• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN KURIKULUM 2013

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat pendidikan Dosen Pengampu :

ARI WAHYUDI

Disusun oleh :

RATNA DEWI PALUPI [ 140405640XX ] ZUSNI IQBALURROZA [ 14040564044 ] YASHINTA AGUSTYNA [ 14040564049 ] RANI ARDIAWATI [ 14040564051 ]

SHINTA VIRGIANANDA [ 14040564054 ] INTAN DEVI ORLITA SARI [ 14040564055 ]

PRODI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik dan juga peserta didik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern dan kritis. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk menuju kehidupan yang lebih baik, dan masalah sukses tidaknya pendidikan tidak lepas dari faktor pembawaan dan lingkungan. Pembawaan dan lingkungan merupakan hal yang tidak mudah untuk dijelaskan sehingga memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit.

Dalam hal ini akan dipaparkan beberapa pendapat dari aliran-aliran klasik, di antaranya aliran nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi, serta pengaruhnya terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia. Selain itu, akan dipaparkan pula aliran-aliran filsafat modern, diantaranya aliran progresivisme, esensialisme, perenialisme, dan rekonstruksionisme.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang termasuk aliran filsafat pendidikan klasik ? 2. Apa saja yang termasuk aliran filsafat pendidikan modern ? 3. Apa itu kurikulum 2013 ?

4. Aliran filsafat pendidikan apa yang sesuai untuk menjelaskan kurikulum 2013 ?

C. Tujuan

(3)

2. Menjelaskan aliran yang tergabung dalam filsafat pendidikan modern.

3. Menjelaskan Kurikulum 2013.

4. Mengetahui aliran filsafat yang sesuai untuk menjelaskan Kurikulum 2013.

BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR DAN DEFINISI ALIRAN - ALIRAN KLASIK PENDIDIKAN

(4)

Kajian tentang berbagai aliran pendidikan tersebut berguna sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan para tenaga kependidikan. Hal ini sangat penting agar para tenaga kependidikan dapat memahami dan memberikan konstribusi terhadap dinamika pendidikan dalam sebuah kondisi masyarakat.

2. ALIRAN-ALIRAN KLASIK PENDIDIKAN a. Nativisme

Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini muncul dari filsafat nativisma (terlahir) dari kata sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati.

Pelopor aliran Nativisme adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880. Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.

Tujuan-Tujuan Teori Nativisme

1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki

Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal ini, mudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.

(5)

Dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.

3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan

Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya.

4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang

Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.

5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki.

Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, denga artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya sehingga bisa lebih optimal.

(6)

demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis.

b. Empirisme

Aliran empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Tokoh utamanya John Locke (1632-1704).

Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.

Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik.Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis

.

c. Konvergensi

Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.

(7)

Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi.

Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.

d. Naturalisme

Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ.Rousseau(1712-1778). Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme.

(8)

Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata” dan juga pengalaman teman sebaya.

f. Konstruktivisme

Jean Piaget psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Konstruktivisme menekankan perkembangan dan konsep dan pengertian yang lebih mandalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya.

Penerapan pendidikan dengan pola konstruktivisme diwujudkan dengan mengajak siswa secara aktif membangun konsep-konsep kognitif. Guru tidak sekedar memberi, namun siswa mencari secara aktif, dan mengembangkannya. Satu contoh misalnya dalam pembelajaran sain. Siswa terlebih dahulu diajak untuk mengamati fenomena-fenomena alam yang ada seperti pelangi, banjir, merebaknya hama tanaman tertentu. Melalui fenomena yang ada, guru mengarahkan siswa untuk mencari penyebabnya. Siswa menemukan sendiri penyebab terjadinya pelangi, banjir ataukah hama.

(9)

atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru memberikan kepada siswa anak tangga untuk membawa siswa kepada pemahaman yang lebih tinggi dan siswa harus memanjat sendirianak tangga tersebut.

Pendidikan dengan pola konstruktivisme, akan menciptakan pengalaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong siswa untuk berfikir dan berfikir ulang lalu mendemonstrasikan. Siswa yang kreatif, akan mudah menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Tentunya ini akan berkaitan pula dengan kemampuannya menjawab soal-soal ujian akhirnya.

3. KONSEP DASAR DAN DEFINISI ALIRAN - ALIRAN MODERN PENDIDIKAN

Kemunculan filsafat modern sebetulnya seiring dengan zaman baru atau “renaisance” dalam Istilah Barat, sekitar abad 15 dan 16 di masa abad pertengahan. Renaisance berarti kelahiran kembali; yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani-Romawi). yang paling penting dari masa ini adalah timbulnya ilmu pengetahuan Alam yang modern berdasarkan eksperimental dan matematis. Perintis jalan baru untuk perkembangan ilmiah modern adalah Leonardo Da Vinci (1452-1519), Nicolas Copernicus (1473-1543), Johanes Kepler (1571-1630) dan Galileo (1564-1643).

Bapak filsafat modern adalah Rene Descartes (1596-1650), bahkan setiap filosof modern merupakan pengikutnya. prinsip Cagito ergo sum (saya berfikir, maka saya ada) menjadi inspirasi pemikiran yang banyak melahirkan banyak philosophy-rasionalisme.

(10)

a. Progresivisme

Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisasurvive menghadapi semua tantangan hidup. Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.

Aliran ini berpendapat bahwa sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” alearning by doing.

b. Esensialisme

(11)

yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Penganut aliran ini berpendapat bahwa belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai social angkatan baru yang timbul untuk ditambah, dikurangi dan diteruskan pada angkatan berikutnya.

c. Perenialisme

Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi sseorang untukk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.

Aliran ini berpendapat bahwa Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik kea rah kematangan. Matang dalam arti hiodup akalnya. Jadi, akl inilah yang perlu mendapat tuntunan kea rah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.

(12)

keberhasilan anak dalam nidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.

d. Rekonstruksionisme

Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa

Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.

Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.

5. KURIKULUM 2013

(13)

yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.

Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, menyatakan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurikulum ini selama satu

semester pada tanggal 5 Desember 2014

Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

(14)

2. Keterampilan

Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.

3. Sikap

Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.

(15)

gbr. Rapor Kurikulum 2013

6. ALIRAN UNTUK MENJELASKAN KURIKULUM 2013

Aliran yang tepat untuk menjelaskan Kurikulum 2013 adalah aliran konstruktivisme. Konstruktivisme menekankan perkembangan dan konsep dan pengertian yang lebih mandalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya.Penerapan pendidikan dengan pola konstruktivisme diwujudkan dengan mengajak siswa secara aktif membangun konsep-konsep kognitif. Guru tidak sekedar memberi, namun siswa mencari secara aktif, dan mengembangkannya.

Ciri-ciri konstruktivisme dalam pembelajaran

1. Siswa aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

(16)

3. Proses pembinaan pengetahuan pada siswa melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran yang terdahulu dengan pembelajaran yang terbaru

4. Membandingkan informasi baru dengan pemahaman yang sudah ada

5. Ketidak-seimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama

6. Bahan pengajaran dikaitkan dengan pengalaman siswa untuk menarik minat belajarnya

Pembelajaran konstruktivisme sebaiknya melibatkan guru yang konstruktif pula. Guru tidak hanya memberi pengetahuan kepada siswa, tetapi guru membantu siswa membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru memberikan kepada siswa anak tangga untuk membawa siswa kepada pemahaman yang lebih tinggi dan siswa harus memanjat sendirianak tangga tersebut.

Guru yang konstruktivisme memiliki ciri- ciri:

1. Mendukung dan menerima inisiatif dan otonomi siswa.

2. Mencari tahu tentang pengertian siswa akan konsep yang diberikan sebelum membagi pengertian mereka akan konsep tersebut.

3. Mendukung siswa untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru atau sesama siswa.

4. Memberikan pertanyaan terbuka untuk mendorong siswa bertanya.

(17)

6. Mengajak siswa terlibat dalam pengalaman yang mungkin bertentangan dengan hipotesa awal mereka dan kemudian mendorongnya untuk diskusi.

7. Memberi waktu bagi siswa untuk membentuk hubungan dan menciptakan metafora atau perumpamaan

8. Mengembangkan keinginan dari siswa dengan sering menggunakan model lingkaran belajar atau siklus belajar.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

(18)

baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong siswa untuk berfikir dan berfikir ulang lalu mendemonstrasikan hasil pemikirannya.

Pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan yang ada di lingkungan, dan selalu mengikuti perkembangan, akan memperluas pandangan siswa, sehingga pengetahuannya tidak terbatas pada apa yang didapat di kelas. Pengetahuannya berkembang sesuai tuntutan zaman, sehingga pada saatnya nanti harus bekerja, aplikasi ilmunya sesuai dengan apa yang diperlukan saat itu.

2. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga mengenai aliran filsafat klasik, modern, serta kurikulum 2013. Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini tak lepas dari kesalahan. Oleh karenanya, penulis sangat membuka apabila ada yang ingin menyampaikan saran demi memperbaiki penulisan makalah ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

https://www.google.com/search?

q=rapor+kurikulum+2013&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=DDP5VK PKDIGRuATu3YHQCg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1366&bih=629#im grc=ILKd67C3jCCAzM%253A%3Bt0uxInYYGiprWM%3Bhttps%253A %252F%252Ffatkoer.files.wordpress.com

%252F2013%252F10%252Frapor-smp.png%3Bhttps%253A%25 2F %252Ffatkoer.wordpress.com

(19)

Web

Wikipedia. 2015. Kurikulum 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/ Kurikulum_2013. Diakses pada : 5 Maret 2015

Burhanudin, Afid. 2013. Aliran – Aliran Klasik Pendidikan. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/26/aliran-aliran-klasik-pendidikan-2/. Diakses pada : 5 Maret 2015.

Molle, Julian Errick. Apa Itu Kurikulum 2013 ?. http://www.gubugin formasi.com/2014/04/apa-itu-kurikulum-2013.html. Diakses pada : 5 Maret 2015

Referensi

Dokumen terkait

 Dalam filsafat hukum dikenal pembagian pelbagai aliran Dalam filsafat hukum dikenal pembagian pelbagai aliran Dalam filsafat hukum dikenal pembagian pelbagai

Filsafat ekonomi merupakan orientasi dasar dari ilmu ekonomi yang dapat berlainan antara satu agama dengan agama lain, atau aliran dengan aliran lain karena kerangka

Naturalisme merupakan corak atau aliran dalam seni rupa yang berusaha melukiskan sesuatu objek sesuai dengan alam (nature).. Objek yang digambarkan diungkapkan seperti mata

Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan

Sedangkan, dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dalam pendidikan dan membangun tata susunan hidup

Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan memerlukan paradigma yang jelas, guna dijadikan dasar dalam penetapan tujuan yang ingin dicapai. Banyak aliran filsafat

Dari ketiga pengertian di atas dapat dipahami bahwa idealisme merupakan suatu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa hakekat segala sesuatu ada pada

Materi ini mambehas aliran-aliran dalam filsafat, yakni rasionalisme. Sebagai salah satu aliran dalam filsafat Rasionalisme banyak berpengaruh terhadap corak pemikiran fisafat dan