Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses
penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk
lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia merupakan dampak
keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).
Menua atau menjadi tua yaitu suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho,
2008).
Usia lanjut juga dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat
mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan
keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, hal ini juga termasuk
kedalam tujuan pembangunan kesehatan pada Undang-Undang Republik
Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga pemerintah menyelenggarakan
pemulihan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan
termasuk upaya kesehatan bagi lanjut usia (Depkes RI, 2009).
Perkembangan Penduduk Lanjut Usia (lansia) di Indonesia cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2
tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi
19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010
penduduk lansia di Indonesia 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun.
Sepuluh tahun kemudian atau tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia
mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Pada tahun
2020-2025 Indonesia akan menduduki peringkat keempat dunia setelah China,
India, dan Amerika Serikat (Nugroho, 2008).
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, jumlah
lansia yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 380730 (49,68%) dari
seluruh populasi lansia yang jumlahnya mencapai 766422 jiwa (Profil Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010). Sedangkan Data dari Badan Pusat Statistik
menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia di atas 60 tahun di Provinsi Sumatera
Utara mengalami peningkatan dari sebesar 554.761 jiwa (4,6%) pada tahun 2005
meningkat menjadi sebesar 765.882 jiwa (5,9%) pada tahun 2010. Menurut Badan
Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
lanjut usia di Kota Medan mencapai 117.216 orang (5,59%) yang meningkat
jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang (3,85%) (Mutiara, 2011).
Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia
maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi
kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia
lanjut yang karena kondisi fisik dan mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk
berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari
pemerintah dan masyarakat (Maryam , 2008).
Untuk menjaga dan memelihara kesehatan serta melindungi penduduk usia
lanjut pemerintah melakukan berbagai kebijakan dan program kesehatan lansia
melalui Departemen Kesehatan RI. Yakni Undang-undang No 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia dan Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2004 tentang
pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia menekankan
pentingnya upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan lansia agar tetap
mandiri dan produktif.
Berbagai upaya dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para professional
kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk
mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) lansia.
Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah dilaksanakan
diberbagai tingkatan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pada lansia
yaitu Posyandu lansia. Posyandu lansia atau yang sering disebut juga Posbindu
lansia merupakan bentuk peran serta aktif masyarakat dalam upaya pencegahan
sekaligus peningkatan pengetahuan untuk pencegahan penyakit pada lansia.
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat
dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Maryam , 2010).
Upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat terutama para lansia yaitu dengan dibentuknya Pelayanan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), peran serta masyarakat dalam
rujukan kesehatan. Upaya kesehatan melalui Puskesmas merupakan upaya
menyeluruh dan terpadu yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Tim
Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah merumuskan tatanan
tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat secara rutin setiap
bulannya (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Sasaran Posyandu lansia meliputi beberapa kelompok di mana ada sasaran
langsung dan tidak langsung. Sasaran langsung adalah usia 45-59 tahun, lansia
60-69 tahun, dan lansia resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Sedangkan
sasaran tidak langsung adalah keluarga dimana lansia berada, masyarakat di
lingkungan lansia, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan
lansia, petugas kesehatan yang melayani kesehatan lansia dan masyarakat luas
(Depkes RI, 2006).
Dengan adanya posyandu lansia maka lansia dapat diberikan pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan agar tercapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai eksistensinya. Pelaksanaan pembinaan kesehatan
memperhatikan aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Penilaian keberhasilan program harus dimulai dari awal kegiatan yang meliputi
masukan, proses dan keluaran dengan aspek teknis dan manajerial termasuk
penyediaan sarana, prasarana dan informasi yang digunakan untuk perencanaan
lebih lanjut (Depkes RI, 2005).
Pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan oleh kader dan dibantu dengan
tenaga kesehatan. Kader pelaksana kegiatan posyandu seharusnya berjumlah 5
orang. Kader dibentuk oleh masyarakat melalui musyawarah dan telah disepakati
bersama. Kader berperan dalam mempersiapkan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam kegiatan posyandu, melaksanakan kegiatan posyandu dengan
membuka pelayanan 3 meja, membantu petugas dalam pemeriksaan kesehatan
dan pelayanan lainnya serta melakukan penyuluhan. Kader posyandu lansia
berperan dalam menggerakkan masyarakat mengajak usia lanjut untuk hadir dan
berpartisipasi dalam kegiatan usia lanjut, memberikan penyuluhan,
menyebarluaskan informasi kesehatan seperti cara hidup bersih dan sehat, gizi
usia lanjut dan melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok usia lanjut di Posyandu
(Depkes, 2003).
Di wilayah kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane
Kabupaten Asahan sendiri juga terdapat 9 posyandu lansia yang dilaksanakan
sebulan sekali di setiap desa melalui Petugas Puskesmas yang berbeda setiap
Desanya dan dibantu oleh masyarakat atau yang biasa disebut kader dengan
beranggotakan 5 orang kader. Dari hasil penelitian awal yang dilakukan di
Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Pelaksanaan dilakukan secara
Dari survey yang dilakukan rendahnya kunjungan ke posyandu lansia akibat
kurangnya pengetahuan lansia tentang posyandu lansia sehingga lansia belum
mengetahui manfaat dari posyandu lansia itu sendiri, kurangnya dukungan
keluarga untuk selalu mengingatkan lansia agar mengunjungi posyandu lansia dan
mengantarkan lansia ke posyandu lansia. Hal ini terjadi akibat keberadaan kader
yang belum mampu mendukung setiap lansia untuk berkunjung ke posyandu
lansia. Dari fenomena di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan posyandu lanjut
usia tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan posyandu lansia masih
menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan posyandu lansia, seperti penelitian
Rusdiyanto (2007) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan lansia tentang posyandu lansia dengan frekuensi kunjungan lansia ke
posyandu lansia dan kader posyandu lansia masih memerlukan tambahan
pengetahuan dan keterampilan.
Dalam penelitian Sutini (2010) ada beberapa faktor yang menjadi kendala
pada posyandu lansia seperti pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat
posyandu, jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh dan sulit dijangkau,
dukungan keluarga yang kurang, sikap kader/petugas kesehatan, pihak
pemerintah/institusi, keterampilan kader serta ada tidaknya sarana dan prasarana
yang dibutuhkan.
Penelitian Henniwati (2008), di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten
Aceh Timur, menunjukkan cakupan pemanfaatan posyandu lansia di daerah
mengungkapkan bahwa variabel kualitas pelayanan, jarak tempuh, petugas
kesehatan, berpengaruh dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia
sedangkan variabel umur, pendidikan, jumlah kader tidak ada pengaruh dengan
pemanfaatan pelayanan posyandu lansia.
Maka dari hasil survey awal yang dilakukan di Puskesmas Prapat Janji,
perlu dilakukan penelitian tentang Perilaku Kader Tentang Kegiatan Posyandu
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane
Kabupaten Asahan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian adalah mengetahui Perilaku Kader
Tentang Kegiatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji
Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan Tahun 2015.
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menjelaskan Perilaku Kader Tentang Posyandu Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan Tahun
2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui faktor predisposing kader ( umur, pendidikan,
pengetahuan, sikap) tentang kegiatan posyandu lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan Tahun
2. Untuk mengetahui faktor enabling kader (akses ke tempat posyandu lansia)
tentang kegiatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji
Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan Tahun 2015
3. Untuk mengetahui faktor reinforcing kader (peran kepala desa) tentang
kegiatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji
Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan Tahun 2015
4. Untuk mengetahui Tindakan kader dalam kegiatan posyandu lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Kabupaten
Asahan
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan masukan kepada pihak Puskemas Prapat Janji dalam rangka
pengembangan pelayanan Posyandu Lansia.
2. Sebagai kontribusi terhadap Tim pelaksana Posyandu Lansia dalam
pengembangan Posyandu untuk lansia.
3. Untuk memberikan informasi bagi peneliti lain, yang ingin melakukan