• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI ANTARA PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP REMAJA DENGAN INTENSITAS KEBERAGAMAAN REMAJA DI DESA RANDUGUNTING KEC. BERGAS KAB. SEMARANG PADA TAHUN 2016. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KORELASI ANTARA PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP REMAJA DENGAN INTENSITAS KEBERAGAMAAN REMAJA DI DESA RANDUGUNTING KEC. BERGAS KAB. SEMARANG PADA TAHUN 2016. - Test Repository"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI ANTARA PANDANGAN MASYARAKAT

TERHADAP REMAJA DENGAN INTENSITAS

KEBERAGAMAAN REMAJA DI DESA

RANDUGUNTING KEC. BERGAS KAB. SEMARANG

PADA TAHUN 2016.

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

NGIZUL MAFTUKAH

NIM: 111-12-014

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Jangan mudah berburuk sangka agar hatimu tak gelap dan

hidupmu tak sengsara...

Yakinlah setiap perbuatan pasti ada hikmahnya

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur tulus ikhlas kepada Allah skripsi ini terselesaikan

dengan adanya bimbingan, dorongan, motivasi, doa dari otangtua dan

orang-orang terdekatku, maka skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberi nikmat sehat dan restu sehingga saya

tercipta menjadi insan yang insyaAllah mulia dan bisa menyelesaikan skripsi ini

2. Almarhum Bapak Mahfudz dan Ibu ku Masringatun, yang selalu

mendoakan saya membesarkan saya dengan penuh ketulusan dan kasih sayang dan menjadi motivasi terbesar untuk saya.

3. Bapak dan Ibu mertua saya yaitu Bapak Sumadi dan Ibu Khoirun yang

selalu mendoakan dan mendukung setiap kegiatan kuliah saya.

4. Suamiku tercinta Zaenal Arifin , kakak ku Miftakul Ruksoh, Mustamil,

dan Fadlan yang selalu mendukung dan menemaniku.

5. Bapak kos dan Ibu kos yaitu bapak Sumadi dan ibu Ngatini yang selalu

memberikan pengarahan dan doa kepada saya.

6. Bapak Lurah Susiarto yang selalu memberikan dukungan dan izin dalam

penelitian saya di desa Randugunting.

7. Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran dari awal hingga selesai skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan segala Ilmu Pengetahuan

dan pengalaman yang sangat berharga untuk kehidupan

9. Staf karyawan-karyawati IAIN Salatiga.

10.Masyarakat dan teman-teman remaja Desa Randugunting yang

(8)

viii

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang

membawa kita kepada jalan yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan

hingga zaman yang penuh dengan Ilmu Pengatahuan.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan, motivasi,

dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan ketulusan hati

penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

memberikan motivasi, pengarahan, dukungan, bimbingan serta meluangkan

waktu dan perhatian dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang senantiasa memberikan Ilmu Pengatahuan dan

pengalaman yang sangat berharga serta staf-staf karyawan akademik IAIN

Salatiga yang selalu memberikan layanan dan bantuan kepada penulis.

6. Masyarakat dan remaja Desa Randugunting yang telah memberikan izin dan

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Maftukah, Ngizul.2016. Korelasi Antara Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja Dengan Intensitas Keberagamaan Mereka Di Desa Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2016. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra.

Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.

Kata Kunci: Intensitas Keberagamaan Remaja.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui korelasi antara pandangan masyarakat terhadap status remaja dengan intensitas keberagamaan mereka. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pandangan masyarakat terhadap status remaja di Ds. Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang? (2)Bagaimana intensitas keberagaman remaja di Ds. Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang? (3) Apakah terdapat korelasi antara pandangan masyarakat terhadap status remaja dengan intensitas keberagamaan remaja di Ds Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat kuantitatif maka data dari penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi ,angket dan observasi dengan menggunakan rumus Presentase dan analisis statistic dengan rumus Produc Moment untuk mengecek validitas data.

Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tidak

terdapat korelasi antara pandangan masyarakat dengan intensitas keberagamaan

remaja. Yang dibuktikan berdasarkan hasil Setelah r hitung didapat yaitu -0,091

kemudian dikonsultasikan dengan r product moment tabel taraf signifikansi 5%

diperoleh r product moment 0,361, dan taraf signifikansi 1% diperoleh r product

moment 0,463, maka -0,091 lebih kecil dari 0,365. Artinya tidak terdapat korelasi

antara pandangan masyarakat terhadap status remaja dengan intensitas

keberagamaan mereka. Tanda min(-) di depan indeks semakin memperkuat tidak

adanya korelasi sebagaimana pendapat Arikunto”bahwa Arah korelasi yaitu arah

yang menunjukkan kesejajaran antara nilai variabel X dengan nilai variabel Y.

(12)

xii

Jika tanda plus (+), maka arah korelasinya positif, sedangkan kalau minus (-)

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

(14)

xiv

2. Pandangan Masyarakat terhadap status remaja ... 7

3. Intensitas Beragama ... 11

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 11

2. Lokasi dan waktu Penelitian ... 14

3. Metode Penelitian Subjek ... 14

4. Metode Pengumpulan Data ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pandangan Masyarakat Terhadap status Remaja ... 20

B. Intensitas Keberagamaan Remaja 1. Pengertian Intensitas Keberagamaan Remaja ... 24

2. Faktor Yang Mempengaruhi keberagamaan Remaja ... 25

3. Bentuk-Bentuk Aktifitas Keagamaan a. Shalat ... 31

b. Membaca Al Quran ... 36

C. Korelasi Antara Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja dengan Intensitas Keberagamaan Remaja ... 38

BAB III HASIL PENELITIAN A. Profil desa Randugunting kec Bergas Kab Semarang 1. Kondisi geografis ... 41

2. Kondisi Monografis ... 42

(15)

xv

4. Keadaan Sosial ... 44

B. Penyajian Data 1. Daftar Nama Responden ... 48

2. Hasil Jawaban Angket ... 50

a. Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja ... 50

b. Intensitas Keberagamaan Remaja ... 53

BAB IV ANALISA DATA A. Analisis Pendahuluan ... ….55

B. Analisis Lanjutan ... 70

C. Uji Hipotesa ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Mata Pencarian Penduduk... 42

Tabel 3.2 Kegiatan Masyarakat Desa Randugunting ... 44

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Tingkat pendidikan ... 45

Tabel 3.4 Jumlah Sarana dan Prasarana ... 46

Tabel 3.5 Jumlah Sarana dan Prasarana Peribadatan ... 46

Tabel 3.6 Struktur Organisasi Pemerintahan ... 47

Tabel 3.7 Daftar Nama Responden Remaja ... 48

Tabel 3.8 Jawaban Angket Tentang Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja Desa Randugunting ... 50

Tabel 3.9 Jawaban Angket tentang Intensitas Keberagamaan Remajaa ... 52

Tabel 4.1 Data Nilai Angket Pandnagan Masyarakat terhadap Remaja………...55

Tabel 4.2 Interval Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja………..………..57

Tabel 4.3 Nominasi Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja………58

Tabel 4.4 Presentase Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja………61

Tabel 4.5 Data Nilai Angket Intensitas Keberagamaan Remaja………62

(17)

xvii

Tabel 4.7 Nominasi Intensitas Keberagamaan Remaja………..65

Tabel 4.8 Prensentase Intensitas Keberagamaan remaja………68

Tabel 4.9 Korelasi Antara Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja

dengan Intensitas Keberagamaan

Mereka………...70

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

5. Lembar Konsultasi

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja sering disebut dengan masa trasisi dari masa anak-anak,

remaja dan dewasa. Berbagai macam cirri yang menandai masa ini

mengisyaratkan betapa penting periode remaja ini dalam alur panjang tumbuh

kembang kepribadian seseorang. Satu diantara ciri penting adalah munculnya

kebimbangan, kegoncangan dan bergejolaknya berbagai perasaan. Menurut

pendapat Clarck “salah satu faktor penting yang mempengaruhi kegoncangan

emosi remaja adalah tradisi agama yang di dalamnya terdapat

konsekuensi-konsekuensi nilai (Islamiyah, 2013: 71).

Dengan demikian bahwa konflik dan kebimbangan remaja Doubt and

conflict sering berkaitan dengan adanya tradisi agama dimasyarakat setempat,

yang di dalamnya tentu terdapat konsekuensi nilai tentang baik dan buruk

terkait apa yang telah dilakukan remaja. Dalam realitasnya remaja sering

dipandang pribadi seperti orang dewasa yang harus bersikap sopan,

bertangung jawab dan religius namun pada sisi yang lain remaja terkadang

masih dianggap belum dewasa, misalnya saat mereka urun rembuk tentang

desanya dalam pertemuan-pertemuan formal. Pandangan yang “kurang jelas”

tentang ststus remaja ini dinilai akan mempengaruhi pada aktifitas remaja

(20)

2

Dalam hal demikian ini, suatu faktor penting yang memegang peranan

sebagai penentu dalam kehidupan remaja adalah agama. Tetapi sayang sekali,

dunia modern saat ini kurang menyadari betapa pentingnya pengaruh agama

dalam kehidupan manusia, terutama kepada orang-orang yang sedamg

mengalami kegoncangan jiwa sehingga banyak kita saksikan ketimpangan

sosial dimana-mana, kenakalan remaja meraja lela. Kehidupan seks bebas

sudah biasa dan masih banyak lagi beberapa kejahatan yang ada di sekitar

kita, dan hal ini banyak sekali terjadi pada anak usia remaja. Dimana usia

remaja terkenal dengan masa goncang, karena pertumbuhan yang dilaluinya

dari segala bidang dan segi kehidupan (Rohmah, 2013: 120).

Secara umum pada masa remaja akhir ini mengalami kegoncangan

jiwa. Namun berbeda dengan kegoncangan jiwa yang dialami pada usia pra

remaja yang lebih banyak disebabkan karena tidak seimbang atara

pertumbuhan jasmani dengan perkembangan perasaan dan fikiran. Sedangkan

pada remaja akhir cenderung terjadi karena tidak seimbang antara nilai-nilai

yang mulai ditemukan dan dianutnya dengan realitas kehidupan

disekelilingnya. Pikiran dan perasaan sudah mulai saling berinteraksi dan

seimbang, namun seringkali pikiran dan perasaannya kurang sesuai dengan

kondisi lingkungannya, hal inilah yang menyebabkan mereka mengalami

(21)

3

Berdasarkan uraian di atas sudah jelas bahwa masa kegoncangan pada

remaja sangatlah berkaitan dengan kondisi lingkungan. Adanya tradisi agama

dan nilai-nilai menjadikan remaja seringkali kebingungan dengan kondisi

keyakinan yang maju mundur (Ambivalen). Padahal remaja sangatlah

memperhatikan status dalam masyarakat umumnya, sebagaimana dikatakan

oleh Clarck “ Pada masa ini kesadaran diri terhadap sosial menjadi sangatlah

akut (kuat)” konsepsi dan pandangan orang- orang dewasa ikut menjadi unsur

menentukan apakah remaja merasa aman atau tidak suatu masyrakat.

Biasanya remaja tidak mendapatkan kedudukan yang jelas dalam

masyrakat akan menampakkan sikap menarik diri dari masyrakat, serta

acuh-tak acur terhadap aktivitas-aktivitas keagamaan. Bahkan mereka

kadang-kadang menentang adat kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh suatu

masyarakat, bahkan juga pada lembaga-lembaga keagamaan. Sikap

masyarakat yang kurang memberikan status yang jelas pada remaja itu

misalnya ada kalanya meraka dipandang masih anak-anak, pendapat dan

keinginan mereka kurang didengar terutama dalam aktivitas agama, mereka

dipandang masih belum matang. Akan tetapi pada sisi yang lain, masyarakat

memandang mereka telah dewasa, oleh karena itu mereka diharapkan dapat

berperilaku yang matang seperti orang dewasa ( Islamiyah, 2013 :72-73).

Observasi sementara penulis melihat kalangan remaja di desa

(22)

4

banyaknya remaja putra maupun putri dalam mengikuti kegiatan shalat

tarawih berjamaah di masjid-masjid yang dekat dengan lingkungan tempat

tinggal mereka. Selain itu juga ada sebagian kecil menyempatkan mengikuti

kegiatan masjid setempat. Kegiatan keagamaan semacam ini hanyalah

diminatti oleh beberapa remaja yang memasuki usia remaja akhir yaitu usia

18 hinggga 21 tahun. Sedangkan untuk kalangan pra remaja (13-16 tahun)

sudah mulai berkurang dalam kegiatan keagamaan, hal ini terlihat

berkurangnya jumlah santri pada ataman pendidikan Al Qur‟an. Kalangan

remaja puber ini tidak mau lagi mengikuti kegiatan TPQ dengan alasan

banyaknya kegiatan sekolah dan juga karena mereka merasa malu diusia

mereka mengikuti kegiatan tersebut.

Sedangkan dari aspek pandangan masyarakat Randugunting, baik dari

aparat desa maupun tokoh-tokoh agama setempat, menurut pengamatan

penulis cukup memadai dalam hal memberikan motivasi dan penghargaan

kepada remaja. Hal itu bisa di lihat pada pelibatan remaja dalam hal kegiatan

seremonial keagamaan seperti pada saat hari raya Idul fitri maupun adha,

juga kegiatan seremonial kenegaraan seperti hari raya kemerekaan.

Berdasarkan urian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul sekripsi : KORELASI ANTARA PANDANGAN MASYARAKAT

(23)

5

KEBERAGAMAAN REMAJA DI DS. RANDUGUNTING KEC. BERGAS

KAB. SEMARANG PADA TAHUN 2016.

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat

mengambil suatu pokok masalah yang penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap status remaja di Ds.

Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang tahun 2016?

2. Bagaimana intensitas keberagaman remaja di Ds. Randugunting Kec.

Bergas Kab. Semarang tahun 2016?

3. Apakah terdapat korelasi antara pandangan masyarakat terhadap status

remaja dengan intensitas keberagamaan remaja di Ds Randugunting Kec.

Bergas Kab. Semarang tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

Dengan melihat fokus masalah di atas yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap status remaja di Ds.

Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang tahun 2016.

2. Untuk mengetahui intensitas keberagaman remaja di Ds. Randugunting

(24)

6

3. Untuk mengetahui akankah terdapat korelasi antara pandangan

masyarakat terhadap status remaja dengan intensitas keberagamaan

mereka di Ds Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang tahun 2016.

D.Hipotesis

Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau

merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian ( Prasetyo dan

jannah, 2011 : 76 ).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi antara

pandangan masyarakat terhadap status remaja dengan Intensitas

keberagamaan mereka, artinya dengan semakin positif pandangan masyarakat

terhadap status remaja akan berkorelasi dengan intensitas keberagamaan

remaja di Desa Randugunting Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.

E.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, diharapkan mampu

memberikan informasi mengenai korelasi antara pandangan masyarakat

terhadap ststus remaja dengan intensitas keberagamaan mereka. Selain itu

penulis juga berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis

dan praktis.

Manfaat teoritis: Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap wacana

(25)

7

Manfaat praktis: Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan wawasan

dan pemahaman masyarakat disatu pihak dan remaja dipihak lain, tentang

pentingnya hubungan secara sinergis yang berimplikasi secara positif pada

aspek keberagamaan.

F.Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman penafsiran terhadap judul skripsi

tersebut, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang

terkandung dalam judul tersebut, yaitu :

1. Korelasi

Korelasi disebut juga dengan hubungan terkait penelitian. Jika kita

membicarakan suatu hubungan, akan ada dua konsep yang terkait suatu

dengan yang lainnya. Di dalam hubungan antara variable, maka yang

dibicarakan adalah keterkaitan antara dua variabel dengan variabel lainnya

( Prasetyo dan Jannah, 2011 : 79 ).

Jadi korelasi ini bisa diketahui adanya keterkaitan atau tidak dalam dua

variabel terkait setelah adanya penelitian dari penulis. Hal ini dikarenakan

adanya hasil kongrit dalam penelitian.

2. Pandangan masyarakat terhadap status remaja

Pandangan masyarakat adalah bagaimana suatu masyarakat menyikapi

remaja. Sikap-sikap masyarakat tersebut akan mempengaruhi

(26)

8

Dengan kata lain seperti apa persepsi remaja tentang pandangan

masyarakat terhadap diri mereka biasanya pandangan ini akan

berimplikasi pada sikap mereka termasuk didalamnya sikap

keagamaannya.

Dalam realitasnya tidak semua masyarakan memberikan gambaran yang

jelas terhadap status remaja, sikap dan penghargaan terhadap remaja

berkaitan dengan aktivitas keagamaan remaja.

Sedangkan yang dimaksud remaja adalah Dalam ilmu kedokteran dan

ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan ilmu faal) remaja dikenal

sebagai suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin manusia

mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin

khususnya dan keadaan tubuh pada umunya memperoleh bentuknya yang

sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi

secara sempurna.

Makna kata remaja dicari cukup sulit, untuk menentukan titik akhirnya

pun lebih sulit, karena remaja dalam arti lebih luas jauh lebih besar

jangkauannya dari pada masa puber itu sendiri. Remaja dalam ari

“adolescrence” (Inggris) berasal dari kata latin “andolescere” yang

artimya tumbuh kembang ke arah kematangan. Kematangan disini tidak

hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial

(27)

9

1) Masa pra remaja/masa puber (13-16 tahun)

2) Masa remaja awal (16-18 tahun)

3) Masa remaja akhir (18-20 tahun)

4) Masa adolescence (21 tahun)

Adapun yang tiga fase yaitu: pra remaja/puber (13-16 tahun), remaja

awal (16-18 tahun), remaja akhir (18-21 tahun). Sedangkan yang

membagi menjadi 2 fase perkembangan yaitu: masa remaja awal (13-17

tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun) (Rohmah, 2013:120-121).

kekuatan, kehebatan (Echols dan Shadily, 2010:326). Sementara tentang

(28)

10

dalam lima dimensi: ideologis, intelektual, eksperiensial, ritualistic dan

konsekuensial. Dua dimesi yang pertama adalah aspek kognitif

keberagamaan, dua yang terahir aspek behavioral keagamaan, dan yang

ketiga aspek afektif keberagamaan.

a. Dimeni ideologis : yaitu berkenaan dengan seperangkat kepercayaan

(beliefs) yang memberikan “premis eksistensial”untuk menjelaskan

Tuhan, alam, manusia dan hubungan di antara mereka. Kepercayaan

ini dapat berupa makna yang menjelaskan tujuan Tuhan dan peranan

manusia dalam mencapai tujuan itu (purposive beliefs). Kepercayaan,

yang terahir dapat berupa pengetahuan tenntang perangkat tingkah

laku yang baik yang dikehendaki agama. Kepercayaan jenis inilah

yang didasari struktur etis agama.

b. Dimensi intelektual yang mengacu kepada pengetahuan agama-apa

yang tengah atau harus diketahui orang tentang ajaran-ajaran

agamanya. Pada dimensi ini penelitian dapat diarahkan untuk seberapa

jauh tingkat melek agama (religion literacy) para pengikut agama

yang diteliti: atau tingkat ketertarikan mereka untuk mempelaajari

agamanya.

c. Dimensi eksperiental adalah bagian keagamaan yang bersifat

afektif-yakni, keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksanaan ajaran

(29)

11

atau apa saja yang diamatinya, responsive (merasa bahwa tuhan

menjawab kehendak atau keluhannya),eskatik (merasa hubungan yang

akrab dan penuh cinta dengan Tuhan) dan partisipatif (merasa menjadi

kawan setia kasih, atau wali Tuhan dan menyertai Tuhan dalam

melakukan karya ilahiah).

d. Dimensi ritualistick merujuk kepada ritus-ritus keagamaan yang

dianjurkan oleh agama atau dilaksanakan oleh para pengikutnya.

Dimensi ini meliputi pedoman-pedoman pokok pelaksanaan ritus dan

pelaksanaan ritus tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita dapat

meneliti frekuensi, prosedur, pola, sampai kepada makna ritus-ritus

tersebut secara individual, sosial maupun kultural.

e. Dimensi konsekuensial-ditempat lain, saya sebut dimensi sosial-

meliputi segala implikasi sosial dari pelaksanaan ajaran agama.

Dimensi inilah yang menjelaskan apakah efek dari ajaran agama

Islamterhadap etos kerja, hubungan interpersonal, kepedulian kepada

penderitaan orang lain, dan sebagainya (Abdullah dan Karim,

1989:93-94).

Dalam konteks penelitian ini penulis membatasi dengan dimensi

Ritual. Yaitu mencangkup intensitas shalat fardudan,sunah, dan

aktifitas membaca Al Qur‟an.

(30)

12

a) Memberikan penghargaan terhadap aktivitas remaja.

b) Melibatkan remaja dalam kegiatan masyarakat.

c) Mampu mendengarkan suara remaja.

d) Memberikan dukungan dan saran dalam kegiatan remaja.

e) Tidak menegur remaja di depan umum saat mereka melakukan

kesalahan.

f) Menggunakan bahasa yang lembut saat berinteraksi dengan

remaja.

2) Indikator variabel 2 Intensitas keberagamaan remaja yaitu:

a) Melaksanakan shalat 5 waktu

b) Melaksanakan shalat dengan tepat watu.

c) Melaksanakan shalat pada waktunya.

d) Melaksanakan shalat dengan berjamaah.

e) Melaksanakan shalad di masjid.

f) Melaksanakan ibadadah shalat sunah seperti rowatib dan

tahajud.

g) Membiasakan diri dengan menbaca Al-Qur‟an

G.Metode Penelitian

Metode adalah jalan atau cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

(31)

13

mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah (Arikunto, 1998

:115).

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dan

menngunakan rancangan penelitian studi korelasional. Yaitu penelitian

yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka. Data

yanga berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk

mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut

(Martono, 2011 :20).

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud meneliti korelasi antara

pandangan masyarakat terhadap remaja dengan intensitas keberagamaan

mereka di Ds. Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang. Penelitian ini

mengarah pada studi korelasi, dengan tehnik angket.

Penelitan ini mempunyai dua variable yaitu pandangan masyrakat

terhadap status remaja sebagai variable pertama, intensitas keberagamaan

remaja sebagai variable kedua.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Randugunting Kecamatan Bergas

Kabupaten Semarang. Objek penelitiannya adalah kalangan remaja

(32)

14 3. Metode Penelitian Subjek

a. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam

ruanglingkup yang akan diteliti (Martono, 2011:74). Adapun populasi

dari penelitian ini adalah semua remaja di Ds. Randugunting Kec.

Bergas Kab. Semarang tahun 2016.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti. Atau, sempel dapat didefisinikan

sebagai aggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur

tertentu sehingga diharapkan mampu mewakili populasi(Martono,

2011:74). Adapun yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah

sebagian remaja di Ds. Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang.

Jumlah remaja seluruhnya di desa randugunting 263.

Dengan demikian apabila subjek kurang dari seratus orang maka

diambil semua. Akan tetapi apabila subjeknya lebih dari seratus maka

sempel antara 10-25% atau 20- 25% atau lebih(Arikunto, 1998: 155).

Maka dalam penulisan ini mengambil sampel 11% dari jumlah remaja

(33)

15 4. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti mengunakan metode

antara lain:

a. Metode Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip

nilai, surat kabar, maajalah, dan lain sebagainya ( Arikunto, 1998 : 236).

Metode ini penulis menggali data tentang segala hal yang dibutuhkan

dalam penelitian. Seperti diantaranya tentang jumlah remaja yang ada di

Ds. Randugunting Kec Bergas Kab. Semarang. Data tersebut diperoleh

dari balaidesa setempat.

b. Angket

Adalah daftar pertanyaan yang dikirim oleh seorang peneliti kepada

responden tentang data pribadi sendiri atau orang lain ( Hadi, 1989 :

158).

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pandangan

masyarakat terhadap remaja di Ds. Randugunting Kec. Bergas Kab.

Semarang, serta data daftar pertanyaan untuk mengetahui seberapa

intensitas kebergamaan remaja di Ds. Randugunting Kec. Bergas Kab.

(34)

16 c. Observasi

Adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1981 : 136 ). Metode ini ini digunakan

untuk mengumpulkan data tentang intensitas keagamaan, bagaimana

pandangan, sikap, penghargaan dan pengakuan terhada remaja di Ds.

Randugunting. Disamping itu observasi kegiatan keagamaan yang

secara rutin dilakukan oleh remaja.

5. Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk menyusun

skripsi ini, penulis membuat suatu instrument penelitian yang di dalamnya

terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang variable-variabel yang ingin diteliti

dan diketahui datanya. Intsrumen penelitian yang penulis gunakan adalah

berupa angket.

6. Tehnik Analisis Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Untuk menjawab permasalahan penelitian yang pertama dan yang

kedua mengunakan rumus presentase sebagai berikut ;

P x 100%

(35)

17 P = Prosentase skor

F= Frekuensi

N= Jumlah Responden

b. Untuk menjawab masalah yang ketiga digunakan analisi statistic

rumus Product moment yaitu

Keterangan :

Koefisien korelasi yang dicari

Produk dari x dan y

Jumlah kuadrat variable x

Jumlah kuadrat variable y

Jumlah responden (Arikunto, 2010: 2013).

H.Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penyusunan skripsi, maka penulis perlu

menyusun sistematika sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan : Bab ini menjelaskan tentang pokok permasalahan

yang menjadi landasan awal penelitian. Pembahasannya meliputi : latar

(36)

18

penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penyusunan

sekripsi.

BAB II Kajian Pustaka: Bab ini merupakan isi dari teori penguat judul

sekripsi ini yang menjelaskan tentang pandangan masyarakat terhadap status

remaja, definisi oprasional tentang intesitas keberagamaan yang dibatasi

dengan dimensi ritual, hubungan antara dua vaiabel yaitu pandangan

masyarakat terhadap status remaja dengan intensitas keberagamaan mereka.

BAB III. Laporan Penelitian: Pada bab ini penulis akan memberikan

gambaran desa Randugunting kecamatan Bergas kabupaten Semarang 2016,

meliputi Geografis dan Monografis(luas wilayah, batas wilayah, kondisi

geografis dan lain sebagainya). Selanjutnya pembahasan responden dan data

responden, jawaban angket tentang pandangan masyarakat tehadap status

remaja, dan jawaban angket tentang intesitas keberagamaan remaja di desa

Randugunting.

BAB IV Analisis Data: Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang

analisis angket data yang telah terkumpul dan klasifikasi data, perhitungan

frekuensi, dan prosentase untuk menjawab permasalahan yang pertama dan

kedua. Kemudian untuk menjawab permasalahan yang ketiga tentang ada atau

tidaknya korelasi anatra pandangan masyarakat terhadap status remaja

dengan intensitas keberagamaan mereka menggunakan rumus statistic Produc

(37)

19

BAB V Penutup: Penulis dengan ini mengahiri penulisan sekripsi,

dengan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran dan kata

(38)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja

Jika merujuk pendapat Clark pandangan masyarakat merupakan salah

satu faktor diantara faktor- faktor yang mempengaruhi keberagamaan remaja.

Faktor-faktor tersebut adalah pertumbuhan ide dan mental, pertumbuhan

emosi, perkembangan moral dan agama remaja (Islamiyah, 2013: 72-73).

Namun dalam penelitian ini penulis hanya fokus pada faktor pandangan

masyarakat terhadap status remaja.

Pandangan masyarakat adalah bagaimana suatu

masyarakat menyikapi remaja. Sikap-sikap masyarakat tersebut akan

mempengaruhi perkembangan perilaku keagamaan, mereka ( Islamiyah,

2013: 72 ). Dalam realitasnya tidak semua masyarakan memberikan

pandangan yang jelas terhadap status remaja, terkadang mereka dianggap

sudah dewasa dan dilain waktu dipandang belum dewasa. Pandangan yang

tidak jelas ini setidaknya akan mempengaruhi eksistensi remaja termasuk di

dalamnya perilaku keagamaan.

Tentu saja masyarakat memiliki alasan

tersendiri dalam memandang sebagaimana pendapat Noer Rohmah “ diantara

(39)

21

kepercayaan dan penghargaan kepadanya, karena sikap dan perilaku mereka

sudah seperti selayaknya orang dewasa yang telah matang cara berfikirnya,

sehingga mereka segera dapat diterima sebagai anggota masyarakat yang bisa

didengarkan pendapatnya. Di samping itu juga ada pula lingkungan yang

enggan memberikan kepercayaan kepada kaum remajanya, karena mereka

masih suka foya-foya dan menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang.

Sehingga mereka dipandang sebagai anak yang harus ditolong, dinasehati,

dibimbing, dan dicukupi segala kebutuhannya (Rohmah, 2013: 137-138).

Di dalam agama Islam cara hidup berkelompok

(masyarakat) sudah diatur sedemikian rupa. Sesuai dengan pendapat Azhar

Basyir, Hidup bermasyarakat menentukan bahwa setiap individu memikul

beban kewajiban terhadap individu-individu yang lain. Setiap individu dalam

masyarakat yang satu terhadap yang lain memiliki hubungan fungsional.

Dalam kehidupan sehari- hari perlu disadari sunguh-sungguh bahwa fungsi

individu dalam masyarakat sebenarnya sangat luas, dan fungsi tersebut dapat

dilakukan setiap orang, baik tua maupun muda (Sudarsono, 1995: 121).

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwasannya

dalam kehidupan bermasyarakat sudah selayaknya setiap individu berhak

memiliki peran dan fungsional di dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak

hanya dari golongan orang tua, namun remaja juga berhak memiliki peran dan

(40)

22

dipandang sebelah mata oleh mayarakat dan kurang memperoleh peran di

dalam masyrakat. Artinya pandangan masyrakat akan berpengaruh terhadap

aktifitas remaja terutama dalam aktifitas keagamaan.

Sebenarnya di dalam masyarakat tidak ada

pendidikan. Mayarakat tidak mendidik orang-orang atau anak yang berada di

dalamnya. Dalam masyrakat hanyalah “pengaruh” dari masyrakat itu.

Pengaruh itu ada yang bersifat positif (baik) terhadap perkembangan

kepribadian anak termasuk perkembangan jiwa keagamaannya dan ada pula

yang bersifat negatif (jelek) (Rohmah, 2013: 194). Pandagan masyrakat ini

yang akan menimbulkan pengaruh baik atau tidaknya remaja. Namun

masyarakat mengaitkan padangannnya terhadap remaja berdasarkan nilai-nilai

kesopanan.

Berdasarkan pendapat Djamaludin bahwasannya dalam ruang lingkup

yang lebih luas dapat diartikan bahwa dalam pembentukan nilai-nilai

kesopanan atau nilai yang berkaitan dengan aspek spiritual akan lebih efektif,

jika seorang berada dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

tersebut. Sebagai contoh hasil penelitian Masri Singarimbun terhadap kasus

kumpul kebo di mojolama. Ia menemukan 13 kasus kumpul kebo ini

berhubungan dengan sikap toleran masyarakat terhadap hidup bersama tanpa

nikah. Di sini jelas ternyata ada hubungan antara lingkungan dan sikap

(41)

23

masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama tentunya kasus

sepeti itu akan mudah dihindarkan (Rohmah, 2013:195).

Hubungan tersebut termuat di dalam Al- Quran surat Al Imron ayat

159:

maka dengan rahmat Allah engkau telah lemah lembut terhadap

mereka, karena jika enkau kasar dank keras hati, niscaya mereka akan pergi

dari sekeklilingmu.”(Depag., 2011:71).

Ayat tersebut secara eksplisit menjelaskan

tentang adanya saling berhubungan antara sikap-sikap kita sebagai orang

dewasa (dalam hal ini) masyarakat dengan orang-orang disekitar kita yaitu

anak dan remaja.

Sebagai contoh jika sekelompok remaja

melakukan perbuatan yang tidak patut di tengah masyarakat

(mabuk-mabukan, mengebut, menyalakan petasan dekat dengan masjid,dll.).

Dibutuhkan sikap yang bijak dan lembut dalam menghadapi mereka. Karena

jika mereka dibenci, dicemooh tanpa memberikan jalan keluarnya maka yang

ada mereka akan semkin jauh dari apa yang diinginkan masyarakat.

Inilah sebabnya agama mengajarkan cara

tersendiri dalam amar ma‟ruf nahi mungkar sebagaimana firman Allah dalam

(42)

24 yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk(Depag, 2011:281)

Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan

antara yang hak dengan yang bathil.

B. Intensitas Keberagamaan Remaja

1. Pengertian Intensitas Keberagamaan Remaja

Intensitas berasal dari kata intensity ( Bahasa Inggris ) yang artinya

kehebatan (Echols dan Shadily, 2010: 326). dalam penelitian ini yang

dimaksud intensitas keberagaman remaja adalah tingkat kedalaman atau

kehebatan dalam aktivitas keagamaan khususnya dalam dimensi ritual.

(43)

25

oleh agama atau dilaksanakan oleh para pengikutnya. Dimensi ini

meliputi pedoman-pedoman pokok pelaksanaan ritus dan pelaksanaan

ritus tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita dapat meneliti frekuensi,

prosedur, pola, sampai kepada makna ritus-ritus tersebut secara individual,

sosial maupun cultural (Abdullah dan Karim, 1989: 94).

Remaja merupakan manusia muda yang masih dalam pertumbuhan

dan perkembangan untuk mencapai tingkat kematangan. Mereka bukan

lagi anak-anak yang dapat kita nasehati, dididik dan diajar dengan mudah,

dan bukan pula orang dewasa yang dapat kita lepaskan untuk bertangung

jawab sendiri atas pembinaan pribadinya, tetapi mereka adalah

orang-orang yang sedang berjuang untuk mencapai kedudukan sosial yang

mereka inginkan, dan bertarung dengan bermacam-macam problem

kehidupan untuk memastikan diri, serta mencari pegangan

untukmenentramkan batin dalam hidup yang tidak ringan itu.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Keberagamaan Remaja

Sebagaimana disampaikan sebelumya bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi keberagamaan remaja dalam penelitian ini berdasarkan

pendapat W.H Clarck yang menyebutkan, kajian tentang perkembangan

keagamaan remaja tidak bisa dilepaskan dari berbagai faktor yang terjadi

dalam perkembangan remaja itu sendiri. Clarck menyebutkan

(44)

26

ide dan mental, pertumbuhan emosi, pandangan masyarakat dan

pengaruhnya pada agama remaja,serta perkembangan moral dan agama

remaja. (Islamiyah, 2013: 70)

Remaja sangat memperhatikan statusnya dalam masyarakat pada

umumnya, sebagaimana dikatakan oleh Clarck “ Pada masa ini kesadaran

diri terhadap sosial menjadi sangatlah akut (kuat)” konsepsi dan

pandangan orang- orang dewasa ikut menjadi unsur menentukan apakah

remaja merasa aman atau tidak suatu masyrakat.

Biasanya remaja yang tidak mendapatkan kedudukan yang jelas

dalam masyrakat akan menampakkan sikap menarik diri dari masyrakat,

serta acuh-tak acur terhadap aktivitas-aktivitas keagamaan. Bahkan

mereka kadang-kadang menentang adat kebiasaan dan nilai-nilai yang

dianut oleh suatu masyarakat, bahkan juga pada lembaga-lembaga

keagamaan. Sikap masyarakat yang kurang memberikan status yang jelas

pada remaja itu misalnya ada kalanya meraka dipandang masih anak-anak,

pendapat dan keinginan mereka kurang didengar terutama dalam aktivitas

agama, mereka dipandang masih belum matang. Akan tetapi pada sisi

yang lain, masyarakat memandang mereka telah dewasa, oleh karena itu

mereka diharapkan dapat berperilaku yang matang seperti orang dewasa (

(45)

27

Selain itu perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa

faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara

lain menurut pendapat W. Starbuck adalah:

a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental

Ide dan keyakinan agama yang diterima remaja dari masa

kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sikap kritis

terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain maslah agama merekapun

sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi,

norma-norma kehidupan lainnya.

Hasil penelitian Allport, Gillesphy, dan Young menunjukkan:

1) 85% remaja Katolik Romawi tetap taat menganut

ajaran agamanya.

2) 40% remaja Protestan tetap taat terhadap ajaran

agamanya.

Dari hasil inilah dinyatakan selanjutnya, bahwa agama yang

bersifat lebih konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para remaja

untuk tetap taat terhadap ajaran agamanya.

Sebaliknya, agama yang diajarkannya kurang

konservatif-dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang perkembangan

(46)

28

ajaran agama. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pikiran dan

mental remaja mempengaruhi sikap keagamaan mereka.

b. Perkembangan Perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja.

Perasaan sosial, etis dan estesis mendorong remaja untuk menghayati

perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannnya. Kehidupan

relijius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup

yang rejius pula. Sebaliknya remaja yang kurang mendapan

pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi

dorongan seksual. Masa remaja adalah masa kematangan seksual.

Didorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih

mudah terpelosok kea rah tindakan seksual yang negative.

c. Pertimbangan Sosial

Corak keagamaan remaja juga ditandai oleh adanya

pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul

konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat

bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih

dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja lebih

cenderung jiwanya untuk bersikap materialis. Hasil penyelidikan

Ernest Harms terhadap 1789 remaja Amerika antara 18-29 tahun

(47)

29

kepentingan : keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan

diri dan masalah kesenangan pribadi lainya. Sedangkan masalah

akhirat dan keagamaan hanya sekitar 3,6%, masalah sosial 5,8%.

d. Perkembangan Moral

Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa

berdosa dan usaha mencari proteksi. Tipe moral juga terlihat pada

para remaja juga mencakupi:

1) Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan

pertimbangan pribadi.

2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan

kritik,

3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral

dan agama

4) Unadjusted, belum meyakini ajaran akan ajaran agama.

5)Devian, menolak dasar dan hukum agama serta tatan moral

masyarakat.

e. Sikap dan Minat

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh

dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa

kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka

(48)

30

Sedangkan mengenai pandangan mereka mengenai ibadah

diungkapkan dalam penelitian Howard Bell dan Ross berdasarkan

penelitian terhadap 13.000 remaja di Maryland terungkap hasil

sebagai berikut :

1) 42% tak pernah mengerjakan ibadah sama sekali.

2) 33% mengatakan mereka sembahyang karena mereka yakin

Tuhan mendengarkan dan akan mengabulkan doa mereka.

3) 27% beranggapan bahwa sembahyang dapat menolong mereka

meredakan kesusahan yang mereka derita.

4) 18% mengatakan bahwa sembahyang menyebabkan mereka

menjadi senang sesudah menunaikannya.

5) 11% mengatakan bahwa sembahyang mengingatkan tangung

jawab dan tuntutan sebagai anggota masyarakat.

6) 4% mengatakan bahwa sembahyang merukan kebiasaan yang

mengandung arti penting.

Jadi hanya 17% mengatakan bahwa sembahyang bermanfaat

untuk berkomunikasi dengan Tuhan, sedangkan 26% diantaranya

menganggap bahwa sembahnyang hanyal media untuk bermeditasi.

Nilai agama agar karakternya terbentuk, oleh pengaruh nilai-nilai

tersebut. Nilai-nilai agama ini kemudian akan memperkuat ego

(49)

31

batin. Jika kodisi ego-ideal ini berperan secara dominan dalam diri

sesorang, maka ego akan senantiasa terpelihara dari pengaruh

dorongan naluri yang menyalahi norma dan nilai agama (Jalaluddin,

1996: 72-75).

3. Bentuk-Betuk aktifitas Kebergamaan

Dalam konteks penelitian penulis ingin membatasi dengan

dimensi ritual. Yaitu mencangkup intensitas melaksanakan :

a. Shalat

Menurut bahasa shalat berarti doa, sedangkan menurut

syara‟ artinya bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan

perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan

salam.

Dalam Islam shalat menempati kedudukan tertinggi

dibandingkan ibadah apapun.Sebagaimana sabda Allah yang

(50)

32

Artinya:Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan(Depag, 2011:401 ).

Shalat meruapakan tiang agama sebagaimana sabda Nabi

Muhammad SAW.

اَهَكَرَ ت ْنَمَو ِنْيّدلا َماَقَا ْدَقَ ف اَهَماَقَا ْنَمَف ِنْيّدلا ُداَمِع ُةَلاَّصلَا

ِنْيّدلا َمَدَه ْدَقَ ف

“shalat itu tiang agama, maka barang siapa yang mendirikan shalat

(51)

33

meninggalkannya sesungguhnya ia telah merobohkan

agama.”(HR. al-Baihaqi).

Ayat dan Hadist di atas telah menjelaskan bahwa shalat

merupakan Pilar pertama yang harus dijunjung tinggi, karena

apabila sholat kita sudah dengan benar maka kita akan terjaga

dari perbuatan keji dan mungkar. Shalat adalah salah satu

aspek spiritual dalam kehidupan manusia yang sangat penting

karena dengan shalat akan menghubungkan kita dengan Dzat

yang Maha Esa bukan sekedar ritual belaka. Dengan

melaksanakan shalat berarti kita meyakini adanya sang

pencipta dan menunjukkan rasa syukur dan karunia yang telah

diberikan kepada kita.

Hal ini bisa dikatakan dengan jelas bahwa dengan

shalat mampu memberikan fungsi shalat untuk kebutuhan

manusia sendiri yaitu sebagai penata jiwa, mengatasi frustasi,

memberikan solusi setiap masalah. Hal ini sesuai dengan

firman Allah dalam QS. Al Baqarah :45 sebagai berikut:

(52)

34

Shalat adalah tempat perlindungan yang paling dekat

bagi seorang muslim. Dengan serta merta shalat akan

memberikan pertolongan, jika seorang muslim berlindung

kepada Nya dengan penuh keyakinan dan kesungguhan.

Bahkan shalat memberikan perlindungan lebih dari

perlindungan seorang ibu yang penuh kasih sayang terhadap

anaknya yang yatim dan lemah. Ketika sang anak merasa sakit,

takut, haus, atau lapar maka ia akan pergi kepada ibunya lantas

menjatuhkan diri kepangkuannya. Ia merasa yakin bahwa

dalam pangkuan sang bunda ia akan mendapat perlindungan.

Demikian pula shalat, adalah tempat dan saat seseorang

Muslim mendapat perlindungan. Dan shalat adalah tali amat

kuat yang menghubungkan antara dia dengan Tuhannya, yang

ia bergantung kepada Nya. Salat juga merupakan santapan

spiritual dan obat yang menyembuhkan segala gejala kejiwaan,

menghilangkan rasa takut dan cemas, memberikan kekuatan

kepada yang lemah (An Nadwi, 1992: 26-27). Karena Allah

berfirman dalam Q.S Al Baqarah:153.

(53)

35

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar(Depag, 2011:23).

Shalat dibagi menjadi dua macam yaitu shalat fardu dan

shalat sunnah. Shalat fardu adalah shalat yang kita laksanakan

setiap hari dalam lima waktu yaitu Isya‟, subuh, dhuhur, ashar

dan magrib. Sedangkan shalat sunnah ada banyak sekali.

Namun dalam hal ini penulis hanya membatasi shalat sunnah

rowatib dan tahajud.

Adapun yang dimaksud sembahyang sunah, ialah

semua sembahyang selain sembahyang fardhu(shalat lima

waktu), diantaranya ialah sembahyang rowatib yaitu

sembahanyang sunah mengikuti sembahyang fardhu yang

lima. Dikerjakan sebelum mengerjakan sembahayang fardhu

yang lima atau sesudahnya. Diantaranya meliputi dua rakaat

sebelum subuh, dua rakaat sebelum shalat magrib, dua rakaat

sesudah sembahayang isya‟ dll. Sedangkan yang dimaksud

sembahyang tahajud yaitu sembahyang sunnat pada waktu

malam, lebih baik dikerjakan sesudah larut malam dan sesudah

tidur. Bilangan rakaatnya tidak dibatasi sekuatnya (Rasjid,

(54)

36

Shalat tahajud ini akan mampu memberikan hikmah

dan manfaat yang besar sebagaimana firman Allah dalam Q.S

Al- Isra‟:79

َكَثَعْ بَ ي ْنَأ ٰىَسَع َكَل ًةَلِفَنَ ِهِب ْدَّجَهَ تَ ف ِلْيَّللا َنِمَو

اًدوُمَْمَ اًماَقَم َكُّبَر

Artinya: Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji(Depag, 2011: 290).

b. Membaca Al Quran

Pengertian Al Quran sebagaimana pendapat saleh yang

dikutip Sidik (2010:25) Al Quran berasal dari kata qiroah

(bacaan) dan di dalam qiroah terkandung makna: agar selalu

diingat. Menurut istilah al quran adalah kamal Allah yang

diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan tertulis dalam

mushaf berdasarkan sumber mutawatir yang bersifat pasti

kebenarannya, dan dibaca dalam rangka ibadah.

Al Quran merupakan wahyu Allah yang diturunkan

sebagai pedoman hidup manusia, merupakan doktrin Islam

yang memuat berbagai sistim kehdupan, oleh karena itu kitab

tersebut harus di baca dan dipelajari isi kandungannya.

Fungsi Al Quran adalah sebagai pembeda antara benar

dan salah. Penyembuh penyakit hati, nasehat, atau petuah ,dan

(55)

37

mengajarkan banyak hal kepada manusia: dari keyakinan,

moral, prinsip ibadah dan muamalah, Al Quran juga

memberikan control bagi kehidupan manusia.

Firman Allah dalam Q.S Al Hijr: 9

Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al

Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya(Depag, 2011:262).

Demikianlah sebagai tujuan kehadiran Al Quran, tujuan

yang terpadu dan menyeluruh, Al Quran adalah petunjuk

yang apabila dipelajari akan membantu kita menentukan

nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian

problem hidup, abila dihayati dan diamalkan akan

menjadikan pikiran, rasa, dan karsa kita mengarah kepada

realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan

ketentraman hidup pribadi dan masyarakat( Shihab,

1999:13).

C. Korelasi Antara Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja dengan Intensitas Keberagamaan Mereka.

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

(56)

38

karena pada remaja ini mereka sudah mulai mencari-cari jati diri. Posisi dan

peran mereka dalam lingkungannya menjadikan penentuan sikap dan

perbuatan mereka. Posisi dan peran apa yang didapatkan dalam menjalani

kehidupan mereka dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Uraian di atas sesuai dengan pendapat Clark, biasanya remaja yang

tidak mendapatkan kedudukan yang jelas dalam masyarakat akan

menampakkan sikap menarik diri dari masyarakat, serta acuh tak acuh

terhadap aktifitas-aktifitas keagamaan. Bahkan mereka kadang-kadang

menentang adat kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,

bahkan juga pada lembaga-lembaga keagamaan. Sikap masyarakat yang

kurang memberikan status yang jelas pada remaja itu misalnya ada kalanya

meraka dipandang masih anak-anak, pendapat dan keinginan mereka kurang

didengar terutama dalam aktivitas agama, mereka dipandang masih belum

matang. Akan tetapi pada sisi yang lain, masyarakat memandang mereka telah

dewasa, oleh karena itu mereka diharapkan dapat berperilaku yang matang

seperti orang dewasa. Sebagaimana dikatakan oleh clark”pada masa remaja

ini kesadaran diri terhadap sosial menjadi sangat akut (kuat)” konsepsi dan

pandangan orang-orang dewasa akan menjadi unsur yang menentukan apakah

remaja merasa aman atau tidak dalam suatu masyarakat (Islamiyah,

(57)

39

Sebagai masyarakat hendaknya menghindari persepsi negatif terhadap

remaja, justru memberikan pengarahan serta dukungan setiap kegiatan remaja.

Dengan adanya dukungan dan pengarahan, remaja akan memahami

ajaran-ajaran agama dan norma-norma yang harus dianutnya. Dengan demikian

masyarakat mampu meluruskan, memperbaiki, serta menguatkan keagamaan

remaja.

Berdasarkan pendapat Sudarsono:”Bagi remaja sangat diperlukan

adanya pemahaman, pendalaman serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama

yang harus dianut. Dalam kenyataan sehari-hari, bahwa anak-anak remaja

yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami norma-norma

agama bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama antara lain

mengikuti acara kebaktian,acara missa, puasa dan shalat(Sudarsono,

1995:120).

Dengan demikian sudah jelas bahwa terdapat hubungan antara

pandangan masyarakat dengan intensitas keberagamaan remaja sebagaimana

(58)

40

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam ur usan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya(Depag., 2011:71).

Ayat tersebut menjelaskan secara implisit untuk menghindari sikap

keras terhadap orang lain karena sikap keras akan menyebabkan orang lain

kurang suka terhadap diri kita. Secara lebih luas ayat ini bisa dipahami adanya

anjuran untuk bersikap lembut terhadap orang lain termasuk anak-anak dan

remaja, jika kita menginginkan mereka tidak menjauhi kita. Dengan kata lain

secara tidak langsung ayat ini juga menguatkan adanya kemungkinan korelasi

antara sikap dan pandangan kita terhadap remaja dan perilaku mereka dalam

(59)

41

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Profil Desa Randugunting, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. 1. Kondisi Geografis.

Randugunting merupakan desa yang terletak diskitar wilayah

perindustrian. Sedangkan jarak yang ditempuh dengan kecamatan ± 5

km. jarak yang tempuh untuk menuju ke ibu kota kabupaten ± 15 KM .

dan jarak menuju ibu kota profinsi ±25 km (Sumber: Dokumen Tata

Usaha Pemerintah Desa Randugunting).

a. Adapun batas wilayah desa randugunting adalah :

1) Desa/Kelurahan Sebelah Utara : JATIJAJAR

2) Desa/Kelurahan Sebelah Selatan : HARJOSARI

3) Desa/Kelurahan Sebelah Timur : LEMAH IRENG

4) Desa/Kelurahan Sebelah Barat : HARJOSARI

b. Luas wilayah

Luas wilayah desa Randugunting sejumlah 107,850 Ha yang terdiri

atas:

1) Sawah : 20,000 Ha

2) Tegal Ladang : 20,000 Ha

3) Pemukiman : 15,500 Ha

(60)

42

5) Tanah Kas Desa : 7,500 Ha

6) Fasilitas Umum : 33,850Ha

2. Kondisi Monografis

Jumlahpen duduk desa Randugunting ± 2.641 jiwa, yang terdiri atas

jumlah laki-laki 1.335 dan perempuan 1.306. Jumlah kepala keluarga 763

yang terbagi dalam RT 20 dan Rw 4( Sumber Tata Usaha Desa

Randugunting).

a. Mata Pencarian

Mata pencarian warga masyarakat desa randugunting adalah

karyawan perusahaan swasta. Berdasarkan data dari Desa

Randugunting diperoleh rincian dengan mata pencarian penduduk

sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Mata Pencarian Penduduk Desa Randugunting tahun 2016

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

(61)

43

Kondisi keagamaan warga desa randugunting mayoritas adalah

muslim. Karena sebagian besar beragama islam. Berdasarkan data dari

penelitian di lapangan bahwa penduduk desa Randugunting 96%

(62)

44 4. Keadaan Sosial Desa Randugunting

1. Adat Istiadat

Penduduk desa Randugunting masih menjunjung tinggi adat

istiadat misalnya gotong royong yang masih berjalan dengan baik.

Hal ini dibuktikan dengan adanya peringatan hari ke 7, 40, dan hari

ke 100 orang yang sudah meninggal untuk mengenangnya dan

membacakan tahlil dan surat Yasin atau bisa kita sebut dengan

peringatan Khol, kegiatan seremonialpun masih sering dilaksanakan

di masjid seperti maulid Nabi Muhammad SAW, Isra‟ Mi‟raj,

Nuzulul Qur‟an. Selain itu kegiatan keagamaan juga masih berjalan

dengan baik misalnya seperti, khataman Al Quran setiap jumat legi,

Pengajian setiap rabu legi, Mujahadah tiap jumat, dan terdapat

kegiatan karang taruna remaja. Hal in dibuktikan berdasarkan tabel

dibawah ini:

Tabel 3.2

Kegiatan Masyarakan Desa Randugunting

Jenis Lembaga Jumlah rang) Jenis Kegiatan

(63)

45 2. Keadaan Sosial Pendidikan

Masyarakat desa Randugunting jelas bisa dikatakan baik dan

peduli terhadap pendidikan. Hal ini dapat terlihat dari data statistic

tingkat pendidikan masyarakat kelurahan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Periode 2016

Tingkatan Pendidikan Lk Pr Jlh

Tamat SD/sederajat 245 271 516

Tamat SMP/sederajat 204 241 445

Tamat SMA/sederajat 421 389 810

Tamat D-2/sederajat 3 5 8

Tamat D-3/sederajat 27 29 56

Tamat S-1/sederajat 72 49 121

Tamat S-2/sederajat 16 6 22

Jumlah Total (Orang) 988 990 1.978

Adapun jenis sarana dan prasarana yang ada di Desa Randugunting

adalah sebagai berikut ini :

(64)

46

Tabel 3.5

Jumlah Sarana dan Prasarana Pribadatan

JenisTempat Ibadah Jumlah

Desa Randugunting di Pimpin oleh seorang Kepala Desa

Tabel 3.6

4 Kaur Pembangunan Ari Wibowo

5 Kaur Kesra Sumeri

6 Kadus Kutan T. Unggul

(65)

47 B. Penyajian Data

Setelah melalui penyebaran angket, pengumpulan data melalui data

observasi, dan dokumentasi di lapangan, terlebih dahulu disajikan bentuk data

guna memperlancar penelitian.

Untuk memperoleh data tentang pandangan masyarakat terhadap

status remaja dengan intensitas keberagamaan remaja di desa Randugunting

menggunakan angket yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban

a, b, dan c yang diberikan kepada sebagian warga desa dan remaja

Randugunting yang berumur 13-20 tahun.

Berikut ini penulis melampirkan data responden dari hasil penelitian di

Desa randugunting kecamatan Bergas kabupaten Semarang tahun 2016.

1. Daftar Nama Responden.

Data nama-nama respondenn remaja Desa Randugunting yang telah

mengisi angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sedangkan daftar nama responden remaja desa randugunting yang

berusia mulai 13 sampai 20 tahun meliputi sebagai berikut:

(66)
(67)

49

30. Siti Fatimah PR 20

2. Hasil Jawaban Angket

Pada penelitian ini Penulis mengambil dua variabel yang diurai dalam

item pertanyaan dalam angket sebagai terlampir, hasil jawaban atas opsi

pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja.

Data hasil jawaban angket tentang pandangan masyarakat

terhadap status remaja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8 Jawaban Angket

Pandangan Masyarakat Terhadap Status Remaja Di desa Randugunting Kecamatan Bergas

No Nama Responden No Item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 M. Khoirul R. B A A B A A A A C B

2 Rusyida Amalia P C C A A A A A A B A

3 Novian Ramadhan A A A A A A A A C A

4 Yuliana Ratu H. A A B A A A B B A B

5 Ayuk Bagun A A A B A B B A B B

(68)
(69)

51

28 Alfi Arianni B B B B A A A A A A

29 Dora Indah N.S B B B B A A A A C B

30 Siti Fatimah B A B A A B A B B B

b. Intensitas Keberagamaan Remaja

Adapun hasil angket dari intensitas keberagamaan remaja desa

Randugunting mulai usia 13-20 tahun adalah sebagai berikut

Tabel 3.9

Jawaban Angket Tentang Intensitas Keberagamaan Remaja Di Desa Randugunting Kecamatan Bergas

(70)
(71)

53

BAB IV ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul lengkap maka langkah selanjutnya adalah

menganalisa data. Dalam menganalisis data ini penulis menggunakan statistic

dengan maksud memeproleh jawaban dari permasalahan yang di pertanyakan.

Yaitu :

4. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap remaja di Ds.

Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang pada tahun 2016.

5. Untuk mengetahui intensitas keberagaman remaja di Ds. Randugunting

Kec. Bergas Kab. Semarang pada tahun 2016.

6. Untuk mengetahui akankah terdapat korelasi antara pandangan

masyarakat mengenai remaja terhadap intensitas keberagamaan remaja di

Ds Randugunting Kec. Bergas Kab. Semarang pada tahun 2016.

Adapun langkah yang ditempuh dalam menganalisis yang di susun

berdasarkan data hasil penelitian yang terkumpul. Berikut penjabaran hasil

penelitian sebagai berikut:

A. Analisis Pendahuluan

Dalam analisis ini didiskripsikan tentang pandangan masyarakat

terhadap remaja di desa Randugunting kecamatan Bergas Kab. Semarang.

(72)

54

yang terdiri dari 10 pertanyaan. Masing masing pertanyaan disediakan

alternative jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

1. Alternatifjawaban A memiliki bobot nilai 3

2. Alternatifjawaban B memiliki bobot nilai 2

3. Alternatifjawaban C memiliki bobot nilai 1

Tabel 4.1

(73)

55

12 012 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 27

13 013 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

14 014 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 28

15 015 3 2 2 2 3 3 3 3 1 3 25

16 016 3 2 3 1 1 3 3 3 3 2 24

17 017 1 1 2 1 3 3 3 2 1 2 19

18 018 3 2 2 1 3 3 2 3 1 2 22

19 019 3 3 2 2 3 3 3 3 1 2 25

20 020 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 27

21 021 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 27

22 022 3 2 2 2 2 3 3 3 1 3 24

23 023 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 25

24 024 3 2 2 2 2 3 3 2 1 3 23

25 025 3 3 2 3 2 3 3 2 1 2 24

26 026 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 24

27 027 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 26

28 028 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 26

29 029 2 2 2 2 3 3 3 3 1 2 23

(74)

56

Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus:

Li=( )

Kemudian dimasukkan kedalam tabel untuk mengetahui seberapa

tinggi pandangan masyarakat terhadap remaja. Dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2

Interval Pandangan Msyarakat

Terhadap Remaja Di Desa Randugunting Tahun 2016 Nilai Interval Jumlah Responden NilaiNominasi

27-30 9 A

23-26 19 B

(75)

57 Dengan demikian dapat diketahui:

a. Pandangan masyarakat terhadap remaja yang mendapatkan nilai baik yaitu

dengan panjang interval 27-30 sebanyak 9 orang.

b. Pandangan masyarakat terhadap remaja yang mendapatkan nilai sedang yaitu

dengan panjang interval 23-26 sebanyak 19 orang.

c. Pandangan masyarakat terhadap remaja yang mendapatkan nilai cukup yaitu

dengan panjang interval 19-22 sebanyak 2 orang.

Yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Nominasi Pandangan Masyarakat

Terhadap Remaja Di Desa Randugunting Tahun 2016

Nama Responden Skor NilaiNominasi

Gambar

Tabel Mata Pencarian Penduduk
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Situs Bonokeling memiliki tiga wujud budaya yang tidak dijumpai di tempat lain, yaitu: Islam Kejawen , ritual upacara kepercayaan, dan permukiman dengan pola tata ruang

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa store layout merupakan variabel dari atmosfir toko yang berperan dominan dalam mempengaruhi emosi belanja konsumen, dibandingkan

Dalam penelitian ini sampel sirup merah yang menjadi salah satu bahan tambahan dalam es campur dijual di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya diduga

a. Merupakan salah satu cara beriklan yang efektif karena terfokus pada kelompok pasar yang spesifik. Jika memilih market niche, kompetisi akan berkurang sehingga

pada bagian luar, terdapat bentukan seperti rumah sehigga dari luar pengunjung dapat mengetahui perusahaan Centimeter dimana menjual produk untuk rumah tinggal. Hanya terdapat 1

Terdapat beberapa teknik yang digunakan oleh metode penelitian kualitatif untuk menjamin akurasi dan kredibilitas hasil penelitian, pada penelitian ini peneliti menggunakan

Sesuai dengan PP Nomor 50 Tahun 2012 perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 orang dan mengandung potensi bahaya wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan