• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keperawatan Anak Konsep Medis dan Aske

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keperawatan Anak Konsep Medis dan Aske"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS

oleh:

Desy Dwi Arvanita I.

(2012.01.008)

Dian Fitriani Santoso P.

(2012.01.009)

Eny Lestari

(2012.01.010)

Fauziah Sundari

(2012.01.011)

Hendra Eka Cipta K.

(2012.01.012)

Jonathan Christofer R.R. (2012.01.013)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya penulis

dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Keperawatan Anak: Asuhan Keperawatan

Anak dengan Gagal Ginjal Kronis dalam keadaan baik. Adapun tujuan dari pembuatan

makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak pada semester

lima.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bebagai pihak yang

telah mendukung dan memotivasi penulis sehingga karya tulis ini dapat selesai dengan baik,

yaitu:

1. Pandeirot M. Nancye, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

William Booth Surabaya,

2. Hendro Djoko M.Kep.Ns selaku ketua Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Surabaya,

3. Siska Christianingsih S.Kep.,Ns selaku dosen Keperawatan Anak,

4. Teman-teman Prodi S1 Keperawatan, dan

5. serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih banyak kekurangan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat

membuat karya tulis dengan lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini dapat \bermanfaat bagi

para mahasiswa pendidikan kesehatan pada umumnya dan mahasiswa keperawatan pada

khususnya.

Surabaya, 20 Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .. ...1

1.2 Rumusan Masalah . ...2

1.3 Tujuan Umum Penulisan ...3

1.4 Tujuan Khusus Penulisan...3

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Medis Gagal Ginjal Kronis pada Anak ...4

2.2 WOC (Web of Caution)...8

2..3 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gagal Ginjal Kronis ...9

BAB 3 PENUTUP 3.1 Simpulan ...15

3.2 Saran ...15

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit yang muncul pada anak bisa disebabkan oleh beberapa penyebab, baik karena bawaan sejak lahir (kongenital) yang diturunkan dari orangtua secara genetik dan akibat oleh malabsorbsi nutrisi selama masa kehamilan ibu, maupun penyakit yang didapatkan anak karena fungsi imunitasnya masih belum terbentuk sempurna. Salah satu dari penyakit yang dapat diderita oleh anak adalah penyakit gagal ginjal. Gagal ginjal pada anak bisa terjadi akibat malfungsi organ ginjal; organ ginjal yang tidak terbentuk dengan sempurna sehingga kehilangan fungsinya, maupun karena suatu penyakit lain yang diderita anak yang mengakibatkan menurunnya fungsi organ ginjal anak. Penyebab penyakit gagal ginjal pada anak tersebut dapat menyebabkan bertambah buruknya kondisi anak dan bisa berlanjut pada gagal ginjal kronis, sehingga dibutuhkan penanganan khusus pada anak yang menderita gagal ginjal kronis tersebut.

Masih sulit untuk menentukan secara pasti angka kejadian gagal ginjal kronis pada anak. Epidemiologi gagal ginjal kronis pada anak berdasarkan satu atau multisenter sangat tidak sesuai untuk keakuratan analisis demografi karena selalu dipengaruhi oleh bias (sebagai contoh klien dengan gangguan ginjal derajat kurang berat kadang- kadang dirawat di senter non nefrologi pediatrik; kelainan yang jarang, berat dan spesifik cenderung terkumpul di senter tertentu; atau beberapa klien remaja biasa dirujuk ke bagian nefrologi dewasa). Berdasarkan survey the Nephrology Branch dari Chilean Pediatric Society tahun 1989 dilaporkan bahwa insiden gagal ginjal kronis sebesar 5,7 per satu juta penduduk dan prevalens nasional sebesar 42,5. Sebanyak 50,7% gagal ginjal kronis terjadi pada anak laki-laki, 58,6% terjadi pada anak usia > 10 tahun, dan 15% terjadi pada anak usia < 5 tahun.

(5)

filtrasi glomerulus dengan cara hiperfiltrasi dan hipertrofi kompensatori dari nefron-nefron yang masih sehat. Kemampuan adaptasi ini terus berlangsung sampai ginjal mengalami kelelahan dan akan tampak peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam plasma. Peningkatan kadar kreatinin plasma dari nilai dasar 0,6 mg/dl menjadi 1,2 mg/dl, meskipun masih dalam rentang normal, sebetulnya hal ini merepresentasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50%.

Identifikasi faktor-faktor yang berkorelasi dengan tingkat progresifitas menuju gagal ginjal kronik serta tindakan asuhan keperawatan yang mendukung dapat bermanfaat dalam penanganan anak dengan gagal ginjal kronik yang ditujukan untuk mempertahankan kemampuan fungsional nefron yang tersisa selama mungkin serta memacu pertumbuhan fisik yang maksimal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada karya tulis ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan gagal ginjal kronis pada anak?

1.2.2 Apa penyebab dari gagal ginjal kronis pada anak?

1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronis pada anak?

1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis yang timbul pada gagal ginjal kronis pada anak?

1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan pada gagal ginjal kronis pada anak?

1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan gagal ginjal

kronis?

1.3 Tujuan Umum Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan umum penulis-an dalam karya tulis ini adalah untuk mengetahui konsep medis dpenulis-an asuhpenulis-an keperawatan dari penyakit gagal ginjal kronis pada anak.

1.4 Tujuan Khusus Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah dan tujua umum penulisanm maka tujuan khusus pada karya tulis ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Untuk mengetahui definisi dari gagal ginjal kronis pada anak.

1.4.2 Untuk mengetahui penyebab dari gagal ginjal kronis pada anak.

1.4.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari gagal gnjal kronis pada anak.

1.4.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan gagal

(6)

1.4.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gagal ginjal kronis pada anak.

1.4.6 Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan

(7)

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Medis Gagal Ginjal Kronis pada Anak

2.1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis pada Anak

Gagal ginjal kronis adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan

terus menerus (Corwin, 2001). Menurut Stein (2001) gagal ginjal kronis

didefinisikan sebagai kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan tidak

reversible yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit. Penyakit yang

mendasari sering sulit dikenali bila gagal ginjal telah parah, gagal ginjal ronik

yaitu penurunan fungsi ginjal sehingga kadar kreatinin serum lebih dari 2 atau 3

kali nilai normal untuk anak dengan jenis kelamin dan usia yang sama, atau bila

laju filtrasi glomerulus, 30 ml/menit/1,73 m2sekurang-kurangnya selam 3 bulan (Hanif, 2007).

2.1.2 Etiologi Gagal Ginjal Kronis pada Anak

Etiologi gagal ginjal kronis pada masa kanak-kanak berkorelasi erat

dengan umur penderita pada saat pertama kali gagal ginjal tersebut terdeteksi.

Gagal ginjal kronis dibawah 5 tahun biasanya akibat kelainan anatomis

(hipoplasdia, displadia, obstruksi dan malformasi), sedangkan setelah usia 5

tahun yang dominan adalah penyakit glomerulus didapat (glumerolusnefritis,

sindrom hemolitik uremik, atau gangguan herediter (sindrom alport, penyakit

kistik). Menurut Stein (2001), penyebab gagal ginjal yang sering temui pada

anak-anak antara lain: penyakit glomerulonefritis, penyakit glomerulus yang

disertai dengan penyakit sistemik, penyakit tubulointerstisial, penyakit

renovaskuler, penyakit tromboembolik, sumbatan saluran kemih, nefrosklerosis

hipertensif, nefropati dibetes, penyakit polikistik dan penyakit bawaan lain.

2.1.3 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis pada Anak

Menurut Wong (2004), gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap

akhir (end stage renal disease/ESRD) terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu

mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam batas normal di bawah

(8)

karena penurunan fungsi ginjal yang menimbulkan komplikasi seperti berikut

(Wong, 2004).

a. Retensi produk sisa, khususnya nitrogen urea dah dan kreatinin

b. Retensi air dan natrium yang berperan pda edema dan kongesti vaskuler

c. Hiperkalemia dari kadar bahaya

d. Asidosis metabolik bersifat terus menerus karena retensi ion hidrogen

dan kehilangan bikarbonat terjadi terus menerus

e. Gangguan kalium dan fosfor yang mengakibatkan perubahan

metabolism tulang, yang pada gilirannya menyebabkan berhentinya

pertumbuhan atau retadasi, nyri tulang dan deformitas yang diketahui

sebagai osteodistrofi renal

f. Anemia yang disebabkan oleh disfungsi hematologis, kerusakan

produksi sel darah merah, pemendekan umur sel darah merah yang

berhubungan dengan penurunan produksi eritropeitin, pemanjangan

masa pendarahan dan anemia nutrisional

g. Gangguan pertumbuhan, kemungkinan disebabkan oleh suatu faktor

seperti nutrisi buruk, anoreksia, osteodostrofi renal dan abnormalitas

biokimia

Tanpa memandang kerusakan ginjal, bila tingkat kemunduran fungsi

ginjal mencapai kritis, penjelasan sampai gagal ginjal stadium akhir mencapai

kritis, penjelekan sampai gagal ginjal stadium akhir tidak dapat dihindari.

Mekanisme yang tepat mengakibatkan kemunduran fungsi secara progresif

belum jelas, tetapi faktor yang dapat memainkan peran penting mencakup

cedera imunologi yang terus-menerus; hiperfiltrasi yang ditangani secara

hemodinamik di dalam mempertahankan kehidupan glomerulus; masukan diet

protein dan fosfor; proteinuria yang terus menurus; hipertensi sitemik.

Endapan kompleks imun atau antibodi anti-membran basalis

glomerulus akhir, tidak tergantung mekanisme yang memulai cedera pada

ginjal. Bila nefron hilang karena alasan apaun, nefron sisanya mengalami

hipertrofi struktural dan fungsional yang ditengahi, setidak-tidaknya sebagian,

oleh peningkatan aliran darah glomerulus. Mekanisme yang berpotensi

menimbulkan kerusakan adalah pengaruh langsung peningkatan tekanan

hidrostatik pada intefritas dinding kapiler, hasilnya mengakibatkan keluarnya

(9)

Diet tinggi protein mempercepat perkembangan gagal ginjal,

sebaliknya diet rendah protein mengurangi kecepatan kemunduran fungsi. Serta

diet fosfor melindungi fungsi ginjal pada insufisiensi ginjal kronis.

Proteinuria menetap atau hipertensi sistemik karena sebab apapun

dapat merusak dinding kapiler glomerulus secara langsng, mengakibatkan

sklerosis golmerulus dan permulaan cedera darah hiperfiltrasi. Ketika fungsi

ginjal mulai mundur, mekanisme kompensator berkembang pada nefron sisanya

dan mempertahankan lingkungan internal yang normal.

Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi

kehilangan nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronis. Jika

angka filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini

mulai gagal. Hal ini mnimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan

dengan bahan utama yang ditangani ginjal. Ketidakseimbangan ginjal untuk

memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium.

Asidosis metabolic terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi

ammonia.

2.1.4 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis pada Anak

Menurut STIKIM (2009) manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada

anak dengan gagal ginjal kronis antara lain sebagai berikut.

a. Edema, oliguria, hipertensi, gagal jantung kongesti

b. Poliuria, dehidrasi

c. Hiperkalemia

d. Hipernatremia

e. Anemia

f. Gangguan fungsi trombosit

g. Apatis, letargi

h. Anoreksia

i. Asidosis

j. Gatal-gatal

k. Kejang, koma

(10)

2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis pada Anak

Manajemen anak yang mengalami gagal ginjal kronis memerlukan

pemantuan keadaan klinis penderita secara ketat. Secara optimal, penderita

harus ditangani oleh pusat medis yang mampu menyediakan pelayanan medis,

perawatan, sosial dan dukungan nutrisi ketika keadaan penderita memburuk

menjadi gagal ginjal stadium akhir. Berikut adalah beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam menangani gagal ginjal kronis pada anak.

a. Diet pada gagal ginjal kronis. Makanan kalori yang optimal pada

insufiensi gagal ginjal belum diketahui, tetapi upaya yang harus

dilakukan untuk memenuhi atau melampaui kalori harian yang sesuai

umur penderita. Pemberian vitamin, serta pemberian zat besi bila ada

anemia.

b. Manajemen air dan elektrolit pada gagal ginjal kronis. Sampai

perkembangan pada gagal ginjal stadium akhir memerlukan dialysis.

Pembatasan air jarang diperlukan pada anak dengan insufiensi ginjal,

karena kebutuhan air diatur oleh pusat haus di otak.

c. Asidosis pada gagal ginjal kronis. Asidosis berkembang pada hamper

semua anak yang mengalami insufisiensi ginjal dan tidak perlu diobati

kalau bikarbonat serum turun dibawah 20 mEq/L. Bicitra atau tablet

natrium bikarbonat dapat digunakan untuk menaikkan bikarbonat serum

didalam darah.

d. Hipertensi pada gagal ginjal kronis. Keadaan gawat darurat pada

hipertensi harus diobati dengan nifedipene oral atau pemberian intarvena

dari diazoksid. Penanganan hipertensi yang sulit dapat dilakukan dengan

pembatasan garam. Obat kaptopril dapat menimbulkan hiperkalemia.

e. Dosis obat pada gagal ginjal kronis: karena banyak obat yang diekresikan

oleh ginjal, pemberiannya pada penderita dengan insufisiensi ginjal harus

diubah untuk memaksimalkan efektifitas dan meminimalkan resiko

(11)

2.2 WOC (Web of Caution)

Cedera

imunologi terus Hiperfiltrasi dan Fosfor berlebihKonsumsi Protein sering terjadiProteinuria Hipertensisistemik

(12)

2.3 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gagal Ginjal Kronis

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

Menurut Wong, 2004 dalam Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, fokus

pengkajian pada anak dengan gagal ginjal adalah :

a. Pengkajian awal

1) Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada

pengukuran parameter pertumbuhan.

2) Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi ginjal,

perilaku makan, frekuensi infeksi, tingkat energi.

3) Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik.

b. Pengkajian terus menerus

1) Dapatkan riwayat untuk gejala-gejala baru atau peningkatan gejala.

2) Lakukan pengkajian fisik dengan sering, dengan perhatian khusus pada

tekanan darah, tanda edema, atau disfungsi neurologis

3) Kaji respons psikologis pada penyakit dan terapinya.

4) Bantu pada prosedur diagnostik dan pengujian (urinalisis, hitung darah

lengkap, kimia darah, biopsi ginjal).

c. Biodata

70 % kasus GGA terjadi pada bayi di bawah 1 tahun pada minggu pertama

kahidupannya.

d. Riwayat penyakit sekarang

Urine klien kurang dari biasanya kemudian wajah klien bengkak dan klien

muntah.

e. Riwayat penyakit dahulu

1) Diare hingga terjadi dehidrasi

2) Glomerulonefritis akut pasca streptokokus

3) Penyakit infeksi pada saluran kemih yang penyembuhannya tidak

adekuat sehingga menimbulkan obstruksi.

f. Activity Daily Life

1) Nutrisi: Nafsu makan menurun (anorexia), muntah

2) Eliminasi: Jumlah urine berkurang sampai 10–30 ml sehari (oliguri)

3) Aktivitas: Klien mengalami kelemahan

(13)

g. Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Umum:

BB meningkat, TD dapat normal, meningkat atau berkurang tergantung

penyebab primer gagal ginjal.

2) Pemeriksaan Fisik:

a) Keadaan Umum: malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk,

koma.

b) Kepala: Edema periorbital

c) Dada: Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas

tambahan.

d) Abdomen: Terdapat distensi abdomen karena asites.

e) Kulit: Pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh,

rambut tipis dan kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu mengkilat,

kulit kering bersisik.

f) Mulut: Lidah kering dan berselaput, fetor uremia, ulserasi dan

perdarahan pada mulut

g) Mata: Mata merah.

h) Kardiovaskuler: Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung,

pericarditis, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena

jugularis, friction rub perikardial.

i) Respiratori: Hiperventilasi, asidosis, edema paru, efusi pleura,

krekels, napas dangkal, kussmaul, sputum kental dan liat.

j) Gastrointestinal: Anoreksia, nausea, gastritis, konstipasi/ diare,

vomitus, perdarahan saluran pencernaan.

k) Muskuloskeletal: Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur

tulang, foot drop, hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D, gout.

l) Genitourinari: amenore, atropi testis, penurunan libido, impotensi,

infertilitas, nokturia, poliuri, oliguri, haus, proteinuria,

m) Neurologi: Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,

kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan

perilaku.

n) Hematologi: Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami

(14)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi cedera sekunder berhubungan dengan akumulasi elektrolit

dan produk sisa.

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gagalnya mekanisme

regulasi ginjal.

c. Perubahan nutrisi berhubungan dengan pembatasan diet.

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, kerusakan

pertumbuhan dan persepsitentang menjadi “berbeda”.

e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita

penyakit kronis.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan 1: Resiko tinggi cedera sekunder berhubungan

dengan akumulasi elektrolit dan produk sisa.

Tujuan: klien mempertahankan kadar elektrolit mendekati–normal.

Hasil yang diharapkan:

Anak tidak menunjukkan bukti akumulasi produk sisa.

Intervensi Keperawatan:

1) Bantu pada dialysis

Rasional: untuk mempertahankan fungsi ekskretori.

2) Berikan Kayexalate sesuai ketentuan

Rasional: menurunkan kadar kalium serum.

3) Berikan diet rendah protein, kalium, natrium, dan fosfor.

Rasional: menurunkan kebutuhan ekskretori pada ginjal.

4) Observasi adanya bukti produk sisa yang terakumulasi,

hiperkalemia, hiperfosfatemia, uremia

(15)

b. Diagnosa Keperawatan 2: Kelebihan volume cairan berhubungan

dengan gagalnya mekanisme regulasi ginjal.

Tujuan 1: klien mempertahankan volume cairan yang tepat.

Hasil yang diharapkan:

Anak tidak menunujukkan bukti-bukti atau komplikasi cairan yang terakumulasi di antara waktu dialisis.

Intervensi Keperawatan:

1) Bantu dengan dialysis

Rasional: mempertahankan fungsi ekskretori.

2) Pantau kemajuan

Rasional: mengkaji keadekuatan terapi dan mendeteksi kemungkinan komplikasi.

Tujuan 2: klien mempertahankan volume cairan yang tepat melalui

pengaturan masukan cairan.

Hasil yang diharapkan:

Anak tidak menunjukkan bukti-bukti penambahan cairan.

Intervensi Keperawatan:

1) Berikan cairan oral sesuai kebutuhan.

Rasional: mencegah terjadinya kelebihan cairan berulang

2) Melakukan strategi pemberian cairan

Rasional: mencegah masukan yang tidak diinginkan.

3) Tinjau ulang pembatasan cairan setiap hari dengan orang tua dan

anak

Rasional: mendorong kerja sama dalam melakukan intervensi

4) Anjurkan cara untuk membagi volume cairan total ke dalam jumlah

kecil untuk diberikan selama sehari penuh.

Rasional: orang tua mengerti pentingnya memenuhi kebutuhan cairan secara tepat pada anaknya

5) Mempertahankan kelembaban mulut dengan cara-cara lain, seperti

permen keras, es batu, sprei embun lembut dari air dingin

(16)

c. Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan nutrisi berhubungan dengan

pembatasan diet.

Tujuan: klien mengkonsumsi diet yang tepat

Hasil yang diharapkan: kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Intervensi Keperawatan:

1) Berikan instruksi diet untuk makanan yang menurunkan kebutuhan

ekskretorius pada ginjal dan berikan kalori yang cukup serta protein

Rasional: kalori dan protein berfungsi untuk pertumbuhan klien

2) Batasi protein, fosfor, garam, dan kalium sesuai ketentuan.

Rasional: natrium dapat menyebabkan retensi cairan

3) Dorong makanan tinggi kalsium

Rasional: untuk mencegah demineralisasi tulang.

4) Anjurkan makanan yang kaya asam folat dan besi

Rasional: mencegah anemia, karena anemia adalah komplikasi dari gagal ginjal kronis.

5) Atur pertemuan ahli diet ginjal dengan keluarga untuk membahas

makanan yang diijinkan dan membantu dalam perencanaan diet

Rasional: keluarga memahami kebutuhan diet anak.

6) Bantu klien hemodialisis dalam mengisi permintaan menu makanan

rasional: makanan untuk dimakan pada saat dialisis

d. Diagnosa Keperawatan 4: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan

penyakit kronis, kerusakan pertumbuhan dan persepsi tentang menjadi

“berbeda”.

Tujuan: klien mengembangkan harga diri positif dan memahami penyakit.

Hasil yang diharapkan:

1) Anak menunjukkan pemahaman tentang gagal ginjal kronis dan

mematuhi terapi.

(17)

Intervensi Keperawatan:

1) Berikan pendidikan tentang gagal ginjal kronis. Termasuk

penatalaksanaan, pengobatan, dan hasil jangka panjang.

Rasional: informasi yang akurat dapat menungkatkan pemahaman pasien tentang penyakit yang diderita

2) Dorong kemandirian anak dalam perawatan dan penatalaksanaan

gagal ginjal kronis

Rasional: kemandirian membantu anak mengembangkan harga diri positif.

3) Ijinkan anak untuk berpartisipasi dalam prosedur dialisis.

Rasional: anak kooperatif saat dilakukan dialisis

4) Ijinkan anak untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan bila

tepat.

Rasional: anak merasa dihargai

5) Tingkatkan harga diri pada anak gagal ginjal kronis.

Rasional: anak menjadi percaya diri dan tidak minder

6) Atur kelompok pendukung klien atau berikan konseling sesuai

kebutuhan

Rasional: dkungan akan membuat pasien memiliki penguatan yang positif

7) Berikan penguatan positif selama prosedur dialisis dan kunjungan

tindak lanjut

Rasional: pasien memiliki harapan tinggi untuk sembuh

e. Diagnosa Keperawatan 5: Perubahan proses keluarga berhubungan

dengan anak yang menderita penyakit kronis.

Tujuan: klien (keluarga) menunjukkan perilaku koping yang positif .

Intervensi Keperawatan:

1) Bantu orang tua dalam perencanaan diet dan dukung upaya mereka

untuk menyesuaikan diet, memenuhi kebutuhan semua anggota

keluarga.

(18)

2) Berikan bimbingan antisipasi yang berhubungan dengan

kemungkinan dan kejadian yang diperkirakan, seperti gejala, diet,

dan efek obat-obatan.

(19)

BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari pembahasan yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan bahwa gagal

ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif yang irreverible.

Penyebab dari gagal ginjal kronis pada anak dubedakan menjadi dua, yaitu terjadi pada

anak dengan usia kurang dari 5 tahun yang disebabkan oleh kelainan anatomis dari

organ ginjal anak, dan pada anak dengan usia lebih dari 5 tahun yang disebabkan oleh

adanya penyakit pada ginjal yang menyebabkan fungsi organ tersebut menurun dan

rusak. Gagal ginjal kronis pada anak terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu

mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam batas normal dibawah kondisi

normal. Manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan gagal ginjal kronis

diantaranya adalah: edema, oliguria, hipertensi, gagal jantung kongesti, poliuria,

dehidrasi, hiperkalemia, hipernatremia, anemia, gangguan fungsi trombosit, apatis,

letargi, anoreksia, asidosis, gatal-gatal, kejang, koma, dan disfungsi pertumbuhan.

Penatalaksanaan dari gagal ginjal kronis pada anak adalah dengan memperhatikan

kalori pada makanan anak dan membatasi asupan cairan dan elektrolit anak.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus gagal ginjal kronis pada anak

adalah: (1) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan akumulasi elektrolit dan produk

sisa, (2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gagalnya mekanisme regulasi

ginjal, (3) Perubahan nutrisi berhubungan dengan pembatasan diet, (4) Gangguan citra

tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, kerusakan pertumbuhan dan persepsi

tentang menjadi “berbeda”, dan (5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan

anak yang menderita penyakit kronis.

3.2 Saran

Kepada mahasiswa yang menekuni bidang kesehatan terutaa bidang keperawatan, agar

untuk terus menggiatkan semangat belajar diri, agar nantinya dapat menjadi tenaga

kesehatan yang profesional yang memiliki kompetensi yang baik dalam bidangnya,

sehingga nantinya dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Alpers, Ann, alih bahasa: A. Samik Wahab, Sugiarto. 2006. Buku Ajar Pediatri. Jakarta: EGC.

Behrman, Robert M. Kliegman, dan Ann M. Narvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 3. Jakarta: EGC.

Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi(terjemahan). Cetakan 1. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC

Hanif. 2007. Gagal ginjal Kronis. http://hanif.web.ugm.ac.id/gagal-ginjal-Kronis/. Diunduh tanggal 10 Oktober 2014.

Hatake, Kapevi. 2013.”Askep Gagal Ginjal (GGA/GAGAL GINJAL KRONIS) pada Anak”

http://macrofag.blogspot.com/2013/ 02/askep-gagal-ginjal-ggagagal ginjal kronis-pada-anak.html. Diakses pada 20 Oktober 2014.

Sekarwana, Nanan. 2004. “Gagal Ginjal Kronik pada Anak” dalam Sari Pediatri Vol. 6, No.1

(Supplement) Juni 2004; 68-84

Stein, J.H. 2001 Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: ECG.

Wong, Donna L, alih bahasa: Monica ester. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Istilah Analisis harga satuan pekerjaan AHSP adalah analisis untuk menghitung kebutuhan biaya pekerjaan menggunakan koefisien kebutuhan tenaga kerja, bahan dan peralatan

Pendidikan karakter Generasi Emas 2045 harus mampu membangun polapikir tidak hanya pen- dekatan praktis, dan pendekatan teoretis melainkan harus sampai pada tingkat

Kreativitas guru penjas di SD se-Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo memiliki kemampuan yang sedang untuk memecahkan masalah yang berhubungan Tingkat kreativitas

Pengawasan yang menyeluruh berguna untuk menemukan berbagai hambatan sedini mungkin yang disebabkan oleh ketidakkesesuaian antara kegiatan dengan rencana dan

Desa Cirompang dilewati oleh banyak sungai. Keberadaan jembatan adalah salah satu fasilitas yang penting untuk menunjang mobilitas masyarakat. Di dalam pemukiman, dapat

Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah: (1) Bagaimana hubungan kreativitas guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penggunaan media

Jumlah publikasi karya tulis ilmiah di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat yang dimuat di media cetak dan atau elektronik nasional dan internasional 33 75 119

Fadlil Yani Ainusyamsi, M.Ag/ Rohanda WS., M.Ag ZB-4 BSA/II/A Ilmu Budaya Dasar Setia Gumilar, M.Si/Syamsudin, M.Ag