SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Oleh:
SUHARNO ISMAIL NIM 10.2.3.006
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
ii
Peneliti
Suharno Ismail 10.2.3.006
Memanfaatkan Media Komputer Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Manado” ini adalah benar hasil karya peneliti sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikasi, tiruan, plagiasi, atau
dibuatkan oleh orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi
hukum
iii
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado
Dr. Muh. Idris, M.Ag NIP :197105152002121002 Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Manado, yang telah diuji dan dipertahankan dalam
siding Munaqasyah yang di selenggarakan pada tanggal 8 Oktober Tahun 2015 M
bertepatan dengan 24 Dzulhijjah 1436 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam dengan perbaikan
seperlunya
Manado,8 Oktober 2015 M
24 Dzulhijjah 1436 H
DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Muh. Idris, M.Ag (………..)
Sekretaris : Feiby Ismail, M.Pd (………...)
Penguji I : Sahari, M.Pd. (………...)
Penguji II : Ismail K. Usman, M.Pdi. (………...)
Pembimbing I : Drs. Kusnan, M.Pd. (………...)
iv
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat beraktivitas dengan baik, Tak lupa
shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabiyullah, Rasulullah Muhammad
saw yang telah membawa kita dari alam kejahiliaan hingga sampai dengan alam
yang penuh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di dalam penyusunan skripsi ini, Peneliti menyadari banyaknya kendala
dan rintangan yang dihadapi, baik yang bersifat teknis maupun non-teknis. Namun
berkat doa, motivasi dan kontribusi dari berbagai pihak, maka kendala dan
rintangan yang menghadang tersebut mampu terlewati dan teratasi dengan baik.
Maka pada kesempatan kali ini, penyusun menghaturkan ucapan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dr. Rukmina Gonibala, M.Si, selaku Rektor IAIN Manado.
2. Bapak Dr. Yasin Jetta, M.Si selaku Wakil Rektor I, Dr. Yusno Abdullah Otta,
M.Ag selaku Wakil Rektor II, dan Ibu Dr. Evra Wilya M.HI selaku Wakil
Rektor III.
3. Bapak Dr. Muhamad Idris M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, Bapak Drs.
Mohamad S. Rahman M.Pd.I selaku Wakil Dekan I, Bapak Sahari M.Pd.I
selaku Wakil Dekan II, Bapak Rizal Arsyad M.A selaku Wakil Dekan III
Fakultas Tarbiyah IAIN Manado.
4. Bapak Ishak Talibo, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
v
6. Bapak Dr. Rivai Bolotio, M.Pd selaku Penasehat Akademik
7. Bapak Farha selaku Kepala Perpustakaan IAIN Manado beserta seluruh
staffnya.
8. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan
ilmunya selama ini kepada penulis dan segenap Civitas Akademika IAIN
Manado tidak dapat disebut satu persatu oleh penulis
9. Dra. Mediatrix Ngantung selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 9 Manado yang
telah menerima kehadiran penulis
10. Ustadz Supriadi, S.Ag., M.Pd.I dan para siswa di SMA Negeri 9 Manado yang
telah membantu dalam memberikan informasi dan pengumpulan data.
11. Kepada Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Djafar Ismail dan Nurheda
Amiruddin yang telah merawat, mendidik dan membesarkan penulis dengan
penuh cinta serta kasih sayang dan memenuhi semua kebutuhan penulis sejak
awal studi hingga menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas cinta yang
telah diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT membalas semua kasih
sayang yang Ayah dan Ibu berikan kepada peneliti.
12. Kepada seluruh Keluarga penulis terutama untuk Dr. Hi. Yasin Jetta, M.Si dan
Nurasia Amiruddin, S.Hi yang telah memberikan izin untuk tinggal serta
memenuhi semua kebutuhan penulis sejak awal kuliah hingga bisa
vi
Peneliti
Suharno Ismail 10.2.3.006
13. Teman-teman seperjuangan STAIN Manado angkatan 2010 terlebih khusus
teman-teman PAI 1 yang telah melewati suka dan duka bersama, terutama
untuk Saudara Almunawar Bin Rusli, Rahmatias Jusuf, Abrari Ilham, Adithya
Makahenggeng, Haidar Saleh, Ishak Pomalingo, Munifa Paloa, Jirda Fajeria,
Sitti Nusi dan Farmitha Paputungan yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan
skripsi ini.
Dengan demikian Penulis hanya bisa mendoakan semoga Allah SWT
membalas amal kebaikan semaunya dengan pahala yang berlipat ganda dan juga
semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua
Amin Ya Rabbal Alamin. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua
vii
DAFTAR ISI………
ABSTRAK………...
vii ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………
B. Batasan dan Rumusan Masalah………
C. Pengertian Judul………
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….
1
7
7
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran………..
2. Penggunaan Media dalam Pembelajaran………
3. Tujuan Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran………..
B. Information Comunication and Technologies (ICT)
1. Pengertian ICT………..
2. ICT dalam Pembelajaran………
3. Peran ICT dalam Pembelajaran……….
4. Strategi Pembelajaran Aktif dengan ICT………..
5. Dampak ICT dalam Pendidikan………
C. Pendidikan Agama Islam di Sekolah
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam………..
2. Landasan Pelaksaan Pendidikan Agama Islam………...
3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam………
D. Pemanfaatan Media Komputer dalam Pembelajaran PAI
1. Komputer sebagai Media Pembelajaran………
2. Peran Pendidik dalam Pemanfaatan Komputer……….
3. Kemampuan Guru dalam Menggunakan Komputer……….
viii BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian………...
B. Data dan Sumber Data………..
C. Instrument Penelitian………
D. Teknik Pengumpulan Data………
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data………
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data………..
61 62 63 63 65 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah………
B. Hasil Penelitian
1. Penyusunan Program Pembelajaran Menggunakan Media
Komputer Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam………
2. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menggunakan
Media Kompter………...
3. Hambatan penggunaan media komputer pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam………
C. Pembahasan Hasil Penelitian………
67
71
77
88
92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……….
B. Saran–saran………..
103
104
ix Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Kemampuan Guru Dalam Memanfaatkan Media Komputer Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 9 Manado
Skripsi ini adalah sebuah karya ilmiah dengan judul “Kemampuan Guru
Dalam Memanfaatkan Media Komputer Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Di SMA Negeri 9 Manado”. Alasan penulis mengangkat judul ini karena penulis ingin mengetahui bagaimana kemampuan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Manado dalam memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.
Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat dikemukan bahwa cara menyusun program pembelajaran dengan menggunakan media komputer antara lain (1) guru memiliki landasan dalam penggunaan media komputer, (2) menyusun materi pelajaran berdasarkan silabus dan RPP, (3) Memperhatikan isi slide power point dan video yang akan disampaikan harus menarik dan tidak mengandung unsur SARA. untuk itu maka guru perlu memiliki kemampuan untuk mengoperasionalkan komputer dan memilih software yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran
Proses pembelajaran dengan menggunakan komputer sebagai media pembelajaran diawali dengan absensi siswa, kemudian guru memberikan pengantar melalui slide power point kemudian masuk pada inti materi. Setelah menjelaskan inti materi guru juga membuat kelompok diskusi dan pada akhir pembahasan guru menampilkan video yang berkaitan dengan materi untuk mendukung penjelasan dan contoh yang sudah guru jelaskan. Untuk itu maka guru perlu memiliki kemampuan untuk melaksanakan proses pembelajaran melalui media komputer dan software yang digunakannya
Hambatan yang sering dialami oleh guru ketika menggunakan komputer sebagai media pembelajaran yaitu (1) ketersediaan listrik, (2) ketersedian koneksi untuk mengakses internet, (3) connector usb untuk menghubungkan flashdisk atau
hardisk external pada laptop, (4) adanya urusan lain yang harus diselesaikan guru.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap
individu sepanjang masa hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat
terjadi di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, di tempat ibadah dan
di masyarakat, serta berlangsung denga cara apa saja, dari apa saja dan dari siapa
saja. Bahkan kemampuan orang untuk belajar ini merupakan salah satu ciri
penting yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran
telah memerankan dirinya sebagai sumber belajar sehingga memungkinan
terjadinya proses pembelajaran secara mandiri oleh peserta didik.1Oleh karena itu
tiap-tiap pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran
agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar
mengajar.
Salah satu hal yang harus dimiliki oleh pendidik agar seseorang pendidik
mampu menjalankan tugasnya dengan profesional adalah kompetensi pendidik,
yang mampu mengikuti perkembangan zaman sehingga tidak ketinggalan.2 yaitu
mampu memanfaatkan media berbasis teknologi yang tersedia saat ini untuk
1 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.124
memudahkan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.3
Dalam proses belajar-mengajar kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan
melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran media pendidikan, dengan demikian anak
didik lebih mudah mencerna materi pelajaran dari pada tanpa bantuan media
pembelajaran. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan dan kerumitan
bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan
bantuan media.4
Dalam setiap proses pembelajaran masih sangat sedikit guru yang
merancang atau mendesain media pembelajaran pada Silabus dan RPP, sehingga
penggunaan media pembelajaran masih terkesan seadanya. Kondisi saat ini, masih
banyak guru yang menggunakan media pembelajaran sederhana yang kurang
menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, Banyak guru yang hanya
mengandalkan buku paket sebagai media pembelajarannya sehingga
mengakibatkan prestasi belajar rendah. Permasalahan pokok dan cukup mendasar
adalah sejauhmanakah kesiapan guru dalam penggunaan media pendidikan dan
pengajaran disekolah untuk pembelajaran siswa secara optimal sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran.
3 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 164.
Pada umumnya para guru memiliki beberapa alasan yang membuat
enggan untuk menggunakan media yaitu : (1) Menggunakan media Itu repot
karena mengajar dengan menggunakan media perlu persiapan. (2) Ada beberapa
guru yang takut dengan peralatan elektronik seperti takut kena setrum, takut
korsleting, takut salah tekan, takut error dan sebagainya. (3) Media yang di
gunakan dalam proses pembelajaran pada umumnya diangap sebagai hiburan
semata bagi murid. (4) Kurangnya ketersediaan media pembelajaran di sekolah.
(5) Kebiasaan memakai ceramah/bicara. (6) Kurangnya penghargaan dari pihak
sekolah. Masalah tersebut sering ditemui disekolah sehingga saat ini masih ada
guru yang belum bisa memanfaatkan dan menggunakan media dalam proses
pembelajaran terutama media pembelajaran yang berbasis ICT.
Semakin maju perkembangan masyarakat dan teknologi modern, maka
semakin berat tantangan yang dihadapi guru sebagai pendidik dan pengajar di
sekolah.5Kemajuan bidang pendidikan semakin hari bertambah jelas dipengaruhi
oleh penggunaan Information Comunication and Technology (ICT). Dalam
konteks pendidikan, penggunaan alat ini bukan saja mampu membantu
tugas-tugas pengurusan dan administrasi, tetapi juga berpotensi besar sebagai alat untuk
mengayakan lagi pengajaran dan pembelajaran bagi hampir semua mata pelajaran
dan tidak terkecuali mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Melalui penggunaan alat teknologi ini, suasana belajar mengajar menjadi
lebih menarik dan mempunyai potensi yang baik untuk meningkatkan kualitas
pengajaran dan pembelajaran. Hal ini didorong oleh kenyataan bahwa situasi
belajar mengajar di sekolah-sekolah sekarang berbeda dengan keadaan silam.
Keadaan ini juga mempengaruhi peranan dan tugas guru di sekolah. Guru harus
bisa menerima perubahan ini dan tidak lagi menganggap dirinya sebagai sumber
pengetahuan tunggal dalam kelas, karena siswa hari ini selalu mengikuti
perkembangan dengan pelbagai pengalaman melalui media-media komunikasi
yang canggih seperti komputer dan internet.
Melihat substansi pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) yang baru ditetapkan dalam kurikulum 2013 (K-13) saat ini di butuhkan
sarana komputer yang memadai dan bermutu. Sarana pendidikan sebagai salah
satu komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena dengan
sarana pendidikan yang lengkap dan bermutu kualitas pembelajaran akan semakin
baik, dan motivasi belajar siswa akan meningkat. Hal itu akan berakibat
meningkatnya daya serap yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan
mutu pendidikan.6
Pada hakikatnya penggunaan teknologi pendidikan seperti komputer dalam
proses belajar mengajar oleh guru di dalam kelas mempunyai banyak keuntungan
apabila dibandingkan dengan metode konvensional yang banyak menyita waktu
guru, dan membuat peserta didik merasa bosan sehingga proses belajar mengajar
yang dijalankan tidak menarik akan tetapi monoton karena selalu menggunakan
metode yang sama setiap hari.
Mengingat teknologi informasi dan teknologi komunikasi semakin
mendapat perhatian dalam dunia pendidikan masa kini, guru - guru yang mengajar
6Dikutip dari
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, perlu menyambut tantangan ini dengan
menggunakan multimedia dalam proses belajar mengajar untuk memartabatkan
Pendidikan Agama Islam dalam era teknologi informasi.
Untuk merealisasikan harapan tersebut, guru - guru Pendidikan Agama
Islam harus siap lebih awal untuk menguasai kemahiran menggunakan multimedia
dan komputer. Karena pengajaran Pendidikan Agama Islam bukan hanya
melibatkan penyampaian fakta atau pengetahuan semata-mata tetapi lebih banyak
menekankan aspek amalan sebagai penghayatan kepada ilmu yang dipelajari.
Untuk memastikan proses belajar mengajar lebih berkesan, guru - guru
Pendidikan Agama Islam seharusnya memanfaatkan penggunaan alat teknologi
seperti komputer bagi merangsang pikiran peserta didik untuk belajar dan
meningkatkan pemahaman mereka. Oleh karena itu guru mempunyai
tanggungjawab dan tugas yang menantang agar dapat mengintegrasikan
penggunaan teknologi tersebut dalam proses pengajaran dan pembelajaran di
dalam kelas.
Dengan adanya teknologi multimedia dan komputer di sekolah guru bukan
hanya merasakan perubahan dalam peranannya, tetapi ia juga belajar bagaimana
caranya untuk mengajar menggunakan alat-alat teknologi baru,
pendekatan-pendekatan baru dan kemahiran baru. Karena dengan penggunaan multimedia dan
komputer dalam proses belajar mengajar khususnya Pendidikan Agama Islam,
dapat menciptakan proses pembelajaran yang interaktif, yaitu adanya hubungan
Penggunaan sistem Information and Communication Technology (ICT)
baik itu berupa internet, software sistem administrasi pendidikan, notebook dan
LCD projector dalam dunia pendidikan untuk saat ini sudah merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam dunia pendidikan untuk mencetak generasi
yang handal dan memiliki daya saing global. Oleh karena itu guru di era digital
sekarang ini sangat dituntut untuk menguasai ICT.
Tetapi pada kenyataannya kemampuan guru dalam memanfaatkan ICT
dalam pembelajaran masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan guru dalam
menggunakan ICT ini dapat dilihat dari (1). Masih seditkit guru yang mengetahui
cara mengoperasikan komputer serta memahami fungsi dari setiap komponen
yang ada di dalam komputer. (2). Kurangnya pengetahuan guru tentang pemilihan
software yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran. (3) Kurangnya
pengetahuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui komputer
dan software yang digunakannya. (4) Kurangnya pemahaman guru mengenai
perbedaan perannya di dalam pembelajaran yang menggunakan komputer
dibandingkan dengan pembelajaran secara konvesional. (5). Kurangnya
pengetahuan guru tentang cara –cara mengatasi masalah yang akan timbul ketika
menggunakan komputer dalam pembelajaran. (6). Masih Sedikit guru yang peka
terhadap perkembangan teknologi terkini dan produk – produk terbaru untuk
memperluas wacana dan wawasannya tentang perkembangan teknologi
Berdasarkan uraian di atas, maka menurut peneliti masalah tersebut perlu
diangkat serta dilakukan penelitian berdasarkan fakta – fakta yang ada di
lapangan. oleh karena itu peneliti ingin mengkaji dan meneliti tentang
kemampuan guru dalam memanfaatkan media komputer pada proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Batasan dan Rumusan masalah
Untuk menghindari perluasan masalah dalam skripsi ini dan untuk
mempermudah pemahaman, maka peneliti membatasai masalah yang akan
diangkat hanya membahas tentang Kemampuan Guru Dalam Memanfaatkan
Media Komputer Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9
Manado. Berdasarkan batasan masalah pada penelitian ini maka penulis
merumuskan masalah dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana penyusunan program pembelajaran PAI dengan menggunakan
media komputer di SMA Negeri 9 Manado?
2. Bagaimana proses pembelajaran PAI menggunakan media komputer di
SMA Negeri 9 Manado?
3. Apa saja hambatan penggunan media komputer dalam pembelajaran PAI?
C. Pengertian Judul
Untuk menghindari kesalahpahaman pada judul, maka penulis
Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari si pengirim pesan
kepada penerima pesan. Sedangkan media pembelajaran adalah sarana
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau bahan pelajaran.7
Komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat
menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan
program yang tersimpan di memorinya, dan menghasilkan output berupaka
informasi.8
Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kejadian, peristiwa dan kondisi
yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi peserta didik sehingga proses
belajarnya berlangsung dengan mudah.9
Dengan demikian yang dimaksud kemampuan guru dalam memanfaatkan
media komputer dalam pembelajaran adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
guru dalam menggunakan media komputer yang terdiri dari kemampuan untuk
menyusun program pembelajaran, kemampuan untuk menggunakan komputer
dalam pembelajaran, dan kemampuan untuk mengatasi hambatan ketika
menggunakan komputer.
7 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h.121
8 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.127
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
Adapun tujuan penulis mengangkat masalah tesebut adalah :
1. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menyusun program pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan media komputer
2. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menggunakan media komputer
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
3. Untuk mengetahui hambatan dalam penggunaan media komputer pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Maka dalam pembahasan ini penulis mengadakan penelitian lebih jauh
tentang hal –hal tersebut. Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan adanya
manfaat yang dapat diperoleh tidak hanya dari segi manfaat teori tetapi juga
mampu memberikan manfaat praktik bagi sekolah, institusi atau lembaga yang
menjadi objek penelitian. Manfaat itu antara lain :
1. Dapat menambah perbendaharaan dalam dunia penelitian di bidang
pendidikan
2. Dapat digunakan sebagai pedoman yang relevan dalam penelitian
selanjutnya, khususnya dalam pengembangan pembelajaran menggunakan
media komputer
3. Bagi sekolah maupun institusi atau lembaga pendidikan yang menjadi
objek penelitian ini diharapkan dapat melihat kembali program yang telah
dicanangkan selama ini agar dapat berjalan secara maksimal dengan
memperhatikan factor – factor yang urgen yang dapat mempengaruhi
4. Bagi pengelola sekolah agar dapat memperhatikan factor – factor yang
mempengaruhi efektifitas belajar siswa dalam mendapatkan kebutuhan
pendidikan
5. Bagi mahasiswa:
a. Memberikan pemahaman bahwa penggunaan media pembelajaran
dapat menjadi stimulus yang efetik dalam pembelajaran tanpa memilih
siapa objeknya, maka dibutuhkan kemampuan dalam mengoperasikan
media dari berbagai jenis agar nantinya dapat memilih dan menentukan
jenis media apa yang akan diterapakan dalam kelas sesuai dengan
objek yang diajari
b. Menyadarkan bahwa profesi tenaga pendidik yang akan disandangnya
nanti akan membawanya pada tuntutan kemampuan yang lebih
kompleks yang harus dimiliki terutama dalam perkembangan dan
kesuksesan peserta didik
6. Bagi para pendidik (Dosen) di IAIN Manado, semoga penelitian ini dapat
menjadi tambahan deretan saran untuk meningkatkan efektivitas belajar
mahasiswa yang tidak hanya terfokus pada kelas tapi juga mampu
menciptakan inovasi pembelajaran yang dapat memfasilitasi kebutuhan
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin yakni medius dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau
pengantar.1 Dalam bahasa arab media disebut sebagai wasail bentuk jamak dari
wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya juga “tengah”.2 kata “tengah” itu
sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut juga sebagai perantara
(wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada
ditengah ia bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung yakni
mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari sisi satu
ke sisi lainnya.
Gerlach & Ely 3 mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dalam
pengertian ini guru, buku, teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara
lebih khusus pengertian media dalam proses belajar – mengajar cenderung
diartikan sebagai alat – alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
1Yusufhadi Miarso, Media Pembelajaran, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h. 47
2Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Press Group, 2013), h.6
Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari si pengirim pesan
kepada penerima pesan. Sedangkan media pembelajaran adalah sarana
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau bahan pelajaran.4
Dengan demikian media pembelajaran adalah media yang dirancang secara
khusus untuk meransang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik
sehingga terjadinya proses pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan semua alat bantu atau benda yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan
pesan (informasi) pembelajaran dari sumber belajar (guru maupun sumber lain)
kepada penerima pesan dalam hal ini peserta didik. 5 pesan yang disampaikan
melalui media dalam bentuk isi (materi) pengajaran harus dapat diterima oleh
penerima pesan (peserta didik) sebagai penyaji dan penyalur pesan, media
pembelajaran dalam hal – hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi
belajar kepada siswa.
Media pembelajaran juga dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang
dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Media pembelajaran memiliki
peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.
4 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h.121
2. Penggunaan Media dalam Pembelajaran
Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan
belajar- mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual
kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan
mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana,
konkrit serta mudah dipahami.6 Dengan demikian media dapat berfungsi untuk
mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap materi pembelajaran.
Dalam usahan memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale
mengklasifikasikan pengalaman belajar anak mulai dari hal – hal yang paling
konkrit sampai kepada hal – hal yang dianggap paling abstrak. Klasifikasi
pengalaman tersebut diikuti secara luas oleh kalangan pendidik dalam
menentukan alat bantu apa yang seharusnya yang sesuai untuk pengalaman
belajar tertentu. Salah satu gambaran yang paling banyak yang dijadikan sebagai
landasan teori penggunaan media dalam proses belajar mengajar adalah Kerucut
Pengalaman Dale (Dale’sCone of Experience)7. Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut:
6Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidian, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h. 5
Kerucut tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 90% dari yang peserta
didik menjalani pembelajaran dengan mengatakan dan melakukan, 70% dari yang
peserta didik mengatakan, 50% dari yang peserta didik melihat dan mendengar,
30% dari yang peserta didik melihat, 20% dari yang peserta didik mendengar, dan
hanya 10% dari yang peserta didik membaca.8
Kerucut pengalaman ini mengungkapkan bahwa pembelajaran secara
verbalisme atau ucapan dengan kata – kata (ceramah) merupakan pengalaman
belajar yang rendah. Untuk meningkatkan pengalaman belajar peserta didik, guru
perlu memberikan suatu variasi dalam pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran tertentu, sehingga pengalaman belajar tersebut tidak terlalu abstrak.
Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan
pengalaman. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(kongkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian
melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin keatas
dipuncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu.
Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu
dituangkan ke dalam lambang – lambang seperti bagan, grafik, atau kata. 9 jika
pesan terkandung dalam lambang – lambang seperti itu, maka indera yang
dilibatkan untuk menafsirkannya semakin terbatas, yakni indera penglihatan atau
indera pendengaran.
8Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.69
Dasar pengembangan kerucut diatas bukanlah tingkat kesulitan, melainkan
tingkat keabstrakan, jumlah jenis indera yang turut serta selama penerima isi
pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh
dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang tergantung dalam
pengalaman itu oleh karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran,
perasaan, penciuman dan peraba. Hal ini dikenal dengan istilah learning by doing,
misalkan keikutsertaan dalam menyiapkan makanan, melakukan percobaan di
laboratorium dan lain –lain. Semua kegiatan tersebut memberi dampak langsung
terhadap perolehan dan pertumbuhan pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Hamalik10 mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa
pengaruh–pengaruh psikologis terhadap siswa.
3. Tujuan Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Dalam pembelajaran, alat atau media pembelajaran diperlukan sebab
media pembelajaran memiliki peranan yang besar dan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Pengetahuan akan semakin
abstarak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini akan
memungkingkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahu tentang
kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Hal
semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi peserta didik. Oleh karena itu
sebaiknya peserta didik memiliki pengalaman yang kongkrit, pesan yang ingin
disampaikan benar–benar dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Ada beberapa tujuan mengggunakan media pembelajaran, diantaranya
adalah:
1. Mempermudah proses belajar mengajar
2. Meningkatkan efisiensi belajar mengajar
3. Menjaga relevansi dengan tujuan belajar
4. Membantun konsentrasi peserta didik
5. Menumbuhkan minat belajar peserta didik11
Untuk mencapai tujuan penggunaan media pembelajaran maka
diharapkan dalam memilih media pembelajaran harus disesuiakan dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi masing – masing. Selain tujuan, media
pembelajaran juga memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta
didik dengan sumber belajar
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya
5. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama12
11 Nandang Kosasih & Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi kecerdasan, (Bandung : Alfabeta, 2013), h.208
Menurut Sumadi 13 secara umum manfaat media pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran
lebih efektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antara guru
dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi antara
siswa dimanapun berada
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan
warna, baik secara alami maupun secara manipulasi sehingga membantu guru
untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak
membosankan. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan media akan
terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru
cenderung bicara satu arah
3. Efisensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media pembelajaran tujuan belajar akan lebih mudah tercapai
secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus
menjelaskan materi ajaran secara berulang – ulang, sebab dengan sekali sajian
menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
4. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajara dapat membantu agar siswa dapat menyerap materi
belajar lebih mendalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari
guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkya dengan kegiatan
melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media maka
pehaman siswa akan lebih baik. Media memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Perlu kita sadari bahwa waktu belajar
disekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
Dalam belajar mengajar hal yang terpenting adalah proses, karena proses
inilah yang menentukan tujuan belajar akan tercapai atau tidak. Dengan adanya
media pembelajaran maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran
dapat diperkaya dengan berbagai media pembelajaran.
Dengan tersedianya media pembelajaran maka guru dapat menciptakan
berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan dipakai dalam
situasi yang berlainan dan menciptakan iklim emosional yang sehat diantara
peserta didik. Bahkan media pembelajaran ini dapat membantu guru untuk
membawa dunia luar ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak bisa
menjadi kongkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik.
B. Information And Comunication Technologies (ICT) 1. Pengertian ICT
ICT mengandung pengertian yang luas, yaitu segala kegiatan yang terkait
media. 14 ICT merupakan teknologi digital atau analog yang memungkinkan
pengguna menciptakan, menyimpan, dan menampilkan informasi serta
mengkomunikasikan dalam jarak tertentu, yaitu komputer, televisi, laptop, radio,
kaset audio, kamera digital, handphone dan CD Interaktif.
ICT (Information and Communication Technology) atau yang lebih
dikenal dengan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) adalah berbagai aspek
yang melibatkan teknologi, rekayasa dan teknik pengolahan yang digunakan
dalam pengendalian dan pemrosesan informasi serta penggunaannya, hubungan
komputer dengan manusia dan hal yang berkaitan dengan sosial, ekonomi dan
kebudayaan.15
Pengertian lainnya diungkapkan oleh Munir, bahwa teknologi informasi
dan komunikasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika terutama
komputer, untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa
saja,termasuk kata-kata, bilangan dan gambar.16
Dengan begitu, ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan
teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan
dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan
informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
14 Zainal Arifin & Adhi Setiyawan, Pengembangan Pembelajarna Aktif Dengan ICT, (Yogyakarta: Skripta, 2012), h. 88
15Dikutip dari
http://rachmatfatahillah.blogspot.co.id/2014/04/pengembangan-pembelajaran-pai-berbasis.htmlyang diakses pada tanggal 13 september 2015
perangkat yang satu ke lainnya. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi
mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan
pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Oleh
karena itu teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep
yang tidak dapat terpisahkan.
Dalam menghadirkan fungsi teknologi asas praktis, efektif dan efisien
menjadi acuan utama. Artinya kalau kehadirannya justru menyulitkan dan
menambah beban materi dan waktu maka kehadiran TIK justru tidak ada gunanya.
Namun rasanya hal ini tidak akan terjadi di era informasi ini. Di mana perangkat
komunikasi nirkabel sudah merambah sampai ke pelosok pedesaan. Kehadiran
teknologi ini harus digunakan sebaik-baiknya dengan pengelolaan yang tepat.
Telah terjadi perubahan peranan guru. Guru tidak lagi berperan sebagai
satu-satunya sumber belajar (learning resources), akan tetapi guru lebih berperan
sebagai pengelola pembelajaran (manager of instruction). Dalam posisi semacam
ini, bisa terjadi guru dan siswa saling membelajarkan. Dengan demikian kalau
sekarang ada guru yang menganggap dirina paling pintar, paling menguasai
sesuatu, pendapatnya paling benar dan peserta didik dianggap tidak tahu apa–apa
adalah keliru. Bisa jadi peserta didik sekarang lebih mengetahui suatu hal dari
pada guru, karena peserta didik dapat mencari sumber informasi dan pengetahuan
dari berbagai media
Atas dasar ini perlu dikembangkan bentuk – bentuk pembelajaran aktif
(ICT). Tren pembelajaran aktif dan tren ICT dalam pendidikan telah menggejala
disetiap sekolah.
2. ICT dalam Pembelajaran
ICT yang berkembang sekarang ini memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek kehidupan, termasuk pada bidang pendidikan, khususnya dalam
proses pembelajaran.17 Terjadi perubahan dalam proses pembelajaran, yaitu
pembelajaran yang biasanya dilakukan terbatas di ruang kelas dengan jadwal yang
telah di tentukan berkembang menjadi menjadi pembelajaran yang dapat
dilakukan kapanpun dan dimanapun.
Mengintegrasikan ICT dalam pembelajaran antara lain untuk
meningkatkan kompotensi pengajar dalam mengajar dan meningkatkan mutu
belajar peserta didik. Oleh karena itu, pengajar hendaknya memanfaatkan seluruh
kemampuan dan potensi teknologi untuk meningkatkan pembelajaran, terutama
melakukan pembaharuan dalam upaya mengembangkan proses belajar –mengajar
peserta didik.
Pembelajaran dengan muatan ICT akan berjalan efektif jika peran pengajar
dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator pembelajaran atau yang
memberikan kemudahan peserta didik untuk belajar, bukan lagi sebagai informasi.
Pengajar bukan satu – satunya sumber informasi yang disampaikan dengan
ceramah, menyampaikan fakta, data, dan informasi. Pengajar tidak hanya
mentransfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga dapat belajar dari peserta didik.
Pengajar bukan instruktur yang memberikan perintah atau mengarahkan kepada
peserta didik melainkan menjadi mitra belajar (partner) sehingga memungkinkan
siswa tidak segan untuk berpendapat, bertanya, bertukar pikiran dengan pengajar.
Peran peserta didik dalam pembelajaran bukan sebagai objek yang pasif
yang hanya menerima informasi dari pengajar, namun lebih aktif, kreatif dan
partisipan dalam proses pembelajaran.18Peserta didik tidak hanya mengingat fakta
– fakta atau mengungkapkan kembali informasi yang diterimanya dari pengajar,
namun mampu menghasilkan atau menemukan berbagai informasi. Pembelajaran
yang dilakukan peserta didik tidak hanya kegiatan perorangan (individual), namun
juga pembelajaran berkelompok secara kooperatif dengan peserta didik lainnya.
Di samping faktor pengajar dan peserta didik, faktor lainnya yang mendukung
adalah lingkungan pembelajaran yang berpusat pada pengajar berubah menjadi
berpusat pada peserta didik.
3. Peran ICT dalam Pembelajaran
Tren penggunaan ICT dalam dunia pendidikan semakin marak. Beberapa
sekolah maupun perguruan tinggi telah mencangkan pengembangan ICT dalam
pembelajaran bagi peserta didik sebagai jaminan mutu pendidikan. Proses
kegiatan belajar –mengajar sudah banyak menggunakan media laptop, komputer,
LCD Projector, audio visual dan didukung dengan internet/hostspot area,
perpustakaan digital library), buku digital book), pembelajaran digital
(e-learning), yang dapat diakses bebas dengan komputer/laptop peserta didik.19
Perkembangan ICT menuntut perubahan paradigma pendidikan
konvesional yang memiliki ciri pendidikan yang berpusat pada guru (teacher
centre education). Pada pendidikan berbasis ICT menekankan pada pendidikan
yang berpusat pada peserta didik (Student centre education) dan penguasaan ICT.
Munir berpendapat20 bahwa ICT akan menghilangkan batasan – batasan jarak,
ruang, dan waktu yang membatasi dunia pendidikan, seperti Peserta didik dapat
dengan mudah mengakses proses pembelajaran di manapun dia berada dan juga
Peserta didik dapat dengan mudah belajar dari para ahli/pakar atau narasumber
lainnya di bidang yang diminatinya
Adapun peran ICT dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
a. Penyampaian materi pelajaran semakin menarik dan menyenangkan,
misalnya didukung media audio-visual, film, maupun gambar – gambar
yang cantik
b. Membantu peserta didik yang cenderung memiliki gaya belajar yang
berbeda – beda, misalnya gaya belajar visual yang lebih suka melihat
gambar/film, gaya belajar audiotorial yang lebih suka mendengarkan dan
gaya belajar kinestetik yang lebih suka bergerak/praktik, misalnya
melakukan praktik komputer
19 Zainal Arifin & Adhi Setiyawan, Pengembangan Pembelajarna Aktif Dengan ICT, (Yogyakarta: Skripta, 2012), h. 42
c. Kualitas penerimaan pelajaran yang lebih baik karena didukung dengan
media interaktif
d. Peserta didik dapat belajar secara individual tanpa bantuan guru
e. Dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang lebih
menarik dan mendalam, misalnya didukung media internet.
4. Strategi Pembelajaran Aktif dengan ICT
Pembelajaran aktif dengan ICT adalah proses pembelajaran aktif
menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi, misalnya
komputer/Laptop, internet, video pembelajaran, LCD Projector, radio dan televisi.
Tujuan utamanya adalah bagaimana seorang guru dapat mengemas pembelajaran
aktif dan menarik dengan media ICT dan siswa dapat terlibat aktif dalam
pembelajaran.21
Dalam pelaksanaan pembelajaran aktif dengan ICT, guru di tuntut
memahami betul prosedur strategi pembelajaran aktif dan penguasaan media ICT,
misalnya penggunaan komputer/Laptop, LCD Projector, OHP, Kamera digital dan
lain sebagainya. Oleh karena itu guru dan peserta didik dituntut untuk menguasai
media teknologi dan informasi dan digunakan untuk menunjang keberhasilan
dalam proses kegiatan belajar–mengajar.
Strategi pembelajaran aktif dengan ICT berarti mengintegrasikan strategi
pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran dengan media ICT untuk
mengemas pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, efektif, dan efisien bagi
guru dan peserta didik. Dalam hal ini, media ICT menjadi sarana pendukung
pembelajaran aktif agar proses pembelajaran semakin interaktif. Strategi
pembelajaran yang terencana dengan baik yang menyertakan teknologi dan media
dapat meningkatkan proses pembelajaran.
Di bawah ini beberaepa strategi pembelajaran aktif yang dapat
dikembangkan dengan ICT
1. Presentasi
Dalam sebuah presentasi, sebuah sumber menyajikan, mendramatisasi,
atau menyebarkan informasi kepada pembelajar. Seorang guru yang menyajikan
presentasi mungkin menyelipkan pertanyaan, di mana para siswa mungkin
langsung menjawabnya atau tidak di haruskan menjawab. Atau para siswa bisa
bertanya kepada guru ketika bahan pengajaran sedang di sajikan.
Dalam presentasi, seorang guru tidak selalu harus berdiri di depan kelas
memberikan pelajaran atau cenderung menggunakan metode ceramah, tetapi bisa
menggunakan video, film, atau slide interaktif yang divisualisasikan melalui LCD
projector. Media ini dapat menjadikan presentasi lebih menarik. Keberhasilan
utama dalam menggunakan strategi aktif presentasi adalah presenternya atau
guru.22 Media hanyalah sarana yang membantu agar presentasi lebih menarik.
Adapun kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran dikelas terdapat pada guru
yang memegang kunci utama. Oleh karena itu, diperlukan trik/tips agar presentasi
lebih menarik dan berhasil.
2. Demonstrasi
Dalam sebuah demonstrasi para peserta didik melihat contoh nyata atau
actual dari sebuah keterampilan atau prosedur untuk dipelajari. Demonstrasi
mungkin di rekam dan diputar ulang melalui sarana media seperti video. Strategi
ini sangat menguntungkan siswa dengna melihat sesuatu untuk dikerjakan
sebelum mereka melakukannya sendiri.
Strategi demonstrasi mendorong peserta didk untuk mengerjakan sesuatu
setelah mereka mendengar penjelasan guru, melihat guru mempraktikan sesuatu,
mendiskusikan kepada guru jika belum paham maupun belum jelas cara
melakukannya kemudian mempraktikan sebagaimana yang telah dicontohkan
gurunya.23 Strategi demonstrasi akan lebih membekas dalam benak peserta didik
jika setelah mempraktikan mereka dapat mengajarkan kepada temannya.
Strategi demonstrasi dengan media teknologi dapat menggunakan video
atau film tentang materi yang sedang di pelajari. Guru dapat mencari video atau
film yang menjelaskan cara mengerjakan sesuatu (sesuai materi yang diajarkan),
misalnya video praktik sholat, praktik haji dan lain sebagainya. Strategi
demonstrasi sering digunakan untuk mempraktikan pelajaran yang sudah di
dipelari. Strategi ini mengukur seberapa jauh peserta didik memahami materi yang
sudah dipelajari dan memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta
didik tentang materi yang dipelajari
3. Latihan dan Praktik
Dalam latihan dan Praktik, para peserta didik dibimbing melewati
serangkaian latihan praktik yang dirancang untuk menyegarkan kembali atau
meningkatkan penguasaan sebuah ketrampilan baru. Tujuan dari latihan dan
praktik adalah bahwa siswa menguasai atau mempelajari sesuatu tanpa
kesalahan.24
Latihan dan praktik pada umumnya di gunakan untuk tugas –tugas seperti
belajar matematika, bahasa asing dan mengembangkan kosakata. Banyak aplikasi
komputer memberikan kesempatan pada siswa untuk menelaah kembali informasi
dan mempraktikan pengetahuan atau ketrampilan mereka. Disekolah, misalnya
dapat dijumpai contoh media audio atau video untuk latihan percakapan dalam
bahasa asing seperti bahasa arab, bahasa inggris atau latihan membaca Al-Qur’an.
Pengembangan strategi latihan dan praktik menggunakan media atau
video, memungkinkan siswa untuk melakukan latihan sendiri tanpa guru. Di sini,
guru dapat membantu untuk memberikan latihan pelajaran yang harus dikuasi
oleh siswa, dan setiap siswa dapat melakukannya setiap saat, baik saat di sekolah
maupun di rumah.
5. Dampak ICT dalam Pendidikan
ICT sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum
adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Dalam bidang
pendidikan, ICT memiliki banyak peran.
Seiring berkembangnya zaman, ICT semakin digunakan di dunia
pembelajaran, hal itu bisa terjadi karena ICT dirasa membawa keuntungan baik
bagi pengajar maupun pelajar, keuntungan atau dampak positif dari pembelajaran
yang menggunakan ICT tersebut antara lain adalah25:
1. Pelajar jadi lebih mudah dalam belajar, karena kebanyakan pelajar lebih
suka praktek dibandingkan teori
2. Pengajar jadi lebih mudah mengajar dan mudah menyampaikan materi
dengan membuat presentasi-presentasi
3. Bagi pelajar maupun pengajar, pemberian dan penerimaan materi atau
tugas tidak harus bertatap muka, jadi jika pengajar berhalangan hadir tetap
dapat memberi tugas atau materi melalui e-mail
4. Dalam membuat laporan, baik bagi pelajar maupun pengajar jadi lebih
mudah karena jika memakai computer akan mudah dikoreksi jika ada
kesalahan
5. Dalam belajar, baik pengajar maupun pelajar akan lebih mudah mencari
sumber karena adanya internet
6. Pembelajaran yang menggunakan ICT bisa dibuat lebih menarik, misalnya
dengan memunculkan gambar atau suara sehingga pelajar lebih antusias
untuk belajar
25Dikutip dari
Segala sesuatu pasti ada dampak positif dan negatif, tidak terkecuali
pembelajaran yang menggunakan ICT, diantaranya26:
1. Pembelajaran yang menggunakan ICT hanya bisa dilaksanakan oleh
sekolah yang mampu, bagi sekolah – sekolah yang kurang mampu akan
ketinggalan, dan siswanya akan kesulitan jika mereka masuk ke sekolah
lanjutan di kota besar yang sudah sering menggunakan ICT
2. Setiap pelajar harus mendapat fasilitas yang sama, jadi dalam
pembelajaran yang menggunakan komputer, setiap pelajarnya harus
memakai 1 komputer yang memadai, jika komputer yang dalam kondisi
baik hanya sebagian, akan ada siswa yang hanya menonton, sehingga
mereka tidak menguasai penggunaan komputer
3. Dalam pembelajaran, siswa – siswa yang tidak antuasias dalam
penerimaan materi sering kali lebih suka main game selama pembelajaran,
sehingga mereka tidak konsentrasi dan tidak menerima materi yang
diajarkan.
4. Dalam pembelajaran yang menggunakan internet yang tidak dibatasi,
sering kali pelajar menggunakan internet bukan untuk keperluan belajar,
misalnya membuka situs youtube untuk menonton video dalam proses
belajar.
26Dikutip dari
C. Pendidikan Agama Islam di Sekolah 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu
“paedagogie”27, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering
diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan. Selanjutnya
pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mental.28
Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan
meskipun secara essensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan
sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli pendidikan.
Menurut Ahmad D. Marimba29, Pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sedangkan
menurut Ki Hajar Dewantara.30, Pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup
tumbuhnya anak – anak. Adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak –anak itu agar mereka sebagai manusia dan
27H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.13
28Sudirman N, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), h.4
29Hasbullah, Dasar–Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 3
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi–tingginya.
Menurut UU No. 20 thn 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional31,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangnkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahklah mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pengertian pendidikan yang diberikan Ahmad Marimba dan Ki Hajar
Dewanatara32, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara essensial
terdapat kesatuan unsur – unsur atau factor – factor yang terdapat didalamnya,
yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan,
tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur – unsur seperti
pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya
Secara terminologis pendidikan Agama Islam sering diartikan dengan
pendidikan yang berdasarkan pada ajaran Islam. Dalam pengertian lain, dikatakan
bahwa pendidikan Agama Islam adalah proses mempersiapkan manusia supaya
hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya,
sempurna akhlaknya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam
pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun dengan tulisan.
31Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB1 Pasal
1 h. 2
32 Sutrisno dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial,
Marimba memberikan definisi pendidikan Agama Islam sebagai
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum–hukum Agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Agama Islam.33 Zakiyah
Daradjat mendefinisikan pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.34
Ditinjau dari definisi pendidikan agama Islam di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
1. Segala usaha berupa bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak, menuju terbinanya kepribadian utama sesuai dengan ajaran
agama Islam.
2. Suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu
untuk mencapai pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam
dalam proses kependidikan melalui latihan-latihan akal pikiran
(kecerdasan, kejiwaan, keyakinan, kemauan dan perasaan serta panca
indra) dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
3. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan
kemampuan dasar (fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh diluar) baik
secara individu maupun kelompok sehingga manusia memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh dan benar.
33Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 9
Yang dimaksud utuh dan benar adalah meliputi Aqidah (keimanan),
Syari’ah (ibadah muamalah) dan akhlaq (budi pekerti).35
2. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanan pendidikan Agama Islam disekolah/madrasah berdasarkan
pada beberapa landasan. Majid mengatakan bahwa paling tidak ada tiga landasan
yang mendasari pelaksanaan pendidikan Agama Islam di lembaga pendidikan
dasar dan menengah. Ketiga landasan tersebut adalah (1) landasan yuridis formal,
(2) landasan psikologis, (3) landasan religious.
1) Landasan Yuridis Formal
Landasan yuridis maksdunya ialah landasan yang berkaitan dengan dasar
dan undang – undang yang berlaku pada suatu Negara. Landasan yuridis formal
tersebut terdiri atas tiga macam: (a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara
pancasila, sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, (b) dasar structural atau
konstitusional, yaitu UU Dasar 45, dalam bab XI pasal 29 ayat 1 yang berbunyi
“Negara berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa” dan pasal 2 yang berbunyi
“Negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap Agama dan kepercayannya itu”, (c) UU No 23 Tahun 2003 tetang sistem pendidikan nasional, pasal 12 ayat 1 poin a,
yang mengatakan, “setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan Agama
sesuai dengan Agama yang dianutnya oleh pendidik yang seagama”.36
35 Di kutip dari
http://pustakaaslikan.blogspot.com/2013/01/pengertian-pendidikan-agama-islam.htmlyand diakses pada tanggal 11 September 2015
2) Landasan Psikologis
Landasan psikologis maksudnya ialah landasan yang berhubungan dengan
aspek kejiwaan kehidupan masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa manusia dalam
hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dihadapkan
pada hal – hal yang membuat hatinya tak tenang dan tidak tentram sehingga
memerlukan suatu pegangan hidup. Pegangan hidup itu yang dinamakan dengan
Agama.
3) Landasan Religius
Landasan religius ialah landasan yang bersumber dari ajaran Islam.
Menurut ajaran Islam pendidikan Agama adalah perintah Allah dan merupakan
perwujudan beribadah kepada-Nya. Landasan ini bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadist. Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menunjukkan perintah
tersebut, diantaranya adalah firman Allah dalam Q.S An-Nahl (16:125) dan Q.S
Ali Imran (3:04) :
Terjemahannya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl : 125).37
Terjemahannya :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkarmerekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali Imran : 104).38
Dua ayat ini terkait dengan metode atau cara - cara yang digunakan dalam
pendidikan Islam. Sementara itu, Islam mengajarkan secara umum bahwa materi
pendidikan Agama Islam mencakup tiga hal utama. Pertama, berkaitan dengan
keimanan. Kedua, berkaitan dengan aspeksyari’ahyakni suatu sistem norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan
sesama manusia dan lingkungan. Ketiga, mencakup aspek akhlak manusia
terhadap sang penciptanya dan manusia dengan makhluk lainnya.
Selain itu, Islam juga mengajarkan agar peserta didik dibekali dengan
berbagai ketrampilan sebagai bekal dalam menjalani hidup di dunia.
Keseimbangan dalam pembinaan peserta didik menjadi titik sentral yang
diperbincangkan Agama Islam. Islam menghendaki bahwa proses pendidikan
harus menyeimbangkan antara pembinaan dan pengembangan aspek jasmani dan
rohani peserta didik. Hal ini agar mereka memiliki kehidupan yang layak di dunia
dan juga di akhirat.
3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Seperti diketahui bahwa pembinaan mental anak didik tidaklah dimulai
dari sekolah, akan tetapi dimulai dari rumah (keluarga), sejak si anak dilahirkan
ke titik maksimal yang dapat sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan dunia,
mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan. Mula-mula ibu
38Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Banten, PT
bapaknya, kemudian dari anggota keluarga yang lain (saudara) dan kemudian dari
lingkungan masyarakatnya. Hal demikian memberikan warna dan mempengaruhi
dasar-dasar pembentukan kepribadiannya. Pembinaan, pertumbuhan mental dan
kepribadiannya itu kemudian akan ditambah dan disempurnakan oleh sekolah
M. Arifin yang mengemukakan pendapatnya, bahwa fungsi Pendidikan
sebagai usaha membentuk pibadi manusia harus melalui proses yang panjang,
dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan
membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan
pembuatnya.39
Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang
matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiran-pikiran atau teori yang
tepat, sehingga kegagalan atau kesalahan-kesalahan langkah pembentuknya
terhadap anak didik dapat dihindarkan. Oleh karena itu, lapangan tugas dan
sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang yang
mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita salah membentuk, maka kita akan
sulit memperbaikinya.
Zakiyah Daradjat mengemukakan tentang pentingnya fungsi pendidikan
Islam baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Beliau
mengatakan bahwa:
“Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan Agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak,
39 Dikutip dari
dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam
itu sendiri”.40
Tujuan pendidikan Agama Islam adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah
melakukan serangkaian proses pendidikan Agama Islam disekolah atau madrasah.
Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan Agama Islam.
Diantaranya al-Attas, ia menghendaki tujuan pendidikan Islam itu adalah manusia
yang baik. Sementara itu marimba mengatakan tujuan pendidikan Islam adalah
terciptanyan orang yang berkepribadian muslimah. Berbeda dengan al-Abrasy,
menghendaki tujuan akhir pendidikan Islam itu adalah terbentuknya manusia yang
berakhlak mulia.41
Tujuan pendidikan Islam harus di kaitkan pula dengan tujuan pendidikan
Nasional negara tempat pendidikan Islam itu di laksanakan dan harus di kaitkan
pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu.
Tujuan umum itu tidak dapat di capai kecuali setelah melalui proses pengajaran,
pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya.
Tahap-tahap dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal di rumuskan dalam
bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya di kembangkan dalam tujuan
instruksional.42
Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam di sekolah
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta
40 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.28
41 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 205
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.43
Jadi, oleh karena itu dalam proses pembelajaran di sekolah, maka tujuan
dari pendidikan agama adalah untuk membina, membimbing, dan mengarahkan
serta berupaya untuk mengubah tingkah laku dan kepribadian siswa dengan
mendidik dan mengajarkannya, agar siswa mampu mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Secara garis besar tujuan pendidikan agama Islam dapat dibagi kepada
tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum atau tujuan akhir adalah cermin kehidupan manusia dalam
menjalankan kehidupan akhir hidupnya. Menurut Zakiah Daradjat :
“Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain yang meliputi seluruh aspek kemanusiaan, sikap, tingkah laku, penampilan, dan
pandangan”.44
Sesuai dengan pengertian di atas dapat dilihat bahwa tujuan dalam
pendidikan agama Islam pada anak didik harus berisi hal-hal yang dapat
menumbuhkan dan memperkuat iman serta mendorong kepada kesenangan anak
untuk mengamalkan ajaran agama Islam, untuk itu diperlukan usaha materil yang
akan memperkaya siswa dengan sejumlah pengetahuan, membuat mereka dapat
43 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005), h.59
menghayati dan mengembangkan ilmu itu, juga membuat ilmu yang mereka
pelajari dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pendidikan agama Islam yang bersasaran kepada
faktor-faktor khusus, yang menjadi salah satu aspek penting dari tujuan umum
yaitu: “memberikan dan mengamalkan kemampuan atau skill khusus pada anak
didik, sehingga mampu bekerja dalam bidang pekerjaan tertentu yang berkaitan
erat dengan tujuan umum.45
Pada sisi lain pendidikan Islam mempunyai tujuan mendidik pribadi siswa
kearah kesempurnaan, sebagai salah satu upaya mengoptimalkan pengabdian diri
kepada Allah SWT. Pendidikan agama lebih ditekankan pada pendidikan moral
atau akhlak untuk mewujudkan pribadi seseorang yang sempurna.
D. Pemanfaatan Media Komputer dalam Pembelajaran PAI 1. Komputer sebagai media pembelajaran
Kata “komputer” berasal dari bahasa inggris “to compute” yang berarti
menghitung. Sedangkan “computer” berarti alat penghitung.46 Kemudian kata
computer tersebut di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi komputer.
45M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), h.128
Berdasarkan sifat – sifat yang dimilikinya, komputer dapat didefinisikan sebagai
peralatan elektronik yang bekerja secara koordinatif dan integrative berdasarkan
program sehingga dapat menerima masukan berupa data kemudian mengolahnya
dalam memori dan menampilkan hasil berupa informasi.
Pada dasarnya komputer adalah suatu sistem alat mesin elektronika yang
menerima dan mengolah data sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi
dalam bentuk digital yang bisa disimpan dalam memori. Secara umum telah
diketahui bahwa komputer menjalankan tugasnya berdasarkan instruksi yang
diberikan kepadanya yang disebut program oleh operator komputer tersebut.
Dalam arti sesungguhnya, komputer tidak lebih dan tidak kurang dari suatu alat