• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODE. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODE. pdf"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan: Tema “Implementasi Kurikulum dan Problematikanya. Pascasarjana Unesa1 November 2014 ISSN: 2407-1293 Halaman 1-12

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL MULTI-SIKLUS DEAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENYELESAIAN MASALAH DAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN PADA SISSWA SD

Arie Widya Murni*, Budi Jatmiko**,dan Wahono Widodo*** Program Studi Pendidikan Dasar

Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, Surel: ariewidya90@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan melalui pengembangan perangkat pembelajaran model Multi-Siklus DEAL yang layak digunakan. Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/ 2015, subjek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang diujikan pada 27 siswa siswa kelas V SDN Simorejo, SDN Bakung, dan SDN Sroyo. Model pengembangan perangkat yang digunakan adalah model pengembangan 4-D dengan menggunakan rancangan uji coba One Group Pretest Posttest Design. Hasil penelitian meliputi: 1) validitas perangkat pembelajaran dengan hasil validasi terdiri atas RPP sebesar 3,83 berkategori sangat baik, BAS sebesar 3,63 berkategori sangat baik, LKS sebesar 3,58 berkategori sangat baik, keterbacaan BAS sebesar 76% berkategori tinggi, keterbacaan LKS sebesar 78% berkategori tinggi; 2) kepraktisan perangkat pembelajaran terdiri atas keterlaksanaan pembelajaran sebesar 93% berkategori sangat baik dan kendala pelaksanaan pembelajaran yang muncul saat siswa memahami langkah-langkah percobaan; 3) keefektifan perangkat pembelajaran dengan aktivitas siswa selam KBM berkategori baik, respon siswa positif terhadap pembelajaran, keterampilan penyelesaian masalah siswa tiga kelompok konsisten dengan perhitungan N-Gain berkategori tinggi, uji t sampel berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan pretest dan posttest dan uji statistik One-Way Anova menunjukkan rata-rata ketiga kelas adalah identik, dan keterampilan pengambilan keputusan siswa tiga kelompok konsisten dengan perhitungan N-Gain berkategori tinggi, uji t sampel berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan pretest dan posttest dan uji statistik One-Way Anova menunjukkan rata-rata ketiga kelas adalah identik. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran model Multi-Siklus DEAL untuk meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan layak digunakan.

Kata kunci: Pembelajaran Model Multi-Siklus DEAL, Keterampilan Penyelesaian Masalah,

Keterampilan Pengambilan Keputusan

ABSTRACT

This research is the developing research has aimed to improve the problem solving and the discussion making skill through the development of the learning Multi-Cycle DEAL models suitable for use. The study wa s conducted in the first semester of the school year 2014/2015, subjects in this study is a learning device tested on 27 students of class V students SDN Simorejo, SDN Bakung, and SDN Sroyo. The instrument developing model used in this research is 4D developing model by using One Group Pretest Postest Design. Results of the study include: 1) the validity of the results of the validation study consisting of 3.83 RPP categorized very well, BAS very well ca tegorized by 3.63, 3.58 LKS categorized very well, legibility BAS wa s 76% high category, legibility LKS was 78% higher category; 2) practicality learning device consists of feasibility study by 93% very well categorized and constraints that arise when implementing learning students understand the steps of an experiment; 3) the effectiveness of learning by immersion student activity categorized KBM good, positive student response to learning, problem solving skills of students three groups is consistent with the calculation of N-Gain high category, paired sample t-test showed that there were differences in pretest and posttest, and statistical tests One-Way Anova showed an average of all three classes are identical, and decision-making skills of three groups of students consistent with the calculation of N-Gain high category, paired sample t-test showed that there were differences in pretest and posttest, and statistical tests One-Way Anova showed an average third grade is identical. Based on the result of research data analysis can be concluded that the learning instrument of Multi-Cyclus DEAL model is suitable used to improve the problem solving and the discussion making skill.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan akan mampu bersaing di era global. Kemendikbud menerangkan bahwa pendidikan sekolah dasar adalah pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar selama enam tahun, mulai dari umur 7-12 tahun dan pondasi anak untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan sekolah dasar berfungsi sebagai peletak dasar yang berperan untuk mengembangkan kepribadian, sikap, dan karakter peserta didik. Di pendidikan sekolah dasar inilah pertama kalinya anak belajar untuk berinteraksi dan menjalin hubungan yang lebih luas dengan orang lain yang baru dikenalinya (Santrock 2004: 355). Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 menjelaskan bahwa tujuan kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Berdasarkan mandat kurikulum 2013 tentang penyempurnaan pola pikir, kurikulum 2013 saat ini dikembangkan dengan penyempurnaan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan pembelajaran siswa aktif mencari tahu melalui pendekatan ilmiah. Dengan adanya pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, diharapkan peserta didik dapat mencari dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang mendalam tentang lingkungan sekitar. Selain itu juga terdapat pola pembelajaran berbasis masalah yang akan menjadi kebutuhan bagi peserta didik. Dari masalah dalam kehidupan sehari-hari inilah akan menjadi langkah awal bagi peserta didik untuk belajar dan diharapkan peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan keterampilannya guna menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, serta membuat keputusan.

Keterampilan penyelesaian masalah merupakan salah satu keterampilan yang dikembangkan pada abad ke-21 dan juga suatu langkah yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah guna mencapai tujuan yang diinginkan (Santrock, 2011: 26).Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut dibutuhkan usaha melalui aktivitas berpikir.Dari aktivitas berpikir itulah, siswa secara bertahap mulai mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi.Masalah anak SD terkadang dimulai dari hal yang paling dekat yaitu hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan alam sekitar.Meskipun berawal dari hal yang paling dekat dengan siswa, haruslah hal tersebut tetap diperhatikan dan penyelesaian dari masalah-masalah tersebut harus diajarkan sejak dini. Karena dengan membelajarkan keterampilan penyelesaian masalah sejak dini, maka akan semakin baik dalam mempersiapkan calon generasi masa depan yang gemilang.

(3)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan: Tema “Implementasi Kurikulum dan Problematikanya. Pascasarjana Unesa1 November 2014 ISSN: 2407-1293 Halaman 1-12

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis tentang penguasaan keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan pada siswa-siswi kelas V di SDN Simorejo, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, diperoleh bahwa siswa-siwi SD belum menguasai keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan. Hal ini didukung oleh fakta dari hasil analisis tes untuk setiap indikator keterampilan penyelesaian masalah, hanya 6% siswa yang mampu mengidentifikasi masalah, 5% siswa yang mampu merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, 9% siswa yang mampu menuliskan jawaban sementara, dan 6% siswa yang mampu membuat kesimpulan, sedangkan untuk keterampilan pengambilan keputusan, hanya 20% siswa yang mampu membuat pertanyaan sesuai dengan masalah, 11% siswa yang mampu membuat pilihan-pilihan yang merupakan salah satu alternatif keputusan sesuai dengan pertanyaan yang akan diputuskan, 5% siswa yang mampu mengumpulkan informasi, 8% siswa yang mampu membuat daftar positif dan negatif dengan mencantumkan kelebihan dan kekurangan pada setiap pilihan yang disertai dengan alasan sesuai dengan informasi yang telah dikumpulkan, dan 9% siswa yang mampu membuat keputusan sesuai dengan pertanyaan dan informasi yang disertai dengan alasan yang rasional.

Dari hasil studi pendahuluan tersebut menunjukkan bahwa keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan ini belum menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, walaupun keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan tersebut telah dinyatakan sebagai SKL namun belum semua sekolah menerapkan keterampilan-keterampilan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya agar keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan dimasukkan dalam proses pembelajaran di SD yakni dengan jalan menyediakan lingkungan belajar yang mampu melatihkan keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan kepada siswa agar siswa mampu menyelesaikan dan memutuskan suatu permasalahan.

Pengambilan keputusan adalah bagian dari kegiatan penyelesaian masalah (FEMA dalam Suryanti, 2012).Setiap langkah penyelesaian masalah melibatkan keputusan.Agar seseorang mampu membuat keputusan harus dilandasi oleh kerja ilmiah.Widodo (2012) berpendapat bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara berpikir ilmiah dengan pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah akan memotivasi peserta didik untuk aktif mencari tahu jawaban dari sebuah masalah. Untuk menunjang termotivasinya siswa dalam kegiatan aktif mencari tahu guna memecahkan masalah dari serangkaian pertanyaan dan mengambil keputusan dari serangkain pilihan yang ada, model Multi-Siklus DEAL (Suryanti, 2012) bisa dijadikan solusi untuk mengatasi hal tersebut karena dalam model Multi-Siklus DEAL ini menjembatani dua kebutuhan yakni proses dan hasil yang sesuai dengan tujuan dari kurikulum.

(4)

membuat keputusan. Model pembelajaran Multi-Siklus DEAL dipilih karena langkah dalam model ini diduga dapat mengaktifkan siswa dalam hal membaca, berdiskusi, bekerja, mencatat, mengungkapkan pendapat, bertanya, serta mampu mengurangi perilaku tidak relevan yang terkadang sering dilakukan oleh siswa.

Penelitian pengembangan model pembelajaran Multi-Siklus DEAL pernah dilakukan oleh Suryanti (2012) yang difokuskan pada materi IPA SD kelas IV untuk mengajarkan keterampilan pengambilan keputusan dan penguasaan konsep. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Multi-Siklus DEAL dapat meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan dengan hasil rerata N-gain sebesar 53,37% yang berada pada kategori sedang dan penguasaan konsep hasil rerata N-gain sebesar 64,50% yang berada pada kategori sedang juga.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penelitian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Multi-Siklus DEAL sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan dan penguasaan konsep IPA bagi siswa kelas IV SD. Penelitian dengan model pembelajaran Multi-Siklus DEAL tersebut memang tergolong baru dan perlu dikembangkan. Sedangkan untuk pengembangan perangkat dengan menggunakan model pembelajaran Multi-Siklus DEAL yang berorientasi pada keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan belum pernah dilakukan.Jadi dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mangambil

judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Multi-Siklus DEAL untuk Meningkatkan Keterampilan Penyelesaian Masalah dan Keterampilan Pengambilan

Keputusan pada Siswa SD”.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran model Multi-Siklus DEAL meliputi: (a) validitas isi rencana pelaksanaan pembelajaran, buku siswa, lembar kegiatan siswa, dan lembar evaluasi yang dikembangkan, (b) keterbacaan buku siswa dan lembar kegiatan siswa yang dikembangkan. (2) Mendeskripsikan kepraktisan perangkat pembelajaran model Multi-Siklus DEAL meliputi: (a) keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran menggunakan model Multi-Siklus DEAL, (b) kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran menggunakan model Multi-Siklus DEAL. (3) Mendeskripsikan keefektifan perangkat pembelajaran model Multi-Siklus DEAL meliputi: (a) aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan model Multi-Siklus DEAL, (b) respon siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model Multi-Siklus DEAL, (c) keterampilan penyelesaian masalah siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model Multi-Siklus DEAL, (d) keterampilan pengambilan keputusan siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model Multi-Siklus DEAL.

METODE PENELITIAN

(5)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan: Tema “Implementasi Kurikulum dan Problematikanya. Pascasarjana Unesa1 November 2014 ISSN: 2407-1293 Halaman 1-12

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap I merupakan pengembangan perangkat pembelajaran dilanjutkan dengan ujicoba I, sedangkan tahap II merupakan implementasi perangkat pembelajaran dengan ujicoba II. Perangkat dikembangkan dengan menggunakan model 4-D. Thiagarajan, et al., (1974) menyatakan proses pengembangan perangkat model ini terdiri atas empat tahap yaitu tahap pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Pengembangan perangkat yang dilakukan peneliti hanya dilakukan peneliti sampai pada tahap ketiga karena diterapkan terbatas sehingga model 4-D yang telah direduksi menjadi model 3-D.

Dalam impelementasi perangkat pembelajaran menggunakan desain penelitian One-Group PretestPosttest dengan pola replikasi sebagai berikut :

X

Keterangan:

= Tes awal (Pre-test) dilakukan sebelum diberikan perlakuan

X = Perlakuan (penerapan pengembangan perangkat dengan model pembelajaran multi-siklus DEAL) = Tes akhir (Post-tes)

Pada penelitian ini sesungguhnya dilakukan dengan replikasi sebanyak dua kali dengan populasi yang sama untuk melihat konsistensinya.Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik 1) Observasi (pengamatan)dibuat oleh peneliti untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, sikap, keterampilan siswa saat pembelajaran berlangsung yang diamati oleh dua pengamat. 2) Tesdiberikan untuk mengukur keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan siswa setelah proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran multi-siklus DEAL. Tes dibuat berdasarkan indikator dan diberikan penilaian berdasarkan rubrik yang telah dikembangkan oleh peneliti. 3) Angketdigunakan untuk mengumpulkan data deskriptif tentang uji validitas terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Angket diuji kevalidannya sebelum diberikan pada siswa, hal ini dilakukan untuk memberikan masukan pada peneliti terhadap perangkat pembelajaran apakah dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.Angket respon siswa digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pendapat.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif. 1) Analisis Validitas Perangkatmeliputi RPP, BAS,LKS, Tes Keterampilan Penyelesaian Masalah dan Tes Keterampilan Pengambilan Keputusan yang mencakup komponen isi, bahasa, dan penyajian. Keputusan validator akan menentukan apakah secara konseptual instrumen valid untuk digunakan, valid digunakan tetapi ada sedikit revisi, dapat digunakan dengan banyak revisi, atau tidak valid dan harus diganti. Untuk masing-masing komponen pembelajaran yang divalidasi oleh validator memiliki skala penilaian atau kriteria kelayakan tersendiri. Validitas perangkat ditentukan dengan merata-rata skor dari masing-masing komponen yang dapat dideskripikan sebagai berikut:

1,0 ≤ SV ≤ 1,5 = Tidak baik: belum dapat digunakan

1,6 ≤ SV≤ 2,5 =Kurang baik: dapat digunakandengan banyak revisi

2,6 ≤SV≤ 3,5 = Baik: dapat digunakan dengan sedikit revisi

3,6 ≤SV≤ 4,0 = Sangat baik: dapat digunakan tanpa revisi

Gambar 1.1. Desain Penelitian

(6)

Keterangan: SV = skor validasi

Sedikit revisi jika sub komponen kelayakan yang harus direvisi paling banyak 25% dari seluruh jumlah sub komponen kelayakan panduan eksperimen.

Banyak revisi jika sub komponen kelayakan yang harus direvisi lebih dari 50% dari seluruh jumlah sub komponen kelayakan panduan eksperimen(Ratumanan, 2006).

Analisis Keterbacaan Buku Ajar dan LKS

Tingkat keterbacan merupakan ukuran tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar siswa dan LKS yang telah dikembangkan oleh peneliti, diukur menggunakan Cloze Procedur.Persentase tingkat keterbacaan buku ajar dan LKS ditentukan dengan persentase banyaaknya kata yang bisa diisi benar oleh siswa dibagi seluruh kata dikali 100%. Kriteria keterbacaan materi ajar siswa dan LKS sebagai berikut:

Jumlah kata yang benar > 50% : mudah Jumlah kata yang benar 35% - 50% :sedikit sukar Jumlah kata yang benar <35% : sukar

Sitepu dalam (Repository.upi.edu) Analisis Sensitivitas Butir Soal

Untuk mengetahui kepekaan terhadap suatu pembelajaran perlu dicari sensitivitas butir soal.Analisis sensitivitas ini dilakukan pada tes hasil belajar.Indeks sensitivitas dari suatu butir soal menunjukkan seberapa baik butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menerima pembelajaran dengan yang belum menerima pembelajaran. Indeks butir yang efektif terdapat antara 0,00 dan 1,00 dan nilai positif yang semakin besar menunjukkan bahwa kepekaan butir soal terhadap efek-efek pembelajaran juga semakin besar. Sedangkan kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa setiap butir peka/ sensitif terhadap efek-efek pembelajaran adalah

mempunyai nilai sensitivitas (S)≥0,30 (Purwanto, 2006:135). Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dua pengamat yang sudah diberi penjelasan sehingga dapat mengisi lembar pengamatan secara benar.Data keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh dianalisis dengan deskriptif kuantitatif.Data yang diperoleh merupakan gambaran kesesuaian pelaksanaan tahapan pembelajaran berdasarkan RPP yang dikembangkan.

Analisis Data Pengamatan Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi menyimak pelajaran, kerjasama, melakukan pengamatan, menghargai pendapat teman, presentasi hasil, mengajukan/ menjawab pertanyaan, dan terlibat dalam pembelajaran.Untuk menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik persentase. Persentase dihitung berdasarkan banyaknya jenis aktivitas yang banyak muncul dalam setiap fase dalam sintaks pembelajaran dibagi jumlah seluruh fase dalam sintaks model pembelajaran multi-siklus DEAL dikali 100%. Skala aktivitas siswa dibagi menjadi 4 yaitu: 4 (sangat aktif), 3 (cukup aktif), 2 (kurang aktif), 1 (tidak aktif).

(7)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan: Tema “Implementasi Kurikulum dan Problematikanya. Pascasarjana Unesa1 November 2014 ISSN: 2407-1293 Halaman 1-12

Ketuntasan hasil belajar siswa dengan KKM 70 diperoleh dari proporsi jawaban benar siswa dalam mengerjakan soal Pre-Test maupun post-Test yang dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

: persentase yang dicari : frekuensi yang muncul

: total frekuensi

Peningkatan hasil belajar

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) sebagai berikut:

N–gain =

Spost : skor postes Spre : skor pretes

Smax : skor maksimal ideal

Gain yang dinormalisasi diinterpretasikan untukmenyatakan peningkatan keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan.

Tabel 1 kategori tingkat gain yang dinormalisasi

Batasan Kategori

Gain > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ Gain ≤ 0,7 Sedang

Gain < 0,3 Rendah

Analisis t-Test

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan t- Test. Analisis t-Test bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest setelah mendapatkan perlakuan dengan hipotesis sebagai berikut:

: tidak terdapat perbedaan keterampilan penyelesaian masalah sebelum dan

sesudah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran multi-siklus DEAL

: terdapat perbedaan keterampilan penyelesaian masalah sebelum dan sesudah

diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran multi-siklus DEAL

: tidak terdapat perbedaan keterampilan pengambilan keputusan sebelum dan

sesudah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran multi-siklus DEAL

: terdapat perbedaan keterampilan pengambilan keputusan sebelum dan sesudah

diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran multi-siklus DEAL Persamaan yang digunakan adalah seperti berikut ini.

= ̅ ̅ √

Keterangan:

= mean kelompok data pretest = mean kelompok data posttest

= varians kelompok data pretest

= varians kelompok data pretest

(Winarsunu, 2009: 20)

(Hake, 1999)

(8)

Uji Normalitas

Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat atau memastikan apakah data tersebar secara normal. Uji Normalisasi ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.

Uji Homogenitas

Uji Homogenitas Varians perlu dilakukan untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji Homogenitas Varians dilakukan dengan uji F dengan hipotesis sebagai berikut:

: = =

: ada satu tanda = tidak berlaku

Persamaan yang digunakan adalah Uji F (Sugiono, 2008:197) seperti berikutini. F =

Analisis Varians

Analisis varians bertujuan untuk menguji perbedaan mean untuk tiga kelompok sekaligus. Hal ini dilakukan analisis varians satu jalur (ANAVA – Satu jalur). Bentuk hipotesisnya yaitu:

: = =

: ada satu tanda = tidak berlaku

Tabel 2Analisis Anava tunggal

Sumber Variasi (SV)

Jumlah Kuadrat

(JK)

Derajat Kebebasan

(db)

Mean Kuadrat

(MK)

Kelompok (K)

=

∑ ∑

= K-1 =

Dalam (d) = -

= N-K =

Total (t) = ∑

- ∑ = N-1 -

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Validitas Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan dari data keterlaksanaan pembelajaran diperoleh informasi bahwa keterlaksanaan pembelajaran model multi-siklus DEAL pada SDN Simorejo, SDN Bakung, dan SDN Sroyo mulai dari kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir berada pada kriteria baik.

Berdasarkan nilai rata-rata validasi dari dua orang validator sebesar 3,8 berkategori sangat baik dengan reliabilitas instrumen sebesar 100% sehingga RPP dapat digunakan dengan kategori valid dan reliabel sehingga dapat digunakan langsung dengan mudah oleh orang lain untuk mengajarkan materi yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Reigeluth (dalam Prawiradilaga, 2007: 15) bahwa desain pembelajaran harus dapat memfasilitasi proses belajar seseorang dengan mudah. Hasil ujicoba yang dilakukan pada 10 siswa menunjukkan keterbacaan BAS sebesar 76% sehingga dapat dikategorikan keterbacaan BAS tinggi dan keterbacaan LKS sebesar 78% sehingga dapat dikategorikan keterbacaan tinggi.Berdasarkan hasil keterbacaan tersebut, BAS dan LKS yang dikembangkan dapat digunakan dan mudah dipahami oleh siswa.

(9)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan: Tema “Implementasi Kurikulum dan Problematikanya. Pascasarjana Unesa1 November 2014 ISSN: 2407-1293 Halaman 1-12

Validitas isi perangkat pembelajaran RPP sebesar 3,83 berkategori sangat baik dengan reliabilitas instrumen sebesar 100%, BAS sebesar 3,63 berkategori sangat baik dengan reliabilitas sebesar 100%, LKS sebesar 3,58 berkategori sangat baik dengan reliabilitas sebesar 100%, validitas isi dan bahasan keterampilan penyelesaian masalah masing-masing sebesar 3,56 dan 3,19 yaitu berkategori sangat baik dan baik, validitas isi dan bahasa keterampilan pengambilan keputusan sebesar 3,85 dan 3,3 berkategori sangat baik dan baik dengan sedikit revisi.Keterbacaan BAS sebesar 76% sehingga dapat dikategorikan keterbacaan tinggi.Keterbacaan LKS sebesar 78% sehingga dapat dikategorikan keterbacaan tinggi.

2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

Hasil persentase keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran dari kelompok I, kelompok II, dan kelompok II yakni sebesar 93%. Persentase tersebut terdapat pada rentangan 81%-100% yang dideskripsikan keterlaksanaannya sangat baik.Rata-rata yang diberikan oleh kedua pengamat tentang kualitas keterlaksanaan langkah pembelajaran yaitu sebesar 3,75 dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa semua langkah terlaksana pada proses pembelajaran yang dilakukan dan kualitas dari penerapannya dinilai sangat baik.

Kendala yang ditemukan meliputi: 1) keadaan kelas yang kurang kondusif; 2) siswa belum terbiasa presentasi di depan kelas; 3) siswa belum pernah membuat periskop.Keterlaksanaan pembelajaran ketiga kelompok uji konsisten sebesar 93% dengan kategori terlaksana dengan sangat baik.Kendala pelaksanaan pembelajaran yang muncul pada kelompok kelas uji konsisten yaitu siswa belum terbiasa menggunakan keterampilan penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, siswa belum terbiasa presentasi di depan kelas, sehingga saat presentasi ada yang merasa takut, gugup, dan bingung dengan apa yang harus disampaikan. Selain itu karena membuat periskop adalah pengalaman pertama siswa-siswa maka yang terjadi adalah diperlukan waktu lama untuk membimbing membuat periskop, sehingga durasi waktu yang sudah ditentukan menjadi tidak tepat waktu.

3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran

Hasil pengamatan dari pengamat tentang aktivitas siswa sesuai yang paling menonjol adalah mendiskusikan suatu masalah dengan kelompok dalam mengerjakan LKS dan melakukan percobaan yakni sebesar 17%. Selama proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa yang mendominasi sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Siswa banyak mengeluarkan ide-ide dan pendapat dari pertanyaan yang disampaikan oleh guru.Siswa juga aktif dalam bekerja menyelesaikan lembar kegiatan siswa dan saling bertukar pendapat dengan teman satu kelompok untuk menyelesaikan LKS.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suprijono (2012: 13) yang mengatakan bahwa pembelajaran harus berpusat pada peserta didik.

(10)

di atas dapat meningkatkan dan mempertahankan motivasi siswa dalam mengikuti rangkaian proses belajar mengajar. Motivasi siswa sangat menentukan hasil belajar yang maksimal.Hal ini sejalan dengan pendapat Chatib (2012: 96) yang menyatakan bahwa prestasi harus dilalui dengan motivasi yang dimiliki individu. Jadi, dalam pembelajaran dengan berbasis model Multi-Siklus DEAL ini dapat membuat siswa menjadi termotivasi yang akan berdampak langsung pada hasil belajar siswa itu sendiri.

Hasil analisis nilai ketuntasan secara individu terlihat bahwa pada nilaipretest tidak ada siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan. Pada pretest rata-rata nilai keterampilan penyelesaian masalah adalah 50,3. Namun pada posttest terjadi perubahan yakni rata siswa dikatakan tuntas dengan nilai rata-rata 89,67. Hasil analisis perhitungan pada kelompok I, II, dan III sama-sama diperoleh signifikasi perbedaan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Perbandingan thitung 33.391 > ttabel 2.056 (kelompok I), thitung 13.551 > ttabel 2.056 (kelompok II), dan thitung 36.953 > ttabel 2.056 (kelompok III). Dari ketiga hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, dan sebagai konsekuensinya H1 yang menyatakan ada perbedaan skor pretestt dan posttest diterima. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diinferensikan bahwa pembelajaran model Multi-Siklus DEAL mampu meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah.Dari hasil analisis perhitungan kelompok I, II, dan III diperoleh Fhit dari masing-masing kelompok I, II, dan III sebesar 1.6, 1.7, dan 1.5.hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa varians kedua kelompok data homogen. Sedangkan pada anova dari ketiga kelompok data diperoleh F0 = 1.67. Hal ini menunjukkan bahwa harga F0< Ft 5%, dapat dikemukanan tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok I, II, dan III.Sehingga hasil tes keterampilan penyelesaian masalah secara umum konsisten pada ketiga kelompok data.

(11)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan: Tema “Implementasi Kurikulum dan Problematikanya. Pascasarjana Unesa1 November 2014 ISSN: 2407-1293 Halaman 1-12

Dari hasil implementasi model Multi-Siklus DEAL didapat korelasi antara keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan sebesar 0,67. Hasil ini menunjukkan hubungan yang sangat baik antara keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan.Ini sesuai dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa pengambilan keputusan adalah bagian dari kegiatan pemecahan masalah (FEMA dalam Suryanti, 2012).Jadi setiap langkah dari pemecahan masalah melibatkan keputusan.Agar seseorang mampu membuat keputusan harus dilandais oleh kerja ilmiah.Dan sesuai dengan pendapat Widodo (2012) yang berpendapat bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara berpikir ilmiah dengan pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah akan memotivasi peserta didik untuk aktif mencari tahu jawaban dari sebuah masalah. Untuk menunjang termotivasinya siswa dalam kegiatan aktif mencari tahu guna memecahkan masalah dari serangkaian pertanyaan dan mengambil keputusan dari serangkain pilihan yang ada, model Multi-Siklus DEAL (Suryanti, 2012) bisa dijadikan solusi untuk mengatasi hal tersebut karena dalam model Multi-Siklus DEAL ini menjembatani dua kebutuhan yakni proses dan hasil yang sesuai dengan tujuan dari kurikulum.

Aktivitas siswa ketiga kelompok konsisten selama KBM.Aktivitas yang paling dominan ditemukan pada saat KBM sebesar 17% adalah mendiskusikan masalah dengan kategori baik sedangkan yang paling rendah sebesar 12% adalah bertanya kepada guru.Respon siswa ketiga kelompok konsisten positif terhadap model pembelajaran Multi-Siklus DEAL untuk melatihkan keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan.Keterampilan penyelesaian masalah siswa ketiga kelompok konsisten dengan perhitungan N-Gain di setiap kelompok uji berkategori tinggi, uji t sampel berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan pretest dan posttest, dan uji statistik One-Way Anova menunjukkan rata-rata ketiga kelas adalah identik. Keterampilan pengambilan keputusan siswa ketiga kelompok konsisten dengan perhitungan N-Gain di setiap kelompok uji berkategori tinggi, uji t sampel berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan pretest dan posttest, dan uji statistik One-Way Anova menunjukkan rata-rata ketiga kelas adalah identik.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan analisis penelitian dan hasil temuan menunjukkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran telah memenuhi syarat kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran model Multi-Siklus DEAL untuk melatihkan keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan pengambilan keputusan dikatakan layak untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Saran

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Munif. 2012. Orangtuanya Manusia Melejitkan Pontensi dan Kecerdasan dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Kemendikbud. 2013. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum 2013: Permendikbud Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdikbud.

Kemendikbud. 2013. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum 2013: Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdikbud.

Gazzaniga, Michael S., dkk. 2007. Psychological Science Second CanadianEdition. New York: W.W. Norton & Company.

Prawiradilaga, S., D. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran Instructional Design Principles. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ratumanan dan Laurents.2006.Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa University Press.

Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan Edisi 3 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung: PT. Rineka Cipta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryadi. 2012. Keterampilan Pengambilan Keputusan. Tersedia: http://ejournal.upi.edu [Diakses 24 Februari 2014].

Suryanti, dkk.Modul Suplemen Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Suryanti. 2012. Model Pembelajaran untuk Mengajarkan Keterampilan Pengambilan Keputusan dan Penguasaan Konsep IPA bagi Siswa Sekolah Dasar. Surabaya: Pascasarjana Unesa (disertasi tidak diterbitkan).

Thiagarajan, S. Semmel, D. S. & Semmel, M. 1974.Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children.Source Book. Bloominton: Center for Innovation on Teaching the Handicapped.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penguraian di atas, dapat dipahami bahwa Sistem pemasaran produk di Koperasi KBIH Uswah adalah rangkaian kegiatan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi pemikiran dan

Salah satu metode pengemban ZnO pada montmorillonit dapat dilakukan dengan metode sonikimia dengan menggunakan surfaktan yang akan berfungsi sebagai cetakan dalam lapisan bentonit

Perwakilan hanya mengeluarkan saran. Itulah yang membedakan antara Ombudsman pusat dan Ombudsman Perwakilan. Faktor penghambat dalam penyelenggaraan tugas

Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada sejarah Muhammad Al-Fatih penaklukan Konstantinopel adalah pengamalan sunnah, tawadhu, rela

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rencana kegiatan perkonsultasian fasilitasi dalam bentuk proposal konsultasi fasilitasi ini dapat dijadikan bahan masukan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua variabel berpengaruh yang dibuktikan persetujuan mahasiswa UIN dalam mengecam pernyataan publik figur Jeremy

[r]

Penelitian ini dilakukan pada di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah dengan responden 40 SKPD yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari pelatihan arsip dinamis di