• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIDAK ADA NASK DALAM AL QURAN Oleh Toto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TIDAK ADA NASK DALAM AL QURAN Oleh Toto"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TIDAK ADA NASK DALAM AL-QUR’AN1 Oleh: Toto Prasetyo2∗

Muqadimah

Al-quran adalah Objek yang tak akan berakhir untuk di kaji dan dipahami pada suatu periode atau zaman tertentu. Hampir di setiap suatu zaman, menelorkan pemikiran dan pemahaman tersendiri yang terkadang berbeda dengan apa yang telah di hasilkan dan di pahamai oleh orang-orang terdahulu. Itulah al-quran yang merupakan mu’jizah utama yang di berikan oleh Allah kepada Rosul-Nya Muhammad saw. Mu’jizah yang akan tetap eksis hingga ahir zaman. Mu’jizah yang tidak ada suatu mahlukpun baik manusia maupun jin yang akan mampu menandinginya. Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".3

Dia mampu menggetarkan hati-hati yang memiliki dan mau menerima kebenaran apabila dibacakan ayat-ayatnya. Ia juga mampu meluluhkan hati yang begitu keras dan kasar bak batu karang yang tak bergeming walupun di hantam dan di terkam oleh gelombang. Ia juga mampu meneteskan air mata seseorang yang ganas dan bringas melebihi ganasnya singa padang pasir seperti sosok Umar ketika mendengarkan adik kandungnya membacanya. Ia juga mampu menundukkan kaum kafir qurais dan bersujud tunduk atas kebesaran-Nya tanpa mereka sadari ketika mendengar surah an-najm di bacakan. Lalu apakah sama kiranya ia dengan lantunan syair

yang dilantunkan oleh Imroil qois, an-Nabigoh dan ribuan Syuaro’ lainnya diseantero Arab? Sama sekali tidak sama dan tidak akan pernah sama. Sebab setiap huruf di dalam al-quran adalah

mu’jizah. Mu’jizah berupa kalam sang penguasa jagad raya.

Al-quran yang sudah berumur ratusan tahun itu masih seperti ketika Rosulullah menerimanya dan menyampaikannya kepada para sahabat dan umatnya. Kesemua dari al-quran, baik dari ayatnya, penyusunan suratnya dan nama-nama suratnya adalah mutlak wahyu dari Allah. Dan ia akan tetap seperti apa yang telah diterima oleh Rosulullah hingga hari akhir nanti.

B. Pokok bahasan

Membahas isi kandungan al-quran tidak akan pernah habis. Dan semakin banyak orang yang mengkajinya. Bukan hanya dari kaum sarjana muslim saja namun juga non muslim, para pakar maupun pemula. Baik yang berkhidmad untuk al-quran maupun yang ingin mencoba menghujat dan memberikan keraguan didalamnya.

1∗ Tulisan ini disampaikan pada acara Ngerumpi buku yang berjudul, bil Hujjah wal Burhan la

Naskha fi al-qur’an. Karangan Hisam Rusdi Gholy. Di secretariat Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kab. Siak – Kairo. Mesir

2∗∗ santri al-azhar di fakultas Usuluddin jurusan Tafsir yang berasal dari Kec. Dayun. Kab.

Siak

(2)

Belakangan sejumlah ahli tafsir memberikan banyak informasi mengenai turunnya ayat ayat yang berkenaan dengan kejadian (asbâbun Nuzul) baik yang berkenaan dengan perdebatan

akidah di Mekkah ataupun penyesuaian Nabi terhadap problema politik dan sosial di Madinah. Petunjuk mengenai permasalah Ubudiyah, moral, legal dan politik juga menjadi bagian dari

pembahasan dalam turunnya al Qur’an.

Di pandang sebagai kitab petunjuk dan dokumen sejarah tentunya al Qur’an menjadi lebih terbuka dari berbagai komentar, penafsiran dan kritisisme terhadap al Qur’an. Hal ini bukanlah dianggap sebagai sebuah kelemahan, akan tapi lebih menampilkan bahwa al Qur’an itu dinamis dan lentur terhadap perubahan waktu dapat dibuktikan (salihun li kulli makanin wa zamanin), serta membuktikan akan kebenaran al-quran itu sendiri.

Pertanyaannya sekarang, apakah Nasikh dan Mansukh juga merupakan sebuah konsep al

Qur’an dalam menjawab perubahan zaman waktu itu, sebagaimana i’jâzul Qur’an yang

belakangan ini menjadi mainstrem kemu’jizatan al Quran dihadapan para ilmuan. Pertanyaan ini

akan terjawab jika kita mau mengerti dan paham terhadap persoalan yang dihadapi, serta tidak semerta-merta menyalahkan bahkan mengkafirkan. Karena bagaimanapun al Qur’an ibarat lautan luas dengan berjuta juta mutiara yang belum tersingkap. Sehingga al Qur’an sendiripun membuka lebar lebar berbagai penafsiran ayat yang dikandungnya. Oleh karenanya batas tanggung jawab manusia bersifat problematis. Prospek pencapaian pahala yang abadi tidak dapat dipastikan menurut akal. Allah Maha Adil akan setiap perbuatan hamba Nya.

Hisam rusdi gholi adalah salah satu dari mereka yang ingin mengkaji dan mencari titik kebenaran dari al-quran. Melalui bukunya yang berjudul la naskho fi al-quran. Beliau memberikan dalil-dalil serta menyanggah atas pendapat dan dalil yang mengatakan adanya Nasikh dan mansuk di dalam al-quran. Buku ini pada awalnya timbul atas keresahan dan keingin tahuan beliau akan hakekat yang sebenarnya tentang Nasikh dan Mansukh dalam al-quran.

Apakah istilah Nasikh ketika pada masa sahabat sama dengan istilah Nasikh menurut para ulama’

sekarang atau Makna Nasih pada masa sahabat bermakna juga takhsis atau takyid dalam istilah

Ulumul quran dan Usulul fiqh pada masa sekarang. Beliau terus mengkaji dan menelaah permasalahan ini kemudian ia berpendapat bahwa, dalil tentang penghapusan ( Nasikh) ayat

al-quran tidak kot’I dan Rojih. apakah mungkin Allah menurunkan al-al-quran yaitu berupa Firmannya kemudian setelah itu Allah menghapuskannya? Atau apakah mungkin Allah menurunkan al-quran yang di dalamnya terkandung sebuah hukum yang mesti di jalani oleh hambanya kemudian hukum tersebut dihapus dan yang tinggal hanya bacaannya saja sementara hukumnya tidak berlaku lagi.

Pada awalnya pengarang ragu untuk mengungkapkan dan mengkaji hal ini, karna kebanyakan para ulama’ atau jumhur mngatakan adanya Nasih dan Mansukh dalam al-quran. Dan banyak

karya-karya para ulama’ yang menjelaskan tentang itu. Seperti Ibnu Hazam (320 H)4, Imam Abi ja’far ahmad bin Ismail an-nuhas (338 H) dan puluhan pengarang lainnya yang membahas tentang Nasikh dan mansukh ini. Namun beliau teringat perkataan Ibnu Mas’ud yang mengatakan” Jamaah itu adalah yang sesuai dengan kebenaran sekalipun ia hanya sendirian”.

Dengan landasan ini, beliau tidak bermaksud untuk keluar dari pendapat jumhur, namun mencoba mencari keabsahannya dan titik terang.

4Ibnu Hazam di sini bukanlah Ibnu Hazama z-Zohiri yang kita kenal, akan tetapi beliau adalah Muhammad bin

(3)

Hisam Rusdi gholi membagi pembahasan ini menjadi dua bahagain besar. Yang pertama, beliau menerangkan tentang definisi Nasikh itu sendiri baik secara konotasi Harfi atau lughowi,

maupun secara konotasi Syar’I atau Istilahi kemudian pembagian Nasikh, perbedaab Nasikh dan

Takhsis, perbedaan Nasikh dengan Takyid, menyebutkan dalil-dalil para ulama’ yang berpendapat bahwa adanya Nasikh dalam al-quran dan mengkounter pendapat mereka dengan dalil-dalil dan pendapat belaiu. Kemudian pada bagian kedua, beliau menyebutkan tentang ayat-ayat dalam al-quran yang menurut mereka yang telah di Nasikh maupun yang memansukh baik

secara bacaan maupun hukumya atau bahkan kedua-duanya.

C. Pengertian Naskh

Rusdi gholy dalam mendefinisikan Nasakh mengutip dari perkataan-perkataan ulama’ diantaranya adalah Amady5, Syaukany6. Kata Naskh secara konotasi harfi bermakna Menghilangkan dan memindah. Secara konotasi syar’I Naskh berarti Mengganti hukum syar’i

yang ada sebelumnya dengan hukum syar’i baru (Raf’u al hukmi syar’i bi dalîlin syar’iin.7 Beliau menjelaskan lagi sebagaimana yang dikatakan oleh abu ja’far an-nuhas8 Naskh adalah menjadikan suatu hal yang halal pada masa tertentu, kemudian di ganti atu di hapus hukum tersebut menjadi haram. Atau dari haram menjadi halal, dari makruh menjadi mubah atau sebaliknya. Hukum yang di hapus tersebut di sebut juga dengan Mansukh, edangkan yang

menghpus tersebut di sebut Nasikh. Nasikh dan mansuk hanya terdapat pada khitob syar’I yang

berupa perintah ataupun larangan di dalam suatu hukum. Sedangkan dalam khobar tidak ada naskh dan Mansukh kecuali apabila khobar tersebut bermakna perintah ataupun larangan seperti halnya yang terdapat dalam

         

    

9

D. Dalil Naskh

Ada bebera dalil yang dikemukakan oleh kebanyakan para ulama’ yang mengatakan adanya

naskh. Rusdi gholi mengungkapkan dalil-dalil tersebut dan mencoba untuk membantah dalil

mereka dengan beberapa dalil yang beliau kemukakan. Diantara dalil-dalil tersebut adalaha:

1. Adanya Naskh secara akal atau logika. Diantara yang menggunakan pendapat ini adalah abu

muslim al-asfahany. Menurut mereka, bahwa Naskh itu tidak dilarang secara akal. Sebab

kemaslahatan para umat berbeda dengan bergantinya para indifidunya, zamannya serta keadaannya. Jika kita telah mengetahuii hal itu, maka bukan yang mustahil bagi Allah untuk memeribtahkan sebuah perkara yang dapat membawa kemaslahatan hambanya pada masa tertentu, kemudian melarang perkara tersebut pada masa lainnya. Ini adalah bagi mereka yang mengambil hikmah atas apa yang telah Allah lakukan. Sebagian yang lain yaitu mereka yang meyakini bahwa Allah maha berkuasa atas apa yang Ia lakukan, kapan saja dan dimana

5Amadi Dalam bukunya

al-ihkam fi usulil ahkam

6Syaukany dalam bukunya

Irsyadul fuhul fi ilmil usul

7Muhammad Abdul Qadir Az Zarqoni

“ Manahilul I’fan fi ulumil Qur’an” Darul Hayah

8Al-imam abu ja’far ahmad bin ismail an-nuhas. Beliau wafat pada tahun 338 H. beliau mengarang buku tentang

Nasikh wal mansukh dengan judul “Kitabu an-nasikh wal mansukh” yang di cetak di mesir pada tahun 1323 H

(4)

saja. Dan semua yang Allah lakukan adalah atas kehendak-Nya. Kita tak bisameraba-raba apa hikmah dan tujuan Allah memerintahkan segala sesuatunya. Dari dua bukti tersebut menunjukkan bahwa secara akal bisa saja Allah memerintahkan sesuatu di suatu waktu, kemudian melarangnya di waktu yang lain.

2. Adanya Nash di dalam al-quran yang menyatakan tentang Naskh.

             

Dari kedua ayat diatas menunjukkan adanya Naskh dalam al-quran.

Sanggahan

1. Segala sesuatau yang boleh menurut logika belum tentu boleh menurut syari’at. Seperti solat atau

puasa misalnya. Secara akal, solat bisa saja dilakukan dari empat rakaat menjadi enam rakaat atau tiga rakaat. Yang tiga rakaat menjadi dua rakaat dan sterusnya. Puasa ramadhan secara akal bisa saja di lakukan dengan mencicil atau melakukannya di bulan-bulan lainnya. Dengan demikian, tidaklah mesti segala hal yang boleh menurut akal dan boleh secara syar’i.

2. Dalil dari Nash yang pertama didalam surah al-baqarah bukan bermaksud adanya Naskh dalam

al-quran. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu aroby dalam tafsirnya, bahwa kata Naskh dalam ayat tersebut bermakna mu’jizat. Pendapat ini diamini oleh Muhammad abduh yang mengatakan, bahwa ayat tersebut adalah menjawab permintaan kaum kafir qurasy kepada Rosul s.a.w untuk mendatangkan ayat bukti-baik kauniah maupun madiyah-untuk membuktikan kebenaran Rosulullah saw. Dengan demikian bahwa ayat ini bukanlah dalil adanya penghapusan suatu hukum dari yang halal menjadi haram dan seterusnya.

3. Dalil kedua di dalam surat an-Nahl juga bukan menunjukkan adanya penghapusan sebuah hukum

di dalam suatu ayat dengan hukum baru di ayat yang lainnya. Akan tetapi menjawab pertanyaan orang kafir quraisy tentang ayat yang tidak mencela tuhan-tuhan mereka. Mereka mengatakan, “

apakah engkau tidak bisa mendatangkan ayat yang ditak mencela tuhan kami, atau gantilah ayat yang kamu datangkan itu.” Kemudian Allah menjawab mereka : “Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya Aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)".12Kemudian Allah menurunkan ayat tersebut:

               

    

13

Muhammad al-jabiry mengartikan ayat ini ”Ketahuilllah wahai Muhammad, bahwa jikalau Kami menurunkan al-quran terbebas dari mencela kebodohan dan kesesatan serta tuhan-tuhan mereka, dan Kami menjadikan al-quran dengan bahasa yang lembut terhadap kesesatan dan kebodohan

10QS: al-Baqarah: 106

11QS: an-Nahl: 101

12QS: Yunus: 15

(5)

mereka, maka sudah barang tentu mereka akan semakin menghujatmu dan tidak akan percaya kepadamu. Mereka akan menganggap bahwa al-quran adalah tiruan dari kitab-kitab sebelumnya… (      ( dan Allah maha mengetahui tentang ungkapan yang sesuai untuk mereka. Yaitu dengan mencela dan memberikan ganjaran yang hina atas kebodohan dan kesesatan mereka.14

E. Bentuk-bentuk Naskh dalam al-quran

1. Menghapus hukum dan bacaan

Contoh dalam bentuk ini adalah sebagaimana yang disebutkan oleh imam suyuti dalam bukunya al-itqan. Diriwayatkan dari Aisah ra.( تامولعم سممخب نمخشنف ,نممرحيتاعضر رمشع لزنأ امميف ناك )

atau kemudian dihapus dari sepuluh kali menjadi lima hisapan tersebut secara bacaan saja sedangkan hukumnya tetap seperti yang disebutkan imam Syafii, atau dihapus kedua-duanya baik secara hukum dan bacaan menurut imam Malik. Dan mereka sepakat bahwa menghapus ayat baik secara hukum dan bacaan adalah boleh.15

Kata Unzila konteksnya masih belum jelas. Apakan diturunkan pada masa Rosul atau umat

sebelumnya. Hadis ini juga hanya diriwayatkan oleh sayidah aisah ra saja. Sedangkan kita ketahui bahwa al-quran adalah keseluruhannya mutawatir. Bagaimana mungkin jikalau apa yang disampaikan oleh Aisay itu al-quran sedangkan para sahabat lainnya seperti Ibnu Abbas, Ali, dan sahabat lainnya tidak mengetahui?

2. Menghapus bacaanya saja.

Contoh dari bentuk yang menghapus bacaan dan hukumnya tetap adalah : diriwayatkan olah Syafii dari Zuhry dari Ibnu Abbas, beliau berkata: pada suatu hari Umar berkhutbah di depan kami dan berkata: kami pernah membaca ( ةذللا نم ايضق امب ةتبلا امهومجراف اينز اذا ةخيشلاو خيشلا)

Syaeikh Utsaimin dalam bukunya syarhu al-usul min ilmil usul mengatakan, yang masyhur di

kalangan ulama’ bahwa ayat ini telah di naskh akan tetapi hukumnya masih berlaku. Akan tetapi

apabila dikatakan kalimat ini adalah al-quran yang kemudian dihapus ini tidak benar. Kita ketahui bahwa al-quran ayata-ayatnya Baligh dan mengandung mu’jizah. Sedangkan yang

disebutkan diatas sangat jauh sekali dari kriteria tersebut. Maka lafadz yang mengatakan bahwa itu ayat al-quran adalah tidak benar adanya. Sekalipun hadis tersebut sanadnya hasan atau bahkan sohih namun tidak mustahil hadis tersebut saz

3. Menghapus hukmnya saja.

Contoh dari bentuk ini sangat banyak sekali disebutkan oleh mereka yang mengatakan adanya

naskh dalam alquran misalanya:

     

          

   

16

14Abdul mutaali Muhammad al-Jabiry, la naskho fi al-quranil karim..limadza?. Caori:

Maktabah Wahbah 1980, h.17

(6)

Ayat ini telah di Naskh dengan ayat :

      

         

            

  

17

Menurut Imam ar-rozi dalam tafsirnya, bahwa ayat tersebut bukanlah naskh tapi berbentuk takhsis. Dalam usul fiqh ada kaedah, apabila terjadi pertentangan antara Naskh dan Takhsis,

maka Takhsis lebih di dahulukan dari pada Naskh.

Pada bab selanjutnya, Husam Rusdi Gholy menyebutkan ayat-ayat dalam al-quran yang menurut sebagian Ulama’ telah di Naskh baik secara tulisan atau bacaan maupun kedua-duanya. Kemudian beliau menyanggah pendapat-pendapat mereka dengan dalil-dalil yang beliau kutip dari perkataan dan buku-buku para ulama’ salaf dan kholaf.

Ikhtitam

Pembahasan tentang adanya Naskh wal Mansukh dalam al-quran masih menimbulkan

perbedaan pendapat diantara kalangan ulama’ terutama pakar tafsir dan usul fikh. Sebagaimana saya sampaikan diawal ahwa al-quran adalah Mu’jizah al-kholidah yang diberikan Allah kepada

Rasulullah. Pembahasan tentang Mu’jizah tersebut tidak akan pernah habis. Karna isi dan kandungannya akan tetap eksis dan sesuai di sepanjang zaman. Kita sebagai orang yang menyakini akan kebenaran dan kesakralan al-quran, harus mapu membela dan paham serta mengerti tentang hal-hal dan problematic di sekitar kita tentang al-quran. Karna tidak mustahil, orang-orang yang hanya akan menghancurkan dan menanamkan benih-benih keraguan bahkan mungkin sampai kepada kebencian, akan terus merongrong dan menggerogoti akidah setiap mereka yang mengimani kebenaran al-quran. Maka dengan segala keterbatasan yang kita miliki penulis mengajak untuk memperbanyak bekal sebanyak-banyaknya. Untuk dapat kita berikan kepada masyarakat kita setelah kembalinya kita di tanah air tercinta Kab. Siak.

Wallahu a’lam

16QS: al-Baqarah: 240

Referensi

Dokumen terkait

yang menyebabkan pelanggan dapat meninggalkan Everyday Smart Masalah selanjutnya adalah kurang efektifnya proses pemesanan secara langsung yang dilakukan oleh

PENERAPAN MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NARATIF PERSONAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Algoritma one time pad dapat digunakan untuk komunikasi yang rahasia dengan nilai yang tidak terlalu besar, namun pada skala yang besar, algoritma one time pad menjadi tidak

12. Bagi mengelakkan kesesakan lalu lintas, graduan diminta mematuhi arahan yang diberikan oleh pegawai bertugas dan berkumpul pada masa dan tempat yang telah ditetapkan.

Partai Demokrat Liberal (FDP) terhitung anggota keluarga partai-partai liberal di Eropa. Tujuan pokok politiknya ialah pembatasan campur tangan negara dalam pasaran sampai

1) PPK menyampaikan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Pengadaan dengan mengacu padaspesifikasi teknis, harga, dan penyedia barang/jasa yang tercantum pada e-Catalogue

(2006), Pendekatan Konseling Qur’ani Untuk Mengembangkan Keterampilan Hubungan Sosial, Disertasi, Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia..

Bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini, disarankan untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai partisipasi keluarga akan layanan pendidikan ATD dengan latar belakang