50
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN
3. 1 Riwayat Direktorat Jenderal Pajak
Sejarah berdirinya Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :
1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas Bendaharawan Pemerintah;
2. Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak Negara;
3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan; dan
4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Direktorat Jenderal Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI No. 12 tahun 1976 tanggal 27 Maret 1976, Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-undang RI No.12 tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan
51 Bangunan (PBB). Demikian juga unit kantor di daerah yang semula berganti Inspeksi IPEDA diganti menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas Luar IPEDA diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB.
Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ItDa) yaitu di Jakarta dan beberapa derah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah ini kemudian menjadi Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang ini.
3.2 Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Pajak 3.2.1 Tugas
Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan.
3.2.2 Fungsi
a. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang perpajakan.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan.
c. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang perpajakan.
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan. e. Pelaksanaan administrasi direktorat jenderal.
52 3.3 Visi, Misi dan Nilai Direktorat Jenderal Pajak
3.3.1 Visi
Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
3.3.2 Misi
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
3.3.3 Nilai
1. Integritas
Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.
2. Profesionalisme
Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.
53 Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.
4. Teamwork
Memiliki kemampuan untuk berkerjasama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.
3.4 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak
Agar tujuan direktorat dapat tercapai, diperlukan kerjasama antara pemimpin dengan karyawan. Kerjasama yang baik antara anggota direktorat dapat tercapai jika memiliki struktur organisasi yang baik dan jelas. Berikut ini merupakan struktur Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) yang digambarkan dari tingkat atas sampai tingkat bawah.
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Gambar 3.9 : Struktur Organisasi Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, Dan Hubungan Masyarakat
63
64
Gambar 3.11 : Struktur Organisasi Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi Dan Informasi
3.5 Sistem Yang Sedang Berjalan
Selama ini pihak DJP melakukan pemantauan terhadap penyebaran PBB dengan melakukan survey langsung ke lapangan. Hal tersebut dianggap DJP sangat membuang waktu dan tenaga. Sehingga DJP menginginkan adanya sebuah aplikasi yang berbasiskan pemetaan (SIG) sehingga diharapkan mempermudah DJP dalam pemantauan penyebaran PBB. Dimana DJP sama
65 sekali belum mempunyai aplikasi pemetaan tersebut, dan DJP yang akan menjadi pengguna dari aplikasi pemetaan tersebut.
Berikut ini adalah DFD dari sistem yang berjalan pada DJP sebelum adanya Sistem Informasi Geografi :
Proses
Pengumpulan
Data Secara
Manual
KPP pratama
kecamatan Palmerah
Bidang IT ditjen
pajak
Pimpinan ditjen pajak
bidang IT
D a ta pen erim aan inf o rm as i baru PBB D a ta laporan s ebaran pet a PBB D a ta laporan pengolaha n dat a de ngan s ebaran pet a PBB D ata ke pat uhan pa jak Da ta pa jak bum i(tan ah ) Da ta pa jak ba ngu na n Da ta n am a j ala n Da ta w ila ya h Da ta k elu rah an Da ta k ela s b um i Da ta N JO P66 Selain sistem yang sedang berjalan yang berupa survey langsung ke lapangan, Direktorat Jenderal Pajak juga menggunakan sistem yang berbasiskan website. Dimana alamat website itu sendiri adalah www.pajak.go.id.
67
68
Gambar 3.15 : Tampilan Halaman Mengenai Pajak Bumi dan Bangunan pada website Direktorat Jenderal Pajak
69
Gambar 3.16 : Tampilan Halaman Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan pada website Direktorat Jenderal Pajak
70
Gambar 3.17 : Tampilan Halaman Klasifikasi Pajak Bumi dan Bangunan pada website Direktorat Jenderal Pajak
71
Gambar 3.18 : Tampilan Halaman Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan pada website Direktorat Jenderal Pajak
72
Gambar 3.19 : Tampilan Halaman Surat Tagihan Pajak Bumi dan Bangunan pada website Direktorat Jenderal Pajak
3.6 Permasalahan Yang Dihadapi
Sesuai dengan perkembangan wiliayah serta untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, maka dipandang perlu dilakukan pembuatan pemetaan berdasarkan Sistem Informasi Geografi pada Direktorat Jenderal Pajak.
Adapun alasan pembuatan pemetaan dan permasalahan pada Direktorat Jenderal Pajak adalah, sebagai berikut :
1. Pihak Direktorat Jenderal Pajak merasa survey langsung ke lapangan secara manual dianggap sangat membuang waktu dan tenaga, hal itu disebabkan oleh tidak adanya pemetaan yang berupa peta penyebaran
73 Pajak Bumi dan Bangunan untuk memantau penyebaran Pajak Bumi dan Bangunan yang dibuat berdasarkan Sistem Informasi Geografi pada Direktorat Jenderal Pajak.
2. Tidak adanya aplikasi Sistem Informasi Geografi yang memberikan informasi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan, informasi klasifikasi harga Pajak Bumi dan Bangunan, dan wilayah-wilayah pada objek-objek pajak yang ada di Kecamatan Palmerah Jakarta Barat.
3. Kurang lengkapnya sistem yang sedang berjalan di Direktorat Jenderal Pajak yang berbasiskan web tanpa adanya Sistem Informasi Geografi.
3.7 Usulan Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka penulis merancang suatu aplikasi yang berbasiskan pada Sistem Informasi Geografi. Pada aplikasi berbasiskan Sistem Informasi Geografi ini dapat menampilkan informasi serta letak geografis yang dibutuhkan bagi pemakai Sistem Informasi Geografi ini untuk memudahkan dalam memantau penyebaran Pajak Bumi dan Bangunan.
Kemudahan yang diberikan pada aplikasi Sistem Informasi Geografi ini adalah user dapat langsung memilih suatu wilayah didalam peta yang dikehendakinya. Misalnya user mengklik peta area pelayanan, selanjutnya sistem
akan menampilkan peta wilayah tersebut. Selanjutnya user mengklik objek yang diinginkan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
74 Objek pelanggan pada keseluruhan peta merupakan pembagian wilayah atas berdasarkan kategori kelas tanah dan bangunan. Setiap kategori kelas tanah tergantung dari prospek perkembangan wilayah dari tanah tersebut dan setiap kategori kelas bangunan terdiri dari kualitas bahan bangunan itu sendiri.
Adapun usulan pemecahan masalah diantaranya adalah, sebagai berikut : 1. Melengkapi Sistem Informasi Geografi di sistem yang sedang
berjalan di Direktorat Jenderal Pajak.
2. Membuat pemetaan penyebaran pajak yang dibuat berdasarkan Sistem Informasi Geografi pada Direktorat Jenderal Pajak khususnya pada wilayah Kecamatan Palmerah Jakarta Barat.
Dari banyaknya perangkat lunak (software) Sistem Informasi Geografi saat ini, program ini menggunakan ArcView GIS 3.3. Pemilihan penggunaan ArcView GIS 3.3 dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
1. ArcView dapat melakukan pertukaran data, operasi-operasi matematik, menampilkan informasi spasial maupun atribut secara bersamaan, membuat peta tematik, menyediakan bahasa pemograman (script) serta melakukan fungsi-fungsi khusus lainnya dengan bantuan extensions seperti spasial analyst dan image analyst
(ESRI).
2. ArcView dalam operasinya menggunakan, membaca dan mengolah data dalam format Shapefile, selain itu ArcView GIS 3.3 juga dapat memanggil data- data dengan format BSQ, BIL, BIP, JPEG, TIFF, BMP, GeoTIFF atau data grid yang berasal dari ARC/INFO serta banyak lagi data-data lainnya. Setiap data spasial yang dipanggil akan
75 tampak sebagai sebuah Theme dan gabungan dari theme-theme ini akan tampil dalam sebuah view. ArcView mengorganisasikan komponen-komponen programnya (view,theme,table,chart,layout dan
script) dalam sebuah project. Project merupakan suatu unit organisasi
tertinggi di dalam ArcView.
3. Salah satu kelebihan dari ArcView adalah kemampuannya berhubungan dan bekerja dengan bantuan extensions. Extensions
(dalam konteks perangkat lunak Sistem Informasi Geografi ArcView) merupakan suatu perangkat lunak yang bersifat “plug-in” dan dapat diaktifkan ketika penggunannya memerlukan kemampuan fungsionalitas tambahan (Prahasta). Extensions bekerja atau berperan sebagai perangkat lunak yang dapat dibuat sendiri, telah ada atau dimasukkan (di-instal) ke perangkat lunak ArcView untuk memperluas kemampuan-kemampuan kerja dari ArcView itu sendiri. Contoh-contoh extensions ini seperti Spasial Analyst, Edit Tools v3.1,
Geoprocessing, JPGE (JFIF) Image Support, Legend Tool,
Projection Utility Wizard, Register and Transform Tool dan XTools
Extensions.
4. Kelemahan yang dimiliki ArcView terletak pada input datanya, kebanyakan data yang diolah pada perangkat lunak ini merupakan hasil perhitungan dari perangkat lunak lain salah satunya Autocad. Jika data yang diolah pada ArcView sebagai data mentah, maka ketelitian yang diberikan kurang baik.
76 3.8 Perancangan Sistem Informasi Geografi
Dalam merancang Sistem Informasi Geografi yang baik maka diperlukan sumber data yang lengkap, tepat dan cepat dan up-to-date, agar dapat memberikan output informasi yang sesuai dengan keinginan user.
Melihat akan kebutuhan dan tujuan yang dicapai, serta keperluan database ruang (spasial) yang memegang penting dalam sistem yang dirancang ini. Karena Sistem Informasi Geografi merupakan sistem yang cocok untuk diterapkan dalam kondisi ini.
Data pada rancangan Sistem Informasi Geografi ini dikelompokkan menjadi 2 sistem data yaitu data spasial dan non-spasial.
Pada data spasial berupa peta atau simbol-simbol tertentu harus dirubah kebentuk digital. Sedangkan jika pengguna ingin menambahkan atau memasukkan data spasial langsung pada peta atau layer, maka pengguna dapat langsung menggambarkan suatu objek pada posisi yang diinginkan pada peta yang sudah ada dengan menggunakan software ArcView GIS 3.3.
Pada rancangan data non-spasial, dilakukan dengan tombol informasi
(Information Tools Button) dari fasilitas yang tersedia didalam software ArcView
GIS 3.3, dimana user harus terlebih dahulu memilih salah satu lokasi geografis tertentu yang diinginkan dari tampilan yang ada pada peta, setelah itu user dapat langsung memasukkan data atribut untuk disimpan dalam tabel (database). Lembaran-lembaran peta disebut layer. Tiap layer pada Sistem Informasi Geografi ini mewakili satu database, kecuali tabel database yang dibuat melalui raster image. Dalam tabel raster image tidak dapat dihubungkan dengan tabel
77 Metode analisis sering dijumpai dalam Sistem Informasi Geografi, karena dapat digunakan untuk menampilkan dan mengakses beberapa macam peta secara keseluruhan. Metode yang akan digunakan dalam Sistem Geografi ini adalah metode Tumpang Susun atau sering disebut metode Tumpang Tindih
(Overlay Method). Pada Sistem Informasi Geografi yang dibuat ini, yang
digunakan sebagai peta dasar adalah peta kelurahan-kelurahan yang terdapat di Kecamatan Palmerah Jakarta Barat, yaitu Kelurahan Kota Bambu, Kelurahan Jatipulo, Kelurahan Slipi, Kelurahan Kemanggisan dan Kelurahan Palmerah.
78 3.8.1 Data Flow Diagram (DFD)
3.8.1.1 Diagram Konteks
SIG Distribusi
PBB
KPP pratama
kecamatan Palmerah
Bidang IT ditjen
pajak
Pimpinan ditjen pajak
bidang IT
D a ta pen erim aan inf o rm as i baru PBB D a ta laporan s ebaran pet a PBB D a ta laporan pengolaha n dat a de ngan s ebaran pet a PBB D ata ke pat uhan pa jak Da ta pa jak bum i(tan ah ) Da ta pa jak ba ngu na n Da ta n am a j ala n Da ta w ila ya h Da ta k elu rah an Da ta k ela s t an ah da n b an gu na n Da ta N JO P79 3.8.1.2 Diagram Nol
SIG distribusi PBB
Pimpinan ditjen pajak bidang IT
spasial nonspasial Pendataan nonspasial Pendataan spasial KPP pratama kecamatan
Palmerah Bidang IT ditjen pajak
80 3.8.2 Perancangan Modul
Sistem Informasi Geografi ini memiliki tiga perancangan modul utama, yaitu :
a. Modul Manajemen Data (Basis Data)
Modul manajemen data merupakan antarmuka yang digunakan untuk pengelolaan data tesktual. Modul ini memiliki kemudahan untuk fungsi pemasukkan data, penambahan data, dan sebagainya. Modul ini merupakan modul basis data yang terdiri dari satu tabel utama (master) dan tabel referensi bagi setiap data jenis guna pembakuan penamaan (anotasi) informasi dalam pengelolaan data. Tabel utama (master) dan tabel referensi ini pada prinsipnya jarang berubah. Data dan informasi yang bersifat dinamis diletakkan pada tabel transaksi, yang menyimpan data tahunan. Guna memudahkan pengolahan data pada setiap tabel transaksi diberi kunci yang menunjukan identifikasi spesifik data dan memudahkan penelusuran data.
b. Modul Manajemen Peta (Basis data untuk peta)
Modul manajemen data merupakan antarmuka yang digunakan untuk pengelolaan data spasial (peta) yang akan digunakan oleh sistem. Modul ini mempunyai kemudahan dalam penambahan peta baru, penggantian peta, dan sebagainya. Untuk pengelolaan peta seperti overlay,
81 penambahan layer, dan sebagainya dapat dilakukan secara terpisah (diluar sistem).
c. Modul Penampilan Data dan Peta
Modul ini merupakan modul utama untuk menampilkan data dan peta sesuai dengan penulusuran berdasarkan kata kunci yang diinginkan. Data dan informasi yang disajikan oleh sistem dapat ditampilkan dalam dua bentuk, yaitu tampilan layer dan tampilan laporan. Laporan tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan atau peta.
3.8.3 Perancangan Basis Data
Untuk dapat membuat Sistem Informasi Geografi yang baik, maka diperlukan data yang akurat dan terbaru. Karena Sistem Informasi Geografi ini akan sangat berguna jika datanya selalu Up-to-Date atau yang dapat di-update. Berikut adalah database yang dibutuhkan dalam Sistem Informasi Geografi untuk Penyebaran Pajak Bumi dan Bangunan wilayah kecamatan Palmerah Jakarta Barat.
3.8.3.1 Kamus Data
Berikut ini adalah kamus data dari tabel-tabel yang digunakan dalam ”Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Geografi Penyebaran Pajak Bumi dan Bangunan Daerah Kecamatan Palmerah Jakarta Barat pada Direktorat Jenderal Pajak (DJP)”
82 Kelurahan = PK(ID_Kelurahan) + Nama_Kelurahan
+ Nama_Kecamatan +
Nama_Kotamadya + Nama_Provinsi NJOP Bumi = PK(ID_NJOP Bumi dan Bangunan) +
NJOP Bumi dan Bangunan +
ID_Kelurahan
Wilayah = PK(ID_Wilayah) + Nama_Wilayah + ID_Kelurahan + ID_NJOP Bumi dan Bangunan + ID_NamaJalan + Kls
Tanah dan Bangunan
Nama Jalan = PK(ID_NamaJalan) + Nama_Jalan +
ID_Kelurahan
3.8.3.2 Spesifikasi Tabel 1. Tabel Kelurahan
Nama Tabel = Kelurahan
Deskripsi = Berisi informasi kelurahan Primary Key = ID_Kelurahan
Nama Field Panjang Tipe Keterangan
ID_Kelurahan 16 Number Kode Kelurahan Nama_Kelurahan 50 String Nama Kelurahan Nama_Kecamatan 50 String Nama Kecamatan
83 Nama_Kotamadya 50 String Nama Kotamadya Nama_Provinsi 50 String Nama Provinsi
Tabel 3.1 : Tabel Kelurahan 2. Tabel NJOP Bumi dan Bangunan
Nama Tabel = NJOP Bumi dan bangunan
Deskripsi = Berisi mengenai NJOP Bumi dan Bangunan Primary Key = ID_NJOP Bumi dan Bangunan
Nama Field Panjang Tipe Keterangan ID_NJOP Bumi
dan Bangunan
16 Number Kode NJOP Bumi dan Bangunan
NJOP Bumi dan Bangunan
20 Varchar NJOP Bumi dan
Bangunan
ID_Kelurahan 16 Number Kode Kelurahan
Tabel 3.2 : Tabel NJOP Bumi dan Bangunan 3. Tabel Wilayah
Nama Tabel = Wilayah
Deskripsi = Berisi mengenai wilayah Primary Key = ID_Wilayah
84
ID_Wilayah 16 Number Kode Wilayah
Nama_Wilayah 50 String Nama Wilayah ID_Kelurahan 16 Number Kode Kelurahan ID_NJOP Bumi
dan Bangunan
16 Number Kode NJOP Bumi
ID_NamaJalan 16 Number Kode Nama Jalan Kls Tanah dan
Bangunan
20 String Kelas Tanah dan
Bangunan
Tabel 3.3 : Tabel Wilayah 4. Tabel Nama Jalan
Nama Tabel = Nama Jalan
Deskripsi = Berisi daftar nama jalan Primary Key = ID_NamaJalan
Nama Field Panjang Tipe Keterangan ID_NamaJalan 16 Number Kode Nama Jalan
Nama_Jalan 50 String Nama Jalan
ID_Kelurahan 16 Number Kode Kelurahan
85
3.8.4 ERD
Me
miliki
`Gambar 3.22 : ERD Rancangan Sistem Penyebaran PBB 3.8.5 Perancangan Proses
3.8.5.1 Diagram Hirarki
86
Gambar 3.24 : Diagram Hirarki Layar Peta
3.8.5.2 Perancangan Layar
Applikasi Sistem Informasi Geografi ini mempunyai tiga Perancangan Layar, yaitu :
1. Rancangan Layar Utama pada saat akan membuka Project
ArcView GIS 3.3 Button
File Help
87 2. Rancangan Layar Utama setelah Open Project
ArcView GIS 3.3 Button
File View Network Help
Tools Legenda 1
Peta
88 3. Rancangan Layar Utama Akhir
ArcView GIS 3.3 Button
File View Network Help
Tools Legenda 5 Legenda 4 Legenda 3 Legenda 3 Legenda 2 Legenda 1 Peta
Gambar 3.27 : Rancangan Layar Utama Akhir
3.8.5.3 State Transition Diagram (STD)
Diagram ini menggambarkan keadaan sistem yang dipicu oleh adanya aksi yang dilakukan oleh user dan juga mendeskripsikan reaksi sistem terhadap aksi tersebut. Dengan kata lain State Transition Diagram dapat mendeskripsikan cara kerja dan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh setiap modul, dengan adanya State Transition Diagram rancangan akan lebih terperinci.
89 Karena fungsi-fungsi setiap objek yang diperlukan telah dideskripsikan melalui State Transition Diagram.
90
Gambar 3.29 : State Transition Diagram Proses Add Layer
3.8.5.4 Perancangan Spesifikasi Proses (Pseudocode) Spesifikasi Layar Utama
Tampilan menu utama
Memilih file pada bagian awal
-open project-
Open file *.apr
Memilih menu file
-tekan-
Pilih close
-menu akan tertutup-
-keluar warning kalau belum disave- Pilih save project
91 -menu akan membuka tempat untuk save dalam komputer,tergantung dari Default directory-
- kembali ke menu file-
Pilih Print
-tekan-
Layout dari gambar theme akan diprint -kembali ke layar menu utama-
Pilih exit
-tekan-
-keluar dari program, dikonfirmasi lebih dulu kalau belum di save projectnya-Program exit
Spesifikasi Add Layer
Menampilkan layar Window Open Koneksi ke database
Lakukan pilihan file *.shp Jika tekan tombol ”open” Tampilkan file *.shp ke layar Kembali ke Menu Utama
Selain itu Jika tekan tombol ”cancel” Kembali ke Menu Utama
Akhir Jika