• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyesuaian Diri Remaja Pemain Barongsai di Perkumpulan Liong-Samsie Panca Naga Muntilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penyesuaian Diri Remaja Pemain Barongsai di Perkumpulan Liong-Samsie Panca Naga Muntilan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Penyesuaian Diri Remaja Pemain Barongsai

di Perkumpulan Liong-Samsie

Panca Naga Muntilan

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Tania Indriawati

009114055

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Indriawati, Tania. 2008. Penyesuaian Diri Remaja Pemain Barongsai di Perkumpulan Liong-Samsie Panca Naga Muntilan.

Barongsai yang dahulu tidak diperbolehkan melakukan pertunjukan karena adanya pembatasan gerak untuk warga keturunan dalam upacara keagamaan setelah adanya G30S/PKI kini semakin berkembang dan banyak kita jumpai di era reformasi ini. Barongsai pada umumnya dimainkan dua orang. Para pemain ini membutuhkan kerjasama dan kekompakan yang lebih dari sebuah pengertian antara pemain yang satu dengan yang lainnya.

Penyesuaian diri adalah proses mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi ituasi-situasi yang baru. Masa remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa merupakan masa yang penuh gejolak emosi dan ketidak-seimbangan “Strom and Stress” mengakibatkan remaja mengalami hambatan secara psikologis yang salah satunya adalah penyesuaian diri. Aspek yang dapat mempengaruhi remaja didalam penyesuaian diri adalah seperti aspek emosi, sosial, aktivitas, serta kemampuan berkomunikasi pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penyesuaian Diri pada anak-anak pemain Barongsai di Perkumpulan Liong –Samsie Panca Naga Muntilan.

Penelitian kualitatif ini menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara. Subyek penelitian adalah Anak-anak pemain Barongsai di Perkumpulan Liong Samsie Panca Naga Muntilan yang masuk kategori umur remaja dan selalu bermain pada setiap pertunjukan. Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan wawancara. Metode analisis data adalah dengan analisis tematik.

(7)

ABSTRACT

Indriawati, Tania. 2008. self adjustment at adolescent Player of Barongsai in Group Of Liong-Samsie Panca Naga Muntilan.

Erstwhile Barongsai not be enabled to do show caused by demarcation of motion for the citizen of clan in religious ceremony after existence of G30S / PKI nowadays progressively expand and many us meet in reform era. Barongsai in general played by two people. This player require solidarity and cooperation which more than a congeniality between player which is one with is other.

Adjustment of it self is process study new attitude or action to face new ituasi-situasi. Teen-Age representing transitory time from a period of/to child to a period of/to adult represent a period of/to which is the full of emotion distortion and of ketidak-seimbangan " And Stress Strom" resulting adolescent experience of resistance psychologically which one of them is adjustment of it self. Aspect

able to influence adolescent in adjustment of it self is like emotion aspect, social, activity, and also ability communicate [at] is adolescent.

Target of this research is to know how self adjustment of adolesence player of Barongsai in Group Of Liong - Samsie Panca Naga Muntilan.

This qualitative research, proces and processed decriptive data, like interview transcript. Subject research is Children who player of Barongsai in Group Of Liong Samsie Panca Naga Muntilan which in adolescent age category and always play in every show. The data’s analysis method is with thematic analysis.

(8)
(9)

‘Bermimpilah tentang apa yang kita inginkan. Tetapi

janganlah kamu hanya terbuai di dalam mimpi-mimpi.

Bangunlah dari mimpimu dan wujudkanlah mimpi-mimpimu itu

karena apa yang terjadi di dunia sebagian besar berasal dari

mimpi dan impian manusia.’

‘Be Your self’

‘Janganlah melekat pada apa yang di cintai dan pada apa

yang tidak di cintai, karena tidak bertemu dengan orang yang di

cintai dan bertemu dengan orang yang tidak di cintai, keduanya

merupakan suatu penderitaan’

Ku persembahkan

Kepada Papa dan Mama tercinta

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, berkat, karunia dan penyelenggaraan-Nya yang di limpahkan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mengakhiri masa studi penulis dan untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma.

Dengan selesainya skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan baik. Terima kasih untuk semua kebaikan-Mu kepadaku Tuhan, kau begitu menyayangiku..

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si , selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

(11)

5. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran membimbing, membantu dan memberikan masukan yang berguna dalam menyelesaikan sripsi ini.

6. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih atas bantuan dan kebaikan bapak dan ibu dalam menguji skripsi Nia.

7. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan sumbangsih pengetahuan dan keteladanan bagi penulis. 8. Para Staff dari Fakultas Psikologi Univeritas Sanata Dharma, Mas Muji,

Mas Doni, Mas Gandhung, Mbak Nanik, Pak Gi yang telah banyak membantu penulis selama ini.

9. Papa, Mama dan Alm. O’ok, terima kasih sudah mengasuhku selama ini, memberikan semangat, dukungan, doa dan perhatian pada penulis. Specially for Mom, thanks to giving me a reality that sometime things are not like what we want to.

10.O Kian, Om Dalimun, Cek Gee, Cim Ciauw, Dody, Sylvi, makaci ya buwat do’a dan dukungan-nya..

11.Wo Te Ai, makasih atas dukungan dan kasih sayang yang kau berikan selama ini ^.^

(12)

13.Teman-teman yang sudah banyak memberikan rasa persahabatan dan persaudaraan, dukungan dan pertolongannya.. Eka, Cici, Nifita, Nana, Tony, Annette, Poer, Devi 01, Emi 01, temen-temen angkatan 2000.

14.Temen-temen Republik ‘n emon makasi ya atas pertemanan kalian selama ini... Senang bisa kenal ma kalian.. Koh Budi dan keluarganya makasi buat semuanya. Maaf atas segala kerepotannya yang uda nia kasi ke kalian selama ini...

15.‘Ko Agung ‘n Dede... thanks atas bantuan ‘n marah2 kalian ya... thanks juga wat saran, masukan ‘n bantuan ke nia buat kasi jalan keluar masalah nia... maafin adik-mu yang penuh masalah ‘n cu’il ini

16.Shujin tamashii, thanks atas bantuan dan dukungan bwat nia selama ini, maaf atas segala kerepotan dan kesusahan yang nia kasi... makasi atas semua yang telah kau berikan pada Nia, atas segala rasa yang nia rasakan karnamu. Moga Tuhan berikan yang terbaik untukmu.

17.Om Adjie Chandra dan Engkong Bhe Kwat Jien, terima makasih atas bantuannya dan kerepotannya selama ini. Anak-anak Panca Naga Muntilan... makasi ya.. uda banyak bantuin Nia ‘n ngejailin nia..

18.The Invisible man and woman, yang uda temani n bantu nia dalam suka dan duka selama ini. Thank u so much, tanpa kalian, nia ga akan bisa begini... 19.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih

(13)
(14)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan... ii

Halaman Pengesahan... iii

Halaman Persembahan... iv

Pernyataan Keaslian Karya... v

Abstrak... vi

Abstract... vii

Halaman Moto... vii

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi karya Ilmiah... ix

Kata Pengantar... x

Daftar Isi... xiv

Daftar Lampiran... xvi

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Peyesuaian Diri Remaja... 5

(15)

C. Perkumpulan Liong-Samsie Panca Naga Muntilan... 14

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 16

A. Jenis Penelitian... 16

B. Subyek Penelitian... 17

C. Batasan Permasalahan... 17

D. Metode Pengumpulan Data... 18

E. Pedoman Wawancara... 19

F. Analisis Data... 20

G. Kredibilitas... 23

H. Dependibilitas... 25

I. Konfirmibilitas... 26

BAB IV : PELAKSANAAN dan HASIL PENELITIAN... 27

A. Pelaksanaan ... 27

B. Hasil Penelitian... 29

C. Pembahasan... 33

BAB V : PENUTUP... 35

A. Kesimpulan... 35

B. Saran... 35

Daftar Pustaka... 37

(16)

LAMPIRAN

Lampiran I TRANSKRIP WAWANCARA

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Saat ini banyak kita jumpai atraksi barongsai di berbagai acara setelah terjadinya penumbangan Orde Baru. Barongsai yang dahulu tidak diperbolehkan melakukan pertunjukan karena adanya pembatasan gerak untuk warga keturunan dalam upacara keagamaan setelah adanya G30S/PKI kini semakin berkembang dan banyak kita jumpai di era reformasi ini. Baik dalam mengisi acara kegiatan kesenian, pesta pernikahan, karnaval dan acara-acara lainnya. Kemunculannya pada beberapa tahun belakangan ini di sebabkan karena peraturan yang mengekang segala bentuk perayaan dan batasan yang berlaku pada WNI keturunan telah di hapuskan oleh Presiden ke-3 RI, Bapak Abdurrahman Wahid. Maka, Barongsai yang dulunya tidak dapat dimainkan dan di pertunjukkan kepada umum kini banyak kita jumpai. Perkumpulan-perkumpulan barongsai banyak didirikan di berbagai kota.

(18)

umumnya dimainkan dua orang. Satu orang yang paling ahli adalah yang menggerakkan kepala Barongsai, bisa meloncat tinggi sehingga seolah Barongsai bisa tegak dan yang belakang harus pandai mengikuti gerak kepalanya sehingga Barongsai tampak hidup dengan berbagai ketangkasannya (Pikiran Rakyat, 2005).

Para pemain ini membutuhkan suatu bentuk kerja sama yang lebih dari sebuah pengertian antara pemain yang satu dengan yang lainnya. Pada saat bermain, antara pemain kepala dan ekor hruslah kompak, dan antar pemain di butuhkan kerjasama dan pengertian yang tinggi sehingga dapat menampilkan suatu atraksi yang kompak. Perasaan akan menerima antar pemain yang menimbukan perasaan aman dan di hargai serta akan mendorong semakin tingginya sikap dan rasa keperdulian mereka terhadap masalah yang di hadapi oleh teman-teman antar pemain tersebut, yang pada akhirnya akan memunculkan hubungan timbal balik, saling memberi dan saling membantu di antara mereka, sehingga kesulitan seorang anggota kelompok di rasakan oleh seluruh anggotanya.

(19)

gerakan yang akan mereka lakukan. Dalam memberi masukan dan saran tersebut, kadang salah satu pemain merasa kurang senang untuk di kritik atau di beri masukan sehingga kadang terjadi keributan, yang kemudian di selesaikan secara bersama dengan anggota pemain yang lainnya.

Diluar latihan ataupun di luar perkumpulan, anak-anak pemain Barongsai ini pun masih berteman dan sering berkumpul di tempat salah satu pemainnya. Ketika mereka berkumpul, mereka seringkali bercerita tentang apapun seperti misalnya kegiatan dan kehidupannya, mereka akan saling berbagi cerita satu sama lain dan mereka sering membantu teman mereka yang sedang dilanda kesusahan.

(20)

Berdasarkan fenomena di atas, penulis ingin mengetahui tentang penyesuaian diri anak-anak pemain barongsai tersebut, yang pada usia tersebut mereka masih sering di kendalikan oleh emosi yang kadang juga mempengaruhi sosialisme mereka pada teman-teman sesama pemain Barongsai tersebut. Karena masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak emosi dan ketidak-seimbangan yang mencakup dalam “Strom andStress”. Hal ini mengakibatkan remaja mengalami hambatan secara psikologis dimana salah satunya adalah penyesuaian diri.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pengamatan peneliti, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana penyesuaian diri anak-anak pemain Barongsai di Perkumpulan Liong –Samsie Panca Naga Muntilan.

C.

Tujuan Penelitian

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyesuaian Diri Remaja

Individu dalam kehidupan sosialnya memerlukan individu lain untuk bertahan hidup. Sehingga individu-individu yang mempunyai kepentingan yang sama akan membentuk suatu kelompok sosial. Menurut Hollander (1981), penyesuaian diri adalah proses mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi situasi-situasi yang baru. Penyesuaian diri terjadi ketika seseorang menghadapi kondisi lingkungan yang baru dimana diperlukan adanya respon dari individu. Menurut Haber & Runyon (1984), penyesuaian diri yang efektif dapat terjadi jika individu dapat menerima keterbatasan- keterbatasan yang tidak dapat diubah namun tetap melakukan modifikasi terhadap keterbatasan- keterbatasan itu seoptimal mungkin.

Solidaritas kelompok merupakan suatu bentuk kesetiakawanan, kepedulian akan nasib dan penderitaan orang lain, kebersamaan dan kesatuan untuk menghadapi dan mengatasi keadaan yang tidak diinginkan secara bersama-sama melalui tindakan-tindakan baik yang positif maupun yang bersifat merugikan orang lain.

(22)

Kekompakan tersebut di butuhkan untuk dapat menyatukan dan menyelaraskan gerakan Barongsai antara pemain depan dan belakang sehingga gerakan yang dihasilkan tersebut dapat terlihat begitu kompak. Untuk mendapatkan kekompakan tersebut dituntut adanya rasa saling memiliki, rasa kebersamaan dan kesetia-kawanan yang tinggi antar pemain.

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara usia 12 sampai 21 tahun (Gunarsa, 1995; 203). Patokan tertentu untuk menetapkan batasan usia remaja belumlah ada seperti halnya Jersild (1978; 5) menandai datangnya masa remaja dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsung sampai tercapainya kemasakan dan pertumbuhan maksimal. Masa ini berlangsung mulai kira-kira pada usia 12 sampai 21 tahun. Dari berbagai pendapat diatas diambil suatu kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana biasanya dimulai dengan timbulnya tanda-tanda kelamin primer dan sekunder yang akan berakhir bila tercapai kematangan seksual yang berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun.

(23)

1. Emosi

Aspek emosi sangat mempengaruhi remaja didalam kepribadiannya. Salah satu pola emosi pada remaja yaitu marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, sedih dan kasih sayang. Remaja yang dapat mengontrol, mengendalikan serta menempatkan emosi nya dengan baik maka remaja tersebut memiliki kematangan secara emosi. Remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosi secara stabil dan tidak berubah-ubah (Hurlock,1993;213).

2. Kemampuan Bergaul

Kemampuan bergaul merupakan salah satu tugas remaja yang paling sulit karena berhubungan dengan pola sosialisasi pada remaja. Adapun pergaulan di masa remaja sangat berhubungan erat dengan kelompok teman sebaya. Hal ini merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja dapat belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Pergaulan pada masa remaja sangat luas, meliputi kelompok

chums, kelompok cliques, kelompok crowds, kelompok yang diorganisir, dan kelompok gangs (Mappiare, 1982;158-160).

3. Aktivitas

(24)

cliques atau sedikit terpaksa memusatkan perhatian pada bentuk rekreasi yang dapat dilakukan seorang diri seperti permainan dan olahraga, bersantai, berpergian, dansa, membaca, menonton televisi, dan melamun (Hurlock,1993;218).

4. Kemampuan Berkomunikasi

Kemampuan berkomunikasi sangat penting bagi remaja, hal ini dapat membuat remaja memliki rasa kepercayaan diri. Salah satu bentuk kemampuan berkomunikasi pada remaja yaitu mengobrol. Hal ini dilakukan ketika remaja sedang berkumpul dengan teman-temannya atau pada saat berbicara memaui telepon. Dengan adanya mengobrol, remaja dapat melatih dirinya sehingga remaja mampu mengemukakan perasaannya secara bebas. Mengobrol sangat mempengaruhi remaja sehingga remaja dapat memahami dirinya serta orang lain. Melalui kegiatan mengobrol, remaja akan dapat mengetahui hal-hal yang penting untuk dibicarakan dan yang tidak perlu dibicarakan (Soekanto, 1988;41-44).

(25)

Didalam menjalin hubungan dengan teman sebaya maupun teman yang tidak sebaya mengikut-sertakan adanya orang lain didalam melakukan suatu pertimbangan dimana akan digunakan untuk mengambil suatu keputusan terhadap perilakunya. Hal ini menunjukkan bahwa remaja dapat menyesuaikan dirinya dengan orang lain dan tidak bertingkah laku sekehendak hatinya.

Melalui belajar menyesuaikan dirinya maka remaja mempunyai hubungan sosial yang lebih luas dan tugas perkembangan yang lebih baik. Dengan adanya penyesuaian diri maka remaja sudah menemukan identitas diri dan telah memperoleh sistem nilai yang mendasari perilakunya dengan penuh tanggung jawab. Hal ini berarti remaja telah dapat mereaksikan dirinya dimana tidak dipengeruhi oleh sifat kekanak-kanakannya, bahkan remaja sudah dapat menguasai emosi dan keinginannya dan sudah mampu bertenggang rasa terhadap orang lain dan lingkungan disekitarnya.

2. Barongsai

Barongsai adalah kesenian yang berasal dari China, yang merupakan tradisi dan didalamnya terkandung unsur keagamaan dan olah raga (kung fu). Barongsai berkaitan dengan tradisi atau legenda dari cerita singa berbadan naga. Makhluk ini datang setiap Tahun Baru Imlek yang diasosiasikan sebagai tumbal.

(26)

bahasa Tionghoa (dialeg Hok Kian) berarti “Singa”, sehingga kata barong dapat disinonimkan dengan kata Sai; karena itu pentas Barongsai berarti pentas seni tari yang memperagakan tingkah laku dan gerak binatang Singa. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa istilah Barongsai berasal dari kata Ma Long Shi, yang artinya Ma (Kuda), Long (Naga) dan Shi (Singa / Guru), maka arti seutuhnya adalah Kuda Naga berkepala Singa yang dapat dijadikan panutan atau Guru.

Di Indonesia sebenarnya yang banyak dipentaskan bukanlah tarian Singa atau Barongsai tetapi tarian ‘SAM SIE” atau “SAM SU” yaitu sejenis

binatang / hewan mitos berbentuk seperti Katak besar bertanduk tunggal yang hidup pada pohon-pohon raksasa di daratan Tiongkok (Cina) pada jaman dahulu. Baik tarian Liong maupun tarian Sam Sie ini didalam setiap pentas pada tanduknya selalu diikatkan seuntai daun Jeruk yang dipercaya dapat membawakan suasana keteduhan dan kenyamanan.

Sebuah cerita Tionghoa Kuno (versi Tri Dharma) bahwa pada jaman dahulu ada seekor monster raksasa yang keluar hanya satu kali pada setiap tahunnya, dan bila keluar monster ini memakan apa saja yang dijumpainya, khususnya panen hasil tanaman rakyat.

(27)

monster tersebut, tetapi umat Budha mengatakan bahwa orang tua itu perwujudan dari seorang Bikhu karena kepalanya gundul.

Atas anjuran dari Bapak tua / Bikhu tersebut maka rakyat membuat boneka mirip Sam Sie yang kemudian dipakai untuk menakuti sang monster. Untuk melengkapi penampilan boneka ini maka rakyat menabuh berbagai macam tetabuhan dari benda yang ada disekitar mereka seperti panci, dandang bahkan piring dan tutup panci yang menimbulkan suara nyaring mengiringi penampilan boneka yang mereka pakai dengan menari dan hasilnya monster tersebut ketakutan serta melarikan diri masuk kedalam hutan. Ketika tahun berikutnya ia muncul lagi maka kembali rakyat membawakan tarian Sam Sie

untuk mengusirnya dan kembali berhasil.

Setiap tahun tradisi menarikan Sam Sie / barongsai ini selalu dilaksanakan dengan tidak lupa ada seorang yang menggunakan topeng Bapak tua / Bikhu sebagai penghargaan atas jasanya seperti cerita diatas, dan dengan semakin majunya jaman bentuk tarian Sam Sie ini semakin sempurna begitu pula dengan musik pengiringnya. Karena keluarnya 1 tahun sekali, sebagai ucapan syukur dan terima kasih serta wujud tolak bala / buang sial maka setiap ada tarian Sam Sie rakyat merasa senang dan pasti memasang Ang Pao

(bungkusan merah) yang didalamnya diisi sejumlah uang dan akan disantap oleh Sam Sie / Liong yang melewati depan rumahnya dimana Ang Pao itu dipasang.

(28)

juga punya semangat / kekuatan kerja yang kuat, sedangkan dalam makna filosofis lain Sam Sie / barongsai dianggap menunjukkan sifat atau unsur Yin

(negatif) sedangkan Liong / naga yang dapat menembus langit / awan dan menguasai samudera dianggap menunjukkan sifat Yang (positif), karena itu tarian Sam Sie / barongsai yang disertai tarian Naga / Liong akan menjadi / melambangkan perpaduan antara unsur Positif dan Negatif ( Yin dan Yang ). Maka dengan diadakan tari Sam Sie dan Liong yang memadukan antara unsur

Yin dan Yang (Negatif dan Positif) diharapkan membawa keharmonisan, kebahagiaan dan ketentraman hidup didunia sehingga berkah dan karunia Tuhan boleh kita terima setiap hari.

Barongsai pada umumnya dimainkan dua orang. Satu orang yang paling ahli adalah yang menggerakkan kepala Barongsai, dapat meloncat tinggi sehingga seolah Barongsai dapat tegak dan pemain belakang harus pandai mengikuti gerak kepalanya sehingga Barongsai tampak hidup dengan berbagai ketangkasannya.

(29)

yang berdegup dan berdentang-dentang, membuat Barongsai semakin hidup dalam gerakan akrobatiknya.

Permainan Barongsai ini dituntut kekompakan antar pemain kepala dan ekor yang akan membentuk suatu gerakan yang menarik sehingga diperlukan pengertian antar kedua pemain. Pada permainan ini juga dituntut akan tingginya rasa solidaritas antar pemain satu sama lain dan mereka harus dapat menahan emosi pribadi mereka dan mengutamakan kepentingan bersama.

Kesenian Barongsai yang sempat "dilarang" pada masa pemerintahan Orde Baru, kini dimainkan lagi oleh kelompok masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa. Barongsai atau "Samsie" memang berasal dari daratan Tiongkok (China) yang kemudian menyebar sampai ke negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Proses penyebaran seni yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu itu tentunya mengalami proses akulturasi dengan budaya lokal (Wargatjie, Kompas, 20/8/2001). Tidak mustahil corak permainan dan bentuk Barongsai itu mungkin tetap sama karena proses peniruan dari media komunikasi yang ada. Namun, pengetahuan tentang arti dan latar belakang Barongsai sesungguhnya sangatlah terbatas.

(30)

4. Perkumpulan Liong Samsie Panca Naga Muntilan

Perkumpulan Liong Samsie Panca Naga Muntilan diresmikan pada tanggal 13 Agustus 2000 dan dalam perkumpulan tersebut terdiri dari dua kelompok pemain, yaitu kelompok pemain Liong atau yang sering di sebut dengan Naga dan kelompok pemain Samsie atau Barongsai.

Kelompok pemain Liong, sebagian besar pemain adalah orang-orang yang sudah dewasa atau sudak bekerja. Dalam satu permainan dibutuhkan sembilan pemain untuk memainkan badan Naga tersebut. Sedangkan pada kelompok Samsie atau Barongsai para pemain terdiri dari anak-anak usia sekolah. Dan dalam satu permainan mereka bermain berpasang-pasangan.

Anak-anak pemain barongsai ini terdiri dari anak-anak yang bersekolah tingkat SD, SMP dan SMU. yang berusia 10 tahun sampai 18 tahun. Sebagian besar pemain inti barongsai adalah anak-anak SMU yang dalam cakupan umur adalah masuk dalam kategori remaja. Sebagian besar dari mereka adalah pemain yang sudah menjadi anggota sejak Perkumpulan ini berdiri, sehingga rasa kebersamaan mereka sudah terjalin cukup lama.

(31)

kumpulkan dan kemudian akan diberi nasehat serta diminta untuk menyelesaikan masalahnya secepatnya agar tidak berlarut-larut.

Latihan mereka dilakukan setiap hari Minggu pada hari biasa, namun jika waktu test atau ujian sekolah maka latihan di liburkan. Bila akan melakukan pertunjukan maka latihan dilakukan sore hari setiap hari minimal tiga hari sebelum hari H untuk persiapan. Latihan yang dilakukan bertempat dilapangan belakang Klenteng Hok An Kiong Muntilan. Anggota baru yang ingin mengikuti latihan dapat masuk langsung dan ikut latihan tanpa dipungut biaya.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

(33)

B.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak-anak pemain barongsai di perkumpulan Panca Naga Muntilan yang berusia remaja antara umur 14-19 tahun. Peneliti mengambil sample sebanyak 8 orang. Sampel yang di ambil merupakan pemain barongsai yang selalu tampil dalam atraksi pertunjukan dan merupakan pasangan tetap dalam melakukan atraksi permainan. Sampel berumur antara 14-19 tahun dan peneliti menganggap bahwa mereka dapat mewakili apa yang ingin di ketahui oleh peneliti.

C.

Batasan Istilah

(34)

D.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap. Analisis induktif dimulai dengan observasi khusus, yang akan memunculkan tema-tema, kategori-kategori dan pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut (Patton, 1990). Dalam tahap pertama, peneliti melakukan observasi ke lapangan saat subyek melakukan latihan, saat tidak latihan, saat mengadakan pertunjukan. Serta menanyakan kepada pengurus atau penanggung jawab tentang siapa saja pemain inti dalam tiap pertunjukan. Pemain inti adalah pemain yang selalu melakukan atraksi pertunjukan pada tiap acara.

(35)

E.

Pedoman Wawancara

ASPEK POINT DESKRIPSI

Emosi yang terdiri dari marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, sedih dan kasih sayang. Remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosi secara stabil dan tidak berubah-ubah

Kontrol emosi dan pengendalian emosi

Sejauh mana Subyek dapat mengontrol emosi

dengan pasangan permainan ketika sedang

mengadakan pertunjukan jika subyek sedang mempunyai masalah dengan pasangan bermainnya.

Sosialisasi yaitu pergaulan di masa remaja yang sangat berhubungan erat dengan kelompok teman sebaya

yang merupakan lingkungan sosial pertama

dimana remaja belajar hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya

Kemampuan bergaul dengan teman sebaya

Sejauh mana Subyek mengenal dan memahami pasangan bermain mereka dalam kehidupan sehari-hari

(36)

yang di lakukan oleh remaja diluar aktivitas sekolah

dilakukan bersama kelompok

berkumpul dan bertemu dengan temen-teman sepermainan dalam perkumpulan.

Kemampuan

berkomunikasi yang bertujuan untuk melatih kepercayaan diri pada remaja dan dapat membuat dirinya mengerti tentang orang lain.

Berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya

Sejauh mana Subyek dapat mengungkapkan perasaan dan pikiran-pikiran kepada sesama pemain Barongsai dalam melakukan permainan.

F.

Analisis Data

(37)

penerjemah gejala atau informasi kualitatif menjadi data kuantitatif seperti yang diperlukan oleh peneliti.

Secara praktis dan efektif, langkah awal koding dilakukan melalui :

pertama, peneliti menyusun transkrip verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangan sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan memudahkan membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu diatas transkrip tersebut. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip dan/atau catatan lapangan tersebut. Ketiga, peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut. Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang penting meskipun peneliti yang satu dan yang lain memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya , penelitilah yang berhak (dan bertanggung jawab) memilih cara melakukan koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya. (Poerwandari, 2001)

(38)

memberikan nama untuk masing-masing tabel. Kemudian akan peneliti analisis sedemikian rupa sehingga akan didapatkan kesimpulan dari masing-masing tabel milik setiap subyek penelitian tersebut.

Analisis data yang selanjutnya diperoleh melalui wawancara dengan pedoman umum dalam tahap ketiga proses pengambilan data mengenai penyesuaian diri masing-masing subyek penelitian, peneliti akan tetap menganalisa dengan analisis tematik dengan proses pengkodingan yang agak berbeda. Peneliti akan menyusun transkripsi verbatim milik tiap-tiap subyek dalam tabel-tabel. Misalnya untuk subyek pertama maka akan dibuatkan tabel tersendiri yang memuat transkripsi verbatim subyek pertama tersebut. Untuk subyek kedua akan dibuatkan tabel tersendiri yang memuat transkripsi verbatim dari subyek kedua tersebut. Dalam tiap tabel dimuat beberapa tema yang diungkap dalam penelitian ini, seperti sejauh mana rasa memahami rekan sepermainan mereka, seperti apa pemahaman mereka tentang rasa persatuan dan saling memiliki, seberapa tinggi tingkat kesetiakawanan mereka terhadap sesama pemain. Kemudian dari tiap tabel milik setiap subyek penelitian akan dibuat suatu kesimpulan.

(39)

tersebut. Untuk subyek kedua dibuatkan tabel tersendiri yang memuat catatan lapangan dari subyek kedua tersebut. Dalam tiap tabel akan dimuat kegiatan-kegiatan subyek yang diobservasi oleh peneliti. Peneliti membubuhi kode-kode tertentu yang mudah diingat dalam kolom-kolom yang terdapat dalam tabel tersebut. Kemudian dari tiap tabel milik setiap subyek penelitian akan dibuat suatu kesimpulan.

Peneliti kemudian menggabungkan transkripsi verbatim wawancara tahap ketiga dan catatan lapangan observasi tahap ketiga dari masing-masing subyek penelitian dalam tiap-tiap tabel milik masing-masing subyek penelitian. Dalam tabel ini akan dimuat beberapa tema yang diungkap dalam penelitian ini seperti sejauh mana rasa memahami rekan sepermainan mereka, seperti apa pemahaman mereka tentang rasa persatuan dan saling memiliki, seberapa tinggi tingkat kesetiakawanan mereka terhadap sesama pemain serta akan dimuat kegiatan subyek yang diobservasi oleh peneliti yang kemudian akan dibuat kesimpulan untuk tiap-tiap tabel.

G.

Kredibilitas

(40)

dengan menggunakan metode paling cocok untuk pengambilan dan analisis data.

Penelitian ini memenuhi konsep : (Poerwandari, 2001) 1. Validitas komunikatif

Dilakukan melalui dikonfirmasikannya kembali data dan analisisnya pada responden penelitian.

2. Validitas argumentatif

Tercapai bila presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalnya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah.

3. Validitas ekologis

Menunjuk pada sejauh mana studi dilakukan pada kondisi alamiah dari partisipan yang diteliti, sehingga kondisi ‘apa adanya’ dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks penting penelitian.

(41)

H.

Dependibilitas

Peneliti kualitatif tidak sepakat dengan upaya pengendalian atau manipulasi penelitian eksperimental untuk meningkatkan reliabilitas dan mengusulkan hal-hal lain yang dianggap lebih penting, antara lain :

1. Koherensi

Yakni bahwa metode yang dipilih memang mencapai tujuan yang diinginkan. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi. Dalam tahap pertama penelitian, yakni dengan observasi sebagai partisipan umum, peneliti menentukan batas area penelitian, subyek penelitian, dan elemen penyesuaian diri remaja yang akan peneliti teliti selanjutnya.

2. Keterbukaan

Peneliti membuka diri dengan memanfaatkan metode-metode yang berbeda untuk mencapai tujuan. Jika dalam proses pengambilan data, peneliti menemukan terdapat metode-metode lain yang lebih baik untuk pengambilan data agar mencapai tujuan yang diinginkan, maka peneliti mau mencoba suatu metode yang berbeda untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

3. Diskursus

Peneliti mendiskusikan temuan dan analisisnya dengan orang lain yaitu kepada dosen pembimbing skripsi.

(42)

adanya’ kemudian membuat batasan area penelitian, yaitu mencari subyek yang akan diteliti sesuai dengan kategori yang ingin peneliti ketahui.

I.

Konfirmibilitas (Poerwandari, 2001)

(43)

BAB IV

PELAKSANAAN dan HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan

1. Pengambilan Data Penelitian

Pengambilan data dilakukan dengan dua tahap, yaitu :

1. Dilakukan saat para pemain sedang berlatih. Setelah tujuan peneliti dalam mengamati para pemain Barongsai tercapai, yaitu mengamati para pemain Barongsai yang berpasangan atau yang mempunyai pasangan dalam bermain Barongsai. Peneliti kemudian mencari informasi tentang para pemain Barongsai tersebut dan menyusun daftar pertanyaan yang akan dipakai dalam penelitian.

2. Peneliti menyeleksi dan akan mengambil data sesuai dengan sampel yang akan diteliti. Yaitu para pemain yang selalu aktif bermain Barongsai pada tiap pertunjukan (Pemain Inti) dan yang masuk pada kategori Remaja. sampel penelitian diambil sesuai dengan apa yang ingin penulis teliti.

2.

Pelaksanaan Penelitian

(44)

yang merupakan pemain inti dan selalu berpasangan tetap dengan pasangannya. Setelah peneliti mendapatkan sampel, lalu peneliti mencari dari sampel yang didapat itu yang masuk ke dalam kategori remaja dengan cara pertanya kepada pengurus perkumpulan tersebut untuk membantu hingga didapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang ingin peneliti teliti.

Peneliti melakukan pengamatan dan ditambahkan dengan informasi yang didapat, akhirnya peneliti mengambil 8 orang pemain yang masuk dalam kategori penelitian sebagai sampel. Mereka yang diambil adalah para pemain yang selalu tetap berpasangan dengan pasangan mainnya baik dalam latihan maupun dalam melakukan pertujukan serta masuk dalam kategori remaja. Setelah peneliti mendapatkan sampel tersebut, peneliti membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada sampel penelitian yang memuat pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang ingin peneliti ketahui. Setelah peneliti selesai membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada sampel, lalu peneliti menemui dan mewawancarai sampel tersebut satu persatu.

(45)

D.

Hasil Penelitian.

ASPEK POINT DESKRIPSI

Emosi yang terdiri dari marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, sedih dan kasih sayang. Remaja yang emosinya matang

memberikan

reaksi emosi secara stabil dan tidak berubah-ubah

Kontrol emosi dan pengendalian emosi

Subyek Pertama dapat mengendalikan emosinya pada pasangannya ketika sedang ada masalah.

Subyek kedua dapat menahan emosi pada pasangannya.

Subyek ketiga terkadang dapat menahan emosinya, terkadang tidak.

Subyek keempat dapat mengontrol emosinya dan mengungkapkan untuk mencari penyelesaiannya.

Subyek kelima dapat mengontrol emosinya ketika bermain.

Subyek keenam dapat mengontrol emosinya dan secepatnya mencari penyelesaian permasalahan.

Subyek ketujuh dapat mengontrol emosinya.

(46)

6 dari 8 sampel menjawab bahwa mereka dapat mengontrol emosi mereka ketika sedang ada masalah dengan pasangan mereka saat mengadakan pertunjukan ataupun mencoba untuk menyelesaikannya. 2 dari 8 sampel mengatakan mereka kadang tidak dapat mengoontrol emosi mereka atau bahkan kadang tidak mau bermain ketika sedang bermasalah dengan pasangan mereka.

Sosialisasi yaitu pergaulan di masa remaja yang sangat berhubungan erat dengan kelompok teman sebaya yang merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya

Kemampuan bergaul dengan teman sebaya

Subyek pertama sedikit banyak mengetahui tentang pasangannya.

Subyek kedua banyak mengenal dan mengetahui tentang pasangannya.

Subyek ketiga tahu banyak tentang sifta dan sikap pasangannya.

Subyek keempat tahu sedikit banyak tentang pasangannya.

Subyek kelima sangat mengenal pasangannya karena teman se-desa dan satu sekolah.

Subyek keenam tahu sedikit banyak tentang pasangannya.

Subyek ketujuh sedikit banyak mengetahui tentang pasangannya.

(47)

Dari 8 sampel, semuanya mengatakan bahwa sedikit banyak atau bahkan sangat mengenal pasangan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Aktivitas yaitu aktivitas yang di lakukan oleh remaja diluar aktivitas sekolah

Aktivitas yang dilakukan

bersama kelompok

Subyek pertama sering berkumpul dengan teman-teman perkumpulan dan hampir setiap hari.

Subyek kedua sering berkumpul dengan teman perkumpulan setiap hari.

Subyek ketiga hanya kadang-kadang berkumpul dengan teman perkumpulan minimal dua kali seminggu.

Subyek keempat danya kadang-kadang berkumpul tiga kali seminggu dengan teman perkumpulan.

Subyek kelima setiap hari, setiap ada waktu berkumpul dengan teman perkumpulan.

Subyek keenam hanya seminggu sekali yaitu ketika sedang latihan berkumpul dengan teman perkumpulan.

Subyek ketujuh hanya sesekali berkumpul dengan teman perkumpulan yaitu ketika latihan.

(48)

berkumpul dengan teman perkumpulan yaitu ketika latihan.

3 dari 8 sampel mengatakan mereka berkumpul setiap hari, 2 dari 8 sampel mengatakan bahwa mereka jarang berkumpul kadang hanya 2 samapi 3 kali dalam seminggu, dan 3 orang sampel mengatakan mereka berkumpul hanya ketika sedang mengadakan latihan saja.

Kemampuan berkomunikasi yang bertujuan untuk melatih kepercayaan diri pada remaja dan dapat membuat dirinya mengerti tentang orang lain. Berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya.

Subyek pertama dapat mengungkapkan idenya namun seringkali bersifat spontan. Subyek kedua pengungkapan idenya seringkali bersifat spontan.

Subyek ketiga pengungkapan idenya bersifat spontan saat akan melakukan pertunjukan.

Subyek keempat pengungkapan idenya sering bersifat spontan pada saat akan melakukan pertunjukan.

Subyek kelima hanya mengungkapkan ketika sedang ada ide saja.

Subyek keenam mengusulkan ide pada teman dan membicarakan apa yang akan dikeluarkan waktu pertunjukan.

(49)

Subyek kedelapan pengungkapan ide hanya sebatas dia dapat membicarakan dengan pasangannya saja.

3 dari 8 sampel mengatakan hanya sebatas mereka mengungkapkan ide yang ada. 5 dari 8 sampel mengatakan mereka memberikan ide atau masukan dan kemudian mencoba untuk melakukan ide yang dibicarakan. Sebagian besar dari mereka mengungkapkan ide untuk pertunjukan secara spontan ketika saat akan mengadakan permainan.

E.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penyesuaian diri pada remaja pemain Barongsai dari 8 sampel diatas, didapatkan bahwa kontrol emosi dan pengendalian emosi pada Remaja Pemain Barongsai di Perkumpulan Liong Samsie Panca Naga Muntilan berdasarkan teori dari Hurlock (1993;213) adalah baik dan mereka memiliki kematangan secara emosi. Mereka dapat mengotrol, mengendalikan serta menempatkan emosi mereka dengan baik sehingga mereka memberikan reaksi emosi secara stabil dan tidak berubah-ubah ketika mereka mempunyai masalah dengan pasangan bermain mereka pada saat pertunjukan.

(50)

baik tentang sifat maupun tentang masalah yang sedang di hadapi pasangannya.

Aktivitas yang dilakukan dengan kelompoknya berdasarkan Hurlock (1993;218) yang mengatakan bahwa remaja perlu mengimbangi aktivitas-aktivitasnya dengan cara rekreasi yang memerlukan partisipasi kelompok sebaya adalah seimbang antara rekreasi dengan aktivitsa yang dilakukan mereka. Sebagian sampel mengatakan mereka sering berkumpul dan bertemu dengan teman seperkumpulan diluar latihan bersama, dan sebagian sampel bertemu dengan teman seperkumpulan hanya ketika mereka mengadakan latihan atau petunjukan.

(51)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mereka dapat mengontrol emosinya ketika sedang ada masakah dengan pasangan mereka pada saat mereka mengadakan pertunjukan dan mencoba untuk menyelesaikannya. Mereka semua sedikit banyak atau bahkan sangat mengenal pasangan mereka dalam kehidupan sehari-hari karena mereka sering bertemu dengan teman satu perkumpulan.

B.

Saran

(52)

1.Bagi Peneliti

Diharapkan melalui penelitian ini, akan semakin memperkaya pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian berikutnya. Selain itu, peneliti juga menerima masukan, dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan hasil penelitian ini. Karena, peneliti sadar, bahwa hasil dari penelitian ini juga memiliki banyak kekurangan.

2.Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian selanjutnya

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. A., 1991, Psikologi Sosial, Jakarta: PT. Melton Putra Gerungan W. A., 1988, Psikologi Sosial, Bandung: Eresco Soetarno. R, 1989, Psikologi Sosial

Pikiran Rakyat, Barongsai Tumbal yang Mesti Diusir

Mengalami Proses Akulturasi Ratusan Tahun dengan Budaya Lokal, 30 Agustus 2005

Gunarsa, S.C. 1995. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, S.D. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Jersild, A.T., Judiths, S., Brook, D.W. 1978. The Psychology of Adolescence. (third edition). New York : Mac Milan Publishing.

Mappiare, A.. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Soekanto, S. 1988. Remaja dan Pola rekreasinya. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Wargatjie, Kompas, 20 Agustus 2001

Poerwandari, E. Kristi. 2001. Pendekatan kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta. LPSP3 UI

(54)

LAMPIRAN I

TRANSKRIP WAWANCARA

Subyek I

Nama : Wawan Umur : 17 tahun

1 Peneliti : Wawan ya? Mau nanya. Wawan sudah lama ya bermain Barongsai?

Subyek : Iya, dari pertama kali Perkumpulan ini berdiri. Tahun 2000. 2 Peneliti : Dari awal, pasangan bermain pernah ganti atau belum?

Subyek : Belum. Dari awal sampai sekarang sama Andri terus. 3 Peneliti : Pernah ‘gak kamu punya masalah ma pasangan kamu?

Subyek : Pernah.

4 Peneliti : Terus, cara kamu nyikapin itu gimana kalo lagi ada pertunjukan?

Subyek : Ya sebisa mungkin buat bersikap biasa aja. Di buat semangat jadi’ga kepikiran yang buat sebel.

5 Peneliti : Kamu sejauh mana mengenal pasangan kamu?

Subyek : Ya tau sedikit banyak tentang hal pribadi juga sedikit lebih tau.

6 Peneliti : Emangnya sering ya kalian ngumpul bareng? Subyek : Sering, hampir tiap hari ngumpul.

7 Peneliti : Kalau buat atraksi itu, idenya dari siapa?

Subyek : Ya kadang di bicarain, tapi biasanya sering spontan ketika akan mengadakan pertunjukan.

8 Peneliti : Jadi kadang atraksinya ga ada latian? Subyek : Iya

(55)

Subyek

 

II

 

Nama : Andri Umur : 19 tahun

1 Peneliti : Andri ya? Mau nanya dikit. Andri udah lama ikut Barongsai?

Subyek : Udah, dari tahun 2000

2 Peneliti : Kamu dari awal pasangannya sama wawan terus ya?

Subyek : Iya

3 Peneliti : Tau banyak hal dong tentang wawan? Subyek : Ya tau banyak, tentang hal pribadi juga.

4 Peneliti : Emang kalian suka kumpul bareng ya selain waktu latian?

Subyek : Sering, tiap hari ngumpul di tempat pengurus atau di kucingan atau di tempat maen PS.

5 Peneliti : Pernah dong kamu punya masalah ma wawan. Trus cara kamu sikapi itu waktu pertunjukan gimana? Subyek : Ya di tahan emosi nya.. sebisa mungkin buat ndak

keliatan waktu maen misal lagi ada masalah.

6 Peneliti : Biasanya kamu punya ide buat atraksi di bicarainnya gimana?

Subyek : Biasanya di bicarain waktu mau maen. (mengadakan pertunjukan)

7 Peneliti : Jadi spontanitas ya? Subyek : Iya, seringnya gitu.

8 Peneliti : Ya makasih banyak ya buat info nya..

(56)

Subyek

 

III

 

Nama : Edward (Edo) Umur : 18 tahun

1. Peneliti : Edo, bisa minta waktu nya sebentar? Mau nanya dikit.. kamu ikut Barongsai ini udah lama ya?

Subyek : Iya, udah dari awal

2. Peneliti : Kamu udah lama berpasangan sama pasangan main kamu sekarang?

Subyek : Udah lama, udah dari awal pasangan sama indra terus

3. Peneliti : Jadi udah kenal banget dong sama pasangan kamu? Seberapa banyak sih kamu sama pasangan kamu?

Subyek : Ya tau banyak tentang sifat dan sikapnya karena udah 7 tahun kumpul

4. Peneliti : Memangnya kalian sering kumpul kumpul bareng ya? Seberapa sering?

Subyek : Kadang-kadang aja, soalnya sudah ada acara masing-masing. Ada yang cari kerja, pacaran. Tapi selalu kumpul minimal 2 kali seminggu.

5. Peneliti : Kalo misal kamu lagi ada masalah sama pasangan kamu , terus harus main bersama waktu pertunjukan. Sikap kamu gimana? Subyek : Ya kadang kalau lagi ada masalah, bisa di kontrol tapi kadang ga

bisa. Tapi terus selalu di ungkapin kalau lagi ndak nyaman.. 6. Peneliti : O gitu… kalau tentang atraksi di pertunjukan, idenya dari kamu

atau pasangan kamu?

Subyek : Biasanya spontanitas keluar saat mau ada pertunjukan. Kadang idenya keluar setelah liat tempat yang di buat main. Nanti biasanya kita diskusi dulu sebelum pertunjukan di mulai. Gitu 7. Peneliti : O gitu ya… makasi banyak ya buat info dan ngobrol-ngobrol

(57)

Subyek

 

IV

 

Nama : Indra Umur : 19 tahun

1. Peneliti : Indra, mau nanya-nanya dikit ma kamu ni.. kamu udah lama ya ikut barongsai?

Subyek : Udah, dari tahun 2000

2. Peneliti : Kamu dari awal pasangannya sama edo terus ya? Subyek : Iya

3. Peneliti : Udah kenal banget dong sama edo? Tau banyak hal dong tentang edo?

Subyek : Ya tau sedikit banyak karena sudah lama saling kenal. 4. Peneliti : Emang kalian suka kumpul bareng ya selain waktu latian?

Subyek : Sering, tapi gak seperti dulu lagi. Paling sekarang ya 3 kali seminggu.

5. Peneliti : Pernah dong kamu punya masalah ma pasangan kamu. Trus cara kamu sikapi itu waktu pertunjukan gimana?

Subyek : Ya kalau ada masalah kebanyakan di ungakpkan buat cari jalan keluarnya. Sebisa mungkin jangan sampai keliatan pas main kakalu kita lagi ada masalah.

6. Peneliti : Biasanya kalau kamu punya ide buat atraksi di bicarainnya gimana?

Subyek : Kadang di bicarakan sedikit pas latihan. Tapi kebanyakan spontanitas pas pertunjukan, jadi ya di bicarain waktu mau main.

7. Peneliti : Jadi spontanitas ya? Subyek : Iya, seringnya gitu.

(58)

Subyek

 

V

 

Nama : M. Solichin Umur : 20 tahun

1. Peneliti : Solichin, mau nanya-nanya dikit ma kamu ni.. kamu udah lama ya ikut barongsai?

Subyek : Dari tahun 2002

2. Peneliti : Kamu pasangan sama pasangan kamu mulai kapan?

Subyek : Tahun 2002, dari awal ikut latihan

3. Peneliti : Udah kenal banget ya ma pasangan kamu?

Subyek : Iya, sangat kenal karena teman sekampung dan satu sekolah. 4. Peneliti : Emang kalian suka kumpul bareng ya selain waktu latian?

Subyek : Ya setiap hari, setiap tiap ada waktu.

5. Peneliti : Pernah dong kamu punya masalah ma pasangan kamu. Trus cara kamu sikapi itu waktu pertunjukan gimana?

Subyek : Ya bersikap biasa aja sebisa mungkin agar gak’ ganggu waktu main.

6. Peneliti : Biasanya kalau kamu punya ide buat atraksi di bicarainnya gimana?

Subyek : Ya paling di ungkapi aja pengennya gimana. Ya sebisa mungkin kalau misal ada ide pas mau melakukan pertunjukan ya kita coba buat latian sebisanya selama ada waktu luan sebelum melakukan pertunjukan.

7. Peneliti : Jadi spontanitas ya?

Subyek : Iya, seringnya gitu.

(59)

Subyek

 

VI

 

Nama : Feri S. Umur : 18 tahun

1. Peneliti : Fer, mau nanya-nanya.. kamu udah lama ya ikut barongsai?

Subyek : Mulai tahun 2002

2. Peneliti : Kamu udah berapa lama pasangan sama pasangan kamu? Subyek : Mulai awal ikut, tahun 2002 itu.

3. Peneliti : Udah kenal banget ya tentang pasangan kamu?

Subyek : Ya tau sedikit banyak, dan kita juga saling menghormati privasi masing-masing

4. Peneliti : Emang kalian suka kumpul bareng ya selain waktu latian?

Subyek : Paling Cuma setiap latihan dan waktu mau ada pertunjukan.

5. Peneliti : Pernah dong kamu punya masalah ma pasangan kamu. Trus cara kamu sikapi itu waktu pertunjukan gimana?

Subyek : Misal ada masalah ya kita berunding buat mecahin masalah itu jadi biar gak ganggu waktu main.

6. Peneliti : Biasanya kalau kamu punya ide buat atraksi di bicarainnya gimana?

Subyek : Ya paling usul ke temen kita, terus kadang ajak bicara misal apa yang nanti mau dikeluarkan waktu permainan.

7. Peneliti : Jadi spontanitas ya? Subyek : Iya, seringnya gitu.

(60)

Subyek

 

VII

 

Nama : Willy Christianto Umur : 18 tahun

1. Peneliti : Wil, mau nanya-nanya dikit ma kamu ni.. kamu udah lama ya ikut barongsai?

Subyek : Lumayan, baru dari tahun 2007

2. Peneliti : Kamu udah berapa lama pasangan sama pasangan kamu? Subyek : Udah 1 tahun.

3. Peneliti : Seberapa kenal kamu sama pasangan kamu tentang dia? Subyek : Ya sedikit banak tau tentang dia,orangnya soalnya nyantai. 4. Peneliti : Kalian suka kumpul bareng ya selain waktu latian?

Subyek : Paling Cuma 1 minggu 1 kali pas latihan.

5. Peneliti : Pernah dong kamu punya masalah ma pasangan kamu. Trus cara kamu sikapi itu waktu pertunjukan gimana?

Subyek : Paling ya mengadakan rundingan sebelum melakukan pertunjukan buat menyelesaikan masalah, biar waktu main ga begitu mengganggu.

6. Peneliti : Biasanya kalau kamu punya ide buat atraksi di bicarainnya gimana?

Subyek : Langsung berunding dengan pasangan, dan kadang mengusulkan pada pasangan misalkan terjadi kesalahan.

7. Peneliti : Kadang spontanitas dan langsung di koreksi ya misal ada kurang apa?

Subyek : Iya, seringnya gitu.

(61)

Subyek

 

VIII

 

Nama : Onky Umur : 19 tahun

1. Peneliti : On, kamu mulai ikut latihan tahun berapa?

Subyek : Tahun 2001

2. Peneliti : Kamu pasangan sama pasangan kamu udah berapa lama?

Subyek : Udah kira-kira 2 tahun

3. Peneliti : Udah kenal banget ya sama pasangan kamu?

Subyek : Ya tau sedikit banyak karena sudah lama saling kenal. 4. Peneliti : Emang kalian suka kumpul bareng ya selain waktu latian?

Subyek : Kadang-kadang aja, paling Cuma 1 minggu 1 kali pas latian. 5. Peneliti : Pernah dong kamu punya masalah ma pasangan kamu. Trus

cara kamu sikapi itu waktu pertunjukan gimana?

Subyek : Ya kalau misal memang lagi males juga, ya gak mau main. Tapi paling juga di paksain buat main dan mencoba buat biasa aja.

6. Peneliti : Biasanya kalau kamu punya ide buat atraksi di bicarainnya gimana?

Subyek : Ya sebatas aku dapet ngomonginnya aja ke pasangan aku. Jadi misal ku gak bisa ngomong ya udah, ku gak kasi ide. Aku ngikut aja. Paling ya ide yang keluar biasae pas mau lakuin pertunjukan, kan liat tempat buat mainnya gimana, nanti kadang muncul ide mau mainnya gimana

7. Peneliti : Jadi spontanitas ya?

Subyek : Iya, seringnya gitu.

(62)

LAMPIRAN

 

II

 

ANALISIS dan KATEGORISASI DATA

WAWANCARA

Tabel 1.1 Sikap Saat Bermasalah dengan Pasangan

Subyek Sikap Saat Bermasalah dengan Pasangan Koding

1 “Ya sebisa mungkin buat bersikap biasa aja. Di buat semangat jadi’ga kepikiran yang buat sebel”

Bisa

2 “Ya di tahan emosi nya.. sebisa mungkin buat ndak keliatan waktu maen misal lagi ada masalah”

Bisa

3 “Ya kadang kalau lagi ada masalah, bisa di kontrol tapi kadang ga bisa. Tapi terus selalu di ungkapin kalau lagi ndak nyaman”

Kadang

4 “Ya kalau ada masalah kebanyakan di ungkapkan buat cari jalan keluarnya. Sebisa mungkin jangan sampai keliatan pas main kalau kita lagi ada masalah”

Bisa

5 “Ya bersikap biasa aja sebisa mungkin agar gak’ ganggu waktu main.”

Bisa

6 “Misal ada masalah ya kita berunding buat mecahin masalah itu jadi biar gak ganggu waktu main..”

Bisa

7 “Paling ya mengadakan rundingan sebelum melakukan pertunjukan buat menyelesaikan masalah, biar waktu main ga begitu mengganggu.”

Bisa

8 Ya kalau misal memang lagi males juga, ya gak mau main. Tapi paling juga di paksain buat main dan mencoba buat biasa aja.

Kadang

Keterangan :

Bisa = mengontrol emosi atau menyelesaikan agar tidak mengganggu permainan

(63)

Tabel 1.2 Saling Mengenal dengan Pasangan

Subyek Saling Mengenal dengan Pasangan Koding

1 “Ya tau sedikit banyak tentang hal pribadi juga sedikit lebih tau”

Tahu

2 “Ya tau banyak, tentang hal pribadi juga” Tahu

3 “Ya tau banyak tentang sifat dan sikapnya karena udah 7 tahun kumpul”

Tahu

4 “Ya tau sedikit banyak karena sudah lama saling kenal” Tahu

5 “Iya, sangat kenal karena teman sekampung dan satu sekolah.”

Tahu

6 “Ya tau sedikit banyak, dan kita juga saling menghormati privasi masing-masing..”

Tahu

7 “Ya sedikit banyak tau tentang dia,orangnya soalnya nyantai.” Tahu

8 “Ya tau sedikit banyak karena sudah lama saling kenal.” Tahu

Keterangan :

Tidak = tidak mengetahui tentang pasangannya

Tahu = mengetahui dan mengenal tentang pasangannya

Tabel 1.3 Pengungkapan Ide pada Pasangan untuk Permainan

Subyek Pengungkapan Ide pada Pasangan untuk Permainan Koding

1 “Ya kadang di bicarain, tapi biasanya sering spontan ketika akan mengadakan pertunjukan”

Spontan

2 “Biasanya di bicarain waktu mau maen. (mengadakan pertunjukan)”

Spontan

3 “Biasanya spontanitas keluar saat mau ada pertunjukan. Kadang idenya keluar setelah liat tempat yang di buat main. Nanti biasanya kita diskusi dulu sebelum pertunjukan di mulai. Gitu”

Spontan

(64)

main.”

5 “Ya paling di ungkapi aja pengennya gimana. Ya sebisa mungkin kalau misal ada ide pas mau melakukan pertunjukan ya kita coba buat latian sebisanya selama ada waktu luang sebelum melakukan pertunjukan.”

Tbatas

6 “Ya paling usul ke temen kita, terus kadang ajak bicara misal apa yang nanti mau dikeluarkan waktu permainan..”

Tbatas

7 “Langsung berunding dengan pasangan, dan kadang mengusulkan pada pasangan misalkan terjadi kesalahan.”

Spontan

8 “Ya sebatas aku dapet ngomonginnya aja ke pasangan aku. Jadi misal ku gak bisa ngomong ya udah, ku gak kasi ide. Aku ngikut aja. Paling ya ide yang keluar biasae pas mau lakuin pertunjukan, kan liat tempat buat mainnya gimana, nanti kadang muncul ide mau mainnya gimana”

Tbatas

Keterangan :

Tbatas = sebatas mengungkapkan saja

Spontan = berunding dengan pasangan, spontanitas

Tabel

 

1.4

 

Frekuensi

 

Berkumpul

 

dengan

 

Teman

 

Perkumpulan

 

Subyek  Frekuensi Berkumpul dengan Teman Perkumpulan Koding

1 “Sering, hampir tiap hari ngumpul.” Sering

2 “Sering, tiap hari ngumpul di tempat pengurus atau di kucingan atau di tempat maen PS.”

Sering

3 “Kadang-kadang aja, soalnya sudah ada acara masing-masing. Ada yang cari kerja, pacaran. Tapi selalu kumpul minimal 2 kali seminggu.”

(65)

4 “Sering, tapi gak seperti dulu lagi. Paling sekarang ya 3 kali seminggu.”

Kadang

5 “Ya setiap hari, setiap tiap ada waktu.” Sering

6 “Paling Cuma setiap latihan dan waktu mau ada pertunjukan.”

Sekali

7 “Paling Cuma 1 minggu 1 kali pas latihan.” Sekali

8 “Kadang-kadang aja, paling Cuma 1 minggu 1 kali pas latian.”

Sekali

Keterangan

Sering = berkumpul setiap hari

Kadang = berkumpul tidak setiap hari, seminggu antara 2-3 kali

(66)

LAMPIRAN

 

III

 

Hasil Penelitian Sampel

1. Hasil Penelitian Subyek Pertama (Wawan):

Subyek berumur 17 tahun. Subyek sudah berlatih dan ikut menjadi anggota sejak tahun 2000. Dalam permainan Barongsai, subyek menjadi pemain belakang (bagian ekor Barongsai). Subyek sudah bermain dengan pasangannya kurang lebih 7 tahun.

Tentang pemahaman subyek terhadap pasangannya sedikit banyak tahu dan memahami tentang hal-hal pribadi tentang pasangannya karena menurut subyek mereka sering hampir setiap hari berkumpul bersama dengan rekan sepermainan mereka dan mereka sudah lama saling mengenal. Mereka sering bepergian bersama-sama dengan pemain yang lainnya.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama latihan, Subyek cenderung agak pasif dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pasangan bermainnya. Namun bila Subyek mengalami kesulitan dalam suatu gerakan, Subyek kemudian mencoba berulang-ulang dengan pasangannya sehingga bisa melakukan gerakan yang akan di mainkan tersebut. Bila Subyek kurang dapat melakukan gerakan tersebut, maka Subyek kemudian akan memberikan saran atas gerakan tersebut untuk diganti menjadi gerakan yang kira-kira dapat dilakukan oleh Subyek.

Di luar jam latihan, Subyek sering berkumpul dengan pemain lain untuk berdiskusi tentang gerakan-gerakan yang akan dilakukan dalam suatu pertunjukan. namun mereka juga sering membicarakan tentang masalah-masalah pribadi antar pemain.

(67)

2. Hasil Penelitian Subyek Kedua (Andri):

Subyek berumur 19 tahun. Subyek sudah berlatih dan ikut menjadi anggota sejak tahun 2000. Dalam bermain Barongsai, subyek menjadi pemain depan (kepala Barongsai). Subyek sudah bermain dengan pasangannya kurang lebih 7 tahun.

Tentang pemahaman subyek terhadap pasangannya banyak tahu dan memahami tentang hal-hal pribadi tentang pasangannya karena menurut subyek mereka sering hampir setiap hari berkumpul bersama dengan rekan sepermainan mereka di tempat pengurus, di angkringan atau di tempat main PS (Play Station) dan mereka sudah lama saling mengenal. Mereka sering bepergian bersama-sama dengan pemain yang lainnya.

Dari hasil observasi peneliti tentang Subyek, Subyek merupakan seorang yang agak pendiam. Namun subyek sering menyumbangkan saran untuk gerakan yang dilakukan dalam pertunjukan. Subyek sering memberikan usulan tentang aksi yang akan dilakukan dalam suatu pertunjukan.

3. Hasil Penelitian Subyek Ketiga (Edo):

Subyek berumur 18 tahun. Subyek sudah berlatih dan ikut menjadi anggota sejak tahun 2000. Dalam bermain barongsai, subyek menjadi pemain belakang (bagian ekor Barongsai). Subyek sudah bermain dengan pasangannya kurang lebih 8 tahun.

Tentang pemahaman subyek terhadap pasangannya banyak tahu tentang sifat dan sikap mereka dan memahami tentang hal-hal pribadi tentang pasangannya karena menurut subyek mereka sudah lama saling mengenal. Namun tentang berkumpul dengan rekan-rekannya subyek mengatakan hanya kadang-kadang karena mereka sering sudah mempunyai acara masing-masing namun masih menyempatkan diri untuk berkumpul di luar latihan minimal dua kali satu minggu. Mereka sering bepergian bersama-sama dengan pemain yang lainnya.

(68)

melakukan suatu aksi. Subyek akan sangat berusaha dengan keras bersama dengan pasangannya untuk melakukan suatu aksi yang sedikt sulit dilakukan.

Subyek merupakan orang yang supel namun sering masih diliputi oleh emosi. Dalam setiap pertunjukan, subyek dan pasangannya adalah yang paling banyak dan paling sering untuk melakukan salto.

Subyek sering berselisih pendapat dengan pasangan bermainnya, namun kemudian mereka berdiskusi untuk mencari jalan keluar atas masalahnya tersebut dan mencari solusi bagaimana sebaiknya aksi tersebut dilakukan.

4. Hasil Penelitian Subyek Keempat (Indra):

Subyek berumur 19 tahun. Subyek sudah berlatih dan ikut menjadi anggota sejak tahun 2000. Dalam permainan Barongsai, subyek menjadi pemain depan (bagian kepala Barongsai). Subyek sudah bermain dengan pasangannya kurang lebih 8 tahun.

Tentang pemahaman subyek terhadap pasangannya sedikit banyak tahu dan memahami tentang hal-hal pribadi tentang pasangannya. Menurut subyek mereka berkumpul bersama dengan rekan sepermainan mereka masih sering tapi tidak seperti dahulu kurang lebih tiga kali satu minggu. Mereka sering bepergian bersama-sama dengan pemain yang lainnya.

5. Hasil Penelitian Subyek Kelima (M. Solichin):

Subyek berumur 20 tahun subyek sudah berlatih mulai tahun 2002. dalam permainan Barongsai, Subyek menjadi pemain depan (kepala Barongsai). Subyek sudah bermain dengan pasangannya kurang lebih 6 tahun.

Tentang pemahaman Subyek terhadap pasangannya adalah Subyek sangat mengenal pasangannya karena juga merupakan teman satu desa dan satu sekolahan.menurut Subyek interaksi dengan teman sepermainan cukup sering bertemu setiap ada waktu untuk berkumpul bersama.

(69)

6. Hasil Penelitian Subyek Keenam (Feri S.):

Subyek berumur 18 tahun. Subyek mulai ikut latihan dari tahun 2002 dan berpasangan dengan pasangannya selama 6 tahun. Dalam permainan, Subyek menjadi pemain belakang (bagian ekor).

Subyek seikit banyak mengerahui tentang pasangannya dan antara mereka saling menjaga privasi masing-masing. Interaksi Subyek dengan teman sepermainan terjadi satu minggu satu kali yaitu ketika sedang mengadakan latihan, atau saat ada pertunjukan.

Bila Subyek sedang mempunyai masalah dengan pasangannya, Subyek akan mendiskusikan masalah tersebut untuk mencari penyelesaiannya agar sebisa mungkin tidak mengganggu permainan mereka.

7. Hasil Penelitian Subyek Ketujuh (Willy Christianto):

Subyek berumur 18 tahun. Subyek mulai ikut latihan sejak 2007. subyek berpasangan dengan pasangannya sudah 1 tahun.

Subyek sedikit banyak tahu dan kenal dengan pasangan bermainnya. Subyek berkumpul dengan teman sepermainan hanya satu minggu satu kali yaitu ketika sedang latihan.

Bila Subyek sedang ada masalah dengan pasangan bermainnya ketika sedang mengadakan pertunjukan, Subyek akan mendiskusikan masalah tersebut untuk menyelesaikannya sehingga tidak mengganggu permainan.

8. Hasil Penelitian subyek ke delapan (Onky):

Subyek berumur 19 tahun. Subyek mengikuti latihan sejak tahun 2001 namun Subyek baru 2 tahun berpasangan dengan pasangan bermainnya.

Subyek sedikit banyak tahu tentang pasangannya karena sudah lama saling mengenal. Pertemuan Subyek dengan teman-teman sepermainan hanya satu minggu satu kali yaitu ketika sedang latihan atau bila ada pertunjukan saja.

Gambar

Tabel 1.1 Sikap Saat Bermasalah dengan Pasangan
Tabel 1.2 Saling Mengenal dengan Pasangan

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa oleh karena pada waktu putusan perkara Nomor : 122/Pdt.G/2014/PN.Cbi dibacakan dipersidangan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cibinong pada

Setelah kita menelusuri secara singkat sejarah praktek perbankan yang dilakukan oleh umat muslim, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa meskipun kosa kata fikih Islam

Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata (W.S. Rendra), begitu juga dalam pembuatan skripsi ini yang dilakukan penulis, sehingga menjadi skripsi yang menjadi alat

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus karena skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Kompensasi, Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi

Performan entok umur 10 minggu yang men- dapat ransum mengandung asam amino lysin dan methionin + sistin berdasarkan kecernaan tidak berbeda nyata dengan yang

Soegiri Lamongan yang sebagai suatu institusi dalam memberikan pelayanan kesehatan juga telah mempunyai etik, sehingga setiap petugas dalam

Sistem penentuan kombinasi menu makanan ini dibuat dengan mengimplementasikan algoritma PSO, pengguna akan diminta menginputkan data diri seperti nama, tinggi badan, berat

Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang meliputi pengukuran kelembaban tanah