• Tidak ada hasil yang ditemukan

MESIN KULKAS DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 162,5 CENTIMETER DAN DIAMETER 0,028 INCH TUGAS AKHIR - Mesin kulkas dengan panjang pipa kapiler 162,5 centimeter dan diameter 0,028 inch - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MESIN KULKAS DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 162,5 CENTIMETER DAN DIAMETER 0,028 INCH TUGAS AKHIR - Mesin kulkas dengan panjang pipa kapiler 162,5 centimeter dan diameter 0,028 inch - USD Repository"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

i

MESIN KULKAS DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 162,5

CENTIMETER DAN DIAMETER 0,028 INCH

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian syarat mencapai

derajat Sarjana Teknik Mesin

Disusun oleh :

YOHANES DWIARI NUGROHOJATI NIM : 095214040

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

INCH DIAMETER CAPILLARY

FINAL PROJECT

As partial fulfillment of the requirement to obtain

Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering

By :

YOHANES DWIARI NUGROHOJATI Student Number : 095214040

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Pada saat ini mesin pendingin telah berkembang dan dimanfaatkan sesuai

dengan kemajuan teknologi. Kebutuhan manusia akan mesin pendingin

akhir-akhir ini terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kerja

kompresor persatuan masa refrigeran, (2) energi kalor yang diserap evaporator

persatuan masa refrigeran, (3) energi kalor yang dilepas kondensor persatuan

masa refrigeran, (4) karakteristik COP dari mesin pendingin, (5) efisiensi mesin

pendingin.

Pada penelitian menggunakan daya kompresor sebesar PK, panjang pipa

kapiler 162,5 cm dengan diameter pipa 0,028 inch dan refrigeran yang digunakan

R134a. kondensor dan evaporator yang digunakan merupakan standar mesin

pendingin dengan menggunakan kompresor PK. Bahan uji yang digunakan pada

saat pengujian menggunakan air 1,5 liter selama 485 menit.

Dari penelitian dapat diketahui kerja kompresor persatuan massa refrigeran

mulai stabil pada t = 185 menit sebesar 55 kJ/kg. Energi kalor yang diserap

evaporator persatuan massa refrigeran mulai stabil pada t = 305 menit sebesar 111

kJ/kg. Energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran mulai

stabil pada t = 245 menit sebesar 171 kJ/kg. COPactual stabil pada t = 305 menit

sebesar 1,88 dan COPideal stabil pada t = 45 menit sebesar 3,49. Nilai efisiensi

mesin pendingin stabil pada t = 395 menit sebesar 52,11 %.

(7)
(8)

viii

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan kasih-Nya yang diberikan dalam penyusunan Tugas Akhir ini sehingga

semuanya dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik di Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Dalam penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas

dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. P.K. Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku

pembimbing Tugas Akhir.

3. Wibowo Kusbandono S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik 2009.

4.

Kepala Laboratorium Konversi Energi, Doddy Purwadianto, S.T.,M.T., yang telah memberikan ijin dalam penggunaan fasilitas yang diperlukan dalam

penelitian ini.

5. Dosen-dosen program studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma, atas

ilmu pengetahuan dan bimbingannya kepada penulis semasa kuliah.

6. Teman-teman yang telah ikut serta membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini,

(9)
(10)
(11)

xi

2.1.3. Perpindahan kalor... 12

2.1.4. Refrigeran ... 15

2.1.5. Beban pendinginan ... 18

2.1.6. Perhitungan beban pendinginan (kapasitas pendinginan) ... 19

(12)

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(13)

xiii

Gambar 2.13 Diagram tekanan-entalpi R-134a ... 26

(14)

xiv

Gambar 3.11 Posisi manifoldgauge ... 35

Gambar 3.11 Contoh penggunaan P-h diagram untuk mencari entalpi ... 36

Gambar 4.1 Kerja kompresor persatuan massa refrigeran ... 46

Gambar 4.12 Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran ... 47

Gambar 4.3 Energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran ... 48

Gambar 4.4 Nilai karakteristik COP actual... 48

Gambar 4.5 Nilai Koefisien prestasi ideal (COP ideal) ... 49

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data hasil percobaan. ... 37

Tabel 4.2 Nilai entalpi h ... 38

Tabel 4.3 Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa ... 39

Tabel 4.4 Energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa ... 40

Tabel 4.5 Kerja kompresor persatuan masa ... 42

Tabel 4.6 COP actual ... 43

Tabel 4.7 COP ideal ... 44

(16)

1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Mesin pendingin pada saat ini bukan merupakan barang yang mewah.

Kebutuhan manusia akan mesin pendingin akhir-akhir ini terus meningkat. Mesin

pendingin yang ada saat ini mempunyai spesifikasi yang beraneka ragam. Oleh

karena itu penting untuk mempelajari sistem kerja mesin pendingin dan sekaligus

mengenal komponen – komponen sistem mesin pendingin. Mesin pendingin dapat

berupa lemari es (kulkas), mesin pembeku (freezer), pendingin sayur dan buah – buahan, show case pada supermarket dan sebagainya. Mesin pendingin dapat dijumpai mulai dari skala kecil pada rumah tangga hingga skala besar pada

aplikasi di industri. Mesin pendingin siklus kompressi uap juga digunakan pada

aplikasi tata udara (air condition). Aplikasi tata udara ditunjukkan untuk manusia. Mesin yang digunakan dapat ditemui mulai dari skala kecil seperti AC window dan AC split hingga skala besar seperti water chiller.

Water chiller digunakan pada industri besar maupun bangunan gedung-gedung besar untuk sistem pengkondisian udara sentral. Water chiller mempunyai kapasitas yang besar untuk mengkondisikan udara di dalam ruangan yang luas.

Penggunaan sistem pengkondisian udara secara sentral dengan menggunakan

water chiller mampu menghemat biaya yang cukup besar dibandingkan dengan menggunakan sistem AC split ataupun AC window.

Kulkas merupakan alat yang digunakan untuk menjaga makanan agar tidak

(17)

sistem kompresi uap. Penggunaan kulkas diharapkan dapat menjaga kesegaran

makanan. Kestabilan suhu yang rendah diharapkan mikro bakteri tidak dapat

berkembang. Walaupun dalam keadaan udara yang panas setiap orang akan tetap

bisa menikmati minuman dingin dan segar.

Kulkas tidak hanya berbentuk kotak dan mempunyai pintu seperti lemari

pakaian , tetapi saat ini banyak alat transportasi mengaplikasikan kulkas sebagai

alat pendingin di truck box untuk membawa makanan. Truck box berpendingin adalah alat transportasi angkutan barang yang mempunyai peralatan pendingin.

Peralatan pendingin tersebut digunakan untuk menjaga suhu. Sehingga barang

yang diantar dalam keadaan segar dan utuh saat sampai pada tujuan. Truck box berpendingin ini memudahkan kita dalam memindahkan bahan makan seperti es

krim, ikan segar, coklat dan daging.

1.2. Rumusan masalah

Mengingat pentingnya peranan mesin pendingin sekarang ini, maka penulis

berkeinginan untuk mengerti, memahami dan mengenal kerja mesin pendingin

beserta dengan karakteristik mesin pendingin. Caranya adalah dengan membuat

mesin pendingin dan mendapatkan karakteristik dari mesin pendingin tersebut,

meskipun dengan kapasitas ukuran mesin pendingin untuk rumah tangga. Pada

penelitian ini, mesin pendingin yang dipilih adalah kulkas.

1.3. Tujuan

Tujuan pembuatan mesin pendingin adalah :

(18)

3. Mengetahui energi kalor yang diserap evaporator persatuan masa refrigeran.

4. Mengetahui energi kalor yang dilepas kondenser persatuan masa refrigeran. 5. Mengetahui karakteristik COPaktual dari mesin pendingin.

6. Mengetahui karakteristik COPideal dari mesin pendingin. 7. Mengetahui efisiensi mesin pendingin.

1.4. Batasan batasan

Batasan masalah yang diambil dalam pembuatan mesin pendingin :

1. Komponen mesin pendingin terdiri dari komponen utama : kompresor, kondenser, pipa kapiler, filter, evaporator dan tempat untuk membekukan air.

2. Karakteristik mesin pendingin yang digunakan untuk menghitung COP didasarkan pada kondisi ideal kerja siklus kompresi uap dari mesin pendingin

tersebut.

3. Refrigeran yang digunakan dalam mesin pendingin R134a.

4. Pipa kapiler yang digunakan memiliki panjang 162,5 cm dan diameter pipa

0,028 inch.

5. Daya kompresor yang digunakan sebesar PK.

6. Kondensor yang digunakan merupakan kondensor standar mesin pendingin

yang bekerja dengan menggunakan kompresor PK.

(19)

1.5.Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Mempunyai pengalaman dalam pembuatan mesin pendingin dengan siklus

kompresi uap untuk ukuran rumah tangga.

2. Mampu memahami karakteristik mesin pendingin dengan siklus kompresi uap

refrigeran 134a.

3. Sebagai bekal untuk memahami mesin pendingin, pembeku dan mesin pengkondisian udara yang mempergunakan siklus kompresi uap.

4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lainnya yang ingin melakukan penelitian terkait mesin pendingin.

(20)

5

DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar teori 2.1.1. Mesin Kulkas

Gambar 2.1 Kulkas

Kulkas atau lemari es adalah sebuah alat rumah tangga listrik yang dalam

sistem kerjanya menggunakan siklus kompresi uap. Siklus kompresi uap tersusun

atas beberapa proses : proses kompresi, proses pengembunan, proses penurunan

tekanan dan proses penguapan. Proses penguapan yang terjadi di evaporator

memerlukan kalor yang diambil dari lingkungan. Kalor mengalir dari luar

evaporator ke dalam evaporator. Fluida kerja yang digunakan disiklus kompresi

(21)

kalornya, maka lingkungan di sekitar evaporator menjadi lebih dingin. Kalor yang

diambil evaporator nantinya akan dibuang oleh mesin pendingin di kondensor.

Mesin pendingin menggunakan refrigeran yang bersirkulasi menyerap dan

melepaskan panas, serta terjadi perubahan tekanan rendah menjadi tekanan tinggi,

dan dari tekanan tinggi menjadi tekanan rendah. Sirkulasi tersebut berulang secara

terus menerus. Mesin pendingin memiliki komponen utama yaitu : kompresor,

kondensor, katup ekpansi atau pipa kapiler dan evaporator.

2.1.2. Komponen mesin kulkas

Komponen penting yang terdapat pada mesin kulkas (1) evaporator (2)

kompresor (3) kondensor (4) pipa kapiler (5) filter (6) thermostat (7) over load protector.

1. Evaporator

Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah refrigeran

(Freon) dari fase cair menjadi fase uap. Pada saat berubah fase, evaporator

menyerap kalor dari lingkungan sekitar evaporator. Evaporator merupakan tempat

penguapan refrigeran. Evaporator jenis plat mempunyai luas permukaan yang

besar, plat biasanya tidak rata karena ada saluran refrigeran pada plat. Bahan yang

digunakan untuk membuat evaporator jenis plat adalah logam yang tidak mudah

berkarat yaitu alumunium. Freon mengalir melalui saluran refrigeran pada plat

tersebut yang berbentuk pipa-pipa pipih yang berfungsi untuk mendinginkan plat

dan benda-benda yang bersentuhan dengan plat tersebut, atau benda-benda yang

(22)

Gambar 2.2 Evaporator jenis plat

2. Kompresor

Kompresor mempunyai fungsi untuk menaikkan tekanan refrigeran dari

tekanan kerja evaporator ke tekanan kerja kondensor.

Gambar 2.3 Kompresor hermetik

Berdasarkan konstruksinya, ada tiga jenis kompresor yang biasa digunakan

(23)

a. Kompresor hermetik

Kompresor dimana motor penggeraknya berada dalam satu tempat atau rumah

yang tertutup, menjadi satu dengan kompresor. Kompresor hermetik yang

digunakan adalah jenis torak yaitu terdiri dari serangkaian penggerak mekanis

seperti dalam rangkaian mekanis motor bakar. Komponen-komponen utama yang

terdapat pada kompresor torak dengan motor bakar diantaranya piston, batang

penggerak, silinder piston, crank shaft. Pada kompresor jenis ini motor penggerak yang berada di dalam langsung memutar poros kompresor. Prinsip kerja

kompresor ini adalah sesuai dengan prinsip kerja motor bakar, dimana pada saat

piston ditarik katub hisap membuka sehingga refrigeran memasuki ruang silinder.

Refrigeran dapat memasuki ruang silinder karena perbedaan tekanan. Pada sistem

refrigeran memiliki tekanan lebih tinggi dari pada di ruang silinder. Katup hanya

berlaku satu arah, karena itu katup juga berfungsi untuk mencegah refrigeran

mengalir kembali ke ruang silinder atau sistem.

b. Kompresor open type

Kompresor ini terpisah dari tenaga penggeraknya masing-masing bergerak

sendiri dalam keadaan terpisah. Tenaga penggerak kompresor umumnya motor

listrik. Salah satu ujung poros engkol dari kompresor menonjol keluar, sebuah

puli dari luar dipasang pada ujung poros tersebut. Melalui tali kipas puli

dihubungkan dengan tenaga penggeraknya. Puli pada kompresor berfungsi

sebagai roda gaya yang digunakan sebagai daun kipas untuk mendinginkan

(24)

c. Kompresor semi hermetik

Pada konstruksi kompresor semi hermetik bagian kompresor dan motor

masing-masing berdiri sendiri dalam keadaan terpisah. Tetapi kompresor tipe ini

tidak seperti kompresor open type untuk menggerakkan kompresor poros motor listrik dihubungkan dengan poros kompresornya langsung.

3. Kondensor

Kondensor adalah alat penukar kalor untuk mengubah wujud refrigeran pada

suhu dan tekanan tinggi menjadi wujud cair. Refrigeran dari kompresor dengan

suhu dan tekanan tinggi, panasnya keluar melalui permukaan rusuk-rusuk

kondensor ke udara. Sebagai akibat dari kehilangan panas, bahan pendingin gas

mula-mula didinginkan menjadi gas jenuh, kemudian mengembun berubah

menjadi cair. Jenis kondensor yang digunakan pada teknologi kulkas saat ini

adalah kondensor dengan pendingin udara yang digunakan pada sistem refrigrasi

kulkas kecil maupun sedang. Jenis kondensor sendiri yang ada di pasaran

berbentuk U.

(25)

4. Pipa kapiler

Peralatan paling sederhana yang digunakan untuk merubah tekanan adalah

pipa kapiler. Seperti namanya pipa kapiler merupakan pipa panjang dengan

diameter yang sangat kecil. Diameter pipa kapiler antara 0,026 inci sampai 0,04

inci. Pada ukuran panjang dan diameter tertentu, pipa kapiler memiliki tekanan

gesek yang cukup tinggi sehingga dapat menurunkan tekanan kondensasi yang

tinggi ke tekanan evaporasi yang rendah.

Gambar 2.5 Pipa kapiler

5. Filter

Sesuai dengan namanya Filter ( strainer ) berguna untuk menyaring kotoran yang mungkin terbawa aliran bahan pendingin setelah melakukan sirkulasi agar

tidak masuk kedalam pipa kapiler. Jika ada kotoran yang lolos dari filter dan

masuk ke pipa kapiler maka pipa kapiler akan menjadi buntu, sehingga mesin

(26)

Gambar 2.6 Filter

6. Termostat

Termostat adalah komponen dari sistem kontrol suhu yang digunakan untuk

mempertahankan suhu evaporator mendekati setpoint yang diinginkan. Sistem dari termostat adalah pengatur agar suhu tidak melebihi atau kurang. Thermostat

memiliki banyak sebutan antara lain temperatur kontrol dan cool control. Thermostat berfungsi mengatur kerja kompresor secara otomatis bedasarkan

batasan suhu pada setiap bagian kulkas. Thermostat biasanya disebut saklar

otomatis yang bekerja berdasarkan pengaturan suhu. Jika suhu evaporator sesuai

dengan pengatur suhu thermostat, secara otomatis thermostat akan memutuskan

listrik ke kompresor.

7. Overload motor protector

Overload motor protector merupakan komponen pengaman yang letaknya menyatu dengan terminal kompresor. Cara kerjanya serupa dengan saklar yang

(27)

komponen kelistrikan dari kerusakan akibat arus yang dihasilkan kompresor

melebihi arus acuan normal.

2.1.3. Perpindahan kalor

Perpindahan panas (heat transfer) adalah ilmu yang mempelajari perpindahan energi akibat adanya perbedaan temperatur diantara dua medium

(benda/matrial). Sebagai contoh perbedaan temperatur pada kedua medium plat

padat, atau medium padat dengan fluida. Energi yang berpindah disebut dengan

istilah kalor (heat). Kalor (heat) bergerak dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Proses ini akan berlangsung secara terus menerus sampai tidak ada

perubahan temperatur diantara kedua medium tersebut. Perpindahan kalor dapat

terjadi dengan berbagai cara (cara kalor berpindah tergantung pada medium yang

dilewati) seperti perpindahan kalor konveksi dan perpindahan kalor konduksi.

1. Perpindahan kalor konduksi

Perpindahan kalor konduksi adalah proses perpindahan kalor melalui suatu

media tanpa diikuti perpindahan bagian-bagian media itu. Misalnya, salah satu

ujung batang besi dipanaskan menggunakan api. Akibatnya ujung besi yang lain

akan terasa panas tanpa api mengenai tangan pemegang. Perpindahan kalor terjadi

dari ujung besi yang panas ke bagian besi yang suhunya lebih rendah.

Perpindahan panas konduksi dapat berlangsung pada benda padat, cair dan gas.

Untuk perpindahan kalor konduksi pada zat cair dan gas, syaratnya adalah dalam

(28)

Gambar 2.7 Perpindahan kalor konduksi

Persamaan umum untuk perpindahan panas dengan cara konduksi dikenal

dengan hukum Fourier yang dirumuskan seperti persamaan (2.1) :

q = -k.A.

k = Konduktivitas thermal bahan (W/m. ºC).

A = Luas permukaan yang tegak lurus arah perpindahan kalor (m²).

=

= Gradien suhu perpindahan panas (ºC/m).

T1 = Temperatur permukaan dinding 1 (ºC).

T2 = Temperatur permukaan dinding 2 (ºC).

Δx = Tebal dinding (m).

Nilai minus (-) dalam persamaan (2.1) menunjukkan bahwa panas selalu

berpindah ke temperatur yang lebih rendah.

2. Perpindahan kalor konveksi

Perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor melalui suatu media

(29)

di sekitarnya. Perpindahan kalor konveksi membutuhkan media (fluida atau gas)

yang digunakan untuk mengalirkan kalor dan tidak dapat berlangsung pada benda

padat. Contoh perpindahan kalor secara konveksi dapat dilihat saat proses

perebusan air.

Gambar 2.8 Pada perpindahan kalor konveksi

Gambar 2.9 Perpindahan kalor konveksi

Persamaan perpindahan panas konveksi dikenal sebagai hukum Newton

untuk pendinginan, yang dirumuskan seperti pada persamaan (2.2) :

q = h .A (Ts− T∞)……….………(2.2)

(30)

h = Koefisien perpindahan panas konveksi W/(m².ºC).

A = Luas permukaan yang bersentuhan dengan fluida (m²).

Ts = Temperatur permukaan plat (ºC).

T∞ = Temperatur fluida yang mengalir di permukaan (ºC).

Perpindahan kalor konveksi ada 2 macam : (a) konveksi paksa dan (b) konveksi

bebas.

a. Konveksi paksa

Konveksi paksa terjadi jika aliran fluida yang mengalir karena ada peralatan

bantu yang memaksa fluida mengalir, contoh : pendinginan radiator mobil yang

dibantu dengan kipas dan aliran fluida panas yang dialirkan dengan pompa.

b. Konveksi bebas

Perpindahan panas yang disebabkan oleh adanya perbedaan temperatur atau

perpindahan panas secara alami, tidak ada peralatan bantu yang mengalirkan

fluida. Contoh : plat panas dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber

gerakan dari luar.

2.1.4. Refrigeran

Refrigeran merupakan bahan pendingin atau fluida yang digunakan untuk

menyerap panas melalui perubahan fase dari cair ke gas (evaporasi) dan

membuang panas melalui perubahan fase dari gas ke cair (kondensasi), sehingga

refrigeran dapat dikatakan sebagai media pemindah panas dalam sistem

pendingin. Refrigeran akan mengalami perubahan fase dari cair ke gas dan setelah

(31)

Secara umum refrigeran dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :

1. Refrigeran primer

Refrigeran primer adalah refrigeran yang digunakan sebagai fluida kerja mesin

pendingin yang menggunakan dalam siklus kompresi uap. Refrigeran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah : HFC 134a (CH3CH2F), merupakan

alternatif pengganti freon-12 / R-12 karena tidak mudah meledak dan tingkat

kandungan racun rendah, digunakan untuk pengkondisian udara, lemari es dan

pendingin air. suhu pendinginan sampai – 96,6°C. Titik didihnya mencapai

217°C.

2. Refrigeran sekunder

Refrigeran sekunder adalah fluida yang tidak langsung digunakan pada sistem,

fluida ini didinginkan oleh mesin pendingin langsung, yang kemudian refrigeran

ini mendinginkan objek yang ingin didinginkan. Refrigeran sekunder tidak

mengalami perubahan fase, tetapi dapat mengalami perubahan suhu bila menyerap

kalor. Fluida yang digunakan biasanya larutan yang mempunyai titik beku

dibawah 0oC. Refrigeran sekunder yang digunakan adalah glikol etilen, glikol propilen, dan kalsium klorida.

Sedangkan refrigeran yang digunakan masyarakat pada saat ini dapat di

golongkan menjadi tiga bagian yaitu :

1. HFC (Hydro Fluoro Carbon) yang terdiri dari hidrogen, fluorin, dan karbon. Bisa saja digunakan untuk menggantikan posisi freon karena tidak

(32)

merusak lingkungan karena mengandung jumlah minimal klorin. HCFC terdiri

dari hidrogen, klorin, fluorin, dan karbon.

3. CFC (Cloro Fluoro Carbon) merupanakan refrigeran yang paling berbahaya terhadap lapisan ozon karena jumlah kaporit tinggi. CFC mengandung klorin,

fluorin dan karbon.

Syarat-syarat bahan pendingin (refrigeran) dalam suatu sistem refrigerasi :

1. Tidak beracun, berwarna dan berbau.

2. Bukan termasuk bahan yang mudah terbakar.

3. Tidak menyebabkan korosi pada material.

4. Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor.

5. Memiliki stuktur kimia yang stabil.

6. Memiliki titik didih yang rendah.

7. Memiliki tekanan kondensasi yang rendah.

8. Memiliki tingkat penguapan yang rendah.

9. Memiliki kalor laten yang rendah.

10. Memiliki harga yang relatif murah dan mudah diperoleh.

Dari beberapa sifat di atas, refrigeran yang secara umum diusulkan dalam

penggunaan sebuah sistem pendingin adalah refrigeran jenis HFC (hydro fluoro carbon) atau R-134a.

Secara khusus sifat dari refrigeran 134a adalah sebagai berikut :

(33)

2. Tidak mudah terbakar.

3. Mempunyai dampak terkecil terhadap perusakan lapisan ozon.

4. Memiliki kestabilan yang tinggi.

5. Mudah diperoleh.

6. Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor.

2.1.5. Beban pendinginan

Beban pendinginan adalah beban yang diterima suatu sistem untuk

mendinginkan media. Sistem pendingin digunakan untuk menjaga kondisi suatu

fluida agar berada pada suhu tertentu yang stabil dan umumnya suhu yang

dihasilkan dari sistem pendingin lebih rendah dari temperatur lingkungannya.

Beban pendingin dapat dibagi menjadi dua bagian khusus yaitu :

1. Panas laten

Panas laten adalah panas yang diperlukan untuk merubah phasa (wujud) benda

yang berlangsung pada temperatur yang tetap. Sebagai contoh air yang sudah

dipanaskan sampai 100°C kemudian dipanaskan lagi sampai menjadi uap pada

suhu 100°C, sehingga terjadi perubahan wujud (fase) dari cair menjadi uap.

2. Panas sensibel

Panas sensibel adalah adalah panas yang menyebabkan terjadinya

kenaikan/penurunan temperatur, tetapi phasa (wujud) tidak berubah. Misalkan air

dengan suhu 100°C didinginkan menjadi 0°C (masih dalam keadaan cair). Panas

yang diterima untuk menurunkan suhu dari 100°C menjadi 0°C (masih bentuk

(34)

Besarnya kalor total yang dihisap evaporator dari lingkungannya ketika

mesin pendingin bekerja merupakan besar beban pendinginan. Beban pendinginan

dibedakan atas beban laten dan beban sensibel.

3. Beban Laten

Besarnya energi yang dihisap evaporator yang berasal dari perubahan phase

media yang didinginkan (proses pembekuan). Persamaan yang dipergunakan :

Qlaten = m . C……….(2.3)

Pada persamaan (2.3) :

m = Massa zat (kg).

C = Kalor laten zat (kJ/kg).

4. Beban Sensibel

Besarnya energi yang dihisap evaporator yang berasal dari penurunan suhu

media yang didinginkan, dinamakan beban sensibel. Dapat dihitung dengan

(35)

berlangsung karena adanya pengaruh temperatur, pelepasan dan penyerapan kalor.

Didalam sistem mesin pendingin terjadi dua proses perubahan phasa

pengembunan dan penguapan.

Pengembunan (kondensasi) merupakan proses perubahan bentuk fase dari

zat gas (uap) menjadi wujud zat cair. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan

dan menjadi cairan, perpindahan kalor pengembunan dipengaruhi oleh besarnya

laju massa uap air yang berubah menjadi air (massa yang terkondensasi).

Pengembunan juga terjadi akibat dari uap jenuh yang bersentuhan dengan

permukaan yang dingin (suhu permukaan suatu plat lebih rendah dari suhu jenuh

uap) akan terjadi kondensasi pada permukaan plat, hal ini berarti uap jenuh

tersebut melepaskan kalor latennya, dan karena pengaruh gravitasi kondensat akan

mengalir kebawah. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat.

Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan (evaporasi).

Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam

keadaan cair (contohnya air) menjadi gas (contohnya uap air). Penguapan juga

berarti perpindahan massa zat cair ke atas dengan adanya gradien temperatur

antara permukaan zat cair dengan udara diatasnya. Hal ini merupakan peristiwa

konveksi alami. Konveksi alami terjadi akibat adanya efek gaya apung yang

bekerja pada fluida. Efek gaya apung merupakan mekanisme yang terjadi karena

adanya gradien massa jenis. Massa jenis akan menurun jika temperatur fluida

meningkat, begitu juga sebaliknya temperatur meningkat maka massa jenis fluida

akan menurun. Fluida yang ringan (memiliki massa jenis yang rendah) akan

(36)

menurun dan terjadilah penguapan.

2.1.8. Siklus kompresi uap standar

Tahapan siklus pendingin kompresi uap terdiri dari kompresi, kondensasi,

ekspansi, dan evaporasi. Skema alir siklus kompresi uap ditampilkan pada

Gambar 2.13.

Gambar 2.10 Skema Siklus Kompresi Uap

Komponen utama mesin pendingin dengan sistem kompresi uap terdiri

dari : (1) kompresor, (2) kondenser, (3) pipa kapiler dan (4) evaporator.

Proses dari skema alir diatas sebagai berikut :

1. 1-2 ( proses kompresi)

Proses kompresi adalah proses penekanan dan penghisapan media pendingin

(refrigeran). Proses ini dilakukan oleh kompresor secara ideal berlangsung

(37)

2. 2-3 ( proses kondensasi)

Proses kondensasi berlangsung di dalam kondensor. Prosesnya adalah dengan

pengembunan media pendingin (refrigeran).

3. 3-4 ( proses ekspansi)

Proses yang berlangsung di dalam katup ekspansi atau pipa kapiler. Prosesnya

adalah penurunan tekanan media pendingin (refrigeran).

4. 4-1 ( proses evaporasi)

Proses yang terjadi di dalam evaporator. Prosesnya adalah penguapan media

pendingin (refrigeran).

Siklus kompresi uap mesin pendingin yang digambarkan pada diagram P-h

dan diagram T-s ditampilkan pada Gambar 2.14 dan Gambar 2.15.

Gambar 2.11 Siklus kompresi uap pada diagram T-s

(38)

Proses 1-2 : Kompresi adiabatik dan reversible dari uap jenuh menuju tekanan

kondenser. Proses adiabatik adalah proses perubahan dimana tidak

ada pengaruh panas dengan sekitarnya. Reversible adalah proses

yang dalam arah sebaliknya kembali suhunya.

Proses 2-2’ : Penurunan suhu refrigeran, dari keadaan gas panas lanjut ke keadaan

gas jenuh.

Proses 2’-3 : Kondensasi pada tekanan konstan dan suhu konstan. Karena suhu

kondensor lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka terjadi pelepasan

panas dari kondensor ke lingkungan.

Proses 3-4 : Ekspansi yang berlangsung pada entalpi konstan.

Proses 4-1 : Evaporasi refrigeran pada tekanan dan suhu tetap.

Dalam analisa unjuk kerja mesin pendingin diperlukan beberapa rumusan

perhitungan, antara lain sebagai berikut :

1) Kerja kompresor

Besarnya kerja kompresor persatuan massa refrigeran dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan :

Wkompresor = h2– h1 ………..(2.5)

Pada persamaan (2.5) :

Wkompresor = Besarnya kerja kompresor (kJ/kg).

h1 = Entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg).

(39)

2) Kerja kondensor

Besarnya panas persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor dapat

dihitung dengan persamaan :

Qkondensor = h2– h3 ……….…..………(2.6)

Pada persamaan (2.6) :

Qkondensor = Besarnya panas dilepas di kondensor (kJ/kg).

h2 = Entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg).

h3 = Entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg).

3) Kerja evaporator

Besarnya panas per satuan massa refrigeran yang diserap evaporator dapat

dihitung dengan persamaan :

Qevaporator = h1– h4 ………(2.7)

Pada persamaan (2.7) :

Qevaporaotr = Besarnya panas yang diserap di evaporator (kJ/kg)

h1 = Entalpi refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)

h4 = Entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)

4) COPaktual (Coefficient of Performance)

COP digunakan untuk menyatakan performa (unjuk kerja) dari siklus

refrigerasi. Semakin tinggi COP yang dimiliki oleh suatu mesin refrigerasi maka

akan semakin baik mesin refrigerasi tersebut. COP tidak mempunyai satuan

karena merupakan perbandingan antara besarnya panas yang diserap evaporator

(h1 – h4) dengan kerja spesifik kompresor (h2 − h1) dirumuskan seperti pada

(40)

Pada persamaan (2.8) :

h1 = Entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg).

h2 = Entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg).

h4 = Entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg).

5) COPideal

COPideal mesin pendingin adalah COP maksimum yang dapat dicapai oleh

mesin pendingin yang bekerja pada temperatur kerja evaporator sebesar Te dan

temperatur kerja kondenser sebesar Tc . Besarnya COPideal dapat dihitung dengan

persamaan (2.9):

Efisiensi adalah perbandingan anatara COP aktual dan COP ideal yang dapat

dinyatakan dengan persamaan (2.10).

Efisiensi

...………...…………..(2.10)

Dengan bantuan diagram tekanan-entalpi, nilai-nilai entalpi disetiap proses

dapat diketahui. Dengan diketahuinya h1, h2, h3, dan h4 maka kerja kompresor,

laju aliran kalor yang dilepas kondensor, laju aliran yang dihisap evaporator dan

COP dalam siklus kompresi uap standar di atas dapat dihitung. Dalam

(41)

(refrigeran) yang dipakai. Diagram tekanan-entalpi pada jenis refrigeran 134a

ditampilkan pada Gambar 2.16.

Gambar 2.13 Diagram tekanan-entalpi R-134a

2.1.9. Isolator

Isolator adalah bahan yang digunakan untuk mencegah masuknya kalor

dari luar menuju evaporator. Isolator yang baik harus memiliki sifat tidak mudah

menghantarkan termal atau memiliki nilai konduktivitas termal yang rendah.

Isolator dalam kehidupan sehari-hari ada yang memiliki sifat tahan suhu panas

dan ada juga isolator yang tahan terhadap suhu dingin. Pada persoalan mesin

pendingin ini dipilih isolator gabus karena gabus tahan terhadap suhu dingin.

2.2. Tinjauan pustaka

Willis (2013) melakukan penelitian yang membandingkan prestasi kerja

(42)

refrigeran mana yang lebih baik digunakan, baik dari efek refrijerasi, koefisien

prestasi (COP) dan ramah lingkungan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada

kedua jenis refrigeran, diketahui bahwa karakteristik dari kedua refrigeran

berbeda yang berpengaruh pada perstasi kerjanya. R22 dari segi prestasi kerjanya

lebih baik dari R134a, Tetapi R22 tidak ramah lingkungan sebaliknya R134a lebih

ramah lingkungan tetapi prestasi kerjanya lebih rendah dari R22.

Anwar K (2010) meneliti tentang efek temperatur pipa kapiler terhadap

kinerja mesin pendingin. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan

mendinginkan pipa kapiler didalam freezer dari mesin pendingin lain (refrigerator) melalui pengaturan termostat pada mesin pendingin kompresi uap

yang tidak menggunakan proses pendinginan (kondisi normal) mempengaruhi

kondisi refrigeran dalam siklus mesin pendingin, dalam hal ini adalah nilai

entalpi. Temperatur pipa kapiler melalui proses pendinginan, memberikan

pengaruh terhadap kondisi refrigeran dalam siklus mesin pendingin, dalam hal ini

adalah nilai entalpi. Pendinginan tersebut menyebabkan titik entalpi pada siklus

bergeser ke arah kiri (semakin kecil), terutama pada bagian keluar dari pipa

kapiler atau sebelum masuk ke evaporator (entalpi titik 4, h4 ), hal ini akan

berdampak pada kapasitas refrigerasi (Qe) sistem mesin pendingin yang diuji.

Semakin rendah temperatur pendinginan, maka kapasitas refrigerasi (Qe) akan

mengalami kenaikan. Untuk COP, diperoleh temperatur optimal dari pipa kapiler

yaitu temperatur pendinginan pada yang paling rendah (posisi termostat 7,

(43)

28

BAB III

PEMBUATAN ALAT DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pembuatan alat

3.1.1. Komponen mesin kulkas

Kompenen yang digunakan untuk membuat mesin pendingin dalam

penelitian ini adalah : kompresor, kondensor, filter, pipa kapiler dan evaporator.

1. Kompresor

Spesifikasi kompresor yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kompresor hermetik

Jenis kompresor : Hermetic refrigeration Seri kompresor : AE1370DB

Voltase : 220 V

Arus : 1,35 A

(44)

Spesifikasi Kondensor yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Gambar. 3.2 Kondensor

Panjang pipa : 1150 cm

Diameter pipa : 0,47 cm

Bahan pipa : Baja

Bahan sirip : Baja

Diameter sirip : 0,11 cm

Jarak antar sirip : 0,7 cm

Jumlah sirip : 92 buah

Banyaknya U : 12 buah

3. Filter

Filter berfungsi menyaring kotoran-kotoran pada refrigeran agar saat

refrigeran melewati pipa kapiler tetap bersih dan dapat mengalir dengan baik.

(45)

Gambar 3.3 Filter

Diameter besar : 1,9 cm

Diameter kecil : 0,9 cm

Bahan : Tembaga

Jumlah saluran masuk : 1 lubang

Jumlah saluran keluar : 1 lubang

4. Pipa kapiler

Pipa kapiler yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Panjang pipa kapiler : 162,5 cm

Diameter pipa kapiler : 0,028 inch

(46)

Gambar 3.4 Pipa kapiler

5. Evaporator

Evaporator yang digunakan pada penelitian ini adalah evaporator standar dari

mesin kulkas yang bekerja menggunakan daya kompresor ¼ PK. Bahan

evaporator adalah campuran alumunium. Evaporator adalah alat yang berfungsi

mengubah fase refrigeran cair menjadi uap. Jenis evaporator yang digunakan

adalah plat.

(47)

3.1.2. Peralatan pendukung

1. Spring type tube bender

Spring type tube bender berfungsi membengkokkan pipa tembaga. Alat ini digunakan agar pipa tembaga tidak gepeng atau rusak.

Gambar 3.6 Spring type tube bender 2. Tube cutter

Tube cutter berfungsi memotong pipa tembaga yang akan digunakan untuk sistem pendingin.

(48)

Manifold gauge dapat digunakan untuk menentukan tekanan kerja evaporator dan kondensor serta membandingkan high side dan low side pada sistem pendingin. Manifold Gauge Set dapat digunakan untuk menguji, mengosongkan dan mengisi refrigeran pada sistem pendingin.

Gambar 3.8 Manifold gauge 4. Tang amper

Tang amper berfungsi untuk mengukur besarnya arus listrik yang masuk ke

kompresor. Beberapa macam alat pengukur dapat digunakan, tapi alat yang paling

mudah untuk digunakan yaitu menggunakan tang amper karena kita tidak perlu

melakukan pengkabelan dan fleksibel.

(49)

3.1.3. Pembuatan kulkas dan pemasangan alat ukur

Langkah-langkah dalam membuat mesin kulkas sebagai berikut :

1. Mempersiapkan komponen-komponen kulkas.

2. Mempersiapkan alat pendukung pembuatan kulkas.

3. Proses perakitan komponen mesin pendingin dan beberapa alat ukur.

4. Proses pevakuman kulkas.

Pada penelitian ini objek penelitiannya adalah mesin kulkas siklus

kompresi uap standar hasil rancangan sendiri dan komponen-komponen yang

digunakan merupakan standar dari mesin kulkas yang terdapat di pasaran. Panjang

pipa kapiler yang digunakan sepajang 162,5 cm dan berdiameter 0,028 inch.

3.2.2. Beban pendingin

Beban pendinginan pada percobaan yang dilakukan menggunakan air,

volume air sebesar 1,5 liter, kondisi suhu awal air adalah 26,9 C.

3.2.3. Cara pengambilan data

Proses pengambilan data pada penelitian dilakukan dengan cara sebagai

(50)

termokopel ditempatkan seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.10 :

Gambar 3.10 Posisi termokopel

2. Data tekanan diperoleh dari manifold gauge pada mesin pendingin. Posisi manifold gauge ditampilkan pada Gambar 3.11 :

(51)

3.2.4. Cara pengolahan data

1. Data suhu dan tekanan pada setiap kondisi yang diperoleh dari penelitian

digunakan untuk mendapatkan nilai entalpi. Nilai entalpi disetiap kondisi

didapat dengan cara menggambar siklus kompresi uap pada grafik P-h

diagram.

Gambar 3.11 Contoh penggunaan P-h diagram untuk mencari entalpi

2. Dari nilai entalpi yang didapat kemudian digunakan untuk menghitung

besarnya kerja kondensor, kerja evaporator, kerja kompresor dan COP mesin

pendingin.

3.3. Cara mendapatkan kesimpulan

Kesimpulan diperoleh dari hasil penelitian yang didasarkan data-data hasil

penelitian tersebut dan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan cermat,

(52)

37

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data hasil penelitian

Data hasil penelitian untuk tekanan dan suhu disetiap kondisi ditampilkan pada

Tabel 4.1. :

Tabel 4.1 Data hasil penelitian

(53)

Catatan :

TR = Tekanan saat masuk dari kompresor (Psig).

TT = Tekanan saat keluar dari kompresor (Psig).

4.2. Pengolahan data

Dari data suhu dan tekanan pada hasil penelitian diperoleh data entalpi (h),

besarnya nilai h didapat dari diagram P-h diagram R134a. Tabel 4.2 menunjukkan

nilai h dalam satuan kJ/kg untuk setiap kondisi yang ditinjau.

Tabel 4.2 Nilai entalpi h

(54)

No Waktu h1 h2 h3 h4

2. Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa

Perhitungan energi kalor yang diserap evaporator persatuan masa refrigeran

dilakukan dengan menggunakan persamaan: Qevap = h1 – h4, (kJ/kg). Hasil

perhitungan Qevaporator ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa

(55)

Tabel 4.3 Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa lanjutan

3. Kalor yang dilepas kondensor

Perhitungan energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran

diperoleh dengan menggunakan persamaan : Qkond = h2 – h3, (kJ/kg). Hasil

perhitungan ditampilkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa

No Waktu h2 h3 Q Kondenser menit kJ/kg

(56)

No Waktu h2 h3 Q Kondenser

Perhitungan kerja kompresor persatuan masa refrigeran dilakukan dengan

menggunakan persamaan : Wkompresor = ( h2 – h1 ), kJ/kg. Hasil perhitungan

(57)

Tabel 4.5 Kerja kompresor persatuan masa

Perhitungan COP aktual dilakukan dengan menggunakan persamaan : COP =

(58)

No Waktu Q Evaporator W Kompresor COP aktual

Perhitungan COP ideal dilakukan dengan menggunakan persamaan :

(59)

Tabel 4.7. COP ideal

Perhitungan efisiensi dilakukan dengan menggunakan persamaan

Efisiensi =

(60)

5.1. Pembahasan

Pada penelitian yang telah dilakukan selama 485 menit, didapatkan data-data

yang menunjukkan temperatur dan tekanan pada sistem pendingin. Pencatatan

data meliputi tekanan kompresor, suhu keluar evaporator, suhu keluar kompresor,

(61)

evaporator. Data – data tersebut kemudian diplotkan ke dalam diagram entalphi.

Harga entalphi digunakan pada perhitungan laju aliran massa refrigerant untuk

mencari kerja kompresor.

Hasil penelitian untuk kerja kompresor persatuan massa refrigeran dari waktu

t = 15 menit sampai t = 485 menit ditampilkan pada Gambar 4.2. Dari Gambar

4.2. Pada awal mula nampak bahwa kerja kompresor dengan berjalannya waktu

mengalami kenaikan sampai pada waktu t = 135 menit. Pada penelitian ini kerja

kompresor persatuan massa refrigeran mulai stabil pada waktu sekitar t = 185

menit, dengan harga Wkompresor sebesar 55 kJ/kg. Walau harga Wkompresor

mengalami kenaikan tetapi keadaan ini relatif stabil.

Gambar 4.1 Kerja kompresor persatuan massa refrigeran

Hasil pengujian untuk energi kalor yang diserap evaporator dari waktu t = 15

menit sampai t = 485 menit ditampilkan pada Gambar 4.1. Dari Gambar 4.1. Pada

(62)

menit, mengalami kenaikan sampai menit ke 245. Namun keadaan ini relatif

stabil. Besarnya nilai energi kalor yang diserap evaporator stabil pada t = 305

dengan nilai 111 kJ/kg.

Gambar 4.2 Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran

Hasil penelitian untuk energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa

refrigeran dari waktu t = 15 menit sampai t = 485 menit ditampilkan pada Gambar

4.3. Dari Gambar 4.3. Pada awal mula nampak bahwa energi kalor yang dilepas

kondensor dengan berjalannya waktu mengalami kenaikan sampai pada waktu

tertentu. Pada penelitian ini nilai kalor yang diserap evaporator mulai stabil pada

waktu sekitar t = 245 menit dengan harga Qkondensor sebesar 171 kJ/kg.

Kemungkinan proses kenaikan Qkondensor pada awal mula disebabkan oleh karena

kondensor mendapat pengaruh suhu dari kompresor, dan pada saat itu juga beban

pendinginan mengalami proses pendinginan secara bersamaan dengan suhu kerja

(63)

Gambar 4.3 Energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dari waktu t = 15 menit sampai t =

485 menit, didapatkan koefisien prestasi atau COPaktual. Dapat dilihat pada

Gambar 4.4 bahwa COPaktual yang dihasilkan cenderung menurun dan

mengalami stabil pada t = 305 menit dengan nilai COPaktual sebesar 1,88.

Gambar 4.4. Nilai COPaktual

(64)

485 menit, diperoleh nilai COP ideal. Dari gambar 4.5 dapat dilihat bawah COPideal

yang didapatkan cenderung stabil dari waktu ke waktu. Pada pengujian ini nilai

COPideal tertinggi adalah 3,50. Sedangkan COPideal terendah adalah 3,40.

Gambar 4.5 Nilai COPideal

Pada gambar 4.6 memperlihatkan besarnya efisiensi mesin pendingin dari

waktu ke waktu. Dapat dilihat dari Gambar 4.6 untuk t = 15 menit sampai t = 485

menit, nilai efisiensi mesin pendingin berubah ubah dari waktu ke waktu atau

tidak konstan. Pada pengujian ini nilai efisiensi mesin pendinginmulai stabil pada

t = 395 menit,dengan harga efisiensi mesin pendinginsebesar 52,11 %.

(65)
(66)

51

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan :

1. Mesin pendingin dapat dibuat dan bekerja.

2. Kerja kompresor persatuan massa refrigeran pada keadaan stabil sebesar 55

kJ/kg. Untuk waktu t = 15 menit sampai dengan 485 menit besarnya kerja

kompresor persatuan massa refrigeran dapat dinyatakan dengan persamaan

berikut :

Wkompresor= 5.10-14t6 - 7.10-11t5 + 3.10-08t4 - 3.10-06t3 – 0,0011t2 +0,2677t +

39,071

3. Nilai energi yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran pada keadaan

stabil sebesar 111 kJ/kg. Untuk waktu t = 15 menit sampai dengan 485 menit

besarnya energi yang diserap evaporator persatuan massa dapat dinyatakan

dengan persamaan berikut :

Qevaporator = -1.10-13t6 + 2.10-10t5 - 1.10-07t4 + 5.10-05t3 – 0,0075t2 + 0,376t +

127,14

4. Nilai energi yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran pada keadaan

stabil sebesar 171 kJ/kg. Untuk waktu t = 15 menit sampai dengan 485 menit

besarnya energi yang dilepas kondensor persatuan massa dapat dinyatakan

dengan persamaan berikut :

Qkondensor = -7.10-14t6 + 1.10-10t5 - 1.10-07t4 + 5.10-05t3 – 0,0086t2 + 0,6437t +

166,21

5. COPactual pada saat stabil sebesar 1,88. Untuk waktu t =15 menit sampai t=

(67)

COPaktual = -2.10-15t6 + 3.10-12t5 - 1.10-09t4 + 2.10-07t3 + 3.10-05t2 – 0,0144t +

3,2832

6. COPideal pada saat stabil sebesar 3,46. Untuk waktu t =15 menit sampai t= 485

menit, dapat dinyatakan dengan persamaan COPideal :

COPideal = 1.10-16t6– 2.10-13t5 + 2.10-10t4– 5.10-08t3 + 6.10-06t2 – 0,0005t +

3,5006

7. Nilai efisiensi mesin pendingin pada keadaan stabil sebesar 52,11 %. Untuk

waktu t =15 menit sampai t= 485 menit, dapat dinyatakan dengan persamaan:

η = -6.10-14t6 + 9.10-11t5– 5.10-08t4 + 7.10-6t3 + 0.0008t2– 0,3992t + 93,824

5.2. Saran

Setelah dilakukan pengambilan data dari mesin pendingin ada kekurangan dan kelebihan yang perlu diperhatikan, untuk itu perlu adanya saran untuk pengembangan mesin pendingin ini, antara lain :

1. Termokopel yang sudah lama menyebabkan tidak begitu akurat pembacaan

data pada penelitian ini. Sebelum dilakaukan pengambilan data hendaknya

dilakukan pengecekan terhadap alat ukur.

2. Penelitian dapat dikembangkan pada mesin pendingin lain yang

mempunyai daya kompresor yang berbeda.

3. Pembuatan mesin pendingin dapat dikembangkan untuk mesin-mesin

(68)

53

Anwar, K., 2010, Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin, palu.

Frank Kreith., 1986, Prinsip – Prinsip Perpindahan Panas, Erlangga, Jakarta. Holman, J. P., 1988, Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta.

(69)

LAMPIRAN

Mesin Kulkas

(70)

Alat ukur

(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)

Gambar

Gambar 3.11 Posisi manifold gauge ...............................................................
Tabel 4.1 Data hasil percobaan. ......................................................................
Gambar 2.1 Kulkas
Gambar 2.2 Evaporator jenis plat
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Guru memberikan penjelasan berkaitan dengan peristiwa penting dengan media gambar. 2) Guru memberikan penjelasan tentang pengalaman yang menyenangkan dan tidak

Ruang Kantor Pejabat Eselon IV terdiri atas beberapa ruang dengan ukuran kurang lebih: Nama Pejabat Luas Ruangan (m2) Jumlah R.. Ruang Kantor staf terdiri atas

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, perusahaan diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut untuk meningkatkan kinerja perusahaan membutuhkan

Laporan skripsi dengan judul “ Manajemen Rekam Medis Pada Puskesmas Mejobo Berbasis Web ” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan suatu sistem yang mengarah

16) Rekod transaksi yang dikekalkan oleh UOBM dan keputusan UOBM mengenai semua perkara berhubung dengan Kempen ini adalah muktamad, tidak boleh dipertikaikan

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 29 Cakranegara yang berjumlah 36 orang. Observer dalam penelitian ini adalah guru kelas III SDN

Untuk mendukung program pembelajaran e-learning yang dilakukan oleh seorang dosen di 5 Perguruan Tinggi wilayah kota Surakarta, maka banyak tempat yang di anggap strategis di

In this paper, analysis of two prominent on-demand routing protocols: Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) Routing and Dynamic Source Routing (DSR), for the static Ad Hoc network