DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh : Yoanita Sandry Agustini
01111 4009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
pernah meninggalkanku, sebab itu aku belajar menikmati hidup ini, dengan bersyukur…..
Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi kenyataan…
Kadang Tuhan membelokkan rencanaku, tapi aku tahu itu lebih baik daripada apa yang kurencanakan, sebab itu aku belajar menerima semua itu, dengan sukacita…
Aku belajar bahwa percobaan itu pasti datang dalam hidupku….
Aku tidak mungkin berkata “Tidak Tuhan!!” karena aku tahu bahwa semua itu tidak melampaui kekuatanku, sebab itu aku belajar menghadapinya, dengan sabar…
Aku belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali dan ditangisi…. Karena semua rancangan-Nya indah bagiku, maka dari itu aku akan bersyukur dan bersukacita dalam segala perkara. Karena dengan bersyukur dan bersukacita, semua itu menyehatkan jiwaku dan menyegarkan hidupku. Indah yang ku dapatkan dari setiap perkataan Bapaku yang disurga…
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
v Tuhan Yesus atas semua berkat dan kasih-Nya
v Bunda Maria yang selalu menemani dengan kasih dan kesetiaan-Nya
v Bapak dan Mama tercinta atas semua kasih sayang, cinta dan semangat
yang diberikan.
v
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vi
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN
UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL Yoanita Sandry Agustini
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2007
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitaian ini adalah mahasiswa semester tiga Program studi Bimbingan dan Konseling tahun ajaran 2006/2007 berjumlah 34 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kecerdasan intrapersonal, yang terdiri dari 90 item yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP).
vii
INTRAPERSONAL INTELLIGENCE OF THE THIRD SEMESTER STUDENTS
OF GUIDANCE AND COUNSELLING STUDY PROGRAM, FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY, SCHOOL YEAR 2006/2007 AND ITS IMPLICATION FOR THE PROPOSED GUIDANCE ACTIVITY
TO ENHAN CE INTRAPERSONAL INTELLIGENCE
Yoanita Sandry Agustini Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This study aimed to describe the intrapersonal intelligence of the third semester student of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, School Year 2006/2007.
This study was a descriptive study using survey method. There were 34 third semester students of the Guidance and Counseling Study Program involved in this study. The instrument used was a questionnaire on intrapersonal intelligence developed by the researcher. The data was analyzed us ing criterion-referenced measure.
viii
Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus
Kristus atas cinta kasih dan bimbingan-NYA, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Program Bimbingan dan Konseling.
Disadari bahwa skripsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan,
perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
pertama yang telah memberikan perhatian, kesabaran, ide- ide dan
mengarahkan penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Dra. C. L. Milburga, CB., M. Ed., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.
4. Drs. T. A. Prapancha hary, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah
mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling.
ix
membuat hidupku jadi lebih berwarna dengan kasih sayangnya, celotehan, candanya dan semangat yang kalian berikan. Aku sayang kalian!
8. Rahadhian Dedy yang telah menemani dengan perhatian, semangat dan
cintanya dalam berbaga i bentuk dan membuat semuanya jadi
menyenangkan.
9. Mbak Wied, kak Ida, kak Ma, kak Sari, mbak Lina, Vini, Nobe dan Pandot yang telah menemani dengan omelan, perhatian, dan dukungannya selama
ini, kalian telah membuat hidupku jadi penuh warna.
10.Paul, Alfon dan Agus yang telah menemani dengan canda tawa dan
persahabatannya. Nuning, Wita, Mbak Upik dan semua anak kost 3D yang
telah membagi semua keceriaannya dalam hidupku.
11.Teman-teman di Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2001, terima
kasih atas kebersamaan dan bantuan yang telah diberikan selama kita
kuliah bersama.
12.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang berguna dari berbagai pihak. Akhir kata,
mudah-mudahan skripsi ini berguna bagi siapa saja yang berminat dalam dunia
bimbingan.
x
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
ABSTRAK ... vi
A. Kecerdasan Intrapersonal... 7
1. Arti Kecerdasan Intrapersonal ... 7
2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal... 11
3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal ... 23
B. Kegiatan Bimbingan ... 25
1. Bimbingan……… . 25
2. Bagian-bagian dalam Kegiatan Bimbingan... 27
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penyusunan Kegiatan Bimbingan... 31
4. Unsur-unsur Paket Kegiatan ... 35
xi
B. Subjek Penelitian... 44
C. Instrument Penelitian ... 45
1. Alat Pengumpul Data... 45
2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 48
D. Prosedur Pengumpulan Data... 54
1. Tahap Persiapan... 54
2. Tahap Pelaksanaan ... 55
E. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Tingkat Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007... 58
B. Pembahasan... 60
BAB V USULAN KEGIATAN BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL... 66
BAB VI PENUTUP ... 70
A. Ringkasan... 70
B. Kesimpulan ... 72
C. Saran... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
xii
Tabel 2. Sebaran Pernyataan Favorabel dan Unfavorabel....……… 47
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisi Ujicoba……….. 50
Tabel 4. Komposisi Kuesioner Penelitian... 51
Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas Suatu Tes... 53
Tabel 6. Penggolongan Kecerdasan Intrapersonal... 57
Tabel 7. Penggolongan Tingkat Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa Semester Tiga Bimbingan dan Konseling ... 59
xiii
Lampiran 2. Tabulasi Skor Uji-coba…..……….. 84
Lampiran 3. Tabulasi Skor Penelitian……….. 87
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Uji-coba Kuesioner... 89
Lampiran 5. Uji Validitas Kuesioner……….. ... 94
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji Realibilitas Instrument... 97
Lampiran 7. Kategorisasi Hasil Penelitian... 98
1 A. Latar Belakang
Setiap manusia adalah unik, berbeda satu sama lainnya. Sesuatu yang
diyakini benar dan berlaku pada sebagian orang atau kelompok tertentu belum
tentu benar atau berlaku pada diri seseorang. Berdasarkan pernyataan tersebut,
setiap manusia berusaha menegaskan bahwa dirinya adalah seorang pribadi.
Menjadi seorang pribadi berarti mengalami diri sebagai pribadi yang unik, sadar akan ciri-ciri khas pribadinya, orientasi hidupnya, serta mempunyai
kesadaran akan kesatuan batiniahnya sendiri (identitas). Identitas adalah suatu
kesadaran akan kesatuan dan keseimbangan pribadi, keyakinan akan keadaan
dirinya selama seluruh jalan perkembangan hidupnya kendatipun terjadi
bermacam- macam perubahan (Erikson, 1989).
Kesadaran akan ‘diri’ yang jelas menjadikan manusia berusaha untuk
mengintegrasikan seluruh gambaran diri dan perasaan-perasaannya agar tidak
takut kehilangan diri dalam menghadapi masa depannya kelak. Untuk
mengintegrasikan seluruh gambaran diri dan perasaan-perasaannya itu,
manusia perlu membangun relasi dengan diri sendiri agar ia bisa mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Membangun relasi dengan diri
sendiri dapat dilakukan dengan mengembangkan tiga hal, yaitu: (1) mengenal
diri sendiri dengan baik, dari segi jasmani dan rohani, keberadaaannya yang
baik, sebagaimana adanya; (3) mengembangkan diri sebaik mungkin.
Mengenal diri diartikan sebagai suatu keberhasilan seseorang memahami
hal-hal pokok dan penting tentang realitas dirinya, dari segi fisik maupun psikis,
serta hal- hal penting lain yang berkaitan dengan itu, sebagai landasan penting
bagi penentuan atau pengambilan sikap yang tepat dan benar terhadap diri sendiri (Gea, Wulandari, dan Babari, 2002).
Dalam kehidupan sehari- hari, tidak jarang terkadang seseorang merasa
bahwa dirinya “aneh” karena ia sulit untuk mendeskripsikan perasaannya
(marah, benci, kesal, bahagia, bingung, dan lain- lain) dan ia tidak mengerti
apa yang sesungguhnya ia inginkan. Kesulitan mendeskripsikan perasaan terjadi karena orang tersebut belum sepenuhnya mengenal dirinya sendiri
sehingga sulit baginya untuk mengungkapkan dirinya. Semakin berkurangnya
pengungkapan diri seseorang, semakin besar pula dampak yang ia dapat untuk
kehidupan sosialnya. Akibatnya orang tersebut menjadi sulit untuk berelasi
dengan orang lain, maka tidak mustahil dalam hidup ini pun manusia ingin selalu melihat diri, merefleksikan diri, menerima diri, dan mengerti diri lebih
dalam. Hal inilah yang disebut sebagai kekuatan dari kecerdasan
intrapersonal, dimana manusia perlu melatih diri untuk lebih sadar diri,
pikiran dan perasaannya. Kemampuan akan kesadaran diri dan ekspresi
perasaan yang berbeda akan membantu untuk menguasai dinamika perasaan itu (Suparno, 2002).
Memiliki kemampuan intrapersonal bagi setiap orang menjadi penting
menjalani kehidupan ini, salah satunya untuk menjalin hubungan atau relasi
dengan orang lain. Dengan mengenali diri seseorang dapat dengan mudah
mengekspresikan dirinya, mengungkapkan diri, dan mengenali setiap hal yang
dirasakannya. Jika semua kemampuan itu tidak ia miliki maka akan sulit
baginya untuk bisa memahami dirinya, apalagi jika harus memahami orang lain.
Sebagai manusia yang berada pada rentangan usia dewasa dini,
mahasiswa perlu memiliki kemampuan intrapersonal agar bisa lebih mengenal
dirinya sehingga dikemudian hari dapat memutuskan hal-hal penting dalam
hidupnya yang berkaitan dengan pekerjaan atau memilih pasangan hidup. Terlebih lagi jika pekerjaan yang akan diembannya nanti menuntut
kemampuan dalam berelasi dengan orang lain. Mahasiswa program studi
Bimbingan Konseling perlu memiliki kemampuan dalam berelasi dengan
orang lain, maka sebelum dia bisa memahami diri orang lain alangkah lebih
baik jika dia mengenal dan memahami dirinya sendiri terlebih dahulu.
Kecerdasan intrapersonal sangat penting untuk mencapai
perkembangan diri sebagai manusia menjadi pribadi yang optimal dengan
mengenali dan memahami dirinya lebih dalam untuk kemudian dapat
memahami orang lain. Penelitian ini ingin memperoleh gambaran mengenai
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga
program studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007?
2. Kegiatan yang bagaimana yang dapat meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan
Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Tahun Ajaran 2006/2007?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan
Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Tahun Ajaran 2006/2007.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal
yang dimilikinya, sehingga dapat terus meningkatkan kecerdasan intrapersonal yang dimilikinya.
b. Mahasiswa dapat membuat suatu wadah sebagai tempat penyaluran
sehingga dapat bermanfaat untuk memperkuat atau mengembangkan
kecerdasan intrapersonal.
2. Peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengungkap kecerdasan
intrapersonal mahasiswa semester tiga Bimbingan Konseling Tahun Ajaran 2006/2007.
3. Peneliti Lain
Untuk menjadi sumber inspirasi dan bahan pembanding apabila
ingin mengembangkan penelitian ini.
4. Program studi
a. Menjadi bahan pertimbangan untuk membuat kegiatan-kegiatan yang
dapat memperkuat dan mengembangkan kemampuan interpersonal
yang dimiliki oleh mahasiswa.
b. Bersama dengan mahasiswa dapat membuat suatu wadah sebagai
penyaluran kegiatan dan bimbingan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat pembelajaran bagi mahasiswa.
E. Definisi Operasional
1. Deskripsi adalah melukiskan, memaparkan dan menerangkan pengamatan
yang telah dilakukan.
2. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang dalam memahami
kelemahan diri serta inteligensi yang dimilikinya untuk kemudian
memahami orang lain.
3. Mahasiswa semester tiga adalah mahasiswa semester tiga yang sedang
menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007.
4. Usulan kegiatan bimbingan adalah rancangan kegiatan yang dibuat untuk
membantu mahasiswa melakukan tranformasi diri kearah yang lebih baik
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini disajikan hasil kajian pustaka mengenai beberapa hal yang
dapat menjelaskan topik penelitian dan kiranya berguna pula untuk memahami
keseluruhan isi, yaitu: kecerdasan intrapersonal, kegiatan bimbingan, dan kegiatan
bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa.
A. Kecerdasan Intrapers onal
1. Arti Kecerdasan Intrapersonal
Menurut Armstrong (2002) orang yang memiliki kecerdasan
intrapersonal adalah individu yang mampu untuk mengalami berbagai gairah,
sema ngat dan spontanitas, mampu bersikap tegas, memiliki harga diri dan
mengakuinya, mampu meredakan perasaan sakit pada diri sendiri, memiliki
suatu yang diperlukan untuk mempertahankan niat dalam pekerjaan dan relasi,
mampu berkreasi dan berelasi secara dekat, mampu untuk menyendiri.
Menurut Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson (2002)
kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk memahami diri
sendiri dan orang lain, memikirkan, merencanakan, dan memecahkan
beberapa masalah dalam kehidupan seseorang.
Menurut Gardner kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan
kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu
pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model itu sebagai alat untuk
menempuh kehidupan secara efektif (Goleman, 2004: 52).
Menurut Mayer dan Salvey (Young, 1996) kecerdasan intrapersonal
meliputi kemampuan untuk memberi nama kepada perasaan secara pas,
menilai dan mengungkapkan emosi (perasaan yang dominan seperti gembira),
menggerakkan perasaan (keadaan batin ketika menghadapi sesuatu), serta
mampu untuk mengatur emosi guna mengembangkan pertumbuhan emosional
dan intelektual. Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang
dipelajari. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk membentuk
model/pola (teladan) dan gambaran diri sendiri yang teliti. Kemampuan untuk
membentuk model/pola (teladan) ini mengarah ke dalam diri seseorang.
Dengan kemampuan itu akan didapat pemahaman yang tepat mengenai
pengalaman serta cara bagaimana mengelola emosi tersebut. Kecerdasan
intrapersonal merupakan kemampuan untuk menggunakan model tersebut
sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif guna mencapai
kematangan hidup dan kebahagiaan untuk waktu jangka panjang.
Kecerdasan intrapersonal berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk tanggap terhadap perasaan yang ada dalam dirinya. Orang yang
memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik akan memiliki kemampuan
untuk mengenal baik kekuatan-kekuatan maupun kele mahan yang ada dalam
kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam dirinya, lalu
mengusahakan terus menerus untuk memperbaiki diri (Gardner, 2003).
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang bersifat
pribadi untuk mengenal dunia dalam diri sendiri. Kemampuan untuk
mengenal dunia sendiri itu meliputi kesadaran diri, pengaturan diri dan
motivasi diri. Dengan memiliki tiga kemampuan tersebut, maka kita dapat
menyelami dunia pribadi kita untuk lebih mengenal diri sendiri secara lebih
mendalam (Goleman dalam Nggermanto, 2005).
Menurut Gardner (2003) kecerdasan intrapersonal merupakan
pengetahuan mengenai diri sendiri dimana seseorang merasa hidup dari diri
sendiri, memiliki rentang emosi sendiri, kemampuan untuk mengetahui
perbedaan di antara emosi-emosi tersebut dan pada akhirnya memberi label
atau nama pada emosi tersebut dan menggunakannya sebagai cara untuk
memahami diri dan menjadi pedoman dalam bertingkah laku. Seseorang yang
memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik mempunyai model yang hidup
efektif dari dirinya sendiri.
Dunia intrapersonal menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita,
seberapa puas kita terhadap diri sendiri dan prestasi kita dalam hidup. Sukses
dalam me ndalami aspek ini maka kita bisa mengungkapkan perasan kita, bisa
hidup dan bekerja secara mandiri, tegar, dan memiliki kepercayaan diri dalam
Menurut Thordike dalam Young (1996) kecerdasan intrapersonal
adalah kemampuan seseorang untuk mengenali batinnya sendiri. Ia tanggap
dengan perasaan yang muncul dalam dirinya, gemar untuk melakukan refleksi
dan evaluasi diri, serta mau mencoba memperbaiki diri setiap saat. Mereka
yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi adalah mereka yang
memiliki kemampuan matang dalam kepribadian dan memiliki kemantapan
dalam menghadapi kehidupan ini.
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak adaptif
berdasarkan pengenalan diri itu. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan
diri termasuk dalam kecerdasan intrapersonal, dimana orang memiliki
kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan
untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya, dapat
mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang (Suparno,
2004)
Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson (2002)
mengatakan bahwa di dalam hati kita yang paling dalam terdapat
kemampuan-kemampuan yang dapat kita gunakan untuk memikirkan
rencana-rencana, mencari pemecahan dalam setiap persoalan. Dalam lubuk hati juga
terdapat suatu kemampuan seperti: motivasi, penentuan keputusan, etika,
berasal dari lubuk hati kita, amatlah sukar bagi kita untuk mengembangkan
produktivitas secara penuh.
Setelah melihat beberapa pengertian di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang
dalam memahami dirinya dan orang lain baik itu menyangkut perasaannya,
kekuatan dan kelemahannya, serta inteligensi yang dimilikinya.
2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah suatu kemampuan yang tidak dibawa
sejak lahir melainkan sesuatu yang dapat dipelajari. Supaya dapat
mempelajarinya, diperlukan kemampuan untuk memahami aspek-aspek
kecerdasan intrapersonal terlebih dahulu. Gardner (2003) menyebutkan
aspek-aspek kecerdasan intrapersonal sebagai berikut:
a. Hidup dari Dirinya Sendiri
Seseorang dengan kemampuan untuk merasa hidup dari diri sendiri akan
dapat menikmati dan menjalani hidup dengan efektif. Kemampuan yang
dimiliki akan dapat mengantar mereka pada suatu tujuan yang
memberikan kehidupan yang cerah. Dalam relasinya dangan orang lain,
mereka akan mampu untuk memberikan warna kegembiraan dan menjadi
sumber inspirasi bagi orang lain juga. Seseorang yang hidup dari dirinya
sendiri mampu menjalani hidup dengan kebebasan batin yang tinggi.
pengalaman yang terjadi dalam dirinya. Keadaan dari luar dirinya tidak
memberi pengaruh besar dalam dirinya. Sebagai akibat dari pengalaman
itu, maka mereka akan dapat memusatkan perhatian pada apa yang ingin
diraihnya.
b. Memilah- milah Emosi Sendiri
Seseorang yang dapat memiliki kemampuan untuk memilah- milah
emosinya sendiri mampu untuk tetap tegar dan tegas terhadap segala
macam kesulitan yang dihadapi. Biasanya individu yang demikian tidak
mudah terpengaruh dengan perasaan yang dirasakannya, akibat dari sikap
yang demikian, mereka akan tetap dapat melaksanakan tugas yang harus
mereka jalani meskipun ada pengalaman yang mungkin bagi orang lain
dapat menjadikan dirinya kalut. Bagi orang-orang yang mampu
memilah-milah emosinya sendiri, akan tetap mampu mengarahkan perhatian kepada
sasaran yang mereka tuju.
c. Memberi Nama pada Emosi-emosi yang Muncul dan Menjadikannya
sebagai Pedoman Tingkah lakunya.
Ada kalanya seseorang mengalami peristiwa dalam kehidupan secara
beruntun dan menguras energi. Bagi orang yang memiliki kemampuan
untuk memberi nama pada setiap perasaan yang muncul, mereka memiliki
kesanggupan untuk memberi nama pada setiap perasaan.
Perasaan-perasaan itu memberikan warna dalam pengungkapan dirinya. Bahkan
sehari- hari. Perasaan itu memungkinkan dia untuk mengerjakan pekerjaan
dengan penuh semangat tanpa dipengaruhi oleh orang lain di sekitarnya.
Dalam hal ini orang lain tidak mendominasi dari apa yang sedang ia
kerjakan.
Menurut Stein dan Book (2002), aspek-aspek kecerdasan intrapersonal
adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran Diri Emosional
Kesadaran diri emosional adalah kemampuan untuk mengenal dan
memilah- milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan
mengapa hal itu kita rasakan, serta mengetahui penyebab munculnya
perasaan-perasaan tersebut. Kesadaran diri emosional adalah fondasi
tempat dibangunnya hampir semua unsur kecerdasan emosional, sebagai
langkah awal yang penting untuk menjelajahi dan memahami diri kita,
serta untuk berubah kearah yang lebih baik, intinya adalah kenali emosi
diri. Sudah terlihat jelas kalau kita tidak mungkin bisa mengendalikan
sesuatu yang tidak kita kenal. Orang yang memiliki kesadaran diri yang
kuat dapat mengetahui saat-saat dimana mereka merasa kurang
bersemangat, mudah kesal, sedih, ataupun bergairah, dan menyadari
bagaimana berbagai perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka
sehingga menyebabkan orang lain menjauhi mereka. Kemampuan
membuat orang tersebut mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi
membuat diri mereka dijauhi orang lain.
b. Sikap Asertif
Sikap asertif diartikan sebagai ketegasan, keberanian menyatakan
pendapat. Kemampuan menyampaikan pendapat ini meliputi tiga hal
penting, yaitu : (1) kemampuan mengungkapkan perasaan, misalnya untuk
menerima dan mengungkapkan rasa marah, hangat, dan seksual; (2)
kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka; (3)
kemampuan untuk mempertahankan hak- hak pribadi. Orang yang asertif
bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu,
mereka bisa mengungkapkan perasaannya (biasanya secara langsung)
tanpa bertindak agresif maupun melecehkan. Aspek sikap asertif terdiri
dari:
1). Kemampuan mengungkapkan perasaan
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995) orang yang mengungkapkankan
perasaannya mampu :
a). Menyebut nama emosi yang dirasakan.
b). Mendeskripsikan perasaannya dengan kiasan perasaan.
c). Menunjukkan lewat tindakan yang ingin dilakukan terdorong oleh
perasaan yang sedang dialami.
2). Kemampuan mempertahankan keyakinan atau pemikirannya
Orang yang mempertahankan keyakinan atau pemikirannya mampu:
a). Menyuarakan pendapat.
b). Menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas.
c). Rela mengorbankan sesuatu hal.
3). Kemampuan mempertahankan hak- hak pribadi
Orang yang mempertahankan hak- hak pribadinya mampu :
a). Untuk tidak membiarkan orang lain mengganggunya.
b). Untuk tidak mudah dimanfaatkan orang lain.
c. Kemandirian
Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan
mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak
merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Orang yang mandiri
mampu mengendalikan setiap emosi yang dirasakannya, tahu bagaimana
harus bersikap dan bertindak dalam setiap situasi tertentu. Orang yang
mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat
keputusan-keputusan penting. Namun mereka juga dapat meminta dan
mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum akhirnya membuat
keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri. Meminta pendapat orang lain
jangan selalu dianggap sebagai pertanda ketergantungan, karena orang
yang mandiri selalu mempertanggungjawabkan apa yang menjadi
diambilnya salah. Orang yang mandiri mampu bekerja sendiri, mereka
tidak mau bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan
emosional mereka. Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat
kepercayaan diri dan kekuatan batin seseorang, serta keinginan untuk
memenuhi harapan dan kewajiban tanpa diperbudak oleh harapan dan
kewajiban itu sendiri. Aspek kemandirian terdiri dari :
1). Mampu mengendalikan emosi
Gea, Wulandari dan Babari (2002) mengatakan bahwa orang yang
dapat mengendalikan dirinya mampu :
a). Untuk tidak membiarkan diri diatur atau dikendalikan oleh naluri,
keinginan dan desakan-desakan yang tak terkontrol dari dalam
dirinya sendiri.
b). Mengendalikan diri dengan ratio, akal sehat dan suara hati.
2). Bersikap mandiri
Menurut Gea, Wulandari dan Babari (2002) orang yang mandiri
mampu :
a). Percaya pada diri sendiri.
b). Bekerja sendiri.
c). Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya.
d). Menghargai waktu.
3). Mampu merencanakan dan membuat keputusan penting
Orang yang dapat merencanakan dan membuat keputusan penting
mampu:
a). Percaya pada kemampuannya.
b). Memiliki sikap mandiri atau tidak tergantung pada orang lain.
c). Mampu bertanggung jawab terhadap tugasnya.
d. Penghargaan Diri
Penghargaan diri diartikan sebagai kemampuan untuk menghormati dan
menerima diri sendiri sebagai pribadi ya ng pada dasarnya baik.
Menghormati diri sendiri adalah menyukai diri sendiri apa adanya.
Kemampuan untuk mensyukuri berbagai hal baik itu yang positif maupun
yang negatif yang ada pada diri dan tetap menyukai diri sendiri itu yang
dinamakan sebagai penghargaan diri. Memahami kelebihan dan
kekurangannya dan akan menyukai dirinya apa adanya dengan segala
kekurangan dan kelebihan merupakan inti dari penerimaan diri. Bila
seseorang menerima dirinya maka ia akan merasa aman, memiliki
kekuatan batin, rasa percaya diri, dan rasa sanggup untuk hidup mandiri.
Kepercayaan diri yang kuat juga memegang peranan penting dalam
penerimaan diri. Perasaan yakin pada diri sendiri itu ditentukan oleh
adanya rasa hormat pada diri dan harga diri, yang tumbuh akibat
memiliki penghargaan diri yang bagus. Aspek penghargaan diri terdiri
dari:
1). Penerimaan diri
Gea, Wulandari dan Babari (2002) mengatakan orang yang menerima
diri mampu:
a). Menghormati diri sendiri sebagai pribadi.
b). Menyukai diri apa adanya.
c). Mensyukuri segala kelebihan dan kekurangannya.
d). Percaya pada kemampuannya.
e). Membangun sikap positif terhadap diri sendiri.
f). Menerima keberadan orang lain.
2). Percaya diri
Orang yang percaya diri mampu :
a). Yakin pada diri sendiri.
b). Memiliki kesadaran diri yang baik.
c). Merasa puas dengan dirinya sendiri.
e. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri diartikan sebagai kemampuan dalam mewujudkan segala
kemampuan kita yang potensial. Hal ini diwujudkan dengan ikut serta
dalam perjuangan untuk meraih kehidupan yang bermakna, kaya dan utuh.
Berjuang mewujudkan potensi yang ada dalam diri berarti
bermakna, dapat juga diartikan sebagai perjuangan seumur hidup dan
kebulatan tekad untuk meraih sasaran jangka panjang. Untuk mewujudkan
potensi-potensi diri itu seseorang perlu memiliki motivasi untuk
mengembangkan dirinya, mau memperjuangkan apa yang menjadi
tujuan-tujuan hidupnya, serta memiliki inisiatif dalam menjalani hidupnya.
Aktualisasi diri merupakan proses perjuangan berkesinambungan yang
dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat kita
secara maksimal, dan berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk
memperbaiki diri secara menyeluruh. Kegairahan terhadap bidang yang
kita minati akan menambah semangat dan motivasi untuk terus menupuk
minat itu. Aktualisasi diri merupakan bagian dari rasa kepuasan diri.
Aspek aktualisasi diri terdiri dari :
1). Memiliki motivasi untuk berkembang
Orang yang punya motivasi mampu :
a). Untuk sadar akan kebutuhannya, keinginan dan harapan-harapan.
b). Mengembangkan bakat dan kemampuannya secara maksimal.
c). Berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri
secara menyeluruh.
2). Mampu memperjuangkan tujuan hidupnya
Orang yang memperjuangkan tujuan hidupnya mampu :
b). Mengembangkan aneka kegiatan yang menyenangkan dan
bermakna.
c). Berjuang untuk meraih cita-cita yang menjadi sasaran jangka
panjang.
3). Memiliki inisiatif
Orang yang memiliki inisiatif mampu:
a). Mema nfaatkan peluang untuk memajukan diri.
b). Mengejar sasaran yang menjadi harapannya.
c). Berani mengajak orang lain untuk bekerjasama mengha silkan
sesuatu yang lebih baik/berguna.
d). Berani melanggar batas-batas aturan yang tidak prinsip apabila
perlu agar tugasnya dapat dilaksanakan.
Goleman (2004) menyebutkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal
sebagai berikut:
a. Menyadari dan Mengenali Emosinya Sendiri
Kemampuan mengenali emosi adalah kemampuan seseorang dalam
mengenali emosinya sewaktu perasaan/emosinya itu muncul,
mengidentifikasi dan menamai emosi-emosi yang sedang timbul. Ini
sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan intrapersona l. Seseorang
mampu mengenali peraaaan/emosinya sendiri apabila ia memiliki
kepekaan yang tajam atas perasaan/emosinya yang sesungguhnya dan
yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti: memilih
sekolah, sahabat, pekerjaan sampai kepada memilih pasangan hidup.
Kemampuan ini membuat orang menjadi mandiri, percaya diri, kesehatan
jiwanya baik, dan cenderung berpendapat dan memandang positif
kehidupan. Apabila suasana hatinya sedang buruk, dia tidak risau dan
tidak larut di dalamnya serta mampu melepaskan diri dari suasana itu
dengan lebih cepat.
b. Mengelola Emosi
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk menghadapi
keadaan emosional, untuk mengatur kehidupan secara hati- hati dan cerdas,
dan untuk mengendalikan tindakan emosional yang berlebihan. Tujuan
dari penguasaan emosi adalah keseimbangan emosi, bukan menekan
emosi karena setiap emosi mempunyai nilai dan makna. Pengendalian
emosi merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Intinya, bukan
menjauhi perasaan yang tidak menyenangkan dengan selalu bahagia,
namun tidak membiarkan perasaan menderita berlangsung secara tidak
terkendali sehingga menghapus semua suasana hati yang menyenangkan.
Kemampuan mengelola emosi juga meliputi kemampuan mengendalikan
dorongan hati, menjaga kondisi emosi sehingga tidak sebegitu
mempengaruhi pikiran, berpikir positif, serta memiliki sikap optimis.
Kegembiraan dan kesedihan yang dialami tidak melumpuhkan
antara apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan dan kemampuan
menghadapi segala keadaan dengan pikiran positif dan tetap optimis saat
mengalami kegagalan, adalah termasuk inti dari kecerdasan intrapersonal.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat
kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Dalam hal ini terkandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi,
sehingga orangnya memiliki kekuatan, semangat untuk melakukan
aktivitas tertentu, misalnya: belajar, bekerja, menolong orang lain, dan
sebagainya. Orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri akan lebih
berhasil dalam kehidupannya dibandingkan dengan orang yang menunggu
orang lain untuk memperhatikan dirinya. Ciri ini juga meliputi ketahanan
dalam menghadapi frustasi dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuannya berpikir. Tetap bertahan pada tujuan
semula dalam keadaan apapun merupakan inti dari aspek kecerdasan
intrapersonal.
Ketiga pendapat ahli yang telah dikemukakan diatas menjabarkan
masing aspek dengan bahasa yang berbeda, akan tetapi
masing-masing menunjukkan maksud yang sama dari kecerdasan intrapersonal yaitu
individu perlu memiliki kesadaran untuk menyadari setiap emosinya, tahu
3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal
Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik akan dapat
memetik manfaatnya, yaitu:
a. Menjadikan Hidup Bahagia
Semakin baik kecerdasan intrapersonal yang dimiliki oleh seseorang
semakin luas orang itu dapat meraih kebahagiaan dalam hidupnya.
Kebahagiaan adalah hasil yang menunjukkan derajat kecerdasan dan
kinerja emosional dalam diri seseorang (Stein dan Book, 2002). Orang
akan merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja maupun pada saat
memiliki waktu luang. Ia dapat menikmati hidupnya penuh dengan rasa
syukur berdasarkan setiap pengalaman hidup yang telah ditempuhnya
karena semua itu merupakan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang
sebagai diri sejati dari interaksi dengan lingkungan dan orang tertentu.
Diri sejati merupakan sumber kreativitas batin, vitalitas, spontanitas, dan
kesejahteran emosi seseorang (Armstrong, 2002). Orang dengan
kecerdasan intrapersonal rendah dapat dengan mudah menderita depresi,
cenderung merasa cemas, merasa tak pasti akan masa depannya, menarik
diri dari pergaulan, kurang semangat, merasa bersalah, tidak puas atas
kehidupan yang dialaminya, mereka merasa tidak sejahtera secara
emosional. Sebaliknya bagi orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal
yang tinggi memandang hidup sebagai kesempatan untuk
bersama dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Jika seseorang
berhasil mengembangkan dirinya maka ia akan memperoleh kebahagiaan
baik bagi dirinya maupun bagi orang disekitarnya.
b. Menjadikan Hidup lebih Produktif
Hidup orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi diwarnai
oleh produktivitas. Orang yang produktif akan mampu meningkatkan
potensi-potensinya sehingga bisa berkembang secara lebih utuh. Orang
yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi mampu
berkonsentrasi dengan baik (Suparno, 2004). Konsentrasi diri yang baik
dapat menunjang produktifitas kerja seseorang. Seseorang yang memiliki
kecerdasan intrapersonal akan mampu mendaftar sasaran tertentu dan
mengarahkan emosinya untuk mencapai sasaran tersebut (Armstrong,
2002). Produktivitas kerja seseorang dapat diukur dari tujuan atau sasaran
yang ditetapkannya. Dalam menentukan sasaran, ia akan memilih sasaran
yang dapat dicapai. Dengan memilih sasaran pada tingkat kesulitan yang
dapat diatasi, ia dapat menjamin bahwa ia akan dapat mengatasi kesulitan
yang dihadapinya dan dapat mencapai sasaran yang ia tentukan. Di
samping itu ia juga akan memilih sasaran yang pantas diharapkan,
maksudnya tidak mustahil untuk diraihnya. Jika seseorang berhasil
mengembangkan kapasitas sasarannya secara optimal, maka ia akan
B. Kegiatan Bimbingan 1. Bimbingan
Bimbingan membantu individu mencapai suatu kehidupan yang lebih
bermakna dan memberikan kepuasan pribadi dan bermakna bagi masyarakat
(Sukardi, 1988). Menurut Prayitno dan Amti (2004) bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan merupakan suatu proses yang terus menerus dalam
membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara
maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya (Stoops dan Walquist
dalam Surya, 1988).
Pelayanan bimbingan dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah
kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan sejalan dengan program
yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait.
Kegiatan bimbingan yang disusun untuk periode waktu tertentu,
menjadi pegangan bagi pelaksana bimbingan dalam memberikan layanan
pelaksana bimbingan untuk mengadakan penilaian atau evaluasi terhadap
pencapaian tujuan pelayanan kegiatan bimbingan.
Sebuah program atau kegiatan bimbingan harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan permasalahan orang yang akan dilayani. Prayitno, dkk (1997)
mengemukakan syarat-syarat yang hendaknya diperhatikan dalam menyusun
suatu program kegiatan bimbingan sebagai berikut:
a. Berdasarkan masalah binimbing, sesuai dengan kondisi pribadinya serta
tugas-tugas perkembangannya.
b. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi
semua jenis layanan, dan kegiatan pendukung, serta menjamin
dipenuhinya prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan.
c. Sistematis, dalam arti program kegiatan disusun menurut urutan logis,
tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu.
d. Terbuka dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk
mengembangkan dan menyempurnakan program tanpa harus merombak
program itu secara menyeluruh.
e. Memungkinkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait.
f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian lebih lanjut untuk
penyempurnaan program.
Program kegiatan bimbingan yang disusun kemungkinan akan selalu
terdapat kelemahan-kelemahan dalam program tersebut, maka program
kegiatan bimbingan dapat diubah dalam periode selanjutnya.
Kegiatan bimbingan merupakan suatu kegiatan yang berkelanjutan,
bukan merupakan kegiatan yang dilakukan secara kebetulan. Kegiatan
bimbingan membantu dan mengarahkan individu ke arah suatu tujuan yang
sesuai dengan potensinya secara optimal. Yang menentukan pilihan dalam
pemecahan masalah adalah individu sendiri, sedangkan pembimbing hanya
membantu. Jadi, proses bimbingan merupakan kegiatan yang bersifat
kerjasama secara demokratis dan tidak otoriter dari pihak pembimbing.
2. Bagian-bagian dalam Kegiatan Bimbingan
Kegiatan bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk bimbingan
individual maupun bimbingan kelompok. Kegiatan bimbingan individual
dilakukan bila yang dilayani hanya satu orang, bilamana yang dilayani lebih
dari satu orang maka disebut bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok
dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan kegiatan
bimbingan yang telah dirancang untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal.
Kegiatan bimbingan terdiri dari tiga bagian utama yaitu: pembukaan,
inti, dan penutup. Untuk mengawali sebuah kegiatan biasanya dibuka dengan
memberikan pengantar berupa penjelasan tujuan diadakannya kegiatan, tata
membantu para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk
dengan fasilitator. Hal ini bertujuan agar para peserta tidak merasa asing satu
sama lain, sehingga dapat berkomunikasi dan bersedia bekerjasama selama
kegiatan berlangsung. Apabila para peserta sudah saling mengenal satu sama
lain, maka dapat digunakan metode pemanasan sebagai acara pengganti
perkenalan. Pemanasan bertujuan membangkitkan perhatian dan minat peserta
terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan, membuat mereka untuk mulai
terlibat dalam kegiatan, dan melepaskan beban mental yang menghambat
keikutsertan mereka dalam kegiatan. Bentuk kegiatan perkenalan dan
pemanasan dapat disesuaikan dengan keadaan peserta dan tujuan kegiatan
(Hardjana, 2001).
Bagian inti merupakan bagian yang digunakan untuk menyampaikan
materi kegiatan yang dibagi dalam beberapa sesi. Menurut Hardjana (2001),
metode yang dapat digunakan dalam penyampaian materi kegiatan ada empat,
yaitu:
a. Metode informatif merupakan metode yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, penjelasan, data, fakta dan pemikiran. Bentuknya dapat berupa pengajaran atau kuliah (lecture), bacaan terarah (directed reading). Ataupun diskusi panel (panel discussion).
b. Metode partisipatif digunakan untuk melibatkan peserta dalam pengolahan materi kegiatan. Bentuknya dapat berupa pernyataan (statement), curah pendapat (brainstorming), audio-visual (audio visual), diskusi kelompok (group discussion), kelompok bincang-bincang (buzz group), forum (forum), kuis (quiz), studi kasus (case study), peristiwa (incident), atau peragaan peran (role play).
diolah dalam kegiatan. Bentuknya dapat berupa pertemuan (meeting), latihan simulasi (simulation exercise), atau demonstrasi (demonstration). d. Metode eksperensial adalah metode yang memungkinkan peserta untuk
ikut terlibat dalam kegiatan untuk “belajar sesuatu” daripadanya. Bentuknya dapat berupa ungkapan kreatif (creative ekspression), penugasan (assignment installment), lokakarya (workshop), kerja proyek (work project), tinggal di tempat (field placement), hidup di tempat (live in), permainan manajemen (management game), atau latihan kepekaan (laboratory atau sensitivity training).
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan sebaiknya:
a. Berpusat pada peserta, bukan pada materi atau isi kegiatan.
b. Pengolahan materi menyangkut pengolahan secara keseluruhan dan bukan
dibatasi pada salah satu seginya saja.
c. Pengalaman dan pengetahuan para peserta didayagunakan dan
diintegrasikan ke dalam pengolahan kegiatan.
Menurut Hardjana (2001), dari keempat metode yang telah diuraikan
di atas, metode eksperensial merupakan metode utama. Metode- metode lain
hanya digunakan pada bagian-bagian tertentu, seperti misalnya penggunaan
metode informatif untuk memberikan pemahaman tentang kegiatan yang
dilaksanakan, penggunaan metode partisipatif untuk pengolahan dalam
kelompok kecil (diskusi kelompok), dan metode partisipatif-eksprensial untuk
kegiatan yang melibatkan peserta dan memberi kesempatan kepada mereka
untuk mengalami kegiatan yang dilaksanakan.
Selain kegiatan-kegiatan pemanasan, perkenalan, dan pengolahan
materi, dapat pula diadakan permainan (game) dalam kegiatan. Seperti yang
mendatangkan kesegaran dan memulihkan minat, semangat, dan tenaga.
Bentuknyapun dapat berupa permainan di dalam gedung (indoors games)
maupun di luar gedung (outdoors games). Jenis permainan ya ng
bermacam-macam harus dapat melibatkan peserta kegiatan secara perorangan, kelompok
kecil, kelomok besar, atau bahkan seluruh peserta. Permainan hendaknya
tidak merupakan kegiatan tersendiri dan terlepas dari sesi sebelum atau
sesudahnya. Sebab jika diadakan secara tersendiri, permainan dapat
mengganggu atau mengalihkan perhatian peserta dari tujuan tiap sesi atau
bahkan seluruh kegiatan. Secara nyata permaianan dapat dipergunakan
sebagai “gong” untuk menutup atau mengawali suatu sesi supaya peserta
terlibat secara penuh dan memahami materi acara yang akan mereka ikuti
lebih mendalam. Oleh karena itu, sesudah permainan dilaksanakan maka
harus diadakan penjelasan tentang makna permainan dan kaitannya dengan
sesi yang sudah atau akan dilaksanakan (Hardjana, 2001).
Menurut Hardjana (2001) hal- hal yang terdapat dalam bagian penutup
adalah kesimpulan kegiatan dan evaluasi. Kesimpulan merupakan uraian
singkat tentang seluruh kegiatan, terkait dengan setiap sesi dalam kegiatan
yang telah diolah bersama, kemungkinan-kemungkinan follow-up, serta
harapan-harapan terhadap peserta. Bentuk uraian dalam menarik kesimpulan
adalah informatif. Kesimpulan merupakan “gong” keseluruhan kegiatan dan
bekal bagi para peserta. Dalam kesimpulan diuraikan semua materi yang telah
pengolahannya, tujuan masing- masing sesi dan keseluruhan rangkaian sesi,
ringkasan seluruh hasil kegiatan yang yang dicapai, dan follow- up yang
sebaiknya dilakukan oleh peserta. Kesimpulan perlu disiapkan dengan baik
dan dipresentasikan dengan mantap dan penuh motivasi.
Evaluasi merupakan metode untuk mengumpulkan bahan yang akan
dianalisis dan disimpulkan guna melihat segala sesuatu yang terjadi dalam
training dan pengaruhnya bagi peserta dalam perluasan pengetahuan,
pembentukan sikap, perubahan perilaku, peningkatan kecakapan dan
keterampilan. Bentuk evaluasi dapat berupa pertanyaan-pertanyaan reflektif
yang perlu dijawab oleh peserta baik secara lisan maupun tulisan.
3. Hal-hal yang pe rlu diperhatikan dalam Menyusun Kegiatan Bimbingan Penyusunan rancangan kegiatan bimbingan harus memperhatikan
pihak-pihak yang akan terlibat dalam kegiatan (peserta, penyelenggara, dan
fasilitator), tujuan yang akan dicapai, materi yang akan diolah, metode dan
peralatan yang hendak dipakai, tempat pelaksanaan, jadwal kegiatan untuk
setiap sesi atau secara keseluruhan. Semuanya itu diatur secara efisien, lancar
dan efektif untuk mencapai tujuan diadakannya kegiatan.
Pada saat menyusun rancangan kegiatan, hal- hal yang perlu
dipertimbangkan adalah kebutuhan, tujuan, materi, metode-strategi-teknik,
34). Di bawah ini akan diuraikan hal- hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan kegiatan menurut Hardjana (2001):
a. Kebutuhan Kegiatan
Kebutuhan kegiatan adalah kekurangan dalam bidang pengetahuan, sikap,
perilaku, kecakapan, dan keterampilan pada peserta yang hendak dipenuhi
melalui kegiatan. Kebutuhan kegiatan dapat diketahui dari kuesioner yang
diedarkan.
b. Tujuan Kegiatan
Kegiatan terdiri dari serangkaian sesi yang disusun untuk mencapai tujuan
kegiatan. Oleh karena itu, setiap sesi mempunyai tujuan tersendiri.
Melalui pencapaian tujuan tiap sesi itu, maka diharapkan tujuan seluruh
kegiatan dapat tercapai. Dengan demikian, dalam kegiatan bimbingan
dibuat tujuan untuk setiap sesi dan tujuan kegiatan bimbingan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, penetapan tujuan sebaiknya menganut
prinsip SMART yaitu:
S = Specific, yang berarti khusus, terbatas dan jelas.
M = Measurable, yang berarti dapat diukur secara kuantitatif.
A = Achievable, yang berarti dapat dicapai oleh peserta, fasilitator,
penyelenggara, berdasarkan waktu, tempat dan fasilitas yang
tersedia.
R = Realistic, berarti memenuhi kebutuhan kegiatan yang sebenarnya,
T = Timebound, yang berarti waktu pencapaian tujuan, dibatasi misalnya
3 hari, 2 minggu, 1 bulan, atau 2 tahun.
c. Materi Kegiatan
Materi kegiatan adalah bahan, topik, atau hal yang dibicarakan dan diolah
dalam kegiatan bimbingan. Materi umum yang dapat diolah dalam
kegiatan dapat dibagi menjadi tiga bidang, yaitu pribadi-sosial,
akademik/belajar, serta karier. Dari hasil analisis kuesioner yang diberikan
pada peserta, kita dapat mengetahui materi yang sesuai bagi mereka.
d. Metode, Strategi, dan Teknik Kegiatan
Metode, strategi, dan teknik ditetapkan berdasarkan tujuan kegiatan. Hal
ini berlaku untuk seluruh kegiatan maupun masing- masing sesi. Strategi
adalah cara penggunaan metode yang dipilih dan dirancang khusus agar
tujuan kegiatan tercapai, baik secara keseluruhan maupun per sesi. Agar
pelaksanaan kegiatan dapat berhasil, metode harus betul-betul dikuasai
sehingga dapat dilaksanakan dengan lancar, inovatif, dan dinamis. Cara
melaksanakan suatu metode disebut teknik. Kemampuan dalam teknik
tersebut dapat membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan.
e. Susunan dan Jadwal Sesi dalam Kegiatan Bimbingan
Susunan sesi dibuat berdasarkan seluruh kegiatan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun sesi, yaitu:
diperhatikan agar sesi dalam seluruh kegiatan arahnya jelas, dan tidak terpisahkan satu dengan yang lain.
2) Jarak, yaitu tenggang waktu antara satu sesi dengan sesi lain. Artinya antara sesi satu denga n acara lain tidak berdesak-desakan atau dijejal-jejalkan sehingga menciptakan suasana kegiatan yang padat. Oleh karena itu antara dua sesi perlu diberi jeda yang cukup, misalnya untuk minim atau snack, makan, atau waktu kosong.
3) Nada, yaitu tekanan pada masing- masing sesi. Untuk kelancaran dan efektivitas seluruh kegiatan, maka masing- masing sesi diberi tekanan yang berbeda. Ada sesi berat, ringan, dan ada yang sedang. Demikian juga tekanan pada pelaksanaan masing- masing sesi dibuat tidak sama. Kadang tekanan pada metode, kadang pada isi, kadang pada follow-up, dan sebagainya.
4) Warna, yaitu suasana kegiatan. Agar tidak menjemukan, penyampaian tiap sesi dan bagian-bagiannya diberikan dalam suasana yang bervariasi antara suasana yang serius dan santai.
5) Jalinan, yaitu jalannya seluruh kegiatan dan hubungan sesi yang satu dengan sesi yang lain. Jalinan itu dibuat kadang menyentak, kadang halus, kadang mendadak, kadang dengan persiapan, kadang terpotong-potong, kadang berhubungan erat. Jadi hubungan antara sesitidak terus menerus halus atau seluruhnya kasar tetapi bervariasi.
Jadwal kegiatan bimbingan disusun berdasarkan kelima prinsip seperti yang telah diuraikan di atas.
f. Petugas yang Bertanggungjawab dan Perlengkapannya
Setelah menyusun sesi per sesi dengan baik dan jadwal yang telah
tersusun rapi, maka dapat diatur petugas/fasilitator yang bertanggung
jawab atas pelaksanaannya. Hal ini berlaku jika fasilitator tidak bekerja sendiri, melainkan dengan fasilitator lain yang bekerja dalam satu tim,
yang didalamnya terdapat pembagian tanggungjawab. Oleh karena itu
masing- masing fasilitator dapat menyiapkan sesi dengan baik dan dalam
pelaksanaannya sehingga dapat berkonsentrasi dengan penuh, sedangkan
atau pelengkap pada saat dibutuhkan. Bersama dengan penentuan
tanggung jawab tersebut, ada baiknya jika ditetapkan pula peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya.
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk seluruh sesi kegiatan maupun masing- masing
sesi yang dapat dibuat dalam bentuk tulisan maupun lisan. Materi yang
dikumpulkan untuk dievaluasi yaitu mengenai isi, proses, manfaat,
fasilitas akomodasi, konsumsi, manfaat, partisipasi peserta, dan peran
fasilitator. Cara pelaksanaan evaluasi bisa dilaksanakan secara tertulis,
lisan, kelompok kecil, atau secara pleno dengan seluruh peserta. Cara
menganalisis, penyimpulan dan pemanfaatannya akan berguna untuk
perbaikan kegiatan di masa yang akan datang.
4. Unsur-unsur Kegiatan Bimbingan
Unsur-unsur kegiatan secara keseluruhan meliputi:
a. Topik dan tema
b. Tujuan
c. Materi
d. Metode
e. Jadwal
f. Fasilitator
h. Evaluasi
i. Tindak lanjut (follow-up)
Sedangkan unsur-unsur dalam setiap sesi adalah:
a. Judul
b. Tujuan
c. Materi atau isi
d. Metode, strategi, dan teknik
e. Suasana
f. Bahan atau peralatan-peralatan
g. Waktu
h. Tahap-tahap dan langkah- langkah pelaksanaan
i. Fasilitator yang bertanggungjawab
j. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung
k. Evaluasi
5. Kecakapan yang diperlukan untuk Menyusun Kegiatan Bimbingan Menurut Hardjana (2001: 43) kecakapan yang diperlukan seorang
fasilitator untuk menyusun paket kegiatan secara keseluruhan adalah sebagai
berikut:
a. Menemukan dan merumuskan kebutuhan kegiatan yang berupa
pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan yang kurang atau perlu
b. Menetapkan topik dan tema kegiatan.
c. Merumuskan tujuan kegiatan.
d. Menetapkan jumlah sesi dan menentukan materi yang akan diolah dalam
setiap sesi itu.
e. Menetapkan metode yang digunakan untuk setiap sesi maupun untuk
seluruh kegiatan.
f. Menetapkan evaluasi untuk seluruh kegiatan dan untuk setiap sesi.
g. Untuk masing- masing sesi:
1) Menyiapkan uraian tertulis yang berisi judul, tujuan, langkah-langkah
pelaksanaan, input yang akan disampaikan, dan cara evaluasi.
2) Menyiapkan peralatan/perlengkapan yang diperlukan untuk
pelaksanaannya.
h. Menyiapkan pelaksanaan kegiatan dengan merumuskan kerjasama dengan
penyelenggara danmembagi tugas dengan para fasilitator lain atau asistan
fasilitator yang ada dalam tim.
C. Kegiatan Bimbingan untuk Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa
Untuk mencapai pengetahua n yang dalam mengenai diri sendiri yang
terdalam, dan untuk mencapai kedamaian dengan pengetahuan itu dituntut
pengalaman hidup yang sungguh-sungguh. Proses mencapai kecerdasan
bersangkutan. Berusaha menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan
tentang diri sendiri adalah sangat penting karena merupakan dasar/titik tolak
dalam mencapai kesuksesan dan kepenuhan hidup. Berikut ini disajikan
upaya-upaya yang diperlukan untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal:
a. Merasakan dan Menyadari Perasaan
Merasakan dan menyadari setiap perasaan, seperti marah, bingung, jenuh,
bosan, atau tidak sabar dan sebagainya dapat membantu orang untuk lebih
mengenal dan mengembangkan kepekaan kecerdasan intrapersonal yang
dimilikinya (Lazear dalam Suparno, 2004). Orang dapat menyadari dan
mengenali keadaan emosinya dengan cara melatih diri untuk mengetahui apa
yang dirasakannya, seberapa kuat emosi itu muncul dan apa alasannya. Orang
yang memahami bagaimana emosinya berhubungan dan kadang-kadang
disertai gelombang perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan dengan
orang lain. Dengan demikian, orang akan menjadi lebih bijaksana dalam
menanggapi perasaannya dan perasaan orang disekitarnya.
b. Merefleksikan Perasaan yang dialami
Meluangkan waktu beberapa menit untuk merefleksikan diri dengan mencoba
menyadari pola-pola pikir yang dilakukan sehari- hari terlebih yang
berbeda-beda, dapat membantu mengembangkan kepekaan intrapersonal (Lazear
dalam Suparno, 2004). Ta nyakan pada diri sendiri sebagai latihan mengasah
kepekaan intrapersonal perasaan apa yang telah dirasakan pada hari ini?
Evaluasikan setiap jawaban itu, mana yang kurang tepat dan mana yang perlu
dikembangkan lebih lanjut. Merefleksikan diri penting untuk melatih
konsentrasi diri karena hal ini berkaitan dengan kesadaran akan diri, pikiran
dan perasaan kita.
c. Temukan Keseimbangan
Dalam situasi yang padat dengan beragam aktivitas, suara, bisnis, dan
kegiatan lainnya penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan,
ketenangan dan kedamaian lagi (Lazear dalam Suparno, 2004). Meluangkan
waktu untuk menarik napas dan berkonsentrasi untuk sekedar menyingkirkan
berbagai aktivitas rutin kita, dapat membuat kita menemukan keseimbangan
hidup ditengah banyaknya aktivitas yang harus kita lakukan. Kemampuan
untuk menemukan keseimbangan, ketenangan dan kedamaian dapat
membantu kita untuk menyadari diri, pikira dan perasaan kita. Kemampuan
akan kesadaran diri dan ekspresi perasaan yang berbeda akan membantu
untuk menguasai dinamika perasaan kita. Kemampuan membuat takaran yang
seimbang antara apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan dan kemampuan
menghadapi segala keadaan dengan pikiran positif dan tetap optimis saat
mengalami kegagalan dalam hidup adalah termasuk inti dari kecerdasan
interpersonal.
Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Orang dewasa muda diharapkan
tua, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan serta nilai- nilai
baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang akan dialaminya. Penyesuaian diri ini
menjadikan periode ini suatu periode yang khusus dan sulit dari rentang hidup
seseorang (Hurlock, 2004).
Mahasiswa pada umumnya sedang berada pada fase perkembangan akhir
masa remaja dan awal masa dewasa. Mereka sedang dalam masa transisi dari
masa remaja yang penuh goncangan ke permukaan dewasa yang menuntut
kemandirian. Pada masa ini mereka dituntut untuk mempersiapkan dirinya
menjadi manusia dewasa yang mandiri. Mereka dituntut mencapai kematangan
baik secara fisik, intelektual, emosional, moral dan sosial (Surya, 1988).
Periode ini dikatakan sulit karena di sini seseorang diharapkan bisa
mengadakan penyesuaian diri secara mandiri, padahal pada masa sebelumnya
mereka banyak memperoleh bantuan dari orang lain. Pada masa ini apabila
seseorang mengalami kesulitan yang sukar untuk diatasi, rasa ragu-ragu untuk
meminta pertolongan dan nasehat dari orang lain muncul, karena mereka takut
jika dianggap belum dewasa.
Mahasiswa perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungan perguruan
tinggi dan sebaliknya perguruan tinggi perlu mempersiapkan program kegiatan
dengan memperhatikan keadaan mahasiswa. Tugas utama mahasiswa di
perguruan tinggi adalah belajar untuk mengembangkan diri sepenuhnya dan
khususnya untuk menyelesaikan program belajar yang sedang diikutinya.
mewujudkan menjadi manusia yang mandiri, menyadari diri dan kehadirannya di
lingkungan masyarakat, serta mampu melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Oleh karena itu, peran kompetensi kemanusiaan dapat membantu mahasiswa
untuk melakukan tranformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri (Surya,
1988).
Mahasiswa sebagai orang dewasa mengalami suatu periode penyesuaian
diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan- harapan sosial baru, dimana
proses penyesuaian diri yang sangat besar dan mempengaruhi hidup orang dewasa
menuntut individu dewasa memiliki kecerdasan intrapersonal yang cukup untuk
menjadi bekal bagi hidupnya.
Kegiatan bimbingan dapat membantu mahasiswa untuk melakukan
tranformasi diri kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan bimbingan
dapat membantu para mahasiswa memperoleh pemahaman tentang dirinya, orang
lain dan lingkungan sekitarnya sehingga kelak dapat membuat suatu keputusan
yang tepat bagi dirinya sendiri yang mengarahkan diri kekehidupan yang lebih
baik dari sebelumnya serta akhirnya dapat mewujudkan diri secara bebas dan
mantap (Surya, 1988).
Kegiatan bertujuan untuk membantu peserta dalam hal:
1. Mengajak mahasiswa untuk berterima kasih kepada Tuhan yang telah
memberi hidup dan menciptakan dirinya dengan segala kelebihan dan
2. Membantu mahasiswa untuk mempelajari, memahami diri, dan mendapatkan
kecakapan-kecakapan dalam berbagai aspek kecerdasan intrapersonal.
3. Membantu mahasiswa untuk menemukan dan menyadari kualitas-kualitas
yang ia miliki agar dapat dikembangkan secara optimal.
Adapun materi yang akan disampaikan kepada mahasiswa adalah sebagai
berikut:
a. Ekspresi perasaan, meliputi perasaan-perasaan yang timbul pada situasi
tertentu.
b. Penyadaran sikap dan reaksi-reaksi emosional, meliputi kesadaran diri
emosional yang timbul pada saat dan situasi tertentu.
c. Jadilah pribadi yang asertif, meliputi perilaku sikap asertif, dan manfaat
bersikap asertif.
d. Pribadi yang mandiri, meliputi arti kemandirian dan tanggung jawab.
e. Mengambil keputusan, meliputi gaya seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan.
f. Pemeriksaaan sikap diri, meliputi arti penghargaan diri dan upaya-upaya agar
dihargai oleh orang lain.
g. Pribadi yang berkembang, meliputi arti aktualisasi diri dan upaya- upaya yang
dapat dilakukan untuk mengaktualisasikan diri.
Kegiatan Bimbingan dapat diberikan oleh siapa saja, termasuk orang yang
diberi tugas oleh penyelenggara kegiatan atau pun oleh seorang yang ahli di
Kegiatan Bimbingan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal mahasiswa sehingga terbuka wawasannya tentang dunia “diri” yang
tampak dalam perubahan sikap dan perkembangan pribadinya. Materi dalam
kegiatan bimbingan disusun berdasarkan aspek-aspek yang terkandung dalam
kecerdasan intrapersonal dan disesuaikan juga dengan kebutuhan mahasiswa.
Untuk menghilangkan kejenuhan dalam pelaksanaan kegiatan maka
penyampaian materi dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi, antara lain
dengan cara Tanya jawab, ceramah, diskusi kelompok, sharing, refleksi pribadi,
pemutaran slide, pemberian peneguhan dan lain sebagainya. Dinamika kelompok
dapat dilaksanakan sebagai langkah awal penyampaian materi, karena selain
dapat melibatkan peserta, dinamika kelompok juga dapat menghilangkan
kejenuhan peserta.
Rancangan kegiatan bimbingan yang telah disusun memuat lima tema
dalam aspek kecerdasan intrapersonal, yaitu aspek kesadaran diri emosional,
aspek sikap asertif, aspek kemandirian, aspek penghargaan diri dan aspek
aktualisasi diri. Kelima tema tersebut disampaikan dalam satu kali week end.
Akan tetapi dapat juga dibuat tema yang berbeda dalam setiap week end, dan
44
Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi penelitian, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, instrument
penelitian, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2005). Tujuan penelitian ini adalah
untuk melukiskan variable atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi
(Furchan, 1982). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester III Bimbingan
Konseling tahun ajaran 2006/2007.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester III Bimbingan Konseling tahun ajaran 2006/2007. responden yang akan dijadikan subjek
penelitian berjumlah 34 mahasiswa. Menurut Arikunto (1991) penelitian
yang melibatkan seluruh individu dalam suatu kelompok untuk menjadi
C. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner sebagai alat pengumpul
data. Kuesioner adalah metode pengumpul data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi
dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang
sebenarnya.
Kuesione r kecerdasan intrapersonal terdiri dari dua bagian yaitu:
(1) bagia n pengantar, identitas, dan petunjuk pengisian, dan (2) bagian pernyataan yang mengungkap kecerdasan intrapersonal yang terdiri dari
90 item pernyataan.
Item- item pernyataan dalam kuesioner terdiri dari lima aspek
kecerdasan intrapersonal menurut Stein dan Book yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, yaitu: (1) kesadaran diri emosional, (2) sikap asertif, (3) kemandirian, (4) penghargaaan diri, (5) aktualisasi diri.
Adapun kisi-kisi kuesio ner yang digunakan dalam instrument
Tabel 1
Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal
Pernyataan
No Aspek Indikator No
Item + - ∑
1. Kesadaran diri emosional
a. Kenali emosi diri n pendapat dan pemikirannya
b. Sikap Mandiri c. Mampu
4. Penghargaan diri
a. Penerimaan Diri b. Percaya diri
50-59 5. Aktualisasi
diri
Dalam kuesioner ini pernyataan terdiri dari dua kelompok, yaitu:
pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable
adalah pernyataan positif, sedangkan unfavorable adalah pernyataan
negatif. Sebaran pernyataan favorable dan unfavorable dilakukan secara