• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pengeringan Teh Daun Gaharu (A. malaccensis Lamk.) Terhadap Kualitas,KandunganAntioksidan dan Tingkat Kesukaan Konsumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses Pengeringan Teh Daun Gaharu (A. malaccensis Lamk.) Terhadap Kualitas,KandunganAntioksidan dan Tingkat Kesukaan Konsumen"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Gaharu (A. malaccensis Lamk.)

Daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) merupakan pohon dari suku Thymeleaceae (Tarigan, 2004), sudah mulai populer dimanfaatkan masyarakat

petani gaharu di Langkat sebagai minuman yang diseduh. Hasil wawancara

terhadap petani gaharu menjelaskan bahwa mengkonsumsi daun gaharu dari jenis

ini memiliki banyak manfaat diantaranya memperbaiki pencernaan. Pemanfaatan

daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) diduga memiliki kandungan senyawa kimia dari golongan flavanoida yaitu flavon, flavonol dan isoflavon sehingga

dimanfaatkan daunnya sebagai minuman seduh yang berperan sebagai

antioksidan. Taksonomi tumbuhan gaharu (A. malaccensis Lamk.) adalah sebagai berikut ; Kingdom : Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae

; Kelas : Dikotil ; Sub Kelas : Dialypetale ; Ordo : Myrtales ; Famili :

Thymeleaceae ; Genus : Aquilaria ; Species : A. malaccensis Lamk.

Hampir semua bagian tanaman gaharu bermanfaat dan bernilai ekonomi,

seperti daun dan buah gaharu jadi bahan baku pengganti teh yang berkhasiat

sebagai obat, dan pada masyarakat lokal diinformasikan sebagai obat malaria;

kulit batang gaharu juga ternyata dapat dijadikan tali penarik atau pengikat yang

sangat kuat. Manfaat atau kegunaan gaharu adalah pengharum (pewangi ) ruangan

alami, dengan cara dibakar yang banyak dilakukan oleh masyarakat di negara

Timur Tengah, bahan baku industri parfum, wangian dan kosmetik,sebagai bahan

(2)

minuman (teh gaharu). Bahan baku obat-obatan antara lain: anti asmatik, stimulan

kerja saraf, obat kanker, penghilang stress, obat malaria, anti mikrobia, obat

sakit perut, penghilang rasa sakit, obat ginjal, obat lever dan obat diare

(Sukandar, 2010).

Kandungan Kimia Gaharu (A. malaccensis Lamk.)

Berdasarkan penelitian Silaban (2014), ekstrak daun gaharu dari jenis

A. malaccensis mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, senyawa glikosida, tanin dan steroid/Triterpenoid. Hasil uji fitokimia yang dilakukan

Silaban (2014), diketahui bahwa senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut

yang diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas.

Kandungan kimia tanaman gaharu antara lain adalah: noroxo-agarofuran,

agarospirol, 3,4-dihidroxy dihydroagarufuran,

p-methoxy-benzylacetonaquilochin, Jinkohol, jinkohol ermol dan kusunol. Senyawa

antioksidan diantaranya adalah asam fenolik, flavonoid, karoten, vitamin E,

(tokoferol), vitamin C, asam urat, bilirubin dan albumin. Zat-zat gizi mineral

seperti mangan, seng, tembaga dan selenium (Se) juga berperan sebagai

antioksidan. Diantara zat-zat antioksidan ini diduga ada dalam ekstrak metanol

daun gaharu seperti senyawa fenol dan flavonoid (Mega dan Swastini, 2010).

Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar,

mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya. Flavonoida mencakup banyak

pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus hingga

angiospermae. Flavonoida dalam tubuh bertindak menghambat enzim

(3)

karena flavonoida merupakan senyawa pereduksi yang baik sehingga akan

menghambat reaksi oksidasi (Robinson, 1995).

Konsep Dasar Pengeringan

Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air bahan sampai

mencapai kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan produk

akibat aktivitas biologi dan kimia. Pengeringan pada dasarnya merupakan proses

perpindahan energi yang digunakan untuk menguapkan air yang berada dalam

bahan, sehingga mencapai kadar air tertentu agar kerusakan bahan pangan dapat

diperlambat. Kelembapan udara pengering harus memenuhi syarat yaitu sebesar

55– 60% (Pinem, 2004). Pengeringan merupakan kegiatan yang paling penting

dalam pengolahan tanaman obat, kualitas produk yang digunakan sangat

dipengaruhi oleh proses pengeringan yang dilakukan (Mahapatra et al, 2009). Reaksi enzimatis dapat dihentikan dengan cara pengeringan, yaitu suatu upaya

untuk menurunkan kadar air bahan simplisia hingga tingkat yang diinginkan.

Pengeringan juga bermanfaat untuk mencegah timbulnya jamur dan bakteri yang

membutuhkan air dalam jumlah tertentu dalam kelangsungan hidupnya.

Persyaratan kadar air untuk mencegah terjadinya reaksi enzimatis dan

pertumbuhan jamur dan bakteri, terutama untuk bahan simplisia nabati adalah

kurang dari 10%. Hal – hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan

adalah suhu, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, waktu (lamanya)

pengeringan dan luas permukaan bahan (Katno, 2008).

Terdapat berbagai metode dalam pengeringan yaitu antara lain

pengeringan dengan sinar matahari langsung, pengeringan dengan oven, dan

(4)

pengeringan yang paling ekonomis dan paling mudah dilakukan, akan tetapi dari

segi kualitas alat pengering buatan (oven) akan memberikan produk yang lebih baik. Sinar ultra violet dari matahari juga menimbulkan kerusakan pada

kandungan kimia bahan yang dikeringkan. Penggunaan suhu yang terlampau

tinggi dapat meningkatkan biaya produksi selain itu terjadi perubahan biokimia

sehingga mengurangi kualitas produk yang dihasilkan sedang metode kering

angin dianggap murah akan tetapi kurang efisien waktu dalam pengeringan

simplisia (Pramono, 2006).

Kedua proses pengeringan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.

Keuntungan pengeringan dengan menggunakan sinar matahari tidak diperlukan

penanganan khusus dan tidak mahal serta dapat dikerjakan oleh siapa saja.

Kelemahan dari pengeringan dengan menggunakan sinar matahari berjalan sangat

lambat sehingga terjadi pembusukan di beberapa bagian sebelum menjadi kering.

Hasil pengeringan pun tidak merata dan pelaksanaan tergantung oleh alam.

Kesulitan-kesulitan yang didapat pada pengeringan secara alami, maka digunakan

pengeringan oven yang memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Suhu, kelembaban,

dan kecepatan angin dapat diukur, 2) Sanitasi dan hygiene dapat lebih mudah

dikendalikan. Metode oven juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu bahan lain

ikut menguap, terjadi penguraian karbohidrat menghasilkan air yang ikut

terhitung, ada air yang terikat kuat pada bahan yang tidak terhitung

(Huriawati, dkk. 2016).

Proses pengeringan atau penghidratan berlaku apabila bahan yang

dikeringkan kehilangan sebahagian atau keseluruhan air yang dikandungnya.

(5)

Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap yaitu

apabila panas diberikan kepada bahan tersebut. Panas ini dapat diberikan melalui

berbagai sumber, seperti kayu api, minyak dan gas, arang baru ataupun tenaga

surya. Pengeringan juga dapat berlangsung dengan cara lain yaitu dengan

memecahkan ikatan molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila

ikatan molekul-molekul air yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan hidrogen

dipecahkan, maka molekul tersebut akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan

tersebut akan kehilangan air yang dikandungnya (Rosdaneli, 2005).

Teh

Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah

mengalami proses pengolahan seperti pelayuan, oksidasi enzimatis, penggilingan

dan pengeringan. Manfaat yang telah dihasilkan dari minuman teh adalah rasa

segar, dapat memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan

dampak negatif. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh tersebut berasal dari

kandungan senyawa kimia yang tedapat dalam daun teh. Senyawa kimia yang

terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok besar yaitu golongan

fenol, bukan fenol, aromatis dan enzim. Keempat kelompok senyawa kimia

tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik pada seduhan daun

teh, apabila pengendaliannya selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat.

Komposisi susunan kimia dalam daun teh sangat bervariasi bergantung pada

beberapa faktor yaitu jenis klon, variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan

kultur teknis, umur daun dan banyaknya sinar matahari yang diterima

(6)

Teh Herbal

Herbal tea atau teh herbal merupakan produk minuman teh, bisa dalam bentuk tunggal atau campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman biasa,

teh herbal juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk

meningkatkan kesehatan. Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda-beda,

tergantung bahan bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan

herbal atau tanaman obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu

mengobati jenis penyakit tertentu (Hambali et al., 2005). Teh herbal biasanya disajikan dalam bentuk kering seperti penyajian teh dari tanaman teh. Tanaman obat

dalam bentuk kering yang diformulasikan menjadi herbal tea dapat dimanfaatkan

untuk konsumsi sehari-hari oleh rumah tangga maupun industri. Proses pembuatan

herbal kering meliputi pencucian, pengirisan, pengeringan, pengecilan ukuran, dan

pengemasan. Kondisi proses tersebut harus diperhatikan untuk menghindari

hilangnya zat-zat penting yang berkhasiat dari bahan segar.

Berbagai herbal atau tanaman obat sebenarnya dapat diolah menjadi herbal

kering. Pada dasarnya, proses pengolahan semua jenis tanaman obat hampir sama.

Biasanya, perbedaan terletak pada lama dan suhu pengeringan karena disesuaikan

dengan karakteristik bahan segar. Herbal-herbal kering tersebut selanjutnya

dicampur dengan komposisi tertentu sesuai dengan jenis teh herbal yang akan

dihasilkan (Daroini, 2006).

Kualitas dan Kandungan Kimia Teh

Penentuan mutu teh secara cepat dapat dilakukan oleh tea taster terhadap warna, aroma dan rasa seduhan. Penilaian ini tentunya masih bersifat subjektif

(7)

komponen terlibat dalam pembentukan aroma teh. Beberapa diantaranya sudah

diketahui secara pasti kontribusinya, seperti linalool dan geraniol

(Rohdiana, 2015). Kualitas teh juga dapat dilihat dari mutu simplisia yang tahan

disimpan lama dan tidak terjadi perubahan bahan aktif yang dikandungnya

melalui proses pengeringan yang tepat (Darmawan,1988).

Kandungan senyawa kimia dalam daun teh dapat dikelompokkan menjadi

4 kelompok besar, yaitu : (1) Golongan Fenol; (2) Golongan bukan Fenol;

(3) Golongan Aromatis dan (4) Enzim. Keempat kelompok tersebut bersama –

sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik pada teh, apabila pengendaliannya

selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat (Towaha, 2013).

Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang dalam kadar rendah mampu menghambat laju

oksidasi molekul target atau senyawa yang mempunyai struktur molekul yang

dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat

memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).

Antioksidan juga dapat didefenisikan sebagai senyawa yang dapat mencegah

terjadinya reaksi oksidasi makromolekul, seperti lipid, protein, karbohidrat atau

menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan

hidrogen dan atau elektron (Silalahi, 2006). Antioksidan merupakan senyawa

yang dapat menetralkan radikal bebas dengan cara mendonorkan satu atom

protonnya sehingga membuat radikal bebas stabil dan tidak reaktif

(Lusiana, 2015).

Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dalam pencegahan proses

(8)

terdapat dalam tubuh, yang didapat dari hasil metabolisme tubuh, polusi udara,

cemaran makanan, sinar matahari dan sebagainya. Berbagai tanaman yang ada di

Indonesia dan lazim dikonsumsi ternyata ada yang mengandung antioksidan,

seperti tanaman bawang-bawangan dan lain sebagainya. Obat-obatan sintetis ada

juga yang bersifat sebagai antioksidan, antara lain N-asetil sistein dan vit C.

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi menjadi antioksidan endogen, yaitu

enzim-enzim yang bersifat antioksidan, seperti: Superoksida Dismutase (SOD), katalase (Cat), dan glutathione peroksidase (Gpx); serta antioksidan eksogen,

yaitu yang didapat dari luar tubuh/makanan. Berbagai bahan alam asli Indonesia

banyak mengandung antioksidan dengan berbagai bahan aktifnya, antara lain

vitamin C, E, pro vitamin A, organosulfur, α-tocopherol, flavonoid, thymoquinone, statin, niasin, phycocyanin dan lain-lain. Berbagai bahan alam, baik yang sudah lama digunakan sebagai makanan sehari-hari atau baru

dikembangkan sebagai suplemen makanan, mengandung berbagai antioksidan

tersebut. Antioksidan diperlukan untuk mencegah stres oksidatif. Stres oksidatif

adalah kondisi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas yang ada dengan

jumlah antioksidan di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan senyawa yang

mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan dalam orbitalnya,

sehingga bersifat sangat reaktif dan mampu mengoksidasi molekul di sekitarnya

(lipid, protein, DNA dan karbohidrat). Antioksidan bersifat sangat mudah

dioksidasi, sehingga radikal bebas akan mengoksidasi antioksidan dan melindungi

molekul lain dalam sel dari kerusakan akibat oksidasi oleh radikal bebas atau

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pendidikankurang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan melalui tingkat penganggurandi Kota Samarindakarena tingkat pendidikan masyarakat yang selalu meningkat

1) Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang dinyatakan dalam persentase jumlah penduduk miskin di Kota

5.1.1 Proses Menuju Mobil Pemadam dan Menggunakan Alat Pelindung Diri Pekerjaan petugas pemadam yang dituntut harus cepat sampai di lokasi kebakaran untuk memadamkan api

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai pengaruh langsung sebesar 0,080 dan pengaruh tidak langsung sebesar -0.050 yang berarti bahwa nilai pengaruh

Data- data dalam penelitian ini diperoleh dengan study pustaka (literature study), studi lapangan (wawancara dan observasi). Teknik pengelolaan data kualitatif. Teknik pengolahan

Hasil uji F dan koefisien determinasi menunjukan variabel desain dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The

Maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pelaksanaan kepemimpinan oleh Kepala SMP Negeri 7 Ciamis diperoleh rata -rata skor sebesar 164,86. Angka tersebut termasuk