• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA PT. LIMA UTAMA SURABAYA OLEH: ABDUL HARIS KURNIAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA PT. LIMA UTAMA SURABAYA OLEH: ABDUL HARIS KURNIAWAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA PT. LIMA UTAMA SURABAYA

OLEH:

ABDUL HARIS KURNIAWAN

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan aset, biaya, dan pendapatan dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawaban di dalam sebuah perusahaan. Dengan adanya akuntansi pertanggungjawaban, pimpinan dapat mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab ke tingkat pimpinan di bawahnya dengan lebih efisien tanpa memantau secara langsung seluruh kegiatan perusahaan. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang memadai mampu mendorong perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengetahui apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama Surabaya telah memadai dalam menunjang efisiensi pengendalian biaya.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban di PT. Lima Utama Surabaya belum memadai. Hal ini terlihat dengan : PT. Lima Utama Surabaya belum melakukan pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali dengan cukup memadai. Klasifikasi kode rekening juga belum diterapkan dengan cukup memadai. Biaya-biaya yang terjadi dicatat untuk setiap tingkat manajemen, namun belum digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. PT. Lima Utama Surabaya telah melakukan perhitungan analisis laporan keuangan, namun perusahaan tidak melakukan penelusuran mendalam sehingga sulit untuk mengambil tindakan koreksi. Perusahaan tidak membuat rekomendasi sehubungan dengan adanya penyimpangan materiil.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu Negara yang terdiri atas bermacam pulau menyebabkan diperlukannya pengembangan sarana transportasi untuk menunjang aktivitas perekonomian. Sarana transportasi yang ada dimanfaatkan untuk mendistribusikan barang dan melayani jasa pengangkutan orang, dari satu tempat ke tempat yang lain untuk tujuan tertentu.

PT. Lima Utama, adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa ekspedisi. Masuknya perusahaan-perusahaan ekspedisi asing yang beroperasi di Indonesia semakin menambah semarak persaingan dalam industri ini. Kondisi ini pada gilirannya semakin menuntut adanya efisiensi dari perusahaan-perusahaan ekspedisi agar mampu bertahan dalam persaingan global ini. Efisiensi merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan semua badan usaha agar mampu bertahan dalam persaingan global. Dengan efisiensi ini segala bentuk aktivitas yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi dapat ditekan seminimal mungkin yang pada gilirannya akan dapat menghasilkan produk berupa barang atau jasa dengan harga jual yang kompetitif.

Demi kelangsungan hidup perusahaan, maka sebaiknya perlu dilakukan pengendalian terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan mengurangi biaya-biaya yang tidak efektif dalam kegiatannya. Dari observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa pengendalian biaya yang ada diperusahaan tidak berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan tidak adanya pemisahan antara biaya terkendali dengan biaya tidak terkendali. Oleh karena itu, perusahaan perlu menerapkan akuntansi pertanggungjawaban guna menunjang pengendalian biaya. Semakin baik penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan maka akan semakin baik pula pengendalian biaya.

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan aset, biaya, dan pendapatan dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawaban di dalam sebuah perusahaan. Tujuannya agar ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung

jawab atas penyimpangan aset, biaya, dan pendapatan yang dianggarkan (Mulyadi, 2007). Akuntansi pertanggungjawaban juga perlu dievaluasi agar berlangsung dengan baik sehingga manajemen dapat dengan mudah menghubungkan biaya yang timbul dengan manajer pusat pertanggung jawaban yang bertanggung jawab. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang memadai mampu mendorong perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas dan melihat pentingnya pengendalian suatu biaya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai, “Penerapan Akuntansi Pertanggung jawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya (Studi Kasus pada PT. Lima Utama Surabaya)”. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah penerapan akuntansi

pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama Surabaya telah memadai?

2. Bagaimana efisiensi pengendalian biaya yang dilaksanakan pada PT. Lima Utama Surabaya?

3. Apakah akuntansi pertanggungjawaban berperan dalam menunjang efisiensi pengendalian biaya pada PT. Lima Utama Surabaya?

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Di bawah ini akan diuraikan beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan penulis dalam penelitian ini. Penelitian yang sebelumnya diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Mulianik (2007), Akuntansi Pertanggungjawaban untuk Mengukur Kinerja Departemen Produksi pada PT. Karya Bakti di Rembang, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Permasalahannya yaitu “Bagaimana agar akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya produksi dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.” Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Bahwa pelaksanaan dan pengendalian akuntansi pertanggung

(3)

jawaban dari masing-masing unit masih kurang efektif dan efisien. Direktur utama belum melaksanakan fungsi pengendalian secara rutin. Di samping itu, perencanaan kegiatan belum terorganisir.

2. Susi Trisnawati (2006), Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Efektivitas Pengendalian Biaya pada 5 Hotel di Tasikmalaya, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Dengan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pengendalian biaya. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam suatu organisasi.

Perbedaannya terletak pada pembahasan mengenai analisa akuntansi pertanggung jawaban dan objek yang diteliti. Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penerapan akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai alat dalam menunjang pengendalian biaya pada suatu perusahaan. Salah satu data penelitian yang digunakan diperoleh dari hasil lapangan yang diajukan dengan wawancara atas pihak-pihak yang bersangkutan.

Landasan Teori

Pengertian akuntansi pertanggungjawaban menurut Garisson (2008:380) adalah:

A system of accountability in which managers are held responsible for those items of revenue and cost – and only those items – over which the manager can exert significant control. The managers are held responsible for differences between budgeted and actual result.”

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi dimana manajer dibebani pendapatan dan biaya yang menjadi tanggung jawab dan yang berada dalam kendalinya. Manajer bertanggung jawab atas perbedaan antara anggaran dan realisasi”

Menurut Mulyadi (2007 : 218) Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat

ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Akuntansi pertanggungjawaban timbul dari pendelegasian wewenang pada setiap departemen dalam suatu organisasi.

2. Laporan pertanggungjawaban merupakan dasar untuk menilai kinerja dari pusat-pusat pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas perusahaan.

3. Akuntansi pertanggungjawaban itu sendiri merupakan suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pengumpulan data, pelaporan biaya, serta penghasilan yang diperoleh.

Sehubungan dengan adanya pendelegasian wewenang dan membentukan departementalisasi, maka dengan sendirinya akan tercipta hubungan antara atasan dengan bawahan, di mana bawahan bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya, sehingga tercipta keseimbangan seperti yang dikehendaki yaitu kebebasan bertindak yang diberikan kepada eksekutif secara individual.

Dari definisi tersebut di atas memberi gambaran bahwa untuk dapat menilai kinerja manajer digunakan sistem yang menganut akuntansi biaya dan pendapatan organisasi atau dengan kata lain perusahaan harus diteliti dan diklasifikasikan secara seksama sesuai dengan berbagai tingkatan manajemen yang mengendalikan biaya. Selanjutnya, setiap tingkatan manajemen dibebani dengan biaya yang berada di bawah pengendaliannya, dan manajer harus bertanggung jawab atas penyimpangan antara tujuan yang dianggarkan dengan hal yang sesungguhnya.

Dengan akuntansi pertanggungjawaban, pendelegasian wewenang dan tugas diharapkan dapat merata serta menimbulkan keseimbangan pelaksanaan tugas oleh masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban. Dengan kata lain, akuntansi pertanggungjawaban adalah akumulasi pendapatan dan biaya sesuai dengan bidang tanggung jawabnya, sehingga semua penyimpangan dari rencana dapat didefinisikan kepada orang atau sekelompok orang yang seharusnya bertanggung jawab.

(4)

Pengertian dan Peranan Anggaran

Beberapa definisi mengenai anggaran: Menurut Garrison (2008:378), pengertian anggaran adalah sebagai berikut: “A budget is a detailed plan for the acqusition and use of financial and other resources over a specified time period. It represents a plan for the future expresses in formal quantitative terms.”

“Anggaran merupakan rencana terperinci yang menunjukkan bagaimana sumber-sumber diperlukan dan dipergunakan dalam interval waktu tertentu. Anggaran merupakan representasi suatu rencana untuk masa yang akan datang dan dinyatakan secara kuantitatif untuk masa tertentu.”

Sedangkan menurut Supriyono (2008:15), berpendapat bahwa: “Penganggaran merupakan perencanaan keuangan perusahaan sekaligus dipakai dasar sistem pengendalian (pengawasan) keuangan oleh perusahaan untuk periode yang akan datang.”

Pengertian dan Penggolongan Biaya Terkendali dan Biaya yang Tidak Terkendali

Mengingat dalam akuntansi pertanggungjawaban dan pengendalian biaya mengharuskan pembebanan biaya atas biaya-biaya yang dapat dikendalikan, pengklasifikasian biaya-biaya yang dapat dikendalikan, maka pengklasifikasian biaya terkendali dan biaya tidak terkendali harus ada pada sistem akuntansi pertanggungjawaban. Pemisahan suatu biaya ke dalam biaya terkendali dan tidak terkendali selalu berhubungan dengan:

1. Tingkatan Manajemen

Suatu biaya yang tidak terkendali oleh seorang manajer bagian mungkin merupakan biaya terkendalikan bagi manajer departemen yang membawahinya. Sebaliknya suatu biaya yang terkendalikan oleh manajer departemen belum tentu merupakan biaya terkendalikan bagi manajer bagian yang berada di bawahnya. 2. Jangka Waktu

Biaya terkendalikan (controllable cost) yang didefinisikan oleh Supriyono (2008:35) adalah sebagai berikut: “Biaya terkendalikan adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu.”

Menurut Horngren Et.al. (2008:309), yaitu : “A controllable cost is cost that can be influenced or affected by particular manager in the short run.

“Biaya terkendalikan adalah biaya yang dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka pendek.”

Menurut Horngren Et.al. (2008:305): “A uncontrollable cost is any cost that cannot be affected by the management of a responsibility centre within a given time span.”

“Biaya yang tak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan atau pejabat tertentu berdasar wewenang yang ia miliki atau dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka waktu tertentu.”

Biaya tak terkendali dapat diilustrasikan pada contoh berikut ini:

Laporan manajer produksi terdiri dari laporan tentang penggunaan bahan baku langsung dan bahan pembantu, tetapi tidak termasuk depresiasi, sewa, dan pajak kekayaan. Jadi, biaya-biaya yang tidak berada dalam wewenang bagian tersebut tidak menjadi tanggung jawabnya.

Pemisahan antara biaya terkendali dan tidak terkendali bertujuan untuk menyediakan informasi. Biaya yang benar-benar tidak terkendali tidak mempengaruhi keputusan dan tindakan manajer, karena yang akan dilakukan manajer tidak akan mempengaruhi biaya-biaya tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut harus diabaikan dalam menilai dan mengevaluasi manajer. Selain itu juga bertujuan untuk memperjelas siapa yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap biaya-biaya tersebut.

Dalam suatu organisasi biasanya hanya ada seorang pimpinan yang menjadi penanggung jawab utama dalam pengendalian suatu biaya tertentu yaitu pimpinan yang mengawasi secara dekat kegiatan sehari-hari. Semua biaya yang dapat dikendalikan tingkat manajemen bawah, dipandang juga dapat dikendalikan olek tingkat manajemen yang membawahinya.

Pusat-Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban bisa berupa unit divisi yang besar atau bisa juga berupa unit

(5)

divisi yang kecil. Besar kecilnya suatu ukuran unit kerja bukan merupakan kriteria dibentuknya pusat pertangungjawaban. Kriteria terpenting dari pusat pertanggungjawaban menurut Decoster Et.al. (2006:415) adalah: 1. Merupakan suatu sub divisi yang relevan

untuk pelaksanaan operasi yang dapat diidentifikasikan.

2. Terdapat pengukuran yang relevan dari pelaksanaan operasi.

Menurut Mulyadi (2007:417), pengertian pusat pertanggungjawaban adalah: “Suatu unit organisasi di dalam perusahaan yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab.” Dalam konteks ini, seorang manajer (manajer tertentu) telah diberi wewenang untuk merencanakan kegiatan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana selama periode tertentu sesuai dengan kemampuan manajer itu untuk mempengaruhi jalannya pelaksanaan rencana tersebut.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:175): Pusat pertanggung jawaban (Responsibility center) adalah suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan. Kegiatannya adalah mengolah masukan (bahan, tenaga kerja atau jasa) menjadi keluaran (barang atau jasa) yang diserahkan kepada pusat pertanggungjawaban yang lain dalam suatu organisasi atau dijual kepada pihak luar yang merupakan penghasilan bagi pusat pertanggungjawaban tersebut.

Jadi jelaslah, bahwa pusat pertanggung jawaban sangat penting artinya bagi akuntansi pertanggungjawaban. Anggaran hanya dapat disusun setelah pusat pertanggungjawaban dan orang yang bertanggung jawab ditentukan.

Berdasarkan atas input yang dipakai atau output yang dihasilkan, menurut Mulyadi (2005:418), pusat pertanggungjawaban dapat

dibagi menjadi 4 macam, yaitu: 1. Pusat Biaya (Cost Centre)

Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan masukannya. Di sini manajernya harus bertanggung jawab atas biaya yang digunakan. Prestasi manajer pusat biaya biasanya diukur berdasarkan kemampuannya menekan biaya yang digunakan pusat pertanggungjawabannya. Pengukuran prestasi biaya atas dasar input mempunyai kelemahan, yaitu bahwa manajer tersebut mungkin tidak menghiraukan hasil yang diperoleh.

2. Pusat Pendapatan (Revenue Centre)

Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan keluarannya. Manajer suatu segmen bertanggung jawab atas penghasilan yang diperoleh. Prestasi manajer pusat penghasilan itu biasanya diukur berdasarkan jumlah penjualan yang dicapai. Tidak hanya penjualan pada pihak lain di luar perusahaan saja yang diukur, tetapi penjualan pada pihak intern mungkin saja diukur bila manajer segmen itu mempunyai kebebasan menetapkan harga transfer atas output nya yang dijual ke segmen lain. Pengukuran prestasi hanya atas dasar penghasilan mempunyai kelemahan, yaitu bahwa manajer tersebut mungkin tidak menghiraukan biaya yang dipakai.

3. Pusat Laba ( Profit Centre)

Pusat laba adalah pusat pertanggung jawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan selisih antara keluaran dan masukan. Untuk menghindari kelemahan pusat biaya dan pusat penghasilan, manajer pusat laba bertanggung jawab atas dua komponen, yaitu biaya dan penghasilan. Oleh sebab itu, di pusat laba laporan laba digunakan untuk mengukur prestasi manajernya. Laba itu mungkin diwujudkan dalam bentuk laba sebelum pajak, marjin kontribusi, atau laba bersih sesudah pajak. 4. Pusat Investasi (Investment Centre)

Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan perbandingan antara laba yang diperoleh

(6)

dengan investasi di dalam pusat pertanggungjawaban tersebut. Seringkali pengukuran prestasi yang hanya berdasarkan laba kurang baik, karena tidak mempertimbangkan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pusat investasi ditetapkan untuk mengatasi kelemahan itu, karena manajer di pusat investasi bertanggung jawab atas investasi yang digunakan dan laba yang dihasilkan.

Yang dimaksud dengan investasi disini terdiri dari aktiva tetap saja, atau selisih aktiva termasuk modal kerja (yang bersifat jangka pendek). Ukuran prestasi yang sering dipakai di pusat investasi adalah ROI dan RI.

Pengukuran prestasi di pusat investasi dianggap paling bisa menyeluruh dan bisa mengurangi konflik yang timbul dibandingkan jika hanya mengukur prestasi berdasarkan biaya atau penghasilan saja. Research Question

Dalam penelitian ini, Research Question yang akan di gunakan dalam pengumpulan data-data antara lain:

1. Main Research Question

Bagaimana efisiensi pengendalian biaya yang dilaksanakan pada PT. Lima Utama Surabaya?

2. Mini Research Question

a. Apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama Surabaya telah memadai? b. Apakah akuntansi pertanggungjawaban

berperan dalam menunjang efisiensi pengendalian biaya pada PT. Lima Utama Surabaya?

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran

pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian yang terstruktur yaitu dengan membandingkan data yang ada dengan fakta yang ada sehingga hasil penelitian memberikan informasi yang benar dan tepat.

Batasan dan Asumsi Penelitian

Untuk menjaga kerangka masalah yang dibahas pada penelitian ini lebih terfokus, maka ruanglingkup pemecahan masalah dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Objek penelitian adalah PT. Lima Utama Surabaya

2. Mencari tahu tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama Surabaya telah memadai atau belum.

3. PT. Lima Utama Surabaya sudah menerapkan akuntansi pertanggung jawaban.

Unit Analisis

Untuk mencapai tujuan penelitian sesuai dengan yang diharapkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan, maka data yang telah terkumpul akan dianalis dengan analisis Deskriptif kuantitatif dikualitatifkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memeriksa dan meneliti data-data yang telah terkumpul untuk menjamin apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Mengkategorikan data-data yang disesuaikan dengan kriteria serta hal-hal yang diperlukan dalam suatu pendataan. 3. Cara mengukur dan menghitungnya

menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dikualitatifkan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui wawancara / Interview, observasi dan dokumentasi.

Teknik Analisis data

1. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan antara teori-teori yang telah ada dengan data-data yang didapat dari studi kasus.

(7)

2. Dalam analisis ini penulis melakukan pemahaman akan kondisi-kondisi yang ada dalam perusahaan.

3. Kemudian melakukan analisis perbedaan-perbedaan yang terjadi.

4. Menentukan apakah perbedaan-perbedaan itu menyangkut hal-hal yang mendasar. 5. Dari analisis ini dapat disimpulkan tentang

efisiensi penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban, serta memberikan saran-saran yang tepat mengenai penerapannya di masa yang akan datang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Diskripsi Obyek Penelitian

PT. Lima Utama berdiri pada tahun 1990, di pimpin oleh bapak Liem Budiman Halim sebagai diriktur utama, beralamat di Jl. Kalimas Baru No. 62 B Surabaya.

Kemudian pada tahun 1996 PT. Lima Utama pindah alamat dari Jl. Kalimas Baru No. 62 B Surabaya, ke Jl. Tanjung Priok No. 29 Blok A 3 Surabaya, telpon : 031 – 3292118. Adapaun bidang usaha PT. Lima Utama adalah Expedisi dan jasa angkutan laut, yaitu mengirim barang kebutuhan pokok (beras, gula, tepung dll), bahan bangunan, perkebunan (pupuk dll), barang konstruksi dll, ke daerah Kalimantan(Kalteng, Kalbar, Kaltim dan Kalsel).

Hasil Analisis

Syarat Akuntansi Pertanggungjawaban Struktur Organisasi dan Pendelegasian Wewenang Struktur organisasi PT. Lima Utama Surabaya secara jelas telah menggambarkan jenjang wewenang, tanggung jawab, tugas dan kewajiban setiap tingkatan manajemen dengan baik. Perusahaan juga telah merumuskan dengan jelas fungsi-fungsi pokok, tugas dan tanggung jawab unit kerja.

Efektivitas organisasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh pengorganisasian sumber daya manusia di dalam memanfaatkan sumber daya lain melalui struktur organisasi. PT. Lima Utama Surabaya telah menyusun struktur organisasi dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya penggambaran secara jelas pembagian wewenang dan

tanggung jawab untuk tiap tingkatan manajemen dan hubungan kerja antar bagian-bagian dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi memungkinkan keberhasilan program perencanaan dan pengendalian yang ditetapkan perusahaan.

Bentuk struktur organisasi yang digunakan PT. Lima Utama Surabaya adalah bentuk piramid. Struktur organisasi berbentuk piramid ini mengerucut ke atas sehingga membentuk piramida. Masing-masing kotak yang berada di atas mempunyai anggota kotak di bawahnya. Kotak di atas mempunyai wewenang untuk memberi perintah dan meminta laporan dari kotak yang berada di bawahnya. Dengan demikian, wewenang mengalir dari tingkat manajer atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab mengalir sebaliknya.

Anggaran

Anggaran dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan juga sebagai alat pengendalian. Suatu pengendalian biaya yang efektif ditunjang dengan adanya anggaran yang disusun sesuai dengan tingkat manajemen dalam organisasi. Dengan adanya susunan organisasi yang memiliki pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas, perusahaan dapat menetapkan pihak yang bertanggung jawab jika terjadi penyimpangan dalam anggaran. Proses penyusunan anggaran pada PT. Lima Utama Surabaya telah mengikutsertakan partisipasi manajer-manajer bagian. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar perencanaan dan pengendalian keuangan perusahaan. Penyusunan anggaran ini biasanya dilakukan setiap akhir bulan setiap tahunnya. Penyusunan anggaran pada PT. Lima Utama Surabaya menggunakan proksi tahun sebelumnya.

Penyusunan anggaran dilakukan dengan pendekatan Top Down dan Bottom Up. Pimpinan perusahaan terlebih dahulu menetapkan kebijakan yang memuat target operasional perusahaan periode yang akan datang sebagai dasar manajer untuk menyusun anggaran. Berdasarkan target operasional tersebut para manajer yang dibantu oleh para bawahannya mengajukan usulan anggaran yang diperlukan dalam melaksanakan aktivitas operasional. Dengan

(8)

adanya partisipasi dari manajemen level bawah dalam proses penetapan anggaran, maka anggaran yang dibuat akan lebih baik karena disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan sehingga diharapkan mampu meningkatkan pengendalian.

Anggaran yang dibuat oleh PT. Lima Utama Surabaya bersifat realistis dan tidak kaku. Anggaran yang telah ada dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan yang mungkin berubah.

Klasifikasi dan Kode Rekening

Salah satu syarat penerapan akuntansi pertanggungjawaban adalah adanya klasifikasi dan kode rekening perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa PT. Lima Utama Surabaya belum melakukan pengkodean rekening untuk setiap perkiraan dengan cukup memadai. Biaya-biaya yang terjadi dicatat untuk setiap tingkat manajemen, akan tetapi belum digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi.

Klasifikasi dan kode rekening PT. Lima Utama Surabaya belum dikaitkan dengan pusat pertanggungjawaban yang ada di dalam perusahaan. Dengan demikian, kode rekening yang tidak ada belum mencerminkan kewenangan pusat pertanggungjawaban dan tidak mampu memberikan informasi mengenai tempat terjadinya biaya dan manajer yang bertanggung jawab atas terjadinya biaya tersebut. Tidak adanya pengklasifikasikan kode rekening di PT. Lima Utama Surabaya juga belum memudahkan untuk penyusunan laporan keuangan.

Usulan Pengklasifikasian Kode Rekening

KODE KELOMPOK REKENING

1 Aktiva

2 Passiva

3 Modal

4 Penghasilan

5 Biaya

Biaya Terkendali dan Biaya Tidak Terkendali

Manajer memiliki wewenang sehingga dapat mengendalikan sesuatu yang berada di bawah kewenangannya. Oleh sebab itu, ada atau tidaknya wewenang manajer dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap suatu biaya. Biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: (1) biaya terkendali dan (2) biaya tidak terkendali oleh manajer tersebut. Biaya terkendali adalah biaya yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban tertentu dalam jangka waktu tertentu. Suatu biaya tidak akan dapat dipengaruhi secara penuh oleh seorang manajer. Biaya terkendali hanya dapat dipengaruhi secara signifikan dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer tertentu. Sedangkan biaya tidak terkendali merupakan biaya yang tidak dapat dipengaruhi secara signifikan oleh seorang manajer pusat pertanggungjawaban tertentu dalam jangka waktu tertentu. Pemisahan antara biaya-biaya yang terkendali dengan yang tidak terkendali sangat penting untuk menetapkan pusat pertanggungjawaban yang bertanggung jawab atas realisasi dan penyimpangan dari suatu anggaran.

Jika perusahaan melakukan pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali maka perusahaan akan dapat melakukan pengurangan biaya, dan selanjutnya akan bisa meningkatkan laba yang diperoleh oleh perusahaan.

Laporan Pertanggungjawaban

Salah satu unsur penting dalam akuntansi pertanggungjawaban adalah laporan pertanggungjawaban kepada manajer yang bertanggung jawab. Laporan pertanggungjawaban berisi informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan manajer. Laporan pertanggungjawaban biaya disajikan untuk memungkinkan setiap manajer melakukan pengelolaan biaya. Laporan ini berisi mengenai biaya-biaya yang dianggarkan, biaya yang sebenarnya dan selisihnya. Dengan demikian, manajer memiliki dasar untuk memantau pelaksanaan anggaran. PT. Lima Utama Surabaya telah membuat laporan pertanggungjawaban

(9)

berupa laporan realisasi anggaran tahunan. Pertanggungjawaban tiap unit usaha, dilakukan oleh masing-masing kepala bagian yang nantinya akan melaporkan anggaran dan realisasi yang terjadi pada unit usaha tersebut ke pimpinan utama. Periode laporan tahunan ini menunjukkan bahwa pemantauan kinerja dilakukan secara berkesinambungan terhadap unit kerja organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan observasi dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa laporan pertanggung jawaban di PT. Lima Utama Surabaya telah cukup memadai. Pada kenyataannya kecil kemungkinan biaya yang sesungguhnya terjadi sama dengan biaya yang dianggarkan karena adanya situasi dan kondisi yang berubah-ubah dan terdapat beberapa kemungkinan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, seperti kenaikan tarif perizinan dan sewa kendaran.

Hasil laporan akuntansi pertanggung jawaban setelah dilakukan pemisahan antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali dapat dilihat pada tabel di bawah:

Penerapan Akuntansi Pertanggung jawaban Melalui Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya

Akuntansi pertanggung jawaban merupakan salah satu tipe informasi akuntansi manajemen. Akuntansi pertanggung jawaban memfokuskan terhadap pembagian wewenang kepada manajer yang bertanggung jawab. Akuntansi pertanggung jawaban berperan sebagai alat pengendalian biaya dengan menghubungkan biaya dengan bagian di mana biaya tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh manajer yang bertanggungjawab pada bagian tersebut. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian dalam suatu perusahaan memerlukan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Setiap pusat pertanggungjawaban selalu menetapkan target-target operasional dan anggaran. Dengan membandingkan realisasi dan dengan anggaran, seorang manajer pusat pertanggungjawaban dapat mengetahui apakah pengendalian biaya telah berja lan dengan baik dan telah menggunakan biaya secara efisien. Melalui akuntansi

pertanggungjawaban, biaya dikelompokkan dan dilaporkan untuk tiap tingkatan manajemen yang hanya dibebani dengan biaya-biaya yang berada di bawah pengendaliannya atau yang berada di bawah tanggung jawabnya. Dengan demikian, manajer dapat melakukan pengendalian dan pengawasan atas pengeluaran biaya. Selain itu, biaya juga harus dilaporkan dan dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Hal ini dapat membantu manajemen dalam melakukan pengendalian biaya dengan menganalisis penyimpangan yang terjadi.

Laporan pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai tolok ukur penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan pengendalian biaya karena secara berkala manajemen puncak menerima laporan pertangungjawaban dari setiap tingkatan manajemen. Dengan demikian, akuntansi pertanggungjawaban mendorong manajer untuk mencapai tujuan pengendalian.

Dengan membandingkan antara teori-teori yang telah ada dengan data-data yang didapat dari studi kasus maka dapat dikatakan bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama Surabaya belum memadai. Suatu penerapan akuntansi pertanggungjawaban dapat dikatakan memadai jika telah memenuhi syarat dan karakteristik akuntansi pertanggungjawaban. Dalam pembahasan ini dapat dilihat bahwa perusahaan belum melakukan pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.

Dengan tidak adanya pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali, maka perusahaan tidak dapat melakukan pengendalian biaya dengan baik. Anggaran yang telah ditetapkan perusahaan tidak dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajer. Selain itu, laporan pertanggungjawaban juga tidak mencerminkan besarnya biaya yang menjadi tanggung jawab manajer. Manajer hanya dimintai pertanggungjawaban atas biaya-biaya yang dapat dikendalikannya saja. Sedangkan pengendalian biaya dapat dikatakan baik jika telah memenuhi kelayakan pengendalian biaya secara memadai dan efisien. Dalam hal ini PT. Lima

(10)

Utama Surabaya belum dapat melakukan pengendalian biaya dengan baik karena tidak adanya pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali sehingga sulit dilakukan analisis yang mendalam mengenai penyimpangan biaya yang terjadi.

Dalam penelitian ini anggaran digunakan sebagai informasi akuntansi pertanggungjawaban. Dengan menganalisis anggaran tersebut, dapat diketahui efisiensi dari pengendalian biaya yang telah dilakukan perusahaan. Realisasi biaya yang terjadi dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari analisis laporan realisasi anggaran tahunan perusahaan, dapat dilihat bahwa pengendalian biaya pada PT. Lima Utama Surabaya belum efisien.

Interpretasi

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif merupakan metode yang menggunakan data yang diperoleh dan dikumpulkan untuk kemudian dianalisis berdasarkan metode-metode yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menunjang pengendalian biaya dengan adanya penerapan akuntansi pertanggung jawaban.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama Surabaya belum memadai untuk digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam mengendalikan biaya, penulis menyatakan demikian berdasarkan penjelasan di bawah ini:

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. Lima Utama Surabaya

mengenai penerapan akuntansi

pertanggungjawaban melalui anggaran sebagai alat pengendalian biaya, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban di PT. Lima Utama Surabaya belum memadai.

1. Penerapan akuntansi

pertanggungjawaban pada perusahaan

belum memadai. Hal ini didukung oleh belum terpenuhinya indikator penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:

a. Syarat-syarat akuntansi pertanggungjawaban yang terdiri dari:

1) Struktur organisasi dan pendelegasian wewenang

PT. Lima Utama Surabaya telah menyusun struktur organisasi dengan cukup baik. Hal ini dapat

dilihat dari adanya

penggambaran secara jelas pembagian wewenang dan tanggung jawab untuk tiap tingkatan manajemen dan hubungan kerja antar bagian-bagian dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi memungkinkan

keberhasilan program

perencanaan dan pengendalian yang ditetapkan perusahaan. 2) Anggaran yang disusun oleh

setiap bagian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, setiap pusat pertanggungjawaban telah menyusun anggarannya masing-masing. Penyusunan anggaran pada PT. Lima Utama Surabaya bertujuan untuk mengetahui jumlah dana yang dibutuhkan

masing-masing bagian

perusahaan dalam membiayai seluruh kegiatan operasional yang akan dilaksanakan dan sebagai alat bantu bagi manajemen dalam mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan terhadap penggunaan dana perusahaan. 3) Pemisahan biaya terkendali dan

biaya tidak terkendali

PT. Lima Utama Surabaya belum melakukan pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali dengan cukup memadai, tidak ada pemisahan antara biaya terkendali dan biaya

(11)

tidak terkendali yang dilakukan pada anggaran yang dibuat oleh PT. Lima Utama Surabaya. 4) Pengklasifikasian kode rekening

Klasifikasi kode rekening juga telah diterapkan oleh PT. Lima Utama Surabaya dengan cukup memadai. Biaya-biaya yang terjadi dicatat untuk setiap tingkat manajemen, namun belum digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi.

5) Laporan pertanggungjawaban

kepada manajer yang

bertanggung jawab

PT. Lima Utama Surabaya telah membuat laporan pertanggung jawaban berupa laporan realisasi anggaran. Pada laporan pertanggung jawaban dapat dilihat berapa besarnya perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, serta selisihnya. Pertanggungjawaban tiap unit usaha, dilakukan oleh masing-masing kepala cabang yang nantinya akan melaporkan anggaran dan realisasi yang terjadi pada unit usaha tersebut ke kantor pusat.

b. Karakteristik akuntansi pertanggung jawaban di PT. Lima Utama Surabaya yang terdiri atas:

1) Identifikasi pusat pertanggungjawaban

Struktur organisasi PT. Lima Utama Surabaya telah membagi bagian kerja atas pusat-pusat pertanggungjawaban.

2) Standar tolok ukur kinerja manajer

Di PT. Lima Utama Surabaya telah ditetapkan beberapa standar untuk menilai kinerja para manajernya. Untuk menilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban, dilakukan perbandingan antara realisasi biaya dengan anggaran biaya

yang terdapat pada laporan pertanggungjawaban.

3) Pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban Di PT. Lima Utama Surabaya terdapat laporan pertanggung jawaban berupa laporan realisasi anggaran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajer. Dengan adanya jenis laporan seperti itu, maka kinerja manajer dapat diukur oleh perusahaan. 4) Pemberian

penghargaan/hukuman kepada manajer

Manajer secara individual diberi penghargaan atas prestasi yang dicapainya atau lamanya bekerja, dan manajer juga diberi hukuman atas penyimpangan yang dilakukannya. Pemberian penghargaan dan hukuman ini disesuaikan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang telah ditetapkan oleh PT. Lima Utama Surabaya.

2. Pelaksanaan pengendalian biaya pada PT. Lima Utama Surabaya belum memadai, hal ini dapat dilihat dari:

- PT. Lima Utama Surabaya telah melaksanakan pencatatan dan otorisasi untuk pengeluaran biaya yang memadai.

- PT. Lima Utama Surabaya telah melakukan perhitungan analisis laporan keuangan, namun perusahaan tidak melakukan penelusuran mendalam sehingga sulit untuk mengambil tindakan koreksi.

- Perusahaan tidak membuat rekomendasi sehubungan dengan adanya penyimpangan materiil. 3. Akuntansi pertanggungjawaban berperan

sebagai alat pengendalian biaya, hal ini dapat dilihat dari:

a. Akuntansi pertanggungjawaban berperan sebagai alat pengendalian biaya dengan menghubungkan biaya dengan bagian di mana biaya tersebut dikeluarkan atau diperoleh

(12)

oleh manajer yang bertanggungjawab pada bagian tersebut.

b. Setiap pusat pertanggungjawaban selalu menetapkan target-target operasional dan anggaran. Dengan membandingkan realisasi dan dengan anggaran, seorang manajer pusat pertanggungjawaban dapat mengetahui apakah pengendalian biaya telah berjalan secara efektif dan telah menggunakan biaya secara efisien.

c. Laporan pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai tolok ukur penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan pengendalian biaya karena secara berkala manajemen puncak menerima laporan pertangungjawaban dari setiap tingkatan manajemen. Dengan

demikian, akuntansi

pertanggungjawaban mendorong manajer untuk mencapai tujuan pengendalian.

Saran

Akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Lima Utama Surabaya pada dasarnya belum diterapkan dan dilaksanakan dengan baik. Begitu juga dalam pelaksanaan pengendalian biaya, perusahaan belum melakukan pengendalian dengan cukup baik.

Masih ditemukan beberapa kelemahan dalam perusahaan. Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan saran berdasarkan teori yang telah dipelajari selama perkuliahan

mengenai penerapan akuntansi

pertanggungjawaban yang berperan sebagai alat pengendalian biaya. Saran ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan, yaitu:

1. Dalam anggaran maupun laporan pertanggungjawaban sebaiknya dilakukan pemisahan biaya-biaya yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer karena hanya biaya yang dapat dikendalikan saja

yang dapat dimintai

pertanggungjawabannya.

2. Manajer sebaiknya melakukan analisis dan koreksi terhadap penyimpangan yang

tidak menguntungkan kemudian mengajukan rekomendasi menanggapi penyimpangan materiil yang terjadi. 3. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan

mampu menilai tingkat kesehatan perusahaan dengan memasukkan aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek dinamis sesuai dengan ketentuan perusahaan. Aspek-aspek tersebut berisi indikator-indikator yang merupakan unsur kegiatan yang dianggap paling dominan dalam rangka menunjang keberhasilan operasi sesuai dengan visi dan misi perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony dan Govindarajan 2005, Sistem Pengendalian Manajemen, Buku I, Salemba Empat, Jakarta.

Anthony, Dearden dan Bedford 2005, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi 2007, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Decoster, Dont T., Schafer Eldon dan Ziabell

Mary 2006, Management Accounting a Decision Emphasis, Edisi Keempat, Terjemahan Gunawan Hutauruk, Johnwilly & Sons, Singapore.

Garrison, Ray H. 2008, Managerial Accounting: Concepts For Planning, Control and Decision, Richard D Irwin Inc, New Jersey.

Hammer, Lawrence H. 2006, Akuntansi Biaya, Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta. Horngren, Charles T, George Foster and

Srikant M Datar 2008, Cost Accounting: A Managerial Emphasis, Prentice Hall Inc, New Jersey.

Matz, Adolph, Milton F.Usry, Lawrence H. Hammer 2007, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Terjemahan Alfonsus Sirait dan

(13)

Herman Wibowo, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta.

Mulianik 2007, Akuntansi Pertanggungjawaban untuk Mengukur Kinerja Departemen Produksi pada PT. Karya Bakti di Rembang, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Mulyadi 2005, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi 2007, Akuntansi Biaya, Edisi

Kelima, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Supriyono, R.A. 2008, Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian serta Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, STIE YKPN, Yogyakarta.

Trisnawati, Susi 2006, Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Efektivitas Pengendalian Biaya pada 5 Hotel di Tasikmalaya, Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kampung Harapan, (dengan membawa “print out” undangan pembuktian kualifikasi) yang.. akan dilaksanakan

[r]

Universitas Negeri

Kegiatan pengendalian merupakan inti dari sistem pengendalian intern, kegiatan pengendalian dapat membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil

Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan inisiatif desa, bukan perintah dari pemerintah supra desa, sehingga pengelolaanya harus berdasarkan prinsip kemandirian

The results of the bivariate analysis showed no significant correlation between dependency with degree of post stroke anxiety and depression ( p≥0. The results of

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa posisi semi fowler membantu dalam ekspansi dada dan otot-otot pernapasan yang maksimum dengan

Penerapan internet dalam memberikan informasi dalam bentuk website adalah untuk memberikan informasi dan promosi Koperasi Kredit ‘Mulia” Promasan, Kulon Progo, Yogyakarta