• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku yang Menyimpang dalam Etika Per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perilaku yang Menyimpang dalam Etika Per"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, dunia perbankan di Indonesia sudah sangat berkembang pesat. Hal ini terlihat dari sudah cukup banyaknya sarana dan prasarana berbagai bank yang terdapat di seluruh penjuru Indonesia. Akibatnya, terjadilah persaingan yang sangat masif antara berbagai bank yang terdapat di Indonesia. Persaingan inipun sangat terasa sekali antara bank syariah dengan bank konvensional, terutama dari aspek produk dan sarana penunjang bank itu sendiri.

Oleh karenanya, bank syariah dituntut untuk lebih mengembangkan industri perbankannya, terutama dalam aspek sarana dan prasarana, produk, pelayanan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, etika dalam perbankan syariah sangat dibutuhkan untuk menarik minat seorang nasabah agar menabung di bank syariah. Dalam etika ini ada beberapa poin secara umum yang harus diatur di dalamnya, seperti sikap & perilaku, penampilan, cara berbicara, gerak-gerik, dan lain-lain.

Oleh karena itu, di sini pemakalah akan menjelaskan pengertian yang lebih mendalam mengenai etika perbankan syariah, dan apa saja perilaku dalam perbankan syariah yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, serta apa saja perilaku perbankan syariah yang tidak sesuai dengan al-Quran dan al-Hadits, dan bagaimana cara kita menanggulanginya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan singkat diatas mengenai etika perbankan syariah, maka pemakalah akan membuat beberapa rumusan masalah, diantaranya:

1. Apa pengertian dari etika perbankan syariah?

2. Perilaku seperti apakah yang sesuai dengan etika perbankan syariah? 3. Perilaku seperti apakah yang tidak sesuai dengan etika perbankan syariah?

4. Bagaimana cara kita menanggulangi perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan etika perbankan syariah?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai tujuan penulisan makalah ini, diantaranya:

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari etika perbankan syariah.

(2)

3. Untuk mengetahui perilaku apa saja yang tidak sesuai dengan etika perbankan syariah.

4. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan etika perbankan syariah.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”, yang berarti sopan santun, perilaku, sifat, cara berinteraksi, dan adat istiadat Etika dalam hukum islam merupakan bagian dari akhlak. Adapun menurut H. A. Mustafa, etika adalah “ilmu yang menyelidiki tentang perilaku mana yang baik dan yang buruk dan juga dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang telah diketahui oleh akal pikiran.”

(3)

Etika dalam hukum islam, merupakan bagian dari akhlak. Etika merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak bukan hanya menyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan lahiriah saja. Akan tetapi akhlak ini juga mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu meliputi bidang syariah, akidah, ibadah, dan muamalah.1

2.2 Prinsip Dasar dalam Etika Perbankan Syariah

Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al-Islamiyah) yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal dan haram. Jadi perilaku yang etis dalam bisnis Islam itu adalah perilaku yang mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangannya. Dalam Islam, etika bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literature, dan sumber utamanya adalah al-Qur’an dan sunah Rasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran adalah elemen pokok dalam mencapai suksesnya suatu bisnis di kemudian hari.

Bank Syariah sebagai lembaga keuangan syariah haruslah mematuhi nilai-nilai syariah dalam menjalankan transaksi bisnisnya. Nilai-nilai syariah dalam perbankan syariah secara otomatis menuntut perbankan syariah untuk mematuhi etika-etika yang berlaku dalam Islam. Oleh karena itu, etika bisnis dalam Islam menjadi salah satu penilaian kesyariah-an suatu perbankan syariah.

Berikut beberapa ketentuan umum dari etika Islam yang harus dipatuhi oleh perbankan syariah dalam menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari:

1. Kesatuan (Unity/Tauhid)

Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.

Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.

2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)

(4)

apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi. Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis adalah kepercayaan.

Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan. Hal ini dijelaskan dalam surat al-Isra` ayat 35, yang berbunyi:

الليووأأتت ننستأحأتوت ررأيخت كتلوذتذ موميقوتتأسمنألٱ سواطتأسقوألٱبو ااوننزووت أمتنألكو اذتإو لتأيكتألٱ ااوفنأوأتوت

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

3. Kehendak Bebas (Free will)

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.

Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.

4. Tanggung jawab (Responsibility)

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.

5. Kebenaran (Rightness/Kejujuran)

(5)

Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.

2.3 Pentingnya Mendorong Etika Perbankan Syariah

Industri keuangan dan perbankan syariah terus berkembang di Indonesia. Hal tersebut didorong semakin banyaknya masyarakat yang menyadari pentingnya bersyariah dalam berekonomi. Kondisi tersebut akhirnya mendorong berbagai lembaga keuangan konvensional berlomba membuka divisi atau cabang syariah. Tujuannya agar dapat memberikan layanan keuangan syariah bagi masyarakat.

Berdasarkan data publikasi Bank Indonesia (BI) hingga Juli lalu, terdapat tiga bank umum syariah (BUS) dan 24 unit usaha syariah bank umum konvensional (UUS BUK). Selain itu, terdapat sebanyak 107 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Sedangkan, berdasarkan data bersumber situs Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), asuransi syariah saat ini berjumlah lebih dari 37 perusahaan atau cabang syariah. Selain itu, terdapat tiga perusahaan reasuransi yang memiliki divisi syariah dan lima broker asuransi syariah.

Namun menurut Ketua Mudharabah Institute, Muhammad Rizal Ismail, perkembangan keuangan dan perbankan syariah tersebut tidak terjadi secara menyeluruh. Perkembangan tersebut hanya terjadi pada sistem dan produk keuangan syariah. Sedangkan, perilaku pelaku keuangan dan perbankan syariah masih menggunakan pola konvensional. ''Saat ini penerapan ekonomi syariah dalam bisnis keuangan dan perbankan syariah hanya 50 persen karena hanya produknya saja dan belum perilaku Sumber Daya Manusianya,'' katanya kepada Republika.

(6)

Penerapan etika bisnis syariah, menurut Rizal, bertujuan untuk merealisasikan prinsip good corporate governance (GCG) bagi lembaga keuangan syariah. Namun, penerapan GCG bagi lembaga keuangan syariah (LKS) berbeda dengan lembaga keuangan konvensional karena GCG LKS disesuaikan dengan prinsp syariah. ''Misalnya saya masih melihat ada gejala riswah (suap) yang dipraktikkan lembaga bisnis syariah yang dianggap sebagai marketing fee,'' katanya.

Karena itu, menurut Rizal, penerapan etika bisnis syariah penting didukung semua pihak, baik pemerintah, regulator moneter, maupun pelaku bisnis syariah. Hal tersebut dilakukan dengan mendorong sosialisasi nilai-nilai etika bisnis syariah. Dengan demikian, kegiatan operasi bisnis lembaga keuangan dan perbankan syariah dapat dijalankan sesuai etika syariah.

Pendapat mengenai belum diterapkannya etika bisnis syariah juga sempat diungkapkan Direktur Bidang Syariah LPPI, Ari Mooduto akhir tahun lalu. Menurut dia, berdasarkan pengkajian lembaganya, masih banyak manajemen direksi bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) yang masih menerapkan budaya perbankan konvensional. Sehingga, hal tersebut berdampak pada citra perbankan syariah.

2.4 Perilaku-perilaku yang Menyimpang dalam Etika Perbankan Syariah

(7)

1. Al-Bathil

Menurut pengertiannya, al-bathil yang berasal dari kata dasar bathala, yang berarti fasada atau rusak, sia-sia, tidak berguna, dan bohong. Al-Bathil sendiri berarti yang batil, yang salah, yang palsu, yang tidak berharga, yang sia-sia dan yang menyerupai syaithan (al-Munawwir, 1984: 99-100). Penggunaan al-bathil dalam konteks perbankan, tersebut dalam al-Qur’an sebanyak empat kali.

Pertama, dalam surat al-Baqarah: 188, ditegaskan bahwa sifat kebatilan seringkali digunakan untuk memperoleh harta benda secara sengaja. Kedua, yaitu dalam surat an-Nisa: 29, ditegaskan larangan bisnis yang dilakukan dengan proses kebatilan. Ketiga, yaitu dalam surat an-Nisa: 160-161, al-bathil disebutkan dalam konteks kezhaliman kaum Yahudi yang suka melakukan riba dan memakan harta orang lain dengan jalan batil.

Keempat, dalam surat at-Taubah: 34, disebutkan bahwa kebatilan dalam bisnis telah banyak dilakukan baik dengan menghalang-halangi dari jalan Allah, menimbun harta atau tidak mengeluarkan. Di sinilah posisi strategisnya etika perbankan syariah, yaitu untuk menjaga pengelolaan dan pengembangan harta benda yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dari jalan kebatilan.

2. Al-Fasad

Istilah ini disebut 48 kali dalam al-Qur’an. Kebanyakan penggunaannya mempunyai pengertian kebinasaan, kerusakan, membuat kerusakan, kekacauan di muka bumi, dan mengadakan kerusakan di muka bumi. Dalam surat Hud: 85 ditegaskan, bahwa mengurangi takaran dan timbangan merupakan kezhaliman. Demikian pula dalam surat al-A’raf: 85 dan al-Baqarah: 205, ditegaskan tentang perintah menyempurnakan takaran dan timbangan disandingkan dengan larangan mengadakan kerusakan atau kedzaliman di muka bumi.

Di tempat lain pada surat al-Maidah: 32, menyatakan bagaimana besar dan luasnya akibat yang ditimbulkan dari kezaliman. Dari ayat-ayat di atas dapat diambil pemahaman bahwa perbuatan yang mengakibatkan kerusakan atau kebinasaan, walaupun kelihatannya sedikit dianggap oleh al-Qur’an sebagai kerusakan yang banyak. Mengurangi hak atas suatu barang (komoditas) yang didapat atau diproses dengan menggunakan media takaran atau timbangan dinilai al-Qur’an seperti telah membuat kerusakan di muka bumi.

(8)

Azh-Zhulm bermakna meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, ketidakadilan, penganiayaan, penindasan, tindakan sewenang-wenang, dna kegelapan.2 Dalam konteks hubungan kemanusiaan, al-Qur’an pada beberapa tempat

menyatakan kandungan makna kezhaliman sebagai landasan praktek yang berlawanan dengan nilai-nilai etika, termasuk dalam mal bisnis. Dalam surat al-Baqarah: 279 dijelaskan, bahwa kita seharusnya tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya oleh pihak lain.

Dengan demikian dari pemahaman al-bathil, al-fasad dan azh-zhulm di atas, ketiganya dapat dihubungkan dengan pengertian hakikat bisnis, dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu landasan praktek mal-bisnis adalah setiap praktek bisnis yang mengandung unsur kebatilan, kerusakan dan kezaliman baik sedikit maupun banyak, tersembunyi maupun terang-terangan. Dan hal itu dapat menimbulkan kerugian secara materi maupun immateri baik bagi si pelaku, pihak lain, maupun masyarakat.

2.5 Doktrin Etika Bisnis Islam Dalam Fungsi-Fungsi Perbankan Syariah 1. Etika Pemasaran

Apapun yang dilakukan oleh aktifitas pemasaran adalah berorientasi pada kepuasan pasar, yakni kondisi saling ridho dan rahmat antara pembeli dengan penjual atas transaksi yang dilakukan.

2. Etika Produksi

Akhlak utama dalam produksi yang harus diperhatikan oleh kaum muslimin, baik secara individu maupun secara bersama ialah bekerja pada bidang yang dihalalkan oleh Allah SWT dan tidak melampaui apa yang diharamkan-Nya. Maka dari itu, Yusuf Qardhawi menyebutkan tujuan produksi, yakni untuk memenuhi kebutuhan setiap individu dan mewujudkan kemandirian umat.

3. Etika Manajemen Sumber Daya Manusia

Dalam pandangan islam, bahwa manusia itu hidup tidak hanya di dunia saja, namun setelah kehidupan dunia masih ada kehidupan akhirat. Dengan demikian, kebutuhan manusia islam tidak hanya memenuhi kebutuhan dunia tapi juga memenuhi kebutuhan yang terkait dengan urusan akhirat, atau dengan kata lain mewujudkan self trancedence.

(9)

Kebutuhan fitrah manusia yang tertinggi adalah self trancedence. Self trancedence alalah keadaan yang dapat dicapai melalui proses secara bertahap. Triyuwono menejelaskan, bahwa “Dengan dipengaruhi oleh iman, pengetahuan, dan tindakan, proses perkembangan diri dibimbing menuju tujuan tertinggi”. 4. Etika dalam Manajemen Keuangan

Penyusunan anggaran lembaga bisnis islami pada hakikatnya adalah upaya perencanaan bagi bank syariah. Dalam merencanakan dana, bank syariah harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan, yaitu kualitas manajemen, kualitas asset, sistem prosedur yang dimiliki, besar cadangan yang diperlukan, dan sumber dana yang dipilih.

5. Etika dalam Manajemen Akuntansi

Bahwa manusia adalah milik pribadi dan berada dalam konsep khalifatullah dimuka bumi. Dengan demikian manusia hanya memiliki kebebasan yang terbatas dalam hal pendapatan, pembelanjaan, penyimpanan dan penginventasian sumber daya mereka. Maka dalam pelaksanaan bisnis, masyarakat memiliki kebebasan untuk menggunakan sumber daya fisik bumi, tetapi dengan batas-batas yang ditentukan dan dapat mengkoordinasikan satu dengan yang lain untuk menjalankan dana dan kerja sama bisnis sesuai dengan petunjuk syariah.

2.6 Perilaku Terpuji yang Harus Dimiliki Praktisi Perbankan Syariah 2.6.1 Modal Dasar Sikap Praktisi Perbankan Syariah

Dalam prespektif ekonomi islam ada beberapa modal dasar sikap yang harus dimiliki seorang praktisi perbankan syariah yang tercermin pada sikap profesionalisme dalam perannya sebagai produsen produk syariah. Modal dasar sikap itu terdiri dari tanggung jawab, mandiri, kreatif, selalu optimis dan tidak mudah putus asa, jujur dan dapat dipercaya, serta sabar dan tidak panik ketika mengalami kegagalan. Berikut penjelasannya:

1. Bertanggung jawab

(10)

Dengan berbagai akal yang dimiliki, maka kita dapat mencapai rahmat dan rezeki-Nya di dunia ini. Karena bagi pribadi yang kreatif tidak akan pernah mengalami kegagalan atau kesulitan di dalam menuju keberhasilan cita cita. Allah berfirman dalam surat al-Jumu’ah ayat 10, yang berbunyi:

هتللتلا اورنكنذااوت هوللتلا لوضافت نامو اوغنتتبااوت ضورالا يفو اورنشوتتناافت ةنلصلتلا تويتضوقن اذتإوفت

نتوحنلوفاتن ماكنللتعتلت ارريثوكت

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

3. Selalu Optimis dan Tidak Mudah Putus Asa

Dalam ajaran Islam kita ditanamkan sikap selalu optimis dan tidak mudah untuk putus asa. Sikap optimisme dapat mendorong kesungguhan tekad untuk mendapatkan ridho Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surat Yusuf ayat 87, yang berbunyi: “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat allah swt. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat allah melainkan kaum yang kafir.”

4. Jujur dan Dapat Dipercaya

Kejujuran merupakan modal awal di dalam keberhasilan bisnis disegala bidang, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW di dalam setiap transaksi bisnisnya. Seorang pembisnis harus menyampaikan, menginformasikan, atau mempresentasikan produknya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan terbuka dan tidak ada yang disembunyikan.

5. Sabar dan Tidak Panik Dalam Menghadapi Kegagalan

Bagi para praktisi perbankan syariah tentunya menyadari bahwa allah akan memberikan suatu keberhasilan bagi siapa saja yang bersungguh sungguh di dalam melakukan usahanya dengan sifat sabar dan tidak panik ketika mengalami kegagalan. Dalam ilmu mahfuzhat disebutkan: “Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya (berhasil).”

2.6.2 Menghindari Empat Penyakit Hati

Praktisi perbankan syariah harus menghindari empat penyakit hati, diantaranya:

1. Berburuk Sangka (Su’uzhan)

(11)

Berprasangka baik atau berpikiran positif terhadap segala sesuatu yang datangnya dari Allah, maka artinya ia memiliki keyakinan bahwa jika ia berusaha maka Allah akan mengabulkan keinginannya. “Hai orang orang yang beriman jauhilah banyak menyangka, karena sesungguhnya sebagian sangkaan itu berdosa.” (Q.S. Al-Hujarat: 12). “Hati-hatilah kamu terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu sedusta-dusta omongan.” (H.R. Bukhari)

2. Menggunjing (Ghibah)

Praktisi perbankan syariah harus dapat menjaga etika yang mencerminkan nilai nilai keislaman diantaranya tidak diperkenankan untuk menggunjing atau melakukan ghibah. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-Hujurat ayat 12, yang berbunyi: “Janganlah kalian menggunjingkan satu sama lain. Apakah salah seorang dari kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Tawwab (Maha Penerima taubat) lagi Rahim (Maha Menyampaikan rahmat).”

3. Mengadu Domba (Namimah)

Sebagai praktisi perbankan syariah, dalam melakukan prospek terhadap calon nasabah dilarang menawarkan produk dari perbankan yang berbeda-beda karena dapat menimbulkan unsur penilaian subyektif kepentingan yang cenderung bersifat mengadu domba antar perusahaan.

4. Memata-matai (Tajassus)

Bagi praktisi perbankan syariah tidak diperkenankan untuk mencari-cari kelemahan suatu produk perbankan lain untuk disebarkan kepada para nasabah di dalam memenangkan persaingan bisnisnya. Hal ini dijelaskan dalam Hadits, yang berbunyi: “Barang siapa mengintip rumah suatu kaum tanpa ijin dari mereka, maka halal buat mereka untuk menusuk matanya.”(H.R. Bukhari)

2.6.3 Mewujudkan Sikap Profesional dalam Diri Praktisi Perbankan Syariah

Praktisi perbankan syariah harus memiliki sikap profesional dalam menjalankan bisnisnya, diantaranya:

1. Membuat Produk yang Sesuai dengan Syariah

(12)

daya, ketidakjelasan, dan riba. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat an-Nisa' ayat 29, yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."

2. Jujur Dan Tidak Curang

Seorang praktisi perbankan syariah dilarang untuk menyalahgunakan jabatannya, serta dilarang untuk menyalahgunakan barang-barang milik perusahaan untuk kepentingan dirinya sendiri, karena itu merupakan bentuk ketidak jujuran dan pencurian, keduanya dilarang oleh Islam. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat al-Anfaal ayat 27, yang berbunyi: “Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu menghianati allah dan rosul dan juga janganlah kamu menghianati amanat amanat yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui.”

3. Menentukan Rate Secara Adil

Seorang praktisi perbankan syariah harus dapat menentukan tingkat keuntungan yang diperolehnya secara adil agar dalam kegiatan muamalahnya tidak ada pihak lain yang terzalimi. Allah berfirman dalam surat al-An’am ayat 152, yang bernunyi: “Sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikul beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.”

4. Berperilaku Baik Dan Simpatik

Dalam etika perbankan syariah, kita diwajibkan dermawan kepada nasabah yang membutuhkan. Apabila tidak mampu memberi harta berupa uang, maka minimal kita hendaknya memperlakukan dia dengan tutur kata yang baik dan sopan. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat al-Hijr ayat 88, yang berbunyi: “Dan rendahkanlah hatimu terhadap orang orang yang beriman.” 5. Bersikap Adil terhadap Stakeholders

Perbuatan dan sikap adil dalam bisnis modern saat ini terutama dalam industri perbankan syariah harus dapat terlihat bagi semua stakeholders. Mereka harus merasa terpuaskan agar bisnis akan terus tumbuh dan berkembang.

6. Bersikap Melayani dan Mempermudah

Seorang praktisi perbankan syariah yang melayani dengan sifat yang sopan, santun, dan murah hati, maka itu adalah cerminan dari orang yang beriman.

(13)

Dengan adanya kompetisi dan persaingan secara sehat maka dinamika kehidupan akan terwujud. Dinamisnya kehidupan akan membawa kemajuan dan kehidupan yang lebih baik.

8. Mendahulukan Sikap Tolong Menolong (Ta’awun)

Allah memerintahkan kepada kita agar saling membantu dalam segala hal kebaikan, begitu pula antar manusia dalam kehidupan sosial. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-Ma`idah ayat 2, yang berbunyi:

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan".

9. Terpercaya atau Amanah

Amanah adalah suatu sikap kepribadian seseorang untuk selalu menepati segala sesuatu sesuai dengan ketentuan. Sebagai praktisi perbankan syariah, kita diberi kepercayaan oleh nasabah untuk menjaga atau mengelola dana yang diberikan kepada kita, ataupun dalam perusahaan kita diberi kepercayaan untuk memasarkan produk bank kepada customer. Dengan demikian, hal itu juga akan kita pertanggungjawabkan dihadapan allah.

10. Bekerja Secara Professional

Agar kita dapat bekerja secara profesional, maka paling sedikit kita harus memiliki tiga hal yang melekat pada diri kita, yaitu kuat (qawiy), sempurna (itqan), sungguh-sungguh (jahada). Hal ini berdasarkan pada Hadits yang berbunyi: “Apabila urusan diserahkan bukan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”. (HR. Bukhari).

11. Saling Menghormati dan Tidak Berburuk Sangka

Kompetisi yang adil, landasan utamanya adalah sikap yang saling menghormati dan tidak berburuk sangka. Tanpa sikap ini dipastikan akan terjadi kompetisi yang brutal, saling menjatuhkan, dan tentu jauh dari rahmat Allah SWT.

12. Senang Memberi Hadiah.

Pemberian diskon, bonus, parcel, dan pelayanan ekstra lainnya kepada mitra bisnis ataupun nasabah sangat dianjurkan dalam Islam apabila hanya semata-mata karena ingin menjalin silaturrahim untuk mendapat ridho Allah.

13. Sabar dalam Menghadapi Customer dan Competitor

(14)

dengan mengatasi berbagai ujian tersebut maka kita semakin piawai dalam menangani bisnis syariah.

2.6.4 Penampilan dan Sikap Praktisi Perbankan Syariah dalam Melayani Nasabah

Dalam melayani nasabah, praktisi atau karyawan bank syariah dituntut untuk berpenampilan semenarik mungkin, karena penampilan adalah hal pertama yang dilihat oleh nasabah. Secara umum penampilan dan sikap yang harus ditampilkan oleh setiap pegawai bank diantaranya:

1. Bersikap wajar. Maksudnya sikap dan tindakan setiap karyawan bank tidak dibuat-buat.

2. Dalam hal berpakaian harus selalu rapi, serasi dan bersih, dan tidak menggunakan aksesoris dan make-up yang berlebihan.

3. Selalu mengucapkan salam ketika bertemu atau berpisah dengan nasabah, termasuk ucapan terima kasih.

4. Selalu bersikap optimis dan tidak pesimis serta tidak ragu-ragu dalam bertindak, sehingga mampu memberikan kepada nasabah atas layanan yang diberikan. 5. Berprilaku yang baik lincah, gesit, mudah bergaul, dan cepat tanggap namun

tidak over acting didepan nasabah atau tamu yang pada akhirnya dapat membuat nasabah jengkel.

6. Lemah lembut dan sopan dalam melayani tamu atau nasabah, sehingga membuat nasabah merasa dihargai oleh karyawan bank.

7. Selalu memberikan perhatian, tidak cuek dalam menghadapi tamu, mitra bisnis, ataupun nasabah, dalam hal ini tamu, mitra bisnis, ataupun nasabah merasa mendapatkan perhatian serius.

8. Selalu suka membantu, sehingga nasabah merasa ringan dalam menghadapi urusannya.

Semua perkara-perkara terpuji di atas dijelaskan oleh Allah SWT Q.S. al-Baqarah ayat 83, yang berbunyi:

(15)

kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”

Jadi memang sudah sangat jelaslah, bahwa al-Quran juga mengajarkan kita calon praktisi atau karyawan perbankan syariah untuk senantiasa berwajah manis, berprilaku baik dan simpatik kepada sesama manusia, serta al-Quran juga mengharuskan pemeluknya untuk berlaku sopan dalam setiap hal.

2.7 Perilaku Tidak Terpuji yang Harus Dihindari Praktisi Perbankan Syariah

Di dalam aplikasi perbankan syariah terdapat banyak hal tidak terpuji yang harus dihindari oleh para praktisi perbankan syariah, diantaranya:

1. Tidak adil dalam penentuan nisbah bagi hasil.

2. Melakukan transaksi yang mengandung unsur maysir, gharar, tadlis, dan riba. 3. Khianat atau tidak menepati janji.

4. Tidak bekerja secara profesional. 5. Bersaing secara tidak sehat.

6. Menerima suap atau melakukan suap untuk melancarkan kegiatan bisnis perbankan syariah.

7. Menerima uang hasil curian dan korupsi.

8. Melakukan tindakan korupsi ataupun money laundrying 9. Melakukan sumpah palsu atau berkata dusta.

10. Melakukan penekanan dan pemaksaan terhadap nasabah atau kompetitor. 11. Mempermainkan tingkat keuntungan bank (tidak adil).

12. Tidak menghormati nasabah, mitra bisnis, ataupun kompetitor. BAB III

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dari berbagai uraian yang ada dan berdasarkan data yang diperoleh, serta dari hasil pembahasan dalam penulisan makalah ini, maka pemakalah dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Etika perbankan syariah adalah perilaku dari para praktisi ataupun karyawan perbankan syariah yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits.

(16)

4. Perilaku yang menyimpang dari etika perbankn syariah diantaranya Bathil, al-Fasad, dan azh-zhulm.

3. Modal dasar dari sikap yang harus dimiliki oleh praktisi perbankan syariah diantaranya bertanggung jawab, kreatif, selalu optimis dan tidak mudah putus asa, jujur dan dapat dipercaya, serta sabar dan tidak panik dalam menghadapi kegagalan. 4. Terdapat empat penyakit hati yang harus dihindari oleh praktisi perbankan syariah,

diantaranya su’uzhan, ghibah, namimah, dan tajassus.

5. Sikap Profesional yang harus ada dalam diri praktisi perbankan syariah diantaranya membuat produk yang sesuai dengan syariah, bersikap jujur, menentukan rate secara adil, berperilaku baik dan simpatik, bersikap adil, melayani dan mempermudah, bersaing secara sehat, mendahulukan sikap tolong-menolong, amanah, bekerja secara profesional, saling menghormati dan tidak berburuk sangka, senang memberi hadiah, serta sabar dalam menghadapi customer dan competitor. 6. Perilaku tidak terpuji yang harus dihindari oleh praktisi perbankan syariah

diantaranya tidak adil dalam penentuan nisbah bagi hasil, melakukan transaksi yang mengandung unsur maysir, gharar, tadlis, dan riba, tidak menepati janji, tidak bekerja secara profesional, bersaing secara tidak sehat, menerima suap atau melakukan suap untuk melancarkan kegiatan bisnis perbankan syariah, menerima uang hasil curian dan korupsi, melakukan tindakan korupsi ataupun money laundrying, melakukan sumpah palsu atau berkata dusta, melakukan penekanan dan pemaksaan terhadap nasabah atau kompetitor, mempermainkan tingkat keuntungan bank (tidak adil), serta tidak menghormati nasabah, mitra bisnis, ataupun kompetitor.

3.2 Saran

(17)

Daftar Pustaka

http://husna-syakur.blogspot.co.id/2013/04/etika-perbankan-syariah-dalam-melayani.html.

http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/01/perilaku-bisnis-menyimpang-menurut-al.html.

http://catatanrohmatafandi.blogspot.co.id/2013/05/prinsip-dan-etika-bisnis-syariah.html.

https://erlianabanjarnahor19.wordpress.com/2014/07/15/kasus-etika-bisnis-dalam-perbankan-bank-syariah-mandiri-cabang-bogor/.

http://cokelat-hijau.blogspot.co.id/2015/06/etika-dalam-sistem-perbankan-syariah.html.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pembuatan aplikasi ini adalah menghasilkan sebuah aplikasi visualisasi wayang kulit berbasis android yang dapat digunakan sebagai referensi oleh

Selama menempuh pendidikan di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, penulis terlibat dalam kegiatan organisasi yaitu pernah mengikuti organisasi BEM (Badan Eksekutif

Peristiwa tutur adalah sebuah peristiwa terjadinya interaksi berbahasa dalam sebuah tindak tutur yang melibatkan dua pihak baik penutur dan petutur yang berisi satu pokok

Konsumsi kalsium dari susu dan pangan sumber kalsium tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan densitas tulang dan tinggi badan, tetapi konsumsi dan frekuensi minum susu

Meningkatan peran dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraa n pengelolaan air limbah Berkurangnya praktek BABS menjadi 25% di wilayah non perkotaan / RIK pada tahun 2017 25%

[r]

Pentingnya Aspek Apresiasi dalam Pembelajaran Seni Rupa Sebagai Upaya Menumbuhkan Kesadaran Budaya1. Illiyyin

Pada awal Orde Baru, sebenarnya sempat muncul romantisme politik Islam, yang telah mati suri di era Demokrasi Terpimpin. Harapan baru ini terutama dilandaskan pada