• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Serangga Pada Mina Padi Di Desa Purwosari, Pematang Bandar, Simalungun, Sumatera Utara. Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Serangga Pada Mina Padi Di Desa Purwosari, Pematang Bandar, Simalungun, Sumatera Utara. Chapter III V"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah Desa Purwosari Kecamatan Pematang

Bandar, Simalungun, Sumatera Utara dengan ketinggian 30 meter diatas

permukaan laut. Di mulai bulan Maret 2016 sampai dengan Juli 2016.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, tanaman padi,

imago serangga yang tertangkap, air bersih, plastik transparan, kertas warna

kuning, lem perekat, formalin, alkohol 70% dan ikan mas (Cyprinus carpio).

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol koleksi,

jaring serangga, kamera, mikroskop, buku acuan identifikasi yaitu Shepard et al.

(2011), Suyamto (2005), Kalshoven (1981), Borror et al. (1992) dan alat tulis.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode purposive random

sampling. Dimana ditentukan lokasi sampel secara acak pada lahan percobaan.

Pengambilan sampel serangga pada pertanaman padi menggunakan 3 perangkap

yaitu Sweep net, Yellow trap dan Core sampler. Pengambilan sampel serangga

pada pertanaman padi dengan menggunakan sweep net yang dilakukan dengan

lima kali pengayunan secara diagonal pada setiap lahan pertanaman, yellow trap

dan core sampler yang diletakan pada keempat sisi lahan pertanaman padi sesuai

arah mata angin. Model caren yang saya gunakan adalah caren dengan parit di

(2)

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan adalah pertanaman padi milik petani setempat yang

berada di desa purwosari jarak. Lahan percobaan seluas 500 meter persegi.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang dilakukan sebanyak empat kali pengambilan

yaitu selama pemeliharaan ikan dengan padi hingga padi menjelang panen.

Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan pernagkap jaring (insect

net), Core sample dan Perangkap kuning (Yellow trap).

Perangkap Jaring (Insect net)

Perangkap jarring (Insect net) terbuat dari bahan ringan dan kuat, mudah

diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat. Dengan panjang pegangan

100 cm, diameter pegangan 2,5 cm, diameter jaring 42 cm dan panjang kain jaring

56 cm. Pengambilan sampel pada lahan pertanaman padi dilakukan dengan lima

kali pengayunan secara diagonal pada setiap lahan persawahan. Serangga yang

tertangkap kemudian di kumpulkan lalu dimasukkan ke dalam wadah

penyimpanan sampel untuk di identifikasi dan dihitung. Penangkapan serangga

dilakukan pada pukul 08.00-10.00 atau sore hari pukul 16.00-18.00. Penangkapan

dilakukan satu kali dalam seminggu.

Core Sampler

Perangkap ini diadopsi dari kaleng cat 10 kg. Diameter kaleng cat 17 cm

dan tinggi kaleng cat 20 cm. Kemudian kaleng cat tersebut di buat lubang atas dan

bawah sehingga kaleng disebut core sampler. Core sampler diletakkan pada tanah

(3)

sebatas permukaan tanah. Kegunaanya untuk menangkap telur, larva dan serangga

di dalam tanah atau air yang tergenang.

Perangkap Kuning (Yellow Trap)

Perangkap ini terbuat dari kertas berwarna kuning yang berukuran 30 cm x

20 cm yang diolesi dengan lem perekat. Perangkap ini diletakan pada keempat sisi

lahan pertanaman padi sesuai arah mata angin, yang dipasang pada pagi hari dan

diletakkan selama tiga hari. Setelah tiga hari, serangga yang diperoleh pada

perangkap ini dikumpulkan, diidentifikasi, dan dihitung jumlah populasinya.

Penangkapan Ikan

Ikanyang dimasukkan ke dalam sawah, akan diamati setiap minggunya 10

ekor ikan. Dilakukan pengukuran panjang ikan, berat ikan, lebar ikan dan pada

minggu terakhir sebelum panen ikan, diambil 10 ekor ikan lalu dibedah, dipotong

secara vertical kemudian usus ikan diambil dan diamati di bawah mikroskop

untuk melihat serangga yang terdapat didalam usus (Stomach content).

Identifikasi Serangga

Imago serangga yang tertangkap dari lapangan ada yang dapat

diindentifikasi secara langsung (visual). Selanjutnya, serangga yang belum

diidentifikasi dibawa ke Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara untuk dicatat ciri-ciri karakteristik

serangga. Diidentifikasi sampai pada tingkat Genus/Spesies menggunakan buku

acuan Shepard et al. (2011), Suyamto (2005) Kalshoven (1981) dan Borror et al.

(1992).

Peubah Amatan

(4)

Serangga yang tertangkap dikumpulkan, diidentifikasi dan dihitung sesuai

dengan kelompok family masing-masing setiap serangga pada setiap pengamatan.

2. Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak, Frekuensi

Relatif pada setiap pengamatan.

Dengan diketahuinya jumlah populasi serangga tertangkap yang telah

diidentifikasi maka dapat dihitung nilai kerapatan mutlak, kerapatan relatif,

frekuensi mutlak, frekuensi relatif pada setiap pengamatan.

3. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga

Setelah jumlah serangga yang tertangkap pada setiap pengamatan

diketahui, maka dihitung nilai indeks keanekaragaman pada masing-masing

pengamatan dengan menggunakan rumus indeks Shanon-Weiner (H’).

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan adalah metode purposive random sampling, yaitu

pengambilan sampel secara random pada lahan pertanaman padi. Serangga yang

didapat kemudian diidentifikasi dan dihitung kemudian dianalisis sebagai berikut :

Kerapatan Mutlak (KM) Suatu Jenis Serangga:

Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada

habitat yang dinyatakan secara mutlak (Purba, 2010).

KM =

Kerapatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga KR = X 100%

KR = X 100% (Suin, 1997).

KM ∑ KM

Jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapan Total individu dalam setiap penangkapan Jumlah Individu Jenis yang Tertangkap

(5)

Frekuansi Mutlak (FM) Suatu Jenis Serangga:

Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah keseringhadiran suatu serangga

tertentu yang ditemukan pada habitat tiap pengamatan yang dinyatakan secara

mutlak (Purba, 2010).

FM =

Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga:

Frekuensi relatif menunjukkan keseringhadiran suatu jenis serangga pada

habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut

(Purba, 2010).

FR = X 100%

FR =

(Suin, 1997).

Indeks Kekayaan Jenis (species richness)

Indeks kekayaan jenis berfungsi untuk mengetahui kekayaan jenis setiap

spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai.

1. Indeks Margalef

n = total jumlah individu seluruh spesies (Ludwiq dan Reynold, 1988). FM

∑ FM

Nilai FM suatu jenis serangga setiap penangkapan Nilai FM semua jenis serangga setiap penangkapan Jumlah Ditemukan Suatu Jenis Serangga

Jumlah Penagkapan Seluruhnya X 100 %

(6)

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga

Indeks keanekaragaman merupakan suatu penggambaran secara matematik

untuk mempermudah dalam menganalisis informasi mengenai jumlah jenis

indvidu serta berapa banyak jumlah jenis individu yang ada dalam suatu area.

Untuk membandingkan tinggi rendahnya keanekaragaman jenis serangga yaitu

keanekaragaman jenis serangga hama dan musuh alami digunakan indeks

Shanon-Weiner (H’) dengan rumus:

H´ = – ∑ pi ln pi

pi =

dimana : H´ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Weiner

pi = Proporsi jumlah individu ke-1 dengan jumlah total individu ni = Spesies ke-i

N = Jumlah total individu (Price, 1997).

Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut Krebs (1978) sebagai

berikut:

H’ > 3 = Tinggi

H’< H’ < 3 = Sedang

H’ < 1 = Rendah.

Indeks Kemerataan (Index of Evenness)

Indeks Kemerataan (Index of Evenness) berfungsi untuk mengetahui

kemerataan setiap jenis dalam setiap komunitas yang dijumpai.

E= H’/ln S

Ket.: E = indeks kemerataan (nilai antara 0 –10)

H’ = keanekaragaman jenis serangga

Ln = logaritma natural

S = jumlah jenis s

(7)

Kemerataan jenis memiliki nilai indikator E = 1. Apabila nilai E = 1 berarti pada

habitat tersebut tidak ada jenis mamalia yang mendominasi (Ludwiq and

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Jenis Serangga yang Tertangkap

Hasil yang didapat pada lahan mina padi yaitu 9 ordo, 40 famili dan 42

spesies yang teridentifikasi. Jumlah individu tertinggi yaitu ordo Diptera sebesar

698 individu dan terendah yaitu ordo Orthoptera sebesar 8 individu. Jumlah famili

tertinggi yaitu 10 famili dari ordo Diptera dan famili terendah yaitu 2 famili yaitu

ordo Odonata, Orthoptera dan Homoptera. Spesies Anopheles sp (Diptera:

Cucilidae) sebesar 378 individu yang dikategorikan dengan jumlah tertinggi dan

Chilocorus sp, Sceliphron sp, Sexava spp, Scotinophara coarctata yang

masing-masing berjumlah 1 individu dikategorikan sebagai jumlah terendah yang

diidentifikasi. Hasil ini dapat kita lihat pada tabel 3.

Tabel 3. Jumlah dan jenis serangga yang tertangkap pada lahan mina padi

Ordo/Famili/Spesies Penangkapan Total Rata-Rata 1 2 3 4 5

Total individu 64

Araneae

Total individu 241

(9)

Total individu 301

Total individu 195

Hymenoptera

Total individu 142

Orthoptera

Total individu 698

Hemiptera

Total individu 54

(10)

Recilia dorsalis 33 0 26 83 107 249 49.8

Nephotettix spp 1 0 7 17 3 28 5.6

Delphacidae

Nilavarpata lugens 0 0 0 26 0 26 5.2

Sogatella furcifera 0 0 0 22 0 22 4.4

Total individu 325

Total 353 285 414 609 367 2028 405.6

Hasil yang didapat pada lahan mina padi yaitu terdapat 9 ordo, 40 famili

dan 42 spesies yang teridentifikasi. Hal ini didukung oleh penelitian Fernando dan

Halwart (2001) yang menyatakan serangga yang terdapat pada mina padi 39

spesies (Uzbekistan) 106 spesies (Thailand) dan 405 spesies (Sri Langka)

(Bambaradeniya et al., 2003). Ikan mas juga berperan sebagai predator larva lalat,

keong dan mampu mengontrol nyamuk malaria. Selain itu ikan juga memiliki

peran penting dalam mengendalikan hama (Ahmed, 2009; Vromant et al., 2002).

Dari lima kali penangkapan didapat jumlah individu tertinggi yang

tertangkap yaitu pada penangkapan ke-4 dengan total 609 individu. Sedangkan

jumlah individu terendah yang tertangkap yaitu pada penangkapan ke-2 dengan

total 285 individu. Menurut peneliti terjadinya penenurunan serangga pada

penangkapan ke-2 disebabkan pada minggu penangkapan pertama dilakukan

penyemprotan insektisida oleh petani. Sehingga pada penangkapan ke-4 mulai

berkembang kembali serangga pada lahan tersebut.Hal ini didukung oleh

Susniahti et al, (2009) yang menyatakan bahwa penggunaan insektisida yang

tidak bijaksana dapat menyebabkan terbunuhnya musuh alami, terjadi resurjensi

hama, resistensi hama dan munculnya hama sekunder.

Hasil yang tertangkap pada lahan kontrol yaitu 9 ordo, 36 famili dan 40

spesies yang terindentifikasi. Jumlah individu tertinggi yang tertangkap pada

lahan kontrol yaitu ordo Homoptera sebesar 668 individu dan terendah yaitu ordo

(11)

Diptera dan famili terendah yaitu 2 famili yaitu ordo Odonata, Orthoptera,

Hemiptera dan Homoptera. Jumlah spesies tertinggi pada lahan kontrol yaitu

Recilia dorsalis (Homoptera: Cicadellidae) sebesar 529 individu. Hasil ini dapat

kita lihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah dan jenis serangga yang tertangkap pada lahan kontrol

Ordo/Famili/Spesies Penangkapan Total Rata-Rata 1 2 3 4 5

Total individu 55

Araneae

Total individu 206

Lepidoptera

Total individu 204

Odonata

Total individu 145

(12)

Spechidae

Total individu 580

Hemiptera Miridae

Cyrthorhinus lividipennis 0 0 0 9 26 35 7

Alydidae

Leptocorisa acuta 0 0 4 0 11 15 3

Total individu 50

Homoptera

Total individu 668

Total 387 216 337 774 415 2129 425.8

Hasil yang didapat pada lahan mina padi yaitu terdapat 9 ordo, 36 famili

dan 40 spesies yang teridentifikasi. Hal ini didukung oleh penelitian Putri (2016)

yang menemukan 8 ordo, 31 famili pada lahan padi di Tanjung Morawa. Siregar

(2014) menemukan 8 ordo dan 9 famili pada lahan padi di Kampung Susuk,

(13)

Jumlah individu tertinggi pada kontrol yaitu Recilia dorsalis (Homoptera:

Cicadellidae) sebesar 529 individu dan jumlah individu terendah yaitu Chilocorus

sp, Tenebrio sp, Narangan aenescens, Pantala flavencens, Trichomma

cnaphalocrosis, Xanthopimpla flavolineata, Atractomorpha crenulata,

Cecidomyiidae, sebesar 1 individu. Tingginya populasi wereng daun disebabkan

pada fase persemaian dan vegetatif populasi hama wereng terus meningkat namun

menurun mendekati fase generatif (Rizkie et al., 2015). Sama halnya dengan yang

dinyatakan Widiarta (2005) hama wereng ditemukan paling banyak saat fase

vegetatif dan rendah pada stadia generatif.

Dari lima kali penangkapan didapat jumlah individu tertinggi yang

tertangkap yaitu pada penangkapan ke-4 dengan total 774 individu. Sedangkan

jumlah individu terendah yang tertangkap yaitu pada penangkapan ke-2 dengan

total 216 individu. Menurut peneliti terjadinya penenurunan serangga pada

penangkapan ke-2 disebabkan pada minggu penangkapan pertama dilakukan

penyemprotan insektisida oleh petani. Sehingga pada penangkapan ke-4 serangga

sudah berkembang mencapai siklus hidup berupa imago pada lahan tersebut. Hal

ini didukung oleh pernyataan Pradhana (2014) yang menyatakan menurunya

populasi musuh alami diduga disebabkan oleh adanya pemberian pestisida pada

lahan konvensional. Pemberian pestisida yang tidak tepat sasaran dapat

menyebabkan penurunan pada populasi musuh alami.

Hasil pengamatan pada lahan mina padi menunjukkan jumlah individu

terendah yaitu ordo Orthoptera sebesar 8 individu, famili terendah yaitu ordo

Odonata, Orthoptera dan Lepidoptera sebesar 2 famili, dan spesies terendah yaitu

(14)

individu. Sedangkan pada lahan kontrol menunjukkan jumlah individu terendah

yaitu ordo Orthoptera sebesar 5 individu, famili terendah yaitu ordo Hemiptera,

Homoptera, Orthoptera, Odonata sebesar 2 famili, dan spesies terendah yaitu

Chilocorus sp, Tenebrio sp, Narangan aenescens, Pantala flavencens, Trichomma

cnapalocrosis, Xanthopimpla flavolineata, Atractomorpha crenulata sebesar 1

individu. Hasil ini didukung oleh penelitian Putri (2016) yang menyatakan 2

famili dari masing-masing ordo Odonata dan 1 famili dari ordo Hemiptera. Faktor

ini didukung oleh ketersedian makanan yang dapat mempengaruhi jumlah

populasi serangga.

Tabel. Analisis T-Test dengan SPSS 22.00

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Kontrol 3.433 56 .001 37.35088 15.5571 59.1446

Minapadi 3.988 56 .000 35.57895 17.7090 53.4489

Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa pada perlakuan mina padi

signifikan pada taraf 5% dengan nilai t=3.988 (P<0.000) sedangkan kontrol

bernilai t=3.433 (P<0.001) signifikan pada taraf 5%. Hal ini didukung oleh

pernyataan Tsuruta et al, (2011) yang menyatakan jumlah total individu antara

mina padi dengan kontrol terdapat perbedaan yang signifikan F3,8

Hasil yang didapat pada lahan mina padi yaitu 9 ordo, 40 famili dan 42

spesies yang teridentifikasi. Sedangkan hasil yang tertangkap pada lahan kontrol =5.30, P=0.026,

famili, spesies, keanekaragaman tidak signifikan, meskipun ada perbedaan yang

(15)

yaitu 9 ordo, 36 famili dan 40 spesies yang terindentifikasi. Jumlah individu

tertinggi yang tertangkap pada lahan mina padi yaitu ordo Diptera sebesar 698

individu dan terendah yaitu ordo Orthoptera sebesar 8 individu. Jumlah famili

tertinggi yaitu 10 famili dari ordo Diptera dan famili terendah yaitu 2 famili yaitu

ordo Odonata, Orthoptera dan Homoptera. Sedangkan jumlah individu tertinggi

yang tertangkap pada lahan kontrol yaitu ordo Homoptera sebesar 668 individu

dan terendah yaitu ordo Orthoptera sebesar 5 individu. Jumlah famili tertinggi

yaitu 10 famili dari ordo Diptera dan famili terendah yaitu 2 famili yaitu ordo

Odonata, Orthoptera, Hemiptera dan Homoptera. Hal ini didukung oleh

Tsurata et al (2011) yang menyatakan 9 ordo pada lahan mina padi dan kontrol,

16 famili pada mina padi dan 18 famili pada kontrol, dengan famili tertinggi yaitu

pada ordo Diptera pada kedua lahan.

Hasil pengamatan menunjukkan jumlah serangga yang paling banyak

tertanggap pada lahan kontrol adalah Recilia dorsalis (Homoptera: Cicadellidae)

yang berjumlah 529 individu. Sedangkan jumlah serangga yang paling banyak

tertangkap pada lahan mina padi adalah Anopheles sp (Diptera: Cucilidae) yang

berjumlah 378 individu. Menurut penulis keberadaan Recilia dorsalis yang

banyak pada lahan kontrol disebabkan oleh sistem padi yang monokultur dan

tidak adanya pemberian Cyprinus carpio. Hal ini didukung oleh Saikia et al,

(2015) yang menyatakan bahwa Cyprinus carpio dapat mengurangi kehidupan

hama tanaman padi. Halwart dan Gupta (2004) menyatakan bahwa C. carpio lebih

baik ada pada tanaman dari pada di kolam karena ikan ini berpotensial penting

(16)

Dari tiga cara penangkapan yang dilakukan, jenis serangga yang banyak

tertangkap yaitu menggunakan perangkap kuning (Yellow trap) dan paling sedikit

pada Core Sampler. Hal ini disebabkan larva serangga akan tumbuh menjadi

imago yang menyebar kedaratan dan pada saat penangkapan serangga, siklus

hidup dalam fase imago yang banyak tertangkap. Disamping itu, serangga pada

umumnya lebih tertarik pada gelombang cahaya warna kuning yang dipantulkan

dari perangkap kuning sehingga serangga mendekati perangkap kuning yang telah

diberi perekat. Hal ini didukung oleh penelitian Nainggolan (2015) yang

menyatakan jenis perangkap kuning (yellow trap) disukai banyak imago serangga,

khusunya serangga jenis ordo Diptera pada tanaman kopi di tanah Karo, Sumatera

Utara.

Dari lima penangkapan yang dilakukan pada lahan kontrol, penangkapan

terbanyak pada penangkapan ke-4 sebesar 774 individu, sedangkan pada lahan

mina padi penangkapan terbanyak yaitu penagkapan ke-4 sebesar 609 individu.

Menurut penelitian, hal ini terjadi karena pada saat satu hari sebelum

penangkapan pertama petani melakukan aplikasi insektisida, sehingga jumlah

populasi serangga sedikit. Diasumsikan akibat lahan yang tercemar oleh pestisida

dan pada minggu selanjutnya terjadi peningkatan populasi yang didukung oleh

waktu reproduksi, ketersediaan makanan dan lingkungan yang mendukung

kehidupan serangga. Pada penangkapan kontrol dan mina padi tertinggi terdapat

pada penangkapan ke-4. Menurut penulis hal ini terjadi karena kedua lahan

mendapatkan perlakuan yang sama dari petani dan jarak antara kedua lahan

berdekatan. Hal ini didukung oleh Susniahti et al, (2009) yang menyatakan bahwa

(17)

musuh alami, terjadi resurjensi hama, resistensi hama dan munculnya hama

sekunder.

Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak, Frekuensi Relatif Pada Lahan Kontrol

Nilai kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi

relatif pada masing-masing spesies serangga yang terdapat pada lahan pertanaman

kontrol dilihat dari tabel 5 berikut ini.

Tabel 5.Nilai KM, KR, FM, dan FR Lahan Kontrol

Ordo Famili Spesies KM KR % FM FR % Staphylinidae Paedorus fuscipes 11 0.5167 3 2.2059

Araneae

Tetragnathidae Tetragnatha sp 171 8.0319 5 3.7594 Thomisidae Thomisius sp 8 0.3758 2 1.4706 Lycosidae Lycosa sp 27 1.2682 5 3.6765

Lepidoptera

Hesperiidae Hesperia sp 109 5.1198 4 2.9412

Scirpophaga incertulas 3 0.1409 2 1.4706

Cnaphalocrosis

Libellulidae Orthetrum sabina 3 0.1409 3 2.2059

(18)

Formicidae 22 1.0333 1 0.7353

Acrididae Oxya sp

7 0.3277 3 2.2727

Hemiptera Miridae Cyrthorhinus

lividipennis 35 1.6440 2 1.4706

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai kerapatan mutlak dan kerapatan

relatif tertinggi pada lahan kontrol terdapat pada spesies Recilia dorsalis

(Homoptera: Cicadellidae) dengan nilai KM = 529 dan KR = 24.84% sedangkan

yang terendah terdapat pada spesies Chilocorussp (Coleoptera: Coccinellidae),

Tenebrio sp (Coleoptera: Tenebrionidae), Narangan aenescens (Lepidoptera:

Noctuidae), Pantala flavencens(Odonata: Libellulidae), Trichomma cnapalocrosis

(Hymenoptera: Ichneumonidae), Xanthopimpla flavolineata (Hymenoptera:

Ichneumonidae), Atractomorpha crenulata (Orthoptera : Tettigoniidae) dan

(19)

menunjukkan bahwa famili Cicadellidae spesies Recilia dorsalis paling banyak

tertangkap pada lahan pengamatan dan paling sedikit tertangkap adalah

Chilocorussp (Coleoptera: Coccinellidae), Tenebrio sp (Coleoptera:

Tenebrionidae), Narangan aenescens (Lepidoptera: Noctuidae), Pantala

flavencens (Odonata: Libellulidae), Trichomma cnapalocrosis (Hymenoptera:

Ichneumonidae), Xanthopimpla flavolineata (Hymenoptera: Ichneumonidae),

Atractomorpha crenulata (Orthoptera : Tettigoniidae), dan (Diptera:

Cecidomyiidae). Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (2014) yang

menyatakan semakin besarnya nilai KM, maka akan semakin besar nilai KR pada

padi varietas situbagendit di Kampung Susuk. Faktor yang mempengaruhi

populasi serangga berupa kesesuaian habitat, kebutuhan makanan, lingkungan

yang mendukung untuk melakukan siklus hidup dan keberadaan musuh alaminya.

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan frekuensi

relatif tertinggi pada lahan kontrol terdapat pada spesies Verania lineata

(Coleoptera: Coccinellidae), Tetragnatha sp (Araneae: Tetragnathidae),

Cnaphalocrosis medinalis (Lepidoptera:Pyralidae), A. pgymae (Odonata:

Coenagrionidae), A. femina (Odonata: Coenagrionidae), Anopheles sp (Diptera:

culicidae), Recilia dorsalis (Homoptera: Cicadellidae), dan Nephotettix spp

(Homoptera: Cicadellidae) dengan nilai FM = 5 dan FR = 3.67%. Hal ini

menunjukkan serangga tersebut sering hadir dalam lahan pengamatan dan

penyebaran serangga tersebut luas di daerah lahan kontrol pertanaman padi. Hal

ini sesuai dengan Purba (2010) yang menyatakan bahwa frekuensi relatif

menunjukkan keseringhadiran suatu jenis serangga pada habitat dan dapat

(20)

tanaman padi, pengamatan dilapangan menunjukkan keseringhadiran Verania

lineata, Tetragnatha sp, Cnaphalocrosis medinalis, A. pgymae, A. femina,

Anopheles sp, Recilia dorsalis, dan Nephotettix spp didikung ketersedian

makanan, habitat yang sesuai dan factor suhu, kelembaban yang mendukung

keseringhadiran serangga tersebut.

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan

frekuensi relatif terendah pada lahan kontrol terdapat pada spesies Chilocorus sp

(Coleoptera: Coccinellidae), Tenebrio sp (Coleoptera: Tenebrionidae), Narangan

aenescens (Lepidoptera: Noctuidae), Pantala flavencens (Odonata: Libellulidae),

Trichomma cnapalocrosis (Hymenoptera: Ichneumonidae), Xanthopimpla

flavolineata (Hymenoptera: Ichneumonidae), Opius sp (Hymenoptera:

Braconidae), (Hymenoptera: Formicidae), Telenemus sp (Hymenoptera :

Scelionidae), Atractomorpha crenulata (Orthoptera : Tettigoniidae), (Diptera:

Ephryidae), (Diptera: Cecidomyiidae), Tipula sp (Diptera: Tipulidae), dan

Sogatella furcifera (Homoptera: Delphacidae) dengan nilai FM = 1 dan FR =

0.73%. Menurut peneliti serangga yang jarang hadir pada lahan pertanaman

disebabkan karena adanya persaingan antar serangga terhadap makanan dan

lingkungan. Hal ini didukung oleh Putri (2016) yang menyatakan nilai frekuensi

yang terendah terdapat pada ordo Orthoptera dengan family, Tettigonidae, ordo

Coleoptera dengan family Carabidae, Chysomalidae, Coccinelidae, Scarabidae,

Tenebrionidae, ordo Hymenoptera dengan family Vespidae dan Pompilidae yaitu

3 dengan nilai frekuensi relatif (FR) yaitu 2,61%. Faktor yang mempengaruhi

ialah persaingan antara individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain

(21)

predator/parasit/penyakit, emigrasi faktor iklim misalnya cuaca, suhu,

kelembaban, sedangkan internal ialah perubahan genetik dari populasi.

Nilai kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi

relatif pada masing-masing spesies serangga yang terdapat pada lahan pertanaman

mina padi dapat dilihat dari table 6 berikut ini.

Tabel 6.Nilai KM, KR, FM, dan FR Mina Padi

Ordo Famili Spesies KM KR% FM FR%

Coleoptera

Coccinellidae Verania lineata 34 1.68 5 3.55

Chilocorussp 1 0.05 1 0.71

Carabidae Ophionea nigrofasciata 11 0.55 4 2.83

Tenebrionidae Tenebrio sp 8 0.39 4 2.83

Cnaphalocrosis medinalis 134 6.61 5 3.55

(22)

Scelionidae

Acrididae Oxya sp

7 0.25 3 2.13

Miridae Cyrthorhinus lividipennis 44 2.17 2 1.42

Alydidae Leptocorisa acuta 6 0.29 4 2.83

Pentatomidae Scotinophara coarctata 1 0.05 1 0.71

Homoptera

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai kerapatan mutlak dan kerapatan

relatif tertinggi pada lahan mina padi terdapat pada spesies Anopheles sp

(Diptera: Cucilidae) dengan nilai KM = 378 dan FM = 18.64% sedangkan nilai

yang terendah adalah spesies Chilocorus sp (Coleoptera: Coccinellidae),

Cardiochiles philippinesis (Hymenoptera:Braconidae), Sceliphron sp

(Hymenoptera:Spechidae), Sexava spp (Orthoptera:Tettigoniidae), Scotinophara

coarctata (Hemiptera:Pentatomidae) dengan nilai KM = 1 dan FM = 0.05%. Hal

ini menunjukkan bahwa Anopheles sp adalah serangga yang paling banyak

tertangkap dan paling sedikit tertangkap yaitu Chilocorus sp, Cardiochiles

(23)

sesuai dengan Siregar (2014) yang menyatakan bahwa kerapatan mutlak

menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan

secara mutlak pada pertanaman padi.

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan frekuensi

relatife tertinggi pada lahan mina padi terdapat pada spesies Verania lineate

(Coleoptera: Coccinellidae), Tetragnatha sp (Araneae: Tetragnathidae),

Cnaphalocrosis medinalis (Lepidoptera:Pyralidae), A. Femina (Odonata:

Coenagrionidae), (Diptera: Sciaridae), Lycosa sp (Araneae : Lycosidae), Hesperia

sp (Lepidoptera: Hesperiidae), Atherigona oryzae (Diptera: Muscidae), dan

Anopheles sp (Diptera: Cucilidae) dengan nilai FM = 5 dan FR = 3.55%. Heddy

dan Kurniawaty (1996) peledakan populasi serangga dapat terjadi jika

sumber-sumber makanan masih tersedia dan keseimbangan populasi hama dan predator

masih seimbang, dimana sebenarnya predator dan parasit memainkan peranan

dalam menahan peledakan populasi dan memang menekan laju pertumbuhan

populasi. Serangga tersebut banyak hadir pada saat fase vegetatif dan awal fase

generatif.

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan frekuensi

relatif terendah pada lahan mina padi terdapat pada spesies Chilocorus sp

(Coleoptera: Coccinellidae), (Coleoptera: Salpingidae), Nymphula defuncalis

(Lepidoptera : Pyralidae), Orthetrum sabina (Odonata: Libellulidae),

Xanthopimpla flavolineata(Hymenoptera: Ichneumonidae), Cardiochiles

philippinesis (Hymenoptera: Braconidae), Apis cerana (Hymenoptera: Apididae),

Telenemus sp (Hymenoptera: Scelionidae), Sexava spp (Orthoptera:

(24)

(Diptera: Pipunculidae), Scotinophara coarctata (Hemiptera: Pentatomidae),

Nilavarpata lugens (Homoptera:Delphacidae), dan Sogatella furcifera

(Homoptera: Delphacidae) dengan nilai FM = 1 dan FR = 0.71%. Dari 11

serangga yang jarang hadir, 6 diantaranya adalah hama pada tanaman padi. Hal ini

didukung oleh pernyataan Siregar (2015) yang menyatakan bahwa keberadaan

musah alami dapat mengurangi tingkat populasi hama pada pertanaman padi.

Gupta et al, (1998) menyatakan juga bahwa di Bangladesh, populasi serangga

berguna pada mina padi lebih tinggi 5-48% dari padi biasa. Sedangkan di lokasi

penelitian populasi musuh alami pada mina padi (682 individu) lebih rendah dari

lahan kontrol (693 individu), namun jumlah hama pada kontrol (892 individu)

lebih banyak dari lahan mina padi (641 individu). Dengan demikian populasi

hama lebih sedikit pada mina padi karena keberadaan ikan dalam lahan padi.

Vromant et al, (2002) mendukung pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa

ikan dapat mengontrol hama dan gulma.

Nilai IndeksKekayaan Jenis (species richness)

Indeks kekayaan jenis berfungsi untuk mengetahui kekayaan jenis setiap

spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai. Nilai indeks kekayaan jenis dapat

kita lihat pada tabel 7.

Tabel 7. Nilai indeks kekayaan jenis

No Lahan ∑ Jenis ∑ Individu Indeks Margalef Indeks Menhinick

1 Mina Padi 42 2028 5.384 0.932

2 Kontrol 40 2129 5.089 0.866

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa nilai kekayaan jenis pada lahan mina

padi sebesar 5.384 (Indeks Margalef) dan 0.932 (Indeks Menhinick) lebih tinggi

(25)

0.866 (Indeks Menhinick). Hal ini menunjukkan pada lahan mina padi memiliki

kekayaan jenis spesies yang lebih banyak dari lahan kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks kekayaan jenis pada lahan mina

padi dan lahan kontrol tidak berbeda jauh. Hal ini disebabkan jarak antara lahan

mina padi dan lahan kontrol cukup dekat, sehingga penyebaran serangga pada

masing-masing lahan hampir sama. Jarak antara kedua lahan berkisar 20 meter.

Sehingga serangga akan mencari makanan dan akan melakukan siklus hidupnya di

tempat yang aman bagi perkembangannya. Hal ini didukung oleh Putri (2016)

yang menyatakan faktor yang mempengaruhi kepadatan populasi pada tanaman

padi yaitu makanan, serangan predator/parasit, dan emigrasi.

Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga

Indeks keanekaragaman serangga pada mina padi di desa Purwosari,

Pematang Bandar, Simalungun, Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar .1.

Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui bahwa indeks keanekaragaman pada

lahan mina padi berada dalam kriteria sedang (1<H’<3) Krebs (1978). Kriteria ini

menunjukkan adanya keragaman hama dan musuh alami pada lahan mina padi

yang akan saling meningkat jumlah populasinya menuju keseimbangan.

Keanekaragaman ini juga terjadi pada lahan padi konvensional (H’=2,50) dan

organik (H’=2,77) di Desa Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang, Malang

(Pradhana et al., 2014). Tanaman padi di Kampung Susuk, Padang Bulan, Medan

memilik H’ 2.13 dengan kriteria sedang (Siregar, 2104).

Indeks keanekaragaman tertinggi pada mina padi pada penangkapan ke 4

yaitu 2.94 (Gambar 1) dengan kriteria sedang. Selama pemeliharan ikan padi

(26)

generatif padi. Di pengamatan ke 4 padi dalam masa vegetatif akhir. Pada lahan

padi dataran tinggi Desa Sukawening juga memiliki indeks H’ tertinggi pada fase

vegetatif akhir yaitu 4.74 (Sianipar et al.,2015). Pada fase vegetatif akhir,

morfologi tanaman padi seperti ukuran dan bentuk daun sesuai untuk makanan

dan tempat serangga hama meletakkan telur sehingga banyak serangga hama yang

menyerang tanaman padi pada fase ini (Untung, 2006).

Gambar 1. Histogram Indeks Keanekaragaman serangga Mina Padi dan Kontrol

Lahan kontrol memiliki indeks keanekaragaman tertinggi pada

penangkapan ke 5 yaitu 2.6 dengan kriteria sedang. Hasil ini sama dengan H’

pada penangkapan 5 di lahan mina padi. Namun, berbeda pada penangkapan

terendah terjadi pada penangkapan ke 4 yaitu 1.35 yang sebaliknya pada mina

padi penangkapan ke 4 menjadi yang tertinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah

jenis individu yang ada pada daerah kontrol lebih sedikit dibandingkan jumlah

individu pada lahan mina padi. Penurunan jumlah jenis pada lahan kontrol akibat

dari keadaan padi yang tumbang dan perangkap yang ikut tumbang. Menurut

Riasari et al, (2005) menyatakan wereng, hama putih palsu dan penggerek batang

dapat ditekan perkembangannya oleh ikan. Pada lahan termodifikasi dengan trap

crop juga memiliki nilai keanekaragaman di kedua lahan pada setiap fase

(27)

Indeks Kemerataan (Index of Evenness)

Indeks Kemerataan (Index of Evenness) berfungsi untuk mengetahui

kemerataan setiap jenis dalam setiap komunitas yang dijumpai.

a. Mina Padi

E = H’/ln S

= 3.007/ln 42 = 0.80

b. Kontrol

E = H’/ln S

= 2.898/ln 40 = 0.78

Dari perhitungan nilai indeks kemerataan didapat hasil nilai indeks

kemerataan mina padi sebesar 0.80 dan pada lahan kontrol 0.78. Nilai kemeretaan

ini membuktikan tidak signifikan nilai similaritas pada lahan mina padi dan lahan

kontrol.Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1998) dan Fachrul (2008) yang

mengatakan bahwa keanekaragaman identik dengan kestabilan suatu ekosistem,

yaitu jika keanekaragaman suatu ekosistem tinggi, maka kondisi ekosistem

tersebut cenderung stabil.

Hasil tersebut menunjukkan kombinasi dari jumlah spesies penyusun pada

lahan mina padi dengan keanekaragaman pada mina padi belum menunjukkan

adanya sebaran populasi serangga yang merata. Begitu juga dengan lahan kontrol

tidak semua jenis serangga dapat ditemukan penyebaranya pada lahan yang sama.

Sehingga tingkat kemerataan pada populasi serangga akan mempengaruhi

keanekaragaman serangga. Suheriyanto (2008) memperkuat dengan menyatakan

bahwa indeks keanekaragaman spesies tergantung dari kekayaan spesies dan

(28)

Hasil indeks kemerataan kurang dari 1 menunjukkan adanya serangga

yang mendominasi pada kemerataan populasi di lahan percobaan. Seperti pada

lahan kontrol di dominasi oleh wereng daun (Recilia dorsalis) dan pada lahan

mina padi didominasi oleh Anopheles sp. Hal ini didukung oleh Santosa et al

(2008) yang menyatakan nilai indeks kemerataan terbesar yaitu 1 (indeks

kemerataan maksimum). Hal ini menyatakan bahwa pada tipe habitat

(29)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Komposisi serangga yang tertangkap pada lahan mina padi 9 ordo, 40 famili, 42

spesies dan pada kontrol 9 ordo, 36 famili, 40 spesies yang teridentifikasi.

2. Kekayaan spesies lahan kontrol lebih sedikit (40 spesies) dibandingkan jenis

spesies pada kekayaan spesies mina padi (42 spesies).

3. Nilai kerapatan mutlak pada lahan kontrol tertinggi adalah 529 (Recilia

dorsalis). Kerapatan relatif tertinggi adalah 24.84% dan terendah 0.04%

4. Nilai kerapatan mutlak mina padi tertinggi 378 (Anopheles sp). Kerapatan

relatif tertinggi 18.64% dan terendah 0.05%.

5. Nilai Indeks H’ tertinggi pada lahan mina padi yaitu penangkapan 4 sebesar

2.96 dengan kriteria Sedang dan terendah pada penangkapan 2 yaitu sebesar

2.14 dengan kriteria sedang.

6. Nilai H’ tertinggi pada lahan kontrol yaitu penangkapan 5 sebesar 2.6 dengan

kriteria sedang dan terendah pada penangkapan 4 sebesar 1.35 dengan kriteria

rendah.

7. Nilai indeks kemerataan mina padi 0.80 dan lahan kontrol 0.78.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memadukan sistem

Gambar

Tabel 3. Jumlah dan jenis serangga yang tertangkap pada lahan mina padi
Tabel 4. Jumlah dan jenis serangga yang tertangkap pada lahan kontrol
Tabel. Analisis T-Test dengan SPSS 22.00
Tabel 5.Nilai KM, KR, FM, dan FR Lahan Kontrol
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pangkalpinang sudah sesuai dengan apa yang ditawarkan kepada konsumen 5 Saya merasa puas apabila melakukan. pengiriman melalui JNE Pangkalpinang 6 Secara keseluruhan

Erupsi gunung api umumnya di awali dengan beberapa gejala dan fenomena awal seperti meningkatnya aktivitas seismik, terjadinya deformasi dari tubuh gunung api adanya perubahan

Struktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara.. Sumber : Buku Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Tentang Ketentuan Umum

a. Penilai Publik yang ditetapkan oleh Pengelola Barang. Penilaian Barang Milik Negara dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan

Peserta Nama TWK TIU

Peserta Nama TWK TIU

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.06/2010 tentang Tata Cara Penghapusan Barang Milik Negara pada PerwakilanRepublik Indonesia di Luar

terhadap peningkatan daya tahan aerobic pada atlet sepakbola usia dini (12-.. 15 tahun) di Klub