir

yang terjal dan berombak besar dengan arus pasaag surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur, substrat yang diperlukan untuk

pert~r~buhannya. Ini terbukti dari daerah penyebaran mangrove di Indonesia, yang

umurnnya terdapat di Pantai Timur Sumatera, Kalimantan, Pantai Utara Jawa dan

Irian Jaya. Penyebaran hutan mangrove juga dibatasi oleh letak lintang, karena

(176)

14

Menurut Nirarita, et a1 (1996), mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu

pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau,

sampai harnpir tawar, serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar.

1) Mangrove terbuka

Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Komposisi

floristik dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung pada substratnya.

Sonneratia alba cenderung untuk mendominasi daerah berpasir, sementara

Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk mendominasi

daerah yang lebih berlumpur. Meskipun demikian, Sonneratia berasosiasi

dengan Avicennia jika tanah lumpurnya kaya bahan organik.

2) Mangrove tengah

Mangrove di zona ini terletak di belakang mangrove zona terbuka. Di zona ini

biasanya di dominasi oleh jenis Rhizophora. Selain itu, juga ditemukan

Bruguiera eriopetala, Bruguiera gymnorrhiza, Excoecaria agallocha,

Rizhophora mucronata, Xylocarpus granatum d m Xylocarpus moluccensis.

3) Mangrove payau

Mangrove berada di sepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar. Di

zona ini biasanya di dominasi oleh komunitas Nypha atau Sonneratia.

4) Mangrove daratan

Mangrove berada di zona perairan payau atau harnpir tawar di belakang jalur

hijau mangrove sebenarnya. Jenis-jenis yang urnum ditemukan pada zona ini

(177)

15

Lumnitzera racemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis. Zona ini

memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya.

Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam, vegetasi mangrove, namun

kenyataannya di lapangan tidaklah sesederhana itu. Banyak forrnasi serta zona

vegetasi yang tumpang tindih dan bercampur serta seringkali struktur dan korelasi

yang nampak di suatu daerah tidak selalu dapat diaplikasikan di daerah yang lain.

Komposisi hutan mangrove di 1ndo1,esia sangat beragam, ha1 ini dapat dilihat

dari perbedaan lamanya genangan, salinitas dan jenis substrat. Akibatnya hutan

mangrove mempunyai struktur yang khas yaitu dapat membentuk lapisan atau zona-

zona vegetasi yang berbeda satu dengan lainnya. Setiap zonasi itu dinamakan

berdasarkan jenis-jenis tumbuhan yang dominan mirarita, et al, 1996). Sebagai salah

satu contoh tipe zonasi yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut:

'1) Daerah yang paling dekat dengan laut sering ditumbuhi oleh Avicenia dan

Sonneratia. Sonneratia biasa tumbuh pada lurnpur dalam, yang kaya akan.

bahan organik

2) Lebih ke arah darat di dominasi oleh jenis Rhizophora spp, selain itu terdapat

juga jenis Bruguiera dan Xylocarpus

3) Zona berikutnya di dominasi oleh Bruguiera spp

Fungsi dan Potensi

Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropika yang

memiliki banyak manfaat, baik aspek ekologi maupun aspek sosial ek~nomi. Peranan

(178)

16

hidup, baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun tajuk-tajuk pohon mangrove

serta ketergantungan manusia terhadap ekosistem tersebut.

Sugiarto dan Ekayanto, (1996) menyatakan bahwa hutan mangrove memiliki

fungsi antara lain: (1) sebagai pelindung pantai dari gempuran ombak, arus dan angin,

(2) sebagai tempat berlindung, berpijah atau berkembang biak, dan daerah asuhan berbagai jenis biota, (3) sebagai penghasil bahan organik yang sangat produktif dan

(4) sebagai sumber bahan baku industri. Secara fisik hutan mangrove dapat berfungsi

sebagai hutan lindung. Sistem perakaran yang khas pada tumbuhan mangrove dapat

menghambat arus dan ombak, sehingga menjaga garis pantai tetap stabil dan

terhindar dari pengikisan (abrasi). Selain itu, juga sebagai penyangga daratan

dari

rembesan air laut serta penghalang angin. Keadaan hutan mangrove yang relatif lebih

tenang, terlindung dan sangat subur merupakan tempat yang aman bagi biota laut

umumnya.

Fungsi lain yang penting adalah sebagai penghasil bahan organik yang

menipakan mata utarna dalarn jaringan makanan ekosistem mangrove. Daun

mangrcve yslng gugur dan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme diuraikan

menjadi partikel-partikel detritus. Detritus tersebut kemudian akan diubah menjadi

bahan makanan bagi hewan pemakan detritus seperti cacing dan mysidaceae (udang

kecillrebon). Selanjutnya hewan pemakan detritus menjadi makanan larva ikan,

udang dan hewan lainnya. Pada tingkat berikutnya, hewan-hewan tersebut menjadi

makanan bagi hewan lainnya yang lebih besar dan begitu seterusnya.

Fungsi penting lainnya dari ekosistem mangrove adalah manfaat sosial ekonomi

(179)

17

berbagai jenis hasil hutan dan hasil ikutan lainnya. Dahuri, et al (1996)

mengidentifikasikan kurang lebih 70 macam kegunaan pohon mangrove bagi.

kepentingan manusia, baik produk langsung maupun tidak langsung, yang sebagian

besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Manfaat langsung, seperti: bahan baku

bangunan, alat tangkap, pupuk pertanian, bahan baku kertas, makanan, obat-obatan,

minuman dan tekstil. Sedangkan produk tidak langsung berupa tempat rekreasi dan

sebagainya.

Hutan mangrove sudah sejak dahulu diketahui mempunyai bermacam-macam

fungsi dan merupakm suatu mata rantai yang sangat penting tetapi sangat

peka

dalam

memelihara daur biologi

di

pesisir. Peranan yang nyata bagi ekosistem perairan

pantai adalah menyediakan bahan makanan

dan

energi bagi kehidupan di pantai tropis

serupa dengan perananjtoplankon dan berjenis-jenis alga di laut (Fortes, 1982).

Hutan mangrove mempunyai multihgsi d m merupakan mata rantai yang

sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan.

Sedikitnya ada 3 h g s i hutan mangrove bagi kehidupan yaitu secara fisik, biologis

dan ekoncmis (Lubis, 199 1 dulum Harahap dan Subhilhar, 1998):

1) Fungsi Fisik Hutan Mangrove

1. Meilyerap gsCOz melalui proses fotosintesis tumbuh-turnbuhannya.

2. Mencegah intrusi air laut ke daratan, yang dapat merusak areal pertanian

dan persediaan air tawar di bawah permukaan tanah.

3. Melindungi pantai dari penggerusan ombak.

4. Menyaring dan menguraikan bahan-bahan organik yang datang dari daratan

(180)

18

5. Pada pantai landai tempat sungai bermuara yang membawa endapan lumpur

dalam jumlah besar, hutan mangrove berfhgsi mempercepat proses daratan.

2) Fungsi Biologis Hutan Mangrove

1. Hutan mangrove merupakan suatu subsistem yang memiliki tingkat

produktivitas bahan pelapukan dan organik mati yang sangat tinggi. Bahan

pelapukan dan organik mati ini ternyata sumber makanan yang sangat baik

dan penting bagi hewan-hewan seperti udang, kepiting, kerang, zooplankton

dan invertebrata kecil lainnya.

2. Berkaitan erat dengan butir 1 di ahxi, hewan pemakan bahan pelapukan dan

organik mati tersebut kemudian menjadi bahan makanan bagi hewan

pemakan daging termasuk ikan.

3. Sebagai tempat berpijah berbagai jenis biota laut.

4. Sebagai habitat alami berbagai jenis binatang seperti bunmg, kera dan ular.

3) Fungsi Ekonomis Hutan Mangrove

1. Sebagai sumber kayu untuk kayu bakar, arang, bahan bangunan, dat-alat

rurnah tangga, alat-alat perikanan d m bahan pertanian.

2. Sebagai

bahan

baku industri (makanan, obat-obatan, tekstil, penyamak kulit, pulp, rayon dan kern).

3. Sebagai tempat pertambakan udang dan ikan, tempat pembuatan garam dan

sebagai tempat rekreasi.

Hardjosentono (1979) mengatakan ada 3 faktor utarna yang menguasai

kepentingan ekologi dari jenis-jenis turnbuhan mangrove dimana faktor ini dari suatu

(181)

1) Tipe tanah, keras atau lunak, berpasir atau berlumpur, dalam berbagai perbwdingan;

2) Salinitas, dari variasi rata-rata harian maupun tahunan, yang secara kasar

berkaitan dengan fiekuensi, dalam, serta lamanya penggenangan;

3) Ketahanan jenis-jenis tumbuhan magrove terhadap arus d m ombak.

Sebagai suatu sistem estuaria, secara keseluruhan daerah hutan mangrove bukan

hanya sekedar suatu lahan yang tidak terpakai (waste land), melainkan suatu kawasan

yang memiliki berbagai kegunaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia

yang menguntungkan. Hutan mangrove dapat menjadi tempat pemeliharaan, mencari

makan, dan membesarkan berjenis-jenis hewan laut dan burung-burung pantai

(Melana, 1982).

Di antara berbagai peranan hutan mangrove seperti di atas, yang terpenting

adalah peranannya sebagai mata rantal perputaran energi dan unsur hara untuk

kehidupan alam hayati laut (Hardjosentono, 1979). Selain itu, hutan mangrove yang

tumbuhannya mempunyai sistem perakaran yang khas, dapat melindungi pantai dari

pengaruh erosi, karenil dapat menenangkan gerakan air yang berkelanjutan, menahan

kembalinya atau terhanyutnya bahm organik dan lumpur dari sungai ke laut. Untuk

kepe:lu= perlindungan dan pelestarian alam, ekosistem hutan mangrove dapat

dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah, suaka margasatwa burung-burung

pantai, pelestarian pantai, dan habitat pemeliharaan bermacam-macam biota lzut.

Dengan peranan dan manfaat yang beranekaragam, hutan mangrove memiliki

kemampuan besar untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, sehingga

(182)

20

pemanfaatannya yang berlebihan justru sering merugikan ekosistem hutan mangrove

sendiii. Noor et al, (1999) menyatakan bahwa manfaat mangrove sangat beragam,

sehingga tingkat dan laju perekonomian pedesaan yang berada di kawasan pesisir

seringkaii sangat bergantung pada habitat mangrove yang ada di sekitarnya.

Contohnya, perikanan pantai yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan mangrove,

merupakan produk yang secara tidak langsung mempengaruhi taraf hidup dan

perekonomian desa-desa nelayan.

Produk yang paling memiliki nilai ekonomis tinggi dari ekosistem mangrove

adalah perikanan pesisir. Banyak jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi

menghabiskan sebagian siklus hidupnya pada habitat mangrove (Sasekurnar et al,

1992 dan Burhanuddin, 1993 dalam Noor et al, 1999). Kakap (Lutes calcacifer),

kepiting mangrove (Scylla serrata) serta ikan salmon (Polynemus sheridani)

merupakan jenis ikan yang secara langsung berkaitan dengan habitat mangrove

(Griffin, 1985 dalam Noor et al, 1999). Djamali, 1991 dalam Noor et a1 (1999),

mengernukakan adanya hubungan linier positif antara luas hutan mangrove dengan

produksi udang, dimana makin luas hutan mangrove maitin tinggi produksi udang dan

sebaliknya.

Keberadaan mangrove berkaitan erat dengan tingkat procluksi periicanan. Di

Indonesia ha1 ini dapat dilihat bahwa daerah-daerah perikanan potensial seperti di

perairan sebelah timur Sumatera, pantai selatan dan timur Kalimantan, pantai Cilacap

dan pantai selatan Irian Jaya yang kesemuanya masih berbatasan dengan hutan

mangrove yang cukup luas dan bahkan masih perawan (Soewito, 1984 dalam Noor et

(183)

sebelum Perang Dunia I1 merupakan penghasil ikan utama di Indonesia bahkan di

dunia, salah satunya disebabkan oleh rusaknya mangrove di daerah sekitarnya (Kasry,

1 984 dalam Noor et al, 1999).

Peranan mangrove dalam menunjang kegiatan perikanan pantai dapat disarikan

dalam dua hal:

1) Mangrove berperan penting dalam siklus hidup berbagai jenis ikan, udang dan

moluska (Davies dan Claridge, 1993 dalam Noor et al, 1999). Hal ini terjadi

karena lingkungan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa

bahan-bahan organik yang masuk ke dalam rantai makanan.

2) Mangrove merupakan pemasok bahan organik, sehingga dapat menyediakan

makanan untuk organisme yang hidup pada perairan sekitarnya (Mann, 1982

dalam Noor et al, 1999). Produksi serasah mangrove berperan penting dalam

kesuburan perairan pesisir dan hutan mangrove dianggap yang paling produktif

diantara ekosistem pesisir. Di Indonesia, priduksi serasah mangrove berkisar

antara 7 - 8 ton/Ha/tahun (Nontji, 1993).

Para ahli sependapat bahwa hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang unik dan memiliki berbagai macam fimgsi bagi lingkungan hidup, yaitu: h g s i fisik,

fimgsi biologis dan fimgsi sosial ekonomi atau produksi.

1) Dari aspek fisik, hutan mangrove berfungsi menjaga garis pantai tetap stabil,

melindungi tebing atau pinggir sungai, mencegah terjadinya erosi air laut,

pengendali banjir dan perangkap zat-zat pencemar atau limbah

2) Dari aspek biologis, hutan mangrove mempunyai fimgsi sebagai daerah asuhan

(184)

22

kehidupan jenis-jenis kerang dan kepiting, tempat bersarang berbagai jenis

burung serta menjadi habitat alami berbagai jenis biota.

Dari aspek sosial ekonomi atau produksi, hutan mangrove telah lama

dimanfaatkan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Saenger et a1 (1983)

dalam Naarnin (1991) mencatat 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh

masyarakat, misalnya

untuk

bahan bakar (kayu api, arang dan alkohol), bahan

bangunan (kayu bangunan, tiang, pagu-pagu dan pagar), alat penangkap ikan

(sero, bubu clan pelampung), tekstil dan kulit rayon, bahan

untuk

pakaian,

tannin

untuk

penyamak kulit, makanan, minuman, obat-obatan (gda, alkohol,

minyak sayur, cuka), peralatan rurnah tangga (mebel, lem dan minyak

untuk

menata rambut), pertanian (pupuk hijau), produk bahan baku kertas dan

sumberdaya darn (ikan, udang, kerang-kerangan, kepiting, madu, burung,

mamalia dan reptilia).

Interaksi Mangrove dengan Faktor-Faktor Lingkungan

Mangrove umumnya mendominasi hamparan lumpur zona pantai d m daerah

estuaria. Di daerah pantai, pasang surut menentukan pembagian zona tumbuhan dan

komunitas hewan yang ditentukan di antara mangrove. Lama pasang mempengaruhi

perubahan salinitas di daerah mangrove yang merupakan salah satu faktor pembatas

distribusi spesies, khususnya distribusi horizontal. Pasang surut juga berpengaruh

pada perpindahan massa air tawar dengan air laut dan akibatnya mempengaruhi

(185)

23

Arus di hutan mangrove baik secara langsung atau tidak langsung dapat

merubah kelakuan struktur dan fungsi dari ekosistem tersebut. .Pengaruh langsung

terjadi pada distribusi spesies tumbuhan. Secara tidak langsung, efeknya terlihat pada

sedimentasi pantai dan pembentukan padatan-padatan pasir di m w a sungai. Oleh

karena itu, di beberapa daerah pantai dimana terjadi akumulasi sedimen, mangrove

meluas dengan adanya peningkatan luas daratan.

Suhu merupakan faktor penting dalam proses fisiologis tumbuhan mangrove,

seperti fotosintesis dan respirasi. Begitu juga salinitas merupakan faktor lingkungan

yang sangat menentukan perkembangan hutan mangrove. Kandungan oksigen terlarut

merupakan faktor penting bagi keberadaan tumbuhan dan hewan mangrove,

khususnya dalam respirasi dan fotosintesis. Disamping itu, DO (Deoxygenation)

penting dalam proses dekomposisi sampah. Substrat pada hutan mangrove yang

berlumpur dan jenuh dengan air, mengandung DO rendah atau bahkan tidak

mengandung DO. Dalam kondisi ini hanya jenis-jenis tumbuhan tertentu yang &pat

hidup. Untuk mengatasi kondisi tersebut, tumbuhan beradaptasi secara fisiologis

lewat akarnya yaitu akar udara, seperti akar lutut pada Bruguizra spp., akar pasak

pada Sonneratia spp. dan Avicenia spp. serta akar tunjang pada Rhizophora spp.

Substrat di hutan mangrove mempunyai ciri-ciri sela!u basah, mengandung

garam, sedikit oksigen, berbentuk butiran dan kaya

akan

bahan organik. Substrat

tempat tumbuh mangrove terbentuk dari akurnulasi sedimen yang berasal dari sungai,

pantai atau erosi tanah yang terbawa dari dataran tinggi sepanjang sungai atau kanal.

Susunan jenis dan kerapatan tegakan sangat dipengaruhi oleh susunan tekstur substrat

(186)

24

substratnya sebagian besar terdiri atas liat (clay) dan debu (slit), terdapat tegakan

yang lebih rapat dari substrat yang mengandung debu pada konsentrasi lebih rendah

(Kusmana, 1997).

Unsur hara merupakan faktor penting dalam memelihara keseimbangan

ekosistem mangrove. Dalam mangrove, unsur hara dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1) Unsur anorganik

Hara yang sangat penting untuk kehidupan organisme mengrove adalah N, P, K,

Ca, Mg clan Na. Hara ini umumnya terdapat dalam jumlah yang cukup, kecuali

NdanP. .

2) Unsur Organik

Merupakan nutrien organik yang dihasilkan dari bahan biorganik melalui

beberapa tal-lap pada proses degradasi mikrobial.

Untuk kepentingan konservasi serta pengelolaan surnberdaya alarn, jenis-jenis

yang bersifat langka dan endemik hamlah diberi perhatian lebih dan hanya sedikit

jenis mangrove yang bersifat endemik di Indonesia. Hal tersebut kemungkinan

disebabkan karena buah mangrove mudah terbawa oleh gelombang dan tumbuh di

tempat lain. Selain Amyema anisomeres (mangrove sejati), masih terdapat dua jenis

endemik lainnya (mangrove ikutan), yaitu Ixora timorensis (~ubiaceae) yang

merupakan jenis turnbuhan kecil yang diketahui berada di Pulau Jawa dan Kepulauan

Sunda Kecil, serta Rhododendron brookzanum (Ericaceae) yang merupakan epifit

berkayu yang berada di Sumatera dan Kalimantan. Dalam ha1 kelangkaan, di

(187)

1) Lima jenis umum setempat tetapi langka secara global, sehingga berstatus

rentan dan rnemerlukan perhatian khusus untuk pengelolaannya. Jenis-jenisnya

adalah Ceriops decandra, Scyphiphora hydrophyllaceae, Quassia indica,

Sonneratia ovata, Rhododendron brookeanum (dari dua jenis, hanya satu

terkoleksi)

2) ' Lima jenis yang langka di Indonesia tetapi umum di tempat lainnya, sehingga

secara global tidak memerlukan pengelolaan khusue, Jenis-jenis tersebut adalah

Eleocharis parvula, Fimbristylis sieberiana, Sporobolus virginicus, Eleocharis

spiralis dan Scirpus litoralis

3) Empat jenis sisanya berstatus langka secara global, sehingga memerlukan

pengelolaan khusus untuk menjamin kelangsungan hidup. Jenis-jenis tersebut

adalah Amyema anisomeres, Oberonia rhizophoreti, Kandelia candel dan

Nephrolepis acutifolia. Dua diantaranya Amyema anisomeres dan Nephrolepis

acutifolia hanya terkoleksi satu kali, sehingga hanya diakui tipe setempat saja

Hutan bakau ditempati oleh sejumlah kebiting berukuran besar dan udang.

Hewan-hewan ini membuat lubang di dalarn substrat yang lunak dan terrnasuk genera

Uca, kepiting laga Vddler crab), Cardissoma, kepiting darat tropik dan berbagai

kepiting hantu (Cotillu dan Cleistostoma). Kepiting-kepiting ini biasanya kkiusus

memakan partikel-partikel detritus yang ditemukan di dalarn lumpur. Umurnnya

mereka memisahkan partikel detritus dari benda anorganik dengan menyaring

substrat melalui sekumpulan rambut di sekeliling mulutnya. Kepiting-kepiting ini

juga memperlihatkan tingkatan adaptasi yang berbeda untuk hidup di daratan. Hal ini

(188)

26

seperti "paru-paru". Lubang-lubang kepiting ini berfhgsi sebagai tempat

perlindungan dari predator, tempat berkembang biak dan bantuan dalam mencari

makan. Untuk komunitas mangrove, lubang-lubang tersebut berfhgsi sebagai jalur

untuk melewatkan oksigen yang masuk ke substrat yang lebih dalam, sehingga

memperbaiki kondisi anoksik. Daerah-daerah bakau juga berfungsi sebagai habitat

udang Penaeid dan ikan-ikan seperti belanak, yang melewati masa awal hidupnya

pada daerah ini sebelum berpindah ke lepas pantai.

Menurut Dahuri (1996), ada 3 parameter lingkungan utama yang menentukan

kelangsungan hidup dan perturnbuhan mangrove, yaitu:

1) Suplai air tawar dan salinitas

Ketersediaan air tawar dan konsentrasi kadar garam (salinitas) mengendalikan

efisiensi metabolik dari ekosistem hutan mangrove. Ketersediaan air tawar

tergantung dari: (a) fiekuensi dan volume air dari sistem sungai clan irigasi dari

darat, (b) fiekuensi dan volume air pertukaran pasang surut, dan (c) tingkat

evaporasi ke atmosfir. Walaupun spesies hutan mangrove memiliki mekanisme

adaptasi terhadap salinitas yang tinggi (ekstrim), narnun tidali adanya suplai air

tawar yang mengatur kadar garam tanah dan isi air tergantung dari tipe tanah

d m sistem pembuatan irigasi. Per~bahan penggunaan lahan darat

mengakibatkan terjadinya modifikasi masukan air tawar, tidak hanya mengubah

kadar garam yang ada, tetapi dapat mengubah aliran nutrien dan sedimen.

2) Pasokan nutrien

Pasokan nutrien bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang

(189)

27

serta pendaur ulangan nutrien secara internal melalui jaring-jaring makanan

berbasis detritus (detrital food web). Konsentrasi relatif dan nisbah (rasio)

optimal dari nutrien yang diperlukan untuk pemeliharaan produktivitas

ekosistem mangrove ditentukan oleh: (1) frekuensi, jurnlah dan lamanya

penggenangan oleh air asin atau air tawar dan (2) dinamika sirkulasi internal

dari kompleks detritus

3) Stabilitas substrat

Kestabilan substrat, rasio antara erosi dan perubahan letak sedimen diatur oleh

velositas air tawar, muatan sedimen, semburan air pasang surut dan gerak angin.

Arti penting dari perubahan sedimentasi terhadap spesies hutan mangrove

tergarnbar dari kemampuan hutan mangrove untuk menahan akibat yang

menimpa ekosisternnya. Pokok-pokok perubahan sedimentasi dalam ambang

batas kritik meliputi: (a) penggumpalan sedimen yang diikuti dengan kolonisasi

oleh hutan mangrove,'(b) nutrien, bahan pencemar dan endapan lumpur yang

dapat menyimpan nutrien dan menyaring bahan beracun (waste toxic).

Penurunan

luas

hutan mangrove yang terjadi di sepanjang pantai utara Jawa,

sepanjang pesisir Sumatera dan Kalimantan berkaitan dengan permasalahan sebzgai

berikut (Dahuri, 1996):

1) Konservasi kawasan hutan mangrove menjadi berbagai peruntukan lain seperti

tambak, pemukiman dan kawasan industri secara tidak terkendali

2) Belum ada kejelasan tata ruang dan rencana pengembangan wilayah pesisir,

sehingga banyak terjadi tumpang tindih pemanfaatan kawasan hutan mangrove

(190)

3 ) Penebang

Gambar

Gambaran Umum Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu ............... 59 Gambaran Umum Kelurahan Pulau Pari ..................................................
Tabel 1. Luas Vegetasi Mangrove di Kawasan Kepulauan Seribu
Gambar 1. Diagram Pendekatan Masalah
Tabel 2. Tabel 2. Luas Wilayah Kelurahan Pulau Pari dan Peruntukannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak

Penelitian yang dilakukan Nurafifah (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi. Rendahnya pengetahuan

Setiap kali merilis versi dari BEESMART ini kami selalu berupaya untuk tidak hanya melakukan perbaikan, namun juga untuk memberi fitur2 terbaru yang belum pernah kami

Gambar 1 merupakan flowmap tabel laporan pada web. Setelah user melakukan pelaporan gangguan. Admin menerima data laporan tersebut lalu mengkonfirmasi laporan

Aturan yang berupa larangan dan sanksi yang diberlakukan dalam Hukum Adat Sasi di Desa Ohoider Tawun sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat desa tersebut

Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan informasi departemen Humas PT PAL Indonesia (Persero) dalam membangun citra

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas Majelis Hakim Tingkat Banding tak dapat menerima uraian pertimbangan Majelis Hakim Tingkat

Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan sederhana bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah