• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL KETELADANAN GURU DALAM MEMBENTUK SIKAP TAWADLU’ SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SD 2 NGEMBAL KULON JATI KUDUS TAHUN AJARAN 2014/2015 - STAIN Kudus Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL KETELADANAN GURU DALAM MEMBENTUK SIKAP TAWADLU’ SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SD 2 NGEMBAL KULON JATI KUDUS TAHUN AJARAN 2014/2015 - STAIN Kudus Repository"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

9 1. Keteladanan Guru

a. Pengertian Keteladanan Guru

Keteladanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa keteladanan berasal dari kata dasar teladan yang artinya sesuatu (perbuatan, barang dsb,) yang patut ditiru atau dicontoh.1 Jadi keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Dalam bahasa Arab “keteladanan” diungkapkan dengan kata“uswah” dan “qudwah” yang berarti “pengobatan dan perbaikan”.Terkesan lebih luas pengertian yang diberikan oleh Al-Ashfani, yang dikutip oleh Armai Arief,bahwa menurut beliau “al-uswah” dan “al-iswah” sebagaimana kata “alqudwah” dan “alqidwah” berarti “suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan”.2

Sedangkan guru menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Dr. H. Mahmud, M.Si. adalah seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan (‘alim) yang mengajar ilmunya hanya karena Allah SWT. yang merupakan salah satu faktor penting dalam pendidikan, serta besar peranannya dalam rangka menyempurnakan akhlak manusia.3

Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa keteladanan guru adalah sikap dan tingkah laku guru, ucapan maupun perbuatan yang sifatnya mendidik, dapat ditiru dan diteladani oleh anak didiknya. Keteladanan merupakan faktor yang sangat penting untuk membentuk sikap baik atau buruknya pada

1

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indoneia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1982, hlm.1036

2

Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hlm. 117

3

(2)

anak didik. Setiap anak didik mengidamkan memiliki sosok figur yang mempunyai sifat yang ideal sebagi sumber keteladanan yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupannya. Dalam pendidikan guru adalah salah satu sosok figur yang dapat dijadikan contoh bagi anak didiknya, ketika guru mampu menampilkan keteladanan yang baik tentu saja hal itu akan menjadi salah satu motivasi bagi anak didik untuk bersikap lebih baik.Persyaratan yang diperlukan untuk menjadi guru itu adalah kepribadian yang layak dan mampu menjalankan tugas. Dengan kata lain, seorang guru selain berilmu, harus dapat dijadikan contoh yang baik (uswah al-hasanah).4

Para pendidik dan pengajar diperintahkan untuk mengikuti jejak Rasulullah dalam berakhlak, yaitu dengan akhlak yang mulia dan kesantunan yang tinggi. Karena sikap seperti itulah sarana yang paling baik dalam mengajar dan mendidik. Karena seorang anak didik biasanya akan bersikap sebagaimana sikap gurunya. Dia akan lebih meniru sikap seorang guru daripada sikap orang lain. Jika seorang guru memiliki sikap yang terpuji, maka sikapnya itu akan berdampak positif bagi muridnya. Dalam jiwanya akan terpatri hal-hal baik yang tidak akan dapat dilakukan meski dengan berpuluh-puluh nasihat dan pelajaran.Hal tersebut disebabkan karena sikap yang baik adalah bagaikan sihir yang dapat menggerakkan hati dan jiwa, serta menebarkan rasa cinta pada setiap individu masyarakat. Para gurulah yang semestinya memiliki sifat seperti itu.

Untuk menciptakan anak didik yang memiliki sikap tawadhu’, pendidik tidak cukup hanya memberikan prinsip saja, karena yang lebih penting bagi siswa adalah figur yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut. Kerena perilaku anak didik padaumumnya mengikuti kepada perilaku siapa yang memimpinnya. Untuk itu, keteladanan dari para pendidik perlu ditingkatkan, agar

4Ibid,

(3)

anak didik dapat memiliki akhlak yang mulia yaitu sifat tawadhu’

terhadap siapapun.

b. Karakteristik Guru Teladan

Seorang guru teladan harus memiliki karakteristik akidah, akhlak, dan perilaku sebagai berikut :

1) Niatkan ibadah kepada Allah SWT. dengan mengajarkan ilmu. Guru juga harus memiliki tujuan untuk menyebarkan ilmu dan menghidupkan akhlak mulia. Di samping itu, guru juga mengharapkan kebaikan yang berkesinambungan untuk umat ini dengan banyaknya ulama’.

2) Jangan mengandalkan kemampuan dan usaha guru akan belaka dalam mengajar. Guru harus berdoa dan meminta taufik serta pertolongan kepada Allah SWT. untuk pelaksanaan tugas. Allah SWT. adalah sebaik-baiknya penolong dan pemberi taufik. 3) Saat mengajar, seorang guru harus menjaga akhlak. Guru harus

beretika yang baik. Jangan cepat marah. Kendalikan emosi ketika marah.

4) Di dalam kelas guru harus berwibawa, tenang, khusyu’, tawadhu’ danmenunjukkan vitalitas serta keuletan agar para siswa tidak merasa malas atau bosan.

5) Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan, perbuatan dan perilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yangbaik, dan memberi nasihat serta pengarahan kepada anak didiknya. Di samping itu guru harus komitmen dengan waktu pelajaran dan berusaha agar perbuatan sesuai dengan ucapan.

6) Guru harus menjaga harga diri. Jangan mengulurkan tangan meminta bantuan orang lain dalam urusan-urusan pribadi sebab itu akan menimbulkan kehinaan. Merendahkan diri dengan meminta-minta akan melemahkan ilmu dan merendahkan derajat yang guru miliki.

7) Guru harus bisa bersahabat, menjadi mitra belajar sambil menghibur murid, menyayangi murid seperti anaknya sendiri, adil, memahami kebutuhan setiap anak serta berusaha memberikan yang terbaik untuk muridnya, dan mampu membantu anak didik menuju kedewasaan.5

Seorang guru sangat diharapkan dapat menjadi panutan bagi anak didiknya dalam segala hal, agar generasi muda muslim berada di jalan yang lurus serta selalu mengerjakan kebaikan yang diridhai

5

(4)

Allah SWT. untuk mendapatkan guru yang dapat menjadi panutan itu seyogyanya guru-guru tersebut dipilih di antara orang-orang yang memiliki karakteristik guru teladan di atas.

c. Kompetensi Guru

Guru adalah orang yang memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang. Maka untuk menjadi seorang guru harus memiliki keahlian khusus, pengetahuan, kemampuan dan dituntut untuk dapat melaksanakan peranan-peranannya secara professional yang dalam tugasnya guru tidak hanya mengajar, melatih tetapi juga mendidik.

Untuk dapat melaksanakan perannya tersebut guru harus mempunyai kompetensi sebagai modal dasar dalam mengemban tugas dan kewajibannya.Kompetensi yang dimaksud adalah :

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogik. Guru harus belajar secara maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogik ini secara teori dan praktik. Dari sinilah, perubahan dan kemajuan akan terjadi dengan pesat dan produktif.

Kompetensi pedagodik dalam standar nasional pendidikan,penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.6

6

(5)

2) Kompetensi Kepribadian

Seorang guru dinilai tidak hanya dari aspek keilmuan saja, tapi juga dari aspek kepribadian yang ditampilkannya. Mampukah menarik anak didik dan memunculkan aura optimis dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, atau kepribadian yang acuh tak acuh, pesimis, dan tidak mampu memancarkan aura optimis. Disinilah pentingnya kompetensi kepribadian bagi guru agar pembelajaran berjalan dengan baik.7

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam erilaku sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur.

Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antara guru dan subjek didik tercipta situasi didik yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri siswa dengan segala problematikanya, guru jugaharus mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya. Hakikat guru pendidik adalah digugu dan ditiru.

Kompetensi kepribadian guru sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik.Kompetensi kebribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM),

7Ibid,

(6)

serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa pada umumnya.8

Berdasarkan uraian di atas, fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan bimbingan dan suri teladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan membangkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik. 3) Kompetensi Sosial

Kompetens sosial ialah guru harus mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, kolega, dan masyarakat yakni dengan kemampuan bersikap menarik, empati, kolaboratif, suka menolong,menjadi panutan, komunikatif, dan kooperatif.

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang di emban guru adalah misi kemanusiaan.

Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah zaman.Hal ini menjelaskan bahwa kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Lebih dalam lagi, kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.9

8

E. Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 117

9

(7)

4) Kompetensi Profesional

Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan secara filosofis. Kompetensi ini juga disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang studi keahlian.

Menurut Endang Komara,yang dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmani, kompetensi professional adalah kemampuan yang berhubunagan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini sangat penting. Sebab, langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan.10

Dengan 4 kompetensi ini, guru diharapkan menjadi role modelyang inspiratif bagi anak didik dalam membaca dan memaknaikehidupan ini. Guru diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar anak, mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, memberi motivasi besar bagi anak didik untuk mengembangkan kreativitas dan produktivitasnya, serta aktualisasi secara optimal dalam pergumulan pengetahuan dan kebudayaan global.

Tantangan globalisasi yang begitu dahsyat menjadi PR bagi guru di negeri ini untuk mengembangkan potensi semaksimal mungkin agar mampu memandu peradaban dunia yang hedonis dengan kecerdasan, kearifan, dan kebijaksanaan agung.11

d. Model-model Keteladanan Guru

Menurut Ibnu Jama’ah, yang dikutip oleh Abd Al-Amir Syams Ad-Din, etika pendidik terbagi atas tiga macam, yaitu sebagai berikut12:

1) Etika yang terkait dengan dirinya sendiri, yaitu :

10Ibid,

hlm.157-158

11Ibid,

hlm. 263

12

(8)

a) Memiliki sifat-sifat keagamaan (diniyya) yang baik, meliputi patuh dan tunduk terhadap syari’at Allah dalam bentuk ucapan dan tindakan, baik yang wajib maupun yang sunnah; senantiasa membaca Al-qur’an, dzikir kepada-Nya baik dengan hati maupun lisan (lahir dan batin).

b) Memiliki sifat-sifat akhlak yang mulia (akhlaqiyyah)seperti menghias diri (tahalli) dengan memelihara diri, khusyu’, rendah hati, menerima apa adanya, zuhud, dan memiliki daya dan hasrat yang kuat.

2) Etika terhadap peserta didik, yaitu :

a) Sifat-sifat sopan santun (adabiyyah), yang terkait dengan sifat mulia seperti diatas.

b) Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan menyelamatkan (muhniyyah).

3) Etika dalam proses belajar mengajar, yaitu :

c) Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan menyelamatkan (muhniyyah).

d) Sifat-sifat seni, yaitu seni mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa bosan.

Dalam merumuskan kode etik, Al-Ghazali lebih menekankan betapa berat kode etik yang diperankan seorang pendidik daripada peserta didiknya.Hal itu terjadi karena guru dalam konteks ini memegang banyak peran, yang tidak saja menyangkut keberhasilannya dalam menjalankan profesi keguruan, tetapi juga tanggung jawabnya di hadapan Allah swt.kelak. adapun kode etik yang dimaksud adalah sebagai berikut13:

1) Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah.

2) Bersikap penyantun dan penyayang.

3) Menjaga kehormatan dan kewibawaannya dalam bertindak. 4) Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama.

13

(9)

5) Bersifat rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat.

6) Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.

7) Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang IQ-nya rendah, serta membinaIQ-nya sampai pada taraf maksimal. 8) Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta

didik.

9) Memperbaiki sikap peserta didik, dan lemah lembut terhadap peserta didik yang kurang lancar bicara.

10) Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi peserta didik, terutama pada peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui.

11) Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, walaupun pertanyaan terkesan tidak bermutu atau tidak sesuai dengan masalah yang diajarkan.

12) Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didik.

13) Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan. 14) Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang

membahayakan.

15) Menanamkam sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus menerus mencari informasi guna disampaikan kepada peserta didik yang pada akhirnya mencapai tingkat taqarrub kepada Allah swt.

16) Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan kepada peserta didik.

Dalam ungkapan yang berbeda, Muhammad Athiyah Al-Abrasyimenentukan kode etik pendidik dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut14:

1) Mempunyai watak kebapakan atau keibuan sebelum menjadi seorang pendidik, sehingga ia menyayangi peserta didik seperti ia menyayangi anaknya sendiri.

2) Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik.

3) Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didik.

4) Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta didik.

5) Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian dan kesempurnaan. 6) Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak menuntut

hal yang di luar kewajibannya.

7) Mengaitkan materi satu dengan materi yang lainnya.

14Ibid

(10)

8) Memberi bekal peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada masa depan, karena ia tercipta berbeda dengan zaman yang dialami oleh pendidiknya.

9) Sehat jasmani dan ruhani serta mempunyai kepribadian yang kuat, bertanggung jawab dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

e. Peran Guru dalam Pembelajaran

Keteladanan guru berperan kepada peserta didik mencakupi beberapa poin :

1) Peletak dasar nilai akhlakul karimah

Keberadaan guru dalam proses belajar mengajar, pendidikan hendaknya itha’ (mengikuti) tugas yang diemban Nabi SAW yakni menyempurnakan kaumnya (terutama di jaman Jahiliyah– kafir quraisy). Tehnik kinerja ini dengan cara memberikan contoh dalam materi ajar dengan mengolaborasikan kisah-kisah Nabi dan sahabat yang mulia dan sebagainya.

2) Sebagai tauladan anak didik

Guru adalah seorang yang seharusnya dicintai dan disegani oleh muridnya. Penampilannya dalam mengajar harus meyakinkan dan tindak tanduknya akan ditiru dan diikuti oleh muridnya. Guru merupakan tokoh yang akan ditiru dan diteladani.15

3) Sikap guru

Sikap guru terhadap anak didik dijelaskan dalam kode etik guru berarti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya yang berjiwa pancasila.16

4) Guru sebagai pembimbing

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, dalam sistem amongnya : Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani.Kalimat ini mempunyai arti bahwa pendidikan harus memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan peserta didik.17

f. Dasar-dasar Keteladanan

Sebagai pendidikan yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, keteladanan tentunya didasarkan pada kedua sumber tersebut, yaitu:

1) QS. Al-Ahzab ayat 21

15

Zakiyah darajat,Metodologi Pengajaran Agama Islam,Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hlm 98

16

Soetjipto dan Raflis Kosasi,Profesi Keguruan,Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm, 49

17Ibid,

(11)







Artinya : “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu

suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.

Al-Ahzab ayat 21).18

2) QS. Al-Muntahamah ayat 4

 









Artinya : “Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik

bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.” (QS. Al-Muntahamah ayat 4).19

3) QS. Al-Muntahamah ayat 6







Artinya : “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan

umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah

yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al

-Muntahamah ayat 6).20

Ketiga ayat di atas memperlihatkan bahwa kata “uswah” selalu digandengkan dengan sesuatu yang positif: “Hasanah” (baik) dan suasana yang sangat menyenangkan yaitu bertemu dengan Tuhan sekalian alam.Khusus untuk ayat yang terakhir di atas dapat

18

Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21,Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, PT Syamil Cipta Media, Bandung, 2005, hlm. 420.

19

Al-Qur’an surat al-Muntahanah ayat 4,Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, PT Syamil Cipta Media, Bandung, 2005, hlm.549.

20

(12)

dipahami bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. ke permukaan bumi ini adalah sebagai contoh atau tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua ajaran yang disampaikan Allah sebelum menyampaikannya kepada umat, sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw. hanya pandai bicara dan tidak pandai mengamalkan. Praktek “uswah” ternyata menjadi pemikat bagi umat untuk menjauhi semua larangan yang disampaikan Rasulullah dan mengamalkan semua tuntunan yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw.

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang pendidik harus memiliki keteladanan yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai contoh keteladanan oleh anak didiknya dalam kehidupan sehari-hari

2. SikapTawadhu’

a. Pengertian Sikap Tawadhu’

Kata tawadhu’berasal dari kata wa-dha-a yang berarti merendah. Dia berarti, sifat merendahkan diri atau menempatkan dirinya pada posisi yang lebih rendah dari yang semestinya dimiliki. Dalam Kitab-Nya, Allah telah memberi tahu kita bahwa Dia tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri yang berjalan di muka bumi ini dengan angkuh. Allah memberi tahu kita bahwa Dia mencintai orang-orang yangtawadhu’.21

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasikap tawadhu’adalah sikap yang dimiliki oleh seseorang yang tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong menghargai dirinya secara berlebihan. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang

21

(13)

didapatnya bersumber dari Allah SWT.yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain,tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya.Dia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah SWT.

Tawadhu’adalah semacam sikap mental seseorang yang tidak suka menonjol-nonjolkan diri ataupun kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Sikap ini berlawanan dengan sikap takabbur yaitu semacam sikap mental seseorang yang selalu membanggakan diri dan menonjolkan kehebatan-kehebatannya.

Sifat takabur adalah salah satu sifat warisan iblis. Karena sifat inilah iblis menjadi kafir karena membangkang perintah Allah ketika disuruh bersujud menghormati Adam. Dia merasa lebih hebat dan lebih istimewa dari Adam sehingga dia pun membangkang perintah Allah.

Allah berfirman :





Artinya : “Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para

malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. Al -Baqarah ayat 34).22

Ketakaburan terjadi karena manusia merasa dirinya serba cukup atau serba bisa dan tidak menyadari bahwa kelebihan-kelebihan yang dimilikinya justru bersumber dari Allah SWT. oleh karena itu, sifat takabur sangat dibenci oleh Allah SWT karena membawa implikasi-implikasi yang lebih jauh seperti kekafiran, kemusyrikan,

22

(14)

kemunafikan dan lain-lain. Sebaliknya, orang mukmin dianjurkan memiliki sifat tawadhu’yang di dalamnya terkandung pernyataan ketidaksempurnaan diri karena yang Maha Sempurna hanyalah Allah semata.Sikap tawadhu’mempunyai batasan tertentu. Apabila batasan dilanggar, akan mengakibatkan dia direndahkan dan terhina. Akan tetapi, jika melalaikannya dia akan terjerumus dalam keangkuhan atau kesombongan.

Tawadhu’ adalah akhlak mulia, perangai terpuji, tabiat serta sifat yang baik. Itulah ciri-ciri orang-orang beriman yang mempunyai keimanan tulus. Itu pula yang merupakan tanda yang jelas hamba-hamba Dzat Yang Maha Pengasih, yang oleh Allah SWT diberi kemuliaan dan keluhuran. Sesungguhnya orang-orang yang tawadhu’ dan lemah lembut, mereka itulah yang mendapatkan ketenangan serta kasih sayang-Nya di atas bumi. Kepada saudara-saudara mereka sesama mukmin, mereka berlaku lemah lembut, penuh kasih sayang.

Allah SWT telah memerintahkan Rasulullah SAW agar tidak membusungkan dada, namun merendahkan diri di depan para pengikutnya, serta tawadhu’terhadap mereka. Lebih dari itu, Rasulullah SAW merupakan teladan yang tinggi dalam sikap lemah lembut, merendahkan diri dantawadhu’.23

Pada umumnya, manusia senang dihormati atau dipuja dan disanjung. Sampai batas tertentu sebenarnya hal ini bukanlah perilakutercela, karena manusia memiliki nafsu. Dia diciptakan oleh Allah dengan keadaan yang paling sempurna dibanding makhluk-makhluk yang lainnya. Dialah makhluk-makhluk secara fisik paling lengkap, secara nonfisik juga paling sempurna, perasaan, jiwa, dan kemampuan intelektualnya. Adalah hal yang bersifat naluriah belaka jika manusia memiliki kecenderungan ingin menonjol, diakui, dan

23

(15)

dihormati orang lain. Apalagi jika ia memiliki prestasi menonjol yang tidak bisa diraih orang lain.Yang membuat manusia menjadi berperilaku tercela adalah ketika cara-cara yang ditempuh untuk mendapatkan kehormatan itu dipaksakan atau dibuat-buat. Banyak orang menganggap bahwa kehormatan bisa diperoleh dengan cara-cara rekayasa. Ada orang yang gayanya dibuat-buat agar terkesan berwibawa. Ada lagi yang cara bicaranya dipaksa-paksakan agar terkesan intelek. Ada pula yang jalannya dibuat-buat dengan harapan dirinya menjadi lebih terhormat dan diperhatikan orang lain, padahal sesungguhnya orang lain sangat tahu siapakah sesungguhnya dia. Orang memberi penghormatan pada orang lain bukan karena hal-hal yang direkayasa atau dibuat-buat.Ingatlah bahwa mewahnya busana tidak akan menigkatkan kewibawaan seseorang jika dibalik busana yang dikenakan ternyata terdapat hati yang kotor. Keras dan indahnya suara tidak akan membuat seseorang menjadi disegani jika kata-kata yang diucapkan jauh dari kualitas. Akhirnya orang hanya memberi respon sesuai dengan kadar perilaku yang ia perlihatkan dalam hidup kesehariannya.

Ada beberapa sebab yang menjadikan seseorang dihinggapi dustaserta takabur. Boleh jadi sebabnya adalah orang yang angkuh itu terlalu kagum terhadap diri sendiri. Namun, kadang-kadang orang yang takabbur itu dihinggapi oleh iri dan dengki. Selain itu, sebab lainnya adalah karena riya’ atau bermegah-megahan dengan harta, ketampanan dan ilmunya. Siapa yang diberi harta, ketampanan atau kecantikan, kedudukan dan ilmu namun tidak tawadhu’, maka kecelakaanlah yang didapatinya pada hari kiamat.24

24

(16)

b. Dasar-Dasar Sikap Tawadhu’

a. QS. Al-Furqan ayat 63



















Artinya : “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu

(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata

(yang mengandung) keselamatan”. (QS. Al-Furqan

ayat 63).25

b. QS. An-Nahl ayat 22















Artinya : “Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka

orang-orangyang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong”.

Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (QS. An -Nahl ayat 22).26

c. QS. Al-Syu’ara’ayat 215







Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang

yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”.

(QS. Al-Syu’ara’ayat 215).27

25

Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 63,Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, PT Syamil Cipta Media, Bandung, 2005, hlm. 365.

26

Al-Qur’an surat Al-Nahl ayat 22,Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, PT Syamil Cipta Media, Bandung, 2005, hlm. 269.

27

(17)

Dengan dasar di atas, kita sebagai manusia diperintahkan untuk merendahkan diri, dan tidak sepatutnya memiliki sifat sombong atau menyombongkan diri sesama manusia, apalagi menyombongkan diri kepada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan memberikan segala sesuatu yang di butuhkan oleh manusia. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang memiliki sifat sombong terhadap siapapun.

Jadi, sangatlah penting bagi setiap manusia memiliki sikap tawadhu’, agar nantinya memperoleh kemuliaan baik di masyarakat maupun di sisi Allah SWT. dan jika murid tawadhu’terhadap gurunya Insya Allah akan mendapatkan ilmu yang bermanfa’at. c. Keutamaan SikapTawadhu’

Sikap tawadhu’ tidak akan membuat derajat seseorang menjadi rendah, malah dia akan dihormati dan dihargai. Masyarakat akan senang dan tidak ragu bergaul dengannya. Bahkan lebih dari itu derajatnya dihadapan Allah SWT semakin tinggi. Dan seorang yang tawadhu’(merendahkan diri) kepada Allah SWT. maka Allah SWT. akan menaikkan derajatnya.” (H.R. At-Thirmidzi)

Disamping mengangkat derajatnya, Allah memasukkan orang-orang yang tawadhu’kedalam kelompok hamba-hamba yang mendapatkan kasih sayang Allah Yang Maha Penyayang.

Allah berfirman:



















Artinya : “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu

(18)

mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang

mengandung) keselamatan”.(QS. Al-Furqan ayat 63).28

Tawadhu’atau rendah hati kepada kaum mukminin merupakan sifat terpuji yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena barangsiapa yang tawadhu’niscaya Allah akan mengangkat kedudukannya di dunia dan di akhirat. Dan tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sekecil apapun, karena di akhirat semua kenikmatannya hanya Allah peruntukkan bagi orang-orang yang memiliki sifattawadhukepada-Nya.

3. Mata Pelajaran Agama Islam (PAI)

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati dalam bukunya Ilmu Pendidikan, makna satu-satunya dari pendidikan agama Islam (PAI) adalah suatu aktifitas atau usaha pendidikan terhadap anak didik menuju ke arah terbentuknya kepribadian muslim yang muttaqim.29 Sedangkan menurut para ahli ilmu pendidikan agama Islam adalah :

Ahmad D. Marimba mengatakan pendidikan Agama Islam (PAI) adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.30 Sedangkan Ahmad Tafsir memberikan definisi, pendidikan agama islam (PAI) adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar dia berkembang secara maksimal dan sesuai dengan ajaran Islam.31 Menurut Zuhairini, dkk., pendidikan agama Islam (PAI) adalah usaha secara

28

Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 63,Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, PT Syamil Cipta Media, Bandung, 2005, hlm. 365.

29

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan,Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 110-111

30Ibid

, hlm. 110

31

(19)

sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup dengan ajaran Islam.32

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam (PAI) adalah sesuatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarah kehidupan yang sesuai dengan idiologi Islam, melalui pendekatan ini, maka akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.

b. Ciri-Ciri Pendidikan Agama Islam

Menurut Zarkoni Suryati, pendidikan agama Islam (PAI) mempunyai ciri-ciri lain :

1) Jenis pendidikan yang pendirian dan pelaksanaanya didorong oleh keinginan dan semangat, cita-cita luhur untuk menyejahterakan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dari lembaganya maupun kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya. Disini Islam dijadikan sumber nilai yang akan diimplementasikan dalam seluruh kegiatan pendidikan. 2) Jenis pendidikan yang menjadikan ajaran Islam sebagai

pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan, Islam ditempatkan sebagai sebuah disiplin ilmu yang dikaji.

3) Jenis pendidikan yang menjadikan ajaran Islam sumber nilai yang mengilhami serta tujuan yang hendak dicapai dalam keseluruhan proses pendidikan.

Dari ketiga ciri pendidikan agama Islam diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu jenis pendidikan yang merupakan hasil pengejawantahan dari nilai-nilai Islam, dan Islam menjadi sumber dari keseluruhan prosesi pendidikan. Maksudnya pendidikan agama Islam mempunyai cakupan yang sama luasnya dengan pendidikan umum, bahkan

32

(20)

melebihinya. Dengan harapan peserta didik kita nantinya cerdas dan tanggap melalui ilmu pengetahuan dan berakhlakul karimah.33

c. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

1) Dasar PAI

Di negara Indonesia pelaksanaan PAI mempunyai dasar yang cukup kuat, baik landasan ideal maupun konstitusional, hal ini dapat ditinjau dari 3 segi, yaitu : 1) dasar yuridis hukum, 2) dasar religius dan 3) dasar psikologis.34

a) Dasar Yuridis (hukum) hal ini dibagi menjadi 3 : (1) Dasar ideal (Pancasila)

Pada butir I ketuhanan Yang Maha Esa dari Pancasila berbunyi : percaya dan taat pada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.35 Untuk melaksanakan butir tersebut perlu adanya pendidikan formal tentang PAI.

(2) Dasar konstitusional

Pada UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 berbunyi : (a) Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa (b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.36 (3) Dasar operasional

Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia, adalah pelaksanaan pendidikan

33

Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 210

34Ibid,

hlm. 21

35

Bahan Penataran P4 dan UUD 1945, Balai Pustaka, Jakarta, 1998, hlm. 40

36Ibid,

(21)

agama secara langsung yang dimasukkan sampai perguruan tinggi.

b) Dasar Religius

Secara religius PAI berdasar pada al-Qur’an surat at-Taubah ayat 122



















Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi

semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.(QS. At-Taubah ayat 122).37

c) Dasar Psikologis

Setiap manusia normal membutuhkan ketenangan dan ketentraman, baik lahir maupun batin, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Dalam agama Islam, untuk meraih ketenangan adalah dengan jalan mengingat kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat ar-Ra’du ayat 28:





37
(22)

Artinya :“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.(QS. Ar-Ra’du ayat 28).38

2) Tujuan PAI

Pembahasan tentang tujuan PAI dapat dilihat dari pendapat pakar hukum PAI, menurut Abdurraman Saleh : tujuan PAI adalah memberikan bantuan kepada manusia yang belum dewasa, supaya cakap menyelesaikan tugas hidupnya yang diridhoi Allah SWT, sehingga terjalinlah kebahagiaan dunia dan akhirat atas kuasanya sendiri. Menurut Prof. Dr. M. Atiyah Al-Abrasyi, tujuan PAI adalah “Pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan-tujuan utama dari pendidikan Islam. Menurut Ahmad D. Marimba, tujuan PAI adalah “Tujuan Pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim”.39

Dikamsud dengan kepribadian muslim menurut Drs. Ahmad D. Marimba adalah : “Kepribadian Muslim ialah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan, penyerahan diri kepada-Nya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan PAI adalah untuk mencetak manusia atau peserta didik yang berkepribadian muslim yang sejati yang baik dari segi lahiriah maupun bathiniyah sehingga mampu mengabdikan segala amal dan perbuatannya untuk mencari ridho Allah SWT.

38

Al-Qur’an surat Ar-Ra’duayat 28,Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, PT Syamil Cipta Media, Bandung, 2005, hlm. 373.

39

(23)

B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Sebelum menyelesaikan penelitian ini, peneliti disini mengambil beberapa hasil penelitian yang terdahulu yang berkaitan dengan judul atau tema yang diambil peneliti sebagai bahan acuan, kajian, dan pertimbangan untuk penelitian, antara lain :

Pertama, Skripsi hasil penelitian dari Riska Fitria Sari dari jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga pada tahun 2010 dengan judul skripsi “Peranan guru PAI Dalam Membimbing Moral Anak di TK Aisyiyah

Bustanul Athfal Sapen Yogyakarta”

Skripsi ini menyimpulkan bahwa guru PAI berperan sebagai Intruksional, yaitu menyusun satuan kegiatan harian, guru PAI sebagai motivator, guru PAI sebagai model, guru PAI sebagai pembimbing dan peran guru PAI sebagai pengarah.

Berdasarkan kesimpulan dari skripsi diatas, terdapat perbedaan yaitu dari tingkatan yang diteliti oleh peneliti, bahwa penelitian tersebut dilakukan di TK sedangkan penelitian ini peneliti lakukan di SD. Kemudian Kedua, skripsi hasil penelitian dari Muntamah dari jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2006 dengan judul skripsi “Peran Guru PAI dalam Pembentukan Perilaku Keagamaan pada

Siswa SLTP N 1 Tretep Temanggung”

Skripsi ini menyimpulkan bahwa peran guru PAI sebagai pengelola kelas, perencana pengajaran, motivator, dan evaluator.

(24)

C. KERANGKA BERFIKIR

Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui, bahwa sistem Islam itu sangat memerlukan sosok pribadi yang dapat membawa, mengemban dan menerjemahkannya ke dalam realitas hidup yang obyektif melalui penampilan moral dan perilakunya. Karena itu, Allah mengutus Muhammad SAW sebagai Rasul, dengan tugas untuk menterjemahkan kandungan sistem Islam yang berfungsi sebagai teladan bagi seluruh umat manusia dalam mencari model identifikasi pelaksanaan sistem Islam tersebut secara utuh.

Oleh sebab itu, Islam mengakui bahwa media pendidikan yang paling efektif dan berpengaruh di dalam menyampaikan tata-nilai adalah melalui contoh teladan.Dan bagi manusia, keteladanan ini hendaknya senantiasa dapat diperoleh di seluruh kehidupannya, semenjak dia mampu menerka dan menangkap realitas hidup di sekitarnya.Dengan demikian, seorang anak harus memiliki teladan atau model yang dapat dicontoh dalam memantapkan akidah dan menanamkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai positif ke dalam pribadinya.

Pada dasarnya latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru sangat mempengaruhi sikap yang ditunjukkan oleh anak didiknya.Jadi, guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan sikap anak didik.Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri tauladan) bagi anak didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.

Dengan berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap anak didik sangat erat kaitannya dengan keteladanan yang dimiliki guru. Karena seorang guru yang teladan akan mudah menggugah, mempengaruhi anak didik untuk lebih giat belajar dan berusaha menciptakan perilaku yang baik dalam pribadinya termasuk sikaptawadhu’terhadap gurunya.

Berikut adalah gambaran model keteladanan guru yang dituangkan dalam bentuk gambar :

Model Keteladanan Guru

Referensi

Dokumen terkait

skripsi serta penyusunan laporan skripsi dengan judul “ Pengaruh Intensitas Kebisingan dan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Telinga (APT) Terhadap Ambang

Simadibrata, M., Daldiyono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan di objek wisata Air Terjun Curup Tenang Bedegung Kabupaten Muara Enim serta

Gambar 1.2 Kerajinan dari bahan serat alam. Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Braail, yaitu negara yang

Pertama-tama, penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” ANALISIS

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh kedua Informan di atas dapat penulis simpulkan bahwa kendala yang dihadapi dalam melakukan pelestarian di perpustakaan

Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas

Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja tersebut adalah EVA ( Economic Value Added ) yang merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi, ROE (