• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif permainan estafet sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada materi protista - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif permainan estafet sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada materi protista - USD Repository"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PERMAINAN ESTAFET SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XA SMA BUDYA WACANA

YOGYAKARTA PADA MATERI PROTISTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh: Margaretha Bertie Riyani

NIM: 101434011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini Ku persembahkan kepada:

Kedua orang tuaku, Alm. Bapak Yosaphat Sumardi dan

Ibu Tumpinah Kasmin

Mas Feliks Anggie Purwoko dan keluarga besar yang selalu

mendoakan dan mendukungku

Mas Yosef Triadi Nugroho yang senantiasa memberi

semangat dalam hidupku

SMA Budya Wacana Yogyakarta

Sahabat-sahabatku tercinta, Pendidikan Biologi 2010

Almamaterku,

(5)

v MOTTO

We cannot all do great things,

But we can do small things with great love.

~Mother Teresa~

Orang yang paling berbahagia

tidak selalu memiliki hal-hal terbaik..

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Margaretha Bertie Riyani. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Permainan Estafet sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar

Biologi Siswa Kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada Materi Protista. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada materi Protista dengan metode permainan estafet. Subjek dalam penelitian ini adalah 20 siswa kelas XA semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 di SMA Budya Wacana Yogyakarta. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observation), dan refleksi (reflection).

Motivasi siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan metode permainan estafet adalah sebanyak 80% siswa memiliki motivasi yang tinggi, dan 20% siswa memiliki motivasi yang cukup. Persentase pencapaian KKM aspek kognitif siswa pada post test siklus I adalah 25%, dan meningkat pada siklus II menjadi 35%. Nilai rata-rata kelas siklus I sebesar 52,5 menurun pada siklus II menjadi 50.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran permainan estafet dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada materi Protista. Namun, keberhasilan penelitian ini tidak berbanding lurus dengan hasil aspek kognitif.

(9)

ix ABSTRACT

Margaretha Bertie Riyani. 2014. Application of Relay Games Cooperative Learning Model as Effort to Increase Motivation and Student's Biology Study

Result of XA Class of Budya Wacana Yogyakarta Senior High School on Protists Subject. Thesis. Biology Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was aimed to increase motivation and student’s biology study

results of XA class of Budya Wacana Yogyakarta Senior High School on Protists subject by applying relay games method. The subjects of this research were 20 students of XA class in first semester of the year 2013/2014 at Budya Wacana Yogyakarta Senior High School. This classroom action research was conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages; there are planning, acting, observation, and reflection.

Student motivation after learning with the relay games method is as much as 80% of students have high motivation, and 20% of students have enough motivation.Percentage study result of student’s cognitive aspect on first cycle was

25%, and increase on second cycle became 35%. The average score of the class on first cycle was 52,5 and decline on second cycle became 50.

Based on this result, it can be concluded that application of relay games learning method can increase motivation and biology study result of XA class of Budya Wacana Yogyakarta Senior High School on Protists subject. But, in the

case of cognitive aspect it wasn’t increase.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan kuasa-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF PERMAINAN ESTAFET SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA PADA MATERI PROTISTA” bertujuan untuk memenuhi persyaratan gelar kesarjanaan di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selama ini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mendorong, dan memberi masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Sih Hendri Saptati, S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran Biologi di SMA Budya Wacana Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv

MOTTO……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……… vii

ABSTRAK……… viii

ABSTRACT………... ix

KATA PENGANTAR………. x

DAFTAR ISI……… xii

DAFTAR GAMBAR……….. xv

DAFTAR TABEL……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah………... 6

C. Batasan Masalah………. 1. Objek Penelitian ………... 2. Parameter ……….. D. Tujuan Penelitian………... 7

E. Manfaat Penelitian………..

1. Bagi Guru/Sekolah ………..

2. Bagi Siswa ………

(13)

xiii

3. Bagi Peneliti ………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 9

A. Belajar dan Pembelajaran ………... 9

B. Hasil Belajar ………... 1. RanahKognitif ………. 2. Ranah Afektif ………... 3. Ranah Psikomotor ………. C. Motivasi ……….. D. Pembelajaran Kooperatif ……… 11 E. Permainan Estafet (Talking Stick)………... 21

F. Materi Protista ………. 24

G. Hasil Penelitian yang Relevan ………... 25

H. Kerangka Berpikir ………... 25

I. Hipotesis Tindakan ………. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 27

A. Jenis Penelitian ………... 27

B. Variabel Penelitian ……….. 27

C. Setting Penelitian ………... 28 D. Rancangan Tindakan ………..

1. Perencanaan ……….

2. PelaksanaanTindakan ……….

3. Observasi ………. E. Instrumen Penelitian ………...

1. Instrumen Pembelajaran ………...

2. Instrumen Pengumpulan Data ………..

F. Validitas instrumen ……….

(14)

xiv

G. Analisis Data ………...

1. Motivasi Siswa ………..

2. Analisis Hasil Tes ……….

3. Uji One Sample T-Test………..

41 41 45 46

H. Indikator Keberhasilan………... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 47

A. Deskripsi Penelitian ………... 1. Siklus I ……….. 2. Siklus II ………. 47 47 55 B. Hasil dan Analisa Data………... 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa ……… 2. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa ……… 61 61 62 C. Analisis Uji T Post Test Siklus I dan Post Test Siklus II ………... 64

D. Pembahasan ……… 1. MotivasiBelajar Siswa ………. 2. Hasil Belajar Aspek Kognitif ………... 64 64 68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 71

A. Kesimpulan ………. 71

B. Saran ………... 72

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siswa mengerjakan pre test ……….. 48

Gambar 2. Siswa melakukan diskusi kelompok ……… 49

Gambar 3. Siswa melakukan permainan estafet ……… 51

Gambar 4. Siswa mengerjakan post test……… 54

Gambar 5. Siswa melakukan diskusi kelompok ……… 56

Gambar 6. Siswa melakukan permainan estafet ……… 57

Gambar 7. Kategori motivasi belajar siswa ………... 65

Gambar 8. Grafik ketuntasan klasikal aspekkognitif ………... 68

Gambar 9. StrukturAmoeba……….. 101

Gambar 10. StrukturParamecium………. 103

Gambar 11.StrukturTrypanosoma gambiense………. 104

Gambar 12. StrukturToxoplasma gondii………... 106

Gambar 13. StrukturSaprolegnia……….. 108

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi item kuisioner motivasi belajar siswa………... 39

Tabel 2. Kisi-kisi item observasi………... 40

Tabel 3. Kisi-kisi penskoran kuisioner motivasi siswa……….. 42

Tabel 4. Kategori motivasi siswa………... 44

Tabel 5. Indikator keberhasilan………. 46

Tabel 6. Hasil analisis psikomotor siswa siklus I……….. 52

Tabel 7. Hasil analisis psikomotor siswa siklus II………. 58

Tabel 8. Analisisaspek psikomotor ………... 61

Tabel 9. Analisismotivasi belajar siswa ……… 62

Tabel 10. Analisishasil belajar dan ketuntasan siswa ………... 63

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus………... 75

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………... 77

Lampiran 3. Lembar Kerja Kelompok………... 88

Lampiran 4. Daftar pertanyaan permainan estafet ………. 94

Lampiran 5.HandoutMateri Protista ……… 98

Lampiran 6. Soal pre test ………... 111

Lampiran 7. Soal post test siklus I dan siklus II……… 118

Lampiran 8. Lembar Observasi Siswa……… 131

Lampiran 9. Lembar Kuisioner Siswa ………... 133

Lampiran 10. Pembagian kelompok siswa ……… 136

Lampiran 11. Contoh pekerjaan pre test siswa ……….. 138

Lampiran 12. Contoh pekerjaan siswa dalam permainan estafet siklus I ….. 148

Lampiran 13. Contoh hasil lembar observasi siswa siklus I ……….. 151

Lampiran 14. Contoh pekerjaan post test siklus I siswa ……… 155

Lampiran 15. Contoh pekerjaan siswa dalam permainan estafet siklus II …. 165 Lampiran 16. Contoh pekerjaan post test siklus II siswa ………... 168

Lampiran 17. Contoh pekerjaan kuisioner siswa ………... 176

Lampiran 18. Contoh hasil lembar observasi siswa siklus II ………. 180

Lampiran 19. Daftar hasil perolehan skor kuisioner siswa ……… 184

Lampiran 20. Analisis penghitungan motivasi siswa……… 185

(18)

xviii

Lampiran 22. Surat ijin penelitian danobservasi ………... 189

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Pendidikan saat ini menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia, dengan mendapatkan pendidikan seseorang diharapkan dapat mengalami perubahan ke arah yang positif. Perkembangan peradaban manusia dalam bidang pendidikan dapat diwujudkan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, penyediaan bahan ajar yang memadai dan penyediaan sarana belajar.

(20)

belajar. Fakta lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran tidak selalu berjalan mulus, selalu terdapat permasalahan dalam pembelajaran di kelas. Permasalahan tersebut diantaranya motivasi belajar siswa rendah, lingkungan yang tidak kondusif, keterbatasan media, penggunaan model belajar yang kurang sesuai, dan lain-lain. Bagi guru, hal ini merupakan tantangan untuk terus berinovasi dalam pembelajaran sehingga dapat mengarahkan siswa pada pendidikan berkualitas dan kompetensi yang diinginkan bisa tercapai.

Siswa juga mempunyai peran dalam tercapainya kompetensi belajar yang diinginkan, karena posisi siswa sebagai subjek yang ingin dikembangkan ilmu, kualitas, dan karakternya. Peran siswa akan sangat menentukan ketercapaian kompetensi dan tinggi atau rendahnya hasil belajar. Hal ini berkaitan dengan upaya dan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari banyak penelitian yang sudah dilakukan, sikap siswa dalam proses pembelajaran yang aktif dan mempunyai motivasi akan mendapatkan hasil belajar yang baik.

(21)

diperoleh. Dengan adanya motivasi dalam diri siswa, siswa akan cenderung berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan mengikuti proses pembelajaran dengan serius serta lebih sadar dalam pemenuhan kebutuhannya.

Demi tercapainya kompetensi yang diinginkan, guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di kelas, hal ini berkaitan erat dengan model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran. Metode dan model pembelajaran menjadi penentu tercapai atau tidaknya kompetensi yang diharapkan karena metode dan model tersebut merupakan jembatan bagi siswa kepada pengetahuan yang diharapkan bisa dimiliki. Dengan menggunakan model dan metode yang tepat, maka pembelajaran akan berhasil. Metode dan model pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa menyebabkan siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik karena siswa menjadi malas dan tidak dapat berkonsentrasi.

(22)

Penerapan beberapa metode tersebut belum juga membangkitkan motivasi siswa. Suasana belajar di dalam kelas juga kurang kondusif. Hal tersebut dikarenakan siswa kurang berkonsentrasi, ada beberapa siswa yang tidur di kelas dan siswa cenderung ribut dengan temannya. Guru sudah berupaya untuk menjaga kondisi kelas dan mendekati siswa satu per satu namun siswa tetap tidak mau memperhatikan. Terlebih lagi dalam materi yang banyak hapalan. Materi dalam pokok bahasan Protista cenderung menghapal sehingga membuat siswa malas ataupun cepat lupa terhadap materi yang diajarkan. Dalam materi Protista, materi yang dijelaskan pun banyak menggunakan kata-kata ilmiah dalam penamaan contoh-contoh Protista, sehingga sulit untuk dimengerti siswa.

(23)

dikarenakan kurangnya motivasi siswa sehingga siswa tidak antusias, dan cenderung menyepelekan dalam mengikuti pembelajaran.

Fenomena-fenomena yang muncul di kelas XA menunjukkan bahwa ada beberapa masalah dalam proses pembelajaran di kelas tersebut. Maka dari itu, perlu dilakukan sebuah upaya perubahan strategi pembelajaran yang diharapkan mampu membangun motivasi siswa untuk belajar Biologi dengan memanfaatkan interaksi antar siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam kondisi kelas XA SMA Budya Wacana adalah metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui hasil kerja sama antar siswa dalam kelompok.

Dari berbagai macam tipe pembelajaran kooperatif, tipe yang dirasa sesuai dengan kondisi kelas XA SMA Budya Wacana adalah permainan estafet. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang sudah dimodifikasi, dimana siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok secara acak dan siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kartu soal. Semakin banyak jawaban benar dalam kelompok akan memberikan nilai lebih bagi kelompok tersebut. Dengan situasi yang demikian diharapkan siswa dapat bekerja sama secara optimal dalam kelompok.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan upaya yang dilakukan oleh guru sebagai kolaborator dalam peningkatan kualitas pembelajaran, maka

(24)

Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XA SMA Budya Wacana

Yogyakarta pada Materi Protista”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif permainan estafet dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada materi Protista?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari segi kognitif dan segi psikomotor serta motivasi siswa.

2. Parameter

(25)

3. Materi

Materi yang akan dikenai tindakan adalah Protista yang dipelajari pada kelas X semester 1 dalam Standar Kompetensi: 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Pada Kompetensi Dasar 2.3. Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista dan peranannya bagi kehidupan. Dalam penelitian tindakan ini, hanya menggunakan materi Protista pada subbab Protista mirip jamur dan Protista mirip hewan beserta peranannya masing-masing.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran di kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada materi Protista dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif permainan estafet untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan adalah: 1. Bagi Guru/ Sekolah

(26)

• Sebagai referensi bagi sekolah untuk menentukan kebijakan dalam penerapan model pembelajaran dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sekolah.

2. Bagi Siswa

Meningkatkan motivasi siswa khususnya di kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada mata pelajaran Biologi, terkhusus pada materi Protista sehingga timbul kesadaran bagi siswa untuk mempelajari dengan sungguh materi yang disampaikan oleh guru dan berdampak pada hasil belajarnya.

3. Bagi Peneliti

(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

James O. Whittaker dalam Djamarah (2011) merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Drs. Slameto dalam Djamarah (2011) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011).

Belajar berbeda pengertian dengan pembelajaran. Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004). Dalam pembelajaran, guru menyediakan fasilitas bagi peserta didik untuk dipelajari, dan pembelajaran berpusat pada siswa.

(28)

1. Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, dan lain-lain.

2. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan), artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain.

3. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.

4. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi pertambahan perubahan dalam diri individu. Perubahan yang diperoleh senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

5. Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas individu.

6. Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidaknya untuk masa tertentu.

(29)

B. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2009). Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yaitu tujuan instruksional, proses belajar mengajar dan hasil belajar. Ketiga unsur ini saling berkaitan. Dalam proses belajar mengajar terdapat tujuan instruksional, dan dalam tujuan instruksional terdapat proses belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar akan didapatkan hasil belajar, sebagai tindakan untuk melihat sejauh mana tujuan instruksional telah dikuasai oleh siswa yang diperlihatkan setelah menempuh pengalaman belajar. Kaitan antara proses dan hasil belajar adalah pada hasil belajar dapat diketahui keefektifan proses belajar mengajar dan sebaliknya, keefektifan proses belajar mengajar dapat diketahui dari hasil belajar.

(30)

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi dan kreasi.

a. Pengetahuan atau ingatan (knowledge)

Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui.

b. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, misalnya menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dari bentuk tertentu ke bentuk lain.

c. Aplikasi atau penerapan (application)

Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru.

d. Analisis (analysis)

(31)

e. Evaluasi (evaluation)

Mengevaluasi adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah memeriksa dan mengkritik.

f. Kreasi (creating)

Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi (Siyamta, 2013).

2. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap atau perilaku, ciri-ciri dari hasil belajar afektif akan nampak dalam perilaku peserta didik. Ranah afektif dibagi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu penerimaan, partisi-pasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

a. Penerimaan

Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

b. Partisipasi

(32)

c. Penilaian

Penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. d. Organisasi

Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima, ditempatkan pada suatu skala nilai, mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.

e. Pembentukan Pola Hidup

Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri (Winkel, 2004).

3. Ranah psikomotorik

(33)

a. Persepsi

Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b. Kesiapan

Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan Terbimbing

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

d. Gerakan yang Terbiasa

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

e. Gerakan Kompleks

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. f. Penyesuaian Pola Gerakan

(34)

g. Kreativitas

Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri (Winkel, 2004).

Ketiga ranah tersebut menjadi objek hasil belajar. Dalam tujuan pembelajaran, ketiga ranah tersebut harus ada dalam rancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Ranah kognitif yang biasanya menjadi konsentrasi utama karena berkaitan dengan kemampuan siswa, namun kemampuan softskill lain yang selalu diupayakan perkembangannya adalah kemampuan afektif. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, jika siswa sudah memahami materi yang diajarkan yang kemudian tampak dalam kecenderungan berperilaku sesuai dengan ranah kognitif dan afektif maka akan muncul kemampuan motoriknya.

Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar: a) faktor lingkungan (alami dan sosial budaya),

b) faktor instrumental (kurikulum, program, sarana dan fasilitas, guru), c) kondisi fisiologis (fisik dan panca indra),

d) kondisi psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif) (Djamarah, 2011).

C. Motivasi

(35)

tersebut bertindak atau berbuat. Mc. Donald dalam Djamarah (2011) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Daryanto dan Rahardjo (2012) mengungkapkan bahwa motivasi merupakan proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi mempunyai karakteristik yaitu sebagai hasil dari kebutuhan, terarah pada suatu tujuan, dan menopang perilaku (Surya, 2004).

Motivasi mempunyai fungsi sebagai berikut:

a) mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik,

b) motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik,

c) motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran,

d) motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran menjadi lebih bermakna.

(36)

a) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri dari lubuk hati yang paling dalam,

b) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik, seperti adanya nasihat, reward (penghargaan), hukuman, dan lain-lain. Motivasi eksternal diperlukan agar anak didik mau belajar, misalnya untuk memperoleh nilai tinggi.

Motivasi mempengaruhi tingkat keberhasilan atau kegagalan belajar, dan pada umumnya belajar tanpa motivasi akan sulit untuk berhasil. Oleh sebab itu, pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, dan minat yang dimiliki oleh peserta didik. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan hanya melengkapi elemen pembelajaran, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pembelajaran yang efektif. Memotivasi bukan sekadar mendorong atau memerintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain (Sani, 2013).

(37)

tidak hanya memberi kekuatan pada daya-upaya belajar, tetapi juga memberikan arah yang jelas.

Motivasi belajar yang tinggi, terutama motivasi intrinsik, mendorong untuk mencari makna di dalam materi yang sedang dipelajari dan membantu untuk menemukan makna seluruh usaha belajar bagi pengembangan diri. Siswa yang memiliki minat, ingin memenuhi kebutuhan untuk memperkaya diri, bersikap positif terhadap belajar di sekolah dan beraspirasi untuk maju, berada dalam kondisi yang memungkinkan kemampuan kognitif akan berkembang; siswa ini menggali makna serta mendapat kepuasan. Lama-kelamaan, kepuasan ini menjadi sumber motivasi bagi usaha selanjutnya. Dengan kata lain, siswa memberi penguatan atau peneguhan pada diri sendiri yang berisikan informasi bahwa belajar itu bermakna baginya, dan karena itu dia boleh merasa puas (Winkel, 2004).

D. Pembelajaran Kooperatif

(38)

meng-kritik ide orang lain, berani mempertahankan pikiran yang logis, dan berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk menjalin hubungan interpersonal (Sani, 2013).

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2005).

Pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan model lainnya yaitu sebagai berikut:

a. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar,

b. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam,

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

(39)

guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang

bercirikan: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang bermanfaat, seperti

fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Dalam uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok (Suprijono, 2009).

E. Permainan Estafet (Talking Stick)

(40)

meng-ajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru (Marya, 2011).

Suprijono (2009) mengungkapkan bahwa model talking stick mendorong peserta didik berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran diawali penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca, mempelajari materi tersebut. Guru memberikan waktu cukup untuk aktivitas ini. Selanjutnya meminta peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan. Tongkat diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan guru demikian seterusnya.

Model pembelajaran talking stick dapat menciptakan suasana menye-nangkan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa akan lebih aktif karena memiliki hak untuk mengungkapkan pendapat atau menjawab pertanyaan dari guru. Keunggulan model talking stick adalah membuat siswa lebih aktif, menguji kesiapan siswa, melatih pemahaman siswa, dan menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (Wardani, 2013).

Uno (2011) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran talking stick sebagai berikut:

(41)

2. guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan pada siswa untuk membaca dan mempelajari materi,

3. setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, siswa dipersilakan untuk menutup bukunya,

4. guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,

5. tongkat disampaikan secara estafet pada peserta didik yang lain, disertai dengan kegiatan tanya-jawab,

6. demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru,

7. guru membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan, 8. guru membuat evaluasi pada akhir pembelajaran.

Sementara menurut (Suyatno, 2009) mengungkapkan bahwa sintaknya pembelajaran talking stick adalah: (a) informasi materi secara umum, (b) membentuk kelompok, (c) pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, (d) tiap kelompok menulis-kan pertanyaan dan diberimenulis-kan kepada kelompok lain, (e) kelompok lain menjawab secara bergantian, (f) penyimpulan, dan (g) refleksi serta evaluasi.

(42)

menuliskan jawaban pada kartu soal yang dibagikan pada masing-masing kelompok setelah diskusi kelompok selesai dilakukan. Tongkat yang diberikan kepada siswa yaitu berupa markeruntuk menuliskan jawaban pada kartu soal. jumlah dan jenis soal yang dimiliki masing-masing kelompok adalah sama. Kemudian setelah siswa menjawab pertanyaan dalam kartu soal, guru bersama siswa membahas jawaban siswa, dan guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

F. Materi Protista

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi Protista adalah materi belajar pada kelas X semester 1 yang termuat dalam

standar kompetensi: “2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk

hidup.” Kompetensi dasarnya adalah: 2.3. Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista dan peranannya bagi kehidupan. Dengan indikator pembelajaran yang akan dicapai yaitu:

1) mendeskripsikan ciri-ciri Protista,

2) mendeskripsikan ciri-ciri Protista yang menyerupai jamur, dan Protista yang menyerupai hewan,

3) mengklasifikasikan Protista yang menyerupai jamur, dan Protista yang menyerupai hewan, serta

(43)

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Prima (2010) dengan judulTalking StickSebagai Teknik Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Pada Pokok Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Studi Kasus Siswa Kelas V Semester I SDN Sumbersuko II Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekniktalking stickdapat meningkatkan motivasi belajar siswa, pada siklus I berdasarkan angket motivasi siswa adalah 4,07 dengan kategori baik. Pada siklus II diperoleh sebesar 4,58 dengan kategori sangat baik. Peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan angket motivasi sebesar 0,51 atau 51%. Dengan teknik talking stick hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Hasil belajar dari nilai rata-rata sebesar 80,63 pada siklus I meningkat menjadi 86,88 pada siklus II.

H. Kerangka Berpikir

(44)

Hasil penelitian yang relevan menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dapat membuat siswa terlibat aktif serta dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Salah satu contoh metode pembelajaran yang membuat siswa terlibat aktif yaitu diterapkannya pembelajaran kooperatif permainan estafet. Permainan estafet dimainkan dalam kelompok, masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab atas soal-soal yang akan dijawab. Soal-soal yang diberikan berupa gambar dan siswa diminta untuk menjawab jenis Protista yang dimaksud, dan penyakit yang dapat ditimbulkan dari Protista tertentu. Nilai dari jawaban benar akan menjadi nilai kelompok.

Dari proses ini, siswa diajak untuk berperan serta dalam kelompok, memberi kontribusi dalam kelompok, dan aktif dalam kelompok. Selain itu, dengan permainan siswa akan merasa lebih santai dalam mengikuti pembelajaran. Maka dengan ini siswa akan termotivasi untuk berusaha lebih giat dan mendapat hasil belajar yang baik, untuk kelompok maupun dirinya sendiri.

I. Hipotesis Tindakan

(45)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas Partisipan, yaitu peneliti terlibat secara langsung di dalam proses penelitian dari awal pembuatan proposal hingga memperoleh hasil penelitian dalam bentuk laporan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Model Kemmis dan Mc. Taggart ini merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin yang menjadi dasar bagi penelitian tindakan dalam bentuk lain karena Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan. Model Kurt Lewin hampir sama dengan model Kemmis dan Mc. Taggart karena sama-sama dalam satu kali siklus terdiri atas empat komponen yang meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observation), dan refleksi (reflecting).

B. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

(46)

C. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian : SMA Budya Wacana Yogyakarta

2. Subjek Penelitian : Siswa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta 3. Objek Penelitian : Motivasi dan hasil belajar siswa

4. Waktu Penelitian : Bulan November 2013

D. Rancangan Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model classroom action research dari Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pada masing-masing siklus terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus I dan II masing-masing dilakukan dalam dua kali pertemuan. Maka berikut ini tahapan masing-masing siklusnya:

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan penelitian ini adalah: a. Berdiskusi dengan guru mata pelajaran Biologi dan rekan mahasiswa

untuk persiapan penelitian.

(47)

1) Silabus

Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, Kelompok Mata Pelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, alokasi waktu dan sumber belajar (Secara lengkap silabus terdapat dalam lampiran 1).

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berisi gambaran secara menyeluruh dari materi yang akan disampaikan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan, indikator, materi, model dan metode, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, alat dan bahan, serta penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan agar penyampaian materi dalam pembelajaran di kelas lebih efektif dan efisien (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara lengkap terdapat pada lampiran 2).

3) Lembar Kerja Kelompok

(48)

4) Pertanyaan untuk permainan estafet

Pertanyaan pada lembar soal untuk permainan estafet digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi yang diberikan selama pembelajaran (Pertanyaan untuk permainan estafet secara lengkap terdapat pada lampiran 4).

5) Handout

Handout merupakan salah satu sarana untuk mempermudah siswa dalam mempelajari materi Protista. Dimana handout tersebut berisikan ringkasan materi yang akan dipelajari selama kegiatan belajar mengajar berlangsung (Handout secara lengkap terdapat dalam lampiran 5).

c. Membuat instrumen penelitian untuk mengetahui pengaruh digunakannya metode kooperatif permainan estafet dalam pembelajaran meliputi soal pre test, soal post test siklus I dan siklus II, lembar observasi siswa, serta kuisioner.

1) Soal pre test

(49)

2) Soal post test siklus I dan siklus II

Post test siklus I dan siklus II digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi Protista di akhir setiap siklusnya. Post test yang diberikan berupa 20 soal pilihan ganda sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Data hasil test inilah yang digunakan untuk menarik kesimpulan pada akhir penelitian (Soal post test siklus I dan siklus II secara lengkap terdapat pada

lampiran 7).

3) Lembar observasi siswa

Lembar observasi siswa digunakan untuk membantu melihat aktivitas setiap siswa dalam proses pembelajaran. Pada akhir penelitian, lembar observasi siswa digunakan untuk menganalisis tingkat motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II (Lembar observasi siswa secara lengkap terdapat dalam lampiran 8).

4) Kuisioner siswa

(50)

“sangat tidak setuju”. Siswa menjawab pertanyaan dengan

memberikan tanda cek (√) pada lembar kuisioner(Kuisioner siswa secara lengkap terdapat dalam lampiran 9).

d. Membagi siswa dalam kelompok belajar yang dilakukan secara acak dengan arahan dari guru mata pelajaran (Pembagian kelompok secara lengkap terdapat pada lampiran 10).

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti bertindak sebagai penyaji pembelajaran atau guru. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Secara garis besar, kegiatan yang dilakukan dalam setiap siklus adalah: (Kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus secara rinci dapat dilihat

pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

a. Siklus I

1) Pertemuan 1 a) Pre test,

b) Memberikan kuisioner pada siswa untuk mengetahui motivasi belajar pada awal siklus,

(51)

d) Guru mengajak siswa untuk masuk ke dalam kelompok yang telah ditentukan,

e) Guru mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa 1 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan,

f) Guru dan siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas soal dalam Lembar Kerja Siswa 1. Siswa mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran.

2) Pertemuan 2

a) Guru bersama siswa membahas sedikit mengenai materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya,

b) Guru meminta siswa untuk kembali bergabung bersama kelompok pada pertemuan sebelumnya,

c) Guru mengajak siswa melakukan permainan estafet, guru menyampaikan aturan permainan estafet,

d) Siswa melakukan permainan estafet,

(52)

b. Siklus II

1) Pertemuan 1

a) Guru menjelaskan secara singkat proses pembelajaran yang akan dilakukan dan gambaran materi yang akan dipelajari, yaitu mengenai Protista mirip jamur,

b) Guru mengajak siswa untuk masuk ke dalam kelompok yang telah ditentukan,

c) Guru mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa 2 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan,

d) Guru dan siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas soal dalam Lembar Kerja Siswa 2. Siswa mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran.

e) Guru mengajak siswa melakukan permainan estafet, guru menyampaikan aturan permainan estafet,

f) Siswa melakukan permainan estafet,

g) Siswa bersama guru mengoreksi jawaban dari permainan estafet, dan memberi penghargaan bagi kelompok dengan skor tertinggi.

2) Pertemuan 2

a) Siswa mengerjakan post test siklus II

(53)

3. Observasi

Dalam model Kemmis dan Mc Taggart, tindakan dan observasi dilakukan secara bersamaan. Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer rekan mahasiswa guna memantau proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Observasi dan interpretasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran materi Protista dengan penerapan model pembelajaran kooperatif permainan estafet. Hal-hal yang diobservasi meliputi:

1) Kondisi atau suasana belajar pada saat proses belajar mengajar, 2) Tingkat pemahaman yang dilihat dari benar atau salahnya siswa

dalam menjawab pertanyaan dan keaktifan siswa saat proses belajar mengajar,

3) Motivasi belajar siswa pada saat proses belajar mengajar.

(54)

tindakan berlangsung, reaksi dan petunjuk-petunjuk lain yang dapat digunakan sebagai bahan menganalisis dan refleksi. Dalam tahapan ini pula dilakukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa pada akhir siklus dan dilakukan pengisian kuisioner motivasi untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah selesai tahap observasi. Refleksi dilakukan dengan tujuan meninjau kembali proses pembelajaran yang dilakukan pada setiap siklus, menemukan kelebihan dan kekurangannya sehingga dapat diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus berikutnya. Refleksi dilakukan oleh peneliti sehingga peneliti bisa menyimpulkan dari hasil analisis observasi. Diharapkan pada siklus II target capaian yang ditetapkan dalam indikator penelitian sudah tercapai.

E. Instrumen Penelitian

(55)

1. Instrumen Pembelajaran a. Silabus pada K.D. 2.3.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c. Lembar Kerja Siswa

d. Pertanyaan dalam permainan estafet 2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes yang berupa tes kemampuan kompetensi siswa, dan instrumen non tes yang berupa lembar observasi, angket/ kuisioner yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Protista.

a. Instrumen Tes

(56)

Dalam penelitian ini, digunakan tes objektif untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes objektif disusun agar siswa menjawab pertanyaan dengan jawaban-jawaban yang singkat. Jawaban tes objektif bersifat pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar dan jawaban selain kunci jawaban yang ditetapkan ialah salah. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Jenis tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda. Tes pilihan ganda ialah soal yang dilengkapi dengan pilihan jawaban, biasanya ada lima pilihan jawaban dan hanya ada satu jawaban yang benar. Sebelum digunakan, tes objektif yang disusun dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Biologi di SMA Budya Wacana Yogyakarta.

b. Instrumen Non tes

(57)

dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan/ atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis.

Kuisioner dan wawancara pada umumnya digunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorang serta harapan dan aspirasinya disamping aspek afektif dan perilaku individu. Skala dapat digunakan untuk menilai aspek afektif seperti skala sikap dan skala minat serta aspek kognitif seperti skala penilaian (Sudjana, 2009).

Dalam penelitian ini, pengumpulan data motivasi dilakukan dengan memberikan kuisioner pada siswa dan melakukan observasi pada aspek psikomotor siswa. Kuisioner yang dimaksud adalah beberapa pernyataan tertulis yang disusun secara sistematis guna mendapatkan informasi dari narasumber. Kuisioner dapat digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran.

Tabel 1. Kisi-kisi item kuisioner motivasi belajar siswa

Aspek

Penelitian Indikator

Pernyataan Positif Negatif

Motivasi

Keinginan untuk berhasil dan berprestasi

3, 4, 9 10

Lingkungan belajar yang kondusif 13, 14 16 Kemauan kuat untuk belajar 1, 7 2, 6 Penghargaan dalam belajar 11, 15 18 Kegiatan menarik dalam belajar 5, 20 8, 12 Kepuasan dalam mengikuti

pembelajaran

(58)

Selain dengan memberikan kuisioner kepada siswa, peneliti melakukan observasi terhadap tingkah laku (aspek psikomotor) siswa selama kegiatan pembelajaran. Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Pengamat harus terlebih dahulu menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang hendak diobservasinya lalu dibuat pedoman agar memudah-kan dalam pengisian observasi (Sudjana, 2009).

Tabel 2. Kisi-kisi item observasi

Indikator Nomor

Item

Jumlah Item Kemauan siswa untuk bekerja

dalam kelompok

1b, 1c 2

Partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran

1d, 1e, 2c, 2d

4

Rasa senang mengikuti pelajaran dan kegiatan

1a, 2a, 2b 3

F. Validitas Instrumen

(59)

kemampuan instrumen dalam memberikan keseimbangan soal-soal pengukur-annya berdasar tingkat kepentingan dari setiap fenomena. Usefulness menun-jukkan sensitif tidaknya instrumen dalam menangkap fenomena perilaku dan tingkat ketelitian yang ditunjukkan dalam membuat kesimpulan.

Dalam penelitian ini, validitas instrumen dilakukan dengan mengkon-sultasikan instrumen penelitian kepada pihak ahli, yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Biologi di SMA Budya Wacana Yogyakarta.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data nilai hasil post test, observasi terhadap proses pembelajaran dan motivasi siswa. Analisis data dilakukan dengan analisis kuantitatif yang kemudian diolah menjadi data deskriptif. Analisis data yang diperoleh terdiri dari:

1. Motivasi siswa

a. Hasil angket/ kuisioner siswa

1) Pemberian skor

(60)

Tabel 3. Kisi-kisi penskoran kuisioner motivasi siswa

Pernyataan Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Jawaban SS S TS STS SS S TS STS

Skor 4 3 2 1 1 2 3 4

Keterangan:

SS : sangat setuju S : setuju

TS : tidak setuju STS : sangat tidak setuju

Butir-butir pernyataan dalam kuisioner disusun berdasarkan indikator motivasi belajar. Indikator motivasi belajar untuk kuisioner motivasi belajar siswa antara lain:

a) Dorongan belajar dari dalam diri

• Keinginan untuk berhasil dan berprestasi

• Kemauan untuk belajar dan partisipasi aktif siswa selama pembelajaran

• Kepuasan dalam mengikuti pembelajaran b) Dorongan belajar dari luar

(61)

2) Menghitung persentase motivasi siswa

Data respon siswa dianalisis menggunakan perhitungan respon motivasi siswa per individu, yaitu dengan membagi jumlah skor yang dicapai terhadap jumlah skor total. Bila dituliskan dalam persamaan matematisnya adalah sebagai berikut:

= ℎ

ℎ × 100%

b. Observasi psikomotorik siswa

Langkah pertama dalam analisis lembar observasi adalah memberi skor pada lembar observasi. Kemudian data yang diperoleh dijumlah-kan untuk mengetahui skor totalnya, dibuat persentase dengan rumus:

=

× ℎ × 100%

Butir-butir pernyataan dalam lembar observasi disusun berdasarkan indikator observasi. Indikator observasi tersebut antara lain:

1) Kemauan siswa untuk bekerja dalam kelompok 2) Partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran 3) Rasa senang mengikuti pelajaran dan kegiatan

c. Analisis motivasi siswa

(62)

60%, yaitu 40% dari hasil kuisioner siswa dijumlahkan dengan 60% dari hasil observasi kelompok pada siklus I dan siklus II sehingga diperoleh persentase motivasi siswa dari dua aspek tersebut. Jika dirumuskan adalah sebagai berikut:

1) Menghitung rata-rata hasil observasi setiap siswa −

= +

2

2) Menghitung motivasi setiap siswa

= 40 100 ×

+ 60

100 × −

d. Mengkategorikan motivasi siswa

Parameter persentase sikap dan perilaku siswa (motivasi) dan pedoman untuk melihat kategori siswa dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4. Kategori motivasi siswa

Kualifikasi Skor Yang Diperoleh Kategori

81 %–100 % Sangat tinggi

61 %–80 % Tinggi

41 %–60 % Cukup

21 %–40 % Rendah

(63)

Untuk mengetahui persentase siswa yang memiliki motivasi tinggi dan sangat tinggi dilakukan dengan membagi jumlah siswa yang memperoleh persentase motivasi tinggi dan sangat tinggi terhadap jumlah seluruh siswa, kemudian diubah ke dalam persentase dengan rumus:

=

× 100 %

2. Analisis hasil tes

a. Tes diadakan pada setiap siklus untuk mengetahui dan mengukur kemampuan pemahaman siswa terhadap materi. Adapun teknik penskoran tes tersebut adalah:

= ℎ ℎ × 100

b. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dapat diketahui dari persentasi hasil post test pada setiap siklus, yang dilakukan dengan menggunakan rumus perbandingan jumlah siswa yang mencapai KKM ( ) dengan jumlah siswa (N) dikalikan 100%. Perhitungan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM adalah:

% = × 100 %

(64)

c. Skor rata-rata kelas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

− = ∑ ℎ

3. Uji“One Sample T-Test”

One Sample T-Test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata suatu variabel dengan suatu konstanta tertentu atau nilai hipotesa. Nilai yang diperoleh pada setiap tes dibandingkan satu sama lain, yaitu nilai post test siklus I dibandingkan dengan nilai post test siklus II. Kemudian perbedaan hasil yang diperoleh dari perbandingan hasil tiap-tiap tes diuji

dengan “One Sample T-Test” untuk mengetahui apakah ada peningkatan

yang cukup signifikan.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi hasil belajar (hasil tes) dan motivasi.

Tabel 5. Indikator keberhasilan

Indikator Awal Target

Skor rata-rata kelas 63 75

Persen capaian KKM 29,2 % 75 %

(65)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi serta hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor siswa. Perubahan motivasi siswa dilihat dari keterlibatan siswa selama proses pembelajaran serta tanggapan siswa terhadap pembelajaran, sedangkan perubahan hasil belajar ranah kognitif siswa dilihat dari hasil pos test pada setiap akhir siklus. Perubahan hasil belajar ranah psikomotor siswa dilihat dari hasil observasi kelompok.

A. DESKRIPSI PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan di kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta ini dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri atas 4 kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Berikut ini akan diuraikan mengenai proses pelaksanaan penelitian dan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian.

1. Siklus I

a. Perencanaan

(66)

peneliti jug

juga meminta daftar siswa kelas XA untuk menge dalam kelas tersebut. Dari daftar siswa yang dip usun kelompok siswa secara acak dengan arahan

siklus I, peneliti membagi siswa dalam 4 ke -masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa

kan

rtemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Juma 2013, pukul 09.30 –10.50 WIB yang diikuti oleh

. Sebelum memulai proses pembelajaran, hulu melakukan pre test untuk mengetahui pe

wa mengenai materi pokok Kingdom Pr kerjaan pre test siswa dapat dilihat pada lampiran 11

Gambar 1. Siswa mengerjakan pre test

Setelah mengerjakan soal pre test, siswa da tindak sebagai penyaji pembelajaran mel

engetahui jumlah diperoleh, peneliti han dari guru kelas. 4 kelompok, yang

swa.

(67)

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif permainan estafet. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan 1 dijelaskan sebagai berikut.

a) Diskusi Kelompok

Setelah siswa masuk dalam kelompok, peneliti mengajak siswa untuk berdiskusi dalam kelompok dengan mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa.

Gambar 2. Siswa melakukan diskusi kelompok pada siklus I

b) Diskusi Kelas

(68)

mempelajari materi yang telah dibahas untuk dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Kemudian peneliti menutup pelajaran dan memberikan salam.

2) Pertemuan 2

Pertemuan 2 dalam siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 15 November 2013 pukul 09.30–10.50 WIB yang diikuti oleh 20 siswa kelas XA. Sebelum kegiatan dimulai, siswa diajak untuk mengingat kembali mengenai materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan permainan estafet.

Permainan estafet dimulai setelah peneliti bersama siswa mengingat materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Pertama-tama, siswa diajak untuk kembali duduk dalam kelompok yang pada pertemuan sebelumnya telah ditentukan. Kemudian peneliti menyampaikan peraturan dan cara main dalam permainan estafet. Setelah selesai, peneliti menanyakan kepada siswa apakah ada yang belum dimengerti atau tidak. Setelah siswa merasa cukup jelas dengan peraturan yang dijelaskan, kemudian peneliti mengajak siswa untuk memulai permainan estafet.

(69)

marke

arkeryang digunakan untuk menulis jawaban pa at hitungan dimulai, siswa yang berbaris di bagi

ngambil marker dan lembar soal lalu menja sedia dan meletakkan lembar soal yang suda

pat yang sudah disediakan di depan papan t swa kembali ke barisan kelompoknya dan menja akang untuk menunggu giliran selanjutnya. D ing depan menjawab pertanyaan selanjutny akukan oleh siswa pertama. Begitu seterusny

g disediakan terjawab semua.

Setelah semua pertanyaan dijawab oleh bali ke tempat duduk masing-masing. Sat wakilan kelompok maju ke depan untuk meng swa dalam setiap pertanyaan. Setiap jawaba

ompok akan mendapatkan poin 1, dan jawaban kosong tidak mendapat poin (Contoh pekerjaan

rmainan estafet siklus I terdapat dalam lampiran

Gambar 3. Siswa melakukan permainan estafet

n pada lembar soal. bagian paling depan usnya sampai soal

oleh siswa, siswa Satu orang siswa engoreksi jawaban ban benar dalam ban yang salah atau rjaan siswa dalam

piran 12).

(70)

c. Observasi

Peneliti mengobservasi motivasi belajar siswa dari hasil kuisioner yang diisi oleh siswa yang dilakukan pada awal siklus. Peneliti dan mahasiswa lain yang bertindak sebagai observer melakukan observasi aspek psikomotor siswa selama pembelajaran (kegiatan diskusi kelompok dan permainan estafet). Hasil observasi dari siklus I yang dilihat dari rangkuman lembar observasi semua kelompok dijelaskan dalam tabel 6 (Contoh hasil lembar observasi siswa siklus I terdapat dalam lampiran 13).

Tabel 6. Hasil analisis psikomotor siswa siklus I

No Kelompok Skor Keterangan

1 Merah 27 • Semua siswa aktif dalam diskusi kelompok, dan tiga orang siswa mau menanggapi kelompok lain

• Empat siswa antusias dan bersemangat dalam permainan estafet

2 Kuning 24 • Tiga orang siswa aktif dalam diskusi kelompok

• Semua siswa antusias dan bersemangat dalam permainan estafet

(71)

No Kelompok Skor Keterangan bertanya.

• Dua orang siswa tertarik dan antusias dalam permainan estafet

• Ada satu siswa yang bersemangat namun kurang mengikuti aturan yang dibuat 4 Biru 15 • Hanya dua siswa yang berperan aktif

dalam kelompok, sementara 3 siswa lainnya asyik mengobrol dan bermain hand phone

• Hanya dua orang yang antusias dalam permainan estafet

Dari hasil analisis psikomotor siswa, diketahui bahwa hampir semua siswa dalam kelompok terlibat secara aktif selama kegiatan diskusi. Namun beberapa siswa dalam kelompok biru tidak peduli dengan teman lain yang mengerjakan soal dalam LKS melainkan siswa tersebut bermainhand phone dan membicarakan hal lain di luar pelajaran.

(72)

hanya dua orang siswa yang terlihat antusias dan bersemangat dalam permainan estafet. Secara keseluruhan, para siswa belum mengikuti permainan sesuai dengan aturan yang dibuat.

Di akhir pertemuan 2 siklus I, peneliti melakukan evaluasi hasil belajar kognitif siswa melalui post test yang dilakukan di akhir pertemuan. Selain sebagai nilai kognitif, post test dilakukan juga untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada siklus I (Contoh pekerjaan post test siklus I siswa dapat dilihat pada lampiran 14).

Gambar 4. Siswa mengerjakan post test siklus I d. Refleksi

(73)

meningkat-kan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap perencanaan siklus II dilakukan untuk memperbaiki kegiatan pada siklus I. Peneliti mempersiapkan kembali instrumen pembelajaran yang akan digunakan yaitu dengan menambah buku referensi untuk melengkapi materi pembelajaran. Peneliti juga mengurangi jumlah anggota dalam kelompok menjadi 4 orang dalam tiap-tiap kelompok. Pengurangan jumlah anggota dalam kelompok bertujuan agar semua siswa berperan aktif selama pembelajaran, baik dalam diskusi kelompok maupun permainan estafet. Pengurangan jumlah anggota kelompok juga bertujuan untuk membuat siswa menjadi lebih fokus dalam kegiatan diskusi dan permainan estafet.

b. Tindakan

1) Pertemuan 1

(74)

a) Diskusi kelompok

Setelah siswa duduk dalam kelompok, guru membagikan lembar kerja kepada siswa yang berisikan soal untuk didiskusikan bersama rekan sekelompoknya seperti nampak pada gambar 5.

Gambar 5. Siswa melakukan diskusi kelompok pada siklus II

b) Permainan estafet

Setelah diskusi selesai dilakukan, peneliti mengajak siswa untuk kembali melakukan permainan estafet seperti pada siklus I. Setelah permainan estafet selesai, siswa kembali diajak untuk mengoreksi jawaban yang ada pada lembar soal. Kelompok dengan hasil tertinggi mendapat penghargaan dengan harapan siswa semakin termotivasi untuk terus belajar.

(75)

sisw

siswa. Kemudian peneliti menutup pelajaran da salam(Contoh pekerjaan siswa dalam permainan II dapat dilihat pada lampiran 15).

Gambar 6. Siswa melakukan permainan estafe

rtemuan 2

Pertemuan 2 dalam siklus II dilakukan pada ovember 2013 pukul 09.30 – 10.00 WIB yang di swa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta

akukan pada pertemuan 2 adalah kegiatan obse aksanaan post test siklus II dan pengisian k ontoh pekerjaan post test siklus II siswa t

piran 16). (Contoh pekerjaan kuisioner siswa

piran 17).

vasi

eneliti dan mahasiswa lain yang bertindak se ukan observasi aspek psikomotor siswa selam

n dan mengucapkan ainan estafet siklus

afet pada siklus II

pada hari Jumat, 29 g dihadiri oleh 20 rta. Kegiatan yang n observasi, yaitu n kuisioner kedua a terdapat dalam

swa terdapat dalam

(76)

(kegiatan diskusi kelompok dan permainan estafet). Hasil observasi dari siklus II yang dilihat dari rangkuman lembar observasi semua kelompok dijelaskan dalam tabel 7 di bawah ini (Contoh hasil lembar observasi siswa siklus II terdapat dalam lampiran 18).

Tabel 7. Hasil analisis psikomotor siswa siklus II

No Kelompok Skor Keterangan

1 Merah 21 • Tiga siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok, namun kurang antusias, sehingga pekerjaan selesai lebih lama • Tiga siswa antusias dalam permainan

estafet, dan dua diantaranya serius dan bersemangat

2 Kuning 22 • Semua siswa dalam kelompok terlibat aktif selama diskusi, namun hanya dua siswa yang mau menanggapi kelompok lain

• Hanya dua orang siswa yang antusias dan bersemangat dalam permainan estafet 3 Hijau 23 • Tiga siswa antusias dan terlibat aktif

selama diskusi kelompok

(77)

No Kelompok Skor Keterangan sungguh-sungguh

4 Biru 25 • Semua siswa terlibat aktif dan antusias selama diskusi kelompok

• Tiga siswa antusias, bersemangat dan serius saat dilakukan permainan estafet 5 Putih 21 • Semua siswa antusias dalam diskusi

kelompok, 3 orang siswa terlibat aktif dalam diskusi

• Tiga orang siswa tertarik dalam permainan estafet, namun kurang serius dan bersemangat selama permainan

Dari observasi yang dilakukan pada pertemuan 1 siklus II, semua siswa dalam masing-masing kelompok terlibat aktif dalam diskusi, mereka saling membantu untuk mengerjakan soal yang telah dibagikan. Namun saat permainan estafet dilakukan, hanya dua atau tiga orang siswa saja yang bersemangat dan serius. Beberapa siswa dalam kelompok ada yang merasa malas selama permainan estafet dan ada siswa yang memberikan soal kepada teman sekelompoknya.

(78)

test dilakukan juga untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada siklus II. Di akhir pertemuan 2 siklus II, peneliti juga membagikan kuisioner kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah pembelajaran dengan metode permainan estafet dilakukan.

d. Refleksi

Pada siklus II pembelajaran mengalami perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I. Dari hasil pembelajaran siklus II, terlihat bahwa jumlah siswa yang berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 72 meningkat dari hasil pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II, jumlah siswa yang mampu mencapai nilai diatas KKM sebanyak 7 orang yaitu 35% dari keseluruhan siswa. Hasil yang diperoleh ini belum sesuai dengan target yang diharapkan oleh peneliti. Namun peneliti tidak melanjutkan untuk siklus III karena pembelajaran harus dilanjutkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan dan guru harus segera menyelesaikan materi karena akan dilaksanakan ulangan akhir semester dalam waktu dekat.

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi item kuisioner motivasi belajar siswa
Tabel 2. Kisi-kisi item observasi
Tabel 3. Kisi-kisi penskoran kuisioner motivasi siswa
Tabel 4. Kategori motivasi siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Colours 1 Mengelola Data Master 2 Melakukan Transaksi 3 Membuat Laporan 1.1 Mengelola Data Master Produk 1.2 Mengelola Data Master Customer 2.1 Melakukan Transaksi Pemesanan

Urutkan sampel dari yang paling Anda sukai (=5) hingga yang paling tidak Anda sukai (=1).. Anda boleh mengulang sebanyak yang

[r]

)ane lcrgolo.- mudah ditclihaft dxn su.lah ditenll lu.s olch J.dyaraktl.. disanpnrg pc.ghail Innein he*hi ylna dlpal nic.irekalkM nilai

[r]

Manfaat penelitian bagi instansi kesehatan khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas adalah data dan hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dijadikan

Pada penelitian ini akan didapatkan tentang hubungan gaya kepemimpinan, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan pada lingkup

Wong  (2007)  mengemukakan  bahwa UniBrand performance   merupakan  dampak  dari kinerja  Universitas  sebagai  merek  dalam  hal persepsi  siswa  di  pasar.