BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak, ditandai dengan reaksi inflamasi pada kulit dan didasari faktor herediter dan lingkungan. Penyakit ini bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula, vesikula, krusta, skuama dan pruritus yang hebat.1 Etiologi dermatitis atopik tidak diketahui penyebabnya, sangat kompleks dan dipengaruhi multifaktor dan bersifat kronis.
Prevalensi DA diperkirakan terjadi 15 – 30% pada anak, 85% terjadi pada usia sebelum 5 tahun dan 2 -10% pada dewasa.
2
3
Rerata usia munculnya onset berkisar usia 3 bulan. Pada anak yang memiliki faktor risiko, 48 – 65% onset muncul pada usia 6 bulan pertama kehidupan, 57% muncul sebelum usia 4 bulan, dan 75 – 80% muncul dalam usia satu tahun pertama kehidupan.2 Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu 1.3 -1,5 : 1.2 Prevalensi ini meningkat 2 sampai 3 kali lipat pada negara – negara industri dalam 3 dekade terakhir. Tujuh puluh persen berkembang menjadi asma bronkhial atau rhinitis alergi (atopic march).3,4 Studi di Jakarta tahun 2006 dari 635 penderita alergi terdapat 156 (24.6%) memiliki dermatitis atopik.5 Kejadian DA lebih tinggi didaerah perkotaan, pada keluarga dengan status sosioekonomi yang tinggi.
Vitamin D adalah nutrien penting untuk untuk mempertahankan kesehatan tulang yang terdiri dari metabolisme tulang, homeostasis kalsium dan fosfor. Vitamin D juga memiliki fungsi kesehatan lain seperti mencegah atau meringankan kanker dan
6
penyakit autoimun seperti multipelsklerosis, mengurangi hipertensi, dan mencegah influenza.7,8 Studi terbaru menemukan pengaruh vitamin D pada sistem imun, dimana vitamin D berperan menghambat proliferasi limfosit B dan memodulasi respons imun humoral sehingga sekresi imunoglobulin berkurang.
25-Hydroxyvitamin-D (25(OH)D) atau Calcidiol adalah suatu metabolit vitamin D yang paling banyak berada didalam serum manusia, memiliki waktu paruh 3 minggu didalam serum, dan cukup akurat menunjukkan total vitamin D yang tersimpan ditubuh.
9,10
Beberapa studi menilai hubungan vitamin D dengan dermatitis atopik. Suatu studi kecil dari 37 anak dengan dermatitis atopi ditemukan memiliki hubungan yang signifikan antara level serum 25(OH)D dan keparahan DA.
11-13
9 Studi lain di China tahun
2013 menemukan hubungan yang signifikan antara DA dengan rendahnya level serum 25(OH)D pada anak. IgE total juga lebih tinggi pada pasien dengan level 25(OH)D lebih rendah.6,14 Studi di Iran tahun 2011 menemukan pemberian vitamin D 1600 IU mengurangi keparahan DA pada dewasa.
Studi lain melaporkan tidak ada hubungan yang signifikan antara serum vitamin D dengan tingkat keparahan DA. Suatu studi di Milwaukee tahun 2013 melaporkan subjek dengan DA ringan memiliki nilai serum vitamin D lebih rendah dibandingkan dengan kelompok DA sedang dan berat.
15
Sudah banyak studi yang menilai hubungan kadar serum 25-Hydroxyvitamin-D terhadap tingkat keparahan DA di negara – negara Eropa, Amerika dan Asia. Namun karena adanya perbedaan hasil penelitian yang menilai hubungan vitamin D dengan tingkat keparahan dermatitis atopik dan semakin meningkatnya prevalensi DA di
16
Indonesia, hal inilah yang menjadi latarbelakang penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara kadar serum 25-hydroxyvitamin-D
dengan indeks SCORAD pada anak DA di Puskesmas Helvetia Medan, dalam hal ini dilingkungan kerja puskesmas Helvetia Medan yang merupakan lingkungan tropis dengan tingkat sosioekonomi menengah kebawah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dijadikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan kadar serum 25-hydroxyvitamin-D dengan indeks SCORAD pada anak dengan dermatitis atopik?
1.3. Hipotesis
Ada hubungan antara kadar serum 25-hydroxyvitamin-D dalam darah dengan indeks SCORAD.
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini untuk mencari hubungan kadar serum 25-Hydroxyvitamin-D
dengan indeks SCORAD pada anak dermatitis atopik di Puskesmas Helvetia Medan
1.4.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui kadar serum 25-Hydroxyvitamin-D pada anak dermatitis atopik di puskesmas Helvetia.
2. Untuk melihat nilai terendah dan tertinggi dari serum 25-Hydroxyvitamin-D
pada anak dermatitis atopik.
3. Untuk mengetahui nilai indeks SCORAD pada anak dermatitis atopik di puskesmas Helvetia Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik / ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai hubungan kadar serum 25-Hydroxyvitamin-D dengan Indeks SCORAD pada anak dermatitis atopik
2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan kesehatan anak dengan dermatitis atopik. Sebagai landasan untuk pendekatan terapi DA pada anak sehingga mengurangi tingkat keparahan.
3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap divisi alergi imunologi RSUP Haji Adam Malik Medan tentang hubungan kadar serum 25-hydroxyvitamin-D dengan indeks SCORAD pada anak dermatitis atopik di puskesmas Helvetia Medan