• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Pro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Pro"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

A. Judul : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Bali Berdasarkan Analisis Anggaran dan Value For Money Tahun Anggaran 2008-2011.

B. Latar Belakang Masalah

Indonesia mulai berbenah sejak terkena krisis ekonomi pada awal tahun 1996 dan puncak dari krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997. Pemerintah mulai mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menjadi solusi untuk mengatasi dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Kebijakan pemerintah untuk mengubah sistem pemerintahan yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi desentralisasi diharapkan dapat meringankan beban pemerintah pusat didalam membiayai pemerintah daerah dan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah secara mandiri dengan harapan pemerintah darah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hal ini juga didukung dengan dikelurkannya UU No.22 Tahun 1999 (kemudian menjadi UU No.32 Tahun 2004) tentang pemerintahan daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 (kemudian menjadi UU No.33 Tahun 2004) tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

(2)

mempersiapkan diri baik secara kelembagaan, sumber daya manusia, dan teknologi untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi secara nyata.

Untuk mendukung transparansi, akuntabilitas dan tingkat kesuksesan pemerintah didalam melaksanakan kinerjanya harus diukur. Penyusunan anggaran pada organisasi sektor publik dapat membantu mewujudkan akuntabilitas, karena anggaran dapat dijadikan standar atas kegiatan dan pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik. “Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bahwa uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif” (Mardiasmo 2002:121).

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan rancangan keuangan pemerintah daerah dalam periode satu tahun anggaran didalam melaksanakan kewenangan pemerintahan. Didalam pengukuran kinerja keuangan tidak dapat lepas dari tiga siklus utama pengelolaan keuangan daerah, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Ketiga proses tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya karena ketiganya merupakan satu kesatuan dari pengelolaan keuangan daerah. Fokus kinerja berbasis anggaran sebenarnya adalah untuk mengetahui kinerja keuangan daerah, yaitu seberapa besar efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah.

(3)

mandiri baik pengelolaan sumberdaya alam dan sumber daya manusianya sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Bali. Hak pengelolaan atas sumber daya yang terdapat di Bali yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah Provinsi Bali harus menjujung tinggi transparansi dan akuntabilitas terhadap publik. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kinerja pemerintahan, menurut Nurliza Kartika dalam buku akuntansi keuangan daerah (Abdul Halim, 2002: 5) agar pengelolaan dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih transparan, ekonomis, efisien, efektif dan akuntabel, kiranya pemerintahan daerah harus menggunakan konsep value for money dalam mengelola keuangan dana masyarakat. Pandangan ini juga didukung oleh Iskandar Herbanu (Abdul Halim, 2002: 27) yang menyatakan “Dalam konteks otonomi daerah value for money merupakan jembatan untuk menghantarkan pemerintah daerah mencapai good governance. Value for money harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah”.

Menurut (Abdul Halim, 2002: 15) beberapa manfaat yang diberikan didalam menerapkan konsep value for money ;

1. Efektifitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan tepat pada sasaran.

2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.

(4)

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik. 5. Meningkat publik cost awareness sebagai akar dari akuntabilitas

publik.

Meskipun value for money sangat dianjurkan didalam mengukur kinerja organisasi sektor publik, penilaian kinerja berbasis anggaranpun harus tetap dilakukan karena anggaran merupakan refleksi dari rencana keuangan jangka pendek suatu organisasi, dan dari hasil penilaian kinerja berbasis anggaran dapat digunakan dasar dalam mengambil keputusan.

Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Bali Berdasarkan Value For Money Tahun Anggaran 2008-2011.” Adapun beberapa rumusan masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini :

1. Bagaimanakah kinerja Pemerintah Provinsi Bali berdasarkan teknik analisis anggaran?

2. Bagaimanakah kinerja Pemerintah Provinsi Bali berdasarkan konsep value for money ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kinerja Pemerintah Provinsi Bali berdasarkan teknik analisis anggaran.

(5)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi kalangan akademisi didalam menambah wawasan dan informasi mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah khususnya pemerintah provinsi Bali. Selain itu juga penelitian ini dilakukan untk menambah refrensi bagi penelitian yang terkait dan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah provinsi Bali didalam mengevaluasi kinerja keuangan pemerintah. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengaruh kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi di provinsi Bali, agar dimasa yang akan datang pemerintah lebih cermat lagi didalam menyusun ataupun mengevaluasi kinerja keuangan pemerintahan. E. Kajian Pustaka

E.1 Landasan Teori

E.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

(6)

didalamnya, akan tetapi karena kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi lembaga publik sendiri memiliki pengertian yang bermacam – macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik sehingga setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda – beda.

Menurut Abdul Halim (2002: 143), yang dimaksud dengan akuntansi sektor publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka penyediaan informasi kuantitatif terutama bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak – pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan. Sedangkan menurut Indra Bastian (2001: 6), pengertian akuntansi sektor publik adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga – lembaga tinggi negara dan departemen dibawahnya, Pemerintah Daerah, BUMN. BUMD, LSM, dan yayasan – yayasan sosial ataupun proyek – proyek kerja sama sektor publik dan swasta.

(7)

E.1.2 Pengertian Penilaian Kinerja

Kinerja dalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kerja/ kegiatan/ kebijaksanaan dalam mewujudkan saran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

Larry D. Stout dalam Indra Bastian (2001: 329) mengungkapkan bahwa pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplisment) melalui hasil yang ditampilkan berupa produk jasa, ataupun proses suatu proses. Maksud dari pernyataan tersebut adalah, setiap kegiatan organisasi harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi di masa yang akan datang yang dituangkan dalam bentuk visi dan misi organisasi. Sedangkan menurut James B. Whiteker dalam Indra Bastian (2001: 330), pengukuran atau penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Tujuan dan manfaat dari penilaian kinerja yaitu :

1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk mencapai prestasi.

2. Memastikan tercapainya skema prestasi yang telah disepakati.

(8)

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksanaan yang telah diukur sesuai dengan pengukuran prestasi yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi antara bawahan dan atasan dalam upaya memperbaiki prestasi organisasi.

6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7. Membangun pemahaman proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilaksanakan secara objektif. 9. Menunjukan peningkatan yang perludilakukan.

10. Mengungkap permasalahan yang terjadi.

E.1.3 Pengukuran Kinerja Dalam Organisasi Sektor Publik

Pengukuran kinerja organisasi sektor publik sangat penting dilakukan untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. “Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bahwa uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif” (Mardiasmo 2002:121). Pengukuran kinerja sektor publik bertujuan untuk :

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan publik.

(9)

3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik yang transparan dan memperbaiki kinerja kelembagaan yang terdapat dalam organisasi sektor publik.

Oleh badan legislatif ukuran kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan biaya pelayanan yang dibebankan kepada masyarakat penggunan fasilitas sektor publik.

E.1.4 Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Sistem pengukuran kinerja sektor publik merupakan sitem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinalsial. Mardiasmo (2002: 112) menyatakan bahwa tujuan sistem pengukuran kinerja adalah :

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up)

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi yang telah di rencanakan.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai good governance.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

E.1.5 Pengertian Value for Money

(10)

Hal ini terjadi karena tidak adanya transparansi publikasi pertanggungjawaban didalam penggunaan dana. Oleh karena itu perlu dilakukannya pengukuran terhadap kinerja organisasi sektor publik, Mardiasmo (2002: 4) menyatakan bahwa falue for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elem utama, yaitu : ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

1. Ekonomi, merupakan pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu dengan harga terendah. Ekonomi merupakan perbandingan masukan dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. 2. Efisiensi, merupakan pencapaian output maksimum dengan input tertentu

atau penggunaan input terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

3. Efektifitas, merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang telah ditentukan.

E.1.6 Pengukuran Value for Money

(11)

minimizing cost), serta efektif (berhasil guna) dalam artian mencapai tujuan dan

sasaran.

Agar dalam penilaian kinerja organisai sektor piblik dilakukan secara objektif, maka diperlukan suatu indikator kinerja. Indikator kinerja yang bagus harus terkait dengan efisiensi biaya dan kualitas pelayanan. Sementara itu, kualitas terkait dengan kesesuaian dengan maksud dan tujuan, konsisten dan kepuasan publik. Kepuasan publik dalam konteks tersebut dapat dilihat dari berkurangnya keluhan masyarakat terhadap organisasi sektor publik. Mekanisme penentuan indikator kinerja membutuhkan:

a. Sistem perencanaan dan pengendalian. Meliputi proses, prosedur, dan

struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai komando.

b. Spesifikasi teknis dan standarisasi. Spesifikasi ini digunakan sebagai

ukuran kinerja kegiatan, program dan organisasi.

c. .Kompetensi teknis dan profesionalisme. Personil yang memiliki

kompetensi dan professional merupakan jaminan dukungan dalam pekerjaan.

d. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar. Mekanisme ekonomi

terkait dengan pemberian reward dan punishment yang bersifat finansial.

e. Sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya.

(12)

E.1.7 Pengembangan Indikator Value for Money

Peranan indikator kinerja adalah menyediakan informasi pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Mardiasmo (2002: 130) mengemukakan, indikator Value for Money dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Indikator alokasi biaya (ekonomis dan efisiensi),Ekonomis artinya pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik (spending less). Serta apa yang masuk ke dalam menyediakan layanan, seperti biaya per jam pekerja perawatan atau sewa per meter persegi akomodasi. Efisiensi artinya output tertentu dapat dicapai dengan dengan sumber daya yang serendah-rendahnya (spending well).

(13)

Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun ekternal, pihak internal dapat menggunakan dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan serta efisiensi biaya. Dengan kata lain indikator kinerja berperan untuk menunjukan, memberi indikasi atau memfokuskan perhatian pada bidang yang relevan dilakukannya tindakan perbaikan. Pihak eksternal dapat mengunakan indikator kinerja sebagai kontrol dan sekaligus sebagai informasi dalam rangka mengukur tingkat akuntabilitas publik. Pembuatan dan penggunaan indikator kinerja tersebut membantu setiap pelaku utama dalam proses pengeluaran publik. Indikator kinerja akan membantu manajer publik untuk memonitor pencapaian kinerja dan mengidentifikasi masalah yang penting.

Selain itu indikator kinerja akan membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan anggaran dan mengawasi kinerja anggaran. Indikator kinerja memudahkan bagi badan legislatif dalam mengkaji dan mengawasi alokasi dan penggunan anggaran, khususnya melalui proses pembahasan pada sidang-sidang.

E.1.8 Tiga Pokok Bahasan Dalam Indikator Value for Money

Mardiasmo (2002: 131) mengatakan bahwa pengembangan indikator kinerja sebaiknya memusatkan perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi, efisiensi, dan efektifitas program dan kegiatan. Tiga konsep dasar Value for Money atau yang dikenal dengan3E :

(14)

(spending less). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dapat dikatakan ekonomis ketika tidak terjadinya pemborasan pada saat pelaksanaan. Dengan demikian pada dasarnya pengertian efisiensi dan ekonomis adalah sama karena kedua-duanya menginginkan penghapusan atau penurunan biaya.

Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara outpun yang dihasilkan dengan input yang diterima. Suatu kegiatan operasional dapat dikatakan efisiensi ketika hasil kinerja yang direncanakan dapat tercapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya.

Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaranyang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif ketika proses kegiatan mencapai tujuan yang diinginkan.

Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak dari output program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi outpun yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu organisasi.

Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa ketiga pokok bahasan dalam value for money sangat terkait satu dengan yang lainnya. Ekonomi membahas

(15)

E.1.9 Langkah-langkah Pengukuran Value for Money 1. Pengukuran Ekonomi

Dalam buku Mardiasmo (2002: 133) pertanyaan sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah :

a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi?

b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan?

c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal?

Mohamad Mahsun (2006: 186) memberikan kriteria untuk mengukur tingkat ke ekonomisan suatu organisasi sektor publik :

a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% berarti ekonomis.

b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% berarti ekonomis berimbang. c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% berarti tidak ekonomis.

2. Pengukuran Efisiensi

Mardiasmo (2002: 133) mengatakan bahwa efisiensi merupakan hal penting dari tiga pokok bahasan value for money. Efisiensi diukur dengan rasio antara outpun dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.

Output Efisiensi =

(16)

Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan. Maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara :

a. Meningkatkan output pada input yang sama.

b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input.

c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output.

Adapun kriteria efisiensi penilaian kinerja keuang sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 :

Tabel E.1 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan Kriteria

100% keatas Tidak Efisien

90% - 80% Kurang Efisien

80% - 70% Cukup Efisien

70% - 60% Efisien

Kurang dari 60% Sangat Efisien

Sumber : Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 3. Pengukuran Efektivitas

(17)

tentang beberapa besarnya biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah program atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996, kriteria efektifitas penilaian kinerja keuangan adalah :

Tabel E.2 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan Kriteria

100% keatas Sangat Efektif

90% - 80% Efektif

80% - 70% Cukup Efektif

70% - 60% Kurang Efektif

Kurang dari 60% Tidak Efektif

Sumber : Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 E.1.10 Pengertian Anggran

Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa yang akan datang yang pada umumnya mencakup satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter. Anggaran merupakan perencanaan jangka pendek organisasi yang menterjemahkannya kedalam berbagai program rencana keuangan yang lebih kongkret. Usulan anggaran biasanya ditelaah atau direview terlebih dahulu oleh pejabat yang lebih tinggi untuk bisa dijadikan anggaran formal.

E.1.11 Pengukuran kinerja berbasis Anggaran

(18)

realisasi tanpa melihat keberhasilan program. Pengukuran kinerja ditekankan pada input yaitu terjadinya overspending atau underspending. Suatu organisasi pemerintahan dikatan berhasil kenika dapat menyerap 100% dari anggaran pemerintah walaupun hasil maupun dampak yang dicapai dari pelaksanaan program tersebut masih jauh dibawah standar. Pengukuran kinerja berbasis anggaran dilakukan dengan menilai selisih antara anggaran dan realisasinya. E.1.12 Tahap-tahap Dalam Analisis Anggaran

Mahsun (2006: 154) menguraikan tahapan – tahapan dalam melakukan analisis selisih anggaran :

1. Siapkan data anggaran dan laporan realisasinya

Data utama yang digunakan dalam analisis ini adalah APBD dan laporan realisasinya sesuai dengan tahun anggaran yang digunakan. Data anggaran memuat rencana – rencana penerimaan pendapatan, pengeluaran belanja, dan pembiayaan dalam satu periode. Data laporan realisasi anggaran memuat realisasi penerimaan pendapatan, pengeluaran belanja, dan pembiayaan dalam satu periode. Pastikan item – item dalam laporan realisasi anggaran sama dengan item – item pada rencana anggaran.

2. Bandingkan data – data realisasi dengan anggarannya untuk setiap item yang sama. Item anggaran dibandingkan dengan item realisasi baik pada pos pendapatan, belanja, maupun pembiayaan.

3. Hitung selisih anggaran.

(19)

penerimaan dan selisih pengeluaran sehingga dapat diketahui surplus atau defisit anggaran.

4. Hitung persentase tingkat ketercapaian anggaran

Nilai selisih anggaran yang terjadi dapat dihitung persentase ketercapaiannya ini dilakukan pada pos – pos penerimaan maupun pengeluaran.

5. Lakukan analytical procedur dengan membuat rasio – rasio kinerja.

Untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang kinerja organisasi khususnya pure non profit organization misalnya instansi pemerintah (pemerintah daerah) maka dilakukan analytical procedure dengan pembuatan rasio – rasio kinerja. Rasio kinerja dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Rasio Kemandirian Daerah

Rasio ini ditujukan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahannya sendiri dengan membandingkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan subsidi pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman daerah.

2) Rasio pajak daerah terhadap PAD

(20)

3) Rasio restribusi terhadap PAD

Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah didalam menghasilkan pendapatan dari restribusi daerah.

4) Rasio laba BUMD terhadap PAD

Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah didalam mengahasilkan pendapatan dari bagian laba BUMD.

5) Rasio lain – lain PAD yang sah terhadap PAD

Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan pendapatan dari lain – lain PAD yang sah.

6) Rasio belanja aparatur terhadap total belanja

Perbandingan rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi belanja aparatur daerah terhadap total belanja yang dikeluarkan pemerintah daerah.

7) Rasio belanja pelayanan publik terhadap total belanja

Perbandinga rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi belanja pelayanan publik terhadap total belanja yang dikeluarkan pemerintah daerah.

E.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

(21)

Efisiensi pada tahun 2004 lebih efisien daripada tahun 2003, dan ditinjau dari segi efektivitas tahun 2004 lebih efektif dibandingkan dengan tahun 2003. Penelitian ini menggunakan teknik analisis audit ekonomi, rasio efisiensi, rasio efektivitas.

Supadmini (2005) dengan judul “Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karangasem ditinjau dari segi Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas dalam hubungannya dengan penerimaan Pajak Galian Golongan C”. Teknik analisis yang digunakan adalah audit ekonomi, rasio efisiensi, dan rasioi efektivitas. Dengan hasil penelitiannya adalah kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karangasem ditinjau dari segi ekonomis pada tahun 2004 lebih ekonomis dibandingkan tahun 2003. Ditinjau dari segi efisiensi bahwa tahun 2003 lebih efisien daripada tahun 2004, dan ditinjau dari segi efektivitas tahun 2004 lebih efektif dibandingkan tahun 2003.

(22)

Dalam penelitian ini yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah cakupan dan waktu penelitian, dimana dalam penelitian sebelumnya hanya meneliti kinerja pemerintah daerah kabupaten sedangkan penelitian ini mencakup kinerja pemerintah provinsi bali tahun anggaran 2008-2011 pada saat kepemimpinan Bapak Mangku Pastika. Walaupun sama – sama menggunakan tekhnik analisis value for money tetapi terdapat pengembangan tekhnik analisis dengan menambah tekhnik analisis berbasis anggaran.

F. Metode Penelitian F.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Provinsi Bali, dipilihnya Provinsi Bali sebagai lokasi. penelitian karena peneliti ingin mengetahui bagaimana perkembangan Provinsi Bali didalam menjalankan pemerintahan dibawah rezim I Made Mangku Pastika. Selain itu peneliti ingin ikut serta didalam mengawasi kinerja Pemerintah Provinsi Bali terutama organisasi sektor publik yang terdapat didalamnya.

F.2 Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2008 – 2011.

F.3 Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan didalam penelitian ini yaitu :

1. Penilaian kinerja keuangan pemerintah Provinsi Bali berbasis anggaran 2. Kinerja Pemerintah Provinsi Bali ditinjaut dari segi ekonomis

(23)

4. Kinerja Pemerintah Provinsi Bali ditinjau dari segi efektivitas F.4 Definisi Operasional Variabel

1. Penilaian kinerja berbasis anggaran dengan cara membandingkan realisasi anggaran kemudian menghitung selisih anggaran dan menghitung persentase tingkat pencapaian anggaran, setelah itu dilanjutkan dengan analytical procedure menggunakan tujuh rasio kinerja berikut :

a. Rasio kemandirian daerah

b. Rasio pajak daerah terhadap PAD c. Rasio restribusi daerah terhadap PAD d. Rasio bagian laba BUMD terhadap PAD e. Rasio lain – lain PAD yang sah terhadap PAD f. Rasio belanja aparatur terhadap total belanja

g. Rasio belanja pelayanan publik terhadap total belanja

2. Kinerja berdasarkan ekonomi merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau prestasi yang dicapai oleh Pemerintah Provinsi Bali yang diukur dengan membandingkan realisasi anggaran belanja dengan rencana anggaran belanja.

(24)

diukur dengan membandingkan realisasi pendapatan dengan anggaran pendapatan.

F.5 Jenis dan Sumber Data F.5.1 Jenis Data

a. Data kuantitatif

Menurut Sugiono (2004: 13) data kuantitatif merupakan data dalam bentuk angka – angka dan dapat dihitung dengan satuan hitung. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggaran penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Provinsi Bali dan realisasi anggaran penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Provinsi Bali.

b. Data kualitatif

Menurut sugiono (2004: 13) data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Dalam penelitian ini data kualitatif seperti sejarah Provinsi Bali, struktur organisasi dan penjelasan lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

F.5.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui media perantara, dicatat dan disimpan dalam organisasi, seperti : sejarah Provinsi Bali dan anggaran penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2008 – 2011.

F.5.3 Metode Pengumpulan Data

(25)

terhadap data dari buku – buku refrensi, informasi langsung pada internet, jurnal, serta majalah atau tabloid yang berhubungan dengan penelitian ini.

F.5.4 Tekhnik Analisis Data

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis kuantitatif, yaitu dengan melakukan perhitungan – perhitungan terhadap data keuangan yang diperoleh untuk memecahkan masalah sesuai dengan tujuan penelitian.

Untuk mengukur kinerja berbasis anggaran dilakukan dengan cara membandingkan data realisasi dan anggaran untuk setiap itemnya, kemudiaan akan didapatkan hasil berupa selisih atau variance. Selisih tersebut akan dibagi menjadi dua, yaitu selisih penerimaan dan selisih pengeluaran. Berikut adalah formula analisis penerimaan dan pengeluaran :

a. Selisih penerimaan = Realisasi penerimaan – Anggaran penerimaan...(1) b. Selisih pengeluaran = Realisasi pengeluaran – Anggaran pengeluaran....(2) Mahsun (2006: 152) mengatakan bahwa dalam rangka mengukur persentase tingkat ketercapaian anggaran atas implementasi anggaran, dapat dicari dengan formula sebagai berikut :

a. Persentase tingkat ketercapaian penerimaan anggaran

b. Persentase tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran

Realisasi Penerimaan Anggaran X 100%... (3) Anggaran Penerimaan Tahunan

X 100%... (4) Realisasi Pengeluaran Anggaran

(26)

Selanjutnya dilakukan analytical procedur menggunakan rasio – rasio sebagai berikut :

a. Rasio kemandirian daerah Rasio kemandirian =

b. Rasio pajak terhadap PAD Rasio pajak terhadap PAD =

c. Rasio restribusi daerah terhadap PAD

=

d. Rasio bagian laba BUMD terhadap PAD

=

e. Rasio lain – lain PAD yang sah terhadap PAD

=

f. Rasio belanja aparatur terhadap total belanja

=

Bagian lain – lain PAD yang sah

PAD

X 100%... (10)

(27)

g. Rasio belanja pelayanan publik terhadap total belanja

=

Sumber : Muhamad Mahsun (2006: 152-154)

Sedangkan untuk mengukur kinerja berdasarkan value for money dapat menggunakan rasio :

a. Rasio Ekonomi

Rasio ekonomi menunjukan pemerolehan input dan kualitas tertentu pada harga terendah (Mardiasmo, 2002: 4). Rasio Ekonomi merupakan perbandingan antara realisasi belanja dalam APBD dengan rencana belanja.

Rasio ekonomi =

b. Rasio Efisiensi

(28)

c. Rasio Efektivitas

Rasio efektifitas dalam penelitian ini mengukur realisasi penerimaan APBD dengan rencana penerimaan APBD

Rasio efektivitas = X 100%... (14)

Realisasi penerimaan APBD

(29)

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Halim. 2002. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta: Salemba Empat.

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996

Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. UU No.22 Tahun 1999 (kemudian menjadi UU No.32 Tahun 2004) tentang

pemerintahan daerah.

Gambar

Tabel E.1 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Tabel E.2 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa sumber data dan hasil-hasil penelitian yang diperoleh, karena masih merupakan penemuan awal maka perlu dila- kukan pengkajian yang bertujuan untuk

Tanpa pencatatan pada tabel tersebut di dalam basis data, sistem informasi dagang tidak dapat melakukan kontrol stok tepat setelah transaksi dilakukan1. Untuk

Jika pada pelajaran yang lalu kamu telah belajar mengenai teknik menulis esai tentang karya sastra, kali ini kamu akan diajak untuk mempelajari teknis menulis esai tentang

menggunakan metode penelitian regresi linear berganda dan menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu, Cash Ratio dan Loan Deposit ratio tidak memiliki pengaruh

Komunitas mamalia pada hutan dataran rendah yang dibandingkan dengan hutan subalpin yang lebih tinggi dari hutan pegunungan memiliki nilai sebesar 0,14.. Perubahan ketinggian

Disimpulkan bahwa Intensitas penggunaan internet mahasiswa semester VI di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto adalah sebagian besar intensitas penggunaan

11.5 Dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 11.1 Perjanjian ini, Bank dapat membekukan sementara Rekening Kartu, mengakhiri hak pemegang kartu (dan/atau Pemegang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar dengan prestasi