• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga program studi bimbingan dan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 dan implikasinya terhadap usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga program studi bimbingan dan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 dan implikasinya terhadap usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan "

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh : Yoanita Sandry Agustini

01111 4009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

pernah meninggalkanku, sebab itu aku belajar menikmati hidup ini, dengan bersyukur…..

Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi kenyataan…

Kadang Tuhan membelokkan rencanaku, tapi aku tahu itu lebih baik daripada apa yang kurencanakan, sebab itu aku belajar menerima semua itu, dengan sukacita…

Aku belajar bahwa percobaan itu pasti datang dalam hidupku….

Aku tidak mungkin berkata “Tidak Tuhan!!” karena aku tahu bahwa semua itu tidak melampaui kekuatanku, sebab itu aku belajar menghadapinya, dengan sabar…

Aku belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali dan ditangisi…. Karena semua rancangan-Nya indah bagiku, maka dari itu aku akan bersyukur dan bersukacita dalam segala perkara. Karena dengan bersyukur dan bersukacita, semua itu menyehatkan jiwaku dan menyegarkan hidupku. Indah yang ku dapatkan dari setiap perkataan Bapaku yang disurga…

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

v Tuhan Yesus atas semua berkat dan kasih-Nya

v Bunda Maria yang selalu menemani dengan kasih dan kesetiaan-Nya

v Bapak dan Mama tercinta atas semua kasih sayang, cinta dan semangat

yang diberikan.

(5)

v

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(6)

vi

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN

UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL Yoanita Sandry Agustini

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitaian ini adalah mahasiswa semester tiga Program studi Bimbingan dan Konseling tahun ajaran 2006/2007 berjumlah 34 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kecerdasan intrapersonal, yang terdiri dari 90 item yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP).

(7)

vii

INTRAPERSONAL INTELLIGENCE OF THE THIRD SEMESTER STUDENTS

OF GUIDANCE AND COUNSELLING STUDY PROGRAM, FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY, SCHOOL YEAR 2006/2007 AND ITS IMPLICATION FOR THE PROPOSED GUIDANCE ACTIVITY

TO ENHAN CE INTRAPERSONAL INTELLIGENCE

Yoanita Sandry Agustini Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

This study aimed to describe the intrapersonal intelligence of the third semester student of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, School Year 2006/2007.

This study was a descriptive study using survey method. There were 34 third semester students of the Guidance and Counseling Study Program involved in this study. The instrument used was a questionnaire on intrapersonal intelligence developed by the researcher. The data was analyzed us ing criterion-referenced measure.

(8)

viii

Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus

Kristus atas cinta kasih dan bimbingan-NYA, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan di Program Bimbingan dan Konseling.

Disadari bahwa skripsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan,

perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

pertama yang telah memberikan perhatian, kesabaran, ide- ide dan

mengarahkan penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. C. L. Milburga, CB., M. Ed., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.

4. Drs. T. A. Prapancha hary, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah

mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling.

(9)

ix

membuat hidupku jadi lebih berwarna dengan kasih sayangnya, celotehan, candanya dan semangat yang kalian berikan. Aku sayang kalian!

8. Rahadhian Dedy yang telah menemani dengan perhatian, semangat dan

cintanya dalam berbaga i bentuk dan membuat semuanya jadi

menyenangkan.

9. Mbak Wied, kak Ida, kak Ma, kak Sari, mbak Lina, Vini, Nobe dan Pandot yang telah menemani dengan omelan, perhatian, dan dukungannya selama

ini, kalian telah membuat hidupku jadi penuh warna.

10.Paul, Alfon dan Agus yang telah menemani dengan canda tawa dan

persahabatannya. Nuning, Wita, Mbak Upik dan semua anak kost 3D yang

telah membagi semua keceriaannya dalam hidupku.

11.Teman-teman di Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2001, terima

kasih atas kebersamaan dan bantuan yang telah diberikan selama kita

kuliah bersama.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang berguna dari berbagai pihak. Akhir kata,

mudah-mudahan skripsi ini berguna bagi siapa saja yang berminat dalam dunia

bimbingan.

(10)

x

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK ... vi

A. Kecerdasan Intrapersonal... 7

1. Arti Kecerdasan Intrapersonal ... 7

2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal... 11

3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal ... 23

B. Kegiatan Bimbingan ... 25

1. Bimbingan……… . 25

2. Bagian-bagian dalam Kegiatan Bimbingan... 27

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penyusunan Kegiatan Bimbingan... 31

4. Unsur-unsur Paket Kegiatan ... 35

(11)

xi

B. Subjek Penelitian... 44

C. Instrument Penelitian ... 45

1. Alat Pengumpul Data... 45

2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 48

D. Prosedur Pengumpulan Data... 54

1. Tahap Persiapan... 54

2. Tahap Pelaksanaan ... 55

E. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Tingkat Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007... 58

B. Pembahasan... 60

BAB V USULAN KEGIATAN BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL... 66

BAB VI PENUTUP ... 70

A. Ringkasan... 70

B. Kesimpulan ... 72

C. Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

xii

Tabel 2. Sebaran Pernyataan Favorabel dan Unfavorabel....……… 47

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisi Ujicoba……….. 50

Tabel 4. Komposisi Kuesioner Penelitian... 51

Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas Suatu Tes... 53

Tabel 6. Penggolongan Kecerdasan Intrapersonal... 57

Tabel 7. Penggolongan Tingkat Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa Semester Tiga Bimbingan dan Konseling ... 59

(13)

xiii

Lampiran 2. Tabulasi Skor Uji-coba…..……….. 84

Lampiran 3. Tabulasi Skor Penelitian……….. 87

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Uji-coba Kuesioner... 89

Lampiran 5. Uji Validitas Kuesioner……….. ... 94

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji Realibilitas Instrument... 97

Lampiran 7. Kategorisasi Hasil Penelitian... 98

(14)

1 A. Latar Belakang

Setiap manusia adalah unik, berbeda satu sama lainnya. Sesuatu yang

diyakini benar dan berlaku pada sebagian orang atau kelompok tertentu belum

tentu benar atau berlaku pada diri seseorang. Berdasarkan pernyataan tersebut,

setiap manusia berusaha menegaskan bahwa dirinya adalah seorang pribadi.

Menjadi seorang pribadi berarti mengalami diri sebagai pribadi yang unik, sadar akan ciri-ciri khas pribadinya, orientasi hidupnya, serta mempunyai

kesadaran akan kesatuan batiniahnya sendiri (identitas). Identitas adalah suatu

kesadaran akan kesatuan dan keseimbangan pribadi, keyakinan akan keadaan

dirinya selama seluruh jalan perkembangan hidupnya kendatipun terjadi

bermacam- macam perubahan (Erikson, 1989).

Kesadaran akan ‘diri’ yang jelas menjadikan manusia berusaha untuk

mengintegrasikan seluruh gambaran diri dan perasaan-perasaannya agar tidak

takut kehilangan diri dalam menghadapi masa depannya kelak. Untuk

mengintegrasikan seluruh gambaran diri dan perasaan-perasaannya itu,

manusia perlu membangun relasi dengan diri sendiri agar ia bisa mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Membangun relasi dengan diri

sendiri dapat dilakukan dengan mengembangkan tiga hal, yaitu: (1) mengenal

diri sendiri dengan baik, dari segi jasmani dan rohani, keberadaaannya yang

(15)

baik, sebagaimana adanya; (3) mengembangkan diri sebaik mungkin.

Mengenal diri diartikan sebagai suatu keberhasilan seseorang memahami

hal-hal pokok dan penting tentang realitas dirinya, dari segi fisik maupun psikis,

serta hal- hal penting lain yang berkaitan dengan itu, sebagai landasan penting

bagi penentuan atau pengambilan sikap yang tepat dan benar terhadap diri sendiri (Gea, Wulandari, dan Babari, 2002).

Dalam kehidupan sehari- hari, tidak jarang terkadang seseorang merasa

bahwa dirinya “aneh” karena ia sulit untuk mendeskripsikan perasaannya

(marah, benci, kesal, bahagia, bingung, dan lain- lain) dan ia tidak mengerti

apa yang sesungguhnya ia inginkan. Kesulitan mendeskripsikan perasaan terjadi karena orang tersebut belum sepenuhnya mengenal dirinya sendiri

sehingga sulit baginya untuk mengungkapkan dirinya. Semakin berkurangnya

pengungkapan diri seseorang, semakin besar pula dampak yang ia dapat untuk

kehidupan sosialnya. Akibatnya orang tersebut menjadi sulit untuk berelasi

dengan orang lain, maka tidak mustahil dalam hidup ini pun manusia ingin selalu melihat diri, merefleksikan diri, menerima diri, dan mengerti diri lebih

dalam. Hal inilah yang disebut sebagai kekuatan dari kecerdasan

intrapersonal, dimana manusia perlu melatih diri untuk lebih sadar diri,

pikiran dan perasaannya. Kemampuan akan kesadaran diri dan ekspresi

perasaan yang berbeda akan membantu untuk menguasai dinamika perasaan itu (Suparno, 2002).

Memiliki kemampuan intrapersonal bagi setiap orang menjadi penting

(16)

menjalani kehidupan ini, salah satunya untuk menjalin hubungan atau relasi

dengan orang lain. Dengan mengenali diri seseorang dapat dengan mudah

mengekspresikan dirinya, mengungkapkan diri, dan mengenali setiap hal yang

dirasakannya. Jika semua kemampuan itu tidak ia miliki maka akan sulit

baginya untuk bisa memahami dirinya, apalagi jika harus memahami orang lain.

Sebagai manusia yang berada pada rentangan usia dewasa dini,

mahasiswa perlu memiliki kemampuan intrapersonal agar bisa lebih mengenal

dirinya sehingga dikemudian hari dapat memutuskan hal-hal penting dalam

hidupnya yang berkaitan dengan pekerjaan atau memilih pasangan hidup. Terlebih lagi jika pekerjaan yang akan diembannya nanti menuntut

kemampuan dalam berelasi dengan orang lain. Mahasiswa program studi

Bimbingan Konseling perlu memiliki kemampuan dalam berelasi dengan

orang lain, maka sebelum dia bisa memahami diri orang lain alangkah lebih

baik jika dia mengenal dan memahami dirinya sendiri terlebih dahulu.

Kecerdasan intrapersonal sangat penting untuk mencapai

perkembangan diri sebagai manusia menjadi pribadi yang optimal dengan

mengenali dan memahami dirinya lebih dalam untuk kemudian dapat

memahami orang lain. Penelitian ini ingin memperoleh gambaran mengenai

(17)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga

program studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007?

2. Kegiatan yang bagaimana yang dapat meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan

Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Tahun Ajaran 2006/2007?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang

kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan

Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Tahun Ajaran 2006/2007.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Mahasiswa

a. Mahasiswa memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal

yang dimilikinya, sehingga dapat terus meningkatkan kecerdasan intrapersonal yang dimilikinya.

b. Mahasiswa dapat membuat suatu wadah sebagai tempat penyaluran

(18)

sehingga dapat bermanfaat untuk memperkuat atau mengembangkan

kecerdasan intrapersonal.

2. Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengungkap kecerdasan

intrapersonal mahasiswa semester tiga Bimbingan Konseling Tahun Ajaran 2006/2007.

3. Peneliti Lain

Untuk menjadi sumber inspirasi dan bahan pembanding apabila

ingin mengembangkan penelitian ini.

4. Program studi

a. Menjadi bahan pertimbangan untuk membuat kegiatan-kegiatan yang

dapat memperkuat dan mengembangkan kemampuan interpersonal

yang dimiliki oleh mahasiswa.

b. Bersama dengan mahasiswa dapat membuat suatu wadah sebagai

penyaluran kegiatan dan bimbingan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat pembelajaran bagi mahasiswa.

E. Definisi Operasional

1. Deskripsi adalah melukiskan, memaparkan dan menerangkan pengamatan

yang telah dilakukan.

2. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang dalam memahami

(19)

kelemahan diri serta inteligensi yang dimilikinya untuk kemudian

memahami orang lain.

3. Mahasiswa semester tiga adalah mahasiswa semester tiga yang sedang

menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007.

4. Usulan kegiatan bimbingan adalah rancangan kegiatan yang dibuat untuk

membantu mahasiswa melakukan tranformasi diri kearah yang lebih baik

(20)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini disajikan hasil kajian pustaka mengenai beberapa hal yang

dapat menjelaskan topik penelitian dan kiranya berguna pula untuk memahami

keseluruhan isi, yaitu: kecerdasan intrapersonal, kegiatan bimbingan, dan kegiatan

bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa.

A. Kecerdasan Intrapers onal

1. Arti Kecerdasan Intrapersonal

Menurut Armstrong (2002) orang yang memiliki kecerdasan

intrapersonal adalah individu yang mampu untuk mengalami berbagai gairah,

sema ngat dan spontanitas, mampu bersikap tegas, memiliki harga diri dan

mengakuinya, mampu meredakan perasaan sakit pada diri sendiri, memiliki

suatu yang diperlukan untuk mempertahankan niat dalam pekerjaan dan relasi,

mampu berkreasi dan berelasi secara dekat, mampu untuk menyendiri.

Menurut Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson (2002)

kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk memahami diri

sendiri dan orang lain, memikirkan, merencanakan, dan memecahkan

beberapa masalah dalam kehidupan seseorang.

Menurut Gardner kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan

(21)

kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu

pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model itu sebagai alat untuk

menempuh kehidupan secara efektif (Goleman, 2004: 52).

Menurut Mayer dan Salvey (Young, 1996) kecerdasan intrapersonal

meliputi kemampuan untuk memberi nama kepada perasaan secara pas,

menilai dan mengungkapkan emosi (perasaan yang dominan seperti gembira),

menggerakkan perasaan (keadaan batin ketika menghadapi sesuatu), serta

mampu untuk mengatur emosi guna mengembangkan pertumbuhan emosional

dan intelektual. Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang

dipelajari. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk membentuk

model/pola (teladan) dan gambaran diri sendiri yang teliti. Kemampuan untuk

membentuk model/pola (teladan) ini mengarah ke dalam diri seseorang.

Dengan kemampuan itu akan didapat pemahaman yang tepat mengenai

pengalaman serta cara bagaimana mengelola emosi tersebut. Kecerdasan

intrapersonal merupakan kemampuan untuk menggunakan model tersebut

sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif guna mencapai

kematangan hidup dan kebahagiaan untuk waktu jangka panjang.

Kecerdasan intrapersonal berhubungan dengan kemampuan seseorang

untuk tanggap terhadap perasaan yang ada dalam dirinya. Orang yang

memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik akan memiliki kemampuan

untuk mengenal baik kekuatan-kekuatan maupun kele mahan yang ada dalam

(22)

kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam dirinya, lalu

mengusahakan terus menerus untuk memperbaiki diri (Gardner, 2003).

Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang bersifat

pribadi untuk mengenal dunia dalam diri sendiri. Kemampuan untuk

mengenal dunia sendiri itu meliputi kesadaran diri, pengaturan diri dan

motivasi diri. Dengan memiliki tiga kemampuan tersebut, maka kita dapat

menyelami dunia pribadi kita untuk lebih mengenal diri sendiri secara lebih

mendalam (Goleman dalam Nggermanto, 2005).

Menurut Gardner (2003) kecerdasan intrapersonal merupakan

pengetahuan mengenai diri sendiri dimana seseorang merasa hidup dari diri

sendiri, memiliki rentang emosi sendiri, kemampuan untuk mengetahui

perbedaan di antara emosi-emosi tersebut dan pada akhirnya memberi label

atau nama pada emosi tersebut dan menggunakannya sebagai cara untuk

memahami diri dan menjadi pedoman dalam bertingkah laku. Seseorang yang

memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik mempunyai model yang hidup

efektif dari dirinya sendiri.

Dunia intrapersonal menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita,

seberapa puas kita terhadap diri sendiri dan prestasi kita dalam hidup. Sukses

dalam me ndalami aspek ini maka kita bisa mengungkapkan perasan kita, bisa

hidup dan bekerja secara mandiri, tegar, dan memiliki kepercayaan diri dalam

(23)

Menurut Thordike dalam Young (1996) kecerdasan intrapersonal

adalah kemampuan seseorang untuk mengenali batinnya sendiri. Ia tanggap

dengan perasaan yang muncul dalam dirinya, gemar untuk melakukan refleksi

dan evaluasi diri, serta mau mencoba memperbaiki diri setiap saat. Mereka

yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi adalah mereka yang

memiliki kemampuan matang dalam kepribadian dan memiliki kemantapan

dalam menghadapi kehidupan ini.

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan

pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak adaptif

berdasarkan pengenalan diri itu. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan

diri termasuk dalam kecerdasan intrapersonal, dimana orang memiliki

kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan

untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya, dapat

mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang (Suparno,

2004)

Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson (2002)

mengatakan bahwa di dalam hati kita yang paling dalam terdapat

kemampuan-kemampuan yang dapat kita gunakan untuk memikirkan

rencana-rencana, mencari pemecahan dalam setiap persoalan. Dalam lubuk hati juga

terdapat suatu kemampuan seperti: motivasi, penentuan keputusan, etika,

(24)

berasal dari lubuk hati kita, amatlah sukar bagi kita untuk mengembangkan

produktivitas secara penuh.

Setelah melihat beberapa pengertian di atas, penulis mengambil

kesimpulan bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang

dalam memahami dirinya dan orang lain baik itu menyangkut perasaannya,

kekuatan dan kelemahannya, serta inteligensi yang dimilikinya.

2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah suatu kemampuan yang tidak dibawa

sejak lahir melainkan sesuatu yang dapat dipelajari. Supaya dapat

mempelajarinya, diperlukan kemampuan untuk memahami aspek-aspek

kecerdasan intrapersonal terlebih dahulu. Gardner (2003) menyebutkan

aspek-aspek kecerdasan intrapersonal sebagai berikut:

a. Hidup dari Dirinya Sendiri

Seseorang dengan kemampuan untuk merasa hidup dari diri sendiri akan

dapat menikmati dan menjalani hidup dengan efektif. Kemampuan yang

dimiliki akan dapat mengantar mereka pada suatu tujuan yang

memberikan kehidupan yang cerah. Dalam relasinya dangan orang lain,

mereka akan mampu untuk memberikan warna kegembiraan dan menjadi

sumber inspirasi bagi orang lain juga. Seseorang yang hidup dari dirinya

sendiri mampu menjalani hidup dengan kebebasan batin yang tinggi.

(25)

pengalaman yang terjadi dalam dirinya. Keadaan dari luar dirinya tidak

memberi pengaruh besar dalam dirinya. Sebagai akibat dari pengalaman

itu, maka mereka akan dapat memusatkan perhatian pada apa yang ingin

diraihnya.

b. Memilah- milah Emosi Sendiri

Seseorang yang dapat memiliki kemampuan untuk memilah- milah

emosinya sendiri mampu untuk tetap tegar dan tegas terhadap segala

macam kesulitan yang dihadapi. Biasanya individu yang demikian tidak

mudah terpengaruh dengan perasaan yang dirasakannya, akibat dari sikap

yang demikian, mereka akan tetap dapat melaksanakan tugas yang harus

mereka jalani meskipun ada pengalaman yang mungkin bagi orang lain

dapat menjadikan dirinya kalut. Bagi orang-orang yang mampu

memilah-milah emosinya sendiri, akan tetap mampu mengarahkan perhatian kepada

sasaran yang mereka tuju.

c. Memberi Nama pada Emosi-emosi yang Muncul dan Menjadikannya

sebagai Pedoman Tingkah lakunya.

Ada kalanya seseorang mengalami peristiwa dalam kehidupan secara

beruntun dan menguras energi. Bagi orang yang memiliki kemampuan

untuk memberi nama pada setiap perasaan yang muncul, mereka memiliki

kesanggupan untuk memberi nama pada setiap perasaan.

Perasaan-perasaan itu memberikan warna dalam pengungkapan dirinya. Bahkan

(26)

sehari- hari. Perasaan itu memungkinkan dia untuk mengerjakan pekerjaan

dengan penuh semangat tanpa dipengaruhi oleh orang lain di sekitarnya.

Dalam hal ini orang lain tidak mendominasi dari apa yang sedang ia

kerjakan.

Menurut Stein dan Book (2002), aspek-aspek kecerdasan intrapersonal

adalah sebagai berikut:

a. Kesadaran Diri Emosional

Kesadaran diri emosional adalah kemampuan untuk mengenal dan

memilah- milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan

mengapa hal itu kita rasakan, serta mengetahui penyebab munculnya

perasaan-perasaan tersebut. Kesadaran diri emosional adalah fondasi

tempat dibangunnya hampir semua unsur kecerdasan emosional, sebagai

langkah awal yang penting untuk menjelajahi dan memahami diri kita,

serta untuk berubah kearah yang lebih baik, intinya adalah kenali emosi

diri. Sudah terlihat jelas kalau kita tidak mungkin bisa mengendalikan

sesuatu yang tidak kita kenal. Orang yang memiliki kesadaran diri yang

kuat dapat mengetahui saat-saat dimana mereka merasa kurang

bersemangat, mudah kesal, sedih, ataupun bergairah, dan menyadari

bagaimana berbagai perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka

sehingga menyebabkan orang lain menjauhi mereka. Kemampuan

(27)

membuat orang tersebut mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi

membuat diri mereka dijauhi orang lain.

b. Sikap Asertif

Sikap asertif diartikan sebagai ketegasan, keberanian menyatakan

pendapat. Kemampuan menyampaikan pendapat ini meliputi tiga hal

penting, yaitu : (1) kemampuan mengungkapkan perasaan, misalnya untuk

menerima dan mengungkapkan rasa marah, hangat, dan seksual; (2)

kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka; (3)

kemampuan untuk mempertahankan hak- hak pribadi. Orang yang asertif

bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu,

mereka bisa mengungkapkan perasaannya (biasanya secara langsung)

tanpa bertindak agresif maupun melecehkan. Aspek sikap asertif terdiri

dari:

1). Kemampuan mengungkapkan perasaan

Menurut Johnson (Supratiknya, 1995) orang yang mengungkapkankan

perasaannya mampu :

a). Menyebut nama emosi yang dirasakan.

b). Mendeskripsikan perasaannya dengan kiasan perasaan.

c). Menunjukkan lewat tindakan yang ingin dilakukan terdorong oleh

perasaan yang sedang dialami.

(28)

2). Kemampuan mempertahankan keyakinan atau pemikirannya

Orang yang mempertahankan keyakinan atau pemikirannya mampu:

a). Menyuarakan pendapat.

b). Menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas.

c). Rela mengorbankan sesuatu hal.

3). Kemampuan mempertahankan hak- hak pribadi

Orang yang mempertahankan hak- hak pribadinya mampu :

a). Untuk tidak membiarkan orang lain mengganggunya.

b). Untuk tidak mudah dimanfaatkan orang lain.

c. Kemandirian

Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan

mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak

merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Orang yang mandiri

mampu mengendalikan setiap emosi yang dirasakannya, tahu bagaimana

harus bersikap dan bertindak dalam setiap situasi tertentu. Orang yang

mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat

keputusan-keputusan penting. Namun mereka juga dapat meminta dan

mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum akhirnya membuat

keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri. Meminta pendapat orang lain

jangan selalu dianggap sebagai pertanda ketergantungan, karena orang

yang mandiri selalu mempertanggungjawabkan apa yang menjadi

(29)

diambilnya salah. Orang yang mandiri mampu bekerja sendiri, mereka

tidak mau bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan

emosional mereka. Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat

kepercayaan diri dan kekuatan batin seseorang, serta keinginan untuk

memenuhi harapan dan kewajiban tanpa diperbudak oleh harapan dan

kewajiban itu sendiri. Aspek kemandirian terdiri dari :

1). Mampu mengendalikan emosi

Gea, Wulandari dan Babari (2002) mengatakan bahwa orang yang

dapat mengendalikan dirinya mampu :

a). Untuk tidak membiarkan diri diatur atau dikendalikan oleh naluri,

keinginan dan desakan-desakan yang tak terkontrol dari dalam

dirinya sendiri.

b). Mengendalikan diri dengan ratio, akal sehat dan suara hati.

2). Bersikap mandiri

Menurut Gea, Wulandari dan Babari (2002) orang yang mandiri

mampu :

a). Percaya pada diri sendiri.

b). Bekerja sendiri.

c). Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya.

d). Menghargai waktu.

(30)

3). Mampu merencanakan dan membuat keputusan penting

Orang yang dapat merencanakan dan membuat keputusan penting

mampu:

a). Percaya pada kemampuannya.

b). Memiliki sikap mandiri atau tidak tergantung pada orang lain.

c). Mampu bertanggung jawab terhadap tugasnya.

d. Penghargaan Diri

Penghargaan diri diartikan sebagai kemampuan untuk menghormati dan

menerima diri sendiri sebagai pribadi ya ng pada dasarnya baik.

Menghormati diri sendiri adalah menyukai diri sendiri apa adanya.

Kemampuan untuk mensyukuri berbagai hal baik itu yang positif maupun

yang negatif yang ada pada diri dan tetap menyukai diri sendiri itu yang

dinamakan sebagai penghargaan diri. Memahami kelebihan dan

kekurangannya dan akan menyukai dirinya apa adanya dengan segala

kekurangan dan kelebihan merupakan inti dari penerimaan diri. Bila

seseorang menerima dirinya maka ia akan merasa aman, memiliki

kekuatan batin, rasa percaya diri, dan rasa sanggup untuk hidup mandiri.

Kepercayaan diri yang kuat juga memegang peranan penting dalam

penerimaan diri. Perasaan yakin pada diri sendiri itu ditentukan oleh

adanya rasa hormat pada diri dan harga diri, yang tumbuh akibat

(31)

memiliki penghargaan diri yang bagus. Aspek penghargaan diri terdiri

dari:

1). Penerimaan diri

Gea, Wulandari dan Babari (2002) mengatakan orang yang menerima

diri mampu:

a). Menghormati diri sendiri sebagai pribadi.

b). Menyukai diri apa adanya.

c). Mensyukuri segala kelebihan dan kekurangannya.

d). Percaya pada kemampuannya.

e). Membangun sikap positif terhadap diri sendiri.

f). Menerima keberadan orang lain.

2). Percaya diri

Orang yang percaya diri mampu :

a). Yakin pada diri sendiri.

b). Memiliki kesadaran diri yang baik.

c). Merasa puas dengan dirinya sendiri.

e. Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri diartikan sebagai kemampuan dalam mewujudkan segala

kemampuan kita yang potensial. Hal ini diwujudkan dengan ikut serta

dalam perjuangan untuk meraih kehidupan yang bermakna, kaya dan utuh.

Berjuang mewujudkan potensi yang ada dalam diri berarti

(32)

bermakna, dapat juga diartikan sebagai perjuangan seumur hidup dan

kebulatan tekad untuk meraih sasaran jangka panjang. Untuk mewujudkan

potensi-potensi diri itu seseorang perlu memiliki motivasi untuk

mengembangkan dirinya, mau memperjuangkan apa yang menjadi

tujuan-tujuan hidupnya, serta memiliki inisiatif dalam menjalani hidupnya.

Aktualisasi diri merupakan proses perjuangan berkesinambungan yang

dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat kita

secara maksimal, dan berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk

memperbaiki diri secara menyeluruh. Kegairahan terhadap bidang yang

kita minati akan menambah semangat dan motivasi untuk terus menupuk

minat itu. Aktualisasi diri merupakan bagian dari rasa kepuasan diri.

Aspek aktualisasi diri terdiri dari :

1). Memiliki motivasi untuk berkembang

Orang yang punya motivasi mampu :

a). Untuk sadar akan kebutuhannya, keinginan dan harapan-harapan.

b). Mengembangkan bakat dan kemampuannya secara maksimal.

c). Berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri

secara menyeluruh.

2). Mampu memperjuangkan tujuan hidupnya

Orang yang memperjuangkan tujuan hidupnya mampu :

(33)

b). Mengembangkan aneka kegiatan yang menyenangkan dan

bermakna.

c). Berjuang untuk meraih cita-cita yang menjadi sasaran jangka

panjang.

3). Memiliki inisiatif

Orang yang memiliki inisiatif mampu:

a). Mema nfaatkan peluang untuk memajukan diri.

b). Mengejar sasaran yang menjadi harapannya.

c). Berani mengajak orang lain untuk bekerjasama mengha silkan

sesuatu yang lebih baik/berguna.

d). Berani melanggar batas-batas aturan yang tidak prinsip apabila

perlu agar tugasnya dapat dilaksanakan.

Goleman (2004) menyebutkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal

sebagai berikut:

a. Menyadari dan Mengenali Emosinya Sendiri

Kemampuan mengenali emosi adalah kemampuan seseorang dalam

mengenali emosinya sewaktu perasaan/emosinya itu muncul,

mengidentifikasi dan menamai emosi-emosi yang sedang timbul. Ini

sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan intrapersona l. Seseorang

mampu mengenali peraaaan/emosinya sendiri apabila ia memiliki

kepekaan yang tajam atas perasaan/emosinya yang sesungguhnya dan

(34)

yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti: memilih

sekolah, sahabat, pekerjaan sampai kepada memilih pasangan hidup.

Kemampuan ini membuat orang menjadi mandiri, percaya diri, kesehatan

jiwanya baik, dan cenderung berpendapat dan memandang positif

kehidupan. Apabila suasana hatinya sedang buruk, dia tidak risau dan

tidak larut di dalamnya serta mampu melepaskan diri dari suasana itu

dengan lebih cepat.

b. Mengelola Emosi

Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk menghadapi

keadaan emosional, untuk mengatur kehidupan secara hati- hati dan cerdas,

dan untuk mengendalikan tindakan emosional yang berlebihan. Tujuan

dari penguasaan emosi adalah keseimbangan emosi, bukan menekan

emosi karena setiap emosi mempunyai nilai dan makna. Pengendalian

emosi merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Intinya, bukan

menjauhi perasaan yang tidak menyenangkan dengan selalu bahagia,

namun tidak membiarkan perasaan menderita berlangsung secara tidak

terkendali sehingga menghapus semua suasana hati yang menyenangkan.

Kemampuan mengelola emosi juga meliputi kemampuan mengendalikan

dorongan hati, menjaga kondisi emosi sehingga tidak sebegitu

mempengaruhi pikiran, berpikir positif, serta memiliki sikap optimis.

Kegembiraan dan kesedihan yang dialami tidak melumpuhkan

(35)

antara apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan dan kemampuan

menghadapi segala keadaan dengan pikiran positif dan tetap optimis saat

mengalami kegagalan, adalah termasuk inti dari kecerdasan intrapersonal.

c. Memotivasi Diri Sendiri

Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat

kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.

Dalam hal ini terkandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi,

sehingga orangnya memiliki kekuatan, semangat untuk melakukan

aktivitas tertentu, misalnya: belajar, bekerja, menolong orang lain, dan

sebagainya. Orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri akan lebih

berhasil dalam kehidupannya dibandingkan dengan orang yang menunggu

orang lain untuk memperhatikan dirinya. Ciri ini juga meliputi ketahanan

dalam menghadapi frustasi dan menjaga agar beban stress tidak

melumpuhkan kemampuannya berpikir. Tetap bertahan pada tujuan

semula dalam keadaan apapun merupakan inti dari aspek kecerdasan

intrapersonal.

Ketiga pendapat ahli yang telah dikemukakan diatas menjabarkan

masing aspek dengan bahasa yang berbeda, akan tetapi

masing-masing menunjukkan maksud yang sama dari kecerdasan intrapersonal yaitu

individu perlu memiliki kesadaran untuk menyadari setiap emosinya, tahu

(36)

3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal

Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik akan dapat

memetik manfaatnya, yaitu:

a. Menjadikan Hidup Bahagia

Semakin baik kecerdasan intrapersonal yang dimiliki oleh seseorang

semakin luas orang itu dapat meraih kebahagiaan dalam hidupnya.

Kebahagiaan adalah hasil yang menunjukkan derajat kecerdasan dan

kinerja emosional dalam diri seseorang (Stein dan Book, 2002). Orang

akan merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja maupun pada saat

memiliki waktu luang. Ia dapat menikmati hidupnya penuh dengan rasa

syukur berdasarkan setiap pengalaman hidup yang telah ditempuhnya

karena semua itu merupakan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang

sebagai diri sejati dari interaksi dengan lingkungan dan orang tertentu.

Diri sejati merupakan sumber kreativitas batin, vitalitas, spontanitas, dan

kesejahteran emosi seseorang (Armstrong, 2002). Orang dengan

kecerdasan intrapersonal rendah dapat dengan mudah menderita depresi,

cenderung merasa cemas, merasa tak pasti akan masa depannya, menarik

diri dari pergaulan, kurang semangat, merasa bersalah, tidak puas atas

kehidupan yang dialaminya, mereka merasa tidak sejahtera secara

emosional. Sebaliknya bagi orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal

yang tinggi memandang hidup sebagai kesempatan untuk

(37)

bersama dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Jika seseorang

berhasil mengembangkan dirinya maka ia akan memperoleh kebahagiaan

baik bagi dirinya maupun bagi orang disekitarnya.

b. Menjadikan Hidup lebih Produktif

Hidup orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi diwarnai

oleh produktivitas. Orang yang produktif akan mampu meningkatkan

potensi-potensinya sehingga bisa berkembang secara lebih utuh. Orang

yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi mampu

berkonsentrasi dengan baik (Suparno, 2004). Konsentrasi diri yang baik

dapat menunjang produktifitas kerja seseorang. Seseorang yang memiliki

kecerdasan intrapersonal akan mampu mendaftar sasaran tertentu dan

mengarahkan emosinya untuk mencapai sasaran tersebut (Armstrong,

2002). Produktivitas kerja seseorang dapat diukur dari tujuan atau sasaran

yang ditetapkannya. Dalam menentukan sasaran, ia akan memilih sasaran

yang dapat dicapai. Dengan memilih sasaran pada tingkat kesulitan yang

dapat diatasi, ia dapat menjamin bahwa ia akan dapat mengatasi kesulitan

yang dihadapinya dan dapat mencapai sasaran yang ia tentukan. Di

samping itu ia juga akan memilih sasaran yang pantas diharapkan,

maksudnya tidak mustahil untuk diraihnya. Jika seseorang berhasil

mengembangkan kapasitas sasarannya secara optimal, maka ia akan

(38)

B. Kegiatan Bimbingan 1. Bimbingan

Bimbingan membantu individu mencapai suatu kehidupan yang lebih

bermakna dan memberikan kepuasan pribadi dan bermakna bagi masyarakat

(Sukardi, 1988). Menurut Prayitno dan Amti (2004) bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau

beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang

yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan

mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan

dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Bimbingan merupakan suatu proses yang terus menerus dalam

membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara

maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi

dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya (Stoops dan Walquist

dalam Surya, 1988).

Pelayanan bimbingan dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah

kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan sejalan dengan program

yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait.

Kegiatan bimbingan yang disusun untuk periode waktu tertentu,

menjadi pegangan bagi pelaksana bimbingan dalam memberikan layanan

(39)

pelaksana bimbingan untuk mengadakan penilaian atau evaluasi terhadap

pencapaian tujuan pelayanan kegiatan bimbingan.

Sebuah program atau kegiatan bimbingan harus disesuaikan dengan

kebutuhan dan permasalahan orang yang akan dilayani. Prayitno, dkk (1997)

mengemukakan syarat-syarat yang hendaknya diperhatikan dalam menyusun

suatu program kegiatan bimbingan sebagai berikut:

a. Berdasarkan masalah binimbing, sesuai dengan kondisi pribadinya serta

tugas-tugas perkembangannya.

b. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi

semua jenis layanan, dan kegiatan pendukung, serta menjamin

dipenuhinya prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan.

c. Sistematis, dalam arti program kegiatan disusun menurut urutan logis,

tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu.

d. Terbuka dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk

mengembangkan dan menyempurnakan program tanpa harus merombak

program itu secara menyeluruh.

e. Memungkinkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait.

f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian lebih lanjut untuk

penyempurnaan program.

Program kegiatan bimbingan yang disusun kemungkinan akan selalu

(40)

terdapat kelemahan-kelemahan dalam program tersebut, maka program

kegiatan bimbingan dapat diubah dalam periode selanjutnya.

Kegiatan bimbingan merupakan suatu kegiatan yang berkelanjutan,

bukan merupakan kegiatan yang dilakukan secara kebetulan. Kegiatan

bimbingan membantu dan mengarahkan individu ke arah suatu tujuan yang

sesuai dengan potensinya secara optimal. Yang menentukan pilihan dalam

pemecahan masalah adalah individu sendiri, sedangkan pembimbing hanya

membantu. Jadi, proses bimbingan merupakan kegiatan yang bersifat

kerjasama secara demokratis dan tidak otoriter dari pihak pembimbing.

2. Bagian-bagian dalam Kegiatan Bimbingan

Kegiatan bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk bimbingan

individual maupun bimbingan kelompok. Kegiatan bimbingan individual

dilakukan bila yang dilayani hanya satu orang, bilamana yang dilayani lebih

dari satu orang maka disebut bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok

dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan kegiatan

bimbingan yang telah dirancang untuk meningkatkan kecerdasan

intrapersonal.

Kegiatan bimbingan terdiri dari tiga bagian utama yaitu: pembukaan,

inti, dan penutup. Untuk mengawali sebuah kegiatan biasanya dibuka dengan

memberikan pengantar berupa penjelasan tujuan diadakannya kegiatan, tata

(41)

membantu para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk

dengan fasilitator. Hal ini bertujuan agar para peserta tidak merasa asing satu

sama lain, sehingga dapat berkomunikasi dan bersedia bekerjasama selama

kegiatan berlangsung. Apabila para peserta sudah saling mengenal satu sama

lain, maka dapat digunakan metode pemanasan sebagai acara pengganti

perkenalan. Pemanasan bertujuan membangkitkan perhatian dan minat peserta

terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan, membuat mereka untuk mulai

terlibat dalam kegiatan, dan melepaskan beban mental yang menghambat

keikutsertan mereka dalam kegiatan. Bentuk kegiatan perkenalan dan

pemanasan dapat disesuaikan dengan keadaan peserta dan tujuan kegiatan

(Hardjana, 2001).

Bagian inti merupakan bagian yang digunakan untuk menyampaikan

materi kegiatan yang dibagi dalam beberapa sesi. Menurut Hardjana (2001),

metode yang dapat digunakan dalam penyampaian materi kegiatan ada empat,

yaitu:

a. Metode informatif merupakan metode yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, penjelasan, data, fakta dan pemikiran. Bentuknya dapat berupa pengajaran atau kuliah (lecture), bacaan terarah (directed reading). Ataupun diskusi panel (panel discussion).

b. Metode partisipatif digunakan untuk melibatkan peserta dalam pengolahan materi kegiatan. Bentuknya dapat berupa pernyataan (statement), curah pendapat (brainstorming), audio-visual (audio visual), diskusi kelompok (group discussion), kelompok bincang-bincang (buzz group), forum (forum), kuis (quiz), studi kasus (case study), peristiwa (incident), atau peragaan peran (role play).

(42)

diolah dalam kegiatan. Bentuknya dapat berupa pertemuan (meeting), latihan simulasi (simulation exercise), atau demonstrasi (demonstration). d. Metode eksperensial adalah metode yang memungkinkan peserta untuk

ikut terlibat dalam kegiatan untuk “belajar sesuatu” daripadanya. Bentuknya dapat berupa ungkapan kreatif (creative ekspression), penugasan (assignment installment), lokakarya (workshop), kerja proyek (work project), tinggal di tempat (field placement), hidup di tempat (live in), permainan manajemen (management game), atau latihan kepekaan (laboratory atau sensitivity training).

Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan sebaiknya:

a. Berpusat pada peserta, bukan pada materi atau isi kegiatan.

b. Pengolahan materi menyangkut pengolahan secara keseluruhan dan bukan

dibatasi pada salah satu seginya saja.

c. Pengalaman dan pengetahuan para peserta didayagunakan dan

diintegrasikan ke dalam pengolahan kegiatan.

Menurut Hardjana (2001), dari keempat metode yang telah diuraikan

di atas, metode eksperensial merupakan metode utama. Metode- metode lain

hanya digunakan pada bagian-bagian tertentu, seperti misalnya penggunaan

metode informatif untuk memberikan pemahaman tentang kegiatan yang

dilaksanakan, penggunaan metode partisipatif untuk pengolahan dalam

kelompok kecil (diskusi kelompok), dan metode partisipatif-eksprensial untuk

kegiatan yang melibatkan peserta dan memberi kesempatan kepada mereka

untuk mengalami kegiatan yang dilaksanakan.

Selain kegiatan-kegiatan pemanasan, perkenalan, dan pengolahan

materi, dapat pula diadakan permainan (game) dalam kegiatan. Seperti yang

(43)

mendatangkan kesegaran dan memulihkan minat, semangat, dan tenaga.

Bentuknyapun dapat berupa permainan di dalam gedung (indoors games)

maupun di luar gedung (outdoors games). Jenis permainan ya ng

bermacam-macam harus dapat melibatkan peserta kegiatan secara perorangan, kelompok

kecil, kelomok besar, atau bahkan seluruh peserta. Permainan hendaknya

tidak merupakan kegiatan tersendiri dan terlepas dari sesi sebelum atau

sesudahnya. Sebab jika diadakan secara tersendiri, permainan dapat

mengganggu atau mengalihkan perhatian peserta dari tujuan tiap sesi atau

bahkan seluruh kegiatan. Secara nyata permaianan dapat dipergunakan

sebagai “gong” untuk menutup atau mengawali suatu sesi supaya peserta

terlibat secara penuh dan memahami materi acara yang akan mereka ikuti

lebih mendalam. Oleh karena itu, sesudah permainan dilaksanakan maka

harus diadakan penjelasan tentang makna permainan dan kaitannya dengan

sesi yang sudah atau akan dilaksanakan (Hardjana, 2001).

Menurut Hardjana (2001) hal- hal yang terdapat dalam bagian penutup

adalah kesimpulan kegiatan dan evaluasi. Kesimpulan merupakan uraian

singkat tentang seluruh kegiatan, terkait dengan setiap sesi dalam kegiatan

yang telah diolah bersama, kemungkinan-kemungkinan follow-up, serta

harapan-harapan terhadap peserta. Bentuk uraian dalam menarik kesimpulan

adalah informatif. Kesimpulan merupakan “gong” keseluruhan kegiatan dan

bekal bagi para peserta. Dalam kesimpulan diuraikan semua materi yang telah

(44)

pengolahannya, tujuan masing- masing sesi dan keseluruhan rangkaian sesi,

ringkasan seluruh hasil kegiatan yang yang dicapai, dan follow- up yang

sebaiknya dilakukan oleh peserta. Kesimpulan perlu disiapkan dengan baik

dan dipresentasikan dengan mantap dan penuh motivasi.

Evaluasi merupakan metode untuk mengumpulkan bahan yang akan

dianalisis dan disimpulkan guna melihat segala sesuatu yang terjadi dalam

training dan pengaruhnya bagi peserta dalam perluasan pengetahuan,

pembentukan sikap, perubahan perilaku, peningkatan kecakapan dan

keterampilan. Bentuk evaluasi dapat berupa pertanyaan-pertanyaan reflektif

yang perlu dijawab oleh peserta baik secara lisan maupun tulisan.

3. Hal-hal yang pe rlu diperhatikan dalam Menyusun Kegiatan Bimbingan Penyusunan rancangan kegiatan bimbingan harus memperhatikan

pihak-pihak yang akan terlibat dalam kegiatan (peserta, penyelenggara, dan

fasilitator), tujuan yang akan dicapai, materi yang akan diolah, metode dan

peralatan yang hendak dipakai, tempat pelaksanaan, jadwal kegiatan untuk

setiap sesi atau secara keseluruhan. Semuanya itu diatur secara efisien, lancar

dan efektif untuk mencapai tujuan diadakannya kegiatan.

Pada saat menyusun rancangan kegiatan, hal- hal yang perlu

dipertimbangkan adalah kebutuhan, tujuan, materi, metode-strategi-teknik,

(45)

34). Di bawah ini akan diuraikan hal- hal yang perlu dipertimbangkan dalam

penyusunan kegiatan menurut Hardjana (2001):

a. Kebutuhan Kegiatan

Kebutuhan kegiatan adalah kekurangan dalam bidang pengetahuan, sikap,

perilaku, kecakapan, dan keterampilan pada peserta yang hendak dipenuhi

melalui kegiatan. Kebutuhan kegiatan dapat diketahui dari kuesioner yang

diedarkan.

b. Tujuan Kegiatan

Kegiatan terdiri dari serangkaian sesi yang disusun untuk mencapai tujuan

kegiatan. Oleh karena itu, setiap sesi mempunyai tujuan tersendiri.

Melalui pencapaian tujuan tiap sesi itu, maka diharapkan tujuan seluruh

kegiatan dapat tercapai. Dengan demikian, dalam kegiatan bimbingan

dibuat tujuan untuk setiap sesi dan tujuan kegiatan bimbingan secara

keseluruhan. Oleh karena itu, penetapan tujuan sebaiknya menganut

prinsip SMART yaitu:

S = Specific, yang berarti khusus, terbatas dan jelas.

M = Measurable, yang berarti dapat diukur secara kuantitatif.

A = Achievable, yang berarti dapat dicapai oleh peserta, fasilitator,

penyelenggara, berdasarkan waktu, tempat dan fasilitas yang

tersedia.

R = Realistic, berarti memenuhi kebutuhan kegiatan yang sebenarnya,

(46)

T = Timebound, yang berarti waktu pencapaian tujuan, dibatasi misalnya

3 hari, 2 minggu, 1 bulan, atau 2 tahun.

c. Materi Kegiatan

Materi kegiatan adalah bahan, topik, atau hal yang dibicarakan dan diolah

dalam kegiatan bimbingan. Materi umum yang dapat diolah dalam

kegiatan dapat dibagi menjadi tiga bidang, yaitu pribadi-sosial,

akademik/belajar, serta karier. Dari hasil analisis kuesioner yang diberikan

pada peserta, kita dapat mengetahui materi yang sesuai bagi mereka.

d. Metode, Strategi, dan Teknik Kegiatan

Metode, strategi, dan teknik ditetapkan berdasarkan tujuan kegiatan. Hal

ini berlaku untuk seluruh kegiatan maupun masing- masing sesi. Strategi

adalah cara penggunaan metode yang dipilih dan dirancang khusus agar

tujuan kegiatan tercapai, baik secara keseluruhan maupun per sesi. Agar

pelaksanaan kegiatan dapat berhasil, metode harus betul-betul dikuasai

sehingga dapat dilaksanakan dengan lancar, inovatif, dan dinamis. Cara

melaksanakan suatu metode disebut teknik. Kemampuan dalam teknik

tersebut dapat membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan.

e. Susunan dan Jadwal Sesi dalam Kegiatan Bimbingan

Susunan sesi dibuat berdasarkan seluruh kegiatan. Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam menyusun sesi, yaitu:

(47)

diperhatikan agar sesi dalam seluruh kegiatan arahnya jelas, dan tidak terpisahkan satu dengan yang lain.

2) Jarak, yaitu tenggang waktu antara satu sesi dengan sesi lain. Artinya antara sesi satu denga n acara lain tidak berdesak-desakan atau dijejal-jejalkan sehingga menciptakan suasana kegiatan yang padat. Oleh karena itu antara dua sesi perlu diberi jeda yang cukup, misalnya untuk minim atau snack, makan, atau waktu kosong.

3) Nada, yaitu tekanan pada masing- masing sesi. Untuk kelancaran dan efektivitas seluruh kegiatan, maka masing- masing sesi diberi tekanan yang berbeda. Ada sesi berat, ringan, dan ada yang sedang. Demikian juga tekanan pada pelaksanaan masing- masing sesi dibuat tidak sama. Kadang tekanan pada metode, kadang pada isi, kadang pada follow-up, dan sebagainya.

4) Warna, yaitu suasana kegiatan. Agar tidak menjemukan, penyampaian tiap sesi dan bagian-bagiannya diberikan dalam suasana yang bervariasi antara suasana yang serius dan santai.

5) Jalinan, yaitu jalannya seluruh kegiatan dan hubungan sesi yang satu dengan sesi yang lain. Jalinan itu dibuat kadang menyentak, kadang halus, kadang mendadak, kadang dengan persiapan, kadang terpotong-potong, kadang berhubungan erat. Jadi hubungan antara sesitidak terus menerus halus atau seluruhnya kasar tetapi bervariasi.

Jadwal kegiatan bimbingan disusun berdasarkan kelima prinsip seperti yang telah diuraikan di atas.

f. Petugas yang Bertanggungjawab dan Perlengkapannya

Setelah menyusun sesi per sesi dengan baik dan jadwal yang telah

tersusun rapi, maka dapat diatur petugas/fasilitator yang bertanggung

jawab atas pelaksanaannya. Hal ini berlaku jika fasilitator tidak bekerja sendiri, melainkan dengan fasilitator lain yang bekerja dalam satu tim,

yang didalamnya terdapat pembagian tanggungjawab. Oleh karena itu

masing- masing fasilitator dapat menyiapkan sesi dengan baik dan dalam

pelaksanaannya sehingga dapat berkonsentrasi dengan penuh, sedangkan

(48)

atau pelengkap pada saat dibutuhkan. Bersama dengan penentuan

tanggung jawab tersebut, ada baiknya jika ditetapkan pula peralatan dan

perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya.

g. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk seluruh sesi kegiatan maupun masing- masing

sesi yang dapat dibuat dalam bentuk tulisan maupun lisan. Materi yang

dikumpulkan untuk dievaluasi yaitu mengenai isi, proses, manfaat,

fasilitas akomodasi, konsumsi, manfaat, partisipasi peserta, dan peran

fasilitator. Cara pelaksanaan evaluasi bisa dilaksanakan secara tertulis,

lisan, kelompok kecil, atau secara pleno dengan seluruh peserta. Cara

menganalisis, penyimpulan dan pemanfaatannya akan berguna untuk

perbaikan kegiatan di masa yang akan datang.

4. Unsur-unsur Kegiatan Bimbingan

Unsur-unsur kegiatan secara keseluruhan meliputi:

a. Topik dan tema

b. Tujuan

c. Materi

d. Metode

e. Jadwal

f. Fasilitator

(49)

h. Evaluasi

i. Tindak lanjut (follow-up)

Sedangkan unsur-unsur dalam setiap sesi adalah:

a. Judul

b. Tujuan

c. Materi atau isi

d. Metode, strategi, dan teknik

e. Suasana

f. Bahan atau peralatan-peralatan

g. Waktu

h. Tahap-tahap dan langkah- langkah pelaksanaan

i. Fasilitator yang bertanggungjawab

j. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung

k. Evaluasi

5. Kecakapan yang diperlukan untuk Menyusun Kegiatan Bimbingan Menurut Hardjana (2001: 43) kecakapan yang diperlukan seorang

fasilitator untuk menyusun paket kegiatan secara keseluruhan adalah sebagai

berikut:

a. Menemukan dan merumuskan kebutuhan kegiatan yang berupa

pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan yang kurang atau perlu

(50)

b. Menetapkan topik dan tema kegiatan.

c. Merumuskan tujuan kegiatan.

d. Menetapkan jumlah sesi dan menentukan materi yang akan diolah dalam

setiap sesi itu.

e. Menetapkan metode yang digunakan untuk setiap sesi maupun untuk

seluruh kegiatan.

f. Menetapkan evaluasi untuk seluruh kegiatan dan untuk setiap sesi.

g. Untuk masing- masing sesi:

1) Menyiapkan uraian tertulis yang berisi judul, tujuan, langkah-langkah

pelaksanaan, input yang akan disampaikan, dan cara evaluasi.

2) Menyiapkan peralatan/perlengkapan yang diperlukan untuk

pelaksanaannya.

h. Menyiapkan pelaksanaan kegiatan dengan merumuskan kerjasama dengan

penyelenggara danmembagi tugas dengan para fasilitator lain atau asistan

fasilitator yang ada dalam tim.

C. Kegiatan Bimbingan untuk Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa

Untuk mencapai pengetahua n yang dalam mengenai diri sendiri yang

terdalam, dan untuk mencapai kedamaian dengan pengetahuan itu dituntut

pengalaman hidup yang sungguh-sungguh. Proses mencapai kecerdasan

(51)

bersangkutan. Berusaha menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan

tentang diri sendiri adalah sangat penting karena merupakan dasar/titik tolak

dalam mencapai kesuksesan dan kepenuhan hidup. Berikut ini disajikan

upaya-upaya yang diperlukan untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal:

a. Merasakan dan Menyadari Perasaan

Merasakan dan menyadari setiap perasaan, seperti marah, bingung, jenuh,

bosan, atau tidak sabar dan sebagainya dapat membantu orang untuk lebih

mengenal dan mengembangkan kepekaan kecerdasan intrapersonal yang

dimilikinya (Lazear dalam Suparno, 2004). Orang dapat menyadari dan

mengenali keadaan emosinya dengan cara melatih diri untuk mengetahui apa

yang dirasakannya, seberapa kuat emosi itu muncul dan apa alasannya. Orang

yang memahami bagaimana emosinya berhubungan dan kadang-kadang

disertai gelombang perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan dengan

orang lain. Dengan demikian, orang akan menjadi lebih bijaksana dalam

menanggapi perasaannya dan perasaan orang disekitarnya.

b. Merefleksikan Perasaan yang dialami

Meluangkan waktu beberapa menit untuk merefleksikan diri dengan mencoba

menyadari pola-pola pikir yang dilakukan sehari- hari terlebih yang

berbeda-beda, dapat membantu mengembangkan kepekaan intrapersonal (Lazear

dalam Suparno, 2004). Ta nyakan pada diri sendiri sebagai latihan mengasah

kepekaan intrapersonal perasaan apa yang telah dirasakan pada hari ini?

(52)

Evaluasikan setiap jawaban itu, mana yang kurang tepat dan mana yang perlu

dikembangkan lebih lanjut. Merefleksikan diri penting untuk melatih

konsentrasi diri karena hal ini berkaitan dengan kesadaran akan diri, pikiran

dan perasaan kita.

c. Temukan Keseimbangan

Dalam situasi yang padat dengan beragam aktivitas, suara, bisnis, dan

kegiatan lainnya penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan,

ketenangan dan kedamaian lagi (Lazear dalam Suparno, 2004). Meluangkan

waktu untuk menarik napas dan berkonsentrasi untuk sekedar menyingkirkan

berbagai aktivitas rutin kita, dapat membuat kita menemukan keseimbangan

hidup ditengah banyaknya aktivitas yang harus kita lakukan. Kemampuan

untuk menemukan keseimbangan, ketenangan dan kedamaian dapat

membantu kita untuk menyadari diri, pikira dan perasaan kita. Kemampuan

akan kesadaran diri dan ekspresi perasaan yang berbeda akan membantu

untuk menguasai dinamika perasaan kita. Kemampuan membuat takaran yang

seimbang antara apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan dan kemampuan

menghadapi segala keadaan dengan pikiran positif dan tetap optimis saat

mengalami kegagalan dalam hidup adalah termasuk inti dari kecerdasan

interpersonal.

Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola

kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Orang dewasa muda diharapkan

(53)

tua, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan serta nilai- nilai

baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang akan dialaminya. Penyesuaian diri ini

menjadikan periode ini suatu periode yang khusus dan sulit dari rentang hidup

seseorang (Hurlock, 2004).

Mahasiswa pada umumnya sedang berada pada fase perkembangan akhir

masa remaja dan awal masa dewasa. Mereka sedang dalam masa transisi dari

masa remaja yang penuh goncangan ke permukaan dewasa yang menuntut

kemandirian. Pada masa ini mereka dituntut untuk mempersiapkan dirinya

menjadi manusia dewasa yang mandiri. Mereka dituntut mencapai kematangan

baik secara fisik, intelektual, emosional, moral dan sosial (Surya, 1988).

Periode ini dikatakan sulit karena di sini seseorang diharapkan bisa

mengadakan penyesuaian diri secara mandiri, padahal pada masa sebelumnya

mereka banyak memperoleh bantuan dari orang lain. Pada masa ini apabila

seseorang mengalami kesulitan yang sukar untuk diatasi, rasa ragu-ragu untuk

meminta pertolongan dan nasehat dari orang lain muncul, karena mereka takut

jika dianggap belum dewasa.

Mahasiswa perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungan perguruan

tinggi dan sebaliknya perguruan tinggi perlu mempersiapkan program kegiatan

dengan memperhatikan keadaan mahasiswa. Tugas utama mahasiswa di

perguruan tinggi adalah belajar untuk mengembangkan diri sepenuhnya dan

khususnya untuk menyelesaikan program belajar yang sedang diikutinya.

(54)

mewujudkan menjadi manusia yang mandiri, menyadari diri dan kehadirannya di

lingkungan masyarakat, serta mampu melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.

Oleh karena itu, peran kompetensi kemanusiaan dapat membantu mahasiswa

untuk melakukan tranformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri (Surya,

1988).

Mahasiswa sebagai orang dewasa mengalami suatu periode penyesuaian

diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan- harapan sosial baru, dimana

proses penyesuaian diri yang sangat besar dan mempengaruhi hidup orang dewasa

menuntut individu dewasa memiliki kecerdasan intrapersonal yang cukup untuk

menjadi bekal bagi hidupnya.

Kegiatan bimbingan dapat membantu mahasiswa untuk melakukan

tranformasi diri kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan bimbingan

dapat membantu para mahasiswa memperoleh pemahaman tentang dirinya, orang

lain dan lingkungan sekitarnya sehingga kelak dapat membuat suatu keputusan

yang tepat bagi dirinya sendiri yang mengarahkan diri kekehidupan yang lebih

baik dari sebelumnya serta akhirnya dapat mewujudkan diri secara bebas dan

mantap (Surya, 1988).

Kegiatan bertujuan untuk membantu peserta dalam hal:

1. Mengajak mahasiswa untuk berterima kasih kepada Tuhan yang telah

memberi hidup dan menciptakan dirinya dengan segala kelebihan dan

(55)

2. Membantu mahasiswa untuk mempelajari, memahami diri, dan mendapatkan

kecakapan-kecakapan dalam berbagai aspek kecerdasan intrapersonal.

3. Membantu mahasiswa untuk menemukan dan menyadari kualitas-kualitas

yang ia miliki agar dapat dikembangkan secara optimal.

Adapun materi yang akan disampaikan kepada mahasiswa adalah sebagai

berikut:

a. Ekspresi perasaan, meliputi perasaan-perasaan yang timbul pada situasi

tertentu.

b. Penyadaran sikap dan reaksi-reaksi emosional, meliputi kesadaran diri

emosional yang timbul pada saat dan situasi tertentu.

c. Jadilah pribadi yang asertif, meliputi perilaku sikap asertif, dan manfaat

bersikap asertif.

d. Pribadi yang mandiri, meliputi arti kemandirian dan tanggung jawab.

e. Mengambil keputusan, meliputi gaya seorang pemimpin dalam mengambil

keputusan.

f. Pemeriksaaan sikap diri, meliputi arti penghargaan diri dan upaya-upaya agar

dihargai oleh orang lain.

g. Pribadi yang berkembang, meliputi arti aktualisasi diri dan upaya- upaya yang

dapat dilakukan untuk mengaktualisasikan diri.

Kegiatan Bimbingan dapat diberikan oleh siapa saja, termasuk orang yang

diberi tugas oleh penyelenggara kegiatan atau pun oleh seorang yang ahli di

(56)

Kegiatan Bimbingan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan

intrapersonal mahasiswa sehingga terbuka wawasannya tentang dunia “diri” yang

tampak dalam perubahan sikap dan perkembangan pribadinya. Materi dalam

kegiatan bimbingan disusun berdasarkan aspek-aspek yang terkandung dalam

kecerdasan intrapersonal dan disesuaikan juga dengan kebutuhan mahasiswa.

Untuk menghilangkan kejenuhan dalam pelaksanaan kegiatan maka

penyampaian materi dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi, antara lain

dengan cara Tanya jawab, ceramah, diskusi kelompok, sharing, refleksi pribadi,

pemutaran slide, pemberian peneguhan dan lain sebagainya. Dinamika kelompok

dapat dilaksanakan sebagai langkah awal penyampaian materi, karena selain

dapat melibatkan peserta, dinamika kelompok juga dapat menghilangkan

kejenuhan peserta.

Rancangan kegiatan bimbingan yang telah disusun memuat lima tema

dalam aspek kecerdasan intrapersonal, yaitu aspek kesadaran diri emosional,

aspek sikap asertif, aspek kemandirian, aspek penghargaan diri dan aspek

aktualisasi diri. Kelima tema tersebut disampaikan dalam satu kali week end.

Akan tetapi dapat juga dibuat tema yang berbeda dalam setiap week end, dan

(57)

44

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi penelitian, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, instrument

penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2005). Tujuan penelitian ini adalah

untuk melukiskan variable atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi

(Furchan, 1982). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester III Bimbingan

Konseling tahun ajaran 2006/2007.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester III Bimbingan Konseling tahun ajaran 2006/2007. responden yang akan dijadikan subjek

penelitian berjumlah 34 mahasiswa. Menurut Arikunto (1991) penelitian

yang melibatkan seluruh individu dalam suatu kelompok untuk menjadi

(58)

C. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini digunakan kuesioner sebagai alat pengumpul

data. Kuesioner adalah metode pengumpul data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi

dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang

sebenarnya.

Kuesione r kecerdasan intrapersonal terdiri dari dua bagian yaitu:

(1) bagia n pengantar, identitas, dan petunjuk pengisian, dan (2) bagian pernyataan yang mengungkap kecerdasan intrapersonal yang terdiri dari

90 item pernyataan.

Item- item pernyataan dalam kuesioner terdiri dari lima aspek

kecerdasan intrapersonal menurut Stein dan Book yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, yaitu: (1) kesadaran diri emosional, (2) sikap asertif, (3) kemandirian, (4) penghargaaan diri, (5) aktualisasi diri.

Adapun kisi-kisi kuesio ner yang digunakan dalam instrument

(59)

Tabel 1

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal

Pernyataan

No Aspek Indikator No

Item + - ∑

1. Kesadaran diri emosional

a. Kenali emosi diri n pendapat dan pemikirannya

b. Sikap Mandiri c. Mampu

4. Penghargaan diri

a. Penerimaan Diri b. Percaya diri

50-59 5. Aktualisasi

diri

Dalam kuesioner ini pernyataan terdiri dari dua kelompok, yaitu:

pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable

adalah pernyataan positif, sedangkan unfavorable adalah pernyataan

negatif. Sebaran pernyataan favorable dan unfavorable dilakukan secara

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam hidrograf satuan akan kelangkaan data hujan otomatik dapat diatasi dengan menggunakan minimal satu stasiun hujan yang ada atau menggunakan pendekatan

Aktivitas mengindra karya seni rupa, merasakan, menikmati, menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam karya seni serta menghormati keberagaman konsep artistic seni

Informasi verbal dalam iklan yang dianggap menarik adalah kalimat penjelasan yang berisi tentang kemampuan menyembuhkan segala macam penyakit yang tidak dapat ditangani

1) Sebaran hujan yang dipengaruhi oleh fisiografi dan arah angin menyebabkan zona barat dan tengah wilayah penelitian memiliki curah hujan yang lebih tinggi dan

(skala perusahaan) adalah upaya secara lebih terinci beban atau biaya lingkungan dari aspek apa saja yang secara nyata memang menghasilkan biaya lingkungan. Dengan demikian

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

Hubungan Antara Drug Related Problems Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Geriatri RSUP Dr.. Jurusan Farmasi Fakultas

salah satu mineral yang kandungannya cukup tinggi adalah fosfor, yaitu mineral esensial yang digunakan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel tubuh dan jaringan, Tujuan