• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN UJI L (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN UJI L (1)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Kata Pengantar

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Jalan Raya di Laboratorium Bahan Bangunan

Mata Kuliah:

Konstruksi Jalan Raya

Dosen Pengampu:

Faqih Ma’arif, A.Md.T., S.Pd.T., M.Eng.

disusun oleh:

Ricky Darmawan (14505241055)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa sholawat serta salam selalu terpanjatkan keharibaan Nabi Muhammad SAW semoga syafaat serta salam selalu tercurah untuk kita semua di hari kiamat nanti.

Ucapan terimakasih dengan tulus penulis sampaikan teruntuk:

1. Bapak Faqih Ma’arif A.Md.T., S.Pd.T., M.Eng selaku dosen pengampu.

2. Mas Muhammad Nuruzzudin selaku asisten dosen.

3. Bapak Kimin Triono S.Pd.T. selaku teknisi laboratorium bahan bangunan. 4. Teman-teman dari kelas 6B1 yang turut serta dalam praktikum.

Penulis sadar bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna. Maka kritik dan saran yang membangun amat sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 02 Februari 2017

Penulis

(3)

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

A. Jenis Pengujian 1

B. Kajian Teori 1

1. Aspal 1

2. Jenis-Jenis Aspal 2

3. Kegunaan Aspal 4

C. Alat dan Bahan 4

1. Alat 4

2. Bahan 8

D. Langkah Kerja 9

E. Penyajian Data 10

F. Pembahasan 11

G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum 12

H. Kesimpulan 12

I. Saran-Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Hasil Pengujian 11

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cawan 5

Gambar 2. Kompor Listrik 6

Gambar 3. Penjepit 6

Gambar 4. Termometer 7

Gambar 5. Piring 7

Gambar 6. Stopwatch 8

Gambar 7. Sendok 8

Gambar 8. Kain Lap 9

Gambar 9. Aspal 9

Gambar 10. Kerosene 10

Gambar 11. Perlengkapan Alat 15

Gambar 12. Pengukuran Suhu Awal 15

Gambar 13.Proses Awal Pemanasan Bitumen 15

Gambar 14. Proses Pengadukan Aspal Mencair 16

Gambar 15. Kontrol Pengukuran Suhu 16

(6)

A. JENIS PENGUJIAN

Pengujian yang dilakukan adalah mengukur pemanasan bahan bitumen pada suhu tertentu. Ini merupakan pengujian yang pertama kali dilakukan. Pengujian ini bertujuan untuk mengangkat oksigen yang terkandung di dalam bitumi yang masih ‘lembek’. Caranya adalah dengan dipanaskan pada suhu lebih dari 100°C. Sedangkan suhu yang diukur

adalah kisaran antara 110°-120°C. Dengan mengetahui kapan aspal tersebut mencair sempurna maka dapat diketahui pula kapan saat terbaik

untuk proses pencampurannya dengan bahan lain.

B. KAJIAN TEORI

1. Aspal

Dari sejarahnya dapat diketahui bahwa kata aspal berasal dari kata atau asphalt (USA), atau bitumen (Inggris) Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia aspal mempunyai arti sebagai berikut:

a. Campuran hidrokarbon alam yang amorf berwarna coklat hitam dan berupa zat padat atau setengah padat yang dihasilkan dari minyak bumi dengan suhu pembakaran tinggi.

b. Bahan pelapis jalan yang rupanya seperti ter.

Menurut Sukirman (2003:26-27),.aspal adalah material termoplastik yang akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur, yang dipengaruhi komposisi kimiawi aspal walaupun mungkin mempunyai nilai penetrasi atau viscosity yang sama pada temperatur tertentu. Aspal yang mengandung lilin lebih peka terhadap temperatur

(7)

Menurut Suprapto (2004:11), secara fungional aspal merupakan bahan utama dalam perkerasan jalan. Aspal memiliki beberapa jenis, yaitu aspal alam, aspal keras, aspal cair, dan aspal modifikasi. Yang memiliki bahan susun berupa senyawa Hidrokarbon yang terdiri dari parafins, naptene, aromatics. Kemudian bahan tersebut membentuk kelompok-kelompok yang disebut:

a) Asphaltenese

Kelompok ini membentuk butiran halus, berdaasarkan aromatic

benzene structure serta mempunyai berat molekul tinggi. b) Oils

Kelompok ini membentuk cairan yang melarutkan aspahaltenese, tersusun dari parafins (waxy), cyclo paraffins (wax-free), dan aromatics serta mempunyai berat molekul rendah.

c) Resins

Kelompok ini membentuk cairan menyelubungi asphaltenese dan mempunyai berat molekul sedang. Selanjutnya gabungan resins dan oil sering juga disebut maltenese.

2. Jenis-Jenis Aspal

Aspal yang digunakan sebagai bahan utama untuk perkerasan jalan terbagi atas dua jenis yaitu:

a. Aspal Alam

Aspal alam adalah aspal yang terdapat di alam yang terkandung dalam deposit batuan dengan jumlah kandungan air dan kadar bitumen yang berubah-ubah, yang disebabkan oleh cuaca. Aspal jenis ini banyak terkandung di alam.

Menurut Suprapto (2004:12), proses terjadinya yaitu di

(8)

Aspal alam terdiri atas senyawa organik dan mineral dann mengandung sejumlah air yang terkandung di alam. Komponen organik terdiri dari campuran kompleks dari hidrokarbon,

asphaltenes, dan senyawa organik lain dengan kandungan sulfur, oksigen, dan nitrogen. Kandungan lainnya adalah logam vanadium, nikel, besi dan logam lainnya (Yen dan Chilingar, 2000:37).

Menurut Suprapto (2004:11-12), aspal alam dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1) Lake Asphalt

Yang terdapat di Ttrinidad, Bemuda dengann bahan-bahan komposisi

- 40% bitumen - 30% bahan eteris - 25% bahan mineral - 5 % bahan organik 2) Batu Aspal (Rock Asphalt)

(9)

Aspal keras digunakan untuk bahan pembuatan AC. Aspal yang digunakan dapat berupa aspal keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang memenuhi persyaratan aspal keras.

2) Aspal Cair

Menurut Sukirman (2003:30), aspal cair (cutback

asphalt) yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti

minyak tanah, bensin, atau solar. Menurut bahan pencairnya aspal cair dibedakan menjadi rapid curing cut back asphalt (RC), medium curing cut back asphalt (MC) dan slow curing cut back asphalt (SC).

3) Aspal Emulsi

Menurut Sukirman (2013:30), aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi yang dialkukan di pabrik pencampur. Sehingga membuatnya lebih cair dari aspal cair. Di dalamnya terdapat butir-butirnya larut dalam air. Untuk menghindari bentukan butir yang lebih besar maka diberi muatan listrik yang dibedakan menjadi dua yaitu kationik, anionik dan nonionik.

4) Ter

Menurut Yen and Chilingar (2000:44), istilah 'pasir tar' telah didefinisikan dalam aksi konservasi minyak dan gas Albertha sebagai pasir yang memiliki bahan hidrokarbon minyak mentah yang sangat kental dan tidak dapat didapatkan dalam keadaan alami dengan metode produksi biasa. Tegasnya

(10)

3. Kegunaan Aspal

Aspal memiliki beberapa kegunaan antara lain:

a. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas (water proofing, perlindungan terhadap erosi) b. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.

1) Resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang

diletakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.

2) Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang

diletakan di atas jalan yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara keduanya. 3) Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar,

agregat halus, dan filler.

C. ALAT DAN BAHAN

Dalam setiap pengujian tentu ada bahan yang diuji dan alat untuk menguji. Sesuai peraturan yang tercantum dalam SNI untuk metode pengujian bahan bitumen maka dibawah ini merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian.

1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini terdiri dari

a. Cawan

Cawan berfungsi sebagai wadah untuk aspal yang akan dipanaskan. Cawan yang digunakan pada saat pengujian adalah cawan contoh terbuat dari logam berbentuk silinder dengan dasar

rata berdiameter ± 5 cm.

(11)

b. Kompor Listrik

Kompor listrik digunakan untuk memanaskan cawan yang berisi aspal yang masih ‘beku’.

Gambar 2. Kompor Listrik

c. Penjepit

Pada saat cawan yang berisi aspal ‘beku’ dinaikkan keatas kompor listrik yang terjadi adalah aspal mulai mengalami proses pelelehan. Ketika cawan dalam kondisi panas dibutuhkan sebuah alat penjepit yang akan digunakan untuk mengangkat cawan tersebut.

Gambar 3. Penjepit

a. Termometer

(12)

suhu yang akan diamati adalah kisaran antara 110°-120°C maka termometer yang digunakan harus memiliki kapasitas pengukuran suhu hingga 200°C.

Gambar 4. Termometer

b. Piring

Piring berfungsi sebagai tatakan untuk meletakkan cawan. Untuk berjaga-jaga apabila aspal di dalam cawan yang dipanaskan akan meluap dan tumpah ke kompor listrik. Dan piring yang digunakan terbuat dari seng sehingga mampu menghantarkan panas dengan baik dari kompor listrik ke cawan.

Gambar 5. Piring

c. Pengatur Waktu (Stopwatch)

(13)

skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi per 60 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.

Gambar 6. Stopwatch

d. Pengaduk

Untuk memudahkan dan mempercepat proses pencairan aspal perlu dilakukan pengadukan agar seluruh partikel dapat mencair. Dan juga agar supaya aspal dapat mengeluarkan oksigen didalamnya. Maka diperlukan suatu alat untuk mengaduk. Pengaduk cukup menggunakan sendok.

Gambar 7. Sendok

e. Kain Lap

(14)

Gambar 8. Kain Lap

2. BAHAN

Dibawah ini merupakan daftar bahan yang digunakan dalam pengujian

pemanasan aspal. Selain bahan utama terdapat juga bahan pendukung yang berguna untuk memudahkan di dalam langkah-langkah pengujian ini.

a. Aspal

Aspal/bitumen yang digunakan dalam pengujian ini adalah aspal yang dijual di pasaran. Mula-mula aspal diambil dari satu penyimpanan berupa drum. Sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan populasi. Saat proses pengambilan aspal, sampel dalam kondisi lembek dan lengket.

Gambar 9. Aspal

b. Kerosene (Minyak Tanah)

(15)

yang menempel dari padanya maka dapat dibersihkan dengan mudah apabila menggunakan kerosene.

Gambar 10. Kerosene

D. LANGKAH KERJA

Pengujian ini terdiri dari dua tahap yaitu persiapan alat dan bahan yang diperlukan dan pelaksanaan. Langkah kerjanya adalah:

a. Alat dan bahan disiapkan

b. Isi cawan kosong dengan aspal. Padatkan hingga menyentuh garis batas bawah pada cawan.

c. Termometer diambil dan ditusukkan hingga setengah bagian aspal di dalam cawan. Kemudian suhunya dicatat.

d. Kompor listrik yang sudah disiapkan kemudian dinyalakan

e. Piring diletakkan di atas kompor yang sudah menyala

f. Setelah kompor dirasa cukup panas cawan dinaikkan ke atas kompor. g. Pengatur waktu dihidupkan.

h. Amati prosesnya. Lihat apakah mulai terjadi perubahan.

i. Apabila aspal sudah meleleh sempurna termometer dimasukkan ke dalam cawan. Suhu diamati.

j. Apabila suhu yang diinginkan sudah dicapai pengatur waktu dimatikan.

(16)

l. Cawan diturunkan dari atas kompor listrik menggunakan penjepit. m. Aspal yang telah mencair ditunggu hingga dingin lalu simpan untuk

bahan praktikum selanjutnya. n. Alat dan laboratorium dibersihkan.

E. Penyajian Data

Pengujian dilakukan pada hari selasa tanggal 28 Februari 2017 di

laboratorium bahan bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Pengujian

berlangsung selama ± 1 jam yang dimulai pada pukul 11.07–12.04 WIB dengan kondisi cuaca cerah. Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian yang telah dilakukan.

Tabel 1. Data Hasil Pengujian

NO JENIS PENGUJIAN AWAL SUHU (°C) AKHIR WAKTU

1

PEMANASAN

BAHAN BITUMEN 31,5°C 118°C 9 : 56 :35

F. Pembahasan

Praktikum ini merupakan proses awal dari keseluruhan praktikum uji penetrasi aspal. Sekaligus merupakan praktikum dasar bagi praktikum-praktikum yang selanjutnya akan dilakukan. Yaitu ketika aspal dijadikan

sebagai bahan utama atau bahan campuran maka agar hasilnya baik aspal harus dalam keadaan cair telebih dahulu.

(17)

Pengujian ini bertujuan untuk mengangkat oksigen yang terkandung di dalam bitumi yang masih ‘lembek’. Caranya adalah dengan dipanaskan pada suhu lebih dari 100°C. Sedangkan suhu yang diukur adalah kisaran antara 110°-120°C. Dengan mengetahui kapan aspal tersebut mencair sempurna maka dapat diketahui pula kapan saat terbaik untuk proses pencampurannya dengan bahan lain.

Ketika aspal dipanaskan hingga suhu 110°C partikel-partikel aspal yang sudah mencair akan menjadi monolit. Yaitu masa dimana aspal

akan menjadi lebih menyatu apabila akan dilakukan pencampuran dengan bahan lainnya. Dengan saling mengisinya partikel tersebut maka aspal akan menjadi semakin kuat ketika sudah memadat nantinya.

Data suhu ruangan menunjukkan angka 31,5°C. Pada pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa kenaikan suhu aspal dibarengi dengan melelehnya aspal secara perlahan. Hingga tepatnya ketika termometer menunjukkan angka 80°C kenaikan mulai terlihat signifikan. Maka ketika mencapai suhu 110°C aspal sudah mencair seluruhnya.

G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum.

Pada dasarnya pengujian ini tidaklah terlalu sulit dilakukan. Karena apabila semua anggota kelompok mengetahui dan melaksanakan tugasnya masing-masing kemudian saling bekerja sama dalam menyelesaikan pengujian ini, tentunya tidak akan menemui kendala yang berarti. Sedangkan kendala yang dialami adalah:

1. Aspal yang ‘lembek’ menyebabkan kesulitan saat proses pengambilan

bahan.

2. Ruang praktikum yang serba terbatas kurang mengakomodir

kebutuhan praktikkan menyulitkan mobilisasi dan koordinasi.

3. Kesulitan dalam mengabadikan perubahan suhu yang terjadi pada termometer.

(18)

H. Kesimpulan

Kesimpulan dari pengujian ini adalah aspal akan mencair secara maksimal ketika dipanaskan hingga suhunya mencapai lebih dari 110°C. Ketika mencair, partikel-partikelnya akan menjadi lebih monolit sehingga lebih menyatu ketika memadat nantinya. Dikarenakan adanya proses saling isi antar partikel di dalam rongga-rongga terkecilnya.

I. Saran

Sebelum praktikum dimulai:

1. Setiap anggota kelompok harus sudah paham akan tugasnya masing-masing. Sehingga tidak ada miskomunikasi yang megakibatkan gagalnya praktikum atau kurangnya informasi yang didapat dari pengujian tersebut.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, Silvi. (2003). Beton Aspal Campuran Panas. 1 . ed. Jakarta: Granit.

Suprapto. (2004). Bahan dan Struktur Jalan Raya. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Biro Penerbit KMTS FT UGM.

Yen dan Chilingar. (2000). Bitumens Asphalt Tar Sands. Netherland: Elsevier.

SNI 06-2456-1991: Metode Penetrasi Bahan-bahan Bitumen. Departemen Pekerjaan Umum, Standar Nasional Indonesia.

(20)

LAMPIRAN

Gambar 11. Perlengkapan Alat.

Gambar 12. Pengukuran Suhu Awal.

(21)

Gambar 14. Proses Pengadukan Aspal Mencair.

Gambar 15. Kontrol Pengukuran Suhu.

(22)
(23)

Lembar Konsultasi

Gambar

Gambar 1. Cawan
Gambar 2. Kompor Listrik
Gambar 5. Piring
Gambar 7. Sendok
+6

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa pada Siswa Kelas VIII MTs.. Al-Akbar Senepo Slahung

Hal yang ingin disampaikan adalah walaupun atlet paralimpian memiliki keterbatasan baik fisik maupun non-fisik, mereka dapat bergerak bebas / beraktivitas seperti layaknya manusia

seluruh jenis kegiatan yang ada dalam suatu baruga sebagai wadah pembinaan, pengembangan dan pelestarian bentuk-bentuk tari-tarian tradisional di Kabupaten Gowa.. Untuk mudahnya

Berdasarkan uraian di atas penggunaan tepung kulit nanas yang difermentasi dengan yoghurt kedalam ransum yang mengandung gulma berkhasiat obat sebagai feed additive

Nilai Tambah usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung Mocaf di daerah penelitian (tahun 2013). Variabel

Sampel yang diujikan adalah enzim dari ekstrak protein kasar bakteri asal perairan papuma Kabupaten Jember.Hasil pengujian zimografi menunjukan adanya satu pita

Terbe (1977) szerint a paprikánál a közegek és földkeverékek túlzottan magas sótartalma csúcsrothadást és termés aprósodást vált ki. A kísérletben vizsgált

Pada masing-masing kategori aktivitas belajar siswa, manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif TGT dengan