• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERLEUKIN-31 SERUM PADA DERMATITIS ATOPIK ANAK SERUM OF INTERLEUKIN-31 IN PAEDIATRIC ATOPIC DERMATITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERLEUKIN-31 SERUM PADA DERMATITIS ATOPIK ANAK SERUM OF INTERLEUKIN-31 IN PAEDIATRIC ATOPIC DERMATITIS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

INTERLEUKIN-31 SERUM PADA DERMATITIS ATOPIK ANAK

SERUM OF INTERLEUKIN-31 IN PAEDIATRIC ATOPIC DERMATITIS

Shinta Novianti Barnas, Farida Tabri, Faridha S.Ilyas

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi : dr. Shinta Novianti Barnas

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin, Makassar Hp.081943200777

(2)

2 Abstrak

Interleukin-31 adalah salah satu sitokin yang diduga mempunyai peran dalam mencetuskan gatal pada dermatitis atopik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya ekspresi IL-31 serum pada dermatitis atopik (DA) anak. Penelitian dilakukan di poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirousodo dan RS jejaring di Makassar dengan metode cross-sectional deskriptif. Sampel penelitian sebanyak 10 pasien DA anak dan 20 anak sehat dengan riwayat atopi yang ikut dalam penelitian ini, dilakukan Pengambilan darah vena untuk kemudian diperiksa kadar IL-31 serum dengan menggunakan teknik ELISA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar IL-31 serum pada anak dengan DA secara signifikan lebih tinggi (rerata 13.5738 ± 3.66894 pg/mL, median 12.3818 pg/mL) dibandingkan kadar IL-31 serum pada anak sehat (rerata 10.4369 ± 0.78864 pg/mL dan median 10.6042) dengan p<0,05. Namun hal ini harus diteliti lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih bervariasi.

Kata kunci: Dermatitis atopik, kadar IL-31 serum, SCORAD

ABSTRACT

Interleukin-31 is a cytokine that is suspected to have role in triggering pruritus in atopic dermatitis. This aim of the study is to find out the expression of IL-31 serum in paediatric atopic dermatitis. The research was conducted at the pediatric dermatology clinic of the Dermatology and Venereology Department, Dr. Wahidin Sudirohusodo hospital; and hospital networks in Makassar with cross-sectional descriptive. Research sample DA 10 patients healthy children and 20 children with a history of atopy who participated in the study, conducted for the collection of venous blood was examined serum levels of IL-31 using ELISA technique. The results of this study showed IL-31 serum levels in children with DA were significantly higher (mean ± 3.66894 13.5738 pg / mL, median 12.3818 pg / mL) compared to IL-31 serum levels in healthy children with p <0.05. However, this should be investigated further with more variation sample.

(3)

3 PENDAHULUAN

Dermatitis atopik (DA) atau eksema merupakan penyakit kulit inflamasi, sangat gatal, kronis yang umum terjadi dan sangat mempengaruhi kualitas kesehatan. Sifat peradangan kulit yang timbul khas, menahun dan kumat-kumatan, umumnya muncul pada masa bayi, kanak- kanak atau remaja.(Wuthrich et al., 2007) DA dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan berkaitan erat dengan faktor atopi pada organ lain seperti rhinitis alergika, asma pada penderita sendiri ataupun keluarganya. (Abramovits, 2005)

DA ini biasanya ditemukan mulai dari umur 2 bulan dan sekitar 1 tahun pada 60% pasien, 30% terlihat pertama kali pada usia 5 tahun, dan hanya 10% timbul DA antara usia 6 sampai 20 tahun. DA sangat jarang muncul pada usia dewasa. Sebanyak 60% orangtua yang menderita DA, mempunyai anak yang juga menderita penyakit yang sama. Prevalensi pada anak tinggi, yaitu sekitar 80% apabila kedua orangtuanya menderita DA. Survey di negara berkembang menunjukkan 10-20% anak menderita DA.(Leung et al., 2008) Angka prevalensi DA di Indonesia sendiri juga bervariasi. Pada tahun 2005 dari 10 RS besar di seluruh Indonesia menemukan angka 36% dari seluruh kasus. Data lainnya pada tahun 2010 di RS Wahidin makassar menemukan angka 16,34% dari seluruh kasus kunjungan penyakit kulit anak. RS Restu di Makassar menemukan peningkatan jumlah kasus DA anak; 68 anak di tahun 2009, 92 anak di tahun 2010.

Etiologi dan patogenesis DA sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Banyak faktor yang mempengaruhi, baik eksogen atau endogen, maupun keduanya. Faktor-faktor yang berperan antara lain faktor genetik, disfungsi sawar kulit, imunologis, lingkungan, dan psikologis. (Leung et al., 2008)

Pruritus merupakan salah satu gejala yang dominan pada DA. Rasa gatal dan garukan merupakan awal dari suatu timbulnya DA dan merupakan faktor penting dalam inflamasi pada DA yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seorang penderita DA. Interleukin-31 meupakan salah satu sitokin yg dihasilkan oleh sel T yang

(4)

4 menginduksi pruritus yang hebat. Sitokin ini merupakan sitokin yang baru-baru ini ditemukan dan memegang peranan penting pada penyakit kulit yang dimediasi oleh sel T. Serum IL-31 pada suatu study ditemukan mengalami overekspresi pada dewasa yang menderita DA.(Raap et al., 2008) Pada study yang dilakukan Dilon, et al., (2004) memperlihatkan adanya overekspresi sitokin IL-31 pada limfosit menginduksi gatal yang hebat dan dermatitis pada tikus.(Dillon et al., 2004) Zhanga et al., (2008) menemukan IL-31 diekspesikan oleh sel T dan berikatan dengan reseptor heterodinamik yang terdiri dari IL-31RA dan reseptor onkostatin (OSMR) yang diekspresikan pada sel epitel dan keratinosit.(Zhang et al., 2008)

Penelitian sebelumnya Raap, et al., (2008) menemukan bahwa terjadi peningkatan kadar IL-31 pada serum penderita DA dewasa. Ezaat et al., (2010) juga menemukan hubungan antara kadar IL-31 serum dengan derajat keparahan DA pada anak, dan dapat menjadi marker bagi tingkat keparahan suatu DA, dimana kadar IL-31 serum pada penderita DA anak derajat berat lebih tinggi dibandingkan dengan kadar IL-31 serum pada penderita DA anak derajat ringan-sedang. (Ezzat et al., 2010) Berdasarkan data – data tersebut di atas, perlu dipikirkan adanya penelitian untuk melihat adanya ekspresi IL-31 pada serum penderita dermatitis atopik anak karena jika hal ini dapat dibuktikan maka akan dapat membantu mengurangi gatal yang merupakan gejala utama DA, disamping itu sepanjang penelusuran kami belum didapatkan penelitian tentang hal ini di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui ekspresi IL-31 pada penderita DA Anak. Jumlah sampel dihitung berdasarkan tabel Izaac dan Michael yaitu kelompok kasus sebanyak 10 subjek dan kelompok kontrol 20 subjek. Setelah mendapatkan persetujuan dari komite etik penelitian didapatkan 30

(5)

5 subjek yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam penelitian ini. Kriteria Inklusi untuk kasus DA anak yaitu : (a) Penderita DA yang memenuhi kriteria William, (b)tidak menderita penyakit kulit lain, (c) Penderita berusia 2 - 12 tahun, (d) tidak sedang mendapat terapi antihistamin dan kortikosteroid. (e) tidak menderita penyakit atopik lainnya, dermatitis kontak alergi dan penyakit sistemik lainnya (ISPA, demam, gangguan saluran cerna), (f) menyetujui dan menandatangani informed consent.

Metode

Seluruh subjek yang telah memenuhi kriteria penelitian diminta mengisi kuesioner mengenai data pribadi dan riwayat penyakit, dilakukan pengambilan darah pada vena cubiti dan dilakukan pemotretan menggunakan kamera sony. Kemudian darah dipisahkan serumnya untuk kemudian dilakukan pemeriksaan ELISA

Analisis statistik

Data diolah menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20. Metode statistik yang digunakan adalah perhitungan nilai rerata, simpang baku, sebaran frekuensi dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Mann Whitney U dan Fisher Exact test dengan tingkat kemaknaan p>0,05.

HASIL

Penelitian dilakukan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Jejaring Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar, selama tiga bulan dengan subjek penelitian adalah penderita DA dan riwayat atopi yang telah memenuhi kriteria inklusi, serta bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent. Jumlah subyek penelitian sebanyak 30 orang.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang anak yang terdiri dari 20 orang anak sebagai kontrol dan 10 orang anak sebagai kelompok kasus. Adapun distribusi jenis kelamin responden pada kelompok pembanding (kontrol) yaitu

(6)

laki-6 laki 11 orang (55%) dan perempuan 9 orang (45%). Sedangkan umur termuda dari kelompok kontrol adalah 6 tahun sebanyak 1 orang anak (5.0%), sedangkan umur tertua adalah 11 tahun sebanyak 13 orang (65.0%).

Sedangkan distribusi jenis kelamin responden pada kelompok kasus terdapat 3 orang (30%) laki-laki dan 7 orang (70%) perempuan pada kelompok kasus. Dan umur termuda dari kelompok kasus adalah 5 tahun sebanyak 2 orang anak (20%), sedangkan umur tertua adalah 11 tahun sebanyak 4 orang (40%).

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 20 orang (100%) anak yang sehat (kelompok kontrol) tidak ada satupun yang kadar IL-31 serum yang tinggi.

Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar IL-31 yang tinggi lebih banyak yaitu sebanyak 6 orang (60%) dan kadar IL-31 serum yang rendah sebanyak 4 orangpada anak yang sedang menderita DA (kelompok kasus)

Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 6 (60%) anak yang menderita dermatitis atopik sedang dan 4 orang (40%) anak yang menderita dermatitis atopik berat.

Analisis bivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan kadar IL-31 pada anak sehat dengan riwayat atopi dan kadar IL-31 pada DA anak. Pada kelompok kontrol didapatkan nilai mean 10.4369, nilai median rank 10.6042, nilai minimal 8.83 dan nilai maksimal 11.34. Sedangkan pada kelompok kasus didapatkan nilai mean 13.5738, nilai median rank 12.3818, nilai minimal 10.50 dan nilai maksimal 23.47. Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat ini adalah Uji Mann Whitney U.

Tabel 4 menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar IL-31 pada anak sehat dengan riwayat atopi dan kadar IL-31 pada anak yang sedang mengalami dermatitis atopik, p=0.000<0.05. (nilai p dengan uji fisher)

Tabel 5 menunjukkan terdapat 2 orang anak dermatitis atopik berat, tetapi ekspersi IL-31 rendah, tidak terdapat hubungan antara ekspresi IL-31 dengan tingkat keparahan DA pada anak p=1.000>0.05.

(7)

7 PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan kasus DA lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki, dimana DA pada anak perempuan 7 orang (70%) dan DA pada anak laki-laki 3 orang (30%). Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Widjaya, 2004 mengenai karakteristik penderita DA bayi dan anak di RSCM Jakarta dengan prevalensi DA anak perempuan 12 orang (54,5%) dan laki-laki 10 orang (45,5%).(Widjaya et al., 2004) Hal ini disebabkan karena kemungkinan seorang anak laki-laki untuk terpajan cacing usus lebih tinggi dibanding anak perempuan. Tabri F, 2010 menjelaskan bahwa insiden infeksi cacing usus dapat menurunkan resiko terjadinya DA pada anak. Kecacingan menekan terjadinya DA pada anak tetapi tidak secara langsung, dengan meningkatkan IL-10. (Tabri, 2011)

Pada penelitian ini, digunakan pembanding sebagai kontrol yaitu sebanyak 20 responden anak sehat dengan riwayat atopi untuk dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu penderita DA anak.

Dermatitis atopik adalah penyakit peradangan kulit yang ditandai rasa gatal yang hebat, bersifat kronik, residif. Penyakit ini sering dihubungkan dengan dengan tingginya kadar immunoglobulin E (IgE) serum dan terdapatnya riwayat penyakit atopi, misalnya asma bronkial, rhinitis alergik, dan DA pada penderita maupun keluarga. (Leung et al., 2008)

Untuk menegakkan diagnosis DA digunakan kriteria William. Derajat beratnya penyakit DA pada penelitian ini dengan menilai luas penyakit yang memakai rule of nine, intensitas yang dinilai yaitu eritema, edema/papul, eksudasi/krusta, ekskoriasi, likenifikasi, dan kulit kering yang dinilai dengan intensitas ringan, sedang dan berat. Gejala subyektif berupa gatal dan gangguan tidur dinilai dengan visual analog scale (VAS) dalam rentang 0 sampai 10. Dikategorikan DA ringan jika indeks SCORAD ≤ 15, DA sedang 15-40, dan DA berat jika indeks SCORAD >40. (Lewis et al., 2005)

(8)

8 Syarat utama kriteria William adalah harus adanya rasa gatal atau adanya riwayat menggaruk untuk menegakkan suatu DA. Pruritus/gatal merupakan gejala utama yang terjadi pada pasien DA, yang secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Sehingga salah satu tujuan utama pengobatan DA adalah manajemen gatal. Akhir-akhir ini ditemukan sebuah sitokin yang diduga berhubungan dengan gatal yang terjadi pada DA yaitu IL-31.(Kim et al., 2011) Dillon et al., menemukan IL-31 adalah bagian dari family sitokin gp130/interleukin-6 yang diproduksi oleh beberapa sel misalnya sel limfosit T helper 2 dan cutaneous lymphocyte antigen positive homing T cell. menyebabkan terjadinya lesi kulit akibat garukan yang terus menerus, sebuah kondisi yang sama terlihat pada pasien DA.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ditemukan adanya peningkatan kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi. Sepanjang penelusuran penulis, belum ada penelitian mengenai kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi.

Pada penelitian ini kadar IL-31 serum pada DA anak ,hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ezaat, et al. 2010 yang menemukan bahwa terjadi peningkatan kadar IL-31 serum pada anak yang mengalami DA. Penelitian sebelumnya juga oleh Raap et al., (2008) menemukan bahwa terjadi overekspresi IL-31 pada DA dewasa dan penelitian yang dilakukan oleh Neis, et al. (2006) menemukan peningkatan IL-31 yang tidak hanya terdapat pada DA namun juga terdapat pada dermatitis kontak alergi, namun tidak meningkat pada psoriasis.(Ezzat et al., 2010)

Hasil uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar IL-31 antara kelompok DA anak dibandingkan kelompok anak sehat dengan riwayat atopi. Hal ini sesuai yang dilakukan oleh Ezaat, et al. (2010) dimana melakukan perbandingan kadar IL-31 serum pada DA anak dan anak sehat.

Namun, berdasarkan penelitian ini menunjukkan tidak didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan DA dengan peningkatan kadar

(9)

9 IL-31 serum. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ezaat et al., (2010) menemukan hubungan antara kadar IL-31 serum dengan derajat keparahan DA pada anak, dan dapat menjadi marker bagi tingkat keparahan suatu DA, dimana kadar IL-31 serum pada penderita DA anak derajat berat lebih tinggi dibandingkan dengan kadar IL-31 serum pada penderita DA anak derajat ringan-sedang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan pada penelitian ini adalah kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi rendah, kadar IL-31 serum pada pasien DA anak tinggi, terdapat perbedaan yang bermakna kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi dengan pasien DA anak dan tidak ada hubungan antara SCORAD dengan kadar IL-31 serum pada DA anak. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih bervariasi dengan memperhatikan adanya perbedaan genetik.

(10)

10 DAFTAR PUSTAKA

Abramovits, W. 2005 Atopic Dermatitis. J Am Acad Dermtol. 53: 86-93.

Dillon, S. R., Sprecher, C., Hammond, A., Bilsborough, J., Rosenfeld-Franklin, M. & Presnell, S. R. 2004 Interleukin 31, a cytokine produced by activated T cells, induces dermatitis in mice. Nat Immunol 5: 752–60.

Ezzat, M., Hasan, Z. & Shaheen, K. 2010 Serum measurement of interleukin-31 (IL-31) in paediatric atopic dermatitis : elevated levels correlate with severity scoring. JEADV.

Kim, S., Kim, H.-J., Yang, H. S., Kim, E., Huh, I.-S. & Yang, J.-M. 2011 IL-31 Serum Protein and Tissue mRNA Levels in Patients with Atopic Dermatitis. Ann Dermatol. 23: 468-72.

Leung, D., Eichenfield, L. & Boguniewcz, M. 2008 Atopic Dermatitis ( Atopic Eczema). dalam Freedberg, I., Eisen, A., Wolff, K., Austen, F., Goldsmith, L. & Katz, S. (Eds.) Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 6th ed. NewYork Mc GrawHill.

Raap, U., Wichmann, K., Bruder, M., Strader, S., Wedi, B., Kaap, A. & Werfel, T. 2008 Correlation of IL-31 serum level with severity of atopic dermatitis. J Allergy Clin Immunol. 12: 421-3.

Tabri, F. 2011 Aspek Imunogenetik Dermatitis Atopik pada Anak: Kontribusi gen CTLA-4, kecacingan dan IL-10. Makassar, Universitas Hasanuddin.

Widjaya, I., Pusponegoro, E. H. D. & Indriatmi, W. E. 2004 Pengaruh pemberian lotion Pelembab Kombinasi Asam Laktat 5% + Natrium Karboksilat Pirolidon 2,5% Terhadap Perubahan Nilai pH Kulit Pasien Dermatitis Atopik Bayi dan Anak. MDVI. 31(2): 61-4.

Wuthrich, B., Cozzio, A., Roll, A., Senti, G. & Kundig, T. 2007 Atopic Eczema : Genetic or environment? Ann Agric Environ Med. 14: 195-201.

Zhang, Q., Putheti, P., Zhou, Q., Liu, Q. & Gao, W. 2008 Structures and biological functions of IL-31 and IL-31 receptors. Cytokine Growth Factor Rev. 19: 347-56.

(11)

11 Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Ekspresi IL-31 Pada Anak Sehat

(Kelompok Kontrol)

Ekspresi IL Jumlah Persen

IL-31 > 12.00 pg/ml 0 0%

Il-31 < 12.00 pg/ml 20 100%

Total 20 100%

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Ekspresi IL-31 Pada DA anak (kelompok kasus)

Ekspresi IL Jumlah Persen

IL-31 > 12.00pg/ml 6 60

Il-31 < 12.00pg/ml 4 40

Total 10 100

Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan DA

Tingkat Keparahan DA Jumlah Persen

Dermatitis Atopik Sedang 6 60

Dermatitis Atopik Berat 4 40

(12)

12 Tabel 4 Perbandingan kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi dan kadar IL-31 serum pada DA anak

IL-31 Kontrol Kasus p

N % N % 0.000

>12.00pg/dl 0 0 6 60

<12.00pg/ml 20 20 4 40

Tabel 5 Hubungan ekspresi IL-31 serum dengan tingkat keparahan DA anak.

Ekspresi IL-31

Tingkat Keparahan DA Jumlah p

Dermatitis atopik sedang Dermatitis atopik berat N % N % N % Tidak Meningkat 2 20 2 20 4 40 1.000

Gambar

Tabel  1  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Ekspresi  IL-31  Pada  Anak  Sehat  (Kelompok Kontrol)
Tabel 4 Perbandingan kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi  dan kadar IL-31 serum pada DA anak

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, cara ini memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal lebih dari

Resepsi sastra kisah Gandari yang digubah menjadi puisi Indonesia modern oleh tiga penyair sastra Indonesia, yaitu sajak “Gandari Berada di Kegelapan”, “Gandari di

Geography at the University of Muhammadiyah Surakarta (UMS) attempted to investigate the potential of underground water resources to meet the need for water for the residents of

Serum human epididymis protein 4 vs carbohydrate antigen 125 for ovarian cancer diagnosis: a systematic review.. Journal of clinical

Cerpen “Sebambangan” lahir dari pengamatan yang mendalam terhadap sistem perkawinan yang ada di Lampung. Melalui kacamata Budi, budaya perkawinan diolah dengan

The Survival Strategy of Households Affected by Tidal Floods: The Cases of Two Villages in the Pekalongan Coastal Area.. Rika Harini *,1 , Bowo Susilo 2 , Tiara Sarastika 1

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan mengenai penelitian berjudul: “ Ekspresi Imunohistokimia Human Epididymis Protein 4 pada Jaringan Kista Ovarium Benigna ”

Penelitian ini membahas tentang jenis perubahan makna dan faktor-faktor perubahan makna yang terkandung dalam nama julukan klub sepakbola di Liga Super Indonesia dan Divisi