• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN DAN KORUPSI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGUNAN DAN KORUPSI DI INDONESIA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN DAN KORUPSI DI INDONESIA

Disusun Oleh:

Eni Susilowati (201110160311389 Shandy Ahmad Fatullah (201410160311498)

Desi Susanti (201410160311507) Dwi Wahyu Maghfirati (201410160311515)

Syafi Zainuri (201410160311519) Manajemen III-J

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT yang telah melimpahkan ilmu Shalawat serta semoga tercurah kepada Rasul beserta keluarganya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu Tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan dengan topik “Pembangunan dan Tingkat korupsi di Indonesia” di Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Manajemen.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Atut Frida, SE,ME selaku pengajar mata kuliah Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan materi guna penyelesaian tugas ini.

Kami berharap tugas ini bisa memberikan tambahan pengetahuan khusunya dalam bidang Ekonomi Pembangunan.

Kami menyadari bahwa hasil dari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, apabila terdapat kesalahan baik itu pada penulisan, kata-kata, ataupun isi dari makalah ini kami mohon maaf dan kami harap hal ini dapat dimaklumi.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Malang, 28 November 2015

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

... 1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan... 2

1.4 Manfaat... 3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pembangunan di Indonesia... 4

2.1.1 RPJPN 2005-2010)... 4

2.1.2 RPJMN 2010-2014)... 6

2.1.3 (MP3EI)... 7

2.2 Korupsi di Indonesia... 8

2.2.1 Pengertian Korupsi... 9

2.2.2 Jenis Korupsi... 10

2.2.3 Penyebab Korupsi... 16

2.2.4 Akibat atau Dampak Korupsi... 21

2.2.5 Komisi Pemberantasan Korupsi... 23

2.2.6 Badan Pemberantasan Korupsi... 25

2.2.7 Korupsi dan Pembangunan... 27

2.2.8 Tingkat Korupsi di Indonesia... 28

2.2.9 Contoh Kasus di Indonesia... 31

BAB III PENUTUP 2.1Kesimpulan... 35

2.2Saran... 36

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan peradaban dunia semakin sehari seakan-akan berlari menuju modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan jaman dan bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang semakin canggih dan beranekaragam. Kejahatan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan senantiasa turut mengikutinya. Kejahatan masa kini memang tidak lagi selalu menggunakan cara-cara lama yang telah terjadi selama bertahun-tahun seiring dengan perjalanan usia bumi ini. Bisa kita lihat contohnya seperti, kejahatan dunia maya (cybercrime), tindak pidana pencucian uang (money laundering), tindak pidana korupsi dan tindak pidana lainnya.

Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh seluruh bangsa di dunia ini. Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru menarik perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri fenomena korupsi ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam masyarakat Indonesia jaman penjajahan yaitu dengan adanya tradisi memberikan upeti oleh beberapa golongan masyarakat kepada penguasa setempat.

Kemudian setelah perang dunia kedua, muncul era baru, gejolak korupsi ini meningkat di Negara yang sedang berkembang, Negara yang baru memperoleh kemerdekaan. Masalah korupsi ini sangat berbahaya karena dapat menghancurkan jaringan sosial, yang secara tidak langsung memperlemah ketahanan nasional serta eksistensi suatu bangsa. Reimon Aron seorang sosiolog berpendapat bahwa korupsi dapat mengundang gejolak revolusi, alat yang ampuh untuk mengkreditkan suatu bangsa. Bukanlah tidak mungkin penyaluran akan timbul apabila penguasa tidak secepatnya menyelesaikan masalah korupsi.

(5)

Apalagi mengingat di akhir masa orde baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana. Mulai dari pejabat kecil hingga pejabat tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiman pembangunan di Indonesia?

2. Bagaimana rencana pembangunan jangka panjang nasional? 3. Bagaimana renana pembangunan jangka menengah nasional?

4. Bagaimana Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi dan Indonesia? 5. Bagaimana korupsi di Indonesia?

6. Apa yang dimaksud dengan korupsi? 7. Apa saja jenis-jenis dari korupsi? 8. Apa saja penyebab dari korupsi?

9. Apa saja akibat yang ditimbulkan dari adanya tindak pidana korupsi? 10. Apa saja tugas dan wewenang dari Komisi Pemberantasan Korupsi? 11. Apa saja badan pemberantasan korupsi?

12. Bagaimana korelasi antara korupsi dan pembangunan? 13. Bagaimanakah tingkat korupsi di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pembangunan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan RPJPN 2005-2025. 3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan RPJMN 2010-2014. 4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan MP3EI.

5. Untuk mengetahui korupsi yang terjadi di Indonesia. 6. Untuk mengetahui apa itu korupsi.

7. Untuk mengetahui jenis-jenis dari korupsi.

8. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari korupsi.

9. Untuk mengetahui apa saja akibat yang ditimbulkan dari adanya tindak pidana korupsi. 10. Untuk mengetahui tugas dan wewenang yang dijalankan KPK.

(6)

D. Manfaat

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak.

1. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat mengetahui dampak yang akan ditimbulkan dari adanya tindak pidana korupsi.

2. Bagi masyarakat umum, diharapkan dapat membantu pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dalam proses pemberantasan korupsi.

(7)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pembangunan di Indonesia

Indonesia telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 dan dari saat itulah bangsa Indonesia memulai pembangunan yang sebenarnya. Tujuan dari pembangunan yaitu tidak lain adalah menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau besar maupun kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan terdiri dari bermacam-macam suku dan kebudayaan. Tidaklah mudah bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan dengan keadaan yang beranekaragam. Tentu pembangunan tersebut harus disesuaikan dengan keadaan wilayah dimana pembangunan itu dilaksanakan.

Penduduk Indonesia berjumlah 200 juta jiwa lebih, kekayaan alam melimpah ruah yang terbentang diseluruh nusantara. Hal ini merupakan suatu modal yang sangat penting bagi

pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Sumber daya manusia di Indonesia sangatlah besar dan sangat mendukung keberhasilan pembangunan. Rakyat Indonesia belum merasa sejahtera meskipun sumber daya alam yang dimilki bangsa sangat besar. Sepertinya tujuan-tujuan pembangunan belum tercapai dan masih banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pembangunan juga belum merata diseluruh pelosok tanah air, masih banyak daerah-daerah terutama diluar Jawa yang membutuhkan perbaikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.

Pembangunan memang perlu tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Tahapan pembangunan itu sendiri dibedakan menjadi tiga jangka waktu yaitu jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan. Maka dengan demikian jika pembangunan akan dilaksanakan perlu ditinjau terlebih dahulu untuk mengetahui apakah

pembangunan itu termasuk jangka panjang, menengah atau tahunan. Sehingga pembangunan itu dapat dilaksanakan dengan biaya yang seminimal mungkin dan mendapat hasil yang semaksimal mungkin.

2.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025)

(8)
(9)

Visi dan Misi RPJPN 2005-2025:

Visi dan misi RPJPN 2005-2025 adalah untuk membangun sebuah negara yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, dan damai dan bersatu.

Tiga pasangan kata yang digarisbawahi dijabarkan sebagai berikut:

Dikembangkan dan mandiri; untuk mendorong pembangunan yang menjamin kesetaraan mungkin terluas di negara itu, didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas,

mengembangkan infrastruktur, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan didukung oleh pelaksanaan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif.

Adil dan demokratis; untuk mendorong pembangunan yang menjamin penegakan hukum yang adil, konsisten, tidak diskriminatif, melayani kepentingan publik dan mendukung kelanjutan bertahap demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan politik agar dapat diterima sebagai demokrasi konstitusional.

Damai dan bersatu; untuk mendorong pembangunan yang mampu mewujudkan rasa aman dan kedamaian di antara semua orang, mampu menampung aspirasi masyarakat yang dinamis ini, menegakkan kedaulatan negara dan integritas wilayah, serta untuk melindungi semua orang dari segala ancaman.

Selama rencana ini, pembangunan ekonomi ditujukan untuk mencapai tujuan utama sebagai berikut:

 Pembentukan struktur yang solid di mana ekonomi pertanian (dalam arti luas) dan

pertambangan membentuk dasar ekonomi yang menghasilkan produk baik dengan cara yang efisien dan modern, di mana industri manufaktur mengandung daya saing global dan

menjadi motor dari ekonomi, dan jasa menjadi perekat ketahanan ekonomi.

 Pendapatan per kapita pada tahun 2025 harus mencapai sekitar USD $ 6000 dalam

kombinasi dengan tingkat yang relatif baik dari ekuitas sementara jumlah orang miskin tidak boleh lebih dari lima persen dari total penduduk.

 Jangkauan swasembada pangan dan mempertahankannya pada tingkat yang aman. Ini harus berisi kualitas gizi yang cukup dan tersedia untuk setiap rumah tangga.

(10)

Rencana (RPJMN, 2010-2014) Pembangunan Jangka Menengah Nasional adalah tahap kedua dari pelaksanaan di Indonesia Rencana (RPJPN 2005-2025) Pembangunan Jangka Panjang Nasional diundangkan melalui UU 17/2007. RPJMN 2010-2014 menjadi dasar bagi kementerian dan lembaga pemerintah ketika merumuskan Rencana Strategis masing-masing (Renstra-KL). Pemerintah daerah juga harus rencana jangka menengah ini bila merumuskan atau menyesuaikan rencana pembangunan daerah masing-masing. Untuk pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, RPJMN tersebut akan dijabarkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahunan (RKP) yang kemudian akan menjadi dasar untuk merumuskan Rancangan Anggaran Pemerintah (RAPBN).

Indonesia adalah di tengah-tengah mengukir sejarah baru untuk melanjutkan pertumbuhan dan kemajuan. Ideal umum masyarakat Indonesia adalah untuk menjadi bangsa yang besar dan maju; bangsa yang makmur, nasib sendiri bergantung, demokratis dan berkeadilan. Lebih dari satu dekade setelah rakyat Indonesia memutuskan untuk mengejar jalan baru dalam sejarah - dan setelah terpengaruh oleh krisis multidimensi - negara telah berhasil mengembangkan lagi. Persyaratan investasi dan Kebijakan Dana Pembangunan Nasional dan Pemanfaatan

Dalam konteks mencapai sasaran pembangunan, kebijakan pendanaan investasi diarahkan untuk menjamin ketersediaan dan mengoptimalkan dana pembangunan menuju pendanaan pembangunan kemandirian. Dalam hal ini, strategi utama pendanaan pembangunan adalah: (1) optimalisasi sumber dan skema yang ada serta dana pembangunan masa depan, dan (2) meningkatkan kualitas sumber pendanaan pembangunan dan skema.

(11)

Dalam rangka meningkatkan pendapatan pemerintah, pemerintah akan terus mengembangkan dan meningkatkan kebijakan penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak, sementara tetap mempertahankan iklim investasi yang kondusif. Sementara itu, untuk meningkatkan efektivitas pengeluaran pemerintah, langkah-langkah berikut ini diambil:

 Meningkatkan kualitas belanja dengan mengkonsolidasikan pelaksanaa KPJM (Medium-Term Expenditur Framework) dan anggaran berbasis kinerja, melalui program restrukturasi dan kegiatan, dan merumuskan indicator kinerja yang akurat dan terukur.

 Meningkatkan dan memperkuat perencanaan dan penganggaran yang menghubungkan pemerintah pusat melalui perbaikan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) formulasi, Renstra (Rencana Strategis Kementerian), RKP (Rencana Kerja Tahunan Pemerintah), RKA-KL (Rencana Anggaran Alokasi Kementerian dan Instansi Pemerintah), dan instrumen lainnya. Demikian juga, pemerintah daerah akan meningkatkan perumusan RPJMD (Rencana Jangka Menengah Daerah Pembangunan), Rencana Kerja Anggaran Pemerintah Daerah, dan instrumen kebijakan lainnya.

 Menyusun alokasi anggaran yang lebih efektif dalam mencapai sasaran dan menempatkan prioritas pendanaan untuk kegiatan yang dapat melipatgandakan kegiatan ekonomi domestik dan dapat membuat sejumlah besar kesempatan kerja dan upaya dukungan dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.

 Memperkuat pemantauan dan evaluasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan, dan proses penganggaran.

 Meningkatkan mekanisme administrasi anggaran dan pencairan anggaran agar lebih cepat, dan lebih bertanggung jawab.

(12)

menjadi 7,5 persen diperkirakan untuk periode 2011-2014. Pertumbuhan ekonomi ini diharapkan bertepatan dengan penurunan laju inflasi dari 6,5 persen pada 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada tahun 2025. Tingkat pertumbuhan dan inflasi gabungan mencerminkan karakteristik negara maju.

MP3EI adalah dokumen kerja dan karena itu akan diperbarui dan disempurnakan secara progresif. Ini berisi arah utama pembangunan untuk kegiatan ekonomi tertentu, termasuk kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan / revisi peraturan serta inisiatif untuk kebutuhan peraturan baru untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. MP3EI merupakan bagian integral dari skema perencanaan pembangunan nasional dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan yang sudah ada Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan-Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2009 ). MP3EI dirumuskan dengan mempertimbangkan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca - RAN GRK) sebagai komitmen nasional yang mengakui perubahan iklim global.

2.2 Korupsi di Indonesia

Masih banggakah kita menjadi bangsa Indonesia?

Indonesia boleh bangga sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman suku, agama, dan budaya. Bangga karena dianugrahi keindahan alam nan menawan. Mungkin juga bangga akan kemajuan peradaban masa lalu, di jaman Majapahit ataupun Sriwijaya. Bangga karena berhasil mempersatukan bangsa, berjuang bersama melewati masa-masa sulit dan memerdekakan Indonesia. Tapi kini, masihkah itu semua cukup untuk kita banggakan? Tidak adakah hal baru atau prestasi yang pantas kita banggakan?

(13)

adalah yang terbaik dan yang mendapat skor 10 adalah yang terburuk. Skor ini tepat berada diatas Filipina yang memperoleh angka 9,40, dan sama dengan Thailand yang juga mendapatkan skor 8,03.

Nilai tukar rupiah yang begitu rendah terhadap US Dollar dan mata uang asing lainnya (Yen, Ringgit Malaysia, Sing Dollar, dan lain-lain), di mana para tenaga kerja Indonesia yang katanya pahlawan devisa dipaksa menukar jerih payah mereka di luar negeri oleh para bandit dan menjual manusia dengan nilai tukar yang sangat rendah. Di tempat yang sama, ada rekor lain di mana harga manusia sangatlah mahal, karena sebuah keluarga menjemput TKI dikenakan biaya paling mahal di sunia. Rekor yang paling luar biasa adalah Indonesia merupakan Negara terindah dan teraman untuk para koruptor.

Catatan di atas ‘rekor-rekor’ di atas seharusnya melecut bangsa Indonesia untuk sadar dan berusaha bangkit menjadikan negaranya lebih baik, lebih beradap dan menunjukkan prestasi-prestasi kerja yang sesungguhnya. Slah satu prestasi-prestasi sesungguhnya bagi bangsa Indonesia adalah bila bangsa Indonesia mampu memberantas korupsi di Negara tercinta. Hidup bersih dan bebas dari penyakit yang namanya korupsi itu.

Ada apa dengan korupsi?

Korupsi di Indonesia berkembang pesat. Korupsi meluas, ada dimana-mana dan terjadi secara sistematis. Artinya seringkali korupsi dilakuakan dengan rekayasa yang canggih dan memanfaatkan teknologi modern. Seseorang yang mengetahui ada dugaan korupsi jarang yang mau beraksi, dan kalaupun berani melapor serta beraksi, ada saja oknum penegak hukum yang tidak melakuakn tindakan hukum sebagaimana mestinya. Itulah sebabnya dalam kenyataan hidup sehari-hari, korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang. Masyarakat yang terbiasa korup, aka sulit

membedakan mana tindakan yang korup dan mana yang bukan tindakan korup. 2.2.1 Pengerian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin corruption atau corruptus. Corruption berasal dari kata

corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption dan Belanda yaitu

(14)

korupsi. (Adi Hamzah, 2005:4). Pengertian korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang Negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Berdasarkan pemahaman pasa 2 UU no. 31 th. 1999 sebagaimana yang diubah dengan UU no. 20 th. 2001,

korupsi adalah perbuatan secara melawan hokum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat merugikan keuangan / perekonomian negara.

Istilah korupsi sesungguhnya sangat luas, mengikuti perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks serta semankin canggihnya teknologi, sehingga mempengaruhi pola pikir, tata nilai, aspirasi, dan struktur

masyarakat di mana bentuk-bentuk kejahatan yang semula terjadi secara tradisional berkembang kepada kejahatan inkonvensional yang semakin sulit untuk diikuti oleh norma hokum yang ada. Kejahatan inkonvensional menyentuh segala aspek kehidupan bangsa, mulai dari kepentingan hak asasi, ideology Negara, hingga lainnya yang menyangkut aspek perekonomian keuangan Negara.

2.2.2 Jenis Korupsi

(Tabel: Tindak Pidana Korupsi berdasarkan UU no. 31 th. 1999 jo UU 20 th. 2001)

Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman yaitu bila tindak pidana korupsi tersebut

dilakukan pada dana-dana bagi

(15)
(16)

mempengaruhi

putusan perkara. Rp. 750 juta.

Pemborong / bahan / barang yang membiarkan terjadinya

(17)
(18)

kewajibannya.

(19)
(20)

padahal tugasnya

Rp. 150 juta. Pasal 13 Dianggap memberi suap

2.2.3 Penyebab Korupsi

Berikut merupakan beberapa penyebab yang dominan sebagai pencetus tindakan korupsi yang akhirnya menjadi berkelanjutan tiada henti, sehingga membudaya.

a. Sifat Tamak Dan Keserakahan

Apabila dilihat dari segi si pelaku korupsi, sebab-sebab dia melakukan korupsi dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula pula dikatakan sebagai keinginan, niat, atau kesadarannya untuk melakukan. Kemungkinan orang yang melakukan korupsi adalah orang yang penghasilannya sudah cukup tinggi, bahkan sudah berlebih bila dibandingkan dengan kebutuhan hidupnya. Kemungkinan orang tersebut melakukan korupsi tersebut juga tanpa adanya godaan dari pihak lain. Bahkan kesempatan untuk melakukan korupsi mungkin juga sudah sangat kecil karena sistem pengendalian manajemen yang ada sudah bagus. Dalam hal pelaku korupsinya seperti itu, maka unsur yang menyebabkan dia melakukan korupsi adalah unsur dari dalam diri sendiri, yaitu sifat-sifat tamak, serakah, sombong, takabur, rakus yang memang ada pada manusia tersebut.

b. Ketimpangan Penghasilan Sesama Pegawai Negari / Pejabat Negara

(21)

Keuangan belum bisa mencegah pegawainya untuk melakukan korupsi, seperti Gayus Tambunan, apalagi pada departemen / lembaga yang penghasilannya sangat rendah.

Seharusnya gaji dan penghasilan PNS yang berada diinstansi manapun (untuk pegawai yang tingkatnya sama) adalah sama, karena keberadaan suatu departemen / lembaga / institusi prinsipnya adalah sama penting, oleh karena itu keberadaan dan pembentukannya dilakukan, kalau tidak penting keberadaannya perlu dilakukan likuidasi.

c. Gaya Hidup Konsumtif

Gaya hidup yang konsumtif di kota-kota besar mendorong pegawai untuk dapat memiliki mobil mewah, rumah mewah, menyekolahkan anak di luar negeri, pakaian yang mahal, hiburan yang mahal, dan sebagainya. Sebagai misalnya, gaya hidup yang populer berupa hobi main golf akan mendorong seorang pegawai untuk mau menyediakan sarana untuk melaksanakan hobi tersebut. Apabila pegawai tersebut memang bukan pegawai yang tingkatannya cocok dengan hobi tersebut, sedangkan dirinya ingin bergaya hidup seperti itu, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan sarana dengan cara-cara yang legal, maka mendorong dirinya untuk melakukan berbagai hal, termasuk korupsi agar hobinya dapat terlaksana.

d. Penghasilan Yang Tidak Memadai

Penghasilan pegawai negeri seharusnya dapat memenuhi kebutuhan hidup pegawai tersebut beserta keluarganya secara wajar. Apabila ternyata penghasilannya sebagai pegawai negeri tidak dapat menutup kebutuhan hidupnya secara wajar, misalnya hanya cukup untuk hidup wajar selama sepuluh hari dalam sebulan, maka mau atau tidak mau pegawai negeri tersebut harus mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal seperti itu, adalah suatu keterpaksaan untuk mencari tambahan penghasilan, karena apabila itu tidak dilakukan, maka dirinya dan keluarganya akan mati kelaparan. Usaha untuk mencari tambahan penghasilan tersebut tentu sudah merupakan bentuk korupsi, misalnya menyewakan sarana dinas, menggelapkan peralatan kantor, perjalanan dinas fiktif, mengadakan kegiatan yang tidak perlu dengan biaya yang tidak wajar.

e. Tidak Adanya Kultur Organisasi Yang Benar

(22)

baik, yang lama-lama akan menjadi kebiasaan. Misalnya, di suatu bagian dari suatu organisasi akan dapat muncul budaya uang pelican, “amplop”, hadiah, jual beli temuan, dan lain-lain yang mengarah ke akibat yang tidak baik bagi organisasi.

f. Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen

Pada organisasi di mana pengendalian manajemennya lemah akan lebih banyak pegawai yang melakukan korupsi disbanding pada organisasi yang pengendalian manajemennya kuat. Seorang pegawai yang mengetahui bahwa sistem pengendalian manajemen pada organisasi di mana dia bekerja lemah, maka akan timbul kesempatan atau peluang baginya untuk melakukan korupsi.

g. Manajemen Cenderung Menutup Korupsi Di Dalam Organisasinya

Pada umumnya jajaran manajemen organisasi di mana terjadi korupsienggan membantu mengungkapkan korupsi tersebut walaupun korupsi tersebut sama sekali tidak melibatkan dirinya. Kemungkinan keengganan tersebut timbul karena terungkapnya praktik korupsi di dalam organisasinya yang dianggap sebagai bukti buruknya kualitas manajemen organisasi. Akibatnya, jajaran manajemen cenderung untuk menutup-nutupi korupsi yang ada, dan berusaha menyelesaikannya dengan caranya sendiri yang kemudian dapat menimbulkan praktik korupsi yang lain.

h. Nilai-Nilai Negatif Yang Hidup Dalam Masyarakat

Nilai-nilai yang berlaku di masyarakat ternyata kondusif untuk terjadinya korupsi. Misalnya, banyak anggota masyarakat yang dalam pergaulan sehari-harinya ternyata dalam menghargai seseorang lebih didasarkan pada kekayaan yang dimiliki orang yang bersangkutan. Ini dapat dilihat bahwa sebagian besar anggota masyarakat akan memberikan perlakuan yang berbeda terhadap seseorang apabila melihat penampilan lahiriah atau kendaraannya yang mewah atau rumahnya yang mewah.

i. Masyarakan Tidak Mau Menyadari Bahwa Yang Paling Dirugikan Oleh Korupsi Adalah Masyarakat Sendiri

(23)

yang dirugikan adalah pemerintah pusat / daerah, tanpa menarik kesimpulan lebih lanjut bahwa yang dirugikan adalah masyarakat sendiri karena masyarakat tidak dapat menikmati mulusnya jalan yang selesai diperbaiki sebagaimana mestinya. Jalan yang diperbaiki akan segera rusak kembali, sehingga masyarakat sebagai pengguna jalan akan rugi, baik secara langsung berupa kendaraannya yang menjadi lebih cepat rusak maupun tidak langsung berupa kurang lancarnya kegiatan masyarakat. Apabila masyarakat betul-betul menyadari bahwa masyarakat yang akan menanggung rugi, maka masyarakat harus mengawasi pelaksanaan pekerjaan borongan perbaikan jalan tersebut untuk mencegah terjadinya manipulasi kualitas pekerjaan borongan.

j. Moral Yang Lemah

Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung lebih mudah untuk terdorong berbuat korupsi karena adanya godaan. Godaan terhadap seorang pegawai untuk melakukan korupsi berasal dari atasannya, teman setingkat, bawahannya, atau dari pihak luar yang dilayani. Apabila seorang pegawai yang melihat atasannya melakukan korupsi, maka pegawai tersebut cenderung akan melakukan korupsi juga. Karena dia berpendapat bahwa apabila atasannya tersebut mengetahui perbuatannya kemungkinan atasannya tersebut mendiamkannya atau berpura-pura tidak tahu, tidak akan mengenakan sanksi atau paling tidak hanya mengenakan sanksiyang ringan. Hal ini terjadi karena atasannya juga mempunyai rasa takut dilaporkan oleh bawahannya mengenai perbuatan korupsinya. Lebih-lebih jika seorang pegawai melakukan korupsi karena melakukan kolusi dengan atasannya.atasan akan cenderung melindungi bawahan yang melakukan korupsi tersebut, karena apabila pegawai tersebut ditindak maka dia terbawa juga.

k. Kebutuhan Hidup Yang Mendesak

Kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk membayar utang, kebutuhan untuk membayar pengobatan yang mahal karena istri atau anak sakit, kebutuhan untuk membiayai sekolah anaknya, kebutuhan untuk mengawinkan anaknya, kebutuhan dimasa pensiaun merupakan bentuk-bentuk dorongan seorang pegawai untuk berbuat korupsi. Lebih-lebih jika seorang pegawai terlilit utang, mempunyai istri lebih dari satu, mempunyai kebiasaan judi main perempuan atau punya pria lain, atau hobi minuman keras, maka akan sangat potensial untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dengan cara apapun antara lain dengan korupsi.

(24)

Kemungkinan orang yang melakukan korupsi adalah rang yang ingin segera mendapatkan sesuatu yang banyak atau hanya dalam waktu singkat, tetapi malas untuk bekerja keras dan meningkatkan kemampuan gunameningkatkan penghasilan. Kalau ada kesempatan untuk mudah mendapatkan penghasilan yang besar tanpa usaha yang setimpal mengapa tidak dimanfaatkan. Akan timbul dalam pikiran orang tersebut, berapa tahun saya harus membanting tulang untuk memperoleh penghasilan sebesar itu? Apakah mungkin saya dapat mengumulkan kekayaan itu dengan gaji dari pekerjaan yang sekarang? Lebih baik saya korupsi dengan menjual temuan-temuan pemeriksa, dua tiga kali memeiriksa bisa punya mobil bagus dan mewah serta punya rumah mewah.

m. Ajaran-Ajaran Aga Kurang Diterapkan Secara Benar

Secara umum, masyarakat di Indonesia adalah masyarakat yang beragama di mana ajaran-ajaran dari setiap agama yang diakui keberadaannya di Indonesia dapat dipastikan melarang perbuatan-perbuatan korupsi. Para pelaku korupsi, secara umum adalah orang-orang yang juga beragama. Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang dianutnya, melarang korupsi. Ini menunjukkan bahwa banyak ajaran agama yang tidak diterapkan secara benar oleh pemeluknya, hanya sekedar serimonial saja.

n. Lemahnya Penegak Hukum

Lemahnya penegak hukum terhadap pelaku tindak pidana korupsi mencakup beberapa aspek pertama, bisa tidak adanya tindakan hukum sama sekali terhadap pelaku korupsi dikarenakan pelaku adalah atasan dari penegak hokum atau bawahan dari penegak hokum yang menjadi penyokong utama (main supplier) yang membiayai operasional kegiatan si penegak hukum, atau si penegak hukum telah menerima bagian dari hasil korupsi si pelaku atau si pelaku adalah kolega dari pimpinan instansi penegak hokum. Kedua, tindakan ada tetapi penanganan di ulur-ulur dan sanksi diperingan. Ketiga, tidak dilakukan pemindahan sama sekali, karena si pelaku mendapat beking dari jajaran tertentu atau tindak pidana korupsinya bermotifkan kepentingan untuk kelompok tertentu atau partai tertentu.

o. Sanksi Yang Tidak Setimpal Dengan Hasil Korupsi

(25)

pelaku korupsi sangat ringan atau tidak setimpalnya dengan tindakan yang dilakukannya. Sehingga orang yang terlibat dalam skala kecil akan berupaya untuk melakukan korupsi atau terlibat dalam perbuatan korupsi yang lebih besar lagi.

p. Kurang Atau Tidak Ada Pengendalian

Korupsi yang dilakukan tidak terjadi dengan sendirinya tetapi telah direncanakan jauh-jauh sebelumnya, yaitu sejak proses perencanaan kegiatan dan anggaran. Dalam tahap perencanaan inisiator korupsi sudah bisa melihat apakah ada pengendalian atau pengawasan untuk pencegahan korupsi pada tahap perencanaan, apabila sebaliknya pihak-pihak inisiator berinisiatif untuk merancang korupsi. Apabila tidak ada pengawasan dan pengendalian pada tahap perencaaan, maka niat yang terselubung tersebut dibulatkan untuk dijadikan perbuatan korupsi dengan menuangkannya ke dalam rekayasa perhitung-perhitungan hasil mark up ke dalam dokumen perencanaan untuk bisa dilaksanakan dengan melibatkan pihak pengawas dan pengendali dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

q. Faktor Politik

Terjadinya korupsi di Indonesia bisa disebabkan oleh faktor politik atau yang berkaitan dengan masalah kekuasaan. Para pakar dalam disiplin ilmu politik tentunya mengenal dalil korupsi. Rumusan penyelewengan penggunaan uang Negara telah dipopulerkan oleh E. John Emerich Edward Dalberg Acton atau lebih dikenal dengan Lord Acton, yang hidup pada tahun 1834 – 1902 di inggris. Beliau menyebutkan bahwa factor kekuasaanlah yang menyebabkan korupsi. Para pembaca tentu masih ingat denga rumusan Lord Acton itu, yang menyatakan bahwa: Power tend to corrupt, but absolute power corrupts absolutely, yang berarti: kekuasaan cenderung korupsi, tetapi kekuasaan yang berlebihan mengakibatkan korupsi berlebihan pula.

2.2.4 Akibat atau Dampak Korupsi

Dari uraian pengertian dan penyebab korupsi di atas, dapat diketahui akibat dari tindak pidana korupsi sangat luas dan mengakar. Berikut akan dijelaskan akibat korupsi yaitu:

(26)

b. Hilangnya kepercayaan investor. Banyak korupsi dan tidak adanya kepastian hukum, telah menyebabkan banyak investor merasa enggan menanamkan modalnya di Indonesia. Bahkan investor yang ada pun hengkang. Akibatnya, di samping iklim pertumbuhan ekonomi menjadi kurang kondusif, juga meningkatkan angka pengangguran.

c. Rusaknya sendi-sendi prinsip dari sistem pengelolaan keuangan Negara. Undang-undang termasuk konstitusi lainnya yang semestinya dijadikan acuan dalam pengelolaan keuangan Negara, justru diabaikan. Prinsip-prinsip anggaran yang baik, seperti partisipasi, transparansi, akuntabilitas, disiplin, efektif dan efisien, serta memenuhi asas kepatutan yang semuanya itu merupakan sendi prinsip pengelolaan keuangan Negara dilanggar tanpa tedeng aling-aling.

d. Terjadinya degradasi moral dan etos kerja. Memperoleh uang tanpa kerja keras telah mengakibatkan si pelaku korupsi terbuai dan tidak terpacu untuk bekerja keras. Bahkan, dalam beberapa kasus yang ekstrim uang “panas” yang diperoleh tersebut dihabiskan pula dengan mudah di meja judi, minum-minuman keras atau narkoba.

e. Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah. Akibat pejabat pemerintah melakukan korupsi mengakibatkan kurangnya kepercayaan terhadap pemerintah tersebut. Di samping itu, Negara lain juga lebih mempercayai Negara yang pejaatnya bersih dari korupsi, baik dalam kerja sama di bidang politik, ekonomi, atau dalam bidang lainnya. Hal ini mengakibatkan pembangunan ekonomi serta mengganggu stabilitas perekonomian Negara dan stabilitas politik.

f. Menyusutnya pendapatan Negara. Penerimaan Negara untuk pembangunan didapatkan dari dua sektor, yaitu dari pungutan bead dan penerimaan pajak. Pendapatan Negara dapat berkurang apabila tidak diselamatkan dari penyelundupan dan penyelewengan oleh oknum pejabat pemerintah pada sektor-sektor penerimaan Negara tersebut.

g. Rapuhnya keamanan dan ketahanan Negara. Keamanan dan ketahanan Negara akan menjadi rapuh apabila para pejabat pemerintah mudah disuap karena kekuatan asing yang hendak memaksakan ideology atau pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia akan menggunakan penyuap sebagai suatu sarana untuk mewujudkan cita-citanya. Pengaruh korupsi juga dapat mengakibatkan kurangnya loyalitas masyarakat terhadap Negara.

(27)

pada penegak hokum saja namun juga pada seluruh warga Negara Indonesia. Cita-cita untuk menggapai tertib hukum tidak akan terwujud apabila para penegak hukum melakukantindakan korupsi sehingga hukum tidak dapat ditegakkan, ditaati, serta tidak diindahkan oleh masyarakat.

2.2.5 Komisi Pemberantasan Korupsi

Berdasarkan ketentuan pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, badan khusus tersebut disebut dengan Komisi Pemberantasn Korupsi yang memiliki kewenangan melakukan koordinasi dan supervisi, termasuk melakuakn penyelidikan, dan penuntutan. Adapun mengenai pembentukan, susunan organisasi, tata kerja dan pertanggungjawaban, tugas dan wewenang keanggotaannya diatur dengan undang-undang.

Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan penyelidikan,penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi meliputi tindak pidana korupsi yang:

a. Melibatkan aparat penegak hokum, penyelenggara Negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara Negara,

b. Mendapat prhatian yang meresahkan masyarakat, dan

c. Menyangkut kerugian paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) pasal 11 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002).

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi Pemberantasan Korupsi berdasarkan pada:

a. Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi;

b. Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya;

(28)

rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;

e. Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang, tanggungjawab, dan kewajiban Komisi Pemberantasan Korpsi.

Tugas Komisi Pedmberantasan Korupsi yaitu:

a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara (pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002).

Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi yaitu:

a. Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi. b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi.

c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait.

d. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

e. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi (pasal 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002).

f. Wewenang lain bisa dilihat dalam pasal 12, 13, dan 14 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002)

Tabulasi Data Penanganan Korupsi (oleh KPK) Tahun 2004 - 2014 (per 28 Februari 2014)

Penindakan 2004 200

5 2006 2007 200

8 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah

Penyelidikan 23 29 36 70 70 67 54 78 77 81 11 596

Penyidikan 2 19 27 24 47 37 40 39 48 70 10 363

Penuntutan 2 17 23 19 35 32 32 40 36 41 10 287

(29)

Eksekusi 0 4 13 23 24 37 36 34 32 44 5 252

0 100 200 300 400 500 600

Tabulasi Data Penanganan Korupsi (oleh KPK) Tahun 2004 - 2014 (per 28 Februari 2014)

Penyelidikan Penyidikan Penuntutan Inkracht Eksekusi

2.2.6 Badan Pemberantasan Korupsi A. Tim Pemberantasan Korupsi

Dasar Hukum : Keppres Nomor 228 Tahun 1967 tanggal 2 Desember 1967 dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1960.

Pelaksana : Ketua Tim Sugiharto (Jaksa Agung)

Penasihat : Menteri Kehakiman, Panglima ABR, Kastaf Angkatan, dan Kapolri.

Tugas : Membantu pemerintah memberantas korupsi dengan tindakan preventif dan Represif

B. Komite Anti Korupsi (KAK)

Komite Anti Korupsi dibentuk tahun 1970

Pelaksana : Angkatan 66, Akbar Tanjung, Michael Setiawan, Thoby Mutis, Jacob Kendang, Imam Waluyo, Tutu T.W, Soeriwinjo, Agus Jun Batuta, M. Surachman, Alwi Nurdin Lucas, Luntungan, Asmara Nababan, Sjahrir, Amir Karamoy, Pasik Vitue, Mengandang Napitupulu, dan Chaidir Makarim.

C. Komisi Empat Dasar Hukum : Keppres

Pelaksana : Wilopo, S.H. (Ketua merangkap anggota), I.J. Kasimo. A. Anwar Tjokroaminoto,

dan Prof. Ir. Johanes.

(30)

b. memeriksa dokumen administrasi pemerintah dan swasta; c. meminta bantuan aparatur pemerintah pusat dan daerah. D. OPSTIB

Dasar Hukum : Inpres Nomor 9 Tahun 1977

Pelaksana : Koordinator Pelaksana Tingkat Pusat: Menpan. Pelaksana Operasional: Pangkopkamtib.

Ketua I: Kapolri.

Ketua II: Jaksa Agung dengan para Irjen.

Tingkat daerah: Pelaksana Operasional: Laksusda, Ketua I:Kapolda, Ketua II: Kejati dan Irwilda.

Tugas : a. pada awalnya pembersihan pungutan liar di jalan-jalan, penertiban uang siluman

di pelabuhan, baik pungutan tidak resmi maupun resmi tetapi tidak sah menurut

hukum.

b. pada 1977 diperluas sasaran penertiban, beralih dari jalan rakyat ke aparat departemen dan daerah.

E. Tim Pemberantasan Korupsi (TPK)

Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) dibentuk tahun 1982

Dasar Hukum : TPK dihidupkan lagi tanpa dibarengi dengan keluarnya keppres yang baru. Pelaksana : Menpan J.B. Sumarlin, Pangkopkamtib Sudomo, Ketua MA Mudjono, S.H.,

Menteri Kehakiman Ali Said, Jaksa Agung Ismail Saleh, Kapolri Jenderal Awaloeddin Djamin, M.P.A.

F. KPKPN

Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 dan Keppres Nomor 27 Tahun 1998. Pelaksana : Jusuf Syakir (ketua). Wakil Ketua: Chairul Imam, Muchayat, dan Abdullah

Hehamahua serta 31 orang anggota.

Tugas : Melakukan pemeriksaan kekayaan pejabat Negara.

G. TGPTPK

(31)

Pelaksana : Ketua Adi Andojo Soetjipto, didukung oleh 25 anggota polisi, kejaksaan, dan aktivitas kemasyarakatan.

Tugas : Mengungkapkan kasus-kasus korupsi yang sulit ditangani Kejaksaan Agung. 2.2.7 Korupsi dan Pembangunan

Debat yang sering muncul secara kontroversial adalah apakah korupsi menjadi oli atau pasir bagi bergeraknya roda pembangunan (grease or sands to development wheels). Sebagai oli pembangunan, korupsi dianggap dapat mempercepat dan memperlancar kerja kaum birokrat yang di Indonesia dikenal dengan joke “kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah”. Dalam konteks ini, nilai korupsi dianggap sebagai harga yang harus dibayar oleh masyarakat untuk memperoleh atau mempercepat pelayanan birokrasi, yang umumnya di atas harga resmi yang diketahui publik. Dengan makin banyak jalur yan harus ditempuh atau makin banyak birokrat yang terlibat dalam suatu urusan pelayanan, makin besar total nilai korupsi yang terdistribusi di antara kaum birokrat atau mereka yang terlibat dengan pelayanan publik tersebut.

Sebaliknya, sebagai pasir pembangunan, yang menghambat lajunya gerak roda pembangunan, korupsi dianggap telah menyebabkan lemahnya perlindungan atas hak milik dan misalokasi sumber daya ekonomi. Melalui kekuasaan yang dimilikinya, kaum birokrat mampu mentransfer sumber daya ekonomi masyarakat (individu maupun perusahaan) ke kantong-kantong pribadi ke penyelenggara Negara. Hal ini dipandang sebagai makin bertambahnya

(32)

pemerintah yang tidak jelas itu telah menyebabkan apa yang disebut sebagai kegagalan pemerintahan (government failure) (Parkin, M, 1993)

Kegagalan seperti ini, ditambah dengan ketidakpastian politik, pola hubungan yang kronis pejabat-pengusaha dan tradisi soft character lembaga politik dan pemerintah telah menyebabkan terhambatnya laju pembangunan dan dalam konteksindonesia, berlarut-larutnya krisis ekonomi. Yang lebih menarik, ternyata korupsi dapat menyebabkan bertambah buruknya situasi kemiskinan dan kesenjangan sosial. Logika sederhana yang dikembangkan adalah dengan bertambahnya biaya usaha, karena korupsi merajalela dari pusat sampai ke daerah-daerah, semakin kecil peluang pembukaan usaha baru sementara usaha yang ada terancam, yang gilirannya kejadian-kejadian PHK semakin terbuka dimana-mana, yang menambah angka pengangguran dan penduduk miskin. Kemiskinan yang disebabkan oleh ketiadaan pekerjaan disebut sebagai kemiskinan structural, yang salah satu penyebabnya adalah kegiatan korupsi tersebut. Disamping itu, kesenjangna sosial juga bertambah besar, karena pejabat korup atau pengusaha rent seekers, pengusaha yang memperoleh keuntungan dari koneksi kerja dengan pemerintah, memperoleh kekayaan dengan “biaya” kaum miskin. Artinya, anggaran pemerintah yang seharusnya sampai ke kelompok miskin menjadi makin kecil jumlahnya apabila korupsi merajalela dalam suatu Negara.

Korupsi ternyata juga menarik ke bawah angka pertumbuhan ekonomi, menyebabkan rendahnya investasi, yang terutama disebabkan oleh tingginya biaya transaksi (high-cost economy) dan lemahnya kompetisi terutama dalam konteks belanja barang pemerintah (government procurement). Walau tidak dapat ditarik kesimpulan secara langsung, data pertumbuhan ekonomi dan investasi yang rendah, seperti dijelaskan di atas, tampaknya memiliki korelasi dengan tingginya peringkat persepsi kegiatan korupsi di Indonesia. Dengan asumsi ini, maka target pertumbuhan ekonomi para calon Presiden RI dalam Pemilu Presiden tahun 2004 mungkin saja dapat ditingkatkan lagi, bila kegiatan korupsi di Indonesia dapat diberantas sampai ke akar-akarnya.

2.2.8 Tingkat Korupsi di Indonesia

(33)

merilis Corruption Perseptions Index (CPI) 2014 di Berlin, Jerman. Organisasi anti korupsi ini setiap tahun mengeluaakan laporan korupsi global. Dari 28 negara di kawasan Asia Pasifik, sebagian besarnya mendapat peringkat yang buruk. 18 negara mendapat skor di bawah 40 dari seluruhnya 100 skor. 0 berarti terkorup dan 100 berarti paling bersih. Indonesia mendapat skor 34, naik dari tahun lalu, 32. Indonesia kini menduduki peringkat 107, bersama-sama dengan Argentina dan Djibouti. Tahun 2014, Indonesia berada di peringkat 114 dari seluruhnya 174 negara yang diperiksa. Pertumbuhan ekonomi dan korupsi terutama negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat makin rentan korupsi. Transparency International mengambil contoh Cina dan Turki. Sekalipun Cina mengalami pertumbuhan pesat dan mencanangkan program anti korupsi, skor negara itu turun dari 40 tahun 2013 menjadi 36. Tapi peringkat Cina (100) masih lebih baik dari Indonesia. Sedangkan Skor Turki turun menjadi 45 dari 50 (2013) dan kini menduduki peringkat ke 64. Korupsi membengkak ketika perusahaan-perusahaan besar berusaha menyogok pejabat tinggi untuk mendapatkan tender. Negara-negara yang dinilai paling bersih adalah Denmark, Selandia Baru, Finlandia, Swedia dan Norwegia. Jerman berada di peringkat 12, Jepang 15 dan Amerika Serikat 17.

Tabel Indeks Persepsi Korupsi

Filipina 85 34 36 38

(34)

Sing

Nilai 2012 (Skala 0-100) Nilai 2013 (Skala 0-100) Nilai 2014 (Skala 0-100)

(35)

terdampak korupsi, penurunan prevalensi korupsi, dan penurunan motivasi korupsi.”, ucap Wahyudi Thohary, Peneliti IPK 2015 Transparency International Indonesia. Dari hasil survei didapati bahwa responden menilai adanya perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik di lembaga-lembaga pemerintahan, namun komposisi sektor publik yang dipersepsikan korup masih sama. Responden masih menilai kepolisian, legislatif, dan peradilan sebagai sektor publik yang paling terdampak oleh korupsi. Temuan lainnya adalah sektor lapangan usaha yang memiliki prevalensi suap paling tinggi menurut responden adalah usaha di sektor minyak dan gas, pertambangan, dan kehutanan. Sementara itu, sektor yang memiliki potensi suap rendah menurut responden adalah sektor pertanian, sektor transportasi, dan sektor hotel dan restoran. Sektor lapangan usaha yang memiliki alokasi suap terbesar adalah sektor konstruksi dengan rerata alokasi suap sebesar 9.1%.

Indeks Persepsi Korupsi 2015

Kota Skor

Banjarmasin 68

Surabaya 65

Semarang 60

Pontianank 58

Medan 57

Jakarta 57

Manado 55

Padang 50

Makasar 48

Pekanbaru 42

(36)

Skor 0

10 20 30 40 50 60 70

Indeks Persepsi Korupsi 2015

Banjarmasin Surabaya Semarang Pontianank Medan Jakarta Manado Padang Makasar Pekanbaru Bandung

2.2.9 Contoh Kasus Korupsi Di Indonesia (Kasus Suap Penanganan Sengketa Pilkada Akil Mochtar)

Kasus korupsi yang dilakukan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar telah menggurita. Akil pun diganjar hukuman seumur hidup karena menerima suap dan gratifikasi terkait penanganan belasan sengketa pilkada di MK, serta tindak pidana pencucian uang. Bahkan, menurut jurnalis senior Harian Kompas yang menulis buku "Akal Akal Akil", Budiman Tanuredjo, kasus korupsi Akil merupakan salah satu skandal terbesar sepanjang sejarah peradilan Indonesia. Belum pernah terjadi seorang hakim yang juga Ketua MK masuk penjara gara-gara terbukti melakukan korupsi dan pencucian uang yang melibatkan uang sampai ratusan miliar rupiah. Tertangkap tangan pula.

(37)

Sejumlah kepala daerah dan juga pihak swasta turut terseret dalam pusaran kasus Akil. Sebut saja, Gubernur Banten Atut Chosiyah dan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. Keduanya terbukti menyuap Akil terkait sengketa Pilkada Lebak. Kini keduanya telah divonis penjara, empat tahun untuk Atut dan lima tahun untuk Wawan.

Berikut kasus sengketa Pilkada di MK yang dijadikan "proyek" oleh Akil, yang tengah disidik KPK mau pun yang masih "hangat" di pengadilan Tipikor:

1. Sengketa Pilkada Lebak

Jatuhnya vonis terhadap Gubernur Banten Atut Chosiyah dan Adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan tidak lantas membuat kasus sengketa Pilkada Lebak di MK ditutup. KPK mengembangkan penyidikan terhadap kasus ini sehingga menyeret mantan kandidat Pilkada Lebak 2013, yaitu Amir Hamzah dan Kasmin sebagai tersangka. Amir dan Kasmin diduga bersama-sama Atut dan Wawan menyuap Akil untuk memengaruhinya dalam memutus permohonan keberatan hasil Pilkada Lebak yang diajukan pasangan tersebut. Dalam Pilkada Lebak, Amir-Kasmin kalah suara dengan pesaingnya, pasangan Iti Oktavia Jayabaya-Ade Sumardi. Atas kekalahan itu, Amir mengajukan keberatan hasil Pilkada Lebak ke MK. Adapun Susi Tur Andayani merupakan kuasa hukum Amir-Kasmin.

2. Sengketa Pilkada Tapanuli Tengah

KPK menetapkan Gubernur Tapanuli Tengah Bonaran Situmeang sebagai tersangka pada 19 Agustus lalu. Dalam amar putusan majelis hakim Pengadilan Tipikor, Akil terbukti menerima suap terkait dengan Pilkada Tapanuli Tengah sebesar Rp 1,8 miliar. Diduga, uang yang berasal dari Bonaran itu disetorkan ke rekening perusahaan istrinya, CV Ratu Samagat, dengan slip setoran ditulis "angkutan batu bara". Pemberian uang diduga untuk mengamankan posisi Bonaran yang digugat di MK setelah dinyatakan menang oleh KPUD Tapanuli Tengah. Pilkada Kabupaten Tapanuli Tengah dimenangi oleh pasangan Raja Bonaran dan Sukran Jamilan Tanjung. Namun, keputusan KPUD tersebut digugat oleh pasangan lawan. Selanjutnya, pada 22 Juni 2011, permohonan keberatan hasil Pilkada Tapanuli Tengah ditolak sehingga Bonaran dan Sukran tetap sah sebagai pasangan bupati dan wakil bupati terpilih. Meski demikian, Akil sebenarnya tidak termasuk dalam susunan hakim panel. Panel untuk sengketa pilkada saat itu adalah Achmad Sodiki (ketua), Harjono, Fadlil Sumadi.

(38)

Wali Kota non-aktif Palembang Romi Herton dan istrinya, Masyito, didakwa secara bersama-sama menyuap Akil sebesar Rp 14,145 miliar. Romi dan asangan kandidatnya, Harno Joyo, mengajukan gugatan terhadap hasil Pilkada Palembang dan meminta l Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palembang dibatalkan. Hasil Pilkada Palembang menyatakan bahwa pasangan Romi-Harno kalah suara dari pasangan Sarimuda-Nelly Rasdania dengan selisih 8 suara. Dalam sidang putusan perkara sengketa Pilkada Palembang yang digelar 20 Mei 2013, majelis hakim yang diketuai Akil mengabulkan permohonan Romi untuk membatalkan Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palembang. Putusan tersebut membatalkan unggulnya pasangan Sarimuda-Nelly Rasdania dan menyatakan Romi-Anwar memenangkan Pilkada Palembang.

Keterangan Tidak Benar dalam Sidang Akil

Selain kasus suap dan pencucian uang, orang-orang yang terlibat dalam pusaran korupsi sengketa Pilkada Akil juga berusaha menutupi kesalahan sejumlah pihak dengan memberi keterangan tidak benar dalam persidangan. Hal tersebut terjadi dalam kasus suap penanganan sengketa Pilkada Palembang. Selain menyuap Akil, Romi dan Masyito pun disebut memberi keterangan palsu dalan persidangan. Bahkan, orang dekat Akil bernama Muhtar Ependy dianggap memengaruhi saksi di persidangan dan mengarahkan saksi untuk memberi keterangan seperti yang diperintahkan.

1. Wali Kota Palembang Romi Herton dan istrinya, Masyito

(39)

Padahal, keduanya memesan atribut Pilkada di PT Promic Internasional dengan bukti tagihan kepada Romi serta barang bukti berupa produk yang dipesan Romi dan Masyito.

2. Pengusaha bernama Muhtar Ependy, teman dekat Akil

Muhtar Ependy, wirausahawan yang merupakan orang dekat Akil didakwa secara sengaja merintangi proses pemeriksaan di pengadilan terhadap saksi dalam perkara korupsi. Jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan, Muhtar memengaruhi keterangan sejumlah saksi dalam persidangan Akil. Dalam surat dakwaan, Muhtar disebut memengaruhi Romi dan Masyito, yang dihadirkan dalam sidang Akil. Muhtar meminta keduanya untuk bersaksi bahwa tidak mengenal Muhtar dan tidak pernah bersama-sama datang ke Bank Kalbar cabang Jakarta untuk menyerahkan sejumlah uang. Muhtar juga memengaruhi supirnya yang bernama Srino agar tidak mengakui pernah mengantar Muhtar ke rumah Akil di kawasan Pancoran untuk menyerahkan sejumlah uang. Padahal, berdasarkan keterangan saksi lainnya dari Bank Kalbar Cabang Jakarta yaitu Iwan Sutaryadi, Rika Fatmawati, dan Risna Hasrilianti, dinyatakan bahwa Srino pernah mengantar Muhtar ke bank tersebut untuk mengambil uang tunai senilai Rp 3 miliar dalam bentuk dollar Amerika untuk diantar ke rumah Akil. Muhtar lantas menghubungi Iwan untuk mencabut seluruh keterangannya dalam berita acara pemeriksaan dan menggantinya dengan keterangan baru yang tidak benar. Muhtar pun meminta Iwan untuk menyampaikan kepada Rika dan Risna untuk melakukan hal yang sama. Sehingga pada saat bersaksi di sidang Akil pada 24 Maret 2014, Iwan, Rika, dan Risna kompak menjawab tidak ingat pernah melihat kedatangan Masyito ke Bank Kalbar Cabang Jakarta atau pun mengenali Masyito.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(40)

memanfaatkan teknologi modern. Seseorang yang mengetahui ada dugaan korupsi jarang yang mau beraksi, dan kalaupun berani melapor serta beraksi, ada saja oknum penegak hukum yang tidak melakuakn tindakan hukum sebagaimana mestinya. Itulah sebabnya dalam kenyataan hidup sehari-hari, korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang. Masyarakat yang terbiasa korup, aka sulit membedakan mana tindakan yang korup dan mana yang bukan tindakan korup.

Penyebab yang ditimbulkan dari adanya korupsi antara lain yaiitu, sifat tamak dan keserakahan; ketimpangan penghasilan sesame pegawai negeri/pejabat Negara; gaya hidup konsumtif; penghasilan yang tidak memadai; kurang adanya keteladanan dari pimpinan; tidak adanya kultur organisasi yang benar; manajemen cenderung menutup korupsi di dalam organisasinya; nilai negative yang hidup di masyarakat; masyarakat tidak mau menyadari bahwa yang paling dirugikan oleh korupsi adalah masyarakat sendiri; moral yang lemah; kebutuhan hidup yang mendesak; ajaran agama kurang diterapkan secara benar; dan lain-lain.

Sedangkan akibat yang akan ditimbulkan oleh adanya tindak pidana korupsi yaitu, meningkatnya kesenjangan sosial; hilangnya kepercayaan investor; terjadinya degredasi moral dan etos kerja; berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah; menyusutnya pendapatan Negara; rapuhnya keamanan dan ketahanan Negara; hukum yang tidak lagi dihormati; dan lain-lain.

Korupsi sungguh menyebabkan krisis kepercayaan. Korupsi di berbagai bidang pemerintahan menyebabkan kepercayaan rakyat dan dukungan terhadap pemerintahan menjadi minim. Padahal tanpa dukungan rakyat program perbaikan dalam bentuk apapun tak akan pernah berhasil. Sebaliknya jika rakyat memiliki kepercayaan dan mendukung pemerintahan serta berperan dalam pemberantasan korupsi maka korupsi pun bisa diakhiri. Setiap orang berhak mencari, memperoleh dan memberikan informadsi dan pendapat maupun pengaduan kepada penegak hukum (Polisi, Jaksa, Hakim, Advokat) atau kepada KPK.

3.2 Saran

(41)
(42)

Cahaya, S., & Surachmin. (2011). Strategi & Teknik Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika.

Hartanti, E. (2012). Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika.

Ilyas, S. (2004). Korupsi Musuh Bersama. Jakarta: Lembaga Pencegah Korupsi.

Gambar

Tabel Indeks Persepsi Korupsi

Referensi

Dokumen terkait

Anda memperoleh nilai mati jika pada salah satu dari dua bagian soal jawaban benar yang Anda peroleh kurang dari 1/3 jumlah soal pada bagian tersebut.. BAGIAN PERTAMA TES

Laporan akhir ini masukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan studi pada jenjang Diploma III Jurusan Teknik Mesin Program studi konsentrasi Alat

Tempat bongkar muat barang di DAOP III Cirebon, DAOP IV Semarang, DAOP V Purwokerto, DAOP VI Yogyakarta, DAOP VIII Surabaya dan DIVRE I Medan sebagai lahan

[r]

Dalam hal ini peneliti banyak sekali menemukan tingkat kesopanan dan kesantunan baik perilaku atau tuturan yang dilakukan oleh santri satu dengan yang lainnya,

Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata

dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal tersebut (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan

Komunikasi Antara Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan Di Bawah 5 Tahun dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban atas