• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 9 PALU PADA BAHASAN KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN | Katon | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8641 28352 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 9 PALU PADA BAHASAN KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN | Katon | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8641 28352 1 PB"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 9 PALU PADA BAHASAN

KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN

Sri Katon

E-mail: srikaton46@gmail.com Sukayasa

E-mail: sukayasa08@yahoo.co.id Evie Awuy

E-mail: evieawuy1103@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model Problem Based Instruction (PBI) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu pada bahasan keliling dan luas daerah lingkaran. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 29 siswa dan dipilih tiga siswa sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model PBI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu pada bahasan keliling dan luas daerah lingkaran dengan mengikuti fase-fase yaitu: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Kata kunci: Model Problem Based Instruction (PBI), hasil belajar, keliling dan luas daerah lingkaran.

Abstract: The aimed of this research was to describe the application of the Problem Based Instruction (PBI) model to improved mathematics learning outcomes in class VIII E SMP Negeri 9 Palu on the circumference and area of circle. This type of research was classroom action research. This research design refers to Kemmis and Mc. Taggart research design that were planning, acting and observing as well as reflecting. This research was conducted in two cycles. Subject of research was class VIII E student of SMP Negeri 9 Palu on 2015/2016 academic year. The number of research subject were 29 students and three students were selected as informans.

The results showed that with the application of PBI can improved student’s mathematics learning outcomes in class VIII E SMP Negeri 9 Palu on the circumference and area of circle by following these steps: 1) the orientation of students on the problem, 2) organized the students to learn, 3) assisted in the investigation of individual and group, 4) developed and presented the work result and 5) analyzed and evaluated the problem solving process.

Keywords: Problem Based Instruction (PBI) model, learning outcomes, circumference and area of circle.

(2)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada seorang guru matematika kelas VIII di SMP Negeri 9 Palu diperoleh informasi bahwa banyak siswa mengalami kesulitan ketika mempelajari geometri, satu di antaranya pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran. Banyak siswa kesulitan untuk mengerjakan soal mengenai keliling dan luas daerah lingkaran yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru. Sebagian siswa masih sulit untuk membedakan antara jari-jari dan diameter lingkaran serta menggunakannya pada rumus keliling lingkaran maupun rumus luas daerah lingkaran.

Kesulitan yang serupa juga menjadi dasar beberapa penelitian terdahulu. Kustyowati (2013) menyatakan bahwa pembelajaran menghitung keliling dan luas daerah lingkaran adalah satu materi yang sulit dan hasil ulangan nilainya tidak tuntas secara klasikal. Selanjutnya, Supriyanto (2014) menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menemukan pola atau rumus matematika dalam menyelesaikan soal yang diberikan terutama pada soal yang berkaitan dengan keliling dan luas daerah pada bangun datar satu di antaranya yaitu dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas daerah lingkaran. Demikian pula dengan Wicaksono (2013), dalam penelitiannya ia menyatakan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan pada materi bangun datar khususnya pada materi keliling dan luas daerah lingkaran. Sebagian besar siswa masih keliru dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas daerah lingkaran karena siswa cenderung hanya menghafal rumus yang ada tanpa memahami maksudnya. Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal apabila bentuk soal tersebut dimodifikasi dan berbeda dengan contoh soal yang diberikan sebelumnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti melaksanakan tes identifikasi masalah dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas daerah lingkaran di kelas IX B SMP Negeri 9 Palu. Satu diantara soal yang diberikan yaitu: hitunglah luas daerah lingkaran yang berpusat di titik O, jika diketahui panjang diameternya 14 cm.

Gambar 1. Jawaban tes identifikasi masalah siswa MR

Hasil tes memberikan informasi bahwa siswa mengetahui rumus untuk menghitung luas daerah lingkaran (MR TI3 01), tetapi siswa tidak memahami dengan baik penggunaan rumus itu. Hal ini terlihat ketika siswa keliru dalam mensubtitusikan nilai jari-jari (r) (MR TI3 02), seperti pada Gambar 2 sehingga jawaban siswa salah pada hasil akhirnya (MR TI3 03).

Berdasarkan jawaban siswa diperoleh informasi bahwa permasalahan rendahnya hasil belajar siswa pada materi keliling dan luas daerah lingkaran disebabkan karena siswa cenderung menghafal rumus tanpa memahaminya secara konseptual maupun prosedural. Sehingga ketika mereka diberikan soal atau permasalahan yang berbeda, mereka akan kebingungan. Sebagian siswa kurang mampu mengembangkan yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan diaplikasikan pada soal-soal yang membutuhkan pemahaman konsep mendalam. Materi yang disampaikan dalam pembelajaran matematika terkadang bersifat abstrak sehingga siswa perlu pemahaman yang lebih untuk dapat menerapkan materi yang telah diperoleh sebelumnya agar dapat memecahkan permasalahan yang ada terutama permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

MR TI3 01

(3)

Oleh karena itu, peneliti menerapkan suatu pembelajaran yang dapat menstimulus siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal serta berusaha sendiri menyusun pengetahuannya agar menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Ketika siswa berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret yang dapat digunakan pula untuk memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (1977) bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Satu alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri adalah dengan menerapkan model Problem Based Instruction (PBI) atau pengajaran berdasarkan masalah. Ibrahim dan Nur (2000), berpendapat bahwa pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu peneliti memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi serta menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Fase-fase model PBI

menurut Ibrahim (2005) meliputi: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan model (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu pada bahasan keliling dan luas daerah lingkaran?

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi dilakukan pada satu waktu yang sama. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu berjumlah 29 orang yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Selanjutnya dipilih tiga siswa informan yaitu siswa berinisial MRG dengan kemampuan tinggi, siswa berinisial CV dengan kemampuan sedang dan siswa berinisial VS dengan kemampuan rendah.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa aktivitas siswa dan peneliti selama pembelajaran berlangsung yang diamati melalui lembar observasi, wawancara dan catatan lapangan, sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes sebelum tindakan dan setelah tindakan. Analisis data dilakukan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas peneliti selama pembelajaran berlangsung dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran di kelas melalui lembar observasi dengan menerapkan model PBI. Aktivitas peneliti dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila untuk setiap aspek yang diamati berkategori baik

atau sangat baik. Indikator keberhasilan pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan nilai π

(4)

rumus keliling lingkaran dari hubungan π (phi) dan diameter atau jari-jari lingkaran serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling lingkaran. Indikator keberhasilan pada siklus II yaitu siswa dapat menemukan rumus luas daerah lingkaran dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas daerah lingkaran.

HASIL PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu hasil pra tindakan dan hasil pelaksanaan tindakan. Kegiatan pra tindakan yaitu peneliti memberikan tes awal kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi prasyarat keliling dan luas daerah lingkaran serta sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan informan dan pembentukan kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan matematika. Tes awal diikuti oleh 26 siswa dari 29 siswa di kelas VIII E. Berdasarkan hasil analisis tes awal ada 9 siswa tuntas, 17 siswa tidak tuntas dan 3 siswa lainnya tidak mengikuti tes awal.

Gambar 2. Kesalahan siswa dalam menjawab soal tes awal

Kesalahan yang dilakukan siswa diantaranya siswa tidak memahami dengan baik perbedaan jari-jari dan diameter lingkaran, ini dapat dilihat dari jawaban siswa HH. Siswa HH dapat menggambar lingkaran dengan ukuran diameter dan jari-jari yang benar seperti pada Gambar 2 (a) dan Gambar 2 (b), tetapi siswa HH tidak dapat menjelaskan dengan baik alasan kedua gambar memiliki ukuran yang berbeda (HH TA03). Kemudian, pada Gambar 2 (d) siswa FA dapat menggambar lingkaran dengan unsur-unsurnya, tetapi terlihat bahwa siswa FA masih kurang terampil dalam menggunakan jangka sehingga gambar lingkaran yang dibuat tidak sempurna (FA TA04). Pada Gambar 2 (e), siswa FA salah menuliskan bagian dari juring lingkaran (FA TA05) yang seharusnya yaitu AOB, BOC, BOD dan AOD. Selain itu, siswa FA juga kurang tepat dalam menuliskan jari-jari lingkaran (FA TA06) karena siswa FA menuliskan DB yang merupakan diameter lingkaran dan DA yang merupakan tali busur. Jari-jari lingkaran yang benar pada Gambar 2 (d) yaitu OA, OB, OC, dan OD.

Berdasarkan hasil tes awal dan pertimbangan dari guru matematika, maka dipilih tiga orang siswa sebagai informan yaitu MRG, CV dan VS. Hasil tes awal ini juga menjadi

(a) (b)

HH TA01

HH TA02

(c)

HH TA03

(d) (e)

FA TA04 FA TA05

(5)

bahan pertimbangan peneliti untuk membentuk kelompok belajar. Peneliti membentuk 6 kelompok belajar, setiap kelompok belajar beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa dengan kemampuan yang beragam.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua, peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan fase-fase model PBI sedangkan pertemuan ketiga peneliti melaksanakan tes akhir tindakan. Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas tiga tahap yaitu: kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

Kegiatan pendahuluan yaitu: 1) membuka pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk belajar, 2) mengecek kehadiran siswa, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran, 4) memberikan arahan kegiatan pembelajaran dan 5) memberikan motivasi serta apersepsi. Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan mengikuti fase-fase model PBI yaitu: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan penutup yaitu: 1) membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang baru dipelajari dan 2) menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama.

Aktivitas peneliti pada kegiatan pendahuluan yaitu membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama. Selanjutnya peneliti mempersiapkan siswa untuk belajar dengan mengatur posisi duduk siswa dan meminta siswa untuk menyiapkan semua alat tulis dan buku yang akan digunakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung serta meminta siswa untuk menyimpan semua barang yang tidak berkaitan dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar siswa siap untuk menerima pembelajaran dan untuk menarik perhatian siswa agar sepenuhnya pada peneliti dan juga pada pembelajaran yang dilaksanakan. Kemudian peneliti mengecek kehadiran siswa. Kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama dihadiri oleh 27 siswa, pertemuan kedua dihadiri oleh 29 siswa dan pertemuan ketiga dihadiri oleh 24 siswa. Pada siklus II pertemuan pertama dihadiri oleh 29 siswa, pertemuan kedua dihadiri oleh 26 siswa dan pertemuan ketiga dihadiri oleh 24 siswa.

Materi yang diajarkan pada siklus I yaitu mengenai keliling lingkaran. Tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai yaitu: 1) siswa dapat menentukan nilai π (phi) dari

hubungan perbandingan antara keliling lingkaran dengan diameternya, 2) siswa dapat menemukan rumus keliling lingkaran dari hubungan π (phi) dan diameter atau jari-jari lingkaran, dan 3) siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling lingkaran. Materi yang diajarkan pada siklus II mengenai luas daerah lingkaran, dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu siswa dapat menemukan rumus luas daerah lingkaran dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas daerah lingkaran. Selanjutnya peneliti memberikan arahan mengenai kegiatan yang dilakukan dengan model

PBI agar siswa tidak bingung ketika memulai kegiatan inti pembelajaran.

(6)

prasyarat siswa dengan melakukan tanya jawab. Materi prasyarat pada siklus I yaitu unsur-unsur lingkaran dan pada siklus II yaitu luas persegi panjang dan konsep lingkaran. Apersepsi ini dilakukan agar siswa tidak mengalami kesulitan yang sama seperti pada tes awal, satu diantaranya yaitu kesulitan dalam membedakan jari-jari dan diameter lingkaran. Selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan inti pembelajaran.

Aktivitas peneliti pada fase orientasi siswa pada masalah di siklus I yaitu menyampaikan materi mengenai keliling lingkaran, kemudian peneliti menyajikan satu masalah yang ada di LKS kepada siswa. Peneliti meminta siswa untuk memperhatikan dan memahami masalah yang disajikan kemudian mengajukan hal-hal yang belum dipahami. Adapun masalah yang disajikan yaitu: sebuah mobil mempunyai roda belakang yang lebih besar daripada roda depannya. Jika mobil tersebut menempuh jarak tertentu, manakah dari kedua roda tersebut yang berputar lebih banyak? Mengapa demikian? Sedangkan pada siklus II, peneliti mempresentasikan materi dan menyajikan satu masalah yang berkaitan dengan luas daerah lingkaran. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Masalah yang disajikan yaitu: dua buah kue yang berbentuk tabung memiliki alas berbentuk lingkaran. Satu di antara kue tersebut memiliki ukuran jari-jari alas 7 cm dan kue yang lain alasnya berdiameter 7 cm. Manakah di antara kedua kue yang memiliki luas daerah alas paling besar? Mengapa demikian? Pada fase orientasi siswa pada masalah, siswa memperhatikan penyampaian peneliti dan aktif mencari tahu mengenai penyelesaian masalah dengan memberikan pertanyaan maupun tanggapan terhadap masalah yang disajikan.

Kegiatan peneliti pada fase mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu mengarahkan siswa untuk bergabung dengan kelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Kegiatan ini dilakukan pada siklus I dan siklus II. Adapun kelompok belajar yang terbentuk sebanyak 6 kelompok dengan anggota setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan yang beragam. Selanjutnya, peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Pada siklus I masih ada siswa yang menolak untuk bergabung dengan kelompok belajarnya karena siswa tersebut kesulitan untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan satu anggota kelompoknya. Kemudian pada siklus II semua siswa langsung membentuk kelompok sesuai dengan anggota kelompok yang telah ditentukan peneliti. Siswa yang pada siklus I menolak untuk bergabung dengan kelompoknya, tidak lagi melakukan hal tersebut karena peneliti telah menukar kelompok belajar beberapa siswa yang mengalami kendala dengan kelompok belajar pada siklus I.

Aktivitas peneliti pada fase membimbing penyelidikan individual maupun kelompok yaitu meminta siswa untuk mengerjakan LKS dengan bantuan alat peraga lalu mendiskusikan kembali hasil jawaban LKS di kelompoknya masing-masing. Selanjutnya peneliti berkeliling memantau dan mengontrol jalannya diskusi serta mengamati dan memberikan bimbingan terbatas kepada siswa berkaitan dengan langkah kerja untuk menyelesaikan LKS. Pada siklus I maupun siklus II, siswa mampu untuk mengungkapkan ide-ide mereka dalam menjawab beragam masalah yang ada pada LKS melalui diskusi kelompok.

Alat peraga yang digunakan pada siklus I berupa: tutup gelas, kaleng susu, uang koin, kertas, benang, pensil, gunting, dan penggaris. Alat peraga ini digunakan untuk menentukan

nilai π (phi) dari hubungan perbandingan antara keliling lingkaran dengan diameternya kemudian menemukan rumus keliling lingkaran dari hubungan π (phi) dan diameter atau

jari-jari lingkaran sesuai dengan langkah kerja yang dijelaskan pada LKS. Setelah

menentukan nilai π (phi) dan menemukan rumus keliling lingkaran kemudian siswa

(7)

banyak siswa yang langsung bertanya pada peneliti ketika mengalami kesulitan tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu dengan teman kelompoknya.

Selanjutnya pada siklus II, setiap kelompok menyelesaikan LKS dengan melakukan percobaan sederhana menggunakan alat peraga yang mereka bawa berupa: kertas, jangka, lem, pensil, pensil warna, gunting dan penggaris. Alat peraga ini digunakan untuk menemukan rumus luas daerah lingkaran sesuai dengan langkah kerja yang dijelaskan pada LKS kemudian mengaplikasikan rumus yang ditemukan untuk menyelesaikan soal atau masalah yang berkaitan dengan luas daerah lingkaran. Siswa dapat menyelesaikan LKS dengan bantuan seperlunya dari peneliti ketika mengalami kesulitan.

Aktivitas peneliti pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu memilih siswa secara acak untuk menjadi perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan membacakan hasil saat melakukan percobaan sederhana kemudian menuliskan penyelesaian soal-soal di papan tulis. Pada fase ini di siklus I maupun siklus II, siswa sudah mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan penguasaan materi dan proses pengerjaan yang cukup baik. Siswa dapat menjelaskan dengan baik proses untuk menentukan nilai π (phi) dari hubungan perbandingan antara keliling lingkaran dengan diameternya. Siswa juga dapat menjelaskan cara menemukan rumus keliling dan luas daerah lingkaran serta menggunakannya untuk menyelesaikan soal atau masalah yang berkaitan dengan keliling atau luas daerah lingkaran.

Aktivitas yang dilakukan peneliti pada fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengomentari hasil presentasi yang dibawakan oleh temannya. Pada setiap presentasi hasil diskusi kelompok, siswa mampu untuk menganalisis proses pemecahan masalah mengenai keliling lingkaran pada siklus I dan mengenai luas daerah lingkaran pada siklus II. Hal ini terlihat saat siswa yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya mampu untuk menjawab dengan baik pertanyaan dari teman mereka saat tanya jawab. Setelah melakukan tanya jawab, peneliti membantu siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Peneliti melaksanakan kegiatan penutup dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai materi yang dipelajari. Siswa dapat menyimpulkan dengan baik mengenai materi keliling lingkaran pada siklus I dan materi luas daerah lingkaran pada siklus II karena siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh saat menyelesaikan beragam masalah yang disajikan dalam kelompok belajar. Setelah kegiatan menyimpulkan selesai, peneliti menutup pembelajaran dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam.

Selanjutnya pertemuan ketiga pada setiap siklus, peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa. Tes akhir tindakan pada siklus I terdiri dari 5 soal. Berikut satu di antara soal yang diberikan: sebuah roda menggelinding sebanyak 417 kali. Jika diketahui panjang diameter roda tersebut adalah 42 cm, hitunglah panjang lintasan yang dilalui roda.

(8)

Gambar 3. Jawaban tes akhir tindakan siklus I siswa VS

Berdasarkan Gambar 3, siswa VS tidak menuliskan secara lengkap hal-hal yang diketahui pada soal (VS S1 01). Siswa VS menuliskan rumus yang benar untuk menghitung keliling roda yaitu (VS S1 02), tetapi pada langkah berikutnya siswa VS menuliskan yang seharusnya (VS S1 03). Kemudian, dilangkah ketiga siswa VS mengalikan 42 dengan 417 tanpa menghitung keliling roda terlebih dahulu (VS S1 04) yang menyebabkan jawaban akhir siswa VS salah (VS S1 05). Seharusnya, siswa VS menghitung keliling roda terlebih dahulu kemudian mengalikannya dengan 417 untuk mengetahui panjang lintasan yang dilalui oleh roda.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai kesalahan siswa VS sebagaimana transkrip wawancara berikut.

VS S1 47 P : Diketahui sebuah roda menggelinding sebanyak 417 kali, diameter rodanya 42 cm dan . Kemudian ditanyakan panjang lintasan yang dilalui roda. Sekarang penyelesaiannya, menurut VS apa yang harus dilakukan pertama?

VS S1 48 S : Menulis rumus yang mau digunakan kakak.

VS S1 49 P : Ya, karena langkah pertamanya adalah mencari keliling roda. Jadi rumus yang mau digunakan yaitu rumus untuk menghitung keliling lingkaran atau roda. Sekarang coba VS tuliskan.

VS S1 50 S : kakak?

VS S1 51 P : Ya, karena yang diketahui diamater lingkarannya. Coba lanjutkan. VS S1 52 S : (menulis) begini kakak? Hasilnya 132 cm.

VS S1 53 P : Ya, jadi kita sudah dapat keliling rodanya yaitu 132 cm. Kemudian untuk mengetahui panjang lintasan yang dilalui roda kita harus mengalikan keliling roda dengan berapa kali roda itu menggelinding. Coba VS tuliskan.

VS S1 54 S : Berarti 132 cm ini kakak dikali dengan 417. (menghitung) hasilnya 55.044 cm kakak.

Pelaksanaan tes akhir tindakan siklus II, satu di antara soal yang diberikan yaitu: sebuah taman akan ditanami bunga mawar. Setiap 1 m2 luas taman akan ditanami 4 bunga. Taman tersebut berbentuk lingkaran dengan diameter 14 m, berapa banyak tanaman mawar yang dibutuhkan untuk memenuhi taman itu?

Hasil tes akhir tindakan siklus II, dari 29 siswa kelas VIII E, 7 siswa memperoleh nilai tuntas, 17 siswa tidak tuntas dan 5 siswa tidak mengikuti tes akhir tindakan. Seperti pada tes akhir tindakan siklus I, pada tes akhir tindakan siklus II banyak siswa masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal yang telah dimodifikasi atau berbeda

VS S1 01

VS S1 02 VS S1 03

(9)

dengan contoh yang diberikan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari 24 siswa yang mengikuti tes pada siklus II terdapat 17 siswa tidak menjawab soal. Satu diantara siswa yang tidak menjawab soal yaitu siswa VS.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai kesulitan yang dialami siswa VS sebagaimana transkrip wawancara berikut.

VS S2 05 P : Nilainya VS lebih baik daripada waktu tes pertama, tapi masih belum tuntas. Menurutnya VS soal nomor berapa yang sulit?

VS S2 06 S : Soal yang nomor 4 kakak, saya tidak mengerti. Kemarin sudah mau dikumpul juga, jadi tidak saya kerja,

VS S2 09 P : Sekarang kita bahas nomor 4. Coba VS tuliskan apa saja yang diketahui dari soal.

VS S2 10 S : (menulis) yang diketahui diameter tamannya 14 m, nilai π yang digunakan yaitu kakak.

VS S2 11 P : Masih kurang lengkap adik, di soal juga diketahui setiap 1 m2 luas taman akan ditanami 4 batang bunga mawar. Ini juga penting karena nanti akan digunakan di penyelesaiannya. Sekarang apa yang ditanyakan?

VS S2 12 S : Yang ditanya banyaknya bunga yang diperlukan untuk memenuhi taman. VS S2 13 P : Ya betul sekali. Kemudian menurutnya VS untuk menyelesaikan soal ini apa

yang harus dilakukan pertama? VS S2 14 S : Saya tidak tahu kakak.

VS S2 15 P : Coba VS perhatikan disoal, dikatakan bahwa setiap 1 m2 luas taman akan ditanami 4 bunga mawar, berarti yang kita cari pertama adalah?

VS S2 16 S : luas tamannya kakak?

VS S2 17 P : Ya tepat, jadi yang harus dicari pertama adalah luas taman. Kalau mau cari luas tamannya kita pakai rumus yang mana?

VS S2 18 S : Karena yang ditahu diameternya berarti pake rumus kakak, VS S2 19 P : Ya, sekarang coba VS hitung berapa luas tamannya.

VS S2 20 S : (menghitung) 154 m2 kakak,

VS S2 21 P : Coba VS jelaskan ke kakak bagaimana langkah-langkahnya.

VS S2 22 S : Rumus yang dipake tadi jadi saya kasih masuk nilai d sama nilai

nya kakak, jadi . Kemudian sederhanakan 14 dengan

7 jadinya . Kemudian kalikan semuanya, hasilnya 616. Baru 616 saya bagi 4 jadi hasilnya 154 m2, betulkah?

VS S2 23 P : Ya betul, sekarang VS sudah dapat luas tamannya kemudian menurut VS apa yang harus dihitung selanjutnya?

VS S2 25 P : Selanjutnya VS sudah bisa menghitung banyaknya bunga yang diperlukan dengan cara mengalikan luas taman dengan banyak bunga yang ditanam setiap 1 m2 nya, yaitu 4. Kalau ditulis menjadi banyak bunga = 154 m2 × 4, coba VS hitung berapa hasilnya.

VS S2 26 S : Hasilnya 616 kakak

VS S2 27 P : Ya betul, jadi banyak bunga yang diperlukan untuk memenuhi taman adalah 616 batang. Sekarang VS sudah paham?

(10)

Tes akhir tindakan siklus I dan siklus II ini merupakan komponen untuk mengecek hasil belajar siswa. Pada setiap tes akhir tindakan, banyak siswa yang menuliskan rumus yang digunakan dengan benar tetapi mereka tidak bisa menyelesaikan soal dengan tepat. Hal ini dikarenakan mereka hanya menghafal rumus tanpa memahami penggunaannya dalam menyelesaikan beragam soal yang diberikan. Banyak siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal-soal yang telah dimodifikasi atau berbeda dengan contoh yang diberikan sebelumnya, seperti ketika siswa diminta untuk mencari nilai jari-jari apabila diketahui keliling atau luas daerah lingkarannya. Kemudian, banyak siswa yang kurang teliti saat menyelesaikan soal sehingga banyak melakukan kesalahan dalam operasi aljabar. Masih banyak siswa yang tidak menuliskan secara lengkap hal-hal yang diketahui dalam soal serta siswa menuliskan satuan yang tidak sesuai dengan permintaan soal sehingga skor yang diperoleh siswa tidak maksimal.

Aspek-aspek aktivitas peneliti yang diamati selama proses pembelajaran dalam lembar observasi pada siklus I dan siklus II meliputi: 1) menyiapkan siswa untuk belajar, 2) menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 3) memberikan arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan, 4) memberikan motivasi kepada siswa, 5) memberikan apersepsi kepada siswa, 6) menginformasikan kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari, 7) mengarahkan siswa untuk berorientasi pada masalah yang diajukan, 8) mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang, 9) membagi LKS pada masing-masing kelompok, 10) meminta siswa untuk mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk yang diberikan, 11) meminta siswa mendiskusikan masalah yang disajikan di LKS, 12) berkeliling untuk memantau aktivitas siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, 13) meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dan meminta kelompok lain untuk menanggapi, 14) mengecek hasil pekerjaan siswa dan memberi penilaian terhadap hasil kerja siswa, 15) memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya, 16) bersama-sama dengan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 17) membimbing siswa untuk membuat kesimpulan, 18) mengakhiri pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam, 19) efektivitas pengelolaan waktu dan 20) penampilan peneliti selama proses pembelajaran. Pada siklus I, untuk aspek 4 dan 19 memperoleh skor 3 atau berkategori cukup, aspek 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 17 dan 18 memperoleh skor 4 atau berkategori baik serta aspek 9, 13, 15 dan 20 memperoleh skor 5 atau berkategori sangat baik. Kemudian pada siklus II, untuk aspek 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18 dan 19 memperoleh skor 4 atau berkategori baik serta aspek 3, 10, 12, 13 dan 20 memperoleh skor 5 atau berkategori sangat baik.

(11)

4, 7 dan 12 memperoleh skor 5 atau berkategori sangat baik. Kemudian pada siklus II, untuk aspek 1, 2, 4, 5, 6, 10, 11 dan 14 memperoleh skor 4 atau berkategori baik serta aspek 3, 7, 8, 9, 12, 13 dan 15 memperoleh skor 5 atau berkategori sangat baik.

PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada siswa kelas VIII E yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi prasyarat, yaitu unsur-unsur lingkaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2006) menyatakan bahwa untuk mengungkap kemampuan awal siswa dapat dilakukan dengan pemberian tes yang berkaitan dengan materi ajar. Hasil tes awal juga digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan informan dan pembentukan kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan matematika.

Peneliti mengikuti fase-fase model PBI yang dikemukakan oleh Ibrahim (2005) saat melaksanakan tindakan yaitu: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Fase-fase model PBI ini dilaksanakan pada kegiatan inti pembelajaran.

Peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama, serta menyiapkan siswa untuk belajar dengan tujuan agar perhatian siswa sepenuhnya hanya pada peneliti dan pada pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryosubroto (2009) yang menyatakan bahwa membuka pembelajaran merupakan usaha peneliti untuk menciptakan kondisi awal perhatian siswa terpusat pada yang dipelajari sehingga akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar mengajar.

Aktivitas peneliti selanjutnya yaitu mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai agar siswa mengetahui arah pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdussakir (2009) bahwa tujuan pembelajaran perlu disampaikan kepada siswa sebelum membahas materi agar siswa dapat mengetahui arah kegiatan pembelajaran. Selanjutnya peneliti memberikan arahan bahwa kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengikuti fase-fase model PBI. Setelah memberikan arahan kegiatan, peniliti memberikan motivasi dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi keliling dan luas daerah lingkaran kepada siswa. Pemberian motivasi ini bertujuan menumbuhkan minat belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Muda (2009) bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian peneliti melakukan apersepsi dengan mengingatkan atau mengecek kemampuan prasyarat siswa pada materi unsur-unsur lingkaran. Apersepsi dilakukan untuk memberikan penguatan terhadap pengetahuan prasyarat siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Paloloang (2014) yang menyatakan bahwa apersepsi dilakukan untuk memperbaiki dan memberikan penguatan terhadap pengetahuan prasyarat siswa.

(12)

Pada fase mengorganisasikan siswa untuk belajar, peneliti mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok belajar yang heterogen kemudian membagikan LKS ke masing-masing kelompok untuk dikerjakan. Masih ada siswa yang menolak untuk bergabung dengan kelompok belajarnya pada siklus I karena siswa tersebut kesulitan untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan satu anggota kelompoknya, tetapi di siklus II semua siswa langsung membentuk kelompok sesuai dengan anggota kelompok yang telah ditentukan peneliti. Siswa yang pada siklus I menolak untuk bergabung dengan kelompoknya, tidak lagi melakukan hal tersebut karena peneliti menukar kelompok beberapa siswa yang mengalami kendala dengan kelompok belajarnya pada siklus I. Hal ini sesuai dengan pendapat Kustyowati (2013) bahwa beberapa variabel yang menentukan terhadap hasil kerja kelompok adalah: 1) kecerdasan setiap anggota kelompok dalam memahami masalah, merencanakan dan melaksanakan secara efisien, serta 2) sifat-sifat kepribadian setiap anggota kelompok terutama dalam hubungan dengan orang lain.

Aktivitas yang dilakukan peneliti pada fase membimbing penyelidikan individual maupun kelompok yaitu berkeliling memantau dan mengontrol jalannya diskusi kelompok, serta memberikan bimbingan secukupnya pada siswa yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan LKS. Hal ini sesuai dengan pendapat Wulan (2013) bahwa peran peneliti dalam pengajaran berdasarkan masalah adalah berkeliling kelas untuk memfasilitasi diskusi, mengajukan pertanyaan dan membantu siswa untuk menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

Pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya, peneliti memilih secara acak siswa menjadi perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Pemilihan siswa secara acak bertujuan agar siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai pendapat Sanjaya (2008) bahwa dalam implementasi PBI ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, PBI tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBI siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

Aktivitas peneliti pada fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hasil presentasi yang dibawakan oleh temannya. Kemudian, peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilalui melalui tanya jawab. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2010) bahwa tugas peneliti pada tahap akhir pengajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

Pada kegiatan penutup, peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menutup pembelajaran dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam. Hal ini sejalan dengan pendapat Dwijananti (2010) bahwa orang yang berpikir kritis akan mengevaluasi yang kemudian menyimpulkan suatu hal berdasarkan fakta untuk membuat suatu kesimpulan, satu ciri orang yang berpikir kritis akan selalu mencari dan memaparkan hubungan antar masalah yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang relevan.

(13)

4 aspek berkategori sangat baik, 10 aspek berkategori baik, dan 1 aspek berkategori cukup mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 7 aspek berkategori sangat baik dan 8 aspek berkategori baik.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa aktivitas peneliti dan aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dan indikator keberhasilan tindakan telah tercapai, sehingga dapat disimpulkan penerapan model PBI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu pada bahasan keliling dan luas daerah lingkaran dengan mengikuti fase-fase yaitu: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningtyas dan Kusrini (2013), yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan model PBI pada materi barisan dan deret di kelas XII SMA Muhammadiyah 1 Jombang adalah tuntas pada penilaian kognitif.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu pada bahasan keliling dan luas daerah lingkaran dengan mengikuti fase-fase yaitu: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Aktivitas peneliti pada fase orientasi siswa pada masalah yaitu menyampaikan materi kemudian menyajikan masalah yang berkaitan dengan materi keliling lingkaran pada siklus I dan materi luas daerah lingkaran pada siklus II dan mengajak siswa untuk memahami masalah yang disajikan serta mencari penyelesaiannya. Pada fase mengorganisasikan siswa untuk belajar, peneliti mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang heterogen kemudian menyelesaikan LKS yang diberikan. Aktivitas peneliti pada fase membimbing penyelidikan individual maupun kelompok yaitu memberikan bantuan secukupnya kepada siswa yang mengalami kesulitan saat melakukan percobaan sederhana dan ketika siswa mengaplikasikan hasil temuannya untuk menyelesaikan masalah yang ada di LKS. Kemudian pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya, peneliti menunjuk siswa secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dan siswa sudah mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan penguasaan materi dan proses pengerjaan yang cukup baik. Pada fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengomentari hasil presentasi yang dibawakan oleh temannya, hasilnya siswa mampu untuk menganalisis proses pemecahan masalah mengenai keliling lingkaran di siklus I dan mengenai luas daerah lingkaran di siklus II pada presentasi hasil diskusi kelompok.

SARAN

(14)

PBI perlu memperhatikan pengaturan waktu dan metode yang digunakan serta perlu mencari alternatif kegiatan yang lebih menarik bagi siswa agar pengalaman siswa lebih berkesan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbdusakir dan Achadiyah, N. L. (2009). Pembelajaran Keliling dan Luas Lingkaran dengan Strategi REACT pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Mojokerto.

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan

Pendidikan Matematika FMIPA UNY [Online]. Tersedia:

http://eprints.uny.ac.id/7040/1/P24-Abdussakir-Nur%20Laili%20Achadiyah.pd f [22 Agustus 2016]

Bruner, J. S. (1977). The Process of Education Revised Edition. New York: Harvard University Press [Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=S6FK W90QY40C&pg=PR21&lpg=PR21&dq=The+Process+of+Education,+ Revised+ Edition+Oleh+Jerome+S.+BRUNER&source=bl&ots=lbj1ji21pZ&sig=WI7OltnzWxza A7RWGn2up0ro84&hl=id&sa=X&redir_ esc=y [09 Nopember 2016]

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas.

Dwijananti, P dan Yulianti, D. (2010). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan.

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 6 [Online]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/viewFile/1122/ 1039 [ 13 Nopember 2015]

Ibrahim, M. (2005). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Latar Belakang, konsep dasar, dan contoh implementasinya). Surabaya: Unesa University Press

Ibrahim, M. dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press

Kemmis, S., McTaggart, R dan Nixon, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Cristical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id/book?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover &dg=kemmis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#=onepage&q=kemmis%20 and%20mctaggart&f=false. [ 26 Agustus 2016]

Kustyowati, E. (2013). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Menghitung Keliling dan Luas Lingkaran dengan Metode Diskusi dan Kerja Kelompok di Kelas VIII B SMP Negeri 30 Surabaya. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Vol. 5 [Online]. Tersedia: http://dispendik.surabaya.go.id/surabayabelajar/jurnal/199/5.6. pdf [13 Nopember 2015]

Miles, M. B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI-Press. Muda, A. W. (2009). Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Balai Diklat

Keagamaan Padang [Online]. Tersedia: http://bdkpadang.kemenag.go.id/ index.php? option=com_content&view=article&id=452:strategi-menumbuhkan-motivasi-belajar-peserta-didik&catid=41:top-headlines [09 Nopember 2016]

(15)

Persekutuan Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Tadulako. Vol. 2 No. 1 [Online]. Tersedia: http:// jurnal.untad.ac.id/jurnal/ index.php/JEPMT/article/view/3232. [22 Juli 2016]

Prasetyo, H. (2011). Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung di Kelas IX H SMP Negeri 2 Majenang. Skripsi Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/1841/1/PENERAPAN_ MODEL_PROBLEM_BASED_INSTRUCTION_(PBI)_UNTUK_MENINGKATKAN _KEMAMPUAN_PEMECAHAN_MASALAH_MA.pdf [24 Oktober 2016]

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran . Jakarta: Kencana.

Supriyanto, B. (2014). Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI B Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal Pancaran. Vol. 3 No. 2 [Online] Tersedia: http://jurnal.unej.ac.id/ index.php/pancaran/article/viewFile/ 753/571 [13 Nopember 2015]

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif : Konsep Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Uno, H. B. (200 6). Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Wahyuningtyas, M. dan Kusrini. (2013). Penerapan Model Problem Based Instruction

(PBI) pada Materi Barisan dan Deret di Kelas XII SMA Muhammadiyah 1 Jombang.

Jurnal MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol. 2 No. 2 [Online]. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/2699/baca artikel. [05 Oktober 2015].

Wicaksono, A. (2013). The Applying of Process Skill Approach to Improve the Results of Student’s Study at Circumference and Area of Circle in Class VIII F MTsN Model Palu Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Palu: FKIP Universitas Tadulako

Gambar

Gambar 1. Jawaban tes identifikasi masalah siswa MR
Gambar 2. Kesalahan siswa dalam menjawab soal tes awal
Gambar 3. Jawaban tes akhir tindakan siklus I siswa VS

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis sampel dilaporkan kepada penanggungjawab atau pimpinan laboratorium. Bila ada kejadian khusus yang dialami harus dilaporkan guna diambil tindakan secara tepat.

[r]

Hence, the proposed approach belongs to the fam- ily of multivariate kriging , where LULC pattern is the primary prediction attribute, and the two other correlated

Jika dibandingkan tingkat pengangguran kabupaten/kota dengan tingkat pengangguran provinsi, secara umum ada lima kabupaten/kota yang memiliki tingkat pengangguran di

The transformNode metho d returns a String value c o ntaining a fo rmatted XML do c ument using the spec ified XSL style sheet.. You m ust use the r eadyState property

Lampiran 5 Peta Overlay Depth Structure dan Slice Atribut Ant TrackingLapangan Boeing, Formasi Kujung, Cekugan Jawa Timur Utara. Lampirn 6 Permodelan Fasies dan

Sejalan dengan hal tersebut dalam buku Quantum Learning dituliskan bahwa anak didik memiliki modalitas belajar yang dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu visual,

[r]