PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini penggunaan plastik di Indonesia sebagai bahan kemasan pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari sangat besar (mencapai 1,9 juta ton di tahun 2013) (www.kemenperin.go.id), dikarenakan sifatnya yang fleksibel, ekonomis, kuat, tidak mudah pecah serta besifat sebagai penahan yang baik bagi oksigen, uap air, dan karbon dioksida. Disamping keunggulan tersebut, polimer plastik juga mempunyai berbagai kelemahan, yaitu plastik yang berasal dari minyak bumi jumlahnya semakin terbatas dan sifatnya yang tidak mudah didegradasi meskipun telah ditimbun puluhan tahun, akibatnya terjadi penumpukan limbah plastik yang menjadi penyebab pencemaran lingkungan.
Edible film merupakan alternatif sebagai bahan kemasan yang ramah lingkungan karena sifatnya yang biodegradable dan dapat dimakan sehingga tidak
mencemari lingkungan. Walaupun tidak dimaksudkan untuk menggantikan secara total kemasan dari bahan sintetik, akan tetapi keunggulan dari edible film yaitu dapat dimakan, biokompatibilitas, tidak beracun, tidak menyebabkan polusi, memiliki sifat sebagai penghambat transfer massa (uap air, oksigen dan zat terlarut) dan harganya murah (Vasconez et al., 2009).
Edible film dapat dibuat dari hidrokoloid, lipid, protein maupun kombinasi ketiganya. Salah satu jenis hidrokoloid adalah karbohidrat jenis polisakarida. Pati merupakan salah satu bahan baku yang potensial dari polisakarida untuk pembuatan
dan amilopektin (Lourdin et al. 2007). Amilosa merupakan salah satu molekul penyusun pati yang dapat digunakan dalam pembuatan film dan gel yang kuat. Amilosa yang tinggi akan membuat film menjadi lebih kompak karena amilosa bertanggung jawab terhadap pembentukan matrik film.
Beberapa penelitian sebelumnya telah menggunakan pati untuk pembuatan
edible film yaitu Edible film dengan menggunakan Pati Ganyong termodifikasi (Santoso 2011), Pati Jagung (Kusumawati 2013), Pati Kacang Merah (Vigna Angularis sp.) (Dimas,2011), Pati Tepung Porang (Amorphopallus oncophyllus) (Sudaryati, 2010), Pati Aren (Rahim, 2010), campuran Pati Ubi dan Tepung Beras
(Rachtanpun,2012), dan Pati Tapioka ( Harris, 2001).
Salah satu sumber pati adalah berasal dari buah sukun. Buah sukun memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi karena itu sukun merupakan salah satu sumber berharga untuk menghasilkan pati. Pati yang diperoleh dari sukun menghasilkan 18,5 g/100 g dengan kemurnian 98,86% dan kandungan amilosa 27,68% dan amilopektin
72,32% (Rincom, 2004). Oleh sebab itu Sukun ,memiliki potensi untuk dijadikan edible film. Zuhra, 2013, telah melakukan pembuatan edible film sifat dari pati sukun serta analisa sifat mekanik dengan berbagai variasi plastisizer.
Edible film berbasis pati mempunyai kelemahan, yaitu resistensinya terhadap
air rendah dan sifat penghalang terhadap uap air juga rendah karena sifat hidrofilik
pati dapat memengaruhi stabilitas dan sifat mekanisnya (Garcia et al. 2011). Rendahnya stabilitas film akan memperpendek daya simpan sehingga kurang optimal karena uap air dan mikroba yang masuk melalui film akan merusak bahan pangan. Untuk meningkatkan karakteristik fisik maupun fungsional dari film pati, perlu dilakukan penambahan biopolimer atau bahan lain, antara lain bahan yang bersifat
Kitosan digunakan sebagai biopolimer pencampuran untuk meningkatkan sifat mekanik karena dapat membentuk ikatan hidrogen antar rantai dengan amilosa dan amilopektin dalam pati. Kitosan memiliki gugus fungsi amin, gugus hidroksil primer dan sekunder, dengan adanya gugus fungsi tersebut mengakibatkan kitosan memiliki kereaktifan kimia yang tinggi karena dapat membentuk ikatan hidrogen, sehingga kitosan merupakan bahan pencampur yang ideal (Dallan et al., 2006). Film dengan bahan kitosan mempunyai sifat yang kuat, elastis, fleksibel, dan sulit dirobek (Butler et al., 1996). Selain itu, film dari kitosan mempunyai nilai permeabilitas air yang cukup rendah dan bisa digunakan untuk meningkatkan umur simpan produk segar
dan sebagai cadangan makanan dengan nilai aktivitas air yang lebih tinggi (Kittur et al,. 1998). Antimikroba alami adalah potensi dari kitosan sehingga
diharapkan aman bagi manusia. Tsai dan Su (1999) menunjukkan adanya bakterisidal dari kitosan udang terhadap E.Coli. Berdasarkan penelitian, Coma et al. (2002) kitosan menghambat pertumbuhan Listeria monocytogenes.
Pembuatan edible film dari campuran pati dan kitosan sebelumnya telah
dilakukan oleh Boutoom et al 2008, dengan pati yang digunakan adalah pati beras. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk membuat Edible film dari pati sukun-kitosan menggunakan gliserol sebagai plastisizer, yang akan mengurangi kekakuaan akibat sifat amilosa yang kaku. Kemudian edible film yang diperoleh dianalisa sifat
fisiko-kimia serta antimikroba dengan melihat ketebalan, kuat tarik, laju transmisi uap air, ketahanan terhadap air, sifat mengembang, sifat ketahanan termal, morfologi, gugus fungsi, dan sifat antibakteri.
1.2. Permasalahan
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini objek masalah dibatasi sebagai berikut :
1. Sampel Pati Sukun Berasal dari buah sukun yang diperoleh dari kebun milik warga di daerah Medan Timur
2. Kitosan yang digunakan adalah kitosan komersial dari salah satu perusahaan swasta dengan Derajat Deasetilasi sekitar 85 %
3. Parameter yang dianalisis dari edible film pati sukun-kitosan adalah sifat ketebalan, kemuluran / elongation dan kuat regang putus / tensile strength, Morfologi permukaan dengan Scanning Electron Microscope / SEM, gugus fungsi dengan Spectrofotometer Fourier Transform Infra Red / FT-IR, Sifat Termal dengan Thermal Gravimetry Analysis /TGA, Diferential Thermal Analysis / DTA, Water Vapour Transmision Rate /(WVTR, Uji Sifat mengembang ( % Swelling), dan Sifat Biologi ( Sifat Anti Mikroba)
4. Pada uji Anti mikroba, Bakteri yang digunakan adalah bakteri E.Coli mewakili Bakteri gram Negatif, dan Bakteri Streptococcus Aureus mewakili
bakteri gram Positif.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui karakteristik edible film yang dibuat dari pati sukun – kitosan menggunakan plastisizer Gliserol.
1.5. Manfaat Peneltian
1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen laboratorium meliputi isolasi pati dari buah sukun, pembuatan edible film dari pati sukun-kitosan dengan penambahan plastisizer gliserol, kemudian di keringkan di oven pada suhu 450C selama 2 hari, kemudian dianalisis : Kuat tarik, % Kemuluran, Ketebalan, untuk mengetahui sifat mekaniknya. Scanning Electron Miroscope (SEM) untuk mengetahui morfologi permukaan Edible film Pati sukun–kitosan, Spektrofotometer FT-IR (Fourier Transform Infra Red) untuk mengetahui gugus fungsi, Thermal Gravimetry Analysis (TGA), Differential Thermal Analysis (DTA) untuk mengetahui sifat termalnya, Water Vapour Transmition Rate (WVTR), Uji sifat derajat mengembang (% Swelling) dan juga sifat anti bakterinya.
1.7. Lokasi Penelitian
Isolasi Pati sukun, Pembuatan edible film, Uji sifat mengembang dan Uji WVTR (Water Vapour Transmision Rate) dilakukan di Laboratorium Kimia Organik/Proses Kimia FMIPA USU Medan. Uji Anti-Mikroba dilakukan di laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU Medan. Uji kuat tarik, % Kemuluran dan pengukuran
ketebalan dilakukan di laboratorium penelitian Teknik Kimia Fakultas Teknik USU. Uji FT-IR (Fourier Transform Infra Red) dilakukan di Laboratorium Kimia Organik