• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Menurut Winkel (1996) prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Berbeda dengan Winkel, Suroso (2001) bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut mengalami proses belajar yang dibuktikan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang dinilai dengan aspek kognitifnya yang ditunjukkan dengan nilai atau angka.

Menurut Abidin dalam Rucha (2013) prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf. Sedangkan menurut Anne (2013) prestasi belajar matematika adalah hasil belajar maksimal yang dicapai oleh seseorang melalui proses aktif dalam memahami dan menguasai matematika serta aplikasinya dalam penyelesaian masalah dan untuk mengetahui besarnya penguasaannya diperlukan suatu tes.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa, diantaranya adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Menurut Webster’s New Collegiate (dalam Hadikusumo, 1996) lingkungan adalah kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme. Sedangkan pengertian keluarga menurut Tirtaraharja (1994) adalah pengelompokkan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda (hubungan menurut garis ibu) dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti yaitu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, ataupun keluarga yang diperluas seperti kakek, nenek, adik ipar, paman, bibi, dll. Dapat dikatakan bahwa lingkungan keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga (Khumaidi, 2009). Menurut Slameto (2003), siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan. Lingkungan keluarga terutama orangtua, memegang peranan penting serta menjadi guru bagi anak dalam mengenal dunianya. Orangtua adalah pengasuh, pendidik, dan membantu proses sosialisasi anak. Munandar (1999) mengatakan bahwa

(2)

semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka semakin baik prestasi anak. Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan belajar anak di rumah, yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah. Karena lingkungan keluarga mempunyai dampak terhadap prestasi belajar, maka ciptakan lingkungan keluarga yang optimal bagi proses pembelajaran anak (De Porter, 2001).

Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah. Menurut Hamalik (2011) sekolah adalah sesuatu lembaga yang memberikan kepada siswa-siswanya yang memberikan pengajaran secara formal. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Proses pembelajaran di dalam kelas bukan hanya guru dan siswa saja yang berperan di dalamnya, melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar siswa. Interaksi yang harmonis dan dinamis antara kepala sekolah, guru, kurikulum, dan siswa mamainkan perang yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Pengembangan diri yang dimiliki siswa serta dalam kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah tersebut, terutama dalam penyesuaian kurikulum dengan perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan situasi, kondisi dan lingkungan belajar, kesemuanya itu sangat menuntut kualifikasi guru untuk memungkinkan terciptanya interaksi berkualitas yang dinamis.

Rata-rata siswa SMP menghabiskan waktu disekolah sekitar 8,5 jam sehari (Sarwono, 2002). Hal ini berarti sepertiga waktunya dihabiskan di sekolah, apalagi banyak sekolah yang memberikan jam belajar tambahan atau kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih banyak menghabiskan waktu belajarnya di sekolah dari pada di rumah. Oleh karena itu, sekolah sebagai lingkungan belajar yang kedua hendaknya selalu memperhatikan proses belajar mengajar yang dampaknya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Selain itu, perlu juga diperhatikan kesehatan lingkungan sekolah agar siswa merasa nyaman dan aman ketika belajar.

Fakta mengenai prestasi belajar ditunjukkan dengan semakin rendahnya nilai UN pada mata pelajaran matematika dari peserta UN. Tahun 2011 tercatat dari 11.443 siswa yang tidak lulus UN, sebanyak 2.392 siswa atau 51,44% yang dinyatakan tidak lulus mata pelajaran matematika. Hal itu dikarenakan mata pelajaran matematika masih menjadi momok bagi para peserta UN. Oleh karena itu, dihimbau bagi orangtua agar memberikan pengawasan kepada anak-anaknya agar serius ketika menghadapi UN dan peran sekolah juga dalam menghimbau siswanya agar lebih giat lagi untuk belajar. Sedangkan untuk pelajaran yang kurang

(3)

dimengerti siswa diberikan tambahan jam belajar lebih banyak lagi terutama untuk pelajaran matematika.

Sekolah berperan dalam proses perkembangan hubungan sosial remaja (Ali dan Asrori, 2004). Sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mempunyai disiplin yang baik, memberikan pembelajaran emosional, mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan adanya hubungan guru dengan siswa yang baik pula. Namun sebesar apapun usaha guru dalam menyampaikan materi pelajaran dikelas tanpa didukung oleh lingkungan belajar disekolah yang memadai maka keberhasilan prestasi belajar siswa akan terhambat.

Adapun gejala-gejala rendahnya prestasi belajar siswa adalah siswa kurang merasa senang atau kurang semangat dalam belajar, siswa mengikuti pelajaran semata-mata agar tidak tinggal kelas, siswa mengikuti proses belajar bukan untuk menambah ilmu, tetapi karena diharuskan mengikuti, dan prestasi belajar rendah karena motivasi belajarnya rendah (Marhami, 2012). Menurut Hamdani (2010) agar prestasi belajar dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor yang terdapat di luar diri siswa (faktor ekstern). Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang termasuk ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan (inteligensi), faktor jasmaniah, sikap, minat, dan bakat. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari luar diri siswa. Faktor eksternal terdiri dari keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Terkait dengan rendahnya prestasi belajar siswa yang rendah, maka perlu kiranya kita secara intens dan bersama-sama memberikan perhatian ekstra terhadap dunia pendidikan. Adapun solusi untuk mengatasi prestasi belajar siswa yang rendah adalah proses pembelajaran harus inovatif, peranan orangtua pada belajar anak-anaknya, serta masyarakat sebagai tempat belajar siswa. Pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan.

Penelitian ini didukung oleh Tsui (2005) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah dengan prestasi belajar matematika siswa di China. Tsui didukung dengan penelitian Sukawati (2008) yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan sekolah, keluarga, dan

(4)

masyarakat dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Cawas.

Berbeda dengan Tsui dan Sukawati, Nurmalia (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI IPS MAN Malang 1.

Kegiatan pembelajaran di kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga merupakan bagian dari kegiatan pendidikan pada umumnya, yang secara otomatis meningkatkan siswa kearah yang lebih baik. Bila diamati keberhasilan dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga tidaklah lepas dari kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan. Pembelajaran matematika yang baik adalah pembelajaran yang bisa memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika yang diajarkan. Peran keluarga dalam belajar sangat diperlukan terwujudnya prestasi belajar yang baik. Peran keluarga dalam belajar akan membuat siswa terdorong untuk belajar. Begitu juga dengan peran sekolah, hubungan yang baik antara guru dengan siswa akan memberikan pengaruh kepada siswanya dengan cara beriteraksi selama proses pembelajaran. Interaksi yang baik akan membuat siswa merasa senang dan terpacu untuk belajar dan mengejar prestasi. Peran teman sebaya disini adalah sebagai sahabat, sumber dukungan semangat, sumber dukungan fisik, sumber dukungan ego, dan fungsi kasih sayang (Parker dan Gotman, 1988).

Ditinjau dari lingkungan keluarga pada siswa SMP Kristen Satya Wacana Salatiga penting untuk diteliti karena mengamati kehidupan sehari-hari, menampakkan fenomena yang biasa-biasa saja. Tetapi apabila dikaji lebih mendalam, ternyata menghasilkan fenomena yang menyiratkan banyak persoalan yang sangat kompleks, terutama menyangkut lingkungan keluarga siswa. Prestasi belajar pada mata pelajaran matematika yang dicapai siswa kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari nilai ujian akhir semester satu, dari kelas VIII A,VIII B dan VIII C yang totalnya berjumlah 75 siswa, yang memenuhi nilai KKM hanya 36 siswa dan sebanyak 39 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM. Batas nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran matematika sendiri untuk kelas VIII A dan VIII B adalah 66, sedangkan untuk kelas VIII C adalah 70. Permasalahan tersebut tentunya banyak sekali faktor-faktor penyebabnya, diantaranya adalah lingkungan keluarga dari setiap siswa dan lingkungan sekolah.

Kenyataan tersebut dapat dilihat dari buku daftar kelas siswa kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga dimana pekerjaan orangtua siswa sebagian besar adalah wiraswasta, kalangan pegawai negeri, pengusaha, pegawai bank, pengacara, dll. Kondisi pekerjaan orangtua siswa yang dari kalangan atas tersebut menuntut orangtua untuk sering bekerja di luar

(5)

lingkungan keluarga sehingga intensitas untuk berkumpul dengan keluarga semakin jarang terjadi. Dampaknya, anak menjadi kurang mendapat pengawasan dari orangtua dalam belajar di rumah sehingga berdampak pada prestasi belajar di sekolah.

Kenyataan di sekolah ditunjukkan dengan kurangnya dukungan yang penuh dari guru kepada siswanya. Guru jarang memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada siswa sehingga siswa menjadi malas-malasan di rumah karena tidak ada sesuatu yang harus dikerjakan. Ketika guru memberikan pekerjaan rumah, hanya dua soal yang diberikan oleh guru dan pada pertemuan selanjutnya pekerjaan rumah siswa tidak pernah dibahas. Padahal hal semacam inilah yang paling dibutuhkan siswa untuk mengulas kembali materi sebelumnya sehingga memudahkan bagi siswa untuk mengingat materi pelajaran. Selain itu interaksi yang harmonis dan dinamis antara kepala sekolah, guru, kurikulum, dan peserta didik memainkan peran sangat penting dalam proses pembelajaran, pengembangan diri yang dimiliki siswa serta dalam kegiatan ekstra kulikuler yang ada di sekolah tersebut, terutama dalam penyesuaian kurikulum dengan perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan situasi, kondisi dan lingkungan belajar, kesemuanya itu sangat menuntut kualifikasi guru untuk memungkinkan terciptanya interaksi berkualitas yang dinamis. Namun sebesar apapun usaha guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas tanpa didukung oleh lingkungan belajar di sekolah yang memadai maka keberhasilan prestasi belajar siswa akan terhambat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh apakah ada hubungan lingkungan keluarga dan sekolah dengan prestasi belajar matematika. Sehingga peneliti mengambil judul “Hubungan Lingkungan Keluarga dan Sekolah dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan “Apakah terdapat hubungan yang positif signifikan antara lingkungan keluarga dan sekolah dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga tahun ajaran 2012/2013?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang positif signifikan antara lingkungan keluarga dan sekolah dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga tahun ajaran 2012/2013.

(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan serta gambaran kepada sekolah mengenai hubungan lingkungan keluarga dan sekolah dengan prestasi belajar matematika di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga Salatiga yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan tingkat kedisiplinan siswa dalam proses belajarnya.

b. Bagi peneliti untuk mengetahui kondisi sebenarnya lingkungan keluarga yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah, sekaligus sebagai bekal pengetahuan saat nanti peneliti terjun ke dunia pendidikan.

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep-konsep atas teori-teori tentang hubungan lingkungan keluarga dan sekolah dengan prestasi belajar matematika siswa.

b. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan hubungan lingkungan keluarga dan sekolah dengan prestasi belajar siswa. c. Menumbuhkan kesadaran bagi orangtua dalam memperhatikan

fasilitas belajar anak, perhatian terhadap pendidikan anak, dan motivasi yang diberikan anak dalam lingkungan keluarga.

d. Masukan bagi para guru agar selalu membimbing dan membina siswanya agar berkembang semaksimal mungkin.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu dari pengamatan ini mahasiswa praktikan memperoleh gambaran mengenai seorang guru dalam proses belajar mengajar, yang meliputi cara memgelola kelas, membuka

Apabila pada saat pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data maka perusahaan tersebut akan diberi sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan jika

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Kemudian kendala yang muncul juga berhubungan dengan dukungan dari sumber daya manusia yang belum optimal yang disebabkan oleh kurangnya kuantitas yang ada dalam

[r]

Akan tetapi dibalik perkembangan tekonologi smartphone yang semakin meningkat, masih banyak aplikasi pendukung yang hanya dapat dilakukan melalui perangkat komputer,

Berdasar Tabel 5, proporsi kenaikan belanja pegawai selama lima tahun terakhir (71,35%) lebih besar dari proporsi kenaikan belanja modal (69,20%) dan sangat jauh

Penerangan Tunjuk cara Perisian Perakaunan Aplikasi TMK Bahan maujud: (Contoh Penyata Pendapatan & Kunci Kira-kira)... Bidang Pembelajaran