PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI MUNAKAHAT MELALUI METODE PEER LESSON PADA SISWA KELAS XI MAN 1
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
ISNA KHOIRUNNISAK NIM. 111-13-130
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA
MOTTO
َلَّأ ْمُتْف ِخ ْنِإ ًَ
مََ ٌُِِّْْمَِ ََمَتََْْ ِِ ٌُُُُِِْْ
ِءمَِِّنْ َنَِ ْمَُِْ َبمَط
َلُث ًَ َنْثََ
ََ مََُُ ًَ َث
َلَّأ ْمُتْف ِخ ْنِإَِ
ََْْْأ ََََِْ ْمُُِْمَََْْأ َََََِْْ مََ ًَْأ ًَِ ِِ ٌََِ ٌَُُِِْْْ
َلَّأ
ٌٌَُُُْْ
:ءمِنْ (
٣
)
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai
peranan penting dalam hidupnya
1. Kepada kedua orang tuaku (Bapak Rokhani dan Ibu Warsini) terimakasih telah
menjadi orang tua yang baik yang telah mendidiku, merawatku dengan penuh
kasih sayang dan penuh kesabaran yang tak ternilai harganya.
2. Terimakasih banyak untuk kakakkudan seluruh keluarga besarku yang selama ini
telah setia mendukungku, dan memberi semangat untuk mengerjakan skripsi ini
sehingga skripsi ini selesai.
3. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, dimana tempat yang telah penulis pilih
untuk menuntut ilmu. Semoga ilmu yang di peroleh penulis dapat bermanfaat bagi
orang lain dan diri sendiri.
4. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. yang telah bersedia memberikan pengarahan
bimbingan penulis hingga selesainya pembuatan skripsi ini.
5. Untuk sahabat-sahabatku yang selalu member saya semangat dengan ikhlas
6. Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya PAI angkatan 2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil „alamin. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta
alam. Semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk dan pertolongan kepada kita
semua. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah selalu kepada Nabi
Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dan terwujud karena bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Yahya, S.Ag., M.H.I. selaku dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil., selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing
dengan ikhlas, mengarahkan dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga
skripsi ini terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
7. Bapak dan Ibu, selaku orang tua yang selalu member motivasi untuk
ABSTRAK
Isna Khoirunnisak.2018. Peningkatan Hasil belajar Fiqih Materi Munakahat Melalui Metode Peer Lesson pada Siswa Kelas XI MAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi .Jurusan Tarbiyah. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Kata Kunci: Metode Peer Lesson, Hasil belajar Fiqih Materi Munakahat
Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode Peer Lesson dalam meningkatkan Hasil belajar Fiqih siswa kelas XI MAN 1 Boyolali. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah Metode Peer Lesson dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018? Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Fiqih melalui Metode Peer Lesson pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018.
Metode penelitian adalah PTK ( Penelitian Tindakan Kelas) dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Observasi, digunakan untuk mendapatkan data mengenai keadaan kelas, suasana pembelajaran, kreatifitas guru dan keaktifansiswa.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6
1. Hipotesis Tindakan... 6
2. Indikator Keberhasilan ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
F. Definisi Operasional... 9
1. Peningkatan hasil belajar fiqih ... 9
2. Metode Peer Lesson ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II. LANDASAN TEORI A. Hasil belajar ... 13
1. Pengertian Hasil belajar ... 13
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar ... 14
B. Munakahat ... 20
1. Pengertian Munakahat (Pernikahan) ... 20
2. Hukum Munakahat (Pernikahan) ... 21
3. Persiapan Pelaksanaan Pernikahan ... 23
4. Wali Nikah ... 30
5. Saksi Nikah ... 32
6. Ijab Qabul ... 33
7. Mahar ... 34
8. Macam-macam Pernikahan Terlarang ... 35
C. Metode Peer Lesson ... 36
1. Pengertian Metode Peer Lesson ... 36
2. Strategi Pelaksanaan Metode Peer Lesson ... 37
BAB III. METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Metode Penelitian... 41
1. Rancangan Penelitian ... 41
2. Pengumpulan Data ... 43
3. Analisi Data ... 44
B. Profil Sekolah ... 45
1. Sejarah MAN 1 Boyolali ... 45
2. Letak Geografis MAN 1 Boyolali ... 49
3. Visi dan Misi MAN 1 Boyolali ... 49
4. Struktur Organisasi MAN 1 Boyolali ... 51
5. Sarana dan Prasarana... 51
6. Data Guru dan Karyawan ... 53
7. Prestasi yang Pernah Dicapai ... 56
8. Program MAN 1 Boyolali ... 57
9. Kegiatan Ekstra Kurikuler... 58
C. Deskripsi Per Siklus ... 58
1. Deskripsi Siklus I ... 58
2. Deskripsi Siklus II ... 62
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisi Hasil Penelitian ... 66
1. Analisis Data Pra Silkus ... 66
a. Analisis Hasil Pengamatan ... 68
b. Analisis Hasil Tes ... 71
3. Analisis Data Siklus II ... 73
a. Analisis Hasil Pengamatan ... 73
b. Analisis Hasil Tes ... 76
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78
1. Kinerja Guru dalamPembelajaran ... 78
2. Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 80
3. Hasil Tes Siswa ... 81
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
DAFTAR TABEL
Tabel 3 Daftar Guru danKaryawan ... 54
Tabel4.1 Hasil Tes Pra Siklus ... 66
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Terhadap Guru Siklus I ... 68
Tabel 4.3 Data Nilai Siklus I ... 71
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Guru Siklus II ... 73
Tabel 4.5 Hasil Tes Siklus II ... 77
Tabel 4.6 Kinerja Guru ... 80
Tabel 4.7 Keaktifan Siswa ... 81
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III
Lampiran 2.1 Lembar Hasil Pengamatan PBM untuk Guru Siklus I
Lampiran 2.2 Lembar Hasil Pengamatan PBM untuk Guru Siklus II
Lampiran 2.3 Lembar Hasil Pengamatan PBM untuk Guru Siklus III
Lampiran 3.1 Lembar Hasil Pengamatan secara Klasikal untuk Siswa Siklus I
Lampiran 3.2 Lembar Hasil Pengamatan secara Klasikal untuk Siswa Siklus II
Lampiran 3.3 Lembar Hasil Pengamatan secara Klasikal untuk Siswa Siklus III
Lampiran 4.1 Hasil Ulangan Siklus I
Lampiran 4.2 Hasil Ulangan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan
merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung
sepanjang hayat sejak manusia lahir. Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan
pengertian pendidikan bahwa, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu
usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan
berlangsung seumur hidup (Sadulloh, 2014:5).
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang
atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup
atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbulloh, 2009:1).
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Belajar adalah sebuah langkah untuk mengetahui sesuatu yang baru
sehingga akan membuat diri seseorang individual menjadi lebih aktif dalam
melakukan interaksi di dalam lingkungan sehingga akan menghasilkan
perubahan dalam pola berfikir manusia. Belajar merupakan suatu bentuk
pertumbuhan atau persoalan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan yang didapat
(Hamalik, 2014:21).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis
belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini
memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu
atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya (Baharuddin, 2008:13)
Menurut Gage & Berliner, belajar adalah suatu proses perubahan
perilaku yang muncul karena pengalaman (Hamdani, 2011: 21). Sedangkan
menurut Thursan Hakim (2000; 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku,
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk
bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai
bidang. Apabila tidak mendapat peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, orang tersebut belum mengalami proses belajar atau dengan kata
lain, ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses
pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik
belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana peserta didik memperoleh
pengetahuan dari kegiatan belajarnya (Aqib, 2016: 1).
Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik
dengan guru serta sumber belajar sebagai pembelajar. Dalam sebuah
pembelajaran memiliki beberapa komponen yang sangat berkaitan dari satu
komponen dengan komponen lain seperti metode, materi, tujuan, dan
evaluasi. Dari empat komponen itu guru harus menentukan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk digunakan dalam
pembelajaran (Mulyasa, 2011: 100).
Proses pembelajaran selama ini masih terkesan hanya berpusat pada
guru yang menganggap bahwa guru adalah satu-satunya sumber utama
pengetahuan. Siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, sehingga
dalam strategi pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan hasil
pembelajaran tidak sesuai dengan harapan. Siswa hanya memperoleh
pengetahuan secara teoritis dan bertindak pasif, sedangkan guru bertindak
aktif dalam memberikan materi.
Penggunaan metode pembelajaran mempunyai peran penting dalam
menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas peserta
didik. Oleh karena itu, perlu adanya aktivitas peserta didik serta kemampuan
guru dalam menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi,
sehingga peserta didik tidak merasa bosan. Penggunaan strategi dan metode
yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan belajar-mengajar,
tidak semua peserta didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif
lama. Daya serap peserta didik terhadap bahan yang diberikan juga
bermacam-macam, ada yang cepat, sedang, dan lambat.
Pada penyampaian pelajaran PAI terutama dalam mata pelajaran Fiqih,
seorang guru bukan hanya memberikan materi, namun juga harus dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya. Hal ini dikarenakan
seorang peserta didik butuh proses belajar yang menyenangkan, tidak
membosankan (monoton), tetapi tetap serius dan mereka dapat menyerap apa
yang disampaikan oleh seorang guru. Selama ini pembelajaran PAI terutama
dalam mata pelajaran Fiqih di MAN 1 Boyolali cenderung monoton dan
guru dituntut mampu memilih strategi pembelajaran yang selektif sesuai
dengan kemampuan siswa. Salah satunya strategi pembelajaran yang sedang
berkembang adalah strategi pembelajaran aktif.
Menurut Silberman (2007:173), Peer Lesson adalah strategi yang
mengembangkan kemauan peserta didik mengajarkan materi dalam kelas
yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para peserta didik
sebagai anggota kelas. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, siswa mengikuti
pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa
minat terhadap hasilnya (kecuali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika
kegiatan belajar bersifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia
menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi
untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.
Diharapkan dengan adanya metode Peer Lesson ini keberanian dan
keaktifan peserta didik mencul dengan adanya dukungan dari teman. Maka
proses pembelajaran akan lebih aktif dan menyenangkan sehingga peserta
didik akan merasa semangat dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan uraian fenomena di atas maka penulis tertarik unruk
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
.ini adalah: apakah metode Peer Lesson dapat meningkatkan hasil belajar
Fiqih materi munakahat pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali tahun pelajaran
2017/2018?
C. Tujuan Penetitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Fiqih materi munakahat melalui
metode Peer Lesson pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran
2017/2018.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, yang kemudian dibuktikan dengan data yang
terkumpul (Arikunto, 2006:17).
Sedangkan dalam bukunya, Mulyasa (2011: 63) menjelaskan
bahwa hipotesis adalah sebuah tindakan yang merupakan jawaban
sementara terhadap masalah yang dihadapi. Dari kedua pendapat hipotesis
di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis adalah tindakan yang
penelitian yang mungkin bisa benar ataupun salah. Hipotesis ini akan
diterima jika benar dan akan ditolak jika salah.
Dalam penelitian ini hipotesis yang peneliti tegaskan adalah sebagai berikut “Dengan menggunakan metode Peer Lesson dapat
meningkatkan hasil belajar Fiqih materi munakahat pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018”.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode Peer Lesson dapat dikatakan efektif apabila
indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dituliskan
penulis dapat dirumuskan sebagai berikut: hasil belajar Fiqih materi
munakahat setelah menggunakan metode Peer Lesson kriteria minimal
(KKM) yaitu 75, dan banyaknya siswa yang memperoleh nilai 75 keatas
minimal 85%.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah
untuk mendapatkan pengetahuan baru dan dapat mengembangkan
pengetahuan tentang metode Peer Lesson untuk meningkatkan hasil
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik
Sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik serta
menumbuhkan kecintaan peserta didik terhadap pelajaran Fiqih dan
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan apa yang
diharapkan.
b. Manfaat Bagi Guru
Sebagai masukan untuk meningkatkan profesionalitas guru
dalam melaksanakan kewajibannya dan meningkatkan semangat guru
untuk lebih kreatif dan menyenangkan dalam melaksanakan
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keaktifan pada peserta
didik.
c. Bagi Sekolah
Dengan penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan
manfaat bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran guru-guru
agar lebih meningkatkan profesionalitas guru dalam membentuk
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan
pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan seperti penelitian.
1. Hasil belajar fikih materi munakahat
Hasil belajar adalah upaya untuk menerapkan apa yang sudah
diperoleh selama belajar, sehingga menjadilkan individual lebih aktif dan
lebih baik untuk memebuat perubahan di dalam lingkungan masyarakat.
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perolehan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 2007:21).
Menurut Slameto (2008:7) hasil belajar adalah sesuatu yang
diperbolehkan dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar
yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa.
Secara bahasa fiqih berarti paham, atau pengertian yang
mendalam, tentang maksud dan tujuan sesuatu perkataan atau perbuatan,
bukan hanya sekedar mengetahui lahiriyah perkataan atau perbuatan itu
(Djafar, 1993:1).
Ilmu Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syara‟ yang
praktis yang diambil dari dalil-dalilnya secara terinci, atau dengan kata
lain ilmu fiqih adalah kompilasi hukum-hukum syara‟ yang bersifat
Munakahat (Pernikahan) adalah akad yang memberikan faedah
hokum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami-istri) antara
pria dan wanita dan mengadakan tolong-menolong, dan memberi batas
hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing
(Ghozali, 2006:1).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fikih
adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan proses
pembelajaran fikih. Dalam penelitian ini hasil belajar adalah nilai.
2. Metode Peer Lesson
Metode berasal dari bahas Yunani “Metodhos” yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Jadi, metode adalah suatu cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Metode Peer Lesson merupakan salah satu bentuk pembelajaran
dari teman sebaya. Menurut Silbermen (2007:173) Peer Lesson adalah
sebuah stategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas yang
menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para pesrta didik
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disusun dalam lima bab, secara sistematik dapat
dilihat di bawah ini:
Bab I : Pendahuluan, pada bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, definisi
oprasional, dan sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka, pada bab ini membahas tentang hasil belahjar pada mata pelajaran Fiqih materi munakahat dan guru melalui
metode Peer Lesson, pembahasannya meliputi; teori hasil belajar, membahas
tentang Munakahat, metode Peer Lesson dan menjelaskan langkah-langkah
penggunaan metode Peer Lesson serta kelebihan dan kekurangannya.
Bab III : Metode Dan Pelaksanaan Penelitian, Bab ini membahas metode penelitian dan laporan pelaksanaan penelitian, meliputi: rancangan
penelitian, profil sekolah, serta deskripsi pelaksanaan penelitian.
Bab IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan, Bab ini berisi tentang analisis peningkatan hasil belajar Fiqih materi munakahat melalui metode
Peer Lesson pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018.
Bab V : Penutup, Bab ini meliputi simpulan dari seluruh pembahasan dalam skripsi, saran-saran dan penulis kaitannya dengan hasil penelitian ini
Bagian akhir skripsi yang berisi antar lain daftar pustaka
sebagai rujukan penulis membuat landasan teori pada penelitian ini, dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil belajar
1. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar adalah upaya untuk menerapkan apa yang sudah
diperoleh selama belajar, sehingga menjadilkan individual lebih aktif dan
lebih baik untuk memebuat perubahan di dalam lingkungan masyarakat.
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perolehan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 2007:21).
Menurut Slameto (2008:7) hasil belajar adalah sesuatu yang
diperbolehkan dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar
yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa.
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan
sebagai indicator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran.
Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan hasil belajar peserta
didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya
dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Rohani, 2010:205).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah prestasi belajar siswa yang dicapai dalam proses kegiatan
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar
Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (internal)
dan faktor dari luar (eksternal). Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi Faktor-faktor fisiologis dan Faktor-faktor psikologis.
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua
macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan ini umumnya
sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah
atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses
belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempengaruhi
aktivitas belajar dengan baik pula.
2) Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa
faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
a) Kecerdasan (Intelegensi siswa)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi
rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Menurut Hamalik (2014:89) intelegensi adalah
kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat
terhadap berbagai segi dari keseluruhan lingkungan seseorang.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang
mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan
(Sardiman, 1994:73).
Ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
(1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
(2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
c) Minat
Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat
sesuatu secara terus-menerus . minat ini erat kaitannya dengan
perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu
Menurut Winkle (Hamdani, 2011: 141), minat adalah
kecenderungan yang menetap dalam sebjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat
memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar atau keinginan.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat
mempengaruhi keberhasilan proses belajar seseorang. Sikap
adalah suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal,
orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.
Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan,
kebiasaan dan keyakinan.
e) Bakat
Faktor psikologi lain yang mempengaruhi proses
belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude)
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Berkaitan dengan belajar Slavin mendefenisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang
yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia
akan berhasil.
b. Faktor eksternal
Selain faktor internal adapun faktor eksternal yang juga
mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003:26)
menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar
seorang sisa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siwa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru
atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siwa untuk
belajar.
b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan
anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar,
diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas
belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua,
anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan Nonsial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak
panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga
dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan
lain sebagainya.
c) Faktor materi belajar (yang diajarkan kepada siswa). Faktor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa,
begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan
kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar
siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan
berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai
dengan kondisi siwa.
B. Munakahat
1. Pengertian Munakahat (Pernikahan)
Nikah secara bahasa berarti menghimpun, mengumpulkan,
bersetubuh. Secara istilah, nikah artinya suatu akad yang menghalalkan
pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dan
menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Dalam pengertian yang
lain, pernikahan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seseorang
laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga
untuk mendapatkan keturunan yang dilaksanakan menurut ketentuan
Munakahat (Pernikahan) adalah akad yang memberikan faedah
hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami-istri) antara
pria dan wanita dan mengadakan tolong-menolong, dan memberi batas
hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing
(Ghozali, 2006:1).
2. Hukum Munakahat (Pernikahan)
Hukum pernikahan tidak akan terlepas dari lima macam tingkatan
hukum dalam Islam yang disebut al-ahkam al-khamsah, yaitu wajib,
sunnah, mubah, makruh, dan haram. Berdasarkan keadaan, hukum nikah
dapat berubah sesuai dengan niat seseorang yang akan melangsungkan
pernikahan (Sarwat, 2009:6)
Pada dasarnya pernikahan diperintahkan oleh syar‟i sesuai firman
Jumhur ulama menetapkan bahwa hukum pernikahan dibagi
menjadi lima macam sebagai berikut:
a. Sunnah
Asal hukum pernikahan adalah sunnah. Artinya, seseorang
yang telah mencapai kedewasaan jasmani dan rokhani dan sudah
mempunyai bekal untuk menikah, tetapi tidak takut terjerumus dalam
perbuatan zina, baginya disunahkan menikah.
b. Mubah
Hukum yang kedua adalah mubah, yaitu bagi orang yang tidak
mempunyai pendorong atau faktor yang melarang untuk menikah.
c. Wajib
Hukum yang ketiga yaitu wajib, bagi seseorang dilihat dari
pertumbuhan jasmaniah sudah layak untuk menikah, kedewasaan
rohaniahnya sudah matang, dan memiliki biaya untuk menikah serta
untuk menghidupi keluarganya. Apabila ia tidak menikah khawatir
terjatuh pada perbuatan zina.
d. Makruh
Hukum yang keempat adalah makruh, yaitu bagi seseorang
yang dipandang dari pertumbuhan jasmaniahnya sudah layak,
kedewasaan rohaniahnya suda matang, tetapi tidak mempunyai biaya
untuk bekal hidup istri dan anaknya. Untuk mengendalikan nafsunya
e. Haram
Hukum yang kelima adalah haram, yaitu bagi seseorang yang
menikahi wanita dengan tujuan untuk menyakiti, mempermainkan,
dan memeras hartanya.
3. Persiapan Pelaksanaan Pernikahan a. Meminang atau Khitbah
Meminang atau khitbah adalah permintaan atau ajakan laki-laki
kepada perempuan atau sebaliknya untuk menikah (Sarwat, 2009:40).
Dalam agama Islam meminang seseorang yang akan dinikahi
hukumnya mubah (boleh) dengan ketentuan-ketentuan berikut:
b. Cara mengajukan pinangan
1) Pinangan kepada gadis atau janda yang sudah habis masa iddahnya
boleh dinyatakan secara terang-terangan.
2) Pinangan kepada janda yang masih ada dalam masa iddah talak ba‟in atau ditinggal wafat suami tidak boleh dinyatakan secara
terang-terangan. Pinangan kepada mereka hanya boleh dilakukan
secara sindiran saja.
c. Perempuan yang boleh dipinang
Perempuan-perempuan yang boleh dipinang itu ada beberapa
macam, yaitu:
1) Perempuan yang bukan istri orang lain.
3) Tidak dalam pinangan orang lain.
d. Melihat calon istri atau suami
Beberapa pendapat tentang batas kebolehan melihat seorang
perempuan yang akan dipinang yaitu:
1) Pendapat jumhur ulama yaitu boleh melihat wajah dan kedua
telapak tangan, karena dengan demikian akan dapat diketahui
kehalusan tubuh dan kecantikannya.
2) Abu Dawud berpendapat boleh melihat calon suami atau istri pada
seluruh tubuh
3) Imam Abu Hanifah membolehkan melihat dua telapak kaki, muka,
dan telapak tangan.
e. Mahram atau perempuan yang haram dinikahi
Mahram laki-laki maupun perempuan yang haram dinikahi.
Adapun sebab-sebab yang menjadikan seseorang perempuan menjadi
haram dinikahi oleh seorang laki-laki dapat dibagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut:
1) Sebab haram dinikahi untuk selamanya
a) Wanita-wanita yang haram dinikahi karena nasab adalah ibu,
nenek, anak perempuan, anak perempuan dari anak laki-laki,
saudara perempuan, bibi dari jalur ayah, bibi dari jalur ibu,
anak perempuan saudara laki-laki, dan anak perempuan dari
b) Wanita-wanita yang haram dinikahi karena pertalian nikah
adalah istri ayah, istri kakek, ibu istri (ibu mertua), nenek ibu
istri, dan anak perempuan istri (anak perempuan tiri).
c) Wanita-wanita yang haram dinikahi karena sepersusuan adalah
sebagaimana wanita yang diharamkan karena nasab, yaitu
ibu-ibu yang diharamkan karena nasab, anak-anak peremppuan,
saudara-saudara perempuan, bibi dari jalur ayah, bibi dari jalur
ibu, anak perempuannya saudara laki-laki dan anak pernah
perempuan saudara perempuan. Walaupun tidak ada hubungan
nasab, tetapi pernah mentusui maka ibu dan anaknya tidak
boleh dinikah.
d) Wanita yang telah di li‟an
Suami haram menikahi wanita yang di li‟an nya untuk
selama-lamanya karena Rasulullah Saw. Bersabda:
ٌَ ه ًُ( . َََِ ِنمَََِْتْجَْ َلّ َمُث مََ ٌُْيَنَََْ َقَرَفُْ ْنَ ِنََْنِع َلَتَُ ِِ
)ًْ ْ
Artinya:
2) Sebab haram dinikahi sementara
a) Sebab pertalian nikah
Perempuan yang masih ada dalam ikatan perkawinan,
haram dinikah dengan laki-laki lain, termasuk perempuan yang
masih dalam masa iddah baik iddah talak maupun iddah wafat,
Allah SWT berfirman:
b) Sebab talak bain kubra (perceraian sudah tiga kali)
Talak bain kubra adalah talak tiga. Seorang laki-laki
yang mencerai istri dengan talak tiga, haram baginya untuk
menikah dengan mantan istrinya selama si istri belum kawin
dengan laki-laki lain.
Jelasnya ia boleh menikah lagi dengan mantan istrinya
dengan syarat mantan istri telah menikah dengan laki-laki lain
(suami baru), dicampuri oleh suami baru, telah dicerai suami
c) Sebab memadu dua orang perempuan bersaudara
Seorang laki-laki yang mempunyai pertalian nikah
dengan seorang perempuan (termasuk dalam masa iddah talak raj‟i) haram baginya menikah dengan:
(1) Saudara perempuan istrinya, baik kandung seayah maupun
seibu
(2) Saudara perempuan ibu istrinya (bibi istrinya), baik
kandung seayah maupun kandung seibu dengan ibu istrinya
(3) Saudara perempuan bapak istrinya (bibi istrinya), baik
kandung seayah maupun kandung seibu dengan ibu istrinya
(4) Anak perempuan saudara perempuan istrinya, (kemenakan
istrinya) baik kandung seayah maupun seibu
(5) Anak perempuan saudara laki-laki istrinya, baik kandung
seayah maupun seibu
(6) Semua perempuan yang bertalian susuan dengan istrinya
d) Sebab beristri lebih dari empat orang
Seorang laki-laki yang beristri lebih dari empat orang,
haram menikah lagi dengan perempuan yang kelima. Karena
laki-laki hanya boleh menikah maksimal dengan empat
e) Sebab perbedaan agama
Haram nikah karena perbedaan agama ada dua macam,
yaitu perempuan musyrik haram dinikahi laki-laki muslim dan
perempuan muslimah haram dinikahi laki-laki musyrik.
Maksudnya adalah orang Islam tidak boleh menikah dengan
orang yang berbeda agama.
f. Prinsip kafaah dalam pernikahan
Kafaah atau kufu artinya kesamaan, kecocokan, kesetaraan atau
seimbang. Dalam kontek pernikahan berarti adanya kesamaan atau
kesetaraan antara calon suami dan calon istri dalam segi (keturunan),
status social (jabatan/pangkat) agama (akhlak) dan harta kekayaan.
Ada bebrapa pendapat tentang hal-hal yang dapat
diperhitungkan dalam kafaah. Sebagian ulama mengutamakan bahwa
kafaah diukur dengan nasab (keturunan), kemerdekaan, ketaatan
beragama, pangkat pekerjaan/profesi, dan kekayaan. Ada pendapat
lain mengatakan bahwa kafaah diukur dengan kataatan menjalankan
agama.
Kemudian, bagaimana kafaah atau kufu ditinjau dari segi
agama? Allah Swt. Menjelaskan dalam firmanNya berikut ini.
Artinya :
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu....” (Q.S. al-Baqarah:212).
Adapun kufu dilihat dari segi iffah artinya terpeliharanya dari
segala yang haram dalam pergaulan. Dengan demikian tidak dianggap
se kufu bagi orang yang dari keturunan baik-baik menikah dengan
orang keturunan pezina, walaupun masih seagama. Allah Swt.
Berfirman:
"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin" (Q.S. an-Nur: 3).
g. Rukun dan Syarat sahnya pernikahan
Menurut Ghozali (2009: 55) rukun nikah ada lima, yaitu calon
suami, calon istri, wali, dua orang saksi, dan ijab qabul. Sedangkan
syarat sahnya pernikahan adalah sebagai berikut:
1) Mempelai perempuan halal dinikahi oleh laki-laki yang akan
menjadi suaminya
3) Ada wali mempelai perempuan yang melakukan akad.
4. Wali Nikah
Wali dalam pernikahan adalah wali perempuan yang melakukan
akad nikah dengan pengantin laki-laki sesuai dengan pilihan perempuan
itu. Rasulullah Saw bersabda:
ه ًُ( ٍلَِْع ْيَِِىمَش ًَ ِّ ِْ ٌََِ َلِّ َِمَِِْ َلّ
) ْيَْْ
Artinya:
“tidak ada pernikahan kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil” (H.R. Baihaqi, Juz 7: 13496).
Adapun syarat menjadi wali, yaitu laki-laki, beragama islam,
baligh, berakal, merdeka (bukan budak), adil, dan tidak sedang
melaksanakan ihram haji atau umrah (Hafsah, 2013:126)
a) Adapun macam tingkatan wali menurut Sarwat (2009: 51) adalah
sebagai berikut:
1) Ayah kandung
2) Kakek dari pihak bapak
3) Saudara laki-laki kandung
4) Saudara laki-laki sebapak
5) Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
6) Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
7) Paman (saudara bapak) sekandung
9) Anak laki-laki dan paman kandung
10)Anak lakki-laki dari paman laki-laki
11)Hakim
b) Wali mujbir
Wali mujbir adalah wali yang berhak menikahkan anak
perempuannya yang sudah baligh, berakal dari gadis untuk
dinikahkan, dengan tiada meminta ijin terlebih dahulu kepada anak
perempuan tersebut. Hanya bapak dan kakek yang dapat menjadi wali
mujbir.
c) Wali hakim
Wali hakim ialah pejabat negara yang beragama Islam dan
dalam hal ini biasanya kekuasaannya di Indonesia dilakukan oleh
Kepala Pengadilan Agama, ia dapat mengangkat orang lain menjadi
hakim (biasanya yang diangkat Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan) untuk mengakadkan nikah perempuan yang berwali
hakim.
Sebab-sebab perempuan berwali hakim yaitu:
1) Tidak ada wali nasab
2) Tidak cukup syarat wali bagi yang lebih dekat dengan wali yang
lebih jauh tidak ada
3) Wali yang lebih dekat gaib
5) Wali yang lebih dekat masuk penjara dan tidak dapat dijumpai
6) Wali yang lebih dekat adal menikahkan, yaitu tidak mau
menikahkan
7) Wali yang lebih dekat tawari, yaitu bersembunyi karena tidak mau
menikahkan
8) Wali yang lebih dekat ta‟‟azzuz, yaitu bertahan tidak mau
menikahkan
9) Wali yang lebih dekat mafqud, yaitu hilang, tidak diketahui
tempatnya serta tidak diketahui pula hidup dan mautnya.
d) Wali adhal
Wali adhal ialah wali yang tidak mau menikahkan anaknya,
karena alasan-alasan tertentu yang menurut walinya itu tidak disetujui
adanya pernikahan.
5. Saksi Nikah
Saksi dalam pernikahan sangat berperan terhadap sah atau
tidaknya pernikahan karena merupakan salah satu rukun pernikahan.
Apabila saksi tidak ada maka pernikahan itu tidak sah. Adapun
kedudukan/fungsi saksi dalam pernikahan adalah sebagai berikut:
a) Untuk lebih menjaga apabila ada tuduhan atau kecurigaan orang lain
terhadap pergaulan mereka
b) Untuk menguatkkan janji mereka berdua, begitu pula terhadap
Allah Swt. Berfirman: seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai...” (Q.S. al-Baqarah: 282).
Adapun syarat-syarat saksi dalam pernikahan yaitu:
a) Dua orang laki-laki
b) Beragama Islam
c) Baligh
d) Berakal
e) Merdeka dan adil
f) Bisa melihat dan mendengar
g) Memahami bahasa yang digunakan dalam akad
h) Tidak sedang melaksanakan ihran haji/umrah
i) Hadir dalam acara ijab qabul
6. Ijab Qabul
Ijab yaitu ucapan wali (dari pihak perempuan) atau wakilnya
pengantin laki-laki atau wakilnya sebagai tanda penerimaan. Adapun
syarat-syarat ijab qabul adalah:
a) Menggunakan kata yang bermakna menikah atau mengawinkan, baik
bahasa Arab maupun padanan kata itu dalam bahasa Indonesia atau
bahasa daerah sang pengantin
b) Lafal ijab qabul diucapkan pelaku akad nikah
c) Antar ijab dan qabul harus bersambung dan tidak boleh diselingi
perkataan atau perbuatan lain
d) Pelaksanaan ijab dann qabul harus berada pada satu tempat serta tidak
dikaitkan dengan suatu persyaratan apapun
e) Tidak dibatasi dengan waktu tertentu
7. Mahar
Mahar atau mas kawin adalah pemberian wajib bagi suami kepada
istri sebab pernikahan. Bisa berupa uang, benda, perhiasan, atau jasa seperti mengajar Al Qur‟an. (Rasjid, 2013: 293)
Jenis macam mahar ada dua, yaitu:
a) Mahar musamma, yaitu mahar yang disebutkan jenis dan jumlahnya
pada waktu akad nikah berlangsung
b) Mahar mitsil, yaitu mahar yang jenis atau kadarnya diukur sepadan
dengan mahar yang pernah diterima oleh keluarga terdekat dengan
Pembayaran mahar dapat dilaksanakan secara kontan atau dihutang
(Hafsah, 2013:133). Apabila kontan maka dapat dibayarkan sebelum dan
sesudah nikah. Apabila pembayaran dihutang maka:
a) Wajib dibayar seluruhnya, apabila sudah dicampuri atau salah satu
dari keduanya meninggal.
b) Wajib dibayar separuh, apabila mahar telah disebut pada waktu akad
dan suami telah mencerai istri sebelum dicampuri. Apabila mahar
tidak disebut dalam akad nikah (mitsil) maka suami hanya wajib
memberikan mut‟ah.
8. Macam-macam pernikahan terlarang a) Nikah mut‟ah
Nikah mut‟ah adalah nikah yang dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan semata-mata untuk melampiaskan hawa nafsu dan
bersenang-senang untuk sementara waktu.
b) Nikah syighar (kawin tukar)
Nikah syighar ialah wali bagi seorang perempuan menikahkan
yang ia walikan kepada laki-laki lain tanpa mas kawin, dengan
perjanjian bahwa laki-laki itu akan memberikan imbalan yaitu mau
c) Nikah muhallil
Nikah muhallil adalah nikah yang dilakukan seseorang dengan
tujuan untuk menghalalkan perempuan yang dinikahinya bagi bekas
suaminya yang telah mentalak tiga, untuk kawin lagi.
d) Nikah beda Agama
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu” (Q.S. al-Baqarah: 221).
C. Metode Peer Lesson
1. Pengertian Metode Peer Lesson
Metode berasal dari bahas Yunani “Metodhos” yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Jadi, metode adalah suatu cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Metode Peer Lesson merupakan salah satu bentuk pembelajaran
dari teman sebaya. Menurut Silbermen (2007:173) Peer Lesson adalah
sebuah stategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas yang
menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para pesrta didik
2. Strategi Pelaksanaan Metode Peer Lesson
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode
Peer Lesson (mengajar sesame teman), antara lain sebagai berikut:
a. Pertama sekali seorang peserta didik memerhatikan seorang peserta
didik yang telah mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua
tugas dibawah bimbingan guru.
b. Setelah mengenal tugas tersebut, peserta didik dilatih.
c. Setelah lulus, ia menjadi pelatih untuk menjadi peserta didik
selanjutnya.
d. Metode ini dapat dilaksanakan jika:
1) Semua tahap yang membutuhkan latihan satu persatu
2) Latihan kerja, latihan formal, dan magang.
Langkah–langkah pelaksanaan metode Peer Lesson (mengajar
sesama teman) sebagai mana yang disampaikan oleh Isman (2016) adalah
sebagai berikut:
a. Pendidik menjelaskan topik, tujuan pembelajaran dan langkah/
kegiatan yang akan dilalui peserta didik.
b. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas
4-6 peserta didik secara merata (setiap kelompok terdapat peserta didik
c. Di dalam kelompoknya, peserta didik belajar dari dan dengan sesama
teman lain dengan cara yang saling menguntungkan serta berbagi
pengetahuan, ide, dan pengalaman masing-masing.
d. Setiap anggota kelompok dituntut memberiksn tanggapan dan
pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu
kesimpulan.
e. Setiap kelompok merumuskan hasil diskusinya dalam dalam satu
kesimpulan atas dasar kesepakatan bersama.
f. Beberapa menit kemudian (sekitar 20 menit), salah satu anggota
masing-masing kelompok secara bergiliran mengajarkan hasil
temuannya dihadapan kelompok lain.
g. Setiap kelompok diminta memberikan tanggapan (kritik, saran,
pendapat, pertanyaan, dan komentar).
h. Perbedaan pendapat didiskusikan sampai permasalahan terpecahkan.
i. Setiap masalah baru yang muncul dicatat oleh pendidik dan diberikan
solusinya.
j. Pendidik member kesimpulan permasalahan dan pemecahannya
sehingga pemahaman setiap peserta didik seragam.
k. Penilaian dilakukan oleh pendidik saat proses pembelajaran sedang
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Peer Lesson
Bebrapa kelebihan metode Peer Lesson (mengajar sesama teman),
antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
b. Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran.
c. Meningkatkan interaktif social peserta didik dalam pembelajaran.
d. Mendorong peserta didik ke arah berfikir tingkat tinggi.
e. Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok.
f. Meningkatkan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri.
g. Membangun semangat bekerja sama.
h. Melatih keterampilan berkomunikasi.
i. Meningkatkan hasil belajar.
Di samping memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki
beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut:
a. Terbatasnya peserta didik yang dapat dilatih dalam satu periode
tertentu
b. Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk
memelihara kualitas
c. Memerlukan waktu yang relatif lama
d. Jika peserta didik tidak memiliki dasar pengetahuan yang relevan
e. Kemungkinan didominasi oleh peserta didik yang suka berbicara,
pintar, atau yang ingin menonjolkan diri.
f. Tidak semua pendidik benar-benar memahami cara masing-masing
peserta didik bekerja dikelompok.
g. Perlu dimodifikasi agar sesuai diterapkan pada peserta didik.
BAB III
METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang ditetapkan adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Tahap ini merupakan penentuan focus peristiwa yang perlu
perhatian khusus untuk diamati. Selanjutnya peneliti membuat instrument
pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan
berlangsung (Suhardjono, 2008:75).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu strategi
pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses
pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah
(Uno, 2011: 63).
Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan untuk memperbaiki
kualitas mutu belajar di kelas, penelitian tindakan kelas ini berfokus pada
suatu proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas input kelas
(materi, silabus) atau input (hasil belajar). Penelitian tindakan kelas ini
harus tepat mengenai hal-hal yang terjadi di kelas (Arikunto, 2006:58).
a. Subjek Penelitian
b. Siklus Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini terdapat beberapa tahapan
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi yang diikuti perencanaan ulang (Arikunto, 2006:104).
Gambar 1. Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK
c. Instrumen Penelitian
1) Silabus
2) RPP
3) Lembar Observasi Siswa Selama KBM
4) Lembar Kegiatan Siswa
Perencanaan
Refleksi Silkus I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Silkus II Pelaksanaan
Pengamatan
5) Test Formatif
2. Pengumpulan Data a. Metode tes
Data tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum mendapatkan perlakuan dan mengetahui perkembangan
siswa setelah mendapatkan perlakuan. Data dari tes tersebut
didokumentasikan dan dianalisis untuk mengetahui tingkat kemajuan
hasil belajar siswa.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data
yang mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, majalah
prasasti, surat kabar, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya
(Margono, 2007:187).
c. Metode Observasi
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti melalui suatu pengamatan, dengan dilakukan
pencatatan-pencatatan terhadap objek sasaran. Observasi merupakan
sebuah kegiatan pengamatan untuk melihat seberapa jauh pengaruh
atas tindakan yang telah dicapai sasaran (Arikunto, 2006:127).
Tahap pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu guru rekan
sejawat sebagai observasi melakukan pengamatan dan mencatat semua
berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dalam format observasi
yang telah disusun.
Pengamatan dilakukan dari waktu ke waktu untuk melihat
dampak proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan berupa
data kualitatif. Kegiatan observasi ini pada hakikatnya adalah
mengetahui apakah tujuan PTK ini tercapai atau tidak.
3. Analisis Data
Analisis ini untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam
melakukan pembelajaran PAI khususnya pelajaran Fiqih. Dalam
penelitian ini tekniknya yaitu menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu si peneliti menggunakan metode penelitian yang bersifat
fakta atau menggambarkan sebuah kenyataan mengenai data yang
didapatkan.
Data yang didapat yaitu sebagai pedoman untuk mengetahui
seberapa jauh hasil belajar yang sudah dicapai oleh peserta didik dan
untuk mengetahui seberapa jauh respon peserta didik terhadap proses
kegiatan pembelajaran.
Untuk dapat mengetahui presentase tingkat keberhasilan pada
peserta didik setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar maka setiap
pertemuan ataupun tatap muka maka harus dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi yang berupa tes baik itu tes lisan maupun tertulis.
lebih dalam lagi mengenai hasil belajar dalam mata pelajaran Fiqih
munakahat. Peneliti juga menggunakan strategi pembelajaran yang aktif
sehingga akan mampu memberikan gambaran ataupun bukti keadaan yang
diteliti. Dalam penelitian ini telah ditetapkan indikator kelulusan
penelitian.
Adapun indikator kelulusan penelitian ini dibuat sebagai berikut:
a. KKM kelulusan untuk individual sesuai standar nasional dalam mata
pelajaran Fiqih yaitu 75
b. KKM kelas ditetapkan 85% peserta didik yang tuntas dari keseluruhan
siswa.
H. Profil Sekolah
1. Sejarah Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali
Pada mulanya Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali (MAN)
Boyolali sebelum ada perubahan dan penyederhanaan bentuk serta
struktur persekolahan, bernama Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)
6 Tahun Boyolali yang didirikan pada Tahun 1967 dengan Surat
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 17/1967 dan sebagai Kepala
Sekolah yang pertama adalah Bapak Soeparno merangkap Kepala Dinas
Pendidikan Agama Kabupaten Boyolali, kemudian pada Tahun 1968
dijabat oleh Bapak Pardijo, B.A sampai Tahun 1982.
Pendidikan Guru Agama Negeri merupakan salah satu lembaga
(MI) maupun dari Sekolah Dasar (SD), dengan lama pendidikan 6 tahun
yang dibagi menjadi dua tahap yaitu :
a. Pendidikan Guru Agama tingkat Pertama (PGAP) 4 tahun setingkat
dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama plus satu tahun
b. Pendidikan Guru Agama tingkat Atas (PGAA) 2 tahun setingkat
dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Sedangkan lulusan Pendidikan Guru Agama Negeri dipersiapkan
untuk mengajar pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) maupun di Sekolah Dasar
(SD) sebagai Guru Agama.
Pada waktu itu Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 Tahun
Boyolali menempati gedung milik Yayasan Pendidikan Islam Boyolali
(Yapenkib) yang didirikan oleh Guru-guru Agama daerah Kabupaten
Boyolali dan berlokasi dikampung Pusung Kelurahan Banaran
Kecamatan Kota Boyolali. Karena animo masyarakat dan perkembangan
sekolah semakin meningkat sehingga membutuhkan fasilitas yang lebih
memadai, maka pada tahun anggaran 1975 / 1976 oleh Pemerintah
diberikan Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan Guru Agama Negeri
(PGAN) Boyolali yang berlokasi di Kalurahan Siswodipuran Boyolali
dengan mendapat bantuan tanah dari Pemerintah Daerah setempat seluas
4000 m2.
Pembangunan gedung tersebut meliputi tiga buah ruang belajar
Rp12.500.000,- ( dua belas juta lima ratus ribu rupiah ). Selanjutnya
berturut-turut pada tahun anggaran berikutnya yaitu tahun 1976 / 1977
diberikan proyek pembangunan lagi untuk tiga ruang belajar lengkap
dengan meubeleirnya sebesar Rp13.500.000,- ( tiga belas juta lima ratus
ribu rupiah), dan pada tahun anggaran 1977 / 1978 memperoleh proyek
pembangunan lagi untuk membangun tiga ruang belajar dengan
meubeleirnya dan ruang urinoirnya untuk siswa dengan anggaran sebesar
Rp13.800.000,- (tiga belas juta delapan ratus ribu rupiah).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama R.I. No. 74 Tahun
1978 tentang penyederhanaan bentuk serta struktur persekolahan, maka
mulai Tahun ajaran 1977 / 1978 Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)
Boyolali berubah nama dan strukturnya sebagai berikut :
a. Untuk Kelas I, II, III ; menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan menempati
gedung lama milik Yapenkib di kampung Pusung Kalurahan Banaran
Kecamatan Kota Boyolali, dengan Kepala Sekolah Bapak Sufyan, Fa
b. Untuk Kelas IV, V, VI ; menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan menempati
gedung baru yang berasal dari proyek dan berlokasi di kampung
Siswodipuran Kalurahan Siswodipuran Kecamatan Kota Boyolali,
dengan Kepala Sekolahnya Bapak Pardijo, B.A yang menjabat sampai
Mulai Tahun Ajaran 1982 / 1983 Kepala Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) Boyolali dijabat oleh Bapak Drs. Wahyudi yang semula sebagai
guru SMA Muhammadiyah I Surakarta di Surakarta.
Dengan adanya perubahan tersebut, maka Madrasah Aliyah
termasuk Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Boyolali yang merupakan
Lembaga Pendidikan yang menjadikan mata pelajaran Agama Islam
sebagai mata pelajaran dasar minimal 30 % dan mata pelajaran umum 70
%. Disamping itu akibat adanya perubahan tersebut maka untuk tahun
anggaran berikutnya bantuan proyek pembangunannya tidak dilanjutkan,
sehingga sesuatu yang diperlukan diusahakan sendiri dengan swadaya.
Itulah sekilas gambaran ringkas tentang sejarah berdirinya
Madrasah Aliyah Negeri ( M A N ) Boyolali.
CATATAN KHUSUS
a. Perintis PGAN 6 Tahun Boyolali dimulai dengan berdirinya PGA
Muhammadiyah yang kemudian dinegerikan
b. Mengingat animo masyarakat Boyolali sangat besar PGAN 6 Tahun
Boyolali tidak mampu menampung siswa yang berasal dari seluruh
wilayah Kab. Boyolali dan juga dari daerah-daerah lain maka didirikan
lagi PGA 6 Tahun Muhammadiyah Boyolali yang juga bertempat di
Pusung, Banaran, Boyolali dengan Kepala Sekolahnya Bp. H.
Fachrudin, B.A yang periode selanjutnya sampai berubah menjadi
c. Sampai dengan Tahun 2008 Kepala Sekolah MAN / PGAN Boyolali
telah mengalami 8 kali berganti Kepala Sekolahnya yaitu :
1) Bp. H. Pardijo, B.A s/d Tahun 1982
2) Bp. Drs. Wahyudi s/d Tahun 1991
3) Bp. Suharto, B.A s/d Tahun 1999
4) Bp. Drs. Hadis s/d Tahun 1999
5) Bp. Drs. H. Sjatibi s/d Tahun 2003
6) Bp. Drs. H. Qowa‟id s/d Tahun 2006
7) Bp. H. Chusni, M.Pd s/d Tahun 2007
8) Bp. Drs. H. Cholid Trenggono, M.Pd. mulai April 2007 sampai
sekarang.
2. Letak Geografis Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali
Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali merupakan salah satu lembaga
Pendidikan Islam yang bernaung di bawah pembinaan dan pengawasan
Departemen Agama, yang terletak di jalan Kates Kelurahan Siswodipuran
Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali dengan kode pos 57311 dan
nomor telepon (0276) 321097.
3. Visi Dan Misi Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali
Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki visi dan misi atau suatu
tujuan yang hendak dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Karena dengan adanya visi dan misi tersebut akan membuat langkah
Demikian juga dengan Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali sebagai
sebuah lembaga pendidikan formal tentu tidak terlepas pada sebuah visi
dan misi yang dicanangkan dan hendak dicapai. Adapun visi dan misi
Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali adalah :
a. Visi
Terwujudnya madrasah yang berkualitas Unggul dalam Imtaq
dan Iptek.
b. Misi
1) Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan Agama
Islam dan Tata Nilai yang berlaku
2) Mengembangkan potensi diri peserta didik secara optimal dan
profesional dengan pengembangan sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai
3) Mewujudkan peserta didik yang islami, sehat jasmani-rohani,
cerdas, terampil dan berprestasi.
c. Tujuan
1) Terwujudnya lulusan yang unggul di bidang akademik dan non
akademik serta berakhlaqul karimah
2) Terwujudnya SDM pengelola yang berkompetensi utuh
3) Terbentuknya budaya akademis islami yang unggul
4) Terciptanya lingkungan Madrasah yang bersih, indah dan
5) Tercapainya Standart Pendidikan Nasional
4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali
Struktur organisasi Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali terdiri dari :
a. Kepala Madrasah : Drs. H. Cholid Trenggono, M.Pd
b. Waka Kurikulum : Drs. Mursito
c. Waka Kesiswaan : Drs. Much Hadi Isnanta
d. Waka Sarpras : Drs. Taufiq Hidayat
e. Waka Humas : Drs. M. Zunaedi.
f. Koordinator BP : Dra. Jujur Prishastini
g. Ka Urs. T U : Suwandi
h. Bendahara Rutin : Subani
i. Kepala Perpus : Dra. Sri Lestari
j. Bapak/ Ibu Guru Pengajar
k. Staf Kantor
5. Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu
yang mendukung dan menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar
di Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali, tidaklah mungkin pelaksanaan
pendidikan akan berjalan dengan lancar dan mencapai suatu hasil yang
memuaskan tanpa ditunjang oleh suatu sarana dan prasarana yang