• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil belajar Fiqih Materi Munakahat Melalui Metode Peer Lesson pada Siswa Kelas XI MAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan Hasil belajar Fiqih Materi Munakahat Melalui Metode Peer Lesson pada Siswa Kelas XI MAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI MUNAKAHAT MELALUI METODE PEER LESSON PADA SISWA KELAS XI MAN 1

BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ISNA KHOIRUNNISAK NIM. 111-13-130

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

َلَّأ ْمُتْف ِخ ْنِإ ًَ

مََ ٌُِِّْْمَِ ََمَتََْْ ِِ ٌُُُُِِْْ

ِءمَِِّنْ َنَِ ْمَُِْ َبمَط

َلُث ًَ َنْثََ

ََ مََُُ ًَ َث

َلَّأ ْمُتْف ِخ ْنِإَِ

ََْْْأ ََََِْ ْمُُِْمَََْْأ َََََِْْ مََ ًَْأ ًَِ ِِ ٌََِ ٌَُُِِْْْ

َلَّأ

ٌٌَُُُْْ

:ءمِنْ (

٣

)

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan

yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang

kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat

berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai

peranan penting dalam hidupnya

1. Kepada kedua orang tuaku (Bapak Rokhani dan Ibu Warsini) terimakasih telah

menjadi orang tua yang baik yang telah mendidiku, merawatku dengan penuh

kasih sayang dan penuh kesabaran yang tak ternilai harganya.

2. Terimakasih banyak untuk kakakkudan seluruh keluarga besarku yang selama ini

telah setia mendukungku, dan memberi semangat untuk mengerjakan skripsi ini

sehingga skripsi ini selesai.

3. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, dimana tempat yang telah penulis pilih

untuk menuntut ilmu. Semoga ilmu yang di peroleh penulis dapat bermanfaat bagi

orang lain dan diri sendiri.

4. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. yang telah bersedia memberikan pengarahan

bimbingan penulis hingga selesainya pembuatan skripsi ini.

5. Untuk sahabat-sahabatku yang selalu member saya semangat dengan ikhlas

6. Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya PAI angkatan 2013

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil „alamin. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta

alam. Semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk dan pertolongan kepada kita

semua. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah selalu kepada Nabi

Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dan terwujud karena bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Yahya, S.Ag., M.H.I. selaku dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil., selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing

dengan ikhlas, mengarahkan dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga

skripsi ini terselesaikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan S1.

7. Bapak dan Ibu, selaku orang tua yang selalu member motivasi untuk

(9)
(10)

ABSTRAK

Isna Khoirunnisak.2018. Peningkatan Hasil belajar Fiqih Materi Munakahat Melalui Metode Peer Lesson pada Siswa Kelas XI MAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi .Jurusan Tarbiyah. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil.

Kata Kunci: Metode Peer Lesson, Hasil belajar Fiqih Materi Munakahat

Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode Peer Lesson dalam meningkatkan Hasil belajar Fiqih siswa kelas XI MAN 1 Boyolali. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah Metode Peer Lesson dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018? Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Fiqih melalui Metode Peer Lesson pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018.

Metode penelitian adalah PTK ( Penelitian Tindakan Kelas) dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Observasi, digunakan untuk mendapatkan data mengenai keadaan kelas, suasana pembelajaran, kreatifitas guru dan keaktifansiswa.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6

1. Hipotesis Tindakan... 6

2. Indikator Keberhasilan ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

(12)

F. Definisi Operasional... 9

1. Peningkatan hasil belajar fiqih ... 9

2. Metode Peer Lesson ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI A. Hasil belajar ... 13

1. Pengertian Hasil belajar ... 13

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar ... 14

B. Munakahat ... 20

1. Pengertian Munakahat (Pernikahan) ... 20

2. Hukum Munakahat (Pernikahan) ... 21

3. Persiapan Pelaksanaan Pernikahan ... 23

4. Wali Nikah ... 30

5. Saksi Nikah ... 32

6. Ijab Qabul ... 33

7. Mahar ... 34

8. Macam-macam Pernikahan Terlarang ... 35

C. Metode Peer Lesson ... 36

1. Pengertian Metode Peer Lesson ... 36

2. Strategi Pelaksanaan Metode Peer Lesson ... 37

(13)

BAB III. METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 41

1. Rancangan Penelitian ... 41

2. Pengumpulan Data ... 43

3. Analisi Data ... 44

B. Profil Sekolah ... 45

1. Sejarah MAN 1 Boyolali ... 45

2. Letak Geografis MAN 1 Boyolali ... 49

3. Visi dan Misi MAN 1 Boyolali ... 49

4. Struktur Organisasi MAN 1 Boyolali ... 51

5. Sarana dan Prasarana... 51

6. Data Guru dan Karyawan ... 53

7. Prestasi yang Pernah Dicapai ... 56

8. Program MAN 1 Boyolali ... 57

9. Kegiatan Ekstra Kurikuler... 58

C. Deskripsi Per Siklus ... 58

1. Deskripsi Siklus I ... 58

2. Deskripsi Siklus II ... 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisi Hasil Penelitian ... 66

1. Analisis Data Pra Silkus ... 66

(14)

a. Analisis Hasil Pengamatan ... 68

b. Analisis Hasil Tes ... 71

3. Analisis Data Siklus II ... 73

a. Analisis Hasil Pengamatan ... 73

b. Analisis Hasil Tes ... 76

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

1. Kinerja Guru dalamPembelajaran ... 78

2. Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 80

3. Hasil Tes Siswa ... 81

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3 Daftar Guru danKaryawan ... 54

Tabel4.1 Hasil Tes Pra Siklus ... 66

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Terhadap Guru Siklus I ... 68

Tabel 4.3 Data Nilai Siklus I ... 71

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Guru Siklus II ... 73

Tabel 4.5 Hasil Tes Siklus II ... 77

Tabel 4.6 Kinerja Guru ... 80

Tabel 4.7 Keaktifan Siswa ... 81

(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Lampiran 1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Lampiran 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III

Lampiran 2.1 Lembar Hasil Pengamatan PBM untuk Guru Siklus I

Lampiran 2.2 Lembar Hasil Pengamatan PBM untuk Guru Siklus II

Lampiran 2.3 Lembar Hasil Pengamatan PBM untuk Guru Siklus III

Lampiran 3.1 Lembar Hasil Pengamatan secara Klasikal untuk Siswa Siklus I

Lampiran 3.2 Lembar Hasil Pengamatan secara Klasikal untuk Siswa Siklus II

Lampiran 3.3 Lembar Hasil Pengamatan secara Klasikal untuk Siswa Siklus III

Lampiran 4.1 Hasil Ulangan Siklus I

Lampiran 4.2 Hasil Ulangan Siklus II

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan

hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan

merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil

interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung

sepanjang hayat sejak manusia lahir. Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan

pengertian pendidikan bahwa, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu

usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan

berlangsung seumur hidup (Sadulloh, 2014:5).

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang

atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup

atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbulloh, 2009:1).

Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

(19)

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Belajar adalah sebuah langkah untuk mengetahui sesuatu yang baru

sehingga akan membuat diri seseorang individual menjadi lebih aktif dalam

melakukan interaksi di dalam lingkungan sehingga akan menghasilkan

perubahan dalam pola berfikir manusia. Belajar merupakan suatu bentuk

pertumbuhan atau persoalan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara

bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan yang didapat

(Hamalik, 2014:21).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis

belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini

memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai

kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu

merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu

atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya (Baharuddin, 2008:13)

Menurut Gage & Berliner, belajar adalah suatu proses perubahan

perilaku yang muncul karena pengalaman (Hamdani, 2011: 21). Sedangkan

menurut Thursan Hakim (2000; 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut

ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku,

seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

(20)

dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk

bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai

bidang. Apabila tidak mendapat peningkatan kualitas dan kuantitas

kemampuan, orang tersebut belum mengalami proses belajar atau dengan kata

lain, ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang

sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses

pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik

belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana peserta didik memperoleh

pengetahuan dari kegiatan belajarnya (Aqib, 2016: 1).

Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik

dengan guru serta sumber belajar sebagai pembelajar. Dalam sebuah

pembelajaran memiliki beberapa komponen yang sangat berkaitan dari satu

komponen dengan komponen lain seperti metode, materi, tujuan, dan

evaluasi. Dari empat komponen itu guru harus menentukan metode

pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk digunakan dalam

pembelajaran (Mulyasa, 2011: 100).

Proses pembelajaran selama ini masih terkesan hanya berpusat pada

guru yang menganggap bahwa guru adalah satu-satunya sumber utama

pengetahuan. Siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, sehingga

(21)

dalam strategi pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan hasil

pembelajaran tidak sesuai dengan harapan. Siswa hanya memperoleh

pengetahuan secara teoritis dan bertindak pasif, sedangkan guru bertindak

aktif dalam memberikan materi.

Penggunaan metode pembelajaran mempunyai peran penting dalam

menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas peserta

didik. Oleh karena itu, perlu adanya aktivitas peserta didik serta kemampuan

guru dalam menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi,

sehingga peserta didik tidak merasa bosan. Penggunaan strategi dan metode

yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik

dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan belajar-mengajar,

tidak semua peserta didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif

lama. Daya serap peserta didik terhadap bahan yang diberikan juga

bermacam-macam, ada yang cepat, sedang, dan lambat.

Pada penyampaian pelajaran PAI terutama dalam mata pelajaran Fiqih,

seorang guru bukan hanya memberikan materi, namun juga harus dapat

menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya. Hal ini dikarenakan

seorang peserta didik butuh proses belajar yang menyenangkan, tidak

membosankan (monoton), tetapi tetap serius dan mereka dapat menyerap apa

yang disampaikan oleh seorang guru. Selama ini pembelajaran PAI terutama

dalam mata pelajaran Fiqih di MAN 1 Boyolali cenderung monoton dan

(22)

guru dituntut mampu memilih strategi pembelajaran yang selektif sesuai

dengan kemampuan siswa. Salah satunya strategi pembelajaran yang sedang

berkembang adalah strategi pembelajaran aktif.

Menurut Silberman (2007:173), Peer Lesson adalah strategi yang

mengembangkan kemauan peserta didik mengajarkan materi dalam kelas

yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para peserta didik

sebagai anggota kelas. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, siswa mengikuti

pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa

minat terhadap hasilnya (kecuali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika

kegiatan belajar bersifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia

menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi

untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.

Diharapkan dengan adanya metode Peer Lesson ini keberanian dan

keaktifan peserta didik mencul dengan adanya dukungan dari teman. Maka

proses pembelajaran akan lebih aktif dan menyenangkan sehingga peserta

didik akan merasa semangat dalam mengikuti pelajaran.

Berdasarkan uraian fenomena di atas maka penulis tertarik unruk

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian

.ini adalah: apakah metode Peer Lesson dapat meningkatkan hasil belajar

Fiqih materi munakahat pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali tahun pelajaran

2017/2018?

C. Tujuan Penetitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Fiqih materi munakahat melalui

metode Peer Lesson pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran

2017/2018.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, yang kemudian dibuktikan dengan data yang

terkumpul (Arikunto, 2006:17).

Sedangkan dalam bukunya, Mulyasa (2011: 63) menjelaskan

bahwa hipotesis adalah sebuah tindakan yang merupakan jawaban

sementara terhadap masalah yang dihadapi. Dari kedua pendapat hipotesis

di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis adalah tindakan yang

(24)

penelitian yang mungkin bisa benar ataupun salah. Hipotesis ini akan

diterima jika benar dan akan ditolak jika salah.

Dalam penelitian ini hipotesis yang peneliti tegaskan adalah sebagai berikut “Dengan menggunakan metode Peer Lesson dapat

meningkatkan hasil belajar Fiqih materi munakahat pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018”.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan metode Peer Lesson dapat dikatakan efektif apabila

indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dituliskan

penulis dapat dirumuskan sebagai berikut: hasil belajar Fiqih materi

munakahat setelah menggunakan metode Peer Lesson kriteria minimal

(KKM) yaitu 75, dan banyaknya siswa yang memperoleh nilai 75 keatas

minimal 85%.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah

untuk mendapatkan pengetahuan baru dan dapat mengembangkan

pengetahuan tentang metode Peer Lesson untuk meningkatkan hasil

(25)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik

Sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik serta

menumbuhkan kecintaan peserta didik terhadap pelajaran Fiqih dan

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan apa yang

diharapkan.

b. Manfaat Bagi Guru

Sebagai masukan untuk meningkatkan profesionalitas guru

dalam melaksanakan kewajibannya dan meningkatkan semangat guru

untuk lebih kreatif dan menyenangkan dalam melaksanakan

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keaktifan pada peserta

didik.

c. Bagi Sekolah

Dengan penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan

manfaat bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran guru-guru

agar lebih meningkatkan profesionalitas guru dalam membentuk

(26)

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan

pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan seperti penelitian.

1. Hasil belajar fikih materi munakahat

Hasil belajar adalah upaya untuk menerapkan apa yang sudah

diperoleh selama belajar, sehingga menjadilkan individual lebih aktif dan

lebih baik untuk memebuat perubahan di dalam lingkungan masyarakat.

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perolehan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru

berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 2007:21).

Menurut Slameto (2008:7) hasil belajar adalah sesuatu yang

diperbolehkan dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar

yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa.

Secara bahasa fiqih berarti paham, atau pengertian yang

mendalam, tentang maksud dan tujuan sesuatu perkataan atau perbuatan,

bukan hanya sekedar mengetahui lahiriyah perkataan atau perbuatan itu

(Djafar, 1993:1).

Ilmu Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syara‟ yang

praktis yang diambil dari dalil-dalilnya secara terinci, atau dengan kata

lain ilmu fiqih adalah kompilasi hukum-hukum syara‟ yang bersifat

(27)

Munakahat (Pernikahan) adalah akad yang memberikan faedah

hokum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami-istri) antara

pria dan wanita dan mengadakan tolong-menolong, dan memberi batas

hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing

(Ghozali, 2006:1).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fikih

adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan proses

pembelajaran fikih. Dalam penelitian ini hasil belajar adalah nilai.

2. Metode Peer Lesson

Metode berasal dari bahas Yunani “Metodhos” yang berarti cara

atau jalan yang ditempuh. Jadi, metode adalah suatu cara yang digunakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Metode Peer Lesson merupakan salah satu bentuk pembelajaran

dari teman sebaya. Menurut Silbermen (2007:173) Peer Lesson adalah

sebuah stategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas yang

menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para pesrta didik

(28)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun dalam lima bab, secara sistematik dapat

dilihat di bawah ini:

Bab I : Pendahuluan, pada bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, definisi

oprasional, dan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka, pada bab ini membahas tentang hasil belahjar pada mata pelajaran Fiqih materi munakahat dan guru melalui

metode Peer Lesson, pembahasannya meliputi; teori hasil belajar, membahas

tentang Munakahat, metode Peer Lesson dan menjelaskan langkah-langkah

penggunaan metode Peer Lesson serta kelebihan dan kekurangannya.

Bab III : Metode Dan Pelaksanaan Penelitian, Bab ini membahas metode penelitian dan laporan pelaksanaan penelitian, meliputi: rancangan

penelitian, profil sekolah, serta deskripsi pelaksanaan penelitian.

Bab IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan, Bab ini berisi tentang analisis peningkatan hasil belajar Fiqih materi munakahat melalui metode

Peer Lesson pada siswa kelas XI MAN 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018.

Bab V : Penutup, Bab ini meliputi simpulan dari seluruh pembahasan dalam skripsi, saran-saran dan penulis kaitannya dengan hasil penelitian ini

(29)

Bagian akhir skripsi yang berisi antar lain daftar pustaka

sebagai rujukan penulis membuat landasan teori pada penelitian ini, dan

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil belajar

1. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar adalah upaya untuk menerapkan apa yang sudah

diperoleh selama belajar, sehingga menjadilkan individual lebih aktif dan

lebih baik untuk memebuat perubahan di dalam lingkungan masyarakat.

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perolehan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru

berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 2007:21).

Menurut Slameto (2008:7) hasil belajar adalah sesuatu yang

diperbolehkan dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar

yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa.

Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan

sebagai indicator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran.

Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan hasil belajar peserta

didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya

dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Rohani, 2010:205).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah prestasi belajar siswa yang dicapai dalam proses kegiatan

(31)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar

Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (internal)

dan faktor dari luar (eksternal). Kedua faktor tersebut saling

mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan

kualitas hasil belajar.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.

Faktor-faktor internal ini meliputi Faktor-faktor fisiologis dan Faktor-faktor psikologis.

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua

macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan ini umumnya

sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik

yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap

kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah

atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses

belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia

(32)

Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempengaruhi

aktivitas belajar dengan baik pula.

2) Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis

seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa

faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah

kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

a) Kecerdasan (Intelegensi siswa)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai

kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang

dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi

rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan

kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Menurut Hamalik (2014:89) intelegensi adalah

kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat

terhadap berbagai segi dari keseluruhan lingkungan seseorang.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang

mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi

(33)

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan

(Sardiman, 1994:73).

Ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

(1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak

atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

(2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang

hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat

memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan

sesuai dengan rumusan tujuannya.

(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan

perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan

yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

c) Minat

Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu

kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat

sesuatu secara terus-menerus . minat ini erat kaitannya dengan

perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu

(34)

Menurut Winkle (Hamdani, 2011: 141), minat adalah

kecenderungan yang menetap dalam sebjek untuk merasa

tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu.

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat

memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar atau keinginan.

d) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat

mempengaruhi keberhasilan proses belajar seseorang. Sikap

adalah suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal,

orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.

Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan,

kebiasaan dan keyakinan.

e) Bakat

Faktor psikologi lain yang mempengaruhi proses

belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude)

didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang. Berkaitan dengan belajar Slavin mendefenisikan bakat

sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk

(35)

Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang

yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam

proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai

dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan

mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia

akan berhasil.

b. Faktor eksternal

Selain faktor internal adapun faktor eksternal yang juga

mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003:26)

menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi

belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor

lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar

seorang sisa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat

menjadi motivasi bagi siwa untuk belajar lebih baik di sekolah.

Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru

atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siwa untuk

belajar.

b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat

(36)

Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan

anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa,

paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar,

diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum

dimilikinya.

c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat

mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,

sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan

keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas

belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua,

anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa

melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan Nonsial.

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak

panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu lemah/gelap,

suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut

merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas

belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak

mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

(37)

sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga

dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum

sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan

lain sebagainya.

c) Faktor materi belajar (yang diajarkan kepada siswa). Faktor ini

hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa,

begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan

kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat

memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar

siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan

berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai

dengan kondisi siwa.

B. Munakahat

1. Pengertian Munakahat (Pernikahan)

Nikah secara bahasa berarti menghimpun, mengumpulkan,

bersetubuh. Secara istilah, nikah artinya suatu akad yang menghalalkan

pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dan

menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Dalam pengertian yang

lain, pernikahan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seseorang

laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga

untuk mendapatkan keturunan yang dilaksanakan menurut ketentuan

(38)

Munakahat (Pernikahan) adalah akad yang memberikan faedah

hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami-istri) antara

pria dan wanita dan mengadakan tolong-menolong, dan memberi batas

hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing

(Ghozali, 2006:1).

2. Hukum Munakahat (Pernikahan)

Hukum pernikahan tidak akan terlepas dari lima macam tingkatan

hukum dalam Islam yang disebut al-ahkam al-khamsah, yaitu wajib,

sunnah, mubah, makruh, dan haram. Berdasarkan keadaan, hukum nikah

dapat berubah sesuai dengan niat seseorang yang akan melangsungkan

pernikahan (Sarwat, 2009:6)

Pada dasarnya pernikahan diperintahkan oleh syar‟i sesuai firman

(39)

Jumhur ulama menetapkan bahwa hukum pernikahan dibagi

menjadi lima macam sebagai berikut:

a. Sunnah

Asal hukum pernikahan adalah sunnah. Artinya, seseorang

yang telah mencapai kedewasaan jasmani dan rokhani dan sudah

mempunyai bekal untuk menikah, tetapi tidak takut terjerumus dalam

perbuatan zina, baginya disunahkan menikah.

b. Mubah

Hukum yang kedua adalah mubah, yaitu bagi orang yang tidak

mempunyai pendorong atau faktor yang melarang untuk menikah.

c. Wajib

Hukum yang ketiga yaitu wajib, bagi seseorang dilihat dari

pertumbuhan jasmaniah sudah layak untuk menikah, kedewasaan

rohaniahnya sudah matang, dan memiliki biaya untuk menikah serta

untuk menghidupi keluarganya. Apabila ia tidak menikah khawatir

terjatuh pada perbuatan zina.

d. Makruh

Hukum yang keempat adalah makruh, yaitu bagi seseorang

yang dipandang dari pertumbuhan jasmaniahnya sudah layak,

kedewasaan rohaniahnya suda matang, tetapi tidak mempunyai biaya

untuk bekal hidup istri dan anaknya. Untuk mengendalikan nafsunya

(40)

e. Haram

Hukum yang kelima adalah haram, yaitu bagi seseorang yang

menikahi wanita dengan tujuan untuk menyakiti, mempermainkan,

dan memeras hartanya.

3. Persiapan Pelaksanaan Pernikahan a. Meminang atau Khitbah

Meminang atau khitbah adalah permintaan atau ajakan laki-laki

kepada perempuan atau sebaliknya untuk menikah (Sarwat, 2009:40).

Dalam agama Islam meminang seseorang yang akan dinikahi

hukumnya mubah (boleh) dengan ketentuan-ketentuan berikut:

b. Cara mengajukan pinangan

1) Pinangan kepada gadis atau janda yang sudah habis masa iddahnya

boleh dinyatakan secara terang-terangan.

2) Pinangan kepada janda yang masih ada dalam masa iddah talak ba‟in atau ditinggal wafat suami tidak boleh dinyatakan secara

terang-terangan. Pinangan kepada mereka hanya boleh dilakukan

secara sindiran saja.

c. Perempuan yang boleh dipinang

Perempuan-perempuan yang boleh dipinang itu ada beberapa

macam, yaitu:

1) Perempuan yang bukan istri orang lain.

(41)

3) Tidak dalam pinangan orang lain.

d. Melihat calon istri atau suami

Beberapa pendapat tentang batas kebolehan melihat seorang

perempuan yang akan dipinang yaitu:

1) Pendapat jumhur ulama yaitu boleh melihat wajah dan kedua

telapak tangan, karena dengan demikian akan dapat diketahui

kehalusan tubuh dan kecantikannya.

2) Abu Dawud berpendapat boleh melihat calon suami atau istri pada

seluruh tubuh

3) Imam Abu Hanifah membolehkan melihat dua telapak kaki, muka,

dan telapak tangan.

e. Mahram atau perempuan yang haram dinikahi

Mahram laki-laki maupun perempuan yang haram dinikahi.

Adapun sebab-sebab yang menjadikan seseorang perempuan menjadi

haram dinikahi oleh seorang laki-laki dapat dibagi menjadi dua yaitu

sebagai berikut:

1) Sebab haram dinikahi untuk selamanya

a) Wanita-wanita yang haram dinikahi karena nasab adalah ibu,

nenek, anak perempuan, anak perempuan dari anak laki-laki,

saudara perempuan, bibi dari jalur ayah, bibi dari jalur ibu,

anak perempuan saudara laki-laki, dan anak perempuan dari

(42)

b) Wanita-wanita yang haram dinikahi karena pertalian nikah

adalah istri ayah, istri kakek, ibu istri (ibu mertua), nenek ibu

istri, dan anak perempuan istri (anak perempuan tiri).

c) Wanita-wanita yang haram dinikahi karena sepersusuan adalah

sebagaimana wanita yang diharamkan karena nasab, yaitu

ibu-ibu yang diharamkan karena nasab, anak-anak peremppuan,

saudara-saudara perempuan, bibi dari jalur ayah, bibi dari jalur

ibu, anak perempuannya saudara laki-laki dan anak pernah

perempuan saudara perempuan. Walaupun tidak ada hubungan

nasab, tetapi pernah mentusui maka ibu dan anaknya tidak

boleh dinikah.

d) Wanita yang telah di li‟an

Suami haram menikahi wanita yang di li‟an nya untuk

selama-lamanya karena Rasulullah Saw. Bersabda:

ٌَ ه ًُ( . َََِ ِنمَََِْتْجَْ َلّ َمُث مََ ٌُْيَنَََْ َقَرَفُْ ْنَ ِنََْنِع َلَتَُ ِِ

)ًْ ْ

Artinya:

(43)

2) Sebab haram dinikahi sementara

a) Sebab pertalian nikah

Perempuan yang masih ada dalam ikatan perkawinan,

haram dinikah dengan laki-laki lain, termasuk perempuan yang

masih dalam masa iddah baik iddah talak maupun iddah wafat,

Allah SWT berfirman:

b) Sebab talak bain kubra (perceraian sudah tiga kali)

Talak bain kubra adalah talak tiga. Seorang laki-laki

yang mencerai istri dengan talak tiga, haram baginya untuk

menikah dengan mantan istrinya selama si istri belum kawin

dengan laki-laki lain.

Jelasnya ia boleh menikah lagi dengan mantan istrinya

dengan syarat mantan istri telah menikah dengan laki-laki lain

(suami baru), dicampuri oleh suami baru, telah dicerai suami

(44)

c) Sebab memadu dua orang perempuan bersaudara

Seorang laki-laki yang mempunyai pertalian nikah

dengan seorang perempuan (termasuk dalam masa iddah talak raj‟i) haram baginya menikah dengan:

(1) Saudara perempuan istrinya, baik kandung seayah maupun

seibu

(2) Saudara perempuan ibu istrinya (bibi istrinya), baik

kandung seayah maupun kandung seibu dengan ibu istrinya

(3) Saudara perempuan bapak istrinya (bibi istrinya), baik

kandung seayah maupun kandung seibu dengan ibu istrinya

(4) Anak perempuan saudara perempuan istrinya, (kemenakan

istrinya) baik kandung seayah maupun seibu

(5) Anak perempuan saudara laki-laki istrinya, baik kandung

seayah maupun seibu

(6) Semua perempuan yang bertalian susuan dengan istrinya

d) Sebab beristri lebih dari empat orang

Seorang laki-laki yang beristri lebih dari empat orang,

haram menikah lagi dengan perempuan yang kelima. Karena

laki-laki hanya boleh menikah maksimal dengan empat

(45)

e) Sebab perbedaan agama

Haram nikah karena perbedaan agama ada dua macam,

yaitu perempuan musyrik haram dinikahi laki-laki muslim dan

perempuan muslimah haram dinikahi laki-laki musyrik.

Maksudnya adalah orang Islam tidak boleh menikah dengan

orang yang berbeda agama.

f. Prinsip kafaah dalam pernikahan

Kafaah atau kufu artinya kesamaan, kecocokan, kesetaraan atau

seimbang. Dalam kontek pernikahan berarti adanya kesamaan atau

kesetaraan antara calon suami dan calon istri dalam segi (keturunan),

status social (jabatan/pangkat) agama (akhlak) dan harta kekayaan.

Ada bebrapa pendapat tentang hal-hal yang dapat

diperhitungkan dalam kafaah. Sebagian ulama mengutamakan bahwa

kafaah diukur dengan nasab (keturunan), kemerdekaan, ketaatan

beragama, pangkat pekerjaan/profesi, dan kekayaan. Ada pendapat

lain mengatakan bahwa kafaah diukur dengan kataatan menjalankan

agama.

Kemudian, bagaimana kafaah atau kufu ditinjau dari segi

agama? Allah Swt. Menjelaskan dalam firmanNya berikut ini.

(46)

Artinya :

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu....” (Q.S. al-Baqarah:212).

Adapun kufu dilihat dari segi iffah artinya terpeliharanya dari

segala yang haram dalam pergaulan. Dengan demikian tidak dianggap

se kufu bagi orang yang dari keturunan baik-baik menikah dengan

orang keturunan pezina, walaupun masih seagama. Allah Swt.

Berfirman:

"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin" (Q.S. an-Nur: 3).

g. Rukun dan Syarat sahnya pernikahan

Menurut Ghozali (2009: 55) rukun nikah ada lima, yaitu calon

suami, calon istri, wali, dua orang saksi, dan ijab qabul. Sedangkan

syarat sahnya pernikahan adalah sebagai berikut:

1) Mempelai perempuan halal dinikahi oleh laki-laki yang akan

menjadi suaminya

(47)

3) Ada wali mempelai perempuan yang melakukan akad.

4. Wali Nikah

Wali dalam pernikahan adalah wali perempuan yang melakukan

akad nikah dengan pengantin laki-laki sesuai dengan pilihan perempuan

itu. Rasulullah Saw bersabda:

ه ًُ( ٍلَِْع ْيَِِىمَش ًَ ِّ ِْ ٌََِ َلِّ َِمَِِْ َلّ

) ْيَْْ

Artinya:

“tidak ada pernikahan kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil” (H.R. Baihaqi, Juz 7: 13496).

Adapun syarat menjadi wali, yaitu laki-laki, beragama islam,

baligh, berakal, merdeka (bukan budak), adil, dan tidak sedang

melaksanakan ihram haji atau umrah (Hafsah, 2013:126)

a) Adapun macam tingkatan wali menurut Sarwat (2009: 51) adalah

sebagai berikut:

1) Ayah kandung

2) Kakek dari pihak bapak

3) Saudara laki-laki kandung

4) Saudara laki-laki sebapak

5) Anak laki-laki saudara laki-laki kandung

6) Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak

7) Paman (saudara bapak) sekandung

(48)

9) Anak laki-laki dan paman kandung

10)Anak lakki-laki dari paman laki-laki

11)Hakim

b) Wali mujbir

Wali mujbir adalah wali yang berhak menikahkan anak

perempuannya yang sudah baligh, berakal dari gadis untuk

dinikahkan, dengan tiada meminta ijin terlebih dahulu kepada anak

perempuan tersebut. Hanya bapak dan kakek yang dapat menjadi wali

mujbir.

c) Wali hakim

Wali hakim ialah pejabat negara yang beragama Islam dan

dalam hal ini biasanya kekuasaannya di Indonesia dilakukan oleh

Kepala Pengadilan Agama, ia dapat mengangkat orang lain menjadi

hakim (biasanya yang diangkat Kepala Kantor Urusan Agama

Kecamatan) untuk mengakadkan nikah perempuan yang berwali

hakim.

Sebab-sebab perempuan berwali hakim yaitu:

1) Tidak ada wali nasab

2) Tidak cukup syarat wali bagi yang lebih dekat dengan wali yang

lebih jauh tidak ada

3) Wali yang lebih dekat gaib

(49)

5) Wali yang lebih dekat masuk penjara dan tidak dapat dijumpai

6) Wali yang lebih dekat adal menikahkan, yaitu tidak mau

menikahkan

7) Wali yang lebih dekat tawari, yaitu bersembunyi karena tidak mau

menikahkan

8) Wali yang lebih dekat ta‟‟azzuz, yaitu bertahan tidak mau

menikahkan

9) Wali yang lebih dekat mafqud, yaitu hilang, tidak diketahui

tempatnya serta tidak diketahui pula hidup dan mautnya.

d) Wali adhal

Wali adhal ialah wali yang tidak mau menikahkan anaknya,

karena alasan-alasan tertentu yang menurut walinya itu tidak disetujui

adanya pernikahan.

5. Saksi Nikah

Saksi dalam pernikahan sangat berperan terhadap sah atau

tidaknya pernikahan karena merupakan salah satu rukun pernikahan.

Apabila saksi tidak ada maka pernikahan itu tidak sah. Adapun

kedudukan/fungsi saksi dalam pernikahan adalah sebagai berikut:

a) Untuk lebih menjaga apabila ada tuduhan atau kecurigaan orang lain

terhadap pergaulan mereka

b) Untuk menguatkkan janji mereka berdua, begitu pula terhadap

(50)

Allah Swt. Berfirman: seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai...” (Q.S. al-Baqarah: 282).

Adapun syarat-syarat saksi dalam pernikahan yaitu:

a) Dua orang laki-laki

b) Beragama Islam

c) Baligh

d) Berakal

e) Merdeka dan adil

f) Bisa melihat dan mendengar

g) Memahami bahasa yang digunakan dalam akad

h) Tidak sedang melaksanakan ihran haji/umrah

i) Hadir dalam acara ijab qabul

6. Ijab Qabul

Ijab yaitu ucapan wali (dari pihak perempuan) atau wakilnya

(51)

pengantin laki-laki atau wakilnya sebagai tanda penerimaan. Adapun

syarat-syarat ijab qabul adalah:

a) Menggunakan kata yang bermakna menikah atau mengawinkan, baik

bahasa Arab maupun padanan kata itu dalam bahasa Indonesia atau

bahasa daerah sang pengantin

b) Lafal ijab qabul diucapkan pelaku akad nikah

c) Antar ijab dan qabul harus bersambung dan tidak boleh diselingi

perkataan atau perbuatan lain

d) Pelaksanaan ijab dann qabul harus berada pada satu tempat serta tidak

dikaitkan dengan suatu persyaratan apapun

e) Tidak dibatasi dengan waktu tertentu

7. Mahar

Mahar atau mas kawin adalah pemberian wajib bagi suami kepada

istri sebab pernikahan. Bisa berupa uang, benda, perhiasan, atau jasa seperti mengajar Al Qur‟an. (Rasjid, 2013: 293)

Jenis macam mahar ada dua, yaitu:

a) Mahar musamma, yaitu mahar yang disebutkan jenis dan jumlahnya

pada waktu akad nikah berlangsung

b) Mahar mitsil, yaitu mahar yang jenis atau kadarnya diukur sepadan

dengan mahar yang pernah diterima oleh keluarga terdekat dengan

(52)

Pembayaran mahar dapat dilaksanakan secara kontan atau dihutang

(Hafsah, 2013:133). Apabila kontan maka dapat dibayarkan sebelum dan

sesudah nikah. Apabila pembayaran dihutang maka:

a) Wajib dibayar seluruhnya, apabila sudah dicampuri atau salah satu

dari keduanya meninggal.

b) Wajib dibayar separuh, apabila mahar telah disebut pada waktu akad

dan suami telah mencerai istri sebelum dicampuri. Apabila mahar

tidak disebut dalam akad nikah (mitsil) maka suami hanya wajib

memberikan mut‟ah.

8. Macam-macam pernikahan terlarang a) Nikah mut‟ah

Nikah mut‟ah adalah nikah yang dilakukan oleh seseorang

dengan tujuan semata-mata untuk melampiaskan hawa nafsu dan

bersenang-senang untuk sementara waktu.

b) Nikah syighar (kawin tukar)

Nikah syighar ialah wali bagi seorang perempuan menikahkan

yang ia walikan kepada laki-laki lain tanpa mas kawin, dengan

perjanjian bahwa laki-laki itu akan memberikan imbalan yaitu mau

(53)

c) Nikah muhallil

Nikah muhallil adalah nikah yang dilakukan seseorang dengan

tujuan untuk menghalalkan perempuan yang dinikahinya bagi bekas

suaminya yang telah mentalak tiga, untuk kawin lagi.

d) Nikah beda Agama

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu” (Q.S. al-Baqarah: 221).

C. Metode Peer Lesson

1. Pengertian Metode Peer Lesson

Metode berasal dari bahas Yunani “Metodhos” yang berarti cara

atau jalan yang ditempuh. Jadi, metode adalah suatu cara yang digunakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Metode Peer Lesson merupakan salah satu bentuk pembelajaran

dari teman sebaya. Menurut Silbermen (2007:173) Peer Lesson adalah

sebuah stategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas yang

menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para pesrta didik

(54)

2. Strategi Pelaksanaan Metode Peer Lesson

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode

Peer Lesson (mengajar sesame teman), antara lain sebagai berikut:

a. Pertama sekali seorang peserta didik memerhatikan seorang peserta

didik yang telah mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua

tugas dibawah bimbingan guru.

b. Setelah mengenal tugas tersebut, peserta didik dilatih.

c. Setelah lulus, ia menjadi pelatih untuk menjadi peserta didik

selanjutnya.

d. Metode ini dapat dilaksanakan jika:

1) Semua tahap yang membutuhkan latihan satu persatu

2) Latihan kerja, latihan formal, dan magang.

Langkah–langkah pelaksanaan metode Peer Lesson (mengajar

sesama teman) sebagai mana yang disampaikan oleh Isman (2016) adalah

sebagai berikut:

a. Pendidik menjelaskan topik, tujuan pembelajaran dan langkah/

kegiatan yang akan dilalui peserta didik.

b. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas

4-6 peserta didik secara merata (setiap kelompok terdapat peserta didik

(55)

c. Di dalam kelompoknya, peserta didik belajar dari dan dengan sesama

teman lain dengan cara yang saling menguntungkan serta berbagi

pengetahuan, ide, dan pengalaman masing-masing.

d. Setiap anggota kelompok dituntut memberiksn tanggapan dan

pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu

kesimpulan.

e. Setiap kelompok merumuskan hasil diskusinya dalam dalam satu

kesimpulan atas dasar kesepakatan bersama.

f. Beberapa menit kemudian (sekitar 20 menit), salah satu anggota

masing-masing kelompok secara bergiliran mengajarkan hasil

temuannya dihadapan kelompok lain.

g. Setiap kelompok diminta memberikan tanggapan (kritik, saran,

pendapat, pertanyaan, dan komentar).

h. Perbedaan pendapat didiskusikan sampai permasalahan terpecahkan.

i. Setiap masalah baru yang muncul dicatat oleh pendidik dan diberikan

solusinya.

j. Pendidik member kesimpulan permasalahan dan pemecahannya

sehingga pemahaman setiap peserta didik seragam.

k. Penilaian dilakukan oleh pendidik saat proses pembelajaran sedang

(56)

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Peer Lesson

Bebrapa kelebihan metode Peer Lesson (mengajar sesama teman),

antara lain sebagai berikut:

a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

b. Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran.

c. Meningkatkan interaktif social peserta didik dalam pembelajaran.

d. Mendorong peserta didik ke arah berfikir tingkat tinggi.

e. Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok.

f. Meningkatkan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri.

g. Membangun semangat bekerja sama.

h. Melatih keterampilan berkomunikasi.

i. Meningkatkan hasil belajar.

Di samping memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki

beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut:

a. Terbatasnya peserta didik yang dapat dilatih dalam satu periode

tertentu

b. Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk

memelihara kualitas

c. Memerlukan waktu yang relatif lama

d. Jika peserta didik tidak memiliki dasar pengetahuan yang relevan

(57)

e. Kemungkinan didominasi oleh peserta didik yang suka berbicara,

pintar, atau yang ingin menonjolkan diri.

f. Tidak semua pendidik benar-benar memahami cara masing-masing

peserta didik bekerja dikelompok.

g. Perlu dimodifikasi agar sesuai diterapkan pada peserta didik.

(58)

BAB III

METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang ditetapkan adalah penelitian tindakan

kelas (PTK). Tahap ini merupakan penentuan focus peristiwa yang perlu

perhatian khusus untuk diamati. Selanjutnya peneliti membuat instrument

pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan

berlangsung (Suhardjono, 2008:75).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu strategi

pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses

pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah

(Uno, 2011: 63).

Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan untuk memperbaiki

kualitas mutu belajar di kelas, penelitian tindakan kelas ini berfokus pada

suatu proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas input kelas

(materi, silabus) atau input (hasil belajar). Penelitian tindakan kelas ini

harus tepat mengenai hal-hal yang terjadi di kelas (Arikunto, 2006:58).

a. Subjek Penelitian

(59)

b. Siklus Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini terdapat beberapa tahapan

yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan

refleksi yang diikuti perencanaan ulang (Arikunto, 2006:104).

Gambar 1. Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK

c. Instrumen Penelitian

1) Silabus

2) RPP

3) Lembar Observasi Siswa Selama KBM

4) Lembar Kegiatan Siswa

Perencanaan

Refleksi Silkus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Silkus II Pelaksanaan

Pengamatan

(60)

5) Test Formatif

2. Pengumpulan Data a. Metode tes

Data tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa sebelum mendapatkan perlakuan dan mengetahui perkembangan

siswa setelah mendapatkan perlakuan. Data dari tes tersebut

didokumentasikan dan dianalisis untuk mengetahui tingkat kemajuan

hasil belajar siswa.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data

yang mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, majalah

prasasti, surat kabar, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya

(Margono, 2007:187).

c. Metode Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti melalui suatu pengamatan, dengan dilakukan

pencatatan-pencatatan terhadap objek sasaran. Observasi merupakan

sebuah kegiatan pengamatan untuk melihat seberapa jauh pengaruh

atas tindakan yang telah dicapai sasaran (Arikunto, 2006:127).

Tahap pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu guru rekan

sejawat sebagai observasi melakukan pengamatan dan mencatat semua

(61)

berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dalam format observasi

yang telah disusun.

Pengamatan dilakukan dari waktu ke waktu untuk melihat

dampak proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan berupa

data kualitatif. Kegiatan observasi ini pada hakikatnya adalah

mengetahui apakah tujuan PTK ini tercapai atau tidak.

3. Analisis Data

Analisis ini untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam

melakukan pembelajaran PAI khususnya pelajaran Fiqih. Dalam

penelitian ini tekniknya yaitu menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif, yaitu si peneliti menggunakan metode penelitian yang bersifat

fakta atau menggambarkan sebuah kenyataan mengenai data yang

didapatkan.

Data yang didapat yaitu sebagai pedoman untuk mengetahui

seberapa jauh hasil belajar yang sudah dicapai oleh peserta didik dan

untuk mengetahui seberapa jauh respon peserta didik terhadap proses

kegiatan pembelajaran.

Untuk dapat mengetahui presentase tingkat keberhasilan pada

peserta didik setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar maka setiap

pertemuan ataupun tatap muka maka harus dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi yang berupa tes baik itu tes lisan maupun tertulis.

(62)

lebih dalam lagi mengenai hasil belajar dalam mata pelajaran Fiqih

munakahat. Peneliti juga menggunakan strategi pembelajaran yang aktif

sehingga akan mampu memberikan gambaran ataupun bukti keadaan yang

diteliti. Dalam penelitian ini telah ditetapkan indikator kelulusan

penelitian.

Adapun indikator kelulusan penelitian ini dibuat sebagai berikut:

a. KKM kelulusan untuk individual sesuai standar nasional dalam mata

pelajaran Fiqih yaitu 75

b. KKM kelas ditetapkan 85% peserta didik yang tuntas dari keseluruhan

siswa.

H. Profil Sekolah

1. Sejarah Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali

Pada mulanya Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali (MAN)

Boyolali sebelum ada perubahan dan penyederhanaan bentuk serta

struktur persekolahan, bernama Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)

6 Tahun Boyolali yang didirikan pada Tahun 1967 dengan Surat

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 17/1967 dan sebagai Kepala

Sekolah yang pertama adalah Bapak Soeparno merangkap Kepala Dinas

Pendidikan Agama Kabupaten Boyolali, kemudian pada Tahun 1968

dijabat oleh Bapak Pardijo, B.A sampai Tahun 1982.

Pendidikan Guru Agama Negeri merupakan salah satu lembaga

(63)

(MI) maupun dari Sekolah Dasar (SD), dengan lama pendidikan 6 tahun

yang dibagi menjadi dua tahap yaitu :

a. Pendidikan Guru Agama tingkat Pertama (PGAP) 4 tahun setingkat

dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama plus satu tahun

b. Pendidikan Guru Agama tingkat Atas (PGAA) 2 tahun setingkat

dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

Sedangkan lulusan Pendidikan Guru Agama Negeri dipersiapkan

untuk mengajar pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) maupun di Sekolah Dasar

(SD) sebagai Guru Agama.

Pada waktu itu Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 Tahun

Boyolali menempati gedung milik Yayasan Pendidikan Islam Boyolali

(Yapenkib) yang didirikan oleh Guru-guru Agama daerah Kabupaten

Boyolali dan berlokasi dikampung Pusung Kelurahan Banaran

Kecamatan Kota Boyolali. Karena animo masyarakat dan perkembangan

sekolah semakin meningkat sehingga membutuhkan fasilitas yang lebih

memadai, maka pada tahun anggaran 1975 / 1976 oleh Pemerintah

diberikan Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan Guru Agama Negeri

(PGAN) Boyolali yang berlokasi di Kalurahan Siswodipuran Boyolali

dengan mendapat bantuan tanah dari Pemerintah Daerah setempat seluas

4000 m2.

Pembangunan gedung tersebut meliputi tiga buah ruang belajar

(64)

Rp12.500.000,- ( dua belas juta lima ratus ribu rupiah ). Selanjutnya

berturut-turut pada tahun anggaran berikutnya yaitu tahun 1976 / 1977

diberikan proyek pembangunan lagi untuk tiga ruang belajar lengkap

dengan meubeleirnya sebesar Rp13.500.000,- ( tiga belas juta lima ratus

ribu rupiah), dan pada tahun anggaran 1977 / 1978 memperoleh proyek

pembangunan lagi untuk membangun tiga ruang belajar dengan

meubeleirnya dan ruang urinoirnya untuk siswa dengan anggaran sebesar

Rp13.800.000,- (tiga belas juta delapan ratus ribu rupiah).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama R.I. No. 74 Tahun

1978 tentang penyederhanaan bentuk serta struktur persekolahan, maka

mulai Tahun ajaran 1977 / 1978 Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)

Boyolali berubah nama dan strukturnya sebagai berikut :

a. Untuk Kelas I, II, III ; menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan menempati

gedung lama milik Yapenkib di kampung Pusung Kalurahan Banaran

Kecamatan Kota Boyolali, dengan Kepala Sekolah Bapak Sufyan, Fa

b. Untuk Kelas IV, V, VI ; menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan menempati

gedung baru yang berasal dari proyek dan berlokasi di kampung

Siswodipuran Kalurahan Siswodipuran Kecamatan Kota Boyolali,

dengan Kepala Sekolahnya Bapak Pardijo, B.A yang menjabat sampai

(65)

Mulai Tahun Ajaran 1982 / 1983 Kepala Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) Boyolali dijabat oleh Bapak Drs. Wahyudi yang semula sebagai

guru SMA Muhammadiyah I Surakarta di Surakarta.

Dengan adanya perubahan tersebut, maka Madrasah Aliyah

termasuk Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Boyolali yang merupakan

Lembaga Pendidikan yang menjadikan mata pelajaran Agama Islam

sebagai mata pelajaran dasar minimal 30 % dan mata pelajaran umum 70

%. Disamping itu akibat adanya perubahan tersebut maka untuk tahun

anggaran berikutnya bantuan proyek pembangunannya tidak dilanjutkan,

sehingga sesuatu yang diperlukan diusahakan sendiri dengan swadaya.

Itulah sekilas gambaran ringkas tentang sejarah berdirinya

Madrasah Aliyah Negeri ( M A N ) Boyolali.

CATATAN KHUSUS

a. Perintis PGAN 6 Tahun Boyolali dimulai dengan berdirinya PGA

Muhammadiyah yang kemudian dinegerikan

b. Mengingat animo masyarakat Boyolali sangat besar PGAN 6 Tahun

Boyolali tidak mampu menampung siswa yang berasal dari seluruh

wilayah Kab. Boyolali dan juga dari daerah-daerah lain maka didirikan

lagi PGA 6 Tahun Muhammadiyah Boyolali yang juga bertempat di

Pusung, Banaran, Boyolali dengan Kepala Sekolahnya Bp. H.

Fachrudin, B.A yang periode selanjutnya sampai berubah menjadi

(66)

c. Sampai dengan Tahun 2008 Kepala Sekolah MAN / PGAN Boyolali

telah mengalami 8 kali berganti Kepala Sekolahnya yaitu :

1) Bp. H. Pardijo, B.A s/d Tahun 1982

2) Bp. Drs. Wahyudi s/d Tahun 1991

3) Bp. Suharto, B.A s/d Tahun 1999

4) Bp. Drs. Hadis s/d Tahun 1999

5) Bp. Drs. H. Sjatibi s/d Tahun 2003

6) Bp. Drs. H. Qowa‟id s/d Tahun 2006

7) Bp. H. Chusni, M.Pd s/d Tahun 2007

8) Bp. Drs. H. Cholid Trenggono, M.Pd. mulai April 2007 sampai

sekarang.

2. Letak Geografis Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali

Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali merupakan salah satu lembaga

Pendidikan Islam yang bernaung di bawah pembinaan dan pengawasan

Departemen Agama, yang terletak di jalan Kates Kelurahan Siswodipuran

Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali dengan kode pos 57311 dan

nomor telepon (0276) 321097.

3. Visi Dan Misi Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali

Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki visi dan misi atau suatu

tujuan yang hendak dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Karena dengan adanya visi dan misi tersebut akan membuat langkah

(67)

Demikian juga dengan Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali sebagai

sebuah lembaga pendidikan formal tentu tidak terlepas pada sebuah visi

dan misi yang dicanangkan dan hendak dicapai. Adapun visi dan misi

Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali adalah :

a. Visi

Terwujudnya madrasah yang berkualitas Unggul dalam Imtaq

dan Iptek.

b. Misi

1) Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan Agama

Islam dan Tata Nilai yang berlaku

2) Mengembangkan potensi diri peserta didik secara optimal dan

profesional dengan pengembangan sarana dan prasarana

pendidikan yang memadai

3) Mewujudkan peserta didik yang islami, sehat jasmani-rohani,

cerdas, terampil dan berprestasi.

c. Tujuan

1) Terwujudnya lulusan yang unggul di bidang akademik dan non

akademik serta berakhlaqul karimah

2) Terwujudnya SDM pengelola yang berkompetensi utuh

3) Terbentuknya budaya akademis islami yang unggul

4) Terciptanya lingkungan Madrasah yang bersih, indah dan

(68)

5) Tercapainya Standart Pendidikan Nasional

4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali

Struktur organisasi Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali terdiri dari :

a. Kepala Madrasah : Drs. H. Cholid Trenggono, M.Pd

b. Waka Kurikulum : Drs. Mursito

c. Waka Kesiswaan : Drs. Much Hadi Isnanta

d. Waka Sarpras : Drs. Taufiq Hidayat

e. Waka Humas : Drs. M. Zunaedi.

f. Koordinator BP : Dra. Jujur Prishastini

g. Ka Urs. T U : Suwandi

h. Bendahara Rutin : Subani

i. Kepala Perpus : Dra. Sri Lestari

j. Bapak/ Ibu Guru Pengajar

k. Staf Kantor

5. Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu

yang mendukung dan menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar

di Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali, tidaklah mungkin pelaksanaan

pendidikan akan berjalan dengan lancar dan mencapai suatu hasil yang

memuaskan tanpa ditunjang oleh suatu sarana dan prasarana yang

Gambar

Gambar 1. Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK
Tabel  3. Daftar Guru dan Karyawan
Tabel 4.1 Hasil Tes Pra Siklus
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan terhadap Guru Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara

Pada umumnya nilai kapasitansi dari komponen ini tidak akan berubah apabila dirancang di suatu sistem bila frekuensi yang melaluinya lebih kecil atau sama dengan

Ketua Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Suarakarta menerangkan bahwa nama-nama mahasiswa PPG dalam

Alat dinamometer ini dapat digunakan oleh kendaraan beroda empat maupun kendaraan beroda dua (sepeda motor) dan bersifat real time. Data yang didapatkan saat Snap shot

Dengan meningkatnya berat jenis pada batuan yang makin dalam letaknya, maka kadar besi  juga akan semakin meningkat, sehingga pada selubung bumi mempunyai kemungkinan

Berdasarkan hasil analisis data observasi, mengacu pada ciri-ciri sikap bahasa yang diungkapkan oleh Garvin Mathiot, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa

PG Tasikmadu adalah satu dari sejumlah pabrik gula yang didirikan pada masa kolonial Hin dia Belanda dan masih bertahan hingga hari ini.. Seka rang, PG Tasikmadu berada dalam pe

Peneliti berasumsi bahwa imunisasi merupakan pemberian kekebalan buatan terhadap tubuh anak dengan memasukkan kuman lemah yang berfungsi untuk memberi kekebalan terhadap tubuh dari