i
RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN
RUMAH TANGGA
(Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Nidya Nur Aufa
NIM : 21113013
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa :
Nama : Nidya Nur Aufa NIM : 211-13-013
Judul : Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga
Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 25 Juli 2018 Pembimbing
iv
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA STUDI DI DESA BENER, KECAMATAN TENGARAN,
KABUPATEN SEMARANG.
Oleh: Nidya Nur Aufa NIM : 21113013
telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Rabu, tanggal 2 Agustus 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH
Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722
v
PERNY
ATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nidya Nur Aufa
NIM : 211-13-013
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Fakultas : Syariah
Judul : Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga
Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 24 Juli 2018 Menyatakan,
vi
MOTTO
Jika Tujuanmu hanya untuk dilihat orang lain maka kamu harus
menjadi beda. Namun jika Tujuanmu Menjadi Manusia Baik maka
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua tercinta dan Keluarga Besar, yang menanti
dan mengharapkan skripsi ini menjadi jalan menuju
kesuksesan, yang selalu mendoakan, mendukung lahir maupun
batin semua perjalanan pencarian ilmuku.
2. Beliau pembimbing skripsi Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.
Semoga selalu di lindungi keberkahan, sesuasi dengan yang
Allah janjikan kepada orang – orang yang mengajarkan dengan
ketulusan, ikhlas lillahi ta’ala.
3. Seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan yang semoga
kita sukses bersama-sama.
4. Setiap orang yang membuka dan menggunakan skripsi ini
utnuk dimanfaatkan.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya yang tiada
terhingga, sehigga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul
Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Studi di Desa
Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia. Beliau Rasulullah sebagai pembimbing umat manusia, yang selalu
diharapkan syafa’atnya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dorongan, dan bimbingan
dari berbagai pihak, sulit kiranya penelitian ini terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, tim peneliti menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga
2. Bapak Sukron Ma’mun, M.Si. selaku Ketua Progam Studi Hukum Keluarga
Islam Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
3. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. Selaku dosen pembimbing skripsi.
4. Para dosen Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah memberikan
pengetahuannya kepada penulis.
5. Seluruh staf tata usaha dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang
ix
6. Bapak dan ibu karyawan perpustakaan yang telah memberikan masukan dan
saran kepada penulis.
7. Seluruh responden yang bersedia memberikan informasi kepada penulis.
8. Keluarga yang selalu memberikan bantuan finansial kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat yang terus memberi semangat kepada penulis.
Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain
memanjatkan doa. Semoga Allah SWT memncatat sebagai amal sholeh dan
mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah. Penelitian ini jauh dari sempurna,
menyadari akan hal ini maka penulis menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat
bermanfaat, khususnya bagi almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.
Salatiga, 3 Agustus 2018
Penulis
x ABSTRAK
Aufa, Nidya Nur. 2018. “Relevansi Kafa‟ah terhadap Keharmonisan Rumah
Tangga (Studi di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang). Skripsi.
Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.
Kata kunci: Kafa’ah, Keluarga Harmonis.
Keluarga harmonis merupakan dambaan bagi setiap orang, tidak terlepas
dari itu kesepadanan (kafa‟ah) menjadi satu diantara beberapa jalan dalam
menggapai keharmonisan tersebut. Meski demikian, tidak sepenuhnya
kesepadanan (kafa‟ah) menjadi hal mutlak yang kemudian mendominasi faktor
penentu keharmonisan dalam keluarga bila di lihat dari realita yang ada di tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana praktik
kafa’ah di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang, (2) mengetahui
bagaimana realisasi keharmonisan rumah tangga di Desa Bener, Kec. Tengaran,
Kab. Semarang, (3) mengetahui apa relevansi kafa’ah terhadap keharmonisan
rumah tangga di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.
Melalui penelitian kualitatif, peneliti berusaha mengungkap permasalahan diatas. Dengan metode ini, dilakukan wawancara kepada informan sesuai data yang dibutuhkan. Peneliti juga menggunakan data dan dokumentasi yang ada. Dan untuk menguji hasil temuan data tersebut, peneliti menganalisis data dengan kerangka teoritik yang peneliti susun.
Penelitian ini menunjukkan dari tujuh keluarga yang penulis teliti di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang terdapat enam keluarga dalam kategori
keluarga kafa’ah sedang satu dari enam keluarga tersebut tidak termasuk kedalam
kategori keluarga kafa’ah. Adapun realisasi keluarga harmonis yang penulis
jumpai terdapat empat keluarga harmonis yaitu keluarga Bapak Muh Yasin, keluarga Bapak Mudasir, keluarga Bapak H. Suyono dan keluarga Bapak A, sedang tiga keluarga lainnya yaitu keluarga Bapak M, keluarga Bapak R dan keluarga Bapak MM tidak harmonis. Kemudian mengenai relevansi antara
kafa’ah dengan keharmonisan dalam rumah tangga tidak secara mutlak kafa’ah ini
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
NOTA PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
F. Metode Penulisan Skripsi ... 10
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 11
2. Kehadiran Dan Tempat Penelitian ... 12
3. Sumber data ... 12
4. Teknik Pengumpulan Data. ... 14
5. Analisis Data ... 17
6. Pengecekan Keabsahan Data ... 17
G. Sistematika Penulisan. ... 19
BAB II: KAFA’AH DAN KEHARMONISAN KELUARGA ... 21
xii
1. Pengertian Kafa‟ah ... 21
2. Sejarah Kafa‟ah ... 22
3.Tujuan Kafa‟ah ... 23
4. Pendapat Ualama tentangKafa‟ah dalam Perkawinan ... 25
5. Kriteria atau batasan Kafa‟ah menurut Ulama dan Undang-Undang ... 26
6. Kafa‟ah persepektif undang-undang dan hukum Islam ... 28
B. Keharmonisan Keluarga ... 29
1. Pengertian keharmonisan Keluarga ... 29
2. Keluarga Harmonis menurut sosiologi ... 30
3. Keluarga Harmonis Menurut Undang-Undang dan hukum Islam ... 33
4. Ciri-ciri Keluarga Sakinah ... 38
BAB III: HASIL PENELITIAN ... 42
A. Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian ... 42
1. Kondisi Letak Geografis Desa Bener ... 42
2. Keadaan Umum Desa Bener ... 43
3. Keadaan Penduduk Desa Bener ... 43
B. Profil Keluarga ... 45
1. Keadaan Keluarga ... 45
a. Keluarga Bapak Muh Yasin ... 45
b. Keluarga bapak Mudasir ... 46
c. Keluarga Bapak H. Suyono ... 47
d. Kelurga bapak M ... 48
e. Kelurga bapak R ... 50
f. Keluarga Bapak MM ... 51
xiii
C. Implementasi Kafa‟ah di Desa Bener ... 52
D. Keharmonisan keluarga ... 55
1. Keluarga Muh Yasin ... 56
A. Analisis PraktikKafa‟ah di Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ... 63
1. Dari Segi Nasab/Keturunan ... 63
a. Pasangan kafa‟ah ... 63
B. Analisis Realisasi Keharmonisan Rumah Tangga di Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ... 67
xiv
1. Keluarga kafa‟ah dan harmonis ... 70
2. Keluarga tidakkafa‟ah tetapi harmonis ... 70
BAB V: PENUTUP ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
1 BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Manusia dikodratkan untuk hidup bersama demi kelangsungan
hidupnya, maka timbul satu jenis hukum yang salah satu ketentuannya
mengatur tentang Pernikahan yang dinamakan Hukum Perdata (Hasan,
2011:1). UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1 menerangkan bahwa Pernikahan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perkawinan dalam Islam
tidaklah semata-semata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan biasa,
akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah. Maka amatlah tepat jika Kompilasi
Hukum Islam pasal 2 menegaskannya bahwa perkawinan adalah “akad yang
sangat kuat (mitsaqon gholidzo) dan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah (Abdurrahman, 1992:21). Untuk
peraturan yang dipakai sebagai dasar dalam hal perkawinan di Indonesia
adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam.
Setiap Keluarga merindukan kebahagiaan dan ketentraman hidup.
Karena dalam keluargalah terjadi hubungan yang paling dekat, paling sering,
bahkan dapat dikatakan terus-menerus. Seseorang akan sengsara apabila tidak
ada ketentraman dalam keluarga, karena setiap waktu dia harus berusaha
2
kurang tentram dan serasi (Daradjat, 1974:1). Salah satu hal untuk dapat
mencapai tujuan tersebut adalah dengan memilih pasangan yang serasi.
Islam mengenal istilah kafa‟ah atau kufu, yaitu yang berarti sama atau
setara. Dalam perkawinan kufu atau kafa‟ah dapat diartikan sebagai
keseimbangan dan keserasihan antara calon istri dan suami sehingga
masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan pernikahan (Ghozali,
2006:96). Sementara itu (Asrizal, 2015:67) dalam jurnalnya mengartikan
Kafa‟ah dalam nikah sebagai keseimbangan antara calon suami dan istri, dari
segi kedudukan (hasab), agama (din), keturunan (nasab) dan semacamnya.
Menurut M Quraisy Syihab (1999:197) dalam bukunya, Wawasan Al-Qur’an,
bahwa perbedaan tingkat pendidikan, budaya dan agama antara suami istri
seringkali memicu konflik yang mengarah pada kegagalan.
Dalam Al-Qur’an juga menyebutkan kesetaraan pada calon istri dan
suami sebagaimana Dalam Surat An-Nur Ayat 26
وُأ ِتاَبِّيَّطلِل َنوُبِّيَّطلاَو َنيِبِّيَّطلِل ُتاَبِّيَّطلاَو ِتاَثيِبَخْلِل َنوُثيِبَخْلاَو َنيِثيِبَخْلِل ُتاَثيِبَخْلا
dituduhkan oleh alam hal ini mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”.Dari ayat tersebut dapat dilihat bahwa hanya dalam kebaikan saja
yang dapat menjadi ukuran bahwa orang tersebut baik atau tidak. Namun
3
ekonomi) Bobot (tinggi rendahnya kualitas diri seseorang) menjadi beberapa
tolok ukur orang tua menyetujui atau memilih jodoh untuk anaknya,
Pertimbangan tersebut dilakukan orang tua bertujuan agar anak yang
dinikahkan akan mampu hidup dengan bahagia dan sejahtera karena dapat
menghadapi berbagai permasalahan hidup dengan baik dalam berumah
tangga.
Dalam hal ini peneliti menemukan beberapa keluarga di Desa Bener
yang menikah tidak dilandaskan dengan kafa’ah atau seimbang secara
keseluruhan maupun beberpa aspek saja namun cukup penting seperti
seagama namun tidak seimbang tingkat pemahaman Agamanya, ada yang
seagama namun nasabnya tidak seimbang, namun ada pula yang kafa’ah
ataupun seimbang dalam segala aspek. Di Desa Bener sendiri kesetaraan
calon suami maupun istri bagi sebagian orang tua masih sangat diperhatikan
namun ada beberapa keluarga yang ketika menikah mereka tidak sekufu
namun hingga sekarang ada yang berpuluh tahun menikah tetap harmonis
hingga memiliki anak cucu, tidak terjadi konflik yang menyebabkan
perceraian. Masyarakat pada umumnya di Desa Bener masih memandang tabu
terhadap pasangan yang tidak sekufu.. Oleh karena itu peneliti memberi judul
“RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH
TANGGA (Studi kasus keluarga di Desa Bener, kec. Tengaran, kab.
4 B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktik kafa‟ah di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab.
Semarang?
2. Bagaimana Realisasi Keharmonisan Rumah tangga Di Desa Bener, Kec.
Tengaran Kab. Semarang?
3. Apa Relevansi kafa‟ah terhadap keharmonisan rumah tangga di Desa
Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. TujuanPenelitian
Pencapaian tujuan penelitian adalah merupakan target utama
dalam penulisan ini dan hasil penelitian ini diharapkan agar dapat:
a. Untuk Mengetahui Praktik kafaah di Desan Bener, Kec. Tengaran,
Kab. Semarang
b. Untuk memaparkan Realisasi Keharmonisan Rumah tangga Di Desa
Bener, Kec. Tengaran Kab. Semarang
c. Untuk menjelaskan Relevansi kafa‟ah terhadap keharmonisan rumah
tangga Muslim di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian antara lain:
a. Memberikan kontribusi intelektual dalam rangka turut berpartisipasi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
pengetahuan seputar poligami.
5
ingin mendalami masalah seputar kafa‟ah.
c. Sebagai referensi bagi Pihak berwenang dalam merumuskan
kebijakan (undang-undang perkawinan)
D. Penegasan Istilah
Di dalam penelitian ini maka penulis mempertegas istilah-istilah yang
mungkin akan mempermudah untuk menjelaskan kelanjutan penelitian ini,
diantaranya :
1. Relevansi menurut KBBI adalah hubungan atau kaitan. Kafa’ah atau kufu
menurut Amir Syarifudin (2014:140) Kafa’ah atau Kufu yaitu yang
berarti sama atau setara. Sementara itu Asrizal (2015:67) dalam jurnalnya
mengartikan Kafa‟ah dalam nikah sebagai keseimbangan antara calon
suami dan isteri, dari segi kedudukan (hasab), agama (din), keturunan
(nasab) dan semacamnya.
2. Keharmonisan Rumah tangga. Keharmonisan, secara terminologi berasal
dari kata harmonis yaitu serasi, selaras. Yang berarti Keharmonisan
adalah keadaan selaras atau serasi. Untuk mencapai keharmonisan perlu
menjaga dua hal tersebut (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1989:299). Rumah Tangga menurut WJS. Poerwadarminto (1999:602)
sama dengan keluarga. Sedangkan Dalam UU Nomor 10 Tahun 1992
Pasal 1 Ayat 10, Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami- isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya atau ibu dan anaknya. Sehingga Keharmonisan Rumah Tangga
6
bahagia, lebih layak dan tentram. Menurut Hasan Basri Keluarga yang
Harmonis dan berkualitas adalah keluarga yang rukun, bahagia, bersih,
disiplin, saling menghargai, pemaaf, tolong menolong dalam kebaikan,
saling menghargai, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan
saling menghormati, taat menjalankan ibadah, berbakti kepada yang lebih
tua, mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waku luang dalam
hal yang positif serta memenuhi kebutuhan dasar Keluarga
(Basri,1996:111).
3. Studi Kasus, menurut WJS. Poerwadarminto (199:965) dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Studi adalah pelajaran, penggunaan waktu dan
pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia WJS. Poerwadarminto (199:420) Kasus adalah keadaan
yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi
khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal soal perkara.
Jadi Studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan suatu sumber
pengetahuan yag diperoleh dari observasi atau percobaan yang
7 E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, tentang
kafa’ah sudah dituangkan dalam beberapa penelitian, diantara penelitian –
penelitian tersebut yang mirip dengan penelitian yang penyusun tulis antara
lain :
Muhammad Sholeh, pada tahun 2005 dengan judul kafa‟ah Dalam
Mewujudkan Keluarga Bahagia, Pandangan Masyarakat Gaten Condongcatur,
Yang di terbitkan oleh Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Menerangkan Bahwa kafa‟ah adalah salah satu persoalan penting dalam
perkawinan, yakni kesepadanan antara calon suami dengan calon istrinya.
Kesepadanan itu dalam hal agama, keturunan, kecantikan atau ketampanan,
pekerjaan, status sosial, kepandaian atau yang lainnya. Karena dengan adanya
kafâ’ah, usaha untuk mendirikan rumah tangga yang damai dan tentram akan
berjalan dengan lancar. Dalam kerangka Teoretiknya penulis menggunakan
Maslahah Mursalah sebagai teorinya. Dan temuannya adalah bahwa: kafa‟ah
menurut pandangan Masyarakat Gaten adalah kesamaan dalam hal aqidah
atau kerohanian, yaitu dalam hak satu agama. Lebih khusus lagi, kafa‟ah
dipahami oleh sebagai masyarakat Gaten adalah kesamaan dalam hal
golongan, misalnya penganut Muhammddiyah sebanding dengan penganut
Muhammaddiyah lainnya. Dengan demikian pernikahan yang berbeda agama
tidak sah secara hukum syar‟i. Dan hak serta wewenang dalam menentukan
8
Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam penelitian tersebut
menjelaskan bahwa perkawinan sekufu’ dalam hal seagama, golongan akan
mempengaruhi terhadap keharmonisan rumah tangga, sedangkan pada
penelitian ini peneliti menemukan bahwa pernikahan sekufu‟ tidak
sepenuhnya ikut andil dalam keharmonisan keluarga.
Skripsi Asrizal pada tahun 2015 dengan judul Relevansi Konsep
kafâ’ah Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga (Studi Pandangan
Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Asy-SyakhsiyyahFakultas Syari‟ah Dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2010-2012. Menurut Kompilas
Hukum Islam (KHI) buku I Hukum Perkawinan Bab X Pasal 61 menyatakan
bahwa “tidak sekufu‟ tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah
perkawinan, kecuali tidak sekufu‟ karena perbedaan agama (ikhtilaf ad-dîn)
peraturan tersebut menjelaskan bahwa setiap pasangan tidak ada larangan
untuk melangsungkan pernikahan, termasuk tidak sekufu‟, kecuali karena
perbedaan agama. Penelitian ini termasuk field research dan bersifat
dieskriptif analitis dengan mengambil dua rumusan masalah pertama
bagaimana pandangan mahasiswa jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah
mengenai relevansi konsep kafâ’ah terhadap keharmonisan rumah tangga,
kedua apa yang menjadi alasan konsep kafâ’ah relevan terhadap
keharmonisan rumah tangga.
Dari tata yang dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa pandangan
mahasiswa jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah terhadap konsep kafâ’ah
Asy-9
Syakhsiyyah telah menetapkan bahwa kafa‟ah relevan terhadap keharmonisan
rumah tangga, mereka beralasan bahwa relevansi kafa‟ah sendiri sudah
dijelaskan dalam ajaran islam dan juga KHI. Dengan unsur agama dijadikan
sebagai unsur utama dan terpenting dalam kafâ‟ah. Sedangkan unsur lain
hanya sebagai pendukung saja.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah hampir sama dengan skripsi
sebelumya bahwa kafa‟ah relevan terhadap keharmonisan keluarga,
sementara peneliti menemukan bahwa kafa’ah tidak sepenuhnya menjadi
sebab dalam keharmonisan keluarga, faktanya ada beberapa keluarga yang
bisa harmonis walau tanpa kafa‟ah sebagai dasarnya.
Tesis Moh. Sa’i affan pada tahun 2017 dengan judul dekonstruksi
konsep kafâ‟ah(Analisis Antropologi Hukum di kalangan Keluarga Nikah
Beda Agama di Kec. Kotagede Kab. Yogyakarta). Keseimbangan dan
keserasian atau kafâ’ah antara calon istri dan suami dirasa penting sehingga
masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan perkawinan.
Laki-laki sebanding dengan istrinya, sama dalam kedudukan, sebanding
dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlaq serta kekayaan. Jadi, tekanan
dalam hal kafâ’ah adalah keseimbangan keharmonisan, hal ini dikaitkan
dengan pernikahan beda agama. Ada dua pokok yang menjadi fokus
penelitian yaitu persamaan agama apakah masih relevan untuk menentukan
kafa’ah dalam perniakahan perspektif antropologi hukum, dan faktor apa yang
menyebabkan harmonis atau disharmonis dalam pernikahan beda agama.
10
tidak relevan lagi dijadikan dasar utama dalam sebuah pernikahan beda
agama, dengan kata lain bahwa perbedaan agama dalam perkawinan beda
agama tidak menjadi tolok ukur harmonis dan disharmonis. Kesepadanan atau
serasi antara calon suami dan calon istri, dalam memilih jodoh meliputi,
kafâ‟ah dalam agama yang titik tekannya masalah akhlak, kafâ’ah dalam
pendidikan,kafa‟ah dalam umur. Yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meneruskan keturunan menurut garis kebapakan (patrilinial), keibuan
(matrilinial) atau keibu bapakan untuk kebahagiaan rumah tangga, inilah
relasi kafâ‟ah dengan tujuan nikah.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah, penelitian
tersebut fokus pada kafa‟ah dalam seagama, serta berkesimpulan bahwa
seagama tidak berhubungan dengan keharmonisan keluarga. Dalam penelitian
ini, peneliti lebih memfokuskan kafa‟ah dengan beberapa aspek
keseimbangan yaitu Tingkat pemahaman agama, nasab, pekerjaan atau
profesi.
Oleh karena itu peneliti mencoba membahas sebuah tema yang
berkaitan relevansi kafa‟ah dengan keharmonisan keluarga, dengan latar
belakang kehidupan dalam beberapa keluarga di Desa Bener yang menikah
tidak didasarkan dengan kafa‟ah, maupun keluarga yang menikah dengan
dasar kafa’ah.
F. Metode Penelitian
Metode dalam menyusun karya ilmiah seperti skripsi mempunyai
11
memahami dan mengolah inti dari obyek penelitian. Pada penelitian ini,
penyusun menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Dalam suatu penelitian atau riset diperlukan metode yang sesui
dan selaras dengan inti permasalahan dan tujuan penelitian guna
memperoleh data yang relevan dengan permasalahan penelitian. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan
Sosiologis.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya
secara holistik, dan dengancara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2014:6).
2. Pendekatan
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
sosiologis. Pendekatan sosiologis yaitu dengan menggambarkan keadaan
masyarakat secara utuh, lengkap dengan struktur lapisan serta gejala
sosial lainnya yang saling berkaitan satu sama lain. Sehingga secara
sosiologis akan dapat diketahui bagaimana praktik dan alasan terjadinya
kafa‟ah dan keharmonisan Rumah Tangga di masyarakat. Sehingga dapat
12
mensyaratkan kafa‟ah. Serta dapat diketahui apakah ada Hubungan
antara kafa‟ah dan keluarga Harmonis.
3. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama
dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data
yang ada di lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan
psikologis untuk memperoleh data yang relevan sesuai dengan tujuan
penelitian, yaitu dengan mencari informan guna melengkapi data.
Sedangkan status peneliti dalam hal mengumpulkan data tidak
sepenuhnya diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari tidak
obyektifnya penelitian yang dihasilkan peneliti. Kehadiran peneliti disini
mencoba menggali lebih jauh Kafa’ah dengan Keharmonisan dan
melibatkan secara langsung subyek peneliti, dengan kata lain penelitian
ini tidak diketahui secara jelas oleh subyek penelitaian.
4. Subjek Penelitian dan lokasi penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu beberapa keluarga dimana
pernikahan mereka tidak sekufu atau seibang dalam hal pemahaman
Agama, profesi, dan nasab. Lokasi penelitian berada di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
13
tersebut (Amirin,1990:32). macam-macam data primer sebagai
berikut:
1) Informasi
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasinya teantang situasi dan kondisi latar belakang
penelitian. Jadi seorang informan harus mempunyai banyak
pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang
informan berkewajiban secara suka rela menjadi anggota ti
penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota
tim dengan kebaikannya dan dengan kesukarelaannya ia
dapatmemberi pandangan dari segi orang dalam, tentang
nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang
menjadi latar penelitian setempat (Moeloeng, 2002:90).
Sumber data dalam penelitian ini dalam masyarakat yang
yang terdiri dari: beberapa Keluarga di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran.
2) Dokumen
Adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Moeloeng,
2002:161). Sumber tertulis dapat terbagi atas sumber buku
dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi dan
dokumen resmi ( Moeloeng, 2002:113). Dalam penelitian ini
setiap bahan tertulis berupa data-data mengenai Beberapa
14
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang
bukan asli yang memuat informasi atau data tersebut (Amirin,
2002: 132). Dalam penelitian ini dapat berupa keterangan dari
berbagai sumber, seperti buku, artikel, dan lain sebagainya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang sangat
penting guna menghimpun data yang merupakan bagian dari penelitian.
Pengumpulan data akan lebih tepat guna dan optimal apabila dilakukan
berdasarkan metode atau langkah-langkah yang sesuai dengan jenis
penelitian yang digunakan agar data-data yang di peroleh lebih lengkap,
sehingga tercapai kebenaran ilmiah yang dikehendaki. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengancara tanya jawab, sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan narasumber dengan menggunakan
alat interview guide ( Nazir, 2014:170).
Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur,
dimana penyusun sebelumnya telah menyiapkan pedoman wawancara
yang memuat garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada
narasumber. Wawancara yang akan dilakukan dengan menggunakan
15
tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan
wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih
banyak dan penting. Wawancara yang digunakan dengan model
wawancara terbuka artinya seorang informan dapat mengungkapkan
beberapa upaya, gagasan, strategi yang akan dilaksanakan serta
hambatan yang diprediksikan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada
keluarga yang menikah tidak sekufu dan keluarga yang menikah
dengan dasar sekufu, serta pihak lain yang mengetahui kehidupan
keluarga tersebut.
b. Observasi
Teknik observasi atau pengamatan menurut Nazir adalah
merupakan teknik pengambilan data dengan menggunakan indera
mata tanpa ada pertolongan alat standar lain dalam keperluan tersebut
(Nazir, 2014:154). Dari penelitian pengalaman ini diperoleh suatu
petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat,
tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian ke dalam suatu perkara bertingkat (Arikunto, 2006: 229).
Observasi adalah sebuah pengumpulan data dengan jalan pengamatan
secara langsung mengenai obyek penelitian. Dalam metode ini penulis
gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi subyek
16
Dalam melakukan pengumpulan data melalui observasi ini,
terdapat beberapa jenis observasi yang membantu peneliti untuk
memperoleh data . Menurut Moleong (2014:179-177) jenis atau
macam-macam observasi sebagai berikut:
1) Berperan serta secara lengkap. Dalam observasi ini, peneliti
menjadi anggota penuh dari obyek yang diteliti.
2) Pemeran serta sebagai pengamat. Jenis observasi ini
memungkinkan peneliti untuk berperan sebagai pengamat
tanpa harus menjadi anggota dari obyek yang diteliti.
3) Pengamat sebagai pemeranserta. Pada observasi ini peranan
pengamat diketahui secara terbuka oleh umum bahkan di
seponsori oleh subyek. Sehingga informasi rahasia pun dapat
dengan mudah diperoleh.
4) Pengamat penuh. Biasa terjadi dalam eksperimen di
laboratorium, peneliti dengan bebas mengamati obyek
penelitian dikarenakan obyek yang diteliti tidak mengetahui
apakah sedang diamati.
Dalam teknik pengumpulan data di lapangan, peneliti
menggunakan teknik pemeran serta sebagai pengamat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
17
Dalam penelitian ini dokumentasi yang dimaksud adalah
pengambilan beberapa data tentang berbagai dokumen terkait dengan
keluarga yang menikah tidak sekufu dari foto dan dokumentasi
pribadi seperti buku nikah, Kartu Keluarga.
7. Analisis Data
Data mentah yang telah dikumpukan oleh peneliti tidak akan ada
gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian yang amat
penting dalam metode ilmiah, karena dengan dianalisalah data tersebut
dapat diberi arti makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian (Nazir, 1988:405).
Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis
seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Adapun jenis
analisa data yang diambil yaitu analisa data kualitatif. Analisa data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan berkerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248).
8. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian, karena dari data itulah nantinya akan muncul beberapa teori.
Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan
18
yang diperdalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode,
teori), pelacakan kesesuaian dan pengecekan anggota. Jadi temuan data
tersebut bisa diketahui keabsahanya.
9. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama pra
lapangan, dimana peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi
tentang ada tidaknya praktik pernikahan dengan sekufu atau tidak. Tahap
selanjutnya peneliti terjun langsung ke lapangan atau lokasi penelitian
untuk mencari data informan dan pelaku serta melakukan observasi,
dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu Keluarga yang
menikah dengan pasangannya tidak Sekufu dan pasangan yang menikah
dengan sekufu.
Tahap akhir yaitu penyusunan laporan atau penelitian dengan cara
menganalisis data atau temuan dari penelitian kemudian memaparkannya
dengan narasi deskriptif.
10. Pendekatan Masalah
Pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah ini
adalah pendekatan Sosiologis, dimana penyusun menyoroti masalah
pernikahan dengan pasangan sekufu dan tidak sekufu menggunakan fakta
yang ada di masyarakat dan Hukum Islam yang berlaku.
11. Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu untuk
19
Penalaran (pola pikir) yang digunakan yaitu secara induktif yaitu setelah
data-data terkumpul dari informan, data-data terkait masalah pernikahan
tidak sekufu dan pernikahan sekufu akan dianalisis dengan teori yang
tercantum dalam kerangka teoritik.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam mempelajari materi skripsi ini, sistematika
penulisan memegang peranan penting. Adapun sistematika penulisan skripsi
dapat ditulis paparan sebagai berikut:
Bab satu adalah pendahuluan, yang mana terdiri dari Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
Bab Dua adalah Kajian Teori. Dalam bab ini diuraikan tentang
Pengertian keharmonisan Keluarga, Keluarga Harmonis menurut sosiologi,
Keluarga Harmonis Menurut Undang-Undang dan hukum Islam, Ciri-ciri
keluarga Sakinah, Pengertian kafa‟ah, Sejarah Kafa‟ah, Tujuan Kafa‟ah,
Pendapat Ulama tentang Kafa‟ah dalam Perkawinan, Kriteria atau batasan
Kafa‟ah menurut Ulama’, Kafa‟ah persepektif undang-undang. Kajian teori
diletakkan pada bab II agar dalam pelaksanaan penelitian bisa mendapatkan
hasil.
Bab tiga Laporan Penelitian ini terdiri dari paparan data dan penemuan
penelitian, yaitu Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian, Profil
20
Bab Empat Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan tentang Analisis
Bagaimana Praktik kafaah di Desan Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.
Dan Bagaimana Analisis Realisasi Keharmonisan Rumah tangga Di Desa
Bener, Kec. Tengaran Kab. Semarang. Serta Analisis tentang Apa Relevansi
kafa’ah terhadap keharmonisan rumah tangga Muslim di Desa Bener, Kec.
Tengaran, Kab. Semarang.
Bab V Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini
diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang
21 BAB II
KAFA’AH DAN KEHARMONISAN KELUARGA
A. KONSEP KAFA’AH
1. Pengertian kafa’ah
Kafa‟ah berasal dari kata (ءيفك) di artikan sebagai setara. Menurut
bahasa dapat diartikan sebagai “setaraf, seimbang atau
keserasian/kesesuaian, serupa sedrajad atau sebanding. Menurut istilah
hukum islam, kafa’ah atau kufu’ dalam perkawinan diartikan sebagai
keseimbangan dan keserasihan antara calon istri dan suami sehingga
masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan
pernikahan (Ghozali, 2006:96).
Ketika dihubungkan dengan nikah, kafa‟ah diartikan dengan
keseimbangan antara calon suami dan istri, dari segi kedudukan (hasab),
agama(din), keturunan (nasab) dan semacamnya. Sedangkan dalam istilah
fuqaha‟, kafa‟ah didefinisikan dengan kesamaan di dalam hal-hal
kemasyarakatan, yang dengan itu diharapkan akan tercipta kebahagiaan
dan kesejahteraan keluarga kelak, dan akan mampu menyingkirkan
kesusahan (Nasution, 2013:225). Para ulama dan cendekiawan
menekankan perlunya kesetaraan dalam membina rumah tangga. Hanya
saja mereka berbeda pendapat tentang aspek – aspek kesetaraan itu.
Dahulu banyak ulama menekankan perlunya kesetaraan dalam garis
22
saja dalam agama (M Quraish, 2010:347). Kufu diukur ketika
berlangsungnya akad nikah. Jika selesai akad nikah terjadi
kekurangan-kekurangan, maka hal itu tidaklah menganggu dan tidak pula
membatalkan apa yang sudah terjadi itu sedikitpun, serta tidak
mempengeruhi hukum akad nikahnya (Sayyid, 1981:51).
Perkawinan atau pernikahan merupakan jalan untuk membentuk
rumah tangga. James H.S. Bossard menghubungkan perkawinan itu
dengan status orang yang melakukannya. Menurutnya ada berbagai tujuan
sehingga orang melakukan pernikahan untuk membentuk rumah tangga.
Tujuan pertama menurut beliau ialah bahwa pernikahan itu menghasilkan
satu status yang lebih besar dan tinggi dalam keluarga. Sedangkan
didalam masyarakat, pernikahan meningkatkan status di tengah kelompok
dan masyarakat (Simanjuntak, 2013:3-4)
Jadi Kafa‟ah adalah keseimbangan, dalam perkawinan kafa’ah
dapat diartikan sebagai seimbangnya antara calon suami dan istri meliputi
keyakinan atau agama, keislaman atau tingkat kepahaman dalam islam,
nasab atau keturunan, tingkat pendidikan, pekerjaan atau tingkat ekonomi.
Kafa’ah sendiri dianggap mempengaruhi keharmonisan dalam Rumah
tangga.
2. Sejarah Kafa’ah
Menurut Coulson dan Farhat J. Zideh. sebagaimana yang dikutip
olah Khoiruddin N (2013:226-227) Mereka mengatakan konsep ini
23
di kitab mazhab Maliki yaitu al-Mudawwanah. Didalam kitab tersebut
sangat sedikit sekali menyinggung pembahasan ini. Menurut teori ini
konsep Kafa‟ah muncul karena kosmopolitan dan kompleksitas masalah
masyarakat yang hidup di Irak ketika itu. Kompleksitas masyarakat
muncul sebagai akibat urbanisasi yang menjadikan munculnya
percampuran sejumlah etnik seperti percampuran Orang Arab dengan
Non Arab yang baru masuk Islam. Untuk menghindari terjadinya salah
pilih pasangan dalam pernikahan, teori kafa‟ah menjadi ada. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Kafa‟ah muncul karena perbedaan sosial yang
kemudian menjadi persoalan hukum. Sama halnya yang terjadi di
masyarakat yang memandang perlunya kesepadanan dalam pernikahan
karena di masyarakat sendiri menjadikan laki-laki menjadi tolok ukur
dalam memilih pasangan. Karena Nantinya dalam Masyarakat
Laki-lakilah yang akan mengankat derajat seorang istri bukan sebaliknya.
3. TujuanKafa’ah
Kafa‟ah dianjurkan oleh Islam dalam memilih calon suami/istri,
tetapi tidak menentukan sah atau tidaknya perkawinan. Kafa‟ah hanyalah
hak bagi wanita atau walinya. Karena suatu perkawinan yang tidak
seimbang, serasi/sesuai akan menimbulkan problema berkrlanjutan, dan
besar kemungkinan menyebabkan terjadinya perceraian, oleh karena itu,
boleh dibatalkan (Gozali, 2012: 97). Beberapa tujuan Kafa‟ah dalam
Pernikahan
24
terciptanya kebahagiaan suami istri, dan lebih menjamin keselamatan
perempuan dari kegagalan atau kegoncangan rumah tangga (Sayyid,
1981:36)
b. Kafa‟ah merupakan wujud keadilan dan konsep kesetaraan yang
ditawarkan Islam dalampernikahan. Islam telah memberikan hak talak
kepada pihak laki-laki secara mutlak. Namun oleh sebagian laki-laki
yang kurang bertanggungjawab, hak talak yang dimilikinya
dieksploitir dan disalah gunakan sedemikian rupa untuk berbuat
seenaknya terhadap perempuan. Sebagai solusi untuk mengantisipasi
hal tersebut, jauh sebelum proses pernikahan berjalan, Islam telah
memberikan hak kafa‟ah terhadap perempuan. Hal ini dimaksudkan
agar pihak perempuan bisa berusaha seselektif mungkin dalam
memilih calon suaminya Target paling minimal adalah, perempuan
bisa memilih calon suami yang benar-benar paham akan konsep talak,
dan bertanggung jawab atas kepemilikan hak talak yang ada di
tangannya.
c. Dalam Islam, suami memiliki fungsi sebagai imam dalam rumah
tangga dan perempuan sebagai makmumnya. Konsekuensi dari relasi
imam-makmum ini sangat menuntut kesadaran ketaatan dan
kepatuhan dari pihak perempuan terhadap suaminya. Hal ini hanya
akan berjalan normal dan wajar apabila sang suami berada satu level
di atas istrinya, atau sekurang-kurangnya sejajar. Seorang istri bisa
25
(secara pendidikan dan kekayaan misalnya) dia lebih tinggi dari
suaminya.
d. Naik atau turunnya derajat seorang istri, sangat ditentukan oleh
derajat suaminya.Seorang perempuan biasaakan terangkat derajatnya
ketika dinikahi oleh seorang laki-laki yang memiliki status sosial yang
tinggi, pendidikan yang mapan, dan derajat keagamaan yang lebih.
Sebaliknya, citra negatif suami akan menjadi kredit kurang bagi nama,
status sosial, dan kehidupan keagamaan seorang istri.
4. Pendapat Ulama tentang Kafa’ah dalam Perkawinan
Ibnu Hazm dalam buku Sayyid Sabiq (1981:36) berpendapat bahwa
semua orang Islam asal tidak berzina, berhak kawin dengan wanita
Muslimah asal tidak tergolong perempuan lacur.
Dalam Undang-undang perkawinan No. Tahun. 1974 Pasal 2 ayat
(1) menyebutkan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Dalam
Kompilasi hukum Islam pada Bab X Pasal 61 menerangkan bahwa Tidak
sekufu kecuali perbedaan agama atau ikhtilaafu ad dien tidak dapat
menjadi alasan untuk mencegah perkawinan. Dalam Pasal 2 ayat (1)
menyebutkan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Sayyid Sabiq
(1981:41-42) dalam bukunya Fikih Sunnah yang di terjemahkan oleh
Thalib berpendapat bahwa dalam hal perkawinan tidak hanya sebatas
26
dipertimbangkan.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa kafa‟ah selain dalam hal
agama tidak menyebabkan sah atau tidaknya suatu perkawinan, namun
kafa’ah dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindari ketimpangan dan
ketidak cocokan serta untuk mencapai keserasihan dan keharmonisan
dalam rumah tangga.
5. Kriteria atau batasan Kafa’ah menurut Ulama’ dan Sudut Pandang
Islam
Dalam Islam mengenal istilah kafa‟ah atau kufu dalam menentukan
pendamping bagi ananknya. (Ghazali, 2012:97-98) berpendapat Masalah
kafa‟ah yang perlu diperhatikan dan menjadi ukuran adalah sikap hidup
yang lurus dan sopan, bukan karena keturunan, pekerjaan, kekayaan dan
lain sebagainya. Sentara itu para ulama’ memiliki kriteria atau batasan
-batasan dalam kafa’ah. Dalam urian Al-Jaziry yang dikutip oleh Amir
Syarifuddin (2014:142) Menurut Ulama Hanafiyah, Ulama Malikiyah,
Ulama Syafi’iyah, Ulama Hanabilah yang menjadi dasar kafa‟ah sebagai
berikut:
a. Menurut Ulama Hanafiyah yang menjadi dasar kafa‟ah adalah:
1) Nasab, yaitu keturunan atau kebangsaan
2) Islam, Yaitu dalam silsilah kerabatnya banyak yang beragama
Islam
3) Hirfah, Yaitu profesi dalam kehidupan.
27
5) Diyanah, atau tingkat kualitas keberagamaannya dalam Islam
6) Kekayaan.
b. Menurut Ulama Malikiyah yang menjadi kriteria kafa‟ah hanyalah
kualitas keberagamaan dan bebas dari cacat fisik.
c. Menurut Ulama Syafi’iyah yag menjadi kriteria kafa‟ah itu adalah
1) Kebangsawanan atau nasab
2) Kualitas keberagamaannya
3) Kemerdekaan diri dan
4) Usaha atau profesi.
d. Menurut Ulama Hanabilah yang menjadi kriteria kafa‟ah itu adalah
1) Kualitas Keberagamaan
2) Usaha atau profesi
3) Kekayaan
4) Kemerdekaan diri dan
5) Kebangsawanan.
Dalam kompilasi hukum Islam hanya sekilas disinggung yaitu pada
pasal 61 “ Tidak sekufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah
perkawinan, kecuali tidak sekufu karena perbedaan agama atau ikhtilafu
al dien. Sementara dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Th 1974
hanya menerapkan perinsip kehati-hatian yang tertuang dalam BAB III
pencegahan perkawinan.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa ulama bersilang
28
dalam hal agama dan akhlaq. Dan bahwa akhlaq adalah cerminan
pemahaman Agama. Undang-undang perkawinan membatasi kufu sebatas
agama selain itu tidak dapat menjadi penghalang dilaksanakannya
pernikahan.
6. Kafa’ah persepektif undang-undang
Pada dasarnya kafa‟ah dalam Hukum islam hanya bertujuan sebagai
salah satu upaya untuk mencegah terjadinya perkawinan bukan menjadi
syarat sahnya sebuah perkawinan (Sayyid, 1981:36). Sama, hanya Pada
undang-undang Perkawinan no 1 tahun 1974 memang tidak secara
terang-terangan menyebutkan kafa‟ah namun nilai kehati-hatian para pihak
memperlihatkan bahwa unsur kesamaan (kafa‟ah) amat diperlukan.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa dalam hukum Islam dan
Undang-undang perkawinan menerapkan perinsip kehati-hatian sama
dengan Kafa‟ah. Sebagai tujuan pernikahan agar harmonis dan tidak
29
B. KEHARMONISAN KELUARGA
1. Pengertian keharmonisan Keluarga
Seorang sarjana Sosiologi Barat bernama Bolak telah merumuskan
apa sebenarnya rumah tangga itu, Rumah tangga adalah markas atau pusat
dimana denyut pergaulan hidup menggetar.Dia merupakan susunan yang
hidup yang dapat mengekalkan keturunan. Sebenarnya Rumah tangga
adalah alam pergaulan manusia yang sudah diperkecil. Bukankah dirumah
tangga itu lahir dan tumbuh pula apa yang disebut kekuasaan,agama,
pendidikan, hukum, dan perusahaan. Keluarga adalah jamaah yang bulat,
teratur, dan sempurna. Dari situ bergelora perasaan halus dan sukma yang
hidup, yang dipandang sebagai perikemanusiaan dan persaudaraan yang
tidak akan kering-keringnya (Leter, 1985:2).
Dalam ilmu Sosiologi, Keluarga Harmonis adalah keluarga yang
dapat mengantarkan seseorang hidup lebih bahagia, lebih layak dan
tentram. Menurut Hasan Basri (1996:111) keluarga yang harmonis dan
berkualitas yaitu keluarga yang rukun, bahagia, bersih, disiplin, saling
menghargai, pemaaf, tolong menolong dalam kebaikan, saling
menghargai, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling
menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti kepada yang lebih
tua,mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan waktu luang dalam
hal positif serta memenuhi dasar keluarga.
Dalam Islam menganjurkan agar istri menyeimbangkan karakter
30 menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Jadi keluarga harmonis yaitu keluarga yang dimana para
anggotanya merasa bahagia, saling menghormati, saling menyayangi,
saling pengertian, dan kerjasama yang baik serta setiap anggota keluarga
menjalankan kewajiban dan hak masing-masing.
2. Keluarga Harmonis menurut Sosiologi
Definisi keharmonisan rumah tangga, keluarga yang harmonis dan
berkualitas yaitu keluarga yang rukun, berbahagia, tertib, disiplin, saling
menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki
etos kerja, yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat
mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan
mampu memenuhi dasar keluarga (Basri, 1996:111). Dalam
keharmonisan keluarga terdapat Aspek-Aspek Keharmonisan keluarga
yang menjadi tolok ukur keharmonisannya. Kartono Kartini (2004:48)
31
adanya hubungan atau komunikasi yang hangat antar sesama anggota
keluarga, adanya kasih sayang yang tulus dan adanya saling pengertian
terhadap sesama anggota keluarga. Sementara Menurut Gunarsa
(1990:50) ada banyak aspek dari keharmonisan keluarga diantaranya
adalah:
a. Kasih sayang antara keluarga.
Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki,
karena sejak lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari
sesama. Dalam suatu keluarga yang memang mempunyai hubungan
emosianal antara satu dengan yang lainnya sudah semestinya kasih
sayang yang terjalin diantara mereka mengalir dengan baik dan
harmonis.
b. Saling pengertian sesama anggota keluarga.
Selain kasih sayang, pada umumnya para remaja sangat
mengharapkan pengertian dari orangtuanya. Dengan adanya saling
pengertian maka tidak akan terjadi pertengkaran-pertengkaran antar
sesama anggota keluarga.
c. Dialog atau komunikasi efektif yang terjalin di dalam keluarga
Anggota keluarga mempunyai keterampilan berkomunikasi
dan banyak waktu digunakan untuk itu. Dalam keluarga harmonis ada
beberapa kaidah komunikasi yang baik, antara lain :
32
Anggota keluarga melakukan komunikasi yang bersifat
spontan maupun tidak spontan (direncanakan). Bersifat spontan,
misalnya berbicara sambil melakukan pekerjaan
bersama,biasanya yang dibicarakan hal-hal sepele. Bersifat tidak
spontan, misalnya merencanakan waktu yang tepat untuk
berbicara, biasanya yang dibicarakan adalah suatu konflik atau
hal pentinglainnya. Mereka menyediakan waktu yang cukup
untuk itu.
2) Mendengarkan
Anggota Keluarga meningkatkan saling pengertian
dengan menjadi pendengar yang baik dan aktif. Mereka tidak
menghakimi nilai, menyetujui atau menolak pernyataan atau
pendapat pasangannya.Mereka menggunakan timbal balik, untuk
menyatakan atau menegaskan kembali, dan mengulangi
pernyataan.
3) Pertahankan kejujuran
Anggota keluarga mau mengatakan apa yang menjadi
kebutuhan, perasaan serta pikiran mereka, dan mengatakan apa
yang diharapkan dari anggota keluarga.
d. Mempunyai waktu bersama dan kerjasama dalam keluarga
Keluarga menghabiskan waktu (kualitas dan kuantitas waktu
yang besar) di antara mereka. Kebersamaan di antara mereka
33
baik antara sesama anggota keluarga juga sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Saling membantu dan gotong royong akan
mendorong anak untuk bersifat toleransi jika kelak bersosialisasi
dalam masyarakat.
Jadi keluarga harmonis menurut sosiologi adalah mampu
memenuhi dasar keluarga, saling tolong menolong dan pengertian
serta komunikasi yang baik sangat penting karena mempengaruhi
keharmonisan keluarga menurut sosiologi.
3. Keluarga Harmonis Menurut Undang-Undang dan hukum Islam
Dalam UU No.1 Tahun 1974 menjelaskan tentang tujuan dari
pernikahan yaitu: Pasal 1 Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Mahaesa. Pasal 33 bahwa Suami isteri wajib saling
saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan
lahir batin yang satu kepada yang lain.
Dalam Hukum Islam yang disebut harmonis yaitu dikenal dengan
sebutan sakinah. Seperti dalam Al- Qur’an surat At-taubah ayat 26 yang
diterjemahkan dengan ketenangan, yakni Allah menurunkan ketenangan
kepada Rasulnya, berarti rasa tenang datangnya dari Allah SWT
(Shihab,2010:152). Dalam kamus Bahasa Indonesia sakinah berarti
damai.
34
berdasarkan perkawinan yang sah, dan mengharapkan ridha dari yang
maha pencipta yaitu Allah SWT, dan mampu menumbuhkan rasa aman,
tentram, damai, dan bahagia dalam mengusahakan terwujudnya
kehidupan yang sejahtera di dunia maupun diakhirat nantinya.
Mewujudkan keluarga sakinah, kunci suksenya adalah komunikasi
hubungan suami istri yang sesuai dengan fungsi dan perannya. Suami
sebagai kepala rumah tangga hendaknya mampu menempatkan diri secara
bijak sesui dengan tuntunan agama. Keluarga sakinah mawadah
warahmah sangat didambakan oleh setiap orang. Karena keluarga sakinah
adalah keluarga yang damai, aman, dan penuh kasih sayang.
Sedangkanmawadah artinya cinta dan warahmah adalah penuh rahmat.
Jadi keluarga sakinah mawadah warahmah adalah keluarga yang damai,
penuh kasih sayang, dan keberkahan (Siregar, 2016:86-88).
Adapun keluarga bahagia persepektif Islam yaitu sebuah keluarga
yang yang berjalan sesuai dengan akidah dan syariat, sehingga tercapai
kehidupan yang barokah, sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dibawah ini
merupakan tanda keluarga bahagia menurut Islam. Dinukilkan dari satu
hadits yang diriwayatkan oleh Dailami yang berisi tentang 4 kunci
kebagahagiaan keluarga muslim. Adapun hadits tersebut berbunyi
35
pasangan hidup yang sholihah, anak – anak yang baik / berbakti, pergaulaannya adalah dengan orang – orang yang sholeh dan rizkinya di negerinya sendiri”. (HR Dailami)
a. Istri yang shalehah
seorang wanita sholehah dalam sebuah keluarga senantiasa membawa
kesenangan terhadap suami, anak-anak dan semua keluarga. Ini
menunjukkan betapa posisi wanita sangat signifikan atau sangat
menentukan baik-buruknya sebuah keluarga
1) Anak yang sholeh
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
َص ٍدَلَوَو ِوِب ُعَفَ تْنُ ي ٍمْلِعَو ٍةَيِراَج ٍةَقَدَص ْنِم ٍةَث َلََث ْنِم َّلاِإ ُوُلَمَع َعَطَقْ نا ُناَسْنِْلْا َتاَم اَذِإ
ٍٍ ِلا
ُوَل وُعْدَي
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do‟a anak yang sholeh” (HR.
Muslim no. 1631).
Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan
36
anak yang tumbuh menjadi anak sholeh dapat menjadi sebab, yaitu
orangtunya masih mendapatkan pahala meskipun orangtunya sudah
meninggal dunia.
2) Lingkungan yang Baik
ِوَّللا ُلوُسَر َلاَق : َلاَق ، ِهِّدَج ْنَع ، ِويِبَأ ْنَع ، ٍجيِدَخ نب ِعِفاَر نب ِديِعَس ْنَع
ِقيِرَّطلا َلْبَ ق َقيِفَّرلاَو ، ِراَّدلا َلْبَ ق َراَجْلا اوُسِمَتْلا : َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص
“Pilihlah tetangga sebelum menentukan untuk berdomisili di suatu tempat dan pilihlah teman perjalanan sebelum menentukan arah perjalanan” (HR Thabrani dalam al
Mu’jam al Kabir no 4257, dalam al Majmauz Zawaid no
13534, al Haitsami)
Tidak diragukan lagi bahwa lingkungan tetangga yang tidak baik
sangat berbengaruh dengan kualitas iman kita di samping menentukan
bagaimana model dan bentuk anak keturunan kita.
b. Mencari rezeki di negeri sendiri
)يمليدلا هاور( ِهِدَلَ ب ىِف ُوُقْزِر َنْوُكَي ْنَأَو
“dan carilah rezeki di negeri sendiri”.(HR. Adailami)
Meskipun rezeki yang diperoleh banyak, apabila rezeki itu
diperoleh di tempat yang jauh dari keluarga, tetap saja akan lebih
menyenangkan bila rezeki itu diperoleh di negeri sendiri. Namun bila
seseorang harus merantau dalam rangka mengais rezeki, maka
bawalah keluarga ke tempat rantau, karena kehadiran suami isteri atau
37
ِم ْمُكَل َقَلَخ ْنَأ ِوِتاَيآ ْنِمَو
ْمُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِل اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفْ نَأ ْن
َنوُرَّكَفَ تَ ي ٍمْوَقِل ٍتاَيلَ َكِلَذ يِف َّنِإ ًةَمْحَرَو ًةَّدَوَم
“Dan di antara tandatanda kekuasaanNya ialah Dia ciptakan -istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.S Ar-Rum;21)
Tidaklah dipungkiri bahwasannya harapan dari tujuan pernikahan
yaitu terbentuknya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah dan
barokah. Sebagaimana penjelasan berikut ini:
1) Keluarga sakinah
Sakinah memiliki arti ketenangan, kedamaian,
ketentraman dan keamanan. Untuk mencapai hal tersebut keluarga
harus bisa menjalani hidupnya sesuai dengan perinsip keimanan,
saling menyayangi satu sama lain, menerima kekurangan
masing-masing dan saling melengkapi.
2) Keluarga mawaddah
Secara bahasa mawaddah didefinisikan sebagai rasa cinta.
Keluarga yang mawaddah berarti keluarga yang kehidupannya
diliputi dengan cinta dan penuh harapan.
3) Keluarga yang rahmah
Rahmah atau kasih sayang dalam keluarga, yaitu bilamana
seorang suami memberi kasih sayang kepada istrinya, menghargai
tidak membentak- bentak, dan menafkahi secara ikhlas.
38
kepada suami dan anak-anaknya. Serta tidak melupakan
menjalankan perintah agama dan mengamalkan sunnah
Rasulullah SAW., agar kelak rumah tangganya mendapat rahmat
dari Allah SWT.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menurut hukum Islam
dan Undang-undang keluarga Harmonis adalah keluarga yang damai,
saling membantu dalam memerankan perang masing-masing , dan penuh
kasih sayang yang penuh rahmat.
4. Ciri – Ciri Keluarga Sakinah
Sakinah berasal dari kata نكس yang memiliki arti tenang, tentram.
Dalam Pernikahan dapat diartikan sebagai membina atau membangun
sebuah rumah tangga yang penuh kedamaian, ketentraman, ketenangan dan
selalu bahagia. Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah,
mengikatnya dengan kuat dan kokoh sehingga akan mencapai awan dan
bintang. Jika bintang-bintang adalah perhiasan langit maka rumah tangga
adalah perhiasan keluarga. Karen dalam keluarga ada unsur keindahan,
kebanggaan, dan kebersamaan dengan orang-orang tercinta. Sebab dengan
keluargalah kenikmatan abadi bisa diperoleh.
َكاَدَي ْتَبِرَت ِنْيِّدلا ِتاَذِب ْرَفْظاَف اَهِنْيِدِلَو اَهِلاَمَجِلَو اَهِبَسَحِلَو اَهِلاَمِل ٍعَبْرَلأَ ِ ُةَأْرَمْلا ٍُ َكْنُ ت
(
ةريرى ىبأ نع ملسم و يراخبلا هاور
)
39
Untuk mewujudkan keluarga sakinah, hendaknya, seseorang dapat
memilih calon suami atau istri yang berakhlaq mulia dan mengutamakan
agamanya. Sebab agama merupakan faktor yang penting dalam kehidupan
rumah tangga. Rasulullah SAW menyarankan dalam hal memilih calon
istri dengan petunjuk empat kriteria yaitu:
a. Karena kekayaannya.
b. Karena keturunannya.
c. Karena kecantikannya.
d. Karena keagamaannya.
Islam telah menganjurkan dalam memilih istri bahwa agama
seorang wanita harus lebih diutamakan dari pada faktor-faktor yang
lainnya (kekayaan, keturunan, kecantikan). Karena kebaikan agamanya
seorang wanita sangat mempengaruhi kebijakan kelarganya (Hasbiyallah,
2015:79).
Adapun ciri-ciri dari keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu antara
lain:
1) Saling mengerti antara suami istri, yaitu; mengerti latar
belakang pribadinya, mengetahui secara mendalam sebab akibat
kepribadian (baik sifat dan tingkah lakunya) pasangan, mengerti
diri sendiri; memahami diri sendiri, masa lalu kita, kelebihan dan
kekurangan kita, dan tidak menilai orang berdasarkan diri kita
40
2) Saling menerima, menerima apa adanya pribadi, tugas, jabatan
dan sebagainya jika perlu diubah janganlah paksakan, namun
doronglah dia agar terdorong merubahnya sendiri. Karena itu;
terimalah dia apaadanya karena menerima apaadanya dapat
menghilangkan ketegangan dalam keluarga. Terimalah hobi dan
kesenangannya asalkan tidak bertentangan dengan norma dan
tidak merusak keluarga. terimalah keluarganya
3) Saling menghargai, Penghargaan sesungguhnya adalah sikap
jiwa terhadap yang lain. Ia akan memantul dengan sendirinya
pada semua aspek kehidupan, baik gerak wajah maupun prilaku.
Perlu diketahui bahwa setiap orang perlu dihargai. Maka
menghargai keluarga adalah hal yang sangat penting dan harus
ditunjukkan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Adapun
cara menghargai dalam keluarga adalah: Menghargai perkataan
dan perasaannya. Yaitu: menghargai seseorang yang berbicara
dengan sikap yang pantas hingga ia selesai, menghadapi setiap
komunikasi dengan penuh perhatian positif dan kewajaran,
mendengarkan keluhan mereka. Menghargai bakat dan keinginan
sepanjang tidak bertentangan dengan norma. Menghargai
keluarganya.
4) Saling mempercayai, Rasa percaya antara suami istri harus
dibina dan dilestarikan hingga hal terkecil terutama yang