i
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM MELAKUKAN AKUISISI DAN SETELAH MELAKUKAN AKUISISI Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Yohanes Rezky T. Sendra L. Toruan NIM: 031334068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini saya persembahkan kepada :
1. Tuhanku Yesus Kristus.
2. Papa dan Mama ku yang tersayang.
3. Sahabat-sahabatku yang kukasihi.
v
MOTTO
1. Gagasan tidak turun dari langit yang abstrak, tetapi muncul dari
tanah dan pekerjaan -- Alain
2.
Jangan buang hari ini dengan mengkuatirkan hari esok. Gunung
pun terasa datar ketika kita sampai ke puncaknya. --Phi Delta
Kappan.
3. Universitas ada hanya untuk menemukan dan menyampaikan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Bapa di Surga atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Bursa Efek
Indonesia terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan akuisisi pada tahun
2000, dengan mengambil judul "ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN SEBELUM MELAKUKAN AKUISISI DAN SETELAH
MELAKUKAN AKUISISI ".
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka
penulisan skripsi ini tidal( akan selesai. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. L. Saptono, S.Pd., M.Si., Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma.
ix
memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelitian.
5. B. Indah Nugraheni,S.Pd.,S.I.P.,M.Pd. dan Rita Eny Purwanti, S.Pd.,M.Si.,
selaku dosen penguji yang telah menguji hasil karya saya.
6. Bapak, i bu dan kel uarga yan g t erci nt a yang selal u memberi kan
dukun gan dan kepercayaan, serta atas doa dan dorongan semangat yang selalu
menyertai saya selama menimba ilmu.
7. Kekasihku Yuni, terima kasih untuk segala cintanya, doa dan dorongan
semangat yang selalu menyertaiku.
8. Sahabat-sahabatku: Ricky, Waone, Santy, Meti dan anak-anak PAK (Lala,
Wulan, Cwi, Nining, Ana, Ari, Yiska, Yudho, Agus dan lainnya), terima kasih
untuk persahabatan yang telah kalian berikan, semoga tetap abadi. Buat Waone
cepat kelar.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis telah berusaha dengan segala pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu masukan dan saran yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini akan diterima dengan senang hati.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang memerlukannya.
Penulis
x ABSTRAK
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM MELAKUKAN AKUISISI DAN SETELAH MELAKUKAN AKUISISI Studi Kasus pada Perusahaan yangListeddi BEI dan Melakukan Akuisisi Pada
Tahun 2000 Yohanes Rezky T.S.L.T Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah melakukan akuisisi. Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan 5 rasio. Rasio yang digunakan adalah Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price Earning Ratio(PER),Market to Book Ratio(M/BValue), danNet Profit Margin.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif untuk menguji beda dengan uji peringkat tanda wilcoxon. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah akuisisi.
Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan uji peringkat tanda Wilcoxon, diketahui bahwa sebagian besar rasio tidak mengalami perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah akuisisi. Hanya ada dua rasio yang memperlihatkan perbedaan yang signifikan adalahDividend Per Share(DPS) danPrice Earning Ratio
xi ABSTRACT
THE ANALYSIS OF COMPANY FINANCIAL PERFORMANCE BEFORE AND AFTER CONDUCTING ACQUISITION
A Case Study on Companies Listed in BEI Which Made the Acquisition in 2000 Yohanes Rezky T.S.L.T
Sanata Dharma University Yogyakarta
2008
The objective of the research is to find out whether there was a significant difference between a company financial performance before and after conducting acquisition. The company financial performance will be evaluated by using five ratios. The five ratios are Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER), Market to Book Ratio (M/B Value), and Net Profit Margin.
Technique of analysing used in the research is quantitative analysis to test the difference by using t wilcoxon sign test. The hypothesis developed in this study is : the difference of company’s financial performance before acquisition and after acquisition.
Based on the Wilcoxon sign test, it is found that the most of the ratio before and after acquisition is not different significantly. There are onlyDividend Per Share
(DPS) and Price Earning Ratio(PER) that are different before and after acquisition. The other ratio are not different significantly namelyEarning per share(EPS), M/B
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
Pertanyaan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... vii
KATA PENGANTAR... viii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian... 7
BAB II LANDASAN TEORI... 9
A. Akuisisi... 9
B. Kinerja Perusahaan ... 19
C. Laporan Keuangan ... 23
D. Analisis Laporan Keuangan ... 27
E. Penelitian Terdahulu ... 36
F. Kerangka Berfikir... 37
G. Hipotesis... 39
xiii
A. Jenis Penelitian ... 42
B. Populasi dan Sampel ... 42
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43
D. Subjek dan Objek Penelitian ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Data yang Diperlukan... 44
G. Variabel Penelitian ... 44
H. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 53
A. Gambaran Umum Perusahaan yang Diteliti... 53
B. Data Penelitian ... 60
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 64
A. Pengambilan Sampel ... 64
B. Analisis Data ... 66
C. Pembahasan ... 74
BAB VI PENUTUP... 79
A. Kesimpulan... 79
B. Saran... 80
C. Keterbatasan ... 81
DAFTAR PUSTAKA... 82
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel IV.1 Organisasi Perusahaan PT BAT Indonesia Tbk ... 54
Tabel IV.2 Organisasi Perusahaan PT Gudang Garam Tbk ... 55
Tabel IV.3 Organisasi Perusahaan PT Eterindo Wahanatama Tbk ... 56
Tabel IV.4 Organisasi Perusahaan PT Dharma Samudera Fishing... 57
Tabel IV.5 Organisasi Perusahaan Sinar MasResources and TechnologyTbk ... 58
Tabel IV.6 Data Rasio PT Dynaplast ... 60
Tabel IV.7 Data Rasio PT. BAT Indonesia Tbk ... 61
Tabel IV.8 Data Rasio PT. Gudang Garam Tbk ... 61
Tabel IV.9 Data Rasio PT.Eterindo Wahanatama Tbk ... 61
Tabel IV.10 Data Rasio PT. AQUA Golden Mississipi Tbk ... 62
Tabel IV.11 Data Rasio PT. Dharma Samudera Fishing ... 62
Tabel IV.12 Data Rasio PT. SMART Tbk... 62
Tabel IV.13 Data Rasio PT. Telkom Tbk ... 63
Tabel V.1 Data Perusahaan yang Melakukan Akuisisi Tahun 2000... 64
Tabel V.2 Data Perusahaan yang Melakukan Akuisisi Tahun 2000... 65
Tabel V.3 EPS Hasil Uji Wilcoxon... 68
Tabel V.4 DPS Hasil Uji Wilcoxon ... 69
Tabel V.5 PER Hasil Uji Wilcoxon ... 70
Tabel V.6 NPM Hasil Uji Wilcoxon... 71
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Kerangka Berfikir EPS ... 37
Gambar II.2 Kerangka Berfikir DPS... 37
Gambar II.3 Kerangka Berfikir PER... 38
Gambar II.4 Kerangka Berfikir NPM ... 38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada masa globalisasi perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan
perusahaan lainnya yang sejenis. Persaingan tidak hanya bertaraf nasional tetapi
juga persaingan bertaraf internasional. Sangat perlu keputusan-keputusan yang
handal dalam menjalankan perusahaan. Keputusan yang diambil oleh manajemen
harus dapat menjawab tantangan dan dapat mempercepat pertumbuhan
perusahaan. Keputusan yang efektif dan efisien akan mempengaruhi pertumbuhan
perusahaan.
Dalam mempercepat pertumbuhan perusahaan, manajemen dapat
melakukannya dengan cara perluasan perusahaan. Ada dua jenis cara perluasan
perusahaan yaitu internal dan eksternal. Perluasan perusahaan secara internal
adalah perluasan harta perusahaan, seperti pembelian aktiva tetap perusahaan.
Perluasan perusahaan eksternal adalah perluasan perusahaan dengan cara
penggabungan perusahaan. Ada 3 (tiga) bentuk penggabungan perusahaan yaitu
merger, akuisisi, dan konsolidasi.
Dari ketiga penggabungan perusahaan di atas memiliki ciri masing-masing.
Ciri-ciri tersebut menjadi pembeda dari ketiga bentuk penggabungan perusahaan.
Perbedaan terletak pada cara dan mekanisme dalam mengambil alih perusahaan
target, antara lain:
1. Pada akuisisi, setelah transaksi penggabungan perusahaan, perusahaan
yang diakuisisi maupun yang mengakuisisi tidak kehilangan identitas dan
usahanya.
2. Pada merger, setelah transaksi penggabungan perusahaan, perusahaan
pengambil alih tetap mempertahankan identitasnya dan melanjutkan
usaha sebagai satu kesatuan ekonomi yang lebih besar, sedangkan
perusahaan yang diambil alih dibubarkan dan kehilangan identitas
menurut hukum.
3. Pada konsolidasi, setelah terjadi transaksi penggabungan perusahaan,
badan usaha yang melakukan penggabungan akan sama-sama kehilangan
identitasnya dan membentuk perusahaan baru untuk melanjutkan usaha
dari perusahaan yang sudah ada.
Selain memiliki perbedaan, penggabungan perusahaan ini memiliki
persamaan yaitu sama-sama melakukan pengambilalihan kontrol atas perusahaan
lain.
Dari berbagai bentuk penggabungan perusahaan ini, alternatif yang lebih
banyak digunakan manajemen perusahaan saat ini adalah akuisisi. Akuisisi adalah
pengambilalihan kepemilikan atas saham suatu perusahaan lain. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan cara langsung dan melalui pasar modal. Cara langsung
yaitu dengan cara melakukan penawaran pembelian langsung pada perusahaan
target. Penawaran yang dilakukan secara langsung biasanya akan mengakibatkan
premium yang lebih besar. Premium adalah selisih antara nilai harga beli dengan
melalui pasar modal pembelian dilakukan tanpa melalui penawaran kepada
perusahaan target.
Tujuan kegiatan akuisisi ini harus sejalan dengan tujuan dari perusahaan
dibentuk. Menurut Sudarsanaman ( 1995:13) “acquisition motives may be defined
in term of the acquirer’s corporate and business strategy objectives”. Pada
dasarnya tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
pemegang saham atau bisa dikatakan memaksimumkan harga pasar sahamnya.
Oleh karena itu agar kegiatan akuisisi ini dapat memberikan peningkatan
kesejahteraan pemegang saham ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh
manajemen perusahaan. Hal-hal tersebut antara lain due diligence dan sinergi.
Dua hal ini akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan yang bersangkutan
dalam melakukan akuisisi.
Apa kontribusi dari due diligencedan sinergi terhadap keberhasilan akuisisi?
Due diligence adalah proses yang dilakukan oleh pengakuisisi untuk melakukan
uji tuntas atas perusahaan target. Memang disadari bahwa kegiatan ini tentunya
akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar. Kegiatan ini melibatkan
konsultan keuangan, perusahaan jasa penilai (apraisal), pihak akuntan publik,
konsultan hukum, dan perusahaan sekuritas. Jika kegiatan akuisisi dilakukan
secara langsung maka kegiatan due diligence ini dilakukan oleh pengakuisisi
kepada perusahaan target. Untuk perusahaan yang melakukan lewat pasar modal
biasanya tidak melakukan kegiatandue diligence.
Lain halnya dengan sinergi. Sinergi adalah kemampuan tambahan yang
diperhatikan oleh pengakuisisi dikarenakan adanya perbedaan seperti kultur
perusahaan. Jika sinergi tidak dapat dicapai manajemen perusahaan kedua belah
pihak, maka akuisisi tersebut akan sia-sia.
Lalu mengapa perusahaan tersebut memilih akuisisi sebagai alternatif untuk
percepatan pertumbuhan perusahaan jika tidak bisa menjamin keberhasilan? Ada
beberapa alasan yang mendasari perusahaan memilih melakukan akuisisi sebagai
alternatif diantaranya :
1. Penghematan dalam hal waktu.
Dengan melakukan akuisisi perusahaan tersebut tidak perlu
menghabiskan waktu lama dalam mengembangkan perusahaan.
Penghematan waktu dapat diperoleh seperti perusahaan tidak perlu
membangunan perusahaan baru, pencarian pangsa pasar atas produk
perusahaan bersangkutan.
2. Karyawan yang telah berpengalaman.
Dengan kegiatan akuisisi perusahaan pengakuisisi telah mendapatkan
karyawan yang telah berpengalaman dalam kemampuan manajemen.
3. Transfer teknologi.
Transfer teknologi dari perusahaan yang mengakuisisi atau dari
perusahaan target.
Dalam penilaian keberhasilan akuisisi tentunya perlu pengukuran.
Pengukuran yang menyangkut kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi. Kinerja
perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam
mengandung tugas-tugas untuk mengukur berbagai aktivitas tingkat organisasi,
sehingga menghasilkan informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan
perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan dapat dilakukan melalui dua hal yaitu keuangan
maupun non-keuangan. Penilaian melalui non-keuangan dapat dilakukan dengan
cara penilaian tentang kepuasan customer dan produktivitas. Penilaian melalui
ukuran keuangan menunjukkan akibat dari berbagai tindakan yang terjadi diluar
non-keuangan. Media yang menjadi dasar penilaian kinerja perusahaan adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan dijadikan sebagai media dikarenakan
laporan keuangan merupakan ringkasan dari kejadian-kejadian keuangan
perusahaan selama satu periode akuntansi.
Laporan keuangan terdiri dari Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan
Perubahan Modal. Untuk menjelaskan isi dari laporan keuangan yang
dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja perusahaan maka manajemen
perusahaan menggunakan rasio. Ada 5 jenis rasio laporan keuangan yaitu rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio pasar dan rasio keuntungan.
Dari hasil pengukuran rasio ini kita dapat mengetahui kinerja keuangan
perusahaan yang bersangkutan untuk setiap periode.
Telah banyak penelitian yang membahas tentang kinerja keuangan
perusahaan baik itu yang melakukan penggabungan perusahaan maupun tidak.
Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk membahas penilaian kinerja
keuangan perusahaan yang melakukan akuisisi. Judul yang diangkat oleh
SEBELUM MELAKUKAN AKUISISI DAN SETELAH MELAKUKAN
AKUISISI”. Penelitian ini difokuskan pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka yang
menjadi permasalahan adalah apakah ada perbedaan kinerja keuangan
perusahaan sebelum melakukan akuisisi dan setelah melakukan akuisisi
berdasarkan pada rasio-rasio berikut ini:
1. Earnings Per Share( EPS ).
2. Dividend Per Share( DPS ).
3. Price Earnings Ratio( PER ).
4. Net Profit Margin.
5. Market to Book Value
C. Batasan Masalah.
Untuk mempermudah penelitian maka penelitian ini akan dibatasi pada :
1. Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan media yang digunakan
adalah laporan keuangan tahunan periode akuntansi perusahaan.
2. Rasio-rasio yang akan digunakan adalah rasio Net Profit Margin,
Market to Book Value, Earnings Per Share, Price Earnings Ratio,
3. Untuk menilai perbedaan kinerja keuangan perusahaan ini maka
laporan keuangan yang digunakan merupakan laporan keuangan
periode tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah perusahaan tersebut
melakukan akuisisi.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang melakukan
akuisisi.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan
sebelum dan setelah melakukan akuisisi yang signifikan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan mafaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan diantaranya :
1. Bagi Perusahaan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pertimbangan kepada perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan akuisisi atau tidak.
2. Bagi Universitas.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan,
sebagai pembuatan skripsi yang memiliki topik yang sama atau sejenisnya
3. Bagi Penulis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wahana yang
efektif di dalam usaha untuk menerapkan secara langsung teori yang telah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Akuisisi
A.1 Pengertian Akuisisi
Tumbuh dan berkembangnya perusahaan tergantung bagaimana manajemen
perusahaan mengambil keputusan-keputusan atas strategi-strategi yang ada.
Semua itu dilakukan agar perusahaan tetap eksis di dalam persaingan yang
semakin ketat ini. Oleh karena itu manajemen dituntut untuk dapat memanfaatkan
dana yang ada untuk memilih keputusan atas alternatif strategi yang ada.
Dalam rangka tumbuh dan berkembang ini perusahaan dapat melakukan
perluasan perusahaan. Perluasan perusahaan dapat dilakukan dalam dua cara yaitu
secara internal dan eksternal. Perluasan perusahaan secara internal dilakukan
dengan cara penambahan aktiva perusahaan. Perluasan perusahaan secara
eksternal dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu:
1. Merger.
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang
kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan
hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar
(Abdul Moin,2004:5).
2. Akuisisi.
Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atas saham atau aset
suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik
perusahaan pengambil alih dan perusahaan yang diambil alih tetap eksis
sebagai badan hukum yang terpisah (Abdul Moin,2004:6).
3. Konsolidasi.
Konsolidasi adalah peleburan yang dilakukan dua perseroan atau
lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru
dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar
(Abdul Moin,2004:10).
Pada saat ini yang merupakan pilihan yang sering digunakan oleh manajemen
perusahaan untuk memperluas perusahaan adalah akuisisi. Beberapa pengertian
akuisisi antara lain :
1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 1998
(Munir Fuady,2004:234) tentang penggabungan usaha mendefinisikan
akuisisi sebagai berikut :
“Akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum
atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian
saham perseorangan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian
terhadap perseroan tersebut”.
2. Berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 22
(SAI,2004:22.3) mendefinisikan akuisisi dari perspektif akuntansi sebagai
berikut :
“Akuisisi adalah suatu penggabungan perusahaan dimana salah satu
neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberi
aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham”.
A.2 Manfaat Akuisisi
Keputusan melakukan akuisisi oleh sebuah perusahaan masih dianggap
sebagai keputusan yang kontroversial karena memiliki dampak yang sangat
dramatis dan kompleks. Ada beberapa alasan mengapa manajemen melakukan
akuisisi menurut Floyd A. Beams (2000:2) adalah sebagai berikut :
1. Manfaat biaya (Cost Advantage).
Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas
yang dibutuhkan melalui akuisisi dibandingkan melalui pengembangan.
2. Risiko lebih rendah(Lower Risk).
Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih
kecil risikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan
pasarnya.
3. Berkurangnya penundaan operasi(Fewer Operating Delay).
Fasilitas fasilitas pabrik yang diperoleh melalui akuisisi dapat
diharapkan untuk segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang
berhubungan dengan lingkungan dan peraturan lainnya.
4. Mencegah pengambilalihan(Avoidance of takeovers).
Beberapa perusahaan bergabung untuk diakuisisi oleh perusahaan
lain, karena yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk
diambil alih. Perusahaan dengan resiko utang terhadap ekuitas yang tinggi
5. Akusisi harta tidak berwujud(Acquisition of Intangible Assets).
Penggabungan perusahaan melibatkan penggabungan sumber daya
tidak berwujud maupun berwujud. Maka akuisisi atas hak paten, hak atas
mineral, database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin menjadi
faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan perusahaan.
A.3 Klasifikasi Akuisisi.
Dalam prakteknya aktivitas akuisisi dapat berbeda-beda jenisnya. Klasifikasi
akuisisi berdasarkan objek yang diakuisisi dibedakan atas (Abdul Moin, 2004:42):
1. Akuisisi saham.
Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual
beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya
kepemilikan perusahaan tersebut dari penjual kepada pembeli. Karena
perusahaan terdiri dari saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik
saham menjual saham-saham mereka kepada pengakuisisi.
2. Akusisi aktiva.
Apabila perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka
perusahaan tersebut dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva
perusahaan lain. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva maka
hal ini dinamakan akuisisi parsial. Akuisisi aktiva dilakukan apabila pihak
pengakuisisi tidak ingin terbebani oleh hutang perusahaan.
Menurut Pasal 103 ayat(2) Undang Undang tentang Perseroan Terbatas, maka
besar saham yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap
perseroan tersebut (Munir Fuady 2004:90).
Menurut Munir Fuady (2004:90) untuk dapat dikatakan transaksi akuisisi
(akuisisi saham), maka saham yang dibeli tersebut haruslah paling sedikit 51%
(lima puluh satu persen). Sebab jika kurang dari persentase tersebut, perusahaan
tidak bisa mengontrol perusahaan target.
Dalam hal pembayaran dari dua jenis akuisisi di atas dapat dilakukan dengan
cara :
1. Kas.
Perusahaan yang akan membeli melakukan pembayaran pada saat
transaksi dengan kas perusahaan yang dimiliki.
2. Saham perusahaan pengakuisisi atau perusahaan lain.
Pembayaran dengan cara memberikan jumlah saham perusahaan atau
saham perusahaan lain yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan
pembeli atau pengakuisisi.
3. LBO (Leverage Buy Out).
Perusahaan melakukan pembayaran dengan cara meminjam sejumlah
dana dari kreditor untuk melakukan transaksi akuisisi.
Proses akuisisi merupakan faktor penting dalam terlaksananya akuisisi. Untuk
itu manajemen perusahaan terlebih dahulu berusaha memahami secara lebih jelas
mengenai prospek dan sasaran yang ingin dicapai. Pihak-pihak yang ikut terlibat
1. Konsultan keuangan, diperlukan untuk memberikan pertimbangan dari
aspek finansial.
2. Perusahaan jasa penilai (Apraisal ), diperlukan untuk menentukan aktiva
tetap yang dimiliki perusahaan target..
3. Pihak akuntan publik, diperlukan untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan target.
4. Konsultan hukum, diperlukan terkait dengan keabsahan dokumen yang
dimiliki perusahaan target, dokumen yang terkait dengan surat perjanjian
dan status hukum perusahaan target.
5. Perusahaan sekuritas, diperlukan untuk memberikan informasi tentang
harga pasar perusahaan target.
Sebelum perusahaan melakukan akuisisi, penting bagi perusahaan
pengakuisisi untuk menggali semua informasi tentang perusahaan target. Kegiatan
yang menyangkut penggalian informasi yang dilakukan oleh perusahaan
pengakuisisi dikenal dengan istilah due diligence atau disebut juga dengan uji
tuntas. Menurut Michael A. Hitt (2002:22) tujuan dari due diligence adalah
terukurnya kelangsungan hidup pasca dari transaksi merger dan akuisisi. Ada 4
prosesdue diligence yaitu:
1. Menganalisa sumber-sumber finansial perusahaan.
Analisa mencakup persentase pendapatan dan laba dari bisnis baru.
2. Menganalisa konsumen secara cermat dan menyeluruh dan informasi
Analisa ini mencoba mengevaluasi dan dirinci menyeluruh tentang
indeks kepuasan konsumen dan pembagian pasar dengan konsumen.
3. Menganalisa proses-proses utama.
Analisa ini mencakup pengukuran waktu siklus dan peningkatan
setelah jangka waktu tertentu, pencapaian tujuan-tujuan kualitas,
pengukuran keefektifan sistem informasi manajemen, dan pengeluaran
administratif.
4. Menganalisa sumber-sumber daya manusia di dalam perusahaan.
Analisa ini lebih bersifat kualitatif. Tercakup didalamnya adalah
evaluasi kapabilitas manajemen, investasi untuk sumber daya manusia
misalnya jumlah pelatihan per-karyawan dan indeks-indeks
kepemimpinan, motivasi dan pemberdayaan karyawan.
Dalam melakukan akuisisi perusahaan perlu melakukan persiapan. Menurut
Marcel Go (1992:15) tahap dalam persiapan akuisisi:
1. Penentuan sasaran akuisisi.
2. Identifikasi calon badan usaha yang dianggap potensial untuk diakuisisi
melalui prosedur pelacakan.
3. Membatasi jumlah calon badan usaha yang akan diambil-alih.
4. Menghubungi pihak manajemen badan usaha bersangkutan untuk
mewujudkan keinginan memberikan penawaran dan kemungkinan
memperoleh informasi tambahan.
5. Berdasarkan tahap permulaan tersebut, dibuat suatu evaluasi yang realistis
6. Mendapatkan laporan keuangan untuk periode 5 tahun terakhir dan
informasi lain yang relevan.
7. Menetapkan suatu harga tawaran dengan berbagai syarat serta bentuk
pembayaran.
8. Mengungkapkan sumber-sumber keuangan.
9. Menyiapkan penandatanganan kontrak atas persetujuan akuisisi.
10. Realisasi pengalihan saham dan realisasi pembayaran.
A.4 Motif Akuisisi.
Dalam proses akuisisi diharapkan akan menciptakan “nilai tambah”. Nilai
tambah merupakan indikasi ada tidaknya pertumbuhan dari peristiwa akuisisi.
Ada banyak hal yang melatarbelakangi sebuah perusahaan untuk melakukan
akuisisi. Menurut Abdul Moin (2004:48) pada prinsipnya terdapat dua motif yang
mendorong sebuah perusahaan melakukan akuisisi yaitu:
1. Motif ekonomi.
Motif ekonomi berkaitan dengan tujuan perusahaan yaitu untuk
meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham.
2. Motif non-ekonomi.
Motif non-ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada tujuan
perusahaan tersebut melainkan berdasarkan pada keinginan subjektif atau
Menurut Bengtsson (Munir Fuady, 2004:18) pada prinsipnya ada beberapa
alasan yang melatarbelakangi akuisisi diantaranya:
1. Akuisisi untuk mengeksploitasi sinergi.
Pada latar belakang telah disampaikan pengertian sinergi. Sinergi
berasal dari kata synergos (bahasa Latin) yang artinya bekerja bersama.
Menurut Abdul Moin (2004:55) sinergi dikaitkan dengan reaksi dari
percampuran dua atau lebih unsur. Ada lima jenis sinergi diantaranya:
a. Sinergi operasi.
Sinergi biaya dapat terjadi jika perusahaan yang merupakan hasil
kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya.
b. Sinergi finansial.
Sinergi finansial terjadi ketika perusahaan hasil akuisisi memiliki
struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber
dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa
sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun.
c. Sinergi manajerial.
Sinergi manajerial dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas
manajerial dan skill dari perusahaan ke perusahaan lain atau ketika
secara bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how
yang mereka miliki.
d. Sinergi teknologi.
Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan teknologi
e. Sinergi pemasaran
Perusahaan yang memperoleh manfaat dari semakin luas dan
terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang
dipasarkan dan semakin banyaknya konsumen yang dapat dijangkau.
2. Akuisisi untuk meningkatkan bagian pasar
Akuisisi dapat memperluas pasar dari produk yang dihasilkan, karena
masing-masing perusahaan yang digabungkan dengan akuisisi tersebut
mempunyai pasarnya sendiri-sendiri.
3. Akuisisi untuk melindungi pasar.
Akuisisi dapat melindungi pasar jika dengan akuisisi tersebut dapat
menyisihkan para pesaing bisnis (jika perusahaan yang diakuisisi adalah
perusahaan pesaing bisnis sendiri).
4. Akuisisi untuk mengakuisisi produk.
Akuisisi atas perusahaan lain tentunya diharapkan akan memperoleh
produk yang tentu saja jika perusahaan yang diakuisisi akan
mengembangkan produk yang ada.
5. Akuisisi untuk mempertahankan bisnis inti.
Untuk memperkuat bisnis inti, adakalanya perusahaan perlu
melakukan akusisi perusahaan lain. Tentunya yang diakuisisi tersebut
6. Akuisisi untuk mendapatkan dasar berpijak di luar negeri.
Untuk sebuah perusahaan yang berambisi untuk cepat berkembang
menjadi besar, seringkali diperlukan pengembangan usaha keluar negeri
dengan cara akuisisi.
7. Akuisisi untuk meningkatkanCritical Mase Competitive.
Suatu perusahaan dituntut menjadi besar untuk menjalankan
bisnisnya. Misalnya, jika perusahaan tersebut ingin mengikuti tender
proyek besar. Agar dapat mencapai ukuran yang besar secara cepat,
akuisisi perusahaan adalah jalan baik, termasuk akuisisi perusahaan di
luar negeri.
B. Kinerja Perusahaan
B.1 Pengertian Kinerja Perusahaan.
Terdapat definisi kinerja diantaranya :
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005:570) kinerja adalah merupakan
kata benda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang
diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja (tt peralatan):
2. Di dalam Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia,2004:
5) dikemukakan bahwa:
“Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber ekonomi yang mungkin dikendalikan
di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di
samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam pertimbangan tentang
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.”
Kinerja adalah tingkat keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam suatu
tahun buku tertentu. Kinerja juga mengandung pengertian kemampuan kerja untuk
menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif. Dalam suatu perusahaan,
tinggi rendahnya kinerja diukur dalam bentuk laba yang dihasilkan.
Untuk menghasilkan laba yang maksimal, diperlukan kemampuan melihat
celah-celah keuntungan dan memprediksi masa yang akan datang. Di samping itu,
manajemen harus memiliki kemampuan untuk menggerakkan kreativitas sumber
daya manusia yang ada agar dapat bekerja sama secara efektif dan efisien.
Pada akhirnya, kemampuan manajemen menggerakkan dan memanfaatkan
sumber daya yang ada akan dapat dinilai dari laporan keuangan yang disusun
setiap akhir periode. Melalui laporan keuangan tersebut dapat dievaluasi dan pada
akhirnya diperbaiki hal-hal yang menjadi penghalang maksimalisasi kinerja
perusahaan. Di samping itu, juga dapat direncanakan hal-hal yang perlu dilakukan
sehubungan dengan peningkatan kinerja di masa yang akan datang. Untuk
mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja.
Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja
perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam
periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan
penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi)
berdasarkan standar tertentu.
B.2 Unsur Kinerja Perusahaan
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personil mencapai sasaran
organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku
dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam
rencana strategik, program dan anggaran organisasi. Penilaian kinerja juga
digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk
merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan
balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik
maupun ekstrinsik.
Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non
keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan
di masa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran non
keuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan cost effectiveness proses
bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen personil yang akan menentukan
kinerja keuangan masa yang akan datang. Ukuran keuangan menunjukkan akibat
dari berbagai tindakan yang terjadi diluar non-keuangan.
Ukuran keuangan dapat tercermin dalam laba perusahaan. Penghasilan bersih
atau laba seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran
yang lain seperti penghasilan per lembar saham (earning per share). Unsur yang
(income) dan beban (expences). Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan
beban, dan karenanya juga penghasilan bersih, tergantung pada konsep modal dan
pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan
keuangannya (Prastowo, 2002: 11).
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penurunan kewajiban yang menyebabkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi (setoran) penanaman modal
(Prastowo, 2002:11). Penghasilan meliputi pendapatan (revenues) maupun
keuntungan (gains). Pendapatan muncul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan
yang normal, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividend royalty, dan
sewa. Sedangkan keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi
penghasilan yang mungkin timbul atau tidak dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa. Keuntungan meliputi pos yang timbul dalam pengalihan
aktiva lancar dan keuntungan yang belum direalisasi, misalnya kenaikan jumlah
aktiva jangka panjang.
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal (Prastowo, 2002: 11). Beban mencakup
kerugian (loss) maupun beban yang timbul dari pelaksanaan aktivitas biasa.
Beban ini meliputi antara lain beban pokok penjualan, gaji dan depresiasi, yang
biasanya berbentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktivitas seperti kas (setara
Prinsip-prinsip pengukuran kinerja perusahaan menurut R.A Supriyono
(Andra,2006:33) yaitu :
1. Konsisten dengan tujuan perusahaan.
Ukuran-ukuran kinerja harus konsisten dengan tujuan stakeholders.
Ukuran-ukuran kinerja perusahaan harus menyediakan keterkaitan antara
aktivitas-aktivitas bisnis dengan rencana strategi bisnis. Oleh karena itu
rencana strategi bisnis harus dinyatakan untuk berbagai hierarki
manajemen organisasi.
2. Memiliki adaptabilitas pada kebutuhan bisnis.
Ukuran-ukuran kinerja harus dapat beradaptasi terhadap perubahan
kebutuhan bisnis maupun dengan berbagai macam tujuan. Jika
kebutuhan-kebutuhan bisnis berubah maka ukuran-ukuran kinerja juga
harus diubah. Ukuran-ukuran kinerja harus dikaji ulang dan diurutkan
seperlunya agar mencerminkan faktor-faktor sukses yang relevan.
Ukuran-ukuran kinerja yang ada harus dikaji ulang, dimodifikasi,
dikurangi atau jika perlu dihapuskan. Ukuran kinerja diubah hanya jika
kebutuhan-kebutuhan bisnis berubah dan bukan karena perubahan gaya
manajemen.
3. Dapat mengukur aktivitas-aktivitas signifikan.
Ukuran-ukuran kinerja harus disusun pada level aktivitas. Ukuran
kinerja tersebut harus menceminkan aktivitas-aktivitas yang signifikan
bagi perusahaan. Setiap perusahaan harus menentukan aktivitas-aktivitas
beroperasinya. Aktivitas-aktivitas tersebut harus digolongkan menjadi dua
yaitu : (1) aktivitas yang bernilai tambah, dan (2)
aktivitas-aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah.
4. Mudah diaplikasikan.
Ukuran-ukuran kinerja harus mudah diaplikasikan. Jika
aktivitas-aktivitas signifikan telah didefinisikan, maka ukuran-ukuran kinerja harus
disusun dan untuk itulah aktivitas harus mudah untuk dipahami.
Jumlahnya tidak banyak dan dapat dikuantitatifkan. Banyak ukuran
kinerja yang dapat dinyatakan dalam kualitatif dalam ukuran keuangan
dan maupun non-keuangan.
5. Mempunyai akseptabilitas dari atas ke bawah.
Perusahaaan harus memahami bahwa ukuran-ukuran kinerja berperan
dalam mempengaruhi perilaku para manager. Pendekatan dari atas ke
bawah harus digunakan untuk menentukan ukuran-ukuran kinerja yang
dapat memotivasi perilaku optimal pada semua level perusahaan.
Organisasi level bawah harus mendukung pencapaian tujuan-tujuan yang
diputuskan oleh manajemen puncak dengan mempertimbangkan
usulan-usulan dari level bawah.
6. Berbiaya efektif.
Informasi mengenai pengukuran kinerja harus berbiaya efektif,
tersedia saat diperlukan, dan disajikan tepat waktu. Aktivitas tertentu
mungkin mempunyai hubungan yang rumit dengan: (a) manusia yang
(c) teknologi yang digunakan. Kondisi ini mengakibatkan pengukuran
kinerja sulit dilakukan dan memerlukan waktu yang banyak dan biaya
yang tinggi.
7. Tersaji tepat waktu.
Informasi kinerja harus tersaji tepat waktu dan dalam format yang
bermanfaat untuk pembuatan keputusan. Informasi kinerja yang disajikan
terlambat kurang manfaatnya dan kurang memotivasi para manajer dan
pelaksana yang diukur kinerjanya. Penyajian informasi tepat waktu juga
harus dihubungkan dengan validitasnya serta manfaat dan biayanya.
Laporan informasi kinerja yang tepat waktu bermanfaat untuk
memperoleh umpan balik dan penyempurnaan yang cepat.
C. Laporan Keuangan
C.1 Pengertian Laporan Keuangan.
Setiap akhir periode perusahaan diwajibkan untuk membuat laporan
keuangan. Laporan yang dibuat perusahaan minimal harus memuat laporan
neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan modal. Namun akhir-akhir ini
perusahaan sudah diminta untuk membuat laporan arus kas dan laporan tambahan
yang mungkin berguna bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan.
Menurut Myer (Munawir, 2004:5) dalam bukunya yang berjudul Financial
Statement Analysis mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan
“Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan
daftar pendapatan atau daftar laba-rugi. Pada waktu ini sudah menjadi kebiasaan
perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau
daftar laba yang tidak dibagikan”.
Menurut PSAK No.1 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004:4) tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan kinerja dan arus
kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen saat penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Munawir terdapat 3(tiga) sifat dalam laporan keuangan diantaranya :
(1) fakta yang telah dicatat, berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar
fakta dari catatan akuntansi; (2) prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam
akuntansi, berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun
anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim; dan (3) pendapat pribadi, berarti meskipun pencatatan transaksi telah ada
dalilnya namun penggunaan tergantung dari akuntan perusahaan yang
bersangkutan.
C.2 Arti Penting Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun
perkembangan suatu perusahaan adalah (Munawir, 2004 : 3)
1. Pemilik perusahaan,
Mereka sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaannya karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan akan
dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaan.
Karena hasil-hasil stabilitas serta kontinuitas atau kelangsungan
perusahaan tergantung dari cara kerja atau efisiensi manajemennya.
2. Manajer atau pimpinan perusahaan
Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya maka seorang
manajer dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem,
dan menentukan kebijakan yang tepat untuk masa yang akan datang. Bagi
manajemen yang terpenting adalah bahwa laba yang dicapai cukup tinggi,
cara kerja yang efisien, aktiva aman dan terjaga cukup baik, struktur
permodalan sehat dan bahwa perusahaan memiliki rencana yang baik
mengenai hari depan, baik dibidang keuangan maupun bidang operasi
Dalam hubungannya dengan analisis laporan keuangan tersebut manajer
merupakan “orang dalam”, orang yang dapat menggunakan data
keuangan apapun yang ada dalam perusahaan, dan hasil analisa
sepenuhnya untuk kepentingan perusahaan yang bersangkutan. Oleh
3. Investor
Mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa yang
akan datang, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk
mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek
perusahaan tersebut. Dari analisa laporan tersebut para investor akan
dapat menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya.
4. Kreditur
Informasi keuangan bermanfaat bagi kreditur untuk memutuskan
apakah pinjaman yang diberikan serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh
tempo.
5. Pemerintah
Pemerintah sangat berkepentingan untuk menentukan besarnya pajak
yang yang harus ditanggung oleh perusahaan. Selain itu dengan melihat
laporan keuangan dimana para buruh bekerja maka pemerintah akan
mengetahui kemampuan perusahaan untuk memberikan upah dan jaminan
sosial yang lebih baik.
C.3 Keterbatasan Laporan Keuangan.
Dalam prinsip-prinsip akuntansi Indonesia sifat dan keterbatasan laporan
keuangan adalah :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap
sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak lepas dari penggunaan
taksiran dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang materiil. Demikian pula
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu
mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh
yang materiil terhadap kelayakan laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa atau transaksi dari pada bentuk hukumnya.
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah teknis, dan
pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis dari
informasi yang disajikan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat menimbulkan
variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
D. Analisis Laporan Keuangan
D.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan.
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk membedah laporan
keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah hubungan antara unsur-unsur
tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik
dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.
Menurut Leopold A.Bernsten (Prastowo, 2002, 52) memberi definisi analisis
laporan keuangan sebagai berikut: Financial statement analysis is the judgmental
process that aims to evaluate the current and past financial positions and results
of operation of enterprise, whit primary objective of determining the best possible
estimate and predictions about future conditions and performance.
Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa analisis laporan keuangan
merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu
mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang
dan masa lalu, dengan tujuan utama menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang
(Prastowo, 2002:52).
D.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan.
Ada kesenjangan antara informasi yang disajikan laporan keuangan dengan
informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai. Di satu sisi laporan keuangan
menyajikan suatu informasi mengenai apa yang telah terjadi, sementara di sisi lain
para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi mengenai apa yang
Untuk memecahkan kesenjangan kebutuhan informasi diperlukan suatu
analisa terhadap laporan keuangan, terutama dalam memprediksi apa yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang. Dengan demikian fungsi yang pertama
dan yang utama dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengkonversi data
menjadi informasi.
Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, namun
tujuan yang terpenting adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil
keputusan pada dugaan murni, terkaan dan intuisi, serta mengurangi dan
mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak dapat dielakkan pada setiap
proses pengambilan keputusan (Prastowo, 2002:53).
D.3 Prosedur, Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan.
1. Prosedur Analisis Laporan Keuangan.
Berbagai langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan
keuangan adalah sebagai berikut (Prastowo, 2002 :53-54) :
a. Memahami latar belakang perusahaan yang dianalisis mencakup
pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan dan
kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan
tersebut. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang
akan dianalisis merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum
menganalisis laporan keuangan perusahaan.
b. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan.
Kondisi yang perlu dipahami mencakup : (1) informasi mengenai
perubahan teknologi; (3) perubahan selera konsumen; (4) perubahan
faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat
bunga, tingkat inflasi, dan pajak; (5) perubahan yang terjadi di dalam
perusahaan itu sendiri seperti perubahan posisi manajemen kunci.
c. Mempelajari dan me-review laporan keuangan. Sebelum berbagai
teknik analisis laporan keuangan diaplikasikan, perlu dilakukan
review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Apabila
dipandang perlu, dapat menyusun kembali laporan keuangan
perusahaan yang dianalisis. Tujuan me-review ini adalah untuk
mendapatkan gambaran data keuangan yang relevan yang sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
d. Menganalisis laporan keuangan. Setelah mengetahui profil
perusahaan dan me-review laporan keuangan, maka dengan
menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat
menganalisis laporan keuangan dan menginterprestasikan hasil
tersebut.
2. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu metode analisis horizontal dan metode
analisis vertikal (Prastowo, 2002: 54-55).
a. Metode analisis horizontal (dinamis).
Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang
beberapa periode sehingga dapat diketahui perkembangan dan
kecenderungannya. Disebut metode horizontal karena analisis ini
membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda.
Disebut dinamis karena metode ini bergerak dari waktu ke waktu.
Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain
teknik analisis perubahan, analisis indeks (trend), analisis sumber dan
penggunaan, dan analisis perubahan laba kotor.
b. Metode analisis vertikal (statis).
Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode
tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan
pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama , maka metode
ini disebut metode vertikal. Disebut statis karena metode ini
membandingkan pos-pos laporan keuangan pada periode yang sama.
Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi ini antara lain teknik
analisis persentase per-komponen (Common-size), analisis rasio, dan
analisisBreak-even.
D.4 Analisis Rasio Keuangan.
Untuk mengukur kinerja perusahaan perlu alat ukur yaitu rasio keuangan.
Rasio akan menggambarkan posisi perusahaan pada periode tertentu. Biasanya
rasio akan digunakan perusahaan untuk membandingkan kinerja perusahaan dari
sejenis. Rasio perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang telah ada yaitu
laporan neraca dan laporan rugi-laba dari perusahaan yang bersangkutan.
Rasio-rasio yang dikembangkan untuk menganalisis laporan keuangan pada
perusahaan pada umumnya dikelompokkan menjadi 5 yaitu :
1. Rasio Likuiditas.
Rasio likuiditas ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek.
2. RasioLeverage.
Rasio Leverage ini digunakan untuk mengukur proporsi dana
perusahaan yang bersumber dari hutang.
3. Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas ini digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan
dana.
4. Rasio Keuntungan.
Rasio keuntungan ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal yang dimiliki,
baik modal asing maupun modal sendiri.
5. Rasio Pasar.
Rasio pasar ini digunakan untuk mengukur seberapa besar nilai pasar
saham perusahaan dibandingkan dengan nilai bukunya.
Dalam mengukur kinerja perusahaan berdampak baik atau tidak setelah
1. Earnings Per Share (EPS).
Earnings Per Share menunjukkan bagian laba yang dinikmati oleh
pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Besar
kecilnya EPS dipengaruhi oleh laba bersih dan jumlah lembar saham yang
dimiliki perusahaan. Jika perusahaan menambah modal saham dengan
mengeluarkan lembar saham baru sementara laba tidak berubah maka
EPS akan semakin kecil.
2. Dividend Per Share (DPS).
Dividend Per Share menunjukan besarnya deviden tunai yang
dibayarkan untuk setiap lembar saham. Jumlah inilah yang betul-betul
dinikmati oleh pemegang saham atas dana yang mereka investasikan pada
perusahaan tersebut.
3. Price Earnings Ratio ( PER ).
Price Earnings ratio didapatkan dari hasil pembandingan antara harga
per lembar saham dengan laba per lembar saham. PER mengindikasikan
tingkat pertumbuhan perusahaan. Semakin tinggi PER semakin prospektif
perusahaan.
4. Market to Book Value.
Market to Book Value ini akan membandingkan antara nilai pasar
perusahaan dengan nilai bukunya. Rasio ini mengindikasikan apakah
perusahaan undervalued atau overvalued. Undervalued artinya
rendah dibanding dengan nilai bukunya. Sebaliknya overvalued terjadi
ketika nilai pasar melebihi nilai buku perusahaan.
5. Net Profit Margin.
Net Profit Margin ini akan mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan dari penjualan.
E. Penelitian Terdahulu
1. Hendro Widjanarko
Hendro melakukan penelitian tentang “Merger, Akuisisi dan Kinerja
Perusahaan Studi Atas Perusahaan Manufaktur Tahun 1998-2002”,
penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal utilitas vol. 14 No. 1 Januari
2006. Di dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa akuisisi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah
akuisisi.
2. Ceicilia Bintang Hari Yudhanti
Ceicilia Bintang Hari Yudhanti dalam penelitian tentang “Analisis
Kinerja Operasi Perusahaan yang Melakukan Merger atau Akuisisi”.
Penelitian ini hanya menguji kinerja operasi jangka pendek satu tahun
sebelum dan satu tahun setelah terjadi akuisisi. Menemukan bahwa tidak
adanya perbedaan yang signifikan kinerja operasi perusahaan antara
sebelum dan setelah perusahaan melakukan merger atau akuisisi. Karena
setelah merger atau akuisisi) maka kinerja operasi belum menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan (Rahman dan Limmack, 2000).
F. Kerangka Berfikir
Untuk mempermudah dalam memahami konsep mengenai
variabel-variabel yang diteliti maka penulis menggunakan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
1. Earnings Per Share(EPS).
Gambar II.1
2. Dividend Per Share(DPS).
3. Price Earnings Ratio(PER).
Gambar II.3
4. Net Profit Margin(NPM).
Gambar II.4
5. Market to Book Value.
Gambar II.5
G. Hipotesis:
Berdasarkan teori di atas maka rumus hipotesis yang sehubungan dengan
tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati apakah akuisisi memberikan pengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hipotesisnya dapat disusun berdasarkan
rasio-rasio yang dipilih dalam bentuk sebagai berikut:
1. Earnings Per Share
H0 : µ1 = µ2 HA : µ1 ≠ µ2
0
H = Tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum
dan setelah akuisisi.
A
H = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
2. Dividend Per Share.
H0 : µ1 = µ2 HA : µ1 ≠ µ2
0
H = Tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum
dan setelah akuisisi.
A
H = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
setelah akuisisi.
3. Price Earnings Ratio.
H0 : µ1 = µ2 HA : µ1 ≠ µ2
0
H = Tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum
dan setelah akuisisi.
A
H = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
setelah akuisisi.
4. Net Profit Margin
H0 : µ1 = µ2
HA : µ1 ≠ µ2
0
H = Tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum
dan setelah akuisisi.
A
H = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
5. Market to Book Value
H0 : µ1 = µ2 HA : µ1 ≠ µ2
0
H = Tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum
dan setelah akuisisi.
A
H = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
setelah akuisisi.
1. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% dengan pengujian dua
sisi.
2. Memutuskan apakah hipotesis diterima atau ditolak.
BilaAsymp.sig< 5%, H0 ditolak
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada perusahaan-perusahaan yang
melakukan aktivitas akuisisi pada tahun 2000 yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia dulunya bernama Bursa Efek Jakarta.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
melakukan kegiatan akuisisi pada tahun 2000 dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Sampel
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan
menggunakan pertimbangan tertentu (Purwanto, 2004:332).
Kriteria perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah:
a. Perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitas akuisisi pada tahun
2000.
b. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah perusahaan yang telah
menyusun laporan keuangan selama kurun waktu 3 tahun, baik sesudah
maupun sebelum melakukan akuisisi.
C. Waktu Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan antara Januari 2008 – April 2008.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Pojok BEI Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
D. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan
aktivitas akuisisi pada periode 2000.
2. Objek Penelitian
Objek Penelitian adalah bagian atau unsur-unsur yang diteliti, dimana
dalam penelitian ini objek penelitiaan adalah laporan keuangan
perusahaan. Laporan keuangan perusahaan tersebut terdiri dari Neraca
dan Laporan Laba-Rugi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan diambil dalam penelian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan dalam
beberapa dokumen. Adapun sumber data diperoleh penulis di pojok BEI yang ada
F. Data yang Diperlukan
Penelitian ini memerlukan data yang mendukung jawaban pada persoalan
sehingga data tersebut dapat diolah dan menghasilkan jawaban atas permasalahan
yang dikemukakan. Berikut data yang diperlukan dalam penelitian:
1. Nama-nama perusahaan yang melakukan kegiatan akuisisi pada periode
tahun 2000.
2. Laporan keuangan masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel
penelitian, yang terdiri dari :
a. Neraca dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel selama
kurun waktu 3(tiga) tahun baik sesudah maupun sebelum melakukan
akuisisi.
b. Laporan laba rugi dari masing-masing perusahaan yang dijadikan
sampel selama kurun waktu 3(tiga) tahun baik sesudah maupun
sebelum melakukan akuisisi.
G. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang terdiri dari variabel inti
dan variabel moderat. Variabel inti dari penelitian ini adalah kinerja keuangan
yang dapat diukur dengan rasio keuangan, sementara variabel moderat dari
penelitian ini adalah akuisisi.
1. Kinerja
Kinerja mengandung pengertian kemampuan kerja untuk
lembaga atau badan usaha, tinggi rendahnya kinerja diukur dalam bentuk
laba yang dihasilkan.
Perhitungan rasio keuangan bertujuan untuk melihat pengaruh
akuisisi perusahaan secara fundamental yaitu pengaruhnya terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini penulis hanya mencari
besarnya nilai dari rasio-rasio keuangan kemudian membandingkannya
antara sebelum dan sesudah akuisisi. Rasio keuangan yang digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan menggunakan rasio Net
Profit Margin, Market to Book Value, Earnings Per Share, Price
Earnings Ratio,Dividend Per Share.
2. Akuisisi
Berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 22
definisi akuisisi dari perspektif akuntansi adalah :
”Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu
perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva
neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberi
aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham”.
H. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis melakukan beberapa tahap yang sesuai
1. Perhitungan rasio.
a. Perhitungan rasio nilai pasar.
Perhitungan rasio nilai pasar bertujuan untuk melihat pengaruh
akuisisi secara menyeluruh, yaitu pengaruhnya terhadap kinerja
finansial perusahaan. Rasio-rasio nilai pasar tersebut akan
dibandingkan antara periode sebelum dan sesudah akuisisi. Dalam
penelitian analisis rasio nilai pasar penulis hanya mencari besarnya
nilai-nilai dari rasio-rasio nilai pasar kemudian membandingkan
antara sebelum dan sesudah akuisisi.
1) Earning Per Share(EPS).
Earning Per Share menunjukkan bagian laba yang dinikmati
oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimiliki.
Besar kecilnya EPS dipengaruhi oleh laba bersih dan jumlah
lembar saham yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan
menambah modal saham dengan mengeluarkan lembar saham
baru sementara laba tidak berubah maka EPS akan semakin kecil.
EPS dapat dihitung dengan formula:
EPS =
2) Dividend Per Share(DPS).
Dividend per Sharemenunjukan besarnya deviden tunai yang
dibayarkan untuk setiap lembar saham. Jumlah inilah yang
betul-betul dinikmati oleh pemegang saham atas dana yang mereka
investasikan pada perusahaan tersebut. Net Income
DPS dapat dihitung dengan formula:
DPS =
3) Price Earning Ratio(PER).
Price Earning Ratio (PER) didapatkan dari hasil
perbandingan antara harga per lembar saham dengan laba per
lembar saham. PER mengindikasikan tingkat pertumbuhan
perusahaan. Semakin tinggi PER semakin prospektif perusahaan.
PER dapat dihitung dengan formula:
4) Market to Book Value(M/B Value).
Market to Book Value juga dinamakan juga Valuation Ratio
atau Q’Ratio. Rasio ini membandingkan antara nilai pasar
perusahaan dengan nilai bukunya. Rasio ini mengindikasikan
apakah perusahaan undervalued atau overvalued. Undervalued
artinya perusahaan dihargai terlalu rendah, karena nilai pasar
perusahaan lebih rendah dibanding dengan nilai bukunya.
Sebaliknya overvalued terjadi ketika nilai pasar melebihi nilai
buku perusahaan. Nilai perusahaan diperoleh dari penjumlahan
intensitas perputaran ini sangat terkait dengan karakteristik
perusahaan.
b. Perhitungan rasio keuntungan :
1) Net Profit Margin.
Net Profit Margin didapatkan dari perbandingan laba
perusahaan setelah pajak atas pejualan bersih yang terjadi. Rasio
ini akan memberikan pesan nilai penjualan menghasilkan tingkat
keuntungan tertentu.
Net Profit Margin =
bersih Penjualan
bersih Laba
2. Uji Statistik
Dalam menguji kinerja perusahan sebelum dan sesudah akuisisi,
metode yang digunakan adalah uji beda. Untuk uji statistik non-parametik
penulis menggunakan uji peringkat tanda Wilcoxon. Dalam menentukan
waktu sebelum dan sesudah akuisisi, akan menggunakan data keuangan
terakhir sebelum dan sesudah akuisisi. Atau menggunakan laporan
keuangan pada awal dan akhir periode, pada saat perusahaan melakukan
akuisisi.
Hasil uji normalitas yang pernah dilakukan para ahli menunjukkan
bahwa data keuangan yang terdapat pada BEI tidak terdistribusi secara
normal. Uji statistik non-parametik sangat tepat digunakan apabila data
yang dimiliki tidak terdistribusi secara normal. Apabila data sudah
terdistribusi mendekati normal maka pengujian hipotesis dapat dilakukan.
Uji peringkat tanda Wilcoxon bertujuan untuk mengetahui
signifikansi perubahan kinerja perusahaan yang melakukan aktivitas
sebagai indikator perubahan kinerja finansial perusahaan sebelum akuisisi
dan sesudah akuisisi. Uji peringkat tanda Wilcoxon tidak hanya
mengidentifikasi arah perubahan, tetapi juga besarnya perubahan kinerja
perusahaan (Payamto,2001: 252).
Prosedur pengujian peringkat tanda Wilcoxon dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut (Supranto,2001:301):
Tidak Ya
Menyatakan Ho dan Ha
Tetapkan taraf signifikansi yang diinginkan
Susun pasangan data dan kemudian tentukan besarnya perbedaan tanpa memperhatikan tanda.
Bubuhkan tanda yang tepat bagi setiap peringkat yang ditetapkan
Jumlahkan peringkat yang berada pada kolom bertanda positif dan negatif
Tetapkan nilai hitung T bagi angka terkecil dari kedua jumlah di atas
Lihat tabel T kritis Wilcoxon dan tentukan nilai tabel yang tepat.
Apakah nilai hitung T ≤nilai tabel T Terima
Ho
Langkah-langkah dalam pengujian peringkat tanda Wilcoxon dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik.
H0 : µ1 = µ2
HA : µ1 ≠ µ2
0
H = Tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum
dan setelah akuisisi.
A
H = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
setelah akuisisi.
b. Menentukan besar dan tanda antar pasangan data.
Kita menghitung rasio keuangan setiap perusahaan, kemudian
kita membandingkan per-rasio dan menampilkannya dalam tabel.
Kemudian menghitung selisih per-rasio untuk waktu sebelum dan
sesudah akuisisi dan pemberian tanda negatif atau positif.
c. Menyusun peringkat perbedaan tanpa memperhatikan tanda.
Kita menentukan peringkat data dari nilai terbesar hingga terkecil
tanpa memperhatikan tandanya.
d. Pemberian tanda atas peringkat yang telah ditetapkan.
Membubuhkan tanda setiap perbedaan (sebagaimana ditunjukkan
dalam langkah c) terhadap peringkat yang telah ditetapkan
(sebagaimana dilakukan dalam langkah c). Langkah ini menghasilkan