• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Saing Produk Unggulan Dalam Pembangunan Ekonomi di Kutacane Aceh Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Daya Saing Produk Unggulan Dalam Pembangunan Ekonomi di Kutacane Aceh Tenggara"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daya Saing Produk Unggulan

2.1.1 Pengertian Daya Saing

Pada umumnya seatu wilayah yang memiliki suatu produk akan berhasil

bila suatu produk yang dibuat memiliki sesuatu yang lebih dari yang lain sehingga

memiliki nilai/harga yang tinggi. Maka dari itu banya produk yang dipasarkan

yang memiliki daya saing yang ketat serta dapat memenuhi syarat pengujian.

Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang

memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat

memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan

daerah dalam menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi

dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.

2.1.2 Dimensi Daya Saing dan Indikator Daya Saing

Dimensi daya saing suatu perusahaan yang dikemukakan oleh Muhardi

(2007:40) terdiri dari biaya (cost), kualitas (quality), waktu penyampaian

(delivery), dan fleksibilitas (flexibility).

Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator yaitu

biaya produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan

persediaan. Unsur daya saing yang terdiri dari biaya merupakan modal yang

mutlak dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiayaan produksinya,

(2)

adanya cadangan produksi (persediaan) yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan

oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran perusahaan tersebut.

Kualitas seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi adalah merupakan dimensi

daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator diantaranya

tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan produk, kecepatan

penyelesaian keluhan konsumen, dan kesesuaian produk terhadap spesifikasi

desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain produk atau layanannya,

tampilan produk yang baik adalah yang memiliki desain sederhana namun

mempunyai nilai yang tinggi. Jangka waktu penerimaan produk dimaksudkan

dengan lamanya umur produk dapat diterima oleh pasar, semakin lama umur

produk di pasar menunjukkan kualitas produk tersebut semakin baik. Adapun

daya tahan produk dapat diukur dari umur ekonomis penggunaan produk .

Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai

indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu

produksi, dan ketepatan waktu penyampaian produk. Ketiga indikator tersebut

berkaitan, ketepatan waktu penyampaian produk dapat dipengaruhi oleh ketepatan

waktu produksi dan lamanya waktu tunggu produksi.

Adapun fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi yang meliputi

berbagai indikator diantaranya macam produk yang dihasilkan, kecepatan

(3)

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing adalah :

1. Lokasi

Memperhatikan lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan pembeli

dan menjadi faktor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi usaha yang

strategis akan menarik perhatian pembeli. Menurut Frans (2003:439) :

letak atau lokasi akan menjadi sangat penting untuk memenuhi

kemudahan pelanggan dalam berkunjung, konsumen tentu akan mencari

jarak tempuh terpendek. Walau tidak menutup kemungkinan konsumen

dari jarak jauh juga akan membeli, tapi persentasenya kecil.

2. Harga

Menurut Sunarto (2004:206) Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang

ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan

produk atau jasa tersebut. Harga menentukan apakah sebuah

supermarket, minimarket, atau swalayan banyak dikunjungikonsumen

atau tidak. Faktor harga juga berpengaruh pada seorang pembeli untuk

mengambil keputusan. Harga juga berhubungan dengan diskon,

pemberian kupon berhadiah, dan kebijakan penjualan. Harga adalah nilai

suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Demi

mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya seorang

konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Bagi pelangggan yang

(4)

karena mereka akan mendapatkan value for moneyyang tinggi (Irawan,

2008:38).

3. Pelayanan

Program pelayanan/serviceseringkali menjadi pokok pemikiran pertama

seorang pengelola supermarket/minimarket. Pelayanan melalui produk

berarti konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk yang

ada, produk yang bermutu. Pelayanan melalui kemampuan fisik lebih

mengacu kepada kenyamanan peralatan (trolleyatau keranjang belanja),

tempat parkir yang nyaman, penerangan ruangan yang baik, juga

keramahan dari karyawan.

4. Mutu atau kualitas

Keyakinan untuk memenangkan persaingan pasar akan sangat ditentukan

oleh kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Berkenaan dengan

kualitas produk,Muhardi dalam bukunya Strategi Operasi Untuk

Keunggulan Bersaing mengutip pendapat Adam dan Ebert yang

menyatakan : “product quality is the appropriateness of design

specifications to function and use as well as the degree to which the

product conforms to the design specifications”. Kualitas produk

ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi desain dengan fungsi atau

kegunaan produk itu sendiri, dan juga kesesuaian produk dengan

spesifikasi desainnya. Jadi suatu perusahaan memiliki daya saing apabila

perusahaan itu menghasilkan produk yang berkualitas dalam arti sesuai

(5)

5. Promosi

Semakin sering suatu supermarket/swalayan melakukan promosi,

semakin banyak pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Promosi

bisa dilakuka n melalui berbagai iklan baik di media cetak, elektronik,

maupun media lain. Sunarto (2004:298) mengatakan bahwa promosi

penjualan terdiri dari insentif jangka pendek untuk mendorong

pembelanjaan atau penjualan produk atau jasa, yang mana promosi

penjualan ini mencakup suatu variasi yang luas dari alat-alat promosi

yang didesain untuk merangsang respons pasar yang lebih cepat, atau

yang lebih kuat.

2.2 Sektor Unggulan Daerah

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh

keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini

berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan

ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas

seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya:

pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi; kedua,

sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga,

sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan

maupun kebelakang; keempat, dapat juga diartikan sebagi sektor yang mampu

menciptakan nilai tambah yang tinggi (Sambodo dalam Usya, 2006).

Dalam rangka upaya pembangunan ekonomi daerah,inventarisasi potensi

(6)

pola pengebangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu

langkah inventarisasi/identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan

mengidentifikasi produk-produk potensial, andalan dan unggulan daerah pada

tiap-tiap sub sektor.

Produk unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan

produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi

kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun

pemerintah, memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan

investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga

mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestic dan /atau menembus

pasar ekspor (Sudarsono, 2001).

Kriteria produk unggul menurut Unkris Satya Wacana salatiga, adalah

komoditi yang memenuhi persyaratan kecukupan sumberdaya local, keterkaitan

komoditas, posisi bersaing dan potensi bersaing. Dari kriteria ini memunculkan

pengelompokkan komoditas berikut:

a. Komoditas potensial adalah komoditas daerah yang memiliki potensi untuk

berkembang karena keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif terjadi

misalnya karena kecukupan ketersediaan sumberdaya, seperti bahan baku local,

keterampilan sumberdaya local, teknologi produksi local serta sarana dan

prasarana local lainnya.

b. Komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat

dipersandingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping

(7)

Efisiensi usaha itu tercermin dari efisiensi produksi, produktivitas pekerja,

profitabilitas dan lain-lain.

c. Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif,

karena telah memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain.

Keunggulan kompetitif demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya

yang tinggi akibat posisi tawarnya yang tinggi baik terhadap pemasok,

pembeli, serta daya saignya yang tinggi terhadap pesaing, pendatang baru

maupun barang substitusi. Menurut direktorat Jenderal Pembangunan Daerah

Depdagri, bahwa berdasarkan Surat Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA

tanggal 7 Desember 1999, ditentukan kriteria kooditas unggulan sebgai berikut:

1. empunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor pertanian,

industri, dan jasa.

2. Mempunyai daya saing tinggi di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga

yang kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam negeri

maupun global

3. Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga

kerja setempat)

4. Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku yang cukup banyak,

stabil, dan berkelanjutan.

5. Difokuskan pada produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi, baik

dalam kemasan maupun pengolahannya

6. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan

(8)

7. Ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan, berkelanjutan serta tidak

merusak budaya setempat.

2.3 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran mengenai dampak kebijakan

pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan

ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor

ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan

ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang (Sirojuzilam: 2015).

Salah indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian

wilayah adalah perumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah

satu tujuan penting yang harus dicapai dalam setiap kebijakan ekonomi yang

direncanakan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan disertai dengan

pemerataan pembangunan, sehingga akan dapat meningkatkan kesejahteraan dan

kualitas hidup masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan akan dapat

meningkatkan pendapatan perkapita akan mendorong aktivitas ekonomi, karena

permintaan yang meningkat sebagai akibat dari peningkatan daya beli masyarakat,

dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Boediono (1999) pertumbuhan ekonimi adalah proses kenaikan

output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses tersebut, karena

proses mengandung unsur dinamis. Para teoritis ilmu ekonomi pembangunan

hingga sekarang, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan konsep

(9)

ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga

diberi bobot yang immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan

dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas.

Todaro (2008) menyatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama

dalam pertumbuhan ekonomi di setiap negara adalah :

1. Akumulasi modal (capital accumulation), meliputi semua jenis investasi baru

yang ditanamkan pada pabrik baru, tanah, peralatan fisik dan pembinaan

sumber daya manusia juga dapat meningkatkan kualitasnya, sehingga pada

akhirnya akan membawa dampak dampak positif yang sama terhadap angka

produksi. Akumulasi modal apabila sebagian dari pendapatan diinvestasikan

kembali dengan tujuan memperbesar output atau pendapatan pada masa yang

akan datang.

2. Pertumbuhan penduduk (growth in population) maksudnya adalah dengan

pertumbuhan penduduk diikuti oleh pertumbuhan tenaga kerja sebagai salah

satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Ini berarti dengan

pertambahan penduduk akan menambah jumlah produktivitas pertumbuhan

penduduk yang lebih besar akan menyababkan pertumbuhan pasar domestik

akan lebih besar, namun positif atau negatifnya pertumbuhan penduduk

dalam pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan

sistem perekenomian tersebut untuk menyerap setiap tambahan angkatan

kerja.

3. Kemajuan teknologi (technological progress) merupakan sumber

(10)

teknologi akan ditentukan cara baru ataupun teknologi baru untuk

menggantikan cara-cara lama sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dengan cepat

Robert Solow dikutip oleh Todaro dan Smith (2006), mengembangkan

model pertumbuhan ekonomi yang disebut sebagai Model Pertumbuhan Solow.

Model tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut :

dimana Y adalah pendapatan domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan

modal manusia (akumulasi pendidikan dan pelatihan), L adalah tenaga kerja, dan

A merupakan produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara

eksogen. Faktor penting yang mempengaruhi modal fisik adalah investasi.

Adapun simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal (atau

persentase kenaikan GDP yang bersumber dari 1 persen penambahan modal fisik

dan modal manusia).

Arsyad (2005), menyebutkan bahwa teori kutub pertumbuhan yang

dipopulerkan oleh ekonom Perroux menyatakan bahwa pertumbuhan tidak

muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di

beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub) pertumbuhan dengan intensitas

yang berbeda. Inti teori dari Perroux adalah sebagai berikut :

1. Dalam proses perubahan akan timbul industri unggulan yang merupakan

industri penggerak utama dalam pengembangan suatu wilayah. Karena

ketertarikan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri unggulan

akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat

(11)

2. Pemusatan industri pada suatu wilayah akan mempercepat pertumbuhan

perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi

yang berbeda antarwilayah sehingga perkembangan industri di wilayah

tersebut akan mempengaruhi perkembangan wilayah-wilayah lainnya.

3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif

(industri unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri

yang tergantung dengan industri unggulan/pusat pertumbuhan. Wilayah yang

relatif maju/aktif akan mempengaruhi wilayah-wilayah yang relatif pasif.

Menurut Mankiw (2004) suatu negara memberikan perhatian lebih kepada

pendidikan terhadap masyarakatnya cateris paribus akan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada tidak melakukannya. Dengan kata

lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan

menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Apabila investasi tersebut dilaksankan secra relatif merata, termasuk terhadap

golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang.

2.4 Pertumbuhan ekonomi regional

Pembangunan derah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun

waktu tertentu suatu set variabel-variabel seperti produksi, penduduk, angkatan

kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor dalam daerah dibatasi secara

jelas. Laju pertumbuhan daerah-daerah dapat diukur menurut output atau tingkat

pendapatan yang berbeda-beda, dan beberapa daerah mengalami kemunduran

(12)

Menurut models Export-Base, pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh

eksploitas kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis eksport daerah yang

bersangkutan yang juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan eksternal dari

daerah-daerah lain. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan ekspor akan

mengakibatkan berkembangnya kegiatan-kegiatan penduduk setempat,

perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan-keuntungan eksternal, dan

perumbuhan regional lebih lanjut. Dengan demikian untuk meningkatkan

pertumbuhan suatu daerah memerlukan strategi pembagunan yang harus sesuai

dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidk harus sama dengan strategi

pembangunan pada tingkat nasional.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan

jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika

jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut

bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat

secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added)

yang tercipta di suatu wilayah.

2.5 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain: (Sadono

(13)

2.5.1 Teori Pertumbuhan Klasik

Teori ini dipelopori o leh Adam Smit h, David Ricardo, Malthus, dan John

Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat

faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan

alam serta teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada

pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka

asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami

perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita den

gan jumlah penduduk disebut dengan teori penduduk optimal.

Menurut teori ini,pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan

kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah

maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi

produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa

pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.Pada keadaan

ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada

waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus

meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan

menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.

2.5.2 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Roy F.

Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Mereka

menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang

(14)

teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana Keynes

melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-Domar

melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Teori Harrod-Domar

didasarkan pada asumsi :

a) Perkonomian bersifat tertutup.

b) Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.

c) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale).

d) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat

pertumbuhan penduduk.

Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat

mencapai pertumbuhan yang kuat (steady growth)dalam jangka panjang. Asumsi

yang dimaksud di sini adalah kondisi dimana barang modal telah mencapai

kapasitas penuh, tabungan memiliki proposional yang ideal dengan tingkat

pendapatan nasional, rasio antara modal dengan produksi (Capital Output

Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (Y = C + I).Atas dasar

asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan

menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh

kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi

syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :

g = K = n

Dimana :

(15)

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa

campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa

pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan

dalam sisi penawaran dan permintaan barang.

2.5.3 Teori Pertumbuhan Neo-klasik

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970)

dan T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan

penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang

saling berinteraksi.Perbedaan utama denganmodel Harrod-Domar adalah

dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu,

Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya

substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat

adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow-Swan kurang

restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal

ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga

kerja.

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat

menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak

mencampuri atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga

sumber yaitu, akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan

peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan

(16)

teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.

Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar

kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar

sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam ekonomi

model klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam

perdagangan, termasuk perpindahan orang, barang, dan modal. Harus dijamin

kelancaran arus barang, modal, dan tenaga kerja, dan perlunya penyebarluasan

informasi pasar. Harus diusahakan terciptanya prasarana perhubungan yang baik

dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Analisis lanjutan dari

paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang

mantap (steady growth ), diperlukan suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh

keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.

2.5.4 Teori Schumpeter

Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan

mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha

(enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani

mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah

ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja

tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.

Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi

tersebut, maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi.

(17)

tersebut selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk

menghasilkan lebih banyak lagi sehingga produksi agregat akan bertambah.

Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu

perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk melakukan inovasi semakin

berkurang, hal ini disebabkan oleh karena masyarakat telah merasa mencukupi

kebutuhannya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat

jalannya dan pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang (stationary

state). Namun keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan

pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu

dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan dalam pandangan

klasik, keadaan tidak berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada

kondisi tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.

2.6 Pendapatan Regional

Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat

dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Untuk

dapat mengukur seberapa jauh keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang

ekonomi salah satu alat yang dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan

ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan

regional. Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang

dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah

selama satu tahun (Sukirno, 1985:17). Sedangkan menurut Tarigan (2007:13),

(18)

analisis. Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah

ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.

Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapatan

regional, diantaranya adalah:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari

seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.

Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan

biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto

mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga,

sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi

dengan menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing sektor dan

kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha

yang tercakup dalam PDRB, yaitu:

a. Pertanian.

b. Pertambangan dan Penggalian.

c. Industri Pengolahan.

d. Listrik, Gas dan Air Bersih.

e. Bangunan/Konstruksi.

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran.

g. Pengangkutan dan Komunikasi.

(19)

i. Jasa-jasa.

2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar. PDRN

dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan.

Penyusutan yang dimaksud di sini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan

nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan

lain-lainnya) karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika

nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan,

hasilnya merupakan penyusutan keseluruhan.

3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor. Jika

pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas Dasar Harga Pasar,

maka didapatkan Produk Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi.

Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan

pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Perhitungan

pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui tiga

pendekatan (Tarigan, 2007:24), yaitu:

1. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach).

Pendekatan pengeluaran adalah penentuan pendapatan regional dengan

menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang

diproduksi di dalam suatu wilayah. Total penyediaan barang dan jasa

dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta

yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal

tetap bruto (investasi), perubahan stok dan eskpor netto (ekspor-impor).

(20)

Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi

dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh

tiap-tiap sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu, untuk

menghitung pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi, maka

pertama-tama yang harus dilakukan ialah menentukan nilai produksi yang

diciptakan oleh tiap-tiap sektor di atas. Pendapatan regional diperoleh

dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap

sektor.

3. Pendekatan Penerimaan (Income Approach).

Dengan cara ini pendapatan regional dihitung dengan menjumlahkan

pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi

barang-barang dan jasajasa. Jadi yang dijumlahkan adalah: upah dan gaji,

surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.

2.7 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan kemampuan ekonomi nasional, dimana

keadaan ekonomi yang mula-mula relatif statis selama jangka waktu cukup lama,

untuk dapat menaikan dan mempertahankan laju pertumbuhan GNP-nya hingga

mencapai angka 5-7% atau lebih per tahun. Menurut Todaro & Smith (2003)

keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai

pokok yaitu berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya, meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia, dan

meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih yang merupakan salah satu

(21)

pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan

pendapatan rill per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang

disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

2.7.1 Indikator pembangunan ekonomi

Indikator pembangunan ekonomi diperlukan untuk mengukur kemanjuan

pembangunan ekonomi suatu negara. Manfaat utama dari indikator tersebut

adalah agar dapat digunakan untuk memperbandingkan tingkat kemajuna

pembangunan atau tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah atau negara

dan mengtahui corak pembangunan setiap wilayah atau negara.indikator-indikator

dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Arsyad:2010:31)

1. Indikaor moneter

a. Pendapatan Per Kapita, merupakan indikator yang paling sering digunakan

sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara.

Pendapatn per kapita merupakan indikator atas kinerja perekonomian secara

keseluruhan. Pendapata per kapita adalah indikator moneter atas setiap

kegiatan ekonomi penduduk suatu negara.

b. Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih, indikator ini merupakan

penyempurna metode perhitungan GNP dalam upaya untuk memperoleh

suatu indikator pembangunan ekonomi yang lebih baik yaitu dengan

mengenal konsep Net Economic Welfare (NEW). Penyempurnaan metode

perhitungan GNP dilakukan dengan dua cara yaitu dengan koreksi postif

dan negatif. Koreksi positif ini mengharuskan untuk memperhatikan waktu

(22)

negatif berkaitan dengan masalah kerusakan lingkungan yang ditimbulkan

oleh kegiatan-kegiatan disektor produktif.

2. Indikator Non-Moneter

a. Indikator Sosial, indikator ini digunakan untuk mengelompokkan berbagai

studi mengenai metode untuk membandingkan tingkat kesejahteraan suatu

negara kedalam tiga kelompok yaitu kelompok yang membandingkan

tingkat kesejahteraan di beberapa negara dengan memperbaiki metode yang

digunakan dalam perhitungan pendapatan konvensional, dan kelompok yang

membandingkan tingkat kesejahteraan setiap negara berdasarkan pada data

yang tidak bersifat moneter seperti jumlah kendaraan bermotor, tingkat

elektrifikasi, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang bersekolah, dan

sebagainya.

b. Indeks kualitas hidup, dalam indikator ini ada tiga indikator utama yang

dijadikan acuan pada indeks ini yaitu indeks harapan hidup, indeks kematian

bayi, dan indeks melek huruf.

3. Indikator Campuran

a. Indikator susenas inti merupakan mengembangan suatu indikator

kesejahteraan rakyat yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan,

perumahan, angkatan kerja, keluarga berencana dan fertilitas, ekonomi,

kriminalitas, perjalanan wisata, akses ke media massa.

b. Indeks pembangunan manusia, yang diukur berdasarkan tiga indikator

sebagai acuannya yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan

(23)

2.8 Konsep Basis Ekonomi

Pengertian ekonomi basis di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan

dinamis. Artinya pada tahun tertentu mungkin saja sektor tersebut merupakan

sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sekor tersebut secara

otomatis menjadi sektor basis. Sektor basis bisa mengalami kemajuan ataupun

kemunduran. Adapun sebab-sebab kemajuan sektor basis adalah: (1)

perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, (2) perkembangan

pendapatan dan penerimaan daerah, (3) perkembangan teknologi, dan (4) adanya

pengembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab kemunduran

sektor basis adalah: (1) adanya perubahan permintaan di luar daerah, dan (2)

kehabisan cadangan sumberdaya.

Menurut Glasson (1977) semakin banyak sektor basis dalam suatu wilayah

akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut menambah permintaan

terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor

non basis. Dengan kata lain sektor basis berhubungan langsung dengan

permintaan dari luar, sedangkan sektor non basis berhubungan secara tidak

langsung, yaitu melalui sektor basis terlebih dahulu. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa sekor basis merupakan penggerak utama dalam perekonomian

suatu wilayah.

Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah

atau lapangan kerja. Penggabungan lapangan kerja basis dan lapangan kerja non

basis merupakan total lapangan kerja yang tersedia untuk wilayah tersebut.

(24)

basis (Tarigan, 2005). Menurut Richarson (2001), konsep ekonomi basis pada

dasarnya pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah terjadi karena ada efek

pengganda dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui

penyediaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah dan dipasarkan keluar

wilayah.

2.9 Penelitian Terdahulu

Sebagai pelajaran dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan beberapa penelitian

terdahulu yang memiliki kemiripan dengan judul yang diambil peneliti. Penelitian

tersebut diantaranya :

1. Jurnal yang berjudul “Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian

Wilayah Kabupaten Bone Bolango Dengan Pendekatan Sektor

Pembentukan PDRB” oleh Fitri Amalia (2012) dengan hasil penelitian

sektor unggulan ekonomi di Kabupaten Bone Bolango sebagai

pertimbangan perencanaan pembangunan ekonomi, dengan

menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dapat di identifikasi

bahwa sektor pertanian, manufaktur, keuangan, penyewaan, dan jasa

perusahaan sebagai sektor basis di Bone Bolango. Hasil yang di dapat

menunjukkan bahwa sektor keuangan dan jasa dapat menjadi sektor

ekonomi unggulan di Bone Bolango.

2. Skripsi yang berjudul “Analisis Penentu Sektor Unggulan Perekonomian

Wilayah Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor

(25)

sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian dan

sektor pengangkutan dan komunikasi. Hasil analisis Location Quotient

(LQ)menunjukkan sektor pertanian, sektor pertambangan dan

penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor pengangkutan dan

komunikasi merupakan sektor basis di Kabupaten Aceh Utara. Dapat

disimpulkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di

Kabupaten Aceh Utara dengan kriteri sektor maju dan tumbuh pesat.

Sektor basis dan kompetitif adalah sektor pertanian.

3. Skripsi yang berjudul “ Analisis Sektor Unggulan Dalam Meningkatkan

Perekonomian dan Pembangunan wilayah di Kabupaten Kuantan

Singingi” oleh Dylla Novrilasari (2008) dengan hasil penelitian dari

analisis Klassen Typologi dengan pendekatan sektural menunjukkan

sektor pertambangan dan penggalian menduduki kuadran I yaitu sektor

maju dan tumbuh cepat. Disusul oleh sektor pertanian pada kuadran II

yaitu sektor maju tetapi tertekan, setealah diketahui klasifikasi

pertumbuhan sektor ekonomi, selanjutnya analisis LQ melihat surplus

pendapatan dan penggandaan dari sektor basis. Hasil perhitungan LQ

diseluruh sektor perekonomian berdasarkan indikator pendapatan

terdapat dua sektor yang menjadi basis perekonomian Kabupaten

Kuantan Singingi yang dapat diprioritaskan menjadi sektor unggulan

(26)

2.10 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual penulis sebagai landasan berpikir dalam

membuat skripsi ini ialah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Perekonomia

n Wilayah

Penentuan Sektor Unggulan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah itu akan memiliki Makin besar segmentasi pasar suatu wilayah maka keunggulan daya saing dapat menciptakan faktor-faktor akan lebih mudah wilayah tersebut

PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Prinsip-Prinsip Pembangunan

Konsep Manusia Ekonomi (Economic Man) dalam Perbahasan Ekonomi Islam Menerusi perbincangan di atas jelas membuktikan bahawa sifat manusia ekonomi (economic man) lebih

(2002) dalam penelitiannya menyebutkan indikator-indikator utama yang dianggap dapat menentukan daya saing ekonomi daerah adalah (1) Perekonomian Daerah, (2) Keterbukaan, (3)

• Tingkat vaksinasi yg tidak merata menyebabkan divergensi proyeksi pemulihan ekonomi antar negara • Indikator aktivitas global menunjukkan tingkat recovery yg berbeda antar

Dalam tulisan ini terdapat empat indikator untuk melihat sampai seberapa besar peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi regional Nusa Tenggara Barat, yaitu (i)

Dalam islam, konsep pembangunan ekonomi memiliki konsep yang lebih luas dibandingkan dengan pembangunan ekonomi di konvensional walaupun dasar

Dari hasil pembobotan tersebut menunjukkan bahwa indikator potensi ekonomi dan ketenagakerjaan dipercaya oleh para responden sebagai variabel yang sangat penting