PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK IPA TERPADU BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERINTEGRASI PENDIDIKAN
KARAKTER MELALUI F OUR STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT
Ardian Asyhari1, Widya Wati2, Irwandani3, Nani Umi Saidah4 1,2,3,4Pendidika n Fisika, IAIN Ra den Inta n La mpung, Ba nda r La mpung
a rdia na syha ri@ra deninta n.a c.id
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tidak adanya Lembar Kerja Peserta Didik yang mendukung pembelajaran IPA Terpadu pada tema indera pendengaran dan sistem sonar pada makhluk hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, menguji kelayakan, mengetahui respons peserta didik, dan memaparkan karakteristik Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) IPA Terpadu berbasis inkuiri terbimbing yang terintegrasi pendidikan karakter melalui Four Steps Tea ching Ma teria l Development (4S TMD).
Penelitian ini dilakukan dengan metode Resea rch a nd Development (R&D) dengan tahapan seleksi, strukturisasi, karakterisasi, dan reduksi didaktik. Berdasarkan uji kelayakan produk, yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kelayakan kegrafikan, LKPD yang dikembangkan terkategori “Sangat Layak”. Karakteristik LKPD yang dikembangkan meliput i kedekatan tema ajar dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, kesesuaian LKPD dengan BSNP, dan karakteristik LKPD yang mendukung pendidikan karakter. Respons peserta d idik terhadap LKPD yang dikembangkan terkategori “Sangat Baik”. Produk dari penelitian ini adalah berupa Lembar Kerja Peserta Didik dengan tema sistem sonar pada makhluk hidup berbasis inkuiri terbimbing dan terintegrasi pendidikan karakter.
Kata kunci : Lemba r Kerja Peserta Didik, Pembela ja ra n IPA Terpa du, Inkuiri Terbimbing , Pendidika n Ka ra kter
ABSTRACT
This research was motivated by the absence of Worksheet Students that support learning Integrated Sciences on the theme of the sense of hearing and sonar systems in living things. This research aims to develop, test feasibility, knowing student’s responses, and describes the characteristics of Worksheet Students (LKPD) Integrated Science-based guided inquiry that integrates character education through the Four Steps Teaching Material Development (4S TMD).
The Stages of Research and Development (R&D) was the selection process, structure, characterization, and didactic reduction. Based on the due diligence of products, namely the feasibility of the content, presentation, language, and graphic feasibility, LKPD categorized as "Very Decent". Characteristics include proximity LKPD developed the theme of teaching with everyday life learners, LKPD conformity with National Education Standards and LKPD characteristics that support character education. Response learners to LKPD categorized as "Very Good". The products of this research is in the form of Worksheet Students with themes so nar system in living organisms based guided inquiry and integrated character education.
PENDAHULUAN
Bahan ajar dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan yang dapat mendukung pembelajaran. Banyak penelitian tentang pengembangan bahan ajar yang terfokus pada learning object. Learning object pada lingkup pendidikan yang dimaksud adalah berupa bahan yang dapat digunakan ataupun digunakan kembali dalam pembelajaran, seperti rencana pembelajaran, video, buku, dll (Wang, 2006). Kebutuhan akan bahan ajar yang dapat mendukung pembelajaran IPA Terpadu menurut Yuliati (2013) sangat tinggi, hal tersebut dikarenakan tidak tersedianya bahan ajar yang secara tepat memadukan fisika, biologi, dan kimia dalam satu pokok tema ajar. Kebutuhan akan bahan ajar IPA Terpadu juga bisa kita lihat pada gambar yang diperoleh dari Google Trend berikut ini.
Gambar 1. Grafik Pencarian Bahan Ajar IPA Terpadu Januari 2007-Januari 2016
LKPD menurut Trianto (2011) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran berisi tugas yang didalamnya berisi petunjuk dan langkah- langkah untuk menyelesaikan tugas. LKPD dapat berupa panduan untuk latihan pengembanga n aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi. Menurut Depdiknas dalam panduan pelaksanaan materi pembelajaran SMP (2008), (1) LKPD dapat membantu peserta didik untuk menemukan suatu konsep dengan mengetengahkan terlebih
dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan
konsep yang akan dipelajari, memuat apa yang (harus) dilakukan peserta didik
meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis, (2) membantu peserta didik
berfungsi sebagai penuntun belajar, penguatan, dan juga berfungsi sebagai petunjuk
praktikum.
Bidang studi IPA diajarkan pada tataran SMP dalam bingkai pembelajaran terpadu. Secara umum, pembelajaran terpadu memiliki kesamaan dengan pembelajaran biasa, yang membedakannya secara mendasar adalah pembelajaran terpadu dalam pengemasan materi belajarnya tidak mengikuti struktur suatu disiplin ilmu atau mata pelajaran tertentu, tapi terjadi lintas bahasan bidang studi/topik bahasan bidang studi/topik bahasan yang dipadukan oleh suatu fokus tertentu (Hartati, 2015). Trianto (2014) menyatakan bahwa melalui pembelajaran terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Peserta didik akan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara meluruh (holistis), bermakna, autentik, dan aktif.
Pembelajaran IPA SMP/MTS sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmia h (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup
(BSNP, 2006). Pembelajaran inkuiri yang tepat untuk diberikan kepada peserta
didik SMP adalah jenis inkuiri terbimbing (Yuniarita, 2014) karena Model inkuir i ini banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberi petunjuk, baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri (Suparno, 2007).
Pengintegrasian pendidikan karakter terhadap bahan ajar sebagai penunjang sarana pembelajaran, selain berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, juga telah sesuai dengan prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dikemukakan oleh Kemendiknas (2010), yaitu berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran, nilai dikembangkan, dan dilakukan dengan aktif dan menyenangkan. Sehingga dengan prinsip ini, peserta didik dapat belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat.
tidak hanya menyeleksi materi subjek dari sumber-sumber bahan ajar seperti buku teks atau buku referensi yang lain, tetapi juga dikembangkan nilai-nilai yang dapat digali oleh peserta didik saat mempelajari materi subjek tersebut. Tahapan 4S-TMD tidak berhenti pada proses seleksi, namun terdapat tiga tahapan lain yang digunakan untuk mengembangkan bahan ajar. Tiga tahapan tersebut masing- masing adalah: tahapan strukturisasi, tahapan karakterisasi dan tahapan reduksi yang tidak terdapat dalam cara mengolah bahan ajar lainnya. Ketiga tahapan ini merupakan tahapan lanjutan yang harus dilakukan guna mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Dalam tiga tahapan lanjutan ini, melibatkan peserta didik untuk membangun struktur konsep dalam pikiran peserta didik, mengkarakterisasi konsep materi berdasarkan tingkat kesulitan menurut peserta didik, dan mengurangi tingkat kesulitan tersebut agar peserta didik dapat lebih paham dalam memahami konsep materi yang disajikan pada bahan ajar (Hendri, 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, menguji kelayakan, dan mengetahui respons peserta didik terhadap Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) IPA Terpadu berbasis inkuiri terbimbing yang terintegrasi pendidikan karakter melalui Four Steps Teaching Material Development (4S-TMD).
METODE PENELITIAN
Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa metode penelitian R & D pada akhirnya akan menghasilkan produk tertentu. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah berupa LKPD IPA Terpadu dengan tema indera pendengaran dan sistem sonar pada makhluk hidup dengan sebelumnya melakukan pengujian kelayakan produk dan kelayakan bahan ajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini selain berupa instrumen validasi kelayakan isi, kegrafikan, kelayakan guna, dan respons peserta didik yang berupa data kuantitatif, juga terdapat instrume n penelitian yang digunakan pada setiap langkah pengembangan yang dilakukan berupa data kualitatif; pada tahap seleksi, instrumen yang digunakan adalah instrumen kesesuaian konsep, indikator, dan kesesuaian kompetensi dasar. Pada tahap strukturisasi, instrumen yang digunakan adalah instrumen kesesuaian sistematika LKPD, dan instrumen yang digunakan pada tahap karakterisasi adalah berupa instrumen untuk mengetahui keterpahaman terhadap kalimat. Penelitian ini melibatkan 2 orang ahli, yaitu ahli media dan ahli materi, 1 orang praktisi pendidikan, dan melibatkan 29 orang peserta didik pada MTs Ma’arif Tanjungsari.
Analisis data kualitatif dilakukan dengan mengkonversinya dalam skala kuantitatif dengan ketentuan yang terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penskoran Data Kualitatif Kategori Skor
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
SS 5 1
S 4 2
R 3 3
TS 2 4
STS 1 5
Skor dari setiap pernyataan, seluruhnya dirata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase capaian dengan menggunaka n rumus:
%�� =���̅̅̅
� %
Keterangan:
SS = Skor rata-rata Sm = Skor maksimal
Tabel 2. Kriteria Tanggapan Tanggapan Responden (%) Kriteria
R = 0 Tak seorang pun
0 < R < 25 Sebagian kecil 25 < R < 50 Hampir setengah
R = 50 Setengah
50 < R < 75 Sebagian besar 75 < R < 100 Hampir seluruh
R = 100 Seluruh
(Riduwan dalam Muslim, 2014) Sedangkan untuk data kuantitatif yang diperoleh pada penelitian ini di analisis dengan metode persentase setiap aspek (Bramianto, 2014), dengan kriteria penilaian kelayakan LKPD yang di adaptasi dari Kemendikbud (2013) yang ditunjukkan pada Tabel 3.
��� = Σ� � � � � � ℎ � �
Σ � � � � %
Tabel 3. Kriteria Penilaian Kelayakan Bahan Ajar Persentase
Penilaian Kriteria Kelayakan 90% < x ≤ 100% Sangat Layak
75% < x ≤ 90% Layak
60% < x ≤ 75% Cukup Layak
≤ 60% Kurang Layak
(Kemendikbud, 2013)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah hasil dan pembahasan setiap tahap dari penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dengan langkah 4S-TMD.
1. Tahap Seleksi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar pada tema indera pendengeran dan sistem sonar pada makhluk hidup yaitu:
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
1. Mendeskripsikan konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, serta penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan
sehari-hari
2. Melakukan pengamatan atau percobaan tentang getaran, gelombang, dan bunyi
Indikator :
1. Menjelaskan hubungan antara struktur dan fungsi organ pendengaran pada manusia
2. Menjelaskan proses mendengar pada manusia
3. Menjelaskan hubungan antara periode dan frekuensi pada getaran 4. Membedakan karakteristik gelombang transversal dan gelombang
longitudinal
5. Mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang
6. Menyebutkan karakteristik gelombang bunyi.
7. Membedakan infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
8. Mengidentifikasi gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari. 9. Mendeskripsikan sistem sonar serta pemanfaatan sistem sonar dalam
teknologi
10.Melakukan percobaan dan pengamatan tentang getaran.
11.Melakukan percobaan dan pengamatan tentang gelombang bunyi.
Setelah melalui proses penilaian kesesuaian konsep, indikator, dan kesesuaian kompetensi dasar oleh ahli, diketahui nilai yang diperoleh adalah 100 (R=100), artinya konsep, indikator, dan kompetensi dasar, seluruhnya telah sesuai. 2. Tahap Strukturisasi
Pembuatan peta konsep dalam tahap strukturisasi bertujuan untuk membangun struktur kognitif peserta didik berkaitan dengan materi / konsep yang akan dipelajari (Arifin, 2015). Pada tahap ini pula nilai karakter yang akan diintegrasikan di strukturisasi bersama Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar agar dapat menunjang pengembangan nilai- nilai karakter pada tiap hirarki konsep yang telah dipetakan. Karakter yang dipilih untuk diintegrasikan dalam LKPD ini menggunakan panduan pengembangan nilai oleh Kemendiknas (2010) untuk jenjang kelas 7-9, yaitu rasa ingin tahu, kerja keras, jujur, disiplin, dan kreatif.
Tabel 4. Strukturisasi Nilai Karakter yang terintegrasi dengan SK dan KD Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Nilai Karakter
Indikator Nilai Berdasarkan Jenjang Kelas 7-9 Memahami
konsep getaran, gelombang,
bunyi, dan
pendengaran, serta
penerapannya dalam sistem
sonar pada
hewan dan
dalam kehidupan sehari-hari. 1. Mendeskripsikan konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, serta
penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam
kehidupan sehari-hari
Rasa Ingin Tahu
Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui tentang indera pendengaran dan sistem sonar pada makhluk hidup Kreatif Kreatif dalam
bertanya dan menyampaikan pendapat
2. Melakukan pengamatan atau percobaan tentang getaran, gelombang, dan bunyi
Rasa Ingin Tahu
Melakukan
pengamatan untuk mengetahui indera pendengaran dan sistem sonar pada makhluk hidup Kerja Keras Melakukan berbagai
upaya
Jujur Melaporkan hasil pengamatan dan percobaan sesuai dengan kenyataan Disiplin Melakukan
pengamatan dan percobaan sesuai dengan arahan guru dan petunjuk percobaan
Untuk penilaian terhadap sistematika penyusunan LKPD, diketahui nilai yang diperoleh adalah 70 (R=70) yang berarti sebagian besar penyusunan hirarki konsep, pengintegrasian nilai, pemenuhan terhadap aspek LKPD berbasis inkuir i terbimbing, dan sistematika penulisan dapat diterima.
3. Tahap Karakterisasi
Setelah melewati tahap seleksi dan strukturisasi, disusunlah LKPD yang akan diujicobakan kepada 29 orang peserta didik pada MTs Ma’arif Tanjungsar i untuk mengetahui keterpahaman mereka terhadap struktur kata dalam paragraf atau dalam pertanyaan. Sehingga didapatkanlah data yang berupa paragraf atau pertanyaan yang harus direduksi. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa nilai yang diperoleh pada penilaian keterpahaman adalah 80 (R=80), yang berarti hampir seluruh pertanyaan dan pernyataan dalam paragraf yang menyusun LKPD dapat diterima.
4. Tahap Reduksi
Pertanyaan dan pernyataan dalam paragraf yang tidak dipahami oleh peserta didik dan harus direduksi adalah berkaitan dengan (1) pertanyaan yang kurang jelas (penggunaan diksi), (2) kalimat yang menjelaskan konsep yang bersifat abstrak tanpa disertai contoh dan gambar / ilustrasi, serta (3) pemakaian diksi dalam menyusun langkah pengamatan dan percobaan yang kurang tepat.
Jumlah pertanyaan dan pernyataan yang harus direduksi ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Reduksi Pertanyaan dan Pernyataan LKPD
Kegiatan 1 2 3 4
Jumlah pertanyaan dan pernyataan yang
direduksi
1 2 3 2
Pertanyaan dan pernyataan yang telah direduksi kemudian disusun kembali sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh peserta didik.
Gambar 2. Hasil Validasi Ahli Media
Berdasarkan hasil validasi terhadap desain LKPD yang dikembangka n diketahui bahwa persentase nilai untuk tiap aspek, yaitu desain sampul, desain isi, kelugasan bahasa, dialogis dan interaktif, kesesuaian dengan kaidah bahasa, dan persentase penilaian pada aspek penggunaan istilah, simbol dan ikon adalah, 100% sehingga rerata dari persentase hasil validasi media adalah 100% dengan kategori “Sangat Layak”. Contoh dari desain LKPD terdapat pada Lampiran 2. Hasil validasi ahli materi selengkapnya disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Hasil Validasi Ahli Materi
Berdasarkan hasil validasi terhadap materi (isi) LKPD yang dikembangka n, persentase untuk aspek kesesuaian materi dan SK-KD adalah 89%, keakuratan materi 94%, kemutakhiran materi 94%, mendorong rasa ingin tahu 100%, teknik
100% 100% 100% 100% 100% 100%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
89% 94% 94%
100%
70%
100% 100% 100%
86%
97%
90%
86%
93%
80% 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94% 96% 98%
Respons Peserta Didik
penyajian 70%, pendukung penyajian 100%, pendukung pembelajaran 100%, dan aspek koherensi mendapatkan persentase nilai sebesar 100%. Sehingga rerata untuk validasi materi adalah 93,75% dengan kategori “Sangat Layak”. Contoh dari isi LKPD terdapat pada Lampiran 3. Berikut ini adalah hasil penilain praktisi pendidikan yang disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil Penilaian Praktisi Pendidikan
Berdasarkan hasil penilaian praktisi pendidikan diketahui bahwa, persentase nilai untuk kualitas isi adalah 100%, kebenaran konsep 100%, kedalaman materi 80%, penggunaan bahasa 100%, kemudahan penggunaan 100%, karakteristik inkuiri terbimbing 70%, kemenarikan desain 100%, dan aspek koherensi mendapatkan persentase nilai sebesar 100%. Sehingga rerata untuk penilaia n praktisi pendidikan adalah sebesar 93,75% dengan kategori “Sangat Layak”.
Gambar 5. Hasil Respons Peserta Didik
100% 100%
80%
100% 100%
70%
100% 100%
Berdasarkan hasil respons peserta didik, diketahui bahwa bahasa sebanyak 86% peserta didik menilai LKPD mudah dipahami, 97% menilai mudah di baca, 90% mempermudah belajar, 86% menilai LKPD menjadikan belajar lebih terarah, dan 93% menilai LKPD yang dikembangkan semakin memotivasi untuk belajar. Sehingga rerata dari respons peserta didik adalah 90,4% dengan kategori “Sangat Baik”.
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulka n bahwa produk yang dikembangkan, yaitu berupa LKPD dengan tema indera pendengaran dan sistem sonar pada makhluk hidup terkategori “Sangat Layak” dan respons peserta didik terhadap produk terkategori “Sangat Baik”.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. 2014. Pengolahan Bahan Ajar. Bahan Perkuliahan Pengolahan Bahan Ajar SPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Arifin. 2015. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Pada Tema Udara Melalui Four Step Teaching Material Development. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, 2(1).
Bramianto, Erix Triadi. 2014. Pengembangan Media Komputer Pembelajaran (CAI) pada mata pelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(1): 31-45
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pelaksanaan Materi Pembelajaran SMP. Jakarta: Depdiknas.
Hartati, Risa. 2015. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Implementasi Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelaja ran IPA Terpadu Siswa SMP. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015, 505-508.
Kemendikbud. 2013. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Kemendikbud
Kemendiknas. 2010. Bahan Pelatihan: Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas RI.
Muslim. 2014. Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi Calon Guru Fisika. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian & Pengembangan.Bandung: Alfabeta
Suparno, Paul. 2007. MetodologiPembelajaran Fisika Konstruktivistik & Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
---. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Bandung: Bumi Aksara
Wang, Hei-Chia, Hsu, Shien-Wei. 2006. Teaching-Material Design Center: An ontology - based system for customizing reusable e-materials. Elsevie r
Computers & Education Journal, 46(2): 458-470
Yuliati. 2013. Efektivitas Bahan Ajar IPA Terpadu Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9(1): 53-57
A. LAMPIRAN 1: PETA KONSEP
Terdiri dari Telinga Luar Telinga Tengah Telinga Dalam Daun Telinga Saluran Telinga Rumah Siput Organ Korti Gendang Telinga Tulang Telinga Saluran Eustachius meliputi meliputi m e li p u ti SISTEM SONAR Infrasonik Audiosonik Ultrasonik
Ekolokasi Mengukur Kedalaman Laut Tes USG Gaung Gema Berdasarkan energinya GELOMBANG Gelombang elektromagnetik Gelombang Mekanik Gelombang Transversal Gelombang Longitudinal merambat melalui
memiliki
BUNYI GETARAN
ORGAN PENDENGARAN
MANUSIA Amplitudo
Periode Frekuensi
Terdiri dari
meliputi manfaat Berdasarkan frekuensi Berdasarkan pemantulan INDRA PENDENGAR