MODEL PEMBELAJARAN NON DIRECTIVE TEACHING
R. Akhmad Mukhlis TanuAndhikaNata (1505161)
Teknologi Pendidikan, Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan radenakhmadm@gmail.com
Model pengajaran nondirektif mrupakan hasil karya Carl Roger dan tokoh lain pengembang konseling nondirektif. Roger mengaplikasikan strategi konseling ini untuk pembelajaran. Ia meyakini bahwa hubungan manusia yang positif dapat membantu individu berkembang. Oleh karena itu, pengajaran harus didsarkan atas hubungan yang positif, bukan semata-mata didasarkan atas penguasaan materi ajar belaka.
Model pengajaran tidak langsung (non-directive teaching) menekankan pada upaya memfasilitasi belajar. Tujuan utamanya adalah membantu siswa mencapai integrasi pribadi, efektivitas pribadi, dan pengharaan terhadap dirinya secara realistis. Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah sebafai fasilitator. Oleh karena itu, guru hendaknya mempunayi hubungan pribadi yang positif dengan sisiwanya, yaitu sebagai pembimbing bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam menjalankan perannya ini, guru membantu siswa mengenali ide tau gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolahnya, dan hubungannya dengan orang lain.
Model ini didasari asumsi bahwa siswamemiliki rasa tanggung jawab terhadap aktivitas belajarnya karena keberhasilanna tergantung pada kemauan yang ada di dalam dirinya. Model ini pada prinsipnya adalah meletakkanperanan guru untuk secara aktif membangun kerjasama yang diperlukan dan memberikan bantuan yang dibutuhkan pada saat para siswa mencoba memecahkan masalah. Pada model ini, lingkungan belajar diorganisasikan sedemikian rupa untuk membantu siswa mengembangkan integritas kepribadian meningkatkan efektifitas serta membantu merealisasikan harapan atau cita - cita siswa
Tekhnik utama dalam mengaplikasikan model pembelajaran non directive ini adalah apa yang diistilahkan oleh Roger sebagai non-directive Interview atau wawancara tanpa menggurui, yaitu wawancara tatap muka antara guru dan siswa. Selama wawancara, guru berperan sebagai kolaborator dalam proses penggalian jati diri dan pemecahan masalah siswa. Inilah yang dimaksud dengan tanpa menggurui (non directive).
menggali perasaan tentang hubungannya dengan orang lain dan menggali bagaimana perasaan tentang diri tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Dalam masalah akademik, ia menggali perasaannya tentang kompetisi dan minatnya. Dari semua kasus di atas, esensi atau muatan wawancara harus bersifat personal, bukan eksternal. Artinya, harus datang dari perasaan, pengalaman, pemahaman, dan solusi yang dipilihnya sendiri. Inilah inti dari isltilah tidak menggurui (non-directive) yang dimaksud oleh Rogers.
Ada beberapa langkah untuk mengaplikasikan model ini yaitu : 1) Menciptakan situasi bantuan (diskusi kelompok/kelas secara bebas)
Guru mendorong peserta didik melakukan ekspresi bebas
2) Mengungkap masalah (diskusi kelompok /kelas) Peserta didik didorong untuk merumuskan masalah.
Guru menerima dan mengklarifikasi perasaan-perasaan peserta didik.
3) Pengembangan insight (diskusi kelompok/kelas)
Peserta didik mendiskusikan masalah
Guru membantu peserta didik
4) Perencanaan dan penentuan keputusan (diskusi kelompok/kelas)
Peserta didik merencanakan penentuan keputusan
Guru mengklarifikasi kemungkinan-kemungkinan keputusan
5) Integrasi (Penyajian siswa dalam kelompok/ kelas)
Peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mengembangkan kegiatan- kegiatan positiflebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Santinah, S. (2016). KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN DAN APLIKASINYA. Diperoleh 06 April 2017. Diakses dari Direktori Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/holistik/article/download/628/549.
Ruhimat, Toto. (2012). BAHAN DISKUSI MODEL - MODEL PEMBELAJARAN. Diperoleh 06 April 2017. Diakses dari Direktori File Universitas Pendidikan Indonesia http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/1957112 11985031-TOTO_RUHIMAT/Model_Pembelajaran/metmodelpemb2.pdf