• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA (Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA (Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN

RUMAH TANGGA

(Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten

Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Nidya Nur Aufa

NIM : 21113013

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa :

Nama : Nidya Nur Aufa NIM : 211-13-013

Judul : Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 25 Juli 2018 Pembimbing

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA STUDI DI DESA BENER, KECAMATAN TENGARAN,

KABUPATEN SEMARANG.

Oleh: Nidya Nur Aufa NIM : 21113013

telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Rabu, tanggal 2 Agustus 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722

(5)

v

PERNY

ATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nidya Nur Aufa

NIM : 211-13-013

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Fakultas : Syariah

Judul : Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 24 Juli 2018 Menyatakan,

(6)

vi

MOTTO

Jika Tujuanmu hanya untuk dilihat orang lain maka kamu harus

menjadi beda. Namun jika Tujuanmu Menjadi Manusia Baik maka

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua tercinta dan Keluarga Besar, yang menanti

dan mengharapkan skripsi ini menjadi jalan menuju

kesuksesan, yang selalu mendoakan, mendukung lahir maupun

batin semua perjalanan pencarian ilmuku.

2. Beliau pembimbing skripsi Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.

Semoga selalu di lindungi keberkahan, sesuasi dengan yang

Allah janjikan kepada orang orang yang mengajarkan dengan

ketulusan, ikhlas lillahi ta’ala.

3. Seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan yang semoga

kita sukses bersama-sama.

4. Setiap orang yang membuka dan menggunakan skripsi ini

utnuk dimanfaatkan.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya yang tiada

terhingga, sehigga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul

Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Studi di Desa

Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang

setia. Beliau Rasulullah sebagai pembimbing umat manusia, yang selalu

diharapkan syafa’atnya.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dorongan, dan bimbingan

dari berbagai pihak, sulit kiranya penelitian ini terselesaikan dengan baik. Oleh

karena itu, tim peneliti menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga

2. Bapak Sukron Ma’mun, M.Si. selaku Ketua Progam Studi Hukum Keluarga

Islam Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

3. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. Selaku dosen pembimbing skripsi.

4. Para dosen Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah memberikan

pengetahuannya kepada penulis.

5. Seluruh staf tata usaha dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang

(9)

ix

6. Bapak dan ibu karyawan perpustakaan yang telah memberikan masukan dan

saran kepada penulis.

7. Seluruh responden yang bersedia memberikan informasi kepada penulis.

8. Keluarga yang selalu memberikan bantuan finansial kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat yang terus memberi semangat kepada penulis.

Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain

memanjatkan doa. Semoga Allah SWT memncatat sebagai amal sholeh dan

mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah. Penelitian ini jauh dari sempurna,

menyadari akan hal ini maka penulis menerima segala kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat

bermanfaat, khususnya bagi almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.

Salatiga, 3 Agustus 2018

Penulis

(10)

x ABSTRAK

Aufa, Nidya Nur. 2018. “Relevansi Kafa‟ah terhadap Keharmonisan Rumah

Tangga (Studi di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang). Skripsi.

Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.

Kata kunci: Kafa’ah, Keluarga Harmonis.

Keluarga harmonis merupakan dambaan bagi setiap orang, tidak terlepas

dari itu kesepadanan (kafa‟ah) menjadi satu diantara beberapa jalan dalam

menggapai keharmonisan tersebut. Meski demikian, tidak sepenuhnya

kesepadanan (kafa‟ah) menjadi hal mutlak yang kemudian mendominasi faktor

penentu keharmonisan dalam keluarga bila di lihat dari realita yang ada di tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana praktik

kafa’ah di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang, (2) mengetahui

bagaimana realisasi keharmonisan rumah tangga di Desa Bener, Kec. Tengaran,

Kab. Semarang, (3) mengetahui apa relevansi kafa’ah terhadap keharmonisan

rumah tangga di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

Melalui penelitian kualitatif, peneliti berusaha mengungkap permasalahan diatas. Dengan metode ini, dilakukan wawancara kepada informan sesuai data yang dibutuhkan. Peneliti juga menggunakan data dan dokumentasi yang ada. Dan untuk menguji hasil temuan data tersebut, peneliti menganalisis data dengan kerangka teoritik yang peneliti susun.

Penelitian ini menunjukkan dari tujuh keluarga yang penulis teliti di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang terdapat enam keluarga dalam kategori

keluarga kafa’ah sedang satu dari enam keluarga tersebut tidak termasuk kedalam

kategori keluarga kafa’ah. Adapun realisasi keluarga harmonis yang penulis

jumpai terdapat empat keluarga harmonis yaitu keluarga Bapak Muh Yasin, keluarga Bapak Mudasir, keluarga Bapak H. Suyono dan keluarga Bapak A, sedang tiga keluarga lainnya yaitu keluarga Bapak M, keluarga Bapak R dan keluarga Bapak MM tidak harmonis. Kemudian mengenai relevansi antara

kafa’ah dengan keharmonisan dalam rumah tangga tidak secara mutlak kafa’ah ini

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

F. Metode Penulisan Skripsi ... 10

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 11

2. Kehadiran Dan Tempat Penelitian ... 12

3. Sumber data ... 12

4. Teknik Pengumpulan Data. ... 14

5. Analisis Data ... 17

6. Pengecekan Keabsahan Data ... 17

G. Sistematika Penulisan. ... 19

BAB II: KAFA’AH DAN KEHARMONISAN KELUARGA ... 21

(12)

xii

1. Pengertian Kafa‟ah ... 21

2. Sejarah Kafa‟ah ... 22

3.Tujuan Kafa‟ah ... 23

4. Pendapat Ualama tentangKafa‟ah dalam Perkawinan ... 25

5. Kriteria atau batasan Kafa‟ah menurut Ulama dan Undang-Undang ... 26

6. Kafa‟ah persepektif undang-undang dan hukum Islam ... 28

B. Keharmonisan Keluarga ... 29

1. Pengertian keharmonisan Keluarga ... 29

2. Keluarga Harmonis menurut sosiologi ... 30

3. Keluarga Harmonis Menurut Undang-Undang dan hukum Islam ... 33

4. Ciri-ciri Keluarga Sakinah ... 38

BAB III: HASIL PENELITIAN ... 42

A. Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian ... 42

1. Kondisi Letak Geografis Desa Bener ... 42

2. Keadaan Umum Desa Bener ... 43

3. Keadaan Penduduk Desa Bener ... 43

B. Profil Keluarga ... 45

1. Keadaan Keluarga ... 45

a. Keluarga Bapak Muh Yasin ... 45

b. Keluarga bapak Mudasir ... 46

c. Keluarga Bapak H. Suyono ... 47

d. Kelurga bapak M ... 48

e. Kelurga bapak R ... 50

f. Keluarga Bapak MM ... 51

(13)

xiii

C. Implementasi Kafa‟ah di Desa Bener ... 52

D. Keharmonisan keluarga ... 55

1. Keluarga Muh Yasin ... 56

A. Analisis PraktikKafa‟ah di Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ... 63

1. Dari Segi Nasab/Keturunan ... 63

a. Pasangan kafa‟ah ... 63

B. Analisis Realisasi Keharmonisan Rumah Tangga di Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ... 67

(14)

xiv

1. Keluarga kafa‟ah dan harmonis ... 70

2. Keluarga tidakkafa‟ah tetapi harmonis ... 70

BAB V: PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Manusia dikodratkan untuk hidup bersama demi kelangsungan

hidupnya, maka timbul satu jenis hukum yang salah satu ketentuannya

mengatur tentang Pernikahan yang dinamakan Hukum Perdata (Hasan,

2011:1). UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1 menerangkan bahwa Pernikahan ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perkawinan dalam Islam

tidaklah semata-semata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan biasa,

akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah. Maka amatlah tepat jika Kompilasi

Hukum Islam pasal 2 menegaskannya bahwa perkawinan adalah “akad yang

sangat kuat (mitsaqon gholidzo) dan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah (Abdurrahman, 1992:21). Untuk

peraturan yang dipakai sebagai dasar dalam hal perkawinan di Indonesia

adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam.

Setiap Keluarga merindukan kebahagiaan dan ketentraman hidup.

Karena dalam keluargalah terjadi hubungan yang paling dekat, paling sering,

bahkan dapat dikatakan terus-menerus. Seseorang akan sengsara apabila tidak

ada ketentraman dalam keluarga, karena setiap waktu dia harus berusaha

(16)

2

kurang tentram dan serasi (Daradjat, 1974:1). Salah satu hal untuk dapat

mencapai tujuan tersebut adalah dengan memilih pasangan yang serasi.

Islam mengenal istilah kafa‟ah atau kufu, yaitu yang berarti sama atau

setara. Dalam perkawinan kufu atau kafa‟ah dapat diartikan sebagai

keseimbangan dan keserasihan antara calon istri dan suami sehingga

masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan pernikahan (Ghozali,

2006:96). Sementara itu (Asrizal, 2015:67) dalam jurnalnya mengartikan

Kafa‟ah dalam nikah sebagai keseimbangan antara calon suami dan istri, dari

segi kedudukan (hasab), agama (din), keturunan (nasab) dan semacamnya.

Menurut M Quraisy Syihab (1999:197) dalam bukunya, Wawasan Al-Qur’an,

bahwa perbedaan tingkat pendidikan, budaya dan agama antara suami istri

seringkali memicu konflik yang mengarah pada kegagalan.

Dalam Al-Qur’an juga menyebutkan kesetaraan pada calon istri dan

suami sebagaimana Dalam Surat An-Nur Ayat 26

وُأ ِتاَبِّيَّطلِل َنوُبِّيَّطلاَو َنيِبِّيَّطلِل ُتاَبِّيَّطلاَو ِتاَثيِبَخْلِل َنوُثيِبَخْلاَو َنيِثيِبَخْلِل ُتاَثيِبَخْلا

dituduhkan oleh alam hal ini mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”.

Dari ayat tersebut dapat dilihat bahwa hanya dalam kebaikan saja

yang dapat menjadi ukuran bahwa orang tersebut baik atau tidak. Namun

(17)

3

ekonomi) Bobot (tinggi rendahnya kualitas diri seseorang) menjadi beberapa

tolok ukur orang tua menyetujui atau memilih jodoh untuk anaknya,

Pertimbangan tersebut dilakukan orang tua bertujuan agar anak yang

dinikahkan akan mampu hidup dengan bahagia dan sejahtera karena dapat

menghadapi berbagai permasalahan hidup dengan baik dalam berumah

tangga.

Dalam hal ini peneliti menemukan beberapa keluarga di Desa Bener

yang menikah tidak dilandaskan dengan kafa’ah atau seimbang secara

keseluruhan maupun beberpa aspek saja namun cukup penting seperti

seagama namun tidak seimbang tingkat pemahaman Agamanya, ada yang

seagama namun nasabnya tidak seimbang, namun ada pula yang kafa’ah

ataupun seimbang dalam segala aspek. Di Desa Bener sendiri kesetaraan

calon suami maupun istri bagi sebagian orang tua masih sangat diperhatikan

namun ada beberapa keluarga yang ketika menikah mereka tidak sekufu

namun hingga sekarang ada yang berpuluh tahun menikah tetap harmonis

hingga memiliki anak cucu, tidak terjadi konflik yang menyebabkan

perceraian. Masyarakat pada umumnya di Desa Bener masih memandang tabu

terhadap pasangan yang tidak sekufu.. Oleh karena itu peneliti memberi judul

“RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH

TANGGA (Studi kasus keluarga di Desa Bener, kec. Tengaran, kab.

(18)

4 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Praktik kafa‟ah di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab.

Semarang?

2. Bagaimana Realisasi Keharmonisan Rumah tangga Di Desa Bener, Kec.

Tengaran Kab. Semarang?

3. Apa Relevansi kafa‟ah terhadap keharmonisan rumah tangga di Desa

Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. TujuanPenelitian

Pencapaian tujuan penelitian adalah merupakan target utama

dalam penulisan ini dan hasil penelitian ini diharapkan agar dapat:

a. Untuk Mengetahui Praktik kafaah di Desan Bener, Kec. Tengaran,

Kab. Semarang

b. Untuk memaparkan Realisasi Keharmonisan Rumah tangga Di Desa

Bener, Kec. Tengaran Kab. Semarang

c. Untuk menjelaskan Relevansi kafa‟ah terhadap keharmonisan rumah

tangga Muslim di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian antara lain:

a. Memberikan kontribusi intelektual dalam rangka turut berpartisipasi

dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu

pengetahuan seputar poligami.

(19)

5

ingin mendalami masalah seputar kafa‟ah.

c. Sebagai referensi bagi Pihak berwenang dalam merumuskan

kebijakan (undang-undang perkawinan)

D. Penegasan Istilah

Di dalam penelitian ini maka penulis mempertegas istilah-istilah yang

mungkin akan mempermudah untuk menjelaskan kelanjutan penelitian ini,

diantaranya :

1. Relevansi menurut KBBI adalah hubungan atau kaitan. Kafa’ah atau kufu

menurut Amir Syarifudin (2014:140) Kafa’ah atau Kufu yaitu yang

berarti sama atau setara. Sementara itu Asrizal (2015:67) dalam jurnalnya

mengartikan Kafa‟ah dalam nikah sebagai keseimbangan antara calon

suami dan isteri, dari segi kedudukan (hasab), agama (din), keturunan

(nasab) dan semacamnya.

2. Keharmonisan Rumah tangga. Keharmonisan, secara terminologi berasal

dari kata harmonis yaitu serasi, selaras. Yang berarti Keharmonisan

adalah keadaan selaras atau serasi. Untuk mencapai keharmonisan perlu

menjaga dua hal tersebut (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1989:299). Rumah Tangga menurut WJS. Poerwadarminto (1999:602)

sama dengan keluarga. Sedangkan Dalam UU Nomor 10 Tahun 1992

Pasal 1 Ayat 10, Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang

terdiri dari suami- isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan

anaknya atau ibu dan anaknya. Sehingga Keharmonisan Rumah Tangga

(20)

6

bahagia, lebih layak dan tentram. Menurut Hasan Basri Keluarga yang

Harmonis dan berkualitas adalah keluarga yang rukun, bahagia, bersih,

disiplin, saling menghargai, pemaaf, tolong menolong dalam kebaikan,

saling menghargai, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan

saling menghormati, taat menjalankan ibadah, berbakti kepada yang lebih

tua, mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waku luang dalam

hal yang positif serta memenuhi kebutuhan dasar Keluarga

(Basri,1996:111).

3. Studi Kasus, menurut WJS. Poerwadarminto (199:965) dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia. Studi adalah pelajaran, penggunaan waktu dan

pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia WJS. Poerwadarminto (199:420) Kasus adalah keadaan

yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi

khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal soal perkara.

Jadi Studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan suatu sumber

pengetahuan yag diperoleh dari observasi atau percobaan yang

(21)

7 E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, tentang

kafa’ah sudah dituangkan dalam beberapa penelitian, diantara penelitian –

penelitian tersebut yang mirip dengan penelitian yang penyusun tulis antara

lain :

Muhammad Sholeh, pada tahun 2005 dengan judul kafa‟ah Dalam

Mewujudkan Keluarga Bahagia, Pandangan Masyarakat Gaten Condongcatur,

Yang di terbitkan oleh Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Menerangkan Bahwa kafa‟ah adalah salah satu persoalan penting dalam

perkawinan, yakni kesepadanan antara calon suami dengan calon istrinya.

Kesepadanan itu dalam hal agama, keturunan, kecantikan atau ketampanan,

pekerjaan, status sosial, kepandaian atau yang lainnya. Karena dengan adanya

kafâ’ah, usaha untuk mendirikan rumah tangga yang damai dan tentram akan

berjalan dengan lancar. Dalam kerangka Teoretiknya penulis menggunakan

Maslahah Mursalah sebagai teorinya. Dan temuannya adalah bahwa: kafa‟ah

menurut pandangan Masyarakat Gaten adalah kesamaan dalam hal aqidah

atau kerohanian, yaitu dalam hak satu agama. Lebih khusus lagi, kafa‟ah

dipahami oleh sebagai masyarakat Gaten adalah kesamaan dalam hal

golongan, misalnya penganut Muhammddiyah sebanding dengan penganut

Muhammaddiyah lainnya. Dengan demikian pernikahan yang berbeda agama

tidak sah secara hukum syar‟i. Dan hak serta wewenang dalam menentukan

(22)

8

Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam penelitian tersebut

menjelaskan bahwa perkawinan sekufu’ dalam hal seagama, golongan akan

mempengaruhi terhadap keharmonisan rumah tangga, sedangkan pada

penelitian ini peneliti menemukan bahwa pernikahan sekufu‟ tidak

sepenuhnya ikut andil dalam keharmonisan keluarga.

Skripsi Asrizal pada tahun 2015 dengan judul Relevansi Konsep

kafâ’ah Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga (Studi Pandangan

Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Asy-SyakhsiyyahFakultas Syari‟ah Dan Hukum

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2010-2012. Menurut Kompilas

Hukum Islam (KHI) buku I Hukum Perkawinan Bab X Pasal 61 menyatakan

bahwa “tidak sekufu‟ tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah

perkawinan, kecuali tidak sekufu‟ karena perbedaan agama (ikhtilaf ad-dîn)

peraturan tersebut menjelaskan bahwa setiap pasangan tidak ada larangan

untuk melangsungkan pernikahan, termasuk tidak sekufu‟, kecuali karena

perbedaan agama. Penelitian ini termasuk field research dan bersifat

dieskriptif analitis dengan mengambil dua rumusan masalah pertama

bagaimana pandangan mahasiswa jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah

mengenai relevansi konsep kafâ’ah terhadap keharmonisan rumah tangga,

kedua apa yang menjadi alasan konsep kafâ’ah relevan terhadap

keharmonisan rumah tangga.

Dari tata yang dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa pandangan

mahasiswa jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah terhadap konsep kafâ’ah

(23)

Asy-9

Syakhsiyyah telah menetapkan bahwa kafa‟ah relevan terhadap keharmonisan

rumah tangga, mereka beralasan bahwa relevansi kafa‟ah sendiri sudah

dijelaskan dalam ajaran islam dan juga KHI. Dengan unsur agama dijadikan

sebagai unsur utama dan terpenting dalam kafâ‟ah. Sedangkan unsur lain

hanya sebagai pendukung saja.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah hampir sama dengan skripsi

sebelumya bahwa kafa‟ah relevan terhadap keharmonisan keluarga,

sementara peneliti menemukan bahwa kafa’ah tidak sepenuhnya menjadi

sebab dalam keharmonisan keluarga, faktanya ada beberapa keluarga yang

bisa harmonis walau tanpa kafa‟ah sebagai dasarnya.

Tesis Moh. Sa’i affan pada tahun 2017 dengan judul dekonstruksi

konsep kafâ‟ah(Analisis Antropologi Hukum di kalangan Keluarga Nikah

Beda Agama di Kec. Kotagede Kab. Yogyakarta). Keseimbangan dan

keserasian atau kafâ’ah antara calon istri dan suami dirasa penting sehingga

masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan perkawinan.

Laki-laki sebanding dengan istrinya, sama dalam kedudukan, sebanding

dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlaq serta kekayaan. Jadi, tekanan

dalam hal kafâ’ah adalah keseimbangan keharmonisan, hal ini dikaitkan

dengan pernikahan beda agama. Ada dua pokok yang menjadi fokus

penelitian yaitu persamaan agama apakah masih relevan untuk menentukan

kafa’ah dalam perniakahan perspektif antropologi hukum, dan faktor apa yang

menyebabkan harmonis atau disharmonis dalam pernikahan beda agama.

(24)

10

tidak relevan lagi dijadikan dasar utama dalam sebuah pernikahan beda

agama, dengan kata lain bahwa perbedaan agama dalam perkawinan beda

agama tidak menjadi tolok ukur harmonis dan disharmonis. Kesepadanan atau

serasi antara calon suami dan calon istri, dalam memilih jodoh meliputi,

kafâ‟ah dalam agama yang titik tekannya masalah akhlak, kafâ’ah dalam

pendidikan,kafa‟ah dalam umur. Yang bertujuan untuk mempertahankan dan

meneruskan keturunan menurut garis kebapakan (patrilinial), keibuan

(matrilinial) atau keibu bapakan untuk kebahagiaan rumah tangga, inilah

relasi kafâ‟ah dengan tujuan nikah.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah, penelitian

tersebut fokus pada kafa‟ah dalam seagama, serta berkesimpulan bahwa

seagama tidak berhubungan dengan keharmonisan keluarga. Dalam penelitian

ini, peneliti lebih memfokuskan kafa‟ah dengan beberapa aspek

keseimbangan yaitu Tingkat pemahaman agama, nasab, pekerjaan atau

profesi.

Oleh karena itu peneliti mencoba membahas sebuah tema yang

berkaitan relevansi kafa‟ah dengan keharmonisan keluarga, dengan latar

belakang kehidupan dalam beberapa keluarga di Desa Bener yang menikah

tidak didasarkan dengan kafa‟ah, maupun keluarga yang menikah dengan

dasar kafa’ah.

F. Metode Penelitian

Metode dalam menyusun karya ilmiah seperti skripsi mempunyai

(25)

11

memahami dan mengolah inti dari obyek penelitian. Pada penelitian ini,

penyusun menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Dalam suatu penelitian atau riset diperlukan metode yang sesui

dan selaras dengan inti permasalahan dan tujuan penelitian guna

memperoleh data yang relevan dengan permasalahan penelitian. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan

Sosiologis.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya

secara holistik, dan dengancara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2014:6).

2. Pendekatan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

sosiologis. Pendekatan sosiologis yaitu dengan menggambarkan keadaan

masyarakat secara utuh, lengkap dengan struktur lapisan serta gejala

sosial lainnya yang saling berkaitan satu sama lain. Sehingga secara

sosiologis akan dapat diketahui bagaimana praktik dan alasan terjadinya

kafa‟ah dan keharmonisan Rumah Tangga di masyarakat. Sehingga dapat

(26)

12

mensyaratkan kafa‟ah. Serta dapat diketahui apakah ada Hubungan

antara kafa‟ah dan keluarga Harmonis.

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama

dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data

yang ada di lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan

psikologis untuk memperoleh data yang relevan sesuai dengan tujuan

penelitian, yaitu dengan mencari informan guna melengkapi data.

Sedangkan status peneliti dalam hal mengumpulkan data tidak

sepenuhnya diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari tidak

obyektifnya penelitian yang dihasilkan peneliti. Kehadiran peneliti disini

mencoba menggali lebih jauh Kafa’ah dengan Keharmonisan dan

melibatkan secara langsung subyek peneliti, dengan kata lain penelitian

ini tidak diketahui secara jelas oleh subyek penelitaian.

4. Subjek Penelitian dan lokasi penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu beberapa keluarga dimana

pernikahan mereka tidak sekufu atau seibang dalam hal pemahaman

Agama, profesi, dan nasab. Lokasi penelitian berada di Desa Bener,

Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

5. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber

(27)

13

tersebut (Amirin,1990:32). macam-macam data primer sebagai

berikut:

1) Informasi

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasinya teantang situasi dan kondisi latar belakang

penelitian. Jadi seorang informan harus mempunyai banyak

pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang

informan berkewajiban secara suka rela menjadi anggota ti

penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota

tim dengan kebaikannya dan dengan kesukarelaannya ia

dapatmemberi pandangan dari segi orang dalam, tentang

nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang

menjadi latar penelitian setempat (Moeloeng, 2002:90).

Sumber data dalam penelitian ini dalam masyarakat yang

yang terdiri dari: beberapa Keluarga di Desa Bener,

Kecamatan Tengaran.

2) Dokumen

Adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Moeloeng,

2002:161). Sumber tertulis dapat terbagi atas sumber buku

dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi dan

dokumen resmi ( Moeloeng, 2002:113). Dalam penelitian ini

setiap bahan tertulis berupa data-data mengenai Beberapa

(28)

14

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang

bukan asli yang memuat informasi atau data tersebut (Amirin,

2002: 132). Dalam penelitian ini dapat berupa keterangan dari

berbagai sumber, seperti buku, artikel, dan lain sebagainya.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang sangat

penting guna menghimpun data yang merupakan bagian dari penelitian.

Pengumpulan data akan lebih tepat guna dan optimal apabila dilakukan

berdasarkan metode atau langkah-langkah yang sesuai dengan jenis

penelitian yang digunakan agar data-data yang di peroleh lebih lengkap,

sehingga tercapai kebenaran ilmiah yang dikehendaki. Adapun metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengancara tanya jawab, sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan narasumber dengan menggunakan

alat interview guide ( Nazir, 2014:170).

Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur,

dimana penyusun sebelumnya telah menyiapkan pedoman wawancara

yang memuat garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada

narasumber. Wawancara yang akan dilakukan dengan menggunakan

(29)

15

tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan

wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih

banyak dan penting. Wawancara yang digunakan dengan model

wawancara terbuka artinya seorang informan dapat mengungkapkan

beberapa upaya, gagasan, strategi yang akan dilaksanakan serta

hambatan yang diprediksikan.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada

keluarga yang menikah tidak sekufu dan keluarga yang menikah

dengan dasar sekufu, serta pihak lain yang mengetahui kehidupan

keluarga tersebut.

b. Observasi

Teknik observasi atau pengamatan menurut Nazir adalah

merupakan teknik pengambilan data dengan menggunakan indera

mata tanpa ada pertolongan alat standar lain dalam keperluan tersebut

(Nazir, 2014:154). Dari penelitian pengalaman ini diperoleh suatu

petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat,

tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan

penilaian ke dalam suatu perkara bertingkat (Arikunto, 2006: 229).

Observasi adalah sebuah pengumpulan data dengan jalan pengamatan

secara langsung mengenai obyek penelitian. Dalam metode ini penulis

gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi subyek

(30)

16

Dalam melakukan pengumpulan data melalui observasi ini,

terdapat beberapa jenis observasi yang membantu peneliti untuk

memperoleh data . Menurut Moleong (2014:179-177) jenis atau

macam-macam observasi sebagai berikut:

1) Berperan serta secara lengkap. Dalam observasi ini, peneliti

menjadi anggota penuh dari obyek yang diteliti.

2) Pemeran serta sebagai pengamat. Jenis observasi ini

memungkinkan peneliti untuk berperan sebagai pengamat

tanpa harus menjadi anggota dari obyek yang diteliti.

3) Pengamat sebagai pemeranserta. Pada observasi ini peranan

pengamat diketahui secara terbuka oleh umum bahkan di

seponsori oleh subyek. Sehingga informasi rahasia pun dapat

dengan mudah diperoleh.

4) Pengamat penuh. Biasa terjadi dalam eksperimen di

laboratorium, peneliti dengan bebas mengamati obyek

penelitian dikarenakan obyek yang diteliti tidak mengetahui

apakah sedang diamati.

Dalam teknik pengumpulan data di lapangan, peneliti

menggunakan teknik pemeran serta sebagai pengamat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

(31)

17

Dalam penelitian ini dokumentasi yang dimaksud adalah

pengambilan beberapa data tentang berbagai dokumen terkait dengan

keluarga yang menikah tidak sekufu dari foto dan dokumentasi

pribadi seperti buku nikah, Kartu Keluarga.

7. Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpukan oleh peneliti tidak akan ada

gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian yang amat

penting dalam metode ilmiah, karena dengan dianalisalah data tersebut

dapat diberi arti makna yang berguna dalam memecahkan masalah

penelitian (Nazir, 1988:405).

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis

seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Adapun jenis

analisa data yang diambil yaitu analisa data kualitatif. Analisa data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan berkerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248).

8. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam

penelitian, karena dari data itulah nantinya akan muncul beberapa teori.

Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan

(32)

18

yang diperdalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode,

teori), pelacakan kesesuaian dan pengecekan anggota. Jadi temuan data

tersebut bisa diketahui keabsahanya.

9. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama pra

lapangan, dimana peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi

tentang ada tidaknya praktik pernikahan dengan sekufu atau tidak. Tahap

selanjutnya peneliti terjun langsung ke lapangan atau lokasi penelitian

untuk mencari data informan dan pelaku serta melakukan observasi,

dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu Keluarga yang

menikah dengan pasangannya tidak Sekufu dan pasangan yang menikah

dengan sekufu.

Tahap akhir yaitu penyusunan laporan atau penelitian dengan cara

menganalisis data atau temuan dari penelitian kemudian memaparkannya

dengan narasi deskriptif.

10. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah ini

adalah pendekatan Sosiologis, dimana penyusun menyoroti masalah

pernikahan dengan pasangan sekufu dan tidak sekufu menggunakan fakta

yang ada di masyarakat dan Hukum Islam yang berlaku.

11. Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu untuk

(33)

19

Penalaran (pola pikir) yang digunakan yaitu secara induktif yaitu setelah

data-data terkumpul dari informan, data-data terkait masalah pernikahan

tidak sekufu dan pernikahan sekufu akan dianalisis dengan teori yang

tercantum dalam kerangka teoritik.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam mempelajari materi skripsi ini, sistematika

penulisan memegang peranan penting. Adapun sistematika penulisan skripsi

dapat ditulis paparan sebagai berikut:

Bab satu adalah pendahuluan, yang mana terdiri dari Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah,

Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab Dua adalah Kajian Teori. Dalam bab ini diuraikan tentang

Pengertian keharmonisan Keluarga, Keluarga Harmonis menurut sosiologi,

Keluarga Harmonis Menurut Undang-Undang dan hukum Islam, Ciri-ciri

keluarga Sakinah, Pengertian kafa‟ah, Sejarah Kafa‟ah, Tujuan Kafa‟ah,

Pendapat Ulama tentang Kafa‟ah dalam Perkawinan, Kriteria atau batasan

Kafa‟ah menurut Ulama’, Kafa‟ah persepektif undang-undang. Kajian teori

diletakkan pada bab II agar dalam pelaksanaan penelitian bisa mendapatkan

hasil.

Bab tiga Laporan Penelitian ini terdiri dari paparan data dan penemuan

penelitian, yaitu Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian, Profil

(34)

20

Bab Empat Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan tentang Analisis

Bagaimana Praktik kafaah di Desan Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

Dan Bagaimana Analisis Realisasi Keharmonisan Rumah tangga Di Desa

Bener, Kec. Tengaran Kab. Semarang. Serta Analisis tentang Apa Relevansi

kafa’ah terhadap keharmonisan rumah tangga Muslim di Desa Bener, Kec.

Tengaran, Kab. Semarang.

Bab V Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini

diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang

(35)

21 BAB II

KAFA’AH DAN KEHARMONISAN KELUARGA

A. KONSEP KAFA’AH

1. Pengertian kafa’ah

Kafa‟ah berasal dari kata (ءيفك) di artikan sebagai setara. Menurut

bahasa dapat diartikan sebagai “setaraf, seimbang atau

keserasian/kesesuaian, serupa sedrajad atau sebanding. Menurut istilah

hukum islam, kafa’ah atau kufu’ dalam perkawinan diartikan sebagai

keseimbangan dan keserasihan antara calon istri dan suami sehingga

masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan

pernikahan (Ghozali, 2006:96).

Ketika dihubungkan dengan nikah, kafa‟ah diartikan dengan

keseimbangan antara calon suami dan istri, dari segi kedudukan (hasab),

agama(din), keturunan (nasab) dan semacamnya. Sedangkan dalam istilah

fuqaha‟, kafa‟ah didefinisikan dengan kesamaan di dalam hal-hal

kemasyarakatan, yang dengan itu diharapkan akan tercipta kebahagiaan

dan kesejahteraan keluarga kelak, dan akan mampu menyingkirkan

kesusahan (Nasution, 2013:225). Para ulama dan cendekiawan

menekankan perlunya kesetaraan dalam membina rumah tangga. Hanya

saja mereka berbeda pendapat tentang aspek – aspek kesetaraan itu.

Dahulu banyak ulama menekankan perlunya kesetaraan dalam garis

(36)

22

saja dalam agama (M Quraish, 2010:347). Kufu diukur ketika

berlangsungnya akad nikah. Jika selesai akad nikah terjadi

kekurangan-kekurangan, maka hal itu tidaklah menganggu dan tidak pula

membatalkan apa yang sudah terjadi itu sedikitpun, serta tidak

mempengeruhi hukum akad nikahnya (Sayyid, 1981:51).

Perkawinan atau pernikahan merupakan jalan untuk membentuk

rumah tangga. James H.S. Bossard menghubungkan perkawinan itu

dengan status orang yang melakukannya. Menurutnya ada berbagai tujuan

sehingga orang melakukan pernikahan untuk membentuk rumah tangga.

Tujuan pertama menurut beliau ialah bahwa pernikahan itu menghasilkan

satu status yang lebih besar dan tinggi dalam keluarga. Sedangkan

didalam masyarakat, pernikahan meningkatkan status di tengah kelompok

dan masyarakat (Simanjuntak, 2013:3-4)

Jadi Kafa‟ah adalah keseimbangan, dalam perkawinan kafa’ah

dapat diartikan sebagai seimbangnya antara calon suami dan istri meliputi

keyakinan atau agama, keislaman atau tingkat kepahaman dalam islam,

nasab atau keturunan, tingkat pendidikan, pekerjaan atau tingkat ekonomi.

Kafa’ah sendiri dianggap mempengaruhi keharmonisan dalam Rumah

tangga.

2. Sejarah Kafa’ah

Menurut Coulson dan Farhat J. Zideh. sebagaimana yang dikutip

olah Khoiruddin N (2013:226-227) Mereka mengatakan konsep ini

(37)

23

di kitab mazhab Maliki yaitu al-Mudawwanah. Didalam kitab tersebut

sangat sedikit sekali menyinggung pembahasan ini. Menurut teori ini

konsep Kafa‟ah muncul karena kosmopolitan dan kompleksitas masalah

masyarakat yang hidup di Irak ketika itu. Kompleksitas masyarakat

muncul sebagai akibat urbanisasi yang menjadikan munculnya

percampuran sejumlah etnik seperti percampuran Orang Arab dengan

Non Arab yang baru masuk Islam. Untuk menghindari terjadinya salah

pilih pasangan dalam pernikahan, teori kafa‟ah menjadi ada. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa Kafa‟ah muncul karena perbedaan sosial yang

kemudian menjadi persoalan hukum. Sama halnya yang terjadi di

masyarakat yang memandang perlunya kesepadanan dalam pernikahan

karena di masyarakat sendiri menjadikan laki-laki menjadi tolok ukur

dalam memilih pasangan. Karena Nantinya dalam Masyarakat

Laki-lakilah yang akan mengankat derajat seorang istri bukan sebaliknya.

3. TujuanKafa’ah

Kafa‟ah dianjurkan oleh Islam dalam memilih calon suami/istri,

tetapi tidak menentukan sah atau tidaknya perkawinan. Kafa‟ah hanyalah

hak bagi wanita atau walinya. Karena suatu perkawinan yang tidak

seimbang, serasi/sesuai akan menimbulkan problema berkrlanjutan, dan

besar kemungkinan menyebabkan terjadinya perceraian, oleh karena itu,

boleh dibatalkan (Gozali, 2012: 97). Beberapa tujuan Kafa‟ah dalam

Pernikahan

(38)

24

terciptanya kebahagiaan suami istri, dan lebih menjamin keselamatan

perempuan dari kegagalan atau kegoncangan rumah tangga (Sayyid,

1981:36)

b. Kafa‟ah merupakan wujud keadilan dan konsep kesetaraan yang

ditawarkan Islam dalampernikahan. Islam telah memberikan hak talak

kepada pihak laki-laki secara mutlak. Namun oleh sebagian laki-laki

yang kurang bertanggungjawab, hak talak yang dimilikinya

dieksploitir dan disalah gunakan sedemikian rupa untuk berbuat

seenaknya terhadap perempuan. Sebagai solusi untuk mengantisipasi

hal tersebut, jauh sebelum proses pernikahan berjalan, Islam telah

memberikan hak kafa‟ah terhadap perempuan. Hal ini dimaksudkan

agar pihak perempuan bisa berusaha seselektif mungkin dalam

memilih calon suaminya Target paling minimal adalah, perempuan

bisa memilih calon suami yang benar-benar paham akan konsep talak,

dan bertanggung jawab atas kepemilikan hak talak yang ada di

tangannya.

c. Dalam Islam, suami memiliki fungsi sebagai imam dalam rumah

tangga dan perempuan sebagai makmumnya. Konsekuensi dari relasi

imam-makmum ini sangat menuntut kesadaran ketaatan dan

kepatuhan dari pihak perempuan terhadap suaminya. Hal ini hanya

akan berjalan normal dan wajar apabila sang suami berada satu level

di atas istrinya, atau sekurang-kurangnya sejajar. Seorang istri bisa

(39)

25

(secara pendidikan dan kekayaan misalnya) dia lebih tinggi dari

suaminya.

d. Naik atau turunnya derajat seorang istri, sangat ditentukan oleh

derajat suaminya.Seorang perempuan biasaakan terangkat derajatnya

ketika dinikahi oleh seorang laki-laki yang memiliki status sosial yang

tinggi, pendidikan yang mapan, dan derajat keagamaan yang lebih.

Sebaliknya, citra negatif suami akan menjadi kredit kurang bagi nama,

status sosial, dan kehidupan keagamaan seorang istri.

4. Pendapat Ulama tentang Kafa’ah dalam Perkawinan

Ibnu Hazm dalam buku Sayyid Sabiq (1981:36) berpendapat bahwa

semua orang Islam asal tidak berzina, berhak kawin dengan wanita

Muslimah asal tidak tergolong perempuan lacur.

Dalam Undang-undang perkawinan No. Tahun. 1974 Pasal 2 ayat

(1) menyebutkan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Dalam

Kompilasi hukum Islam pada Bab X Pasal 61 menerangkan bahwa Tidak

sekufu kecuali perbedaan agama atau ikhtilaafu ad dien tidak dapat

menjadi alasan untuk mencegah perkawinan. Dalam Pasal 2 ayat (1)

menyebutkan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut

hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Sayyid Sabiq

(1981:41-42) dalam bukunya Fikih Sunnah yang di terjemahkan oleh

Thalib berpendapat bahwa dalam hal perkawinan tidak hanya sebatas

(40)

26

dipertimbangkan.

Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa kafa‟ah selain dalam hal

agama tidak menyebabkan sah atau tidaknya suatu perkawinan, namun

kafa’ah dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindari ketimpangan dan

ketidak cocokan serta untuk mencapai keserasihan dan keharmonisan

dalam rumah tangga.

5. Kriteria atau batasan Kafa’ah menurut Ulama’ dan Sudut Pandang

Islam

Dalam Islam mengenal istilah kafa‟ah atau kufu dalam menentukan

pendamping bagi ananknya. (Ghazali, 2012:97-98) berpendapat Masalah

kafa‟ah yang perlu diperhatikan dan menjadi ukuran adalah sikap hidup

yang lurus dan sopan, bukan karena keturunan, pekerjaan, kekayaan dan

lain sebagainya. Sentara itu para ulama’ memiliki kriteria atau batasan

-batasan dalam kafa’ah. Dalam urian Al-Jaziry yang dikutip oleh Amir

Syarifuddin (2014:142) Menurut Ulama Hanafiyah, Ulama Malikiyah,

Ulama Syafi’iyah, Ulama Hanabilah yang menjadi dasar kafa‟ah sebagai

berikut:

a. Menurut Ulama Hanafiyah yang menjadi dasar kafa‟ah adalah:

1) Nasab, yaitu keturunan atau kebangsaan

2) Islam, Yaitu dalam silsilah kerabatnya banyak yang beragama

Islam

3) Hirfah, Yaitu profesi dalam kehidupan.

(41)

27

5) Diyanah, atau tingkat kualitas keberagamaannya dalam Islam

6) Kekayaan.

b. Menurut Ulama Malikiyah yang menjadi kriteria kafa‟ah hanyalah

kualitas keberagamaan dan bebas dari cacat fisik.

c. Menurut Ulama Syafi’iyah yag menjadi kriteria kafa‟ah itu adalah

1) Kebangsawanan atau nasab

2) Kualitas keberagamaannya

3) Kemerdekaan diri dan

4) Usaha atau profesi.

d. Menurut Ulama Hanabilah yang menjadi kriteria kafa‟ah itu adalah

1) Kualitas Keberagamaan

2) Usaha atau profesi

3) Kekayaan

4) Kemerdekaan diri dan

5) Kebangsawanan.

Dalam kompilasi hukum Islam hanya sekilas disinggung yaitu pada

pasal 61 “ Tidak sekufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah

perkawinan, kecuali tidak sekufu karena perbedaan agama atau ikhtilafu

al dien. Sementara dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Th 1974

hanya menerapkan perinsip kehati-hatian yang tertuang dalam BAB III

pencegahan perkawinan.

Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa ulama bersilang

(42)

28

dalam hal agama dan akhlaq. Dan bahwa akhlaq adalah cerminan

pemahaman Agama. Undang-undang perkawinan membatasi kufu sebatas

agama selain itu tidak dapat menjadi penghalang dilaksanakannya

pernikahan.

6. Kafa’ah persepektif undang-undang

Pada dasarnya kafa‟ah dalam Hukum islam hanya bertujuan sebagai

salah satu upaya untuk mencegah terjadinya perkawinan bukan menjadi

syarat sahnya sebuah perkawinan (Sayyid, 1981:36). Sama, hanya Pada

undang-undang Perkawinan no 1 tahun 1974 memang tidak secara

terang-terangan menyebutkan kafa‟ah namun nilai kehati-hatian para pihak

memperlihatkan bahwa unsur kesamaan (kafa‟ah) amat diperlukan.

Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa dalam hukum Islam dan

Undang-undang perkawinan menerapkan perinsip kehati-hatian sama

dengan Kafa‟ah. Sebagai tujuan pernikahan agar harmonis dan tidak

(43)

29

B. KEHARMONISAN KELUARGA

1. Pengertian keharmonisan Keluarga

Seorang sarjana Sosiologi Barat bernama Bolak telah merumuskan

apa sebenarnya rumah tangga itu, Rumah tangga adalah markas atau pusat

dimana denyut pergaulan hidup menggetar.Dia merupakan susunan yang

hidup yang dapat mengekalkan keturunan. Sebenarnya Rumah tangga

adalah alam pergaulan manusia yang sudah diperkecil. Bukankah dirumah

tangga itu lahir dan tumbuh pula apa yang disebut kekuasaan,agama,

pendidikan, hukum, dan perusahaan. Keluarga adalah jamaah yang bulat,

teratur, dan sempurna. Dari situ bergelora perasaan halus dan sukma yang

hidup, yang dipandang sebagai perikemanusiaan dan persaudaraan yang

tidak akan kering-keringnya (Leter, 1985:2).

Dalam ilmu Sosiologi, Keluarga Harmonis adalah keluarga yang

dapat mengantarkan seseorang hidup lebih bahagia, lebih layak dan

tentram. Menurut Hasan Basri (1996:111) keluarga yang harmonis dan

berkualitas yaitu keluarga yang rukun, bahagia, bersih, disiplin, saling

menghargai, pemaaf, tolong menolong dalam kebaikan, saling

menghargai, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling

menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti kepada yang lebih

tua,mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan waktu luang dalam

hal positif serta memenuhi dasar keluarga.

Dalam Islam menganjurkan agar istri menyeimbangkan karakter

(44)

30 menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Jadi keluarga harmonis yaitu keluarga yang dimana para

anggotanya merasa bahagia, saling menghormati, saling menyayangi,

saling pengertian, dan kerjasama yang baik serta setiap anggota keluarga

menjalankan kewajiban dan hak masing-masing.

2. Keluarga Harmonis menurut Sosiologi

Definisi keharmonisan rumah tangga, keluarga yang harmonis dan

berkualitas yaitu keluarga yang rukun, berbahagia, tertib, disiplin, saling

menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki

etos kerja, yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat

mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu

pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan

mampu memenuhi dasar keluarga (Basri, 1996:111). Dalam

keharmonisan keluarga terdapat Aspek-Aspek Keharmonisan keluarga

yang menjadi tolok ukur keharmonisannya. Kartono Kartini (2004:48)

(45)

31

adanya hubungan atau komunikasi yang hangat antar sesama anggota

keluarga, adanya kasih sayang yang tulus dan adanya saling pengertian

terhadap sesama anggota keluarga. Sementara Menurut Gunarsa

(1990:50) ada banyak aspek dari keharmonisan keluarga diantaranya

adalah:

a. Kasih sayang antara keluarga.

Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki,

karena sejak lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari

sesama. Dalam suatu keluarga yang memang mempunyai hubungan

emosianal antara satu dengan yang lainnya sudah semestinya kasih

sayang yang terjalin diantara mereka mengalir dengan baik dan

harmonis.

b. Saling pengertian sesama anggota keluarga.

Selain kasih sayang, pada umumnya para remaja sangat

mengharapkan pengertian dari orangtuanya. Dengan adanya saling

pengertian maka tidak akan terjadi pertengkaran-pertengkaran antar

sesama anggota keluarga.

c. Dialog atau komunikasi efektif yang terjalin di dalam keluarga

Anggota keluarga mempunyai keterampilan berkomunikasi

dan banyak waktu digunakan untuk itu. Dalam keluarga harmonis ada

beberapa kaidah komunikasi yang baik, antara lain :

(46)

32

Anggota keluarga melakukan komunikasi yang bersifat

spontan maupun tidak spontan (direncanakan). Bersifat spontan,

misalnya berbicara sambil melakukan pekerjaan

bersama,biasanya yang dibicarakan hal-hal sepele. Bersifat tidak

spontan, misalnya merencanakan waktu yang tepat untuk

berbicara, biasanya yang dibicarakan adalah suatu konflik atau

hal pentinglainnya. Mereka menyediakan waktu yang cukup

untuk itu.

2) Mendengarkan

Anggota Keluarga meningkatkan saling pengertian

dengan menjadi pendengar yang baik dan aktif. Mereka tidak

menghakimi nilai, menyetujui atau menolak pernyataan atau

pendapat pasangannya.Mereka menggunakan timbal balik, untuk

menyatakan atau menegaskan kembali, dan mengulangi

pernyataan.

3) Pertahankan kejujuran

Anggota keluarga mau mengatakan apa yang menjadi

kebutuhan, perasaan serta pikiran mereka, dan mengatakan apa

yang diharapkan dari anggota keluarga.

d. Mempunyai waktu bersama dan kerjasama dalam keluarga

Keluarga menghabiskan waktu (kualitas dan kuantitas waktu

yang besar) di antara mereka. Kebersamaan di antara mereka

(47)

33

baik antara sesama anggota keluarga juga sangat dibutuhkan dalam

kehidupan sehari-hari. Saling membantu dan gotong royong akan

mendorong anak untuk bersifat toleransi jika kelak bersosialisasi

dalam masyarakat.

Jadi keluarga harmonis menurut sosiologi adalah mampu

memenuhi dasar keluarga, saling tolong menolong dan pengertian

serta komunikasi yang baik sangat penting karena mempengaruhi

keharmonisan keluarga menurut sosiologi.

3. Keluarga Harmonis Menurut Undang-Undang dan hukum Islam

Dalam UU No.1 Tahun 1974 menjelaskan tentang tujuan dari

pernikahan yaitu: Pasal 1 Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Mahaesa. Pasal 33 bahwa Suami isteri wajib saling

saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan

lahir batin yang satu kepada yang lain.

Dalam Hukum Islam yang disebut harmonis yaitu dikenal dengan

sebutan sakinah. Seperti dalam Al- Qur’an surat At-taubah ayat 26 yang

diterjemahkan dengan ketenangan, yakni Allah menurunkan ketenangan

kepada Rasulnya, berarti rasa tenang datangnya dari Allah SWT

(Shihab,2010:152). Dalam kamus Bahasa Indonesia sakinah berarti

damai.

(48)

34

berdasarkan perkawinan yang sah, dan mengharapkan ridha dari yang

maha pencipta yaitu Allah SWT, dan mampu menumbuhkan rasa aman,

tentram, damai, dan bahagia dalam mengusahakan terwujudnya

kehidupan yang sejahtera di dunia maupun diakhirat nantinya.

Mewujudkan keluarga sakinah, kunci suksenya adalah komunikasi

hubungan suami istri yang sesuai dengan fungsi dan perannya. Suami

sebagai kepala rumah tangga hendaknya mampu menempatkan diri secara

bijak sesui dengan tuntunan agama. Keluarga sakinah mawadah

warahmah sangat didambakan oleh setiap orang. Karena keluarga sakinah

adalah keluarga yang damai, aman, dan penuh kasih sayang.

Sedangkanmawadah artinya cinta dan warahmah adalah penuh rahmat.

Jadi keluarga sakinah mawadah warahmah adalah keluarga yang damai,

penuh kasih sayang, dan keberkahan (Siregar, 2016:86-88).

Adapun keluarga bahagia persepektif Islam yaitu sebuah keluarga

yang yang berjalan sesuai dengan akidah dan syariat, sehingga tercapai

kehidupan yang barokah, sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dibawah ini

merupakan tanda keluarga bahagia menurut Islam. Dinukilkan dari satu

hadits yang diriwayatkan oleh Dailami yang berisi tentang 4 kunci

kebagahagiaan keluarga muslim. Adapun hadits tersebut berbunyi

(49)

35

pasangan hidup yang sholihah, anak – anak yang baik / berbakti, pergaulaannya adalah dengan orang – orang yang sholeh dan rizkinya di negerinya sendiri”. (HR Dailami)

a. Istri yang shalehah

seorang wanita sholehah dalam sebuah keluarga senantiasa membawa

kesenangan terhadap suami, anak-anak dan semua keluarga. Ini

menunjukkan betapa posisi wanita sangat signifikan atau sangat

menentukan baik-buruknya sebuah keluarga

1) Anak yang sholeh

Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata bahwa

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

َص ٍدَلَوَو ِوِب ُعَفَ تْنُ ي ٍمْلِعَو ٍةَيِراَج ٍةَقَدَص ْنِم ٍةَث َلََث ْنِم َّلاِإ ُوُلَمَع َعَطَقْ نا ُناَسْنِْلْا َتاَم اَذِإ

ٍٍ ِلا

ُوَل وُعْدَي

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do‟a anak yang sholeh” (HR.

Muslim no. 1631).

Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan

(50)

36

anak yang tumbuh menjadi anak sholeh dapat menjadi sebab, yaitu

orangtunya masih mendapatkan pahala meskipun orangtunya sudah

meninggal dunia.

2) Lingkungan yang Baik

ِوَّللا ُلوُسَر َلاَق : َلاَق ، ِهِّدَج ْنَع ، ِويِبَأ ْنَع ، ٍجيِدَخ نب ِعِفاَر نب ِديِعَس ْنَع

ِقيِرَّطلا َلْبَ ق َقيِفَّرلاَو ، ِراَّدلا َلْبَ ق َراَجْلا اوُسِمَتْلا : َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص

“Pilihlah tetangga sebelum menentukan untuk berdomisili di suatu tempat dan pilihlah teman perjalanan sebelum menentukan arah perjalanan” (HR Thabrani dalam al

Mu’jam al Kabir no 4257, dalam al Majmauz Zawaid no

13534, al Haitsami)

Tidak diragukan lagi bahwa lingkungan tetangga yang tidak baik

sangat berbengaruh dengan kualitas iman kita di samping menentukan

bagaimana model dan bentuk anak keturunan kita.

b. Mencari rezeki di negeri sendiri

)يمليدلا هاور( ِهِدَلَ ب ىِف ُوُقْزِر َنْوُكَي ْنَأَو

“dan carilah rezeki di negeri sendiri”.(HR. Adailami)

Meskipun rezeki yang diperoleh banyak, apabila rezeki itu

diperoleh di tempat yang jauh dari keluarga, tetap saja akan lebih

menyenangkan bila rezeki itu diperoleh di negeri sendiri. Namun bila

seseorang harus merantau dalam rangka mengais rezeki, maka

bawalah keluarga ke tempat rantau, karena kehadiran suami isteri atau

(51)

37

ِم ْمُكَل َقَلَخ ْنَأ ِوِتاَيآ ْنِمَو

ْمُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِل اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفْ نَأ ْن

َنوُرَّكَفَ تَ ي ٍمْوَقِل ٍتاَيلَ َكِلَذ يِف َّنِإ ًةَمْحَرَو ًةَّدَوَم

“Dan di antara tandatanda kekuasaanNya ialah Dia ciptakan -istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.S Ar-Rum;21)

Tidaklah dipungkiri bahwasannya harapan dari tujuan pernikahan

yaitu terbentuknya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah dan

barokah. Sebagaimana penjelasan berikut ini:

1) Keluarga sakinah

Sakinah memiliki arti ketenangan, kedamaian,

ketentraman dan keamanan. Untuk mencapai hal tersebut keluarga

harus bisa menjalani hidupnya sesuai dengan perinsip keimanan,

saling menyayangi satu sama lain, menerima kekurangan

masing-masing dan saling melengkapi.

2) Keluarga mawaddah

Secara bahasa mawaddah didefinisikan sebagai rasa cinta.

Keluarga yang mawaddah berarti keluarga yang kehidupannya

diliputi dengan cinta dan penuh harapan.

3) Keluarga yang rahmah

Rahmah atau kasih sayang dalam keluarga, yaitu bilamana

seorang suami memberi kasih sayang kepada istrinya, menghargai

tidak membentak- bentak, dan menafkahi secara ikhlas.

(52)

38

kepada suami dan anak-anaknya. Serta tidak melupakan

menjalankan perintah agama dan mengamalkan sunnah

Rasulullah SAW., agar kelak rumah tangganya mendapat rahmat

dari Allah SWT.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menurut hukum Islam

dan Undang-undang keluarga Harmonis adalah keluarga yang damai,

saling membantu dalam memerankan perang masing-masing , dan penuh

kasih sayang yang penuh rahmat.

4. Ciri – Ciri Keluarga Sakinah

Sakinah berasal dari kata نكس yang memiliki arti tenang, tentram.

Dalam Pernikahan dapat diartikan sebagai membina atau membangun

sebuah rumah tangga yang penuh kedamaian, ketentraman, ketenangan dan

selalu bahagia. Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah,

mengikatnya dengan kuat dan kokoh sehingga akan mencapai awan dan

bintang. Jika bintang-bintang adalah perhiasan langit maka rumah tangga

adalah perhiasan keluarga. Karen dalam keluarga ada unsur keindahan,

kebanggaan, dan kebersamaan dengan orang-orang tercinta. Sebab dengan

keluargalah kenikmatan abadi bisa diperoleh.

َكاَدَي ْتَبِرَت ِنْيِّدلا ِتاَذِب ْرَفْظاَف اَهِنْيِدِلَو اَهِلاَمَجِلَو اَهِبَسَحِلَو اَهِلاَمِل ٍعَبْرَلأَ ِ ُةَأْرَمْلا ٍُ َكْنُ ت

(

ةريرى ىبأ نع ملسم و يراخبلا هاور

)

(53)

39

Untuk mewujudkan keluarga sakinah, hendaknya, seseorang dapat

memilih calon suami atau istri yang berakhlaq mulia dan mengutamakan

agamanya. Sebab agama merupakan faktor yang penting dalam kehidupan

rumah tangga. Rasulullah SAW menyarankan dalam hal memilih calon

istri dengan petunjuk empat kriteria yaitu:

a. Karena kekayaannya.

b. Karena keturunannya.

c. Karena kecantikannya.

d. Karena keagamaannya.

Islam telah menganjurkan dalam memilih istri bahwa agama

seorang wanita harus lebih diutamakan dari pada faktor-faktor yang

lainnya (kekayaan, keturunan, kecantikan). Karena kebaikan agamanya

seorang wanita sangat mempengaruhi kebijakan kelarganya (Hasbiyallah,

2015:79).

Adapun ciri-ciri dari keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu antara

lain:

1) Saling mengerti antara suami istri, yaitu; mengerti latar

belakang pribadinya, mengetahui secara mendalam sebab akibat

kepribadian (baik sifat dan tingkah lakunya) pasangan, mengerti

diri sendiri; memahami diri sendiri, masa lalu kita, kelebihan dan

kekurangan kita, dan tidak menilai orang berdasarkan diri kita

(54)

40

2) Saling menerima, menerima apa adanya pribadi, tugas, jabatan

dan sebagainya jika perlu diubah janganlah paksakan, namun

doronglah dia agar terdorong merubahnya sendiri. Karena itu;

terimalah dia apaadanya karena menerima apaadanya dapat

menghilangkan ketegangan dalam keluarga. Terimalah hobi dan

kesenangannya asalkan tidak bertentangan dengan norma dan

tidak merusak keluarga. terimalah keluarganya

3) Saling menghargai, Penghargaan sesungguhnya adalah sikap

jiwa terhadap yang lain. Ia akan memantul dengan sendirinya

pada semua aspek kehidupan, baik gerak wajah maupun prilaku.

Perlu diketahui bahwa setiap orang perlu dihargai. Maka

menghargai keluarga adalah hal yang sangat penting dan harus

ditunjukkan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Adapun

cara menghargai dalam keluarga adalah: Menghargai perkataan

dan perasaannya. Yaitu: menghargai seseorang yang berbicara

dengan sikap yang pantas hingga ia selesai, menghadapi setiap

komunikasi dengan penuh perhatian positif dan kewajaran,

mendengarkan keluhan mereka. Menghargai bakat dan keinginan

sepanjang tidak bertentangan dengan norma. Menghargai

keluarganya.

4) Saling mempercayai, Rasa percaya antara suami istri harus

dibina dan dilestarikan hingga hal terkecil terutama yang

Gambar

Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Desa Bener
Tabel 3.3 Banyaknya Penganut Agama Penduduk Desa Bener
Tabel 3.5 Tempat Ibadah Desa Bener
Tabel 3.1 Keluarga Bapak Muh. Yasin
+4

Referensi

Dokumen terkait

b) Tepung tapioka ditambah merica halus, dan bawang putih, bersamaan dengan itu tambahkan juga tauge yang telah digiling sesuai dengan perlakuan. c) Dicetak adonan

Pada tahun 2013 hasil prediksi dengan Model Altman Z-Score menunjukkan bahwa ada 1 perusahaan yang berada dalam kondisi sehat yaitu Energi Mega Persada Tbk dengan

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini meliputi metode pengumpulan data dan metode perancangan basis data.. Secara garis besar sistem pengajaran dan

Sistem pengaman rumah ini memiliki beberapa bagian penting untuk mengamankan rumah seperti sensor ultrasonic sebagai pendeteksi, alarm, modem wavecom dan kamera CCTV

Tugas Akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Program Studi Teknik Sipil Strata I di Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata. Selama

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen yang berjumlah 27 butir pernyataan inilah yang akan digunakan sebagai instrumen final untuk mengukur variabel minat beli..

Di samping itu, pengamatan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang (M2) merupakan variabel kunci bagi otoritas moneter untuk menetapkan

2 Atfal M (2016) (16) Hubungan Pengetahuan dan Praktek Penjamah Makanan terhadap Kualitas Bakteriologi pada Peralatan Makan Rumah Makan di Kabupaten Tegal Survey dengan