• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah kondisi pada pria dimana kelenjar prostat membesar dan tidak bersifat kanker.1 Secara histologi, diagnosis BPH mengarah ke proliferasi otot polos dan sel epitelial prostat di zona transisional.2 Menurut National Institutes of Diabetes and Digestive and Kidney Disease1, BPH merupakan masalah prostat yang paling umum pada pria berusia lebih dari 50 tahun. BPH juga merupakan penyakit patologis kompleks yang progresif pada sebagian besar pria usia tua.3 Meskipun BPH jarang menyebabkan gejala sebelum usia 40 tahun, kejadian dan gejalanya meningkat sesuai bertambahnya usia.1

BPH bisa timbul sejak usia 30 tahun dan menunjukkan bukti histologis hingga 50% pada pria berusia 50 tahun.4,5 Menurut sebuah penelitian, prevalensi BPH secara histologi adalah sekitar 10% pada pria berusia 30 tahun, 20% pada pria berusia 40 tahun, mencapai 50% - 60% pada pria berusia 60 tahun dan 80% - 90% pada pria berusia 70 tahun dan 90 tahun.5 Kemudian menurut penelitian lain, prevalensi BPH adalah sekitar 20% pada pria berusia 40 tahun dan meningkat hingga 90% pada pria berusia 70 tahun.6 Begitu juga sebuah penelitian menyatakan bahwa sekitar 90% BPH terdapat pada pria berusia 85 tahun.7 Pernyataan-pernyataan di atas diperkuat oleh National Institutes of Diabetes and Digestive and Kidney Disease1 yang menyatakan bahwa BPH mempengaruhi sekitar 50% pria berusia antara 51 tahun - 60 tahun dan meningkat hingga 90% pada pria yang berusia lebih dari 80 tahun.

Sebanyak 14 juta pria di United States memiliki gejala BPH. Kemudian, sekitar 30 juta pria diseluruh dunia memiliki gejala yang berhubungan dengan BPH. Prevalensi BPH pada pria kulit putih dan pria Afrika - Amerika serupa. Namun, BPH cenderung lebih berat dan progresif pada pria Afrika - Amerika, kemungkinan hal ini disebabkan oleh karena kadar testosteron yang lebih tinggi,

(2)

2

aktivitas 5-alfa reduktase, ekspresi reseptor androgen, dan aktivitas pertumbuhan pada populasi ini.7

Menurut Clinical Pathway 10 Penyakit Urologi Tersering, BPH merupakan penyakit yang paling sering terjadi.8 Kemudian menurut Panduan Penatalaksanaan Pembesaran Prostat Jinak, angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi gambaran hospital prevalence di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 1994-2013 ditemukan 3.804 kasus dengan rata-rata umur penderita berusia 66,61 tahun.9

Sebuah studi penelitian menyatakan bahwa meskipun faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi: usia, genetik, dan geografi berperan penting sebagai penyebab BPH, namun data terbaru menunjukkan adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yaitu hormon seks steroid, sindroma metabolik dan penyakit kardiovaskular, obesitas, diabetes, aktivitas fisik dan inflamasi.10 Menurut sebuah penelitian, pasien BPH yang menderita sindroma metabolik, seperti diabetes, mempunyai hubungan positif terhadap perkembangan BPH.11 Penelitian lain juga menyatakan bahwa pasien dengan diabetes mellitus (DM) tipe 2 berisiko tiga kali lipat menderita BPH daripada mereka yang tidak.12 Hal ini juga diperjelas oleh pernyataan sebuah penelitian yang menyatakan semakin banyak bukti epidemiologis menunjukkan diabetes yang terkait hiperglikemia dan resistensi insulin secara signifikan meningkatkan risiko BPH.13

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara Diabetes Mellitus tipe 2 dengan kejadian

Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik tahun 2015?

(3)

3

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Diabetes Mellitus tipe 2 dengan kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik tahun 2015. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran penderita BPH di RSUP H. Adam Malik. b. Untuk mengetahui gambaran penderita DM tipe 2 di RSUP H. Adam

Malik.

c. Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita BPH di RSUP H. Adam Malik berdasarkan usia dan pekerjaan penderita.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bidang Penelitian:

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Bidang Pendidikan:

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam membuat penelitian yang baik dan benar.

3. Bidang Pelayanan Masyarakat:

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi yang benar bagi masyarakat tentang pengaruh DM tipe 2 terhadap BPH.

Referensi

Dokumen terkait

The ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN-Plus 1 and Plus 3 and the East Asia Summit, are examples of this vision.. Indonesia and ASEAN initia- tives in organising the

Informasi dalam beberapa bentuk elemen seperti suara, gambar, teks, animasi dan yang lain sebagainya, sehingga lebih mudah untuk dipahami dan lebih menarik dibandingkan

[r]

Analisis volumetri adalah suatu analisis kimia kuantitatif untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya volume larutan standar

Responden menganggap mekanisme yang paling efektif untuk mendeteksi kecurangan adalah adanya pengaduan baik dari internal (karyawan, direksi) maupun dari pihak

Hanya dua jenis keganasan yang diteliti dengan pertimbangan bahwa karsinoma endometrioid adalah salah satu jenis yang paling sering berhubungan dengan endometriosis, sementara

Outsourcing sumberdaya manusia merupakan strategi yang banyak memberikan manfaat bagi vendor , disamping beberapa resiko yang harus dihadapi. Kepercayaan merupakan

(2005) membuktikan bahwa kualitas interaksi yang dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswa dan kualitas interaksi antar mahasiswa selama proses pembelajaran di kelas