• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

2.1. 1 Definisi Rumah Sakit

Berdasarkan UU No 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar dan Amalia, 2004).

2.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit

(2)

a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;

b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit

c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit,

dan memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit,dan Rumah Sakit.

2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 pasal 4 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 pasal 5 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

(3)

2.1.4 Klasifikasi dan Struktur Organisasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 pasal 24 tentang rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.

1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

(4)

2.2 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Berdasarkan KepMenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit, bahwa Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya., yang bertujuan :

a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan. (merujuk pada SK Dirjen Yanmed nomor YM.00.03.2.3.951)

Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah :

a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya.

b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk dalam kategori khusus.

(5)

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat. g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf

medis dan perawat.

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar dan Amalia, 2004).

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut

2.3.1 Tugas dan Fungsi IFRS

Berdasarkan KepMenkes RI No 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok IFRS yaitu

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

(6)

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit.

Fungsi IFRS yaitu :

a. Pengelolaan pebekalan farmasi

b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. 2.3.2 Struktur Organisasi IFRS

(7)

Gambar 1: contoh struktur organisasi minimal IFRS 2.3.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Berdasarkan KepMenKes No 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan farmasi rumah sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi adalah:

1. memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit dan merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara efektif, efesien dan optimal.

2. mengadakan perbekalan farmasi berpedoman kepada perencanaan yang telah dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku.

3. memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit.

4. menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

Kepala instalasi farmasi Rumah Sakit

Administrasi IFRS

Pengelolaan perbekalan

Pelayanan farmasi klinik

(8)

5. menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.

6. mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

2.3.3.1 Perencanaan

Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain: konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan berdasarkan: Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, dan perencanaan pengembangan.

2.3.3.2 Pengadaan

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui :

1. Pembelian secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi) atau secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/ rekanan 2. melalui produksi/pembuatan sediaan farmasi (produksi steril,produksi non

steril)

(9)

Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat

2.3.3.3 Produksi

Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Produksi Instalasi Farmasi perlu diadakan karena obat-obat yang dikehendaki dalam bentuk tertentu atau obat-obat-obat-obat dengan formulasi dan konsentrasi yang khusus.

2.3.3.4 Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.

2.3.3.5 Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan dengan tujuan untuk:

1. Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu dan kelembaban.

(10)

3. Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu disusun berdasarkan First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)

4. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. 2.3.3.6 Pendistribusian

Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis atau sistem kombinasi. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotek rumah sakit. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja diselenggarakan oleh apotek rumah sakit yang dibuka 24 jam dan ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi (Depkes RI, 2004).

Distribusi obat rumah sakit dilakukan untuk melayani:

1. Pasien Rawat Jalan

Pasien/Keluarga pasien langsung menerima obat dari Instalasi Farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasien/keluarga pasien.

2. Pasien Rawat Inap

(11)

Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan pasien.

Keuntungan sistem ini adalah:

1. Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker 2. Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat 3. Adanya legalisasian persediaan

Kelemahan sistem ini adalah:

1. Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya 2. Obat dapat terlambat ke pasien

b. Floor stock

Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit perawatan sebagai persediaan.Sistem ini memungkinkan perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan.Misalnya untuk persediaan obat-obat emergensi.

Keuntungan sistem ini adalah:

1. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia 2. Meniadakan obat yang return

3. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih 4. Tidak perlu tenaga yang banyak

Kelemahan sistem ini adalah:

1. Persediaan obat di ruangan harus banyak

2. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar. c. One Day Dose Dispensing

One day dose dispensing didefinisikan sebagai obat-obatan yang

(12)

obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk satu hari pemakaian.Sistem ini melibatkan kerjasama antara dokter, apoteker dan perawat.

Keuntungan sistem ini adalah:

1. Pasien hanya membayar obat yang dipakai

2. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan

perawat

3. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat 4. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada.

d. Kombinasi dari beberapa sistem pendistribusian di atas. Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara: 1. Sentralisasi: semua obat dari farmasi pusat

2. Desentralisasi: adanya pelayanan farmasi/depo farmasi Sistem distribusi obat harus menjamin:

1. Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat 2. Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat

3. Kemasan yang menjamin mutu obat 2.3.4 Pelayanan Kefarmasian

Sesuai dengan SK Menkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan,keahlian, ketrampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Tujuannya adalah:

(13)

rumah sakit.

Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat.Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi.

b. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit 2.3.4.1 Pengkajian Resep

Berdasarkan Kepmenkes No 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi rumah sakit, pengkajian resep merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi

• Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

• Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

• Tanggal resep

Ruangan/unit asal resep

Persyaratan farmasi meliputi :

• Bentuk dan kekuatan sediaan

• Dosis dan Jumlah obat

• Stabilitas dan ketersediaan

Aturan, cara dan tehnik penggunaan

Persyaratan klinis meliputi :

• Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

(14)

• Alergi, interaksi dan efek samping obat

• Kontra indikasi

Efek aditif

2.3.4.2 Visite

Berdasarkan SK Menkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasiaan, bahwa visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya

Tujuan :

• Pemilihan obat

• Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik

• Menilai kemajuan pasien.

Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

2.3.4.2.1 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien.

2.3.4.2.2 Pelayanan Informasi Obat/konseling/Edukasi

Pelayanan informasi obat (PIO) adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.

(15)

kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga `pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi.

2.3.4.2.3 Monitoring Efek Samping Obat

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

Tujuan :

• Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang

berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.

• Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah

dikenal sekali, yang baru saja ditemukan.

• Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi

timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya Efek Samping Obat.

2.3.4.2.4 Evaluasi Penggunaan Obat

(16)

1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu.

2. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanankesehatan/dokter satu dengan yang lain.

3. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik

4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.Faktor- faktor yang perlu diperhatikan adalah :

1. Indikator peresepan 2. Indikator pelayanan 3. Indikator fasilitas

2.3.4.2.5 Pemantauan Terapi Obat dan Medication Eror

Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko ROTD. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian pemilihan obat (dosis, cara pemberian obat, respon terapi, ROTD), pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat dan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Tahapan pemantauan terapi obat yaitu pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan tindak lanjut.

Medication error merupakan kesalahan pengobatan yang sesungguhnya

dapat dicegah yang menyebabkan atau mendorong kearah penggunaan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien, pada hal medikasi itu dikontrol oleh

(17)

praktik profesional, produk perawatan kesehatan, prosedur, dan sistem, termasuklah presepan, order communication, product labeling, packaging, dan nomenklatur, compounding, dispensing, distribusi, administration, edukasi,

monitoring, dan penggunaan obat.

2.3.4.3 Dispensing Sediaan Khusus (cytotoxic)

Berdasarkan SK Menkes RI No 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasiaan, dispensing sediaan khusus (cytotoxic) merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.

Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai, sehingga kecelakaan terkendali.

Faktor yang perlu diperhatikan adalah cara pemberian obat kanker , ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai, lemari pencampuran

Biological Safety Cabinet, Hepa Filter, pakaian khusus, sumber daya manusia

(18)

2.4 Instalasi Central Sterile Supply Department ( CSSD )

CSSD adalah Suatu unit yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan proses mulai dari pencucian/dekontaminasi, pengepakan dan sterilisasi peralatan bedah/peralatan lain yang dibutuhkan rumah sakit dalam merawat/melakukan tindakan kepada pasien.

Peran CSSD di rumah sakit adalah :

1. Menyediakan kebutuhan peralatan steril untuk kamar operasi dan bagian lain di

2. Menyelenggarakan proses dekontaminasi, pengemasan, pengepakan dan sterilisasi peralatan RS sesuai standar

3. Memberikan kontribusi dalam pengembangan pelayanan mutu di RS yang terkait.

Central Sterile Supply Department (CSSD) di rumah sakit bertujuan: • Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah

mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna.

• Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit.

• Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang

dihasilkan.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana

coli , Figure S4: time course of glucose yield during bagasse hydrolysis in the 0.05 M [Sbmim][HSO 4 ] solution at 180 ◦ C, Figure S5: Time courses of glucose yields during

Belajar dengan menggunakan flash card dapat meningkatkan perkembangan kognitif pada anak prasekolah, karena permainan flash card merupakan metode belajar sambil

pada Kabupaten Lampung Timur, dan Pesawaran, kemudian P.maydis pada Kabupaten Lampung Selatan.Spesies yang menyerang tanaman jagung di Kabupaten Lampung Timur ( P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Mengetahui Pengaruh Reward terhadap Kinerja Karyawan Bank BNI Syariah Kantor Cabang Semarang 2) Mengetahui Pengaruh Efikasi

Tujuan penelitian ini adalah menampilkan gambaran mengenai lapisan batuan bawah permukaan, menentukan arah sebaran dengan mengkorelasikan seam batubara antar sumur bor

teliti yaitu keluarga Bapak Muh Yasin, Bapak Mudasir, Bapak H. Dan satu yang tidak termasuk kedalam. kriteria keluarga kafa’ah yaitu keluarga bapak

Pada hal, Pasal 4 ayat 2 secara tegas bahwa pelaku usaha patut atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan pemasaran barang atau jasa jika dua